ABSTRAK Latar belakang: Agar sistem pelayanan kesehatan berfungsi dengan baik, obat esensial harus selalu tersedia dalam jenis dan jumlah yang memadai, bentuk sediaan yang tepat, mutu terjamin, informasi yang memadai, dan dengan harga yang terjangkau. Narkotika lebih dikenal oleh masyarakat karena masalah penyalahgunaannya. Menurut Undang-undang Narkotika nomor 35 tahun 2009, untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapat memberikan narkotika golongan tertentu dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang kadang terlupakan, sebagian narkotika sangat diperlukan untuk pelayanan medis. Obat analgetika opioid meliputi morfin, petidin, dan fentanil justru termasuk dalam obat esensial, yang harus dijamin ketersediaannya. Namun data INCB tahun 2014 menunjukkan bahwa penggunaan obat-obat ini di Indonesia sangat minim. Tujuan penelitian: Mengetahui pola penggunaan analgetika opioid pada RSUD Banjarbaru dan kesesuaian penggunaannya dengan pola kesakitan dan untuk mengetahui faktor - faktor yang menyebabkan prescriber kurang meresepkan analgetika opioid. Metode penelitian: Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian studi kasus. Pengumpulan data kuantitatif dengan observasi dokumen register pasien instalasi gawat darurat, intensive care unit, kamar operasi, poliklinik neurologi dan bedah orthopedi tahun 2009-2013 dan observasi dokumen rekam medis. Data kualitatif berupa wawancara mendalam dengan prescriber kunci yaitu dokter neurologi, dokter bedah tulang, kepala instalasi gawat darurat, dan ketua komite medik RSUD Banjarbaru. Data kualitatif dianalisis secara triangulasi data dengan data hasil observasi. Hasil : Dari observasi dokumen didapatkan hasil penelitian bahwa penggunaan analgetik opioid masih sangat sedikit, dan hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil data kualitatif melalui wawancara mendalam bahwa kasus yang jarang, tidak tersedianya standar pedoman pengobatan untuk penatalaksanaan nyeri dan paliatif, lingkungan kerja yang belum mendukung, bekal pengetahuan prescriber yang diperoleh selama masa pendidikan kedokteran dan spesialisasi, dan adanya kekhawatiran akan ketergantungan dan penyalahgunaan analgetik opioid menjadi faktor penyebab kurangnya penggunaan analgetik opioid di RSUD Banjarbaru. Kesimpulan : Penggunaan analgetika opioid di RSUD Banjarbaru masih sangat sedikit. Jenis analgetika opioid yang digunakan hanya sediaan injeksi yaitu fentanil injeksi dan petidin injeksi, sedangkan morfin tablet tidak ada. Kata Kunci: Analgetika opioid, pola kesakitan, prescriber. xi ABSTRACT Background: In order the system of health service can finely functioned, essential medicines should be always available in sufficient kinds and quantity, of appropriate preparation forms, in assured quality, with sufficient information, and in affordable price. Narcotics have been known by public mainly for their abuse. According to Narcotics Law Number 35 2009, for treatment purpose and based on medical indication, the physicians is allow to prescribe narcotics group in limited amount and is preparation for the patient appropriate to the regulation. What sometime was forgotten, some narcotics is very needed in medical service. Opioid analgesics include morphine, pethidine, and fentanyl is exactly included in essential medicine which their availability should be assured. But INCB data in 2014 showed that the utilization of this medicine was very minimum. Objectives: To evaluate the utilization of opioid analgesics in Banjarbaru Regional General Hospital and the appropriateness of utilization and illness pattern and to understand the factors which cause prescribers less prescribe opioid analgesics. Methods: This was observasional study by case study design with descriptive analytic approach. Quantitative data collecting by observation retrospectively on registry book of the patients of emergency installation, intensive care unit, operation theatre, neurology polyclinic and orthopedy surgery in the last five years that was 2009-2013. Qualitative data was performed by in depth interview to the key prescriber that was neurology specialist, ortophedy surgery specialist, chief of emergency installation, and head of medical committee of Banjarbaru Regional General Hospital. Data analyzed with triangulation with observation result. Results: Utilization of opioid analgesics was very low, and this result was supported by the result of qualitative data by in depth interview that stated that incidence that was seldom, the absence of standard treatment guidelines, work environments that do not support the use of opioid analgesics, knowledge background of the prescriber during their education in medicine and speciallite, and concern on dependence and analgesic abuse become factors that caused the lowness of opioid analgesics utilization in Banjarbaru Regional General Hospital. Conclusion: The utilization of opioid analgesics in Banjarbaru Regional General Hospital is very low. The kind of opioid analgesics used is only fentanyl and pethidine injections, whereas morphine tablet is inavailable. Keywords: Opioid analgesics, illness pattern, prescriber. xii