BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of the Art Penelitian terdahulu ini digunakan sebagai pedoman atau alat ukur di pembahasan dalam penulisan skripsi ini. No 1. Peneliti Judul Variabel Cha-Sen Wen, The Effect of Variabel X1 Pei-Wen Wang, Organizational (budaya Li-Fen Tsai Culture on Team organisasi), X2 (Volume 5, Interactiom and (interaksi tim), Number 2, Team Effectiveness X3 (efisiensi Agustus 2010) : Team Leadership tim), dan as a Medium variable Y (Kepemimpinan paternalistik) 2. Organizational Messersmith, Culture and Joann Keyton Communication (July 13, through a 2009) Gyroscope Hasil penelitian menunjukkn bahwa secara keseluruhan, terdapatkorelasi positif antara budaya organisasi, interaksi tim,efisiensi timdankepemimpinan paternalistik. Hubungannya dengan penulisan karya tulis ini adalah sama-sama mengkaji efek budaya organisasi. Sistemdalam penelitian ini (Budaya menggambarkantigain terpretasitentang Organisasi), X2 hubunganantara (Komunikasi) dan budayadankomunikasi implisit variable Y dalam literatur. (Gyroscope) Setiaphubungandidefi nisikan, dicontohkandengan penelitianbudaya, dan dikritik. Hubungannya denganpenulisan karya tulis ini adalah sama-sama mengkaji budaya organisasidan komunikasi. Ryan s. Bisel, Understanding Amber S. Hasil Penelitian Variabel X Metaphor 9 10 3. Ida Ayu Pengaruh Budaya Variabel X1 Brahmasari, Organisasi, (Budaya Peniel Siregar Kepemimpinan Organisasi), (volume 7, Situasional dan X2 nomor 1, PolaKomunikasi (Kepemimpinan Februari 2009) terhadap Disiplin Situasional), X3 Kerja dan Kinerja (Pola Karyawanpada Komunikasi), PT. Variabel Y CentralProteinapri (Kinerja ma Tbk. Karyawan) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh budaya perusahaan, kepemimpinan situasional dan pola komunikasi pada disiplin ilmu dan kinerja karyawan. Hasil membuktikan bahwa budaya perusahaan, kepemimpinan situasional dan pola komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin ilmu dan kinerja karyawan. Hubungannya dengan penulisan karya tulis ini adalah sama-sama mengkaji efek budaya organisasi dan polakomunikasi. 11 4. Alfan Malik PengaruhBudaya Variabel X1 (Volume 2, Organisasi dan (budaya Nomor 1, 2014) Loyalitas Kerja organisasi) Dengan Intensi X2 (loyalitas Turnover Pada kerja), variable Y Karyawan PT. (intense turnover) Cipaganti Heavy Equipment Samarinda 5. Sri Porwani Pengaruh Budaya Variabel X1 (Volume 2, No. Organisasi (budaya 2, 2010) Terhadap Kinerja organisasi), Karyawan PT. variable Y Tambang Batu (kinerja Bara Bukit Asam karyawan) (Persero) Tanjung Enim Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu Sumber : Jurnal Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh budaya organisasi, dan loyalitas kerja pada intense turnover. Hasil membuktikan bahwa budaya perusahaan, dan loyalitas kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intense turnover pada karyawan. Hubungannya dengan penulisan karya tulis ini adalah sama-sama mengkaji efek budaya organisasi . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Hasil membuktikan bahwa budaya perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Hubungannya dengan penulisan karya tulis ini adalah sama-sama mengkaji efek budaya organisasi. 12 2.2Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Organisasi Menurut Robbins dalam (Sobirin, 2007, p. 5) organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relative lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan unttuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut J. Bernard (Tika, 2006, p. 3) organisasi adalah kerja sama dua orang atau lebih, suatu system dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang dikoordinasikan secara sadar. Berdasarkan definisi yang ada bahwa organisasi merupakan unit kerja yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. 2.3 Komunikasi Organisasi 2.3.1 Definisi Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum adalah setiap individu memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya yang pada akhirnya menghasilkan sebuah interaksi sosial. Setiap manusia akan terus berkomunikasi semasa hidupnya baik verbal ataupun non verbal, tulisan atau lisan, langsung ataupun tidak langsung, dan sebagainya. Itu semua menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan satu dengan yang lainnya dan setiap aspek kehidupan kita dipengaruhioleh komunikasi dengan orang lain. Komunikasi pada umumnya dimengerti sebagai proses penyampaian pesan dari komunikastor kepada komunikan. Terdapat banyak sekali pengertian mengenai apa itu komunikasi karena pengertian komunikasi itubisa dilihat lebih luas lagi, tergantung dari sudut pandang, konteks, dan tujuannya. (Wiryanto, 2004, p. 4) Pengertian kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah “Komunikasi komunikasi mengandung atau makna communication bersama-sama berasal dari (common).Istilah bahasa Latin, yaitu 13 communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.(Wiryanto, 2004, p. 5) Pengertian secara tujuan merujuk pada adanya proses penyampaian suatupernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pengertian mengenai komunikasi manusia yaitu: “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasiverbal, tetapi juga dalamhal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.”(Wiryanto, 2004, p. 7). Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif , para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?(Effendy, 2007, p. 10). Pengertian menurut ahli, salah satunya mengkategorikan definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual yaitu: 1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah. Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti mengisyaratkankomunikasi semua kegiatan yang sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengajauntuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu. 14 2. Komunikasi sebagai interaksi. Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebabakibat atau aksi reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan member jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver mengemukakan, ”komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu samalain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentukkomunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , danteknologi.” (Wiryanto, 2004, p. 7). 3. Komunikasi sebagai transaksi. Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan.Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.(Mulyana, 2005, pp. 61-69) Berdasarkan definisi yang ada bahwa komunikasi merupakan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media. 2.3.2 Pola Komunikasi Pola komunikasi adalah suatu kecenderungan gejala umum yang menggambarkan cara berkomunikasi yang terjadi dalam kelompok sosial tertentu. Setiap kelompok sosial dapat menciptakan norma sosial dan norma komunikasinya sendiri, yang biasanya ditaatioleh semua anggota kelompoknya (Suranto, 2010, p. 116). Selain itu, pola komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu cara masyarakat atau komunitas dalam melakukan komunikasi untuk mempertahankan komunitasnya, bisa berupa pertemuan rutin, hubungan timbal balik yang berupa partisipan aktif, berkesinambungan serta terencana dari organisasi kepada komunitas di sekitarnya untuk 15 mempertahankan dan mengembangkan lingkungan bagi organisasi serta masyarakat disekitar oganisasi. Komunikasi terdiri atas dua macam, komunikasi satu arah, yakni komunikasi yang terjadi hanya dari komunikator ke komunikan tanpa adanya feedback.Yang kedua adalah komunikasi dua arah, yaitu komunikasi yang terjadi antara komunikator ke komunikan yang menimbulkan feedback terhadap komunikator. 2.3.3 Proses komunikasi Pengkodean Komunikator Pesan&media Penerima kode Penerima Umpan balik Gambar 2.1 Proses komunikasi Sumber : Gibson dalam Ardana (2009:58) Menurut Gibson dalam (Ardana, 2009, p. 58) ada 7 proses komunikasimeliputi : 1. Komunikator/sumber komunikasi, adalah orang yang mempunyai maksud atau ide, informasi tertentu untuk disampaikan kepada penerima. 2. Encoding/penkodean mengubah suatu pesan dalam komunikasi menjadi bentuk-bentuk simbolis. 3. Pesan, sesuatu yang dikomunikasikan, merupakan produk nyata dari encoding 4. Media, saluran atau sesuatu yang dilalui pesan. Didalam organisasi pengirim akan menyeleksi pesan pesan dan menetapkan saluran saluran atau media yang digunakan. 5. Decoding/penerima kode, penerima adalah objek yang disasar pesan, sebelum pesan itu dimengerti, maka peneima harus memterjemahkan maksud bentuk 16 bentuk simbolis terlebih dahulu, kegiatan mempertejamhkan ini yang disebut sebagai decoding. 6. Penerima, pihak yang menerima pesan, biasanya dipengaruhi oleh kemapuan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya 7. Umpan balik, pemeriksa keberhasilan dalam menyampaikan pesan dan menentukan apakah pengertian yang sama antara pengirim dan penerima telah dicapai. Berdasarkan teori yang ada bahwa proses komunikasi merupakan penyampaian pesan dua arah dikarenakan adanya umpan balik dari si penerima pesan. 2.3.4 Komunikasi Organisasi Katz dan Kahn dalam (Furqon, 2004, p. 3) mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn,organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi darilingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau serviskepada lingkungan.Sementara itu Greebaunm dalam (Furqon, 2004, p. 3) mengatakanbahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formaldan informal dalam organisasi.Ia membedakan komunikasi internaldengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekalisebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkanaktivitas. Menurut Monge dan Russel dalam Pace dan Faules (2006, p. 34) komunikasi organisasi ialah proses mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan komunikasi yang memungkinkan organisasi berfungsi. Pendapat Pace dan Faules (2006,p. 31) mengatakan komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. 17 Berdasarkan definisi yang ada bahwa komunikasi organisasi merupakan proses mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan komunikasi yang memungkinkan organisasi berfungsi. 2.3.5 Fungsi Komunikasi Organisasi Menurut Robbins (2003:4-5), ada 4 fungsi komunikasi organisasi : 1. Pengendalian perilaku anggota dengan beberapa cara, agar petunjukpetunjuk ditaati oleh bawahan. 2. Motivasi, membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana seberapa baik mereka bekerja, dan apa yang harus dikerjakan untuk memperbaiki kinerja dibawah standar. 3. Sarana pengungkap emosi (kepuasan, frustasi, dan lain-lain) 4. Memberikan informasi yang mempermudah penegambilan keputusan. Menurut Ronald Adler dan George Rodman, Understanding Human Communication, 2007 : 59-61, fungsi komunikasi dalam organisasi dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu 1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. 2. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 18 3. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. 4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Berdasarkan definisi yang ada bahwa fungsi komunikasi organisasi merupakan proses mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan pesan komunikasi melalui saluran dan aturan yang ada sehingga memungkinkan organisasi berfungsi. 2.3.6 Saluran Komunikasi Organisasi Melihat dari pengertian diatas bahwa komunikasi organisasi adalaharus dari komunikasi didalam organisasi, maka komunikasi dapatdipahami dengan melihat sumber saluran komunikasi didalam organisasibaik formal maupun informal. Jenis arus komunikasi antara lain : 1. Komunikasi formal Arni Muhammad dalam Hildayanti (2011: p.19) mengemukakanbahwa: Saluran komunikasi formal adalah informasi mengalir melaluijalur resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau olehfungsi pekerjaan. Menurut Pace dan Faules (2006: p.183) saluran komunikasi formal terdiri dari : 1) Komunikasi kebawah Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Menurut katz dan khan dalam pace & faules (2006: p.185) mengemukakan bahwa ada lima jenis biasadikomunikasikan dari atasan kepada bawahan : informasi yang 19 a. Informasi bagaimana melakukan suatu pekerjaan b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi d. Informasi mengenai kinerja pegawai e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission) 2) Komunikasi ke atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwainformasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ketingkat yang lebih tinggi (penyelia). Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan : a. Aliran informasi ke atas memberikan informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya b. Komunikasi ke atas memberi tahu penyelia kapan bawahan mereka siap menertima informasi dari mereka dan seberapabaik bawahan menerima apa yag dikatakan kepada mereka. c. Komunikasi ke atas memungkinkan dan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul kepermukaan sehingga penyelia tahu apa yang menggangu mereka ysng paling dekat dengan operasi operasi sebenarnya d. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisisasi dengan memberi kesempatankepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan dan saran saran mengenai operasi organisasi e. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi kebawah. f. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan pekerjaan mereka dan organisasi tersebut. mereka dengan 20 3) Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasidi antara rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unitkerja meliputi individu individu yang ditempatkan pada tingkatotoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yangsama. Tujuan komunikasi horizontal : a. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. c. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi keatas yang dilakukan pegawai. d. Perasaan bahwa penyelia dan manager tidak dapat dihubunggi dan tidak tanggap atas apa yang disampaikan pegawai. 4) Komunikasi lintas saluran Komunikasi lintas saluran merupakan merupakan salah satubentuk komunikasi organisasi dimana informasi diberikanmelewati batasbatas fungsional atau batas-batas unit kerja, dandiantara orang-orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadibawahan atau atasan. Baik komunikasi horizontal maupunkomunikasi lintas saluran mencakup hubungan lateral yang pentingbagi komunikasi organisasi yang efektif. 2. Komunikasi informal, pribadi atau selentingan Selentingan digambarkan sebagai metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak bisa diperoleh dari jalur biasa.Komunikasi tentangorang informal orang saluranperusahaan dan yang cenderung peristiwa formal. seletinganlebih memperhatikan olehseseorang” dari pada laporan rahasia yang tidak mengalir melalui Informasi yang diperoleh melalui “apa apa mengandung yang yang dikatakan dipegang atau oleh didengar pemegang kekuasaan.mPaling tidak sumbernya terlihat “rahasia” meskipun informasi itusendiri tidak terlihat rahasia. 2.3.7 Teori Komunikasi Organisasi Suatu sistem terbuka memiliki batas-batas yang flexible yang memungkinkan komunikasi mengalir dengan mudah ke dalam dan keluar 21 organisasi. Dalam organisasi yang terbuka, seseorang yang menjaga komunikasi dengan pihak luar dipandang sebagai penjangkau batas (boundary spanners). Mereka menyediakan informasi dari luar bagi pihak yang di dalam, mengendalikan penyebarluasan informasi, dan menyakinkan kalangan luas yang tertarik pada organisasi mereka. Dalam pendekatan ini, komunikasi ditempatkan sebagai sesuatu yang penting. Komunikasi dalam organisasi menghubungkan beberapa yang penting. Komunikasi yang melintasi batas-batas organisasi dengan lingkungannya juga dianggap penting. Ditemukannya peran penting komunikasi membawa dukungan yang tinggi pada penambahan informasi sebagai jalan keluar untuk banyak masalah organisasi. Komunikasi yang makin meningkat dan makin baik, merupakan slogannya. Demikian Katz, dan koleganya Khan memaparkan. (Romli, 2014 : p.52) Berdasarkan definisi yang ada bahwa teori kommunikasi organisasi merupakan proses menyampaikan dan menghubungkan informasi yang dianggap penting sehingga komunikasi bisa berjalan semakin baik. 2.4 Pengertian Budaya Organisasi Budaya organisasi mempunyai kedudukan yang cukup signifikan, karena mempelajari bagaimana organisasi berhubungan dengan lingkungan sehingga dapat meningkatkan komitmen organisasi serta konsistensi dari perilaku anggotanya. Menurut Davis (Lako, 2004, p. 29) budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh (Mangkunegara, 2005, p. 113) yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara 22 yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalahmasalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi yang efektif adalah budaya organisasi yang mengakar kuatdan dalam.Di perusahaan yang berbudaya demikian, hampir semua individunya menganut nilai-nilai yang seragam dan konsisten. Berdasarkan definisi yang ada bahwa budaya organisasi merupakan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan. 2.4.1 Fungsi Budaya Organisasi (Tika M. P., 2006, p. 14)dalam bukunya Budaya Organisasi dan Peningkatan Kierja Perusahaanmenyatakan terdapat sepuluh fungsi utama budaya organisasi : 1. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu organisasi ataukelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain. 2. Sebagai perekat bagianggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari anggota organisasi. Mereka bangga sebagai seorang pegawai suatu organisasi atau perusahaan. Para pegawai mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan memiliki rasa tanggung jawab atas kemajuan perusahaannya. 3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan dimana lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung, dan konflik serta perubahan diatur secara efektif. 4. Sebagai mekanisme dalam memadu dan membentuk sikap serta perilaku anggota-anggota organisas. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol, didatarkannya struktur, diperkenalkannya timtim dan diberi kuasanya anggota organisasi oleh orgnisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan bahwa semua orang diarahkan kearah yang sama. 5. Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan integrator karena adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya 23 dialami oleh adanya perusahaan-perusahaan besar dimana setiap unit terdapat sub budaya baru. 6. Membentuk perilaku bagi anggota-anggota organisasi. Dimaksudkan agar anggota-anggota organisasi dapat memahami bagaimana mencapai suatu tujuan organisasi. 7. Sebagai saran untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi. Budaya organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal. 8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, penetuan positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut. 9. Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta anatar anggota organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek-aspek komunikasi ynag mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat material dan perilaku. 10. Sebagai penghambat berinovasi. Hali ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi internal. Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya organisasi adalahsebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggotaanggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh anggota-anggota organisasi. Budaya organisasi dapat pula berfungsi sebagai control atas perilaku anggota-anggota organisasi. 2.4.2 Jenis-Jenis Budaya Organisasi Jenis budaya organisasi menentukan bagaimana sebuah organisasi atau manajemen.Tipe budaya organsasi terdiri dari beberapa macam. Menurut Schein dalam (Lako, 2004, p. 35)budaya organisasi berada pada tiga tingkat, yaitu : 24 1. Artifact(Physical Characteristics; Behavior; Public Dcocuments) Pada tingkat artifact, budaya organisasi memiliki ciri yaitu semua struktur dan proses organisasional dapat kelihatan. Dijelaskan bahwa seorang anggota baru memasuki suatu organisasi yang telah memiliki proses dan struktur organisasi yang visible dan menghadpi suatu kelompok baru dengan suatu budaya baru yang asing baginya. Oleh karen itu, pendatang baru perlu belajar memberikan perhatian yang khusus kepada budaya organisasi tersebut . 2. Espoused Values(Strategies; Goals; Philosophies) Pada tingkat kedua, yaitu espoused values, para anggota organisasi mempertanyakan “apa yang seharusnya dapat mereka berikan untuk organisasi”. Pada tingkat ini, baik organisasi maupun anggota organisasi membutuhkan tuntunan strategi, tujuan, dan filosofi dari pemimpin organisasi untuk bertindak. Menurut Schein, kebanyakan budaya organisasi dapat menelusuri kembali espoused values mereka ke para pembentuk budaya organisasi terdahulu (founders of the cultures). Pendatang baru dapat belajar dari espoused values ini, dan mempelajari maknanya dalam konteks organisasi. 3. Basic Underlying Assumptions(Biliefs; Percption; Feeling; Aspects of behavior; Internal & external relationships) Pada tingkat basic underlying assumptions, berisi sejumlah kepercayaan atau keyakinan (beliefs) bahwa anggota organisasi mendapat jaminan (taken for granted) bahwa mereka diterima secara baik untuk melakukan sesuatu secara efisien dan efektif. Asumsi-asumsi dasar ini mempengaruhi perasaan, pemikiran, persepsi, kepercayaan dan pikiran bawah sadar anggota organisasi. 25 Artifacts Espoused Values Basic Underlying Assumptions Gambar 2.2 Level Budaya Menurut Schein Sumber : Schein dalam Lako (2004 : 35) Berdasarkan definisi di atas bahwa jenis-jenis budaya organisasi merupakan proses organisasional yang dapat terlihat, membutuhkan tuntunan strategi, tujuan, dan filosofi dari pemimpin organisasi untuk bertindak serta berisi sejumlah kepercayaan atau keyakinan (beliefs) bahwa anggota organisasi mendapat jaminan (taken for granted) bahwa mereka diterima secara baik. 2.4.3 Karakteristik Budaya Organisasi Menurut Stephen P. Robbins(Tika, 2006, p. 10) terdapat beberapa karakteristik budaya organisasi yaitu : 1. Insiatif individu yaitu sejauh mana organisasi memberikan kebebasan kepada setiap pegawai dalam mengemukakan pendapat atau ide-ide yang di dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasisepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi. 2. Toleransi terhadap tindakan beresiko yaitu sejauh mana pegawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko dalam mengambil kesempatan yang dapat memajukan dan mengembangkan organisasi. Tindakan yang beresiko yang dimaksudkan adalah segala akibat yang timbul dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dilakukan oleh pegawai. 26 3. Pengarahan yaitu sejauh mana pimpinan suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diingankan, sehingga para pegawai dapat memahaminyadan segala kegiatan yang dilakukan para pegawai mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi dan misi. 4. Integrasi yaitu sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untukbekerja denga cara yang terkoordinasi. 5. Dukungan manajemen yaitu sejauh mana para pemimpin organisasi dapat memberikan komunikasi atauarahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap pegawai. Dukungan tersebut dapat berupa adanya upaya pengembangan kemampuan para pegawai seperti mengadakan pelatihan. 6. Kontrol yaitu adanya pengawasan dari para pemimpin terhadap para pegawai dengan menggunakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan demi kelancaran organisasi. 7. Identitas yaitu sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan dapatmengidentifikasi dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan bukansebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu 8. Sistem imbalan yaitu sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebaliknya. 9. Toleransi terhadap konflik yaitu sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka guna memajukan organisasi, dan bagaimana pula tanggapan organisasi terhadap konflik tersebut. 10. Pola komunikasi yaitu sejauh mana komunikasi dalam organisasi yang dibatasi oleh hirearki kewenangan yang formal dapat berjalan baik. Komunikasi yang baik 27 adalah komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan sasarannya, sehingga akhirnya dapat memberikan hasil yang lebih efektif. Berdasarkan teori di atas bahwa karakteristik budaya organisasi merupakan berbagai aturan yang membatasi secra moral di dalam organisasi untuk bertindak serta berisi sejumlah kepercayaan atau keyakinan (beliefs) yang diterapkan ke anggota organisasi. 2.4.4 Indikator Budaya Organisasi (Wirawan, 2005, p. 55) mengemukakan indikator dari budaya organisasi adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Norma Norma adalah peraturan perilaku yang menentukan respon karyawan yang dianggap tepat dan tidak tepat dalam situasi tertentu. Norma organisasi dikembangkan oleh waktu yang lama oleh pendiri dan anggota norma organisasi sangat penting karena mengatur perilaku anggota organisasi, normalah yang mengikat kehidupan anggota organisasi sehingga perilaku anggota organisasi dapat diramalkan dan dikontrol. 2. Pelaksanaan Nilai-Nilai Nilai-nilai merupakan pedoman dan kepercayaan yang dipergunakan oleh orang atau organisasi untuk bersiap jika berhadapan dengan situasi yang harus membuat pilihan. Nilai-nilai berhubungan erat dengan moral dan kode etik yang menentukan apa yang harus dilakukan. Individu dan organisasi yang mempunyai nilai kejujuran, Intregritas dan keterbukaan menganggap mereka harus bertindak jujur dan berintegritas tinggi. 3. Kepercayaan dan Filsafat Kepercayaan organisasi berhubungan dengan apa yang menurut organisasi dianggap benar dan tidak benar. Kepercayaan melukiskan karakteristik moral organisasi atau kode etik organisasi, misal kepercayaan bahwa pemberian upah minimum sesuai dengan kebutuhan hidup layak akan meningkatkan motifasi kerja karyawan. Filsafat adalah pendapat organisasi menganai hakikat atau esensi sesuatu, misalnya Perusahaan mempunyai pendapat berbeda mengenai esensi Sumber Daya Manusia, sejumlah perusahaan menganggap SDM merupakan bagian dari alat produksi oleh 28 karena itu mereka tidak memerlukan tenaga kerja dengan kualitas tinggi dan tidak mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kompetisi mereka. 4. Pelaksanaan Kode Etik Kode etik adalah kumpulan kebiasaan baik suatu masyarakat yang diwariskan dari suatu generasi ke genarasi lainnya. Fungsi dari kode etik adalah pedoman perilaku bagi anggota organisasi. Perilaku setiap anggota organisasi harus etis, yaitu perilaku yang dianggap baik dan benar dalam kaitan kode etik organisasi, sedangkan perilaku yang tidak etis adalah perilaku yang salah dan buruk dalam kaitan kode etik organisasi. 5. Pelaksanaan Seremoni Seremoni merupakan perayaanbudaya organisasi atau tindakan kolektif pemuja budaya yang meningkatkan dan memperkuat nilai-nilai budaya. 6. Sejarah Organisasi Budaya Organisasi dikembangkan pada waktu yang lama, yaitu sepanjang sejarah organisasi dan merupakan produk dari sejarah organisasi, budaya organisasi lahir, berkembang dan berubah sepanjang sejarah organisasi. Pada organisasi yang sudah mapan, perkembangan organisasi di formasikan dalam bentuk sejarah organisasi yang diingat dan di informasikan kepada seluruh anggota organisasi dalam bentuk sejarah organisasi. Berdasarkan teori di atas bahwa indikator budaya organisasi ini cocok dalam penelitian ini karena sesuai dengan budaya yang dianut di tempat penelitian dan dapat dijadikan landasan dan konsep awal dalam penelitian ini. 2.5 Komunikasi Antar Team Komunikasi antar team merupakan proses yang penting dalam organisasi guna mencapai tujuannya organisasi. Sebuah tim dilihat sebagai sebuah kelompok matang yang terdiri dari orang-orang yang saling bergantung, termotivasi, dan memiliki komitmen untuk mencapai sebuah sasaran yang disepakati bersama. Tidak ada system klasifikasi standar yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan berbagai macam tim. Pembedaan antar tim dapat dilakukan dengan menggunakan dasar ukuran, komposisi, tingkat organisasi, durasi (permanen versus kontemporer), sasaran, dan 29 potensi sumbangsih tim terhadap kinerja organisasi. (Wirawan, 2005, pp. 8485) Sejumlah kategori tersebut digunakan untuk membagi beberapa jenis kelompok yang penting dalam organisasi saat ini, antara lain: a.Tim penyelesaian masalah b.Tim lintas fungsi (Cross-Functional System) c.Tim maya (Virtual team) d.Tim pengembangan dan penelitian, dan e.Tim mandiri Berdasarkan teori di atas bahwa komunikasi antar team adalah komunikasi yang penting untuk dilakukan karena dengan adanya komunikasi dalam tim dapat memudahkan organisasi dalam menentukan tim-tim unit kerja. 2.5.1 Peranan Anggota Tim Selanjutnya Williams (2008 : p. 68) membagi ada 5 (lima) hal yang menunjukkan peranan anggota dalam membangun kerja tim yang efektif, yaitu: 1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu mempunyai rasa saling ketergantungan, rasa saling memiliki tim dalam melaksanakan tugas. 2. Para anggota menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan secara terbuka, dapat mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan, peranan dan pertanyaannya disambut dengan baik. 3. Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain, didorong untuk mengembangkan keterampilannya dan menerapkan pada pekerjaan, untuk itu mendapat dukungan dari tim. 4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal yang biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif (bersifat memperbaiki). 30 5. Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti bahwa pemimpin mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak berhasil membuat suatu keputusan, dan peraturan akhir itu bukan merupakan persesuaian Berdasarkan teori di atas bahwa peranan anggota team adalah untuk membangun kerja tim yang efektif dan mendorong kreatifitas dari para anggota demi mencapai keberhasilan tim. 2.5.2 Indikator Komunikasi Antar Team (Fahmi, 2013, pp. 162-184) mengemukakan Indikator dari komunikasi antar team adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal dianggap sebagai bentuk komuinikasi yang jelas dan tegas.Seperti perintah keputusan baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Karena kesalahan dari sebuah perintah bisa berakibat pada gagalnya pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya. 2. Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal adalah suatu komunikasi yang berlangsung secara samar-samar namun bisa ditangkap sebagai bentuk komunikasi.Bagipara pakar komunikator sering disebut sebagai body language. 3. Komunikasi dan Presentasi Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan berbagai media, salah satu media yang paling sering dipakai untuk mempresentasikan atau menjelaskan informasi adalah mempergunakan media cetak dan elektronik.Salah satu bentuk presentasi yang paling efektif adalah ketika informasi yang disampaikan tersebut dapat diterima secara jelas dan tegas. 4. Jaringan Komunikasi Dalam membangun komunikasi di suatu organisasi maka peran dan penggunaan pola jaringan komunikasi menjadi begitu penting.Salah satu tujuan penggunaan pola jaringan komunikasi tersebut adalah untuk mencapai maksud dan tujuan yang diharapkan yaitu tercapainya target. Boleh menggunakan berbagai bentuk pola jaringan komunikasi yang dianggap 31 sesuai dengan kebutuhan atau kondisi yang ada, namun tujuannya sama. Ada 5 bentuk pola jaringan yang berlaku secara umum : a. Jaringan komunikasi roda, b. Jaringan komunikasi Y, c. Jaringan komunikasi rantai, d. Jaringan komunikasi lingkaran, dan e. Jaringan komunikasi semua jalur. 5. Personal Matter dan Komunikasi Personal matter adalah masalah pribadi yang dialami oleh seseorang dan kadang kala ini dapat menjadi beban yang turut mendukung timbulnya gangguan tidak fokusnya seseorang dalam bekerja.Ada kala kondisi dimana teman sekerja sering bercanda dan membuat anekdot dengan tujuan bersifat senda gurau namun pada sebagian pihak yang sedang memiliki masalah pribadi ini bisa menjadi sesuatu yang sangat menyinggung perasaan.Oleh karena itu dalam pergaulan sesama rekan kerja apalagi dalam satu organisasi sifat saling menghargai dan tidak bicara dengan mengeluarkan kata-kata yang bisa menimbulkan sakit hati menjadi sesuatu yang penting untuk diingat. 6. Pemimpin Setiap karyawan tidak pernah bisa berinisiatif dalam mengambil keputusan karena ia takut keputusan yang diambil adalah salah di mata pimpinan, kondisi seperti itu menyebabkan setiap ada masalah selalu hars ditanyakan kepada pemimpin. Ini bisa memperlambat pengambilan keputusan.Termasuk ini menunjukkan pemimpin tersebut lemah dalam mengkaderisasi para karyawannya. 2.6 Kerangka Berfikir Kerangka pemikiran adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti yangdituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian. Pengaruh Budaya adalahsebagai berikut : Organisasi terhadap Komunikasi Antar Team 32 Budaya Organisasi (X) Komunikasi Antar Team (Y) 1. Pelaksanaan norma 1. Komunikasi verbal 2. Pelaksanaan nilai- nilai 2. Komunikasi nonverbal H1 3. Kepercayaan dan filsafat 3. Komunikasi dan presentasi 4. Pelaksanaan kode etik 4. Jaringan komunikasi 5. Pelaksanaan seremoni 5. Personal Matter dan komunikasi 6. Sejarah Organisasi 6. Pemimpin Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Sumber : (Fahmi, 2013, pp. 162-184) dan (Wirawan, 2005, p. 55) Berdasarkan kerangka teori diatas, maka penelitian dimaksudkan untuk menganalisis “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komunikasi Antar Team PT Plaza Indonesia Realty Tbk”.