SISTEM MANAJEMEN RUMAH SAKIT TNI GUNA PERCEPATAN PELAYANAN PASIEN DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN PRAJURIT (STUDI KASUS RSAL MINTOARJO) Vera Agustina Yanti ASM BSI Jl.Raya Salemba Jakarta Pusat email: [email protected] Abstract To Improve Perfomance soldiers and welfare of soldiers and their families. so quality of services expesially provision of improved, infrastructure facilities. To the write wanted to effect of hospital management system with the quality service. Case study; Army hospital RSAL MINTOARJO. Various effort have been conducted are lack of advanced education for profesional nurses, seeking management for computerized medical record. Managemenf of medical record files that are less well lack of continuing education for nurses. Many employess who lack understanding of computers and lack of experience and the low professional skills of paramedical personel. Formulate strategy an effort to reduce obstacles and barriers. Special educational needs of the organization employee in accordance, providing educational medical staff, provide incentives and rewards punishment to the medical workers, seeking management of computerized medical record improving hospital facilities, and infrastruktur for better service quality .to welfare of soldiers and their families, public. Realize the quality of services is important the importance of maintaining quality. Keywords: Service Quality, System Information Management Hospital, Welfare of Soldiers I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang–Undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Pada tahun 2010 diharapkan bangsa Indonesia mencapai tingkat kesehatan tertentu, dalam hal ini ditandainya oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan yang sehat, mempraktekkan perilaku hidup yang bersih dan sehat mampu menyediakan dan memanfaatkan pelayanan yang bermutu sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi. Rumah sakit adalah salah satu penyelenggarakan pelayanan ksehatan atau lebih tepat disebut sebagai sarana kesehatan Menurut Permenkes NO 159 B/MENKES/PER/II/1988 tentang rumah sakit disebutkan sebagai sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Apabila dilihat dari bentuk pelayanan dan jasa yang diberikan, rumah sakit merupakan suatu bentuk pelayanan publik. Karena itu pelayanan yang diberikan harus memenuhi standar pelayanan publik yang baik. Pembinaan kesehatan TNI pada dasarnya diorientasikan kepada terselenggaranya dukungan dan pelayanan kesehatan terhadap satuan–satuan operasional dan satuan–satuan pendukung beserta keluarganya dalam rangka mewujudkan strategi pembangunan TNI antara lain peningkatan kesejahteraan prajurit beserta keluarga. Rumah sakit TNI sebagai unsur pelaksana teknis dinas kesehatan TNI mempunyai peranan penting dalam mewujudkan prioritas sasaran tersebut, dengan memberikan pelayanan spesialistik dan memberikan subspesialistik bagi prajurit TNI, PNS TNI dan keluarganya. Rumah sakit TNI merupakan bagian dari industry jasa kesehatan, disatu sisi harus tetap hidup dan sisi lain harus tetap menjalani fungsi sosialnya kepada masyarakat pengguna jasa rumah sakit TNI. Keutamaan dari keinginan konsumen yang serba instant dan menginginkan pelayanan prima, mengharuskan manajemen Rumah sakit TNI berpikir ekstra keras dan menghindari kesalahan dalam pelayanan. Rumah sakit TNI diharapkan mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan pasien khususnya dalam kecepatan pelayanan terhadap pasien. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan dan strategi yang dilaksanakan dalam upaya–upaya untuk peningkatan kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia yang khususnya tenaga II. TINJAUAN PUSTAKA PENGERTIAN MANAJEMEN MODERN Menurut James AF Stoner (2006:26) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manager, tanpa mempedulikan kecakapan dan ketrampilan khusus mereka harus melakukan kegiatan tertentu yag saling berkaitan untuk mencapai tujuan–tujuan yang mereka inginkan. Proses tersebut terdiri dari kegiatan kegiatan manajemen teori cenderung memandang organisasi sebagai sebagai sistem terbuka, dengan dasar analisa konsepsional dan didasarkan pada data empirik, serta sifatnya sintesis dan integratif. Sistem terbuka pada hakekatnya merupakan proses transformasi masukan yang menghasilkan keluaran. Transformasi terdiri dari aliran informasi dan sumber–sumber daya. Meskipun ada beberapa model pandangan 9 close system dan open system, bukan berarti bahwa pandangan yang lama ditinggalkan karena ada pandangan yang baru lebih baik tetapi pada saat pandangan modern diberlakukan pandangan klasik dan neoklasik juga diberlakukan. TEORI MANAJEMEN RUMAH SAKIT Di Indonesia problem keuangan menyebabkan kemampuan pemerintah pusat untuk membiayai pembangunan menjadi berkurang. Secara praktis, Pemerintah menjauhi negara kesejahteraan, yang seharusnya negara membiayai seluruh pelayanan publiknya dari hasil pajak dan usaha negara. Rumah sakit semakin dilepas ke arah sistem pelayanan yang berbasis pada prinsip prinsip ekonomi dengan salah satu ciri menonjol yaitu sistem mewujudkan dengan pembuatan aplikasi sistem informasi manajemen rumah sakit, pengelolaan rekam medik yang baik, peningkatan sarana dan prasarana baik alat kesehatan maupun material kesehatan serta paramedik, sehingga kesejahteraan prajurit akan terwujud. kompetitif (Otter,1991). Pemahaman bahwa rumah sakit sudah merupakan industri, menjadikan dasar pengembangan mutu pelayanan rumah sakit. Tanpa pemahaman ini sulit bagi rumah sakit Indonesia untuk bersaing dengan pelayanan luar negeri. Fakta menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia yang mencari pengobatan ke luar negeri. Fenomena dapat disebut sebagai globalisasi tahap pertama. Sementara itu globalisasi tahap kedua adalah beroperasinya rumah sakit asing di Indonesia atau penanaman modal asing dalam sector pelayanan kesehatan. Saat pelayanan rumah sakit di Indonesia menghadapi suatu masa tanda tanya. Benarkah kompetisi global akan menyebabkan pelayanan kesehatan di Indonesia terdesak oleh investasi asing atau pelayanan kesehatan di pemerintah akan terdesak oleh pelayanan kesehatan swasta termasuk pelayanan kesehatan preventif dan promotif (Brotowasito, 1993: Mulyadi, 1995). Apabila kita mengacu pada sektor lain telah terdapat bukti sejarah bahwa produksi Indonesia terdesak oleh kompetisi global, misalnya minuman ringan, makanan cepat saji hingga manajemen perhotelan. Sementara dilingkungan lokal terjadi keadaan yang menarik, para staf organisasi pelayanan kesehatan melakukan tindakan untuk mencari pendapatan yang lebih tinggi. Organisasi pelayanan kesehatan yang dulu bersifat misionaris telah menjadi suatu lembaga yang para profesionalnya seperti dokter spesialis, dokter umum, perawat dan tenaga tenaga lain mencari nafkah untuk hidup. Ketidak mampuan lembaga rumah sakit dalam memberikan insentif ekonomi yang memadai yang menyebabkan para professional yang mencari di tempat lain. Kasus dokter spesialis rumah sakit pemerintah yang mendapatkan penghasilan terbesarnya dari rumah sakit swasta merupakan contoh klasik kegagalan rumah sakit pemerintah dalam memberikan kompensasi yang cukup. Salah satu konsep penting dalam sektor rumah sakit yang digunakan secara global untuk meningkatkan mutu pelayanan adalah otonomi rumah sakit. Diberbagai Negara konsep otonomi rumah sakit merupakan bagian reformasi pelayanan publik yang bertujuan memperhatikan tuntutan masyarakat agar menjadi peningkatan mutu pelayananan publik dan berkurangnya korupsi, pengembangan sumber daya manajemen, hingga peningkatan akuntabilitas dan transparansi dalam perencanaan dan penentuan proses anggaran. Hasil lain yang diharapkan dari otonomi rumah sakit adalah meningkatnya kepercayaan masyarakat pada lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan rumah sakit. Tidak dapat dipungkiri bahwa pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama, setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan, oleh karena industri jasa kesehatan semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan adalah jawaban yang mutlak dalam rangka mempertahankan eksitensi mutu pelayanan dan menjawab tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan. TEORI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT Sistem informasi managemen adalah suatu sistem yang menggunakan komputer yang dikerjakan sekarang, dan kegiatan dimasa akan ada sebagai dasar untuk menghasilkan informasi yang diperlukan manager. Informasi yang dihasilkan akan menggambarkan apa yang telah dicapai pada waktu lalu. Pelayanan rumah sakit mengandalkan informasi secara intensif. Informasi memainkan peranan vital dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi dapat digunakan sebagai sarana strategis untuk memberikan pelayanan yang berorientasi, kepada kepuasan pelanggan. Dalam hal ini perlu disadari bahwa pelanggan rumah sakit dapat berupa pelanggan internal maupun eksternal. Belum banyak dijumpai informasi tentang mutu pelayanan rumah sakit di Negara kita. Hal ini terjadi karena di rumah sakit masih kurang diperhatikan konsep mutu itu sendiri. Masih kurang seriusnya pengelolaan sistem informasi manajemen serta belum banyaknya dibuat standar mutu pelayanan di rumah sakit. Setidaknya ada tiga pendekatan untuk mendapatkan indikator mutu pelayanan rumah sakit, yaitu pendekatan struktural prosedural, dan pendekatan dampak. Rekam medis sebagai salah satu bentuk SIM– RS berperan penting dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dalam beberapa aspek sebagai berikut aspek administratif, aspek hukum, aspek keuangan, aspek riset, dan edukasi serta aspek dokumentasi. TEORI KEPERAWATAN Profesi keperawatan merupakan satu profesi luhur bidang kesehatan. Pengertian pelayanan kesehatan sesuai WHO Expert Commite On Nursing (1982) adalah: gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/merawat (care) suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosifi kerawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial. Sementara itu Gillies dalam buku Nursing Management, A System Approach 1989 menyatakan bahwa managemen keperawatan melalui upaya staf keperawatan, untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, rasa aman, bagi pasien keluarga dan masyarakat Griffit (1987) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan mempunyai 5 tugas yaitu; 1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termasuk untuk kesehatan emosional dan sosial 2. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan 3. Menciptakan keadaan lingkungan, fisik, kognitif, dan emosional sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit. 4. Berupaya meminimalisasi akibat buruk dari penyakit 5. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit. III. METODE PENELITIAN Metode yang diambil dalam riset ini adalah: studi pustaka dan mengamati ke lokasi tempat riset. Dengan melihat studi dokumen, dan hasil penelitian terdahulu dan melihat langsung ke tempat obyek penelitian. Tujuan penelitian ini: untuk melihat sejauh mana peran pentingnya sistem manajemen rumah sakit TNI terhadap percepatan pelayanan guna kesejahteraan prajurit TNI. Permasalahan: 1. Apa saja kendala dan hambatan yang mengurangi percepatan pelayanan RS TNI terhadap pelayanan pasien? 2. Strategi-strategi apa saja yang tepat guna mempercepat pelayanan tersebut? IV . HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah sakit TNI adalah rumah sakit TNI yang menjadi rujukan bagi keluarga TNI dan juga merupakan unsur pelaksana teknis yang berkedudukan langsung di bawah dinas kesehatan TNI. Tugas pokoknya adalah menyelenggarakan dukungan kesehatan pada operasi dan latihan serta memberikan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik bagi personal TNI, PNS TNI beserta keluarganya. Selain itu dalam hal pelayanan kesehatan. Rumah sakit TNI juga melayani penderita dari masyarakat umum. Dalam melaksanakan tugas pokoknya memiliki falsafah dan tujuan serta hasil kinerja sebagai indikator terhadap kualitas layanan yang telah diberikan. Falsafah tersebut dituangkan dalam visi dan misi yaitu: Visi terwujudnya rumah sakit TNI menjadi rumah sakit yang handal, dalam rangka memberikan dukungan kesehatan pada operasi/latihan dan pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI. PNS Sipil TNI beserta keluarganya. Misi a. Menyelenggarakan dukungan kesehatan pada operasi latihan dan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI dan keluarganya. b. Menyelenggarakan pengelolaan material kesehatan meliputi perencanaan pemeliharaan, pengadaan serta penghapusan dengan berkoordinasi bersama Dinas Kesehatan TNI. c. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam pengelolaan sarana dan prasarana rumah sakit d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, evaluasi program dan kegiatan. Fasilitas Pelayanan Medis Rumah sakit TNI 1. Pelayanan gawat darurat 2. Pelayanan rawat jalan terdiri dari Unit Rawat jalan A dan Unit Rawat jalan B meliputi; a. Poli penyakit dalam, Poli alergi, Poli jantung, Poli paru, Poli ginjal, Poli kebidanan, Poli kesehatan anak, Poli keluarga berencana, Poli BKIA dan laktasi, Poli bedah umum, Poli bedah ortopedi, Poli bedah urologi, Poli bedah syaraf, Poli bedah plastik, Poli mata, Poli THT, Poli syaraf, Poli kulit kelamin, Poli psikologi dan psikiatri, Polirehabilitasimedik, Poli kedokteran umum, Poli Periodonsi, Poli bedah mulut, Poli gizi, Poli akupuntur, Poli umum b. Pelayanan rawat inap Pelayanan rawat inap RS TNI memiliki kelas karyawan bervariasi dan ditata sesuai kelas perawatan, mulai VVIP sampai kelas II terdiri dari 1. Pelayanan rawat inap,Pelayanan rawat inap kebidanan 2. Pelayanan rawat inap perinatologi, Pelayanan rawat inap 3. Pelayanan rawat intensif, Pelayanan bedah, Pelayanan kamar bersalin. 4. Fasilitas pelayanan medis khusus terdiri dari Hyperbaric Center, Aesthetic Center, I-Cons, Pelayanan Krisis terpadu Pelayanan penunjang terdiri dari: Laboratorium Patologiklinik, Laboratorium Patologiantomi, Radiologi, Farmasi, Unit Gizi, Unit Sterilisasi Sentral, Unit laundry, Pelayanan pemeliharaan kesehatan, Fasilitas penunjang umum terdiri dari, Customer Service, Pelayanan rohani, Ambulance, Pemulasaran jenazah, Incenerator dan IPAL, Departemen pengembangan, pendidikan dan pelatihan, hasil kinerja rumah sakit TNI. Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja rumah sakit adalah melalui penilaian efisiensi pengelolaan rumah sakit yang menetapkan 4 parameter dasar dalam perhitungan yaitu: 1. BOR (Bed Occupancy Rate) Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur dirumah sakit yang digunakan pasien dalam suatu masa 2. Turn Over Interval (TOI) Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata–rata suatu tempat tidur kosong. 3. Leng th of stay (LOS) Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1 pasien selama satu tahun. 4. Bed Turn Over (BTO) Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun Data–data penunjang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat efisiensi tersebut adalah; 1. Rata-rata jumlah tempat tidur pertahun 2. Jumlah hari keperawatan selama 1 tahun 3. Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal selama satu tahun Pencapaian kinerja operasional RS TNI dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 1.1 Table 1.1 berikut : Data RSAL Mintoarjo No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 Uraian Nilai Ideal 3 Jan-Des 2006 Jan–Des 2007 2 4 5 Jumlah tempat tidur 255 267 Hari perawatan pasien 51.654 50.256 BOR% 70-85 55.50 51.75 LOS 6-9 5.28 5.57 BTO 40-50 38,4 33.8 TOI(Hari) 2-3 4,23 5.23 Total pasien rawat jalan /thn 107.316 101.413 Total rawat inap/thn 9.784 9.025 Sumber: Bagian administrasi Medis RS TNI(RSAL Mintoharjo) Jan-Des 2008 6 261 49.634 51.96 5.68 33.45 5.26 108.448 8731 Dari data di atas dapat diketahui, bahwa nilai BOR di RS TNI dari tahun ketahun berkisar 50%. Hal tersebut menunjukkan tingkat kualitas pelayanan kesehatan yang masih jauh dari efisien. Pada Tahun 2007 terjadi penurunan nilai BOR dan pencapaian TOI yang meningkat yaitu 5.23 hari jauh di atas angka ideal 2-3 hari, ini dikarenakan beberapa ruangan yang tidak dapat digunakan karena bocor/rembes yang diakibatkan oleh banjir. Sedangkan untuk nilai LOS meningkat pada tahun 2008 yaitu mencapai 5.68 hari, angka ini sudah mendekati nilai ideal yaitu 6 hari, hal ini disebabkan oleh beberapa penyakit yang dialami pasien yang membutuhkan waktu perawatan lebih lama. Berdasarkan data data di atas dapat di ketahui bahwa adanya keinginan atau cita–cita dari RS TNI sebagaimana yang tertuang dalam falsafah dan tujuan rumah sakit yang memberikan suatu bentuk pelayanan yang berkualitas bagi prajurit TNI beserta keluarganya dan masyarakat umum. Namun sampai saat ini kualitas pelayanan yang diberikan belum memberikan hasil maksimal, khususnya dalam kecepatan pelayanan terhadap pasien karena kegiatan management pelayanan mulai dari perencanaan, pengorganisasian. Pengarahan, dan pengawasan belum terlaksana dengan baik. Sistem Manajemen Administrasi Rumah Sakit Pihak manajemen rumah sakit mempunyai peran untuk melakukan perencanaan pengembangan dengan mengidentifikasi kesempatan yang ada, mengevaluasi manfaat bagi pelayanan pasien, perhitungan rugi laba serta pengembangan dan penilaian terhadap faktor lingkungan yang terkait, yang tidak kalah pentingnya adalah management sumber daya manusia baik kalangan medis, paramedis dan non paramedis. Sistem manajemen administrasi pasien yang dilaksanakan di RS ditinjau dari proses manajemen juga pada proses manajemen belum Pada proses perencanaan belum memperhatikan kebutuhan dalam rangka meningkatkan proses pelayanan yang ditandai karena belum adanya skala prioritas dan penyediaan pelayanan waktu yang tepat. Secara umum pegaturan ini meliputi pelayanan pasien dalam keadaan gawat darurat emergency, pelayanan segera urgent Pada proses manajemen selanjutnya yaitu pengorganisasian juga belum dilaksanakan dengan baik karena sumber daya manusia yang ada belum disiapkan untuk mengawali sistem yang serba komputer. Demikian halnya pada proses pengarahan dan pengawasan hal dapat dilihat bahwa belum adanya komitmen bersama antara personal medis dan non medis dalam usaha untuk mempercepat proses pelayanan terhadap dan pelayanan yang dapat dijadwalkan/direncanakan. Hal tersebut karena system yang berjalan saat ini masih dilakukan secara manual meliputi; a. Sistem pendaftaran b. Medical Record Pasien c. Penunjang Medis d. Billing Pasien e. Administrasi dan keuangan medis f. Administrasi non medis pasien. Rangka melaksanakan pengawasan terhadap seluruh sistem manajemen pelayanan yang ada saat ini dibentuk badan pengawas internal yang ditunjuk berdasarkan surat perintah Kepala Rumah Sakit TNI untuk melaksanakan pengawasan di samping dalam pelaksanaanya masih dirasa kurang karena mereka bekerja hanya bersifat temporer tidak dilaksanakan secara berlanjut. Kendala–kendala yang dihadapi Rumah Sakit TNI adalah: Berdasarkan gambaran kondisi saat ini maka dapat diidentifikasi permasalahan yang dihadapi sebagai berikut: A. Belum adanya sistem informasi managemen yang berbasis komputer sehingga sistem manajemen administrasi dikerjakan secara manual B. Pengelolaan file rekam medis belum terlaksana dengan baik 1. Distribusi pengeluaran file rekam medis tidak menempatkan tanda/jejak berupa kartu pengganti selagi petunjuk keberadaan file 2. Pencatatan pengeluaran dan pengembalian file rekam medis rawat jalan menggunakan 3. Tidak ada penanggung jawab tetap terhadap pengambilan file rekam medis rawat jalan menggunakan 2 buku ekspedisi: a. Belum ada terpenuhinya sarana dan prasarana baik alat kesehatan khususnya alat laboratorium maupun material kesehatan yang dibutuhkan pasien yaitu obat– obatan penyakit tertentu. b. Kemampuan dan profesionalisme tenaga paramedis masih kurang. c. Belum terlaksananya peningkatan pendidikan profesi lanjutan ke jenjang lebih tinggi. d. Belum adanya perencanaan program pendidikan yang berkesinambungan yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. e. Adanya persepsi khusus nya pada pasien dinas yang beranggapan bahwa dalam pelayanan mereka dibedakan dengan pasien umum maupun pasien askes. f. Makin banyak anggota paramedis di RS TNI yang relatif baru bekerja dan rendah pengalaman sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien kurang simpatik khususnya terhadap pasien dinas Terbatasnya kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang teknologi informatika, karena system manajemen administrasi pelayanan yang ada saat ini masih belum menggunakan komputerisasi. Masih terdapat tenaga paramedis perawat honorer setelah mempunyai pengalaman yang cukup di RS mereka pindah ke rumah sakit yang lain. STRATEGI-STRATEGI DIUPAYAKAN YANG Kondisi sistem managemen pelayanan RS TNI yang diharapkan: Era globalisasi menimbulkan peluang dan sekaligus juga ancaman bagi perumahsakitan di Indonesia. Karena rumah sakit itu perlu mempersiapkan diri secara baik dengan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Upaya meningkatkan mutu pelayanan antara lain: berupa standarisasi, akreditasi, penambahan sarana dan prasarana dan sumber daya manusia namun hal tersebut tidak akan ada artinya apabila tidak didukung sistem manajemen pelayanan kesehatan yang professional. Demikian pula RS TNI, guna meningkatkan percepatan dalam pelayanan terhadap pasien diharapkan adanya sistem informasi manajemen informasi yang berbasis komputer, pengelolaan yang baik, terpenuhinya sarana dan peningkatan kemampuan dan profesionalisme dari sumber daya manusia yang ada di RS TNI. 1. Sistem administrasi rumah sakit: a. Sistem administarsi rumah sakit yang diharapkan adalah terintegrasinya seluruh bagian di rumah sakit dengan menggunakan aplikasi sistem manajemen informasi rumah sakit SIM-RS. Dengan diberlakukannya SIM-RS akan diperoleh beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Mendapat suatu kondisi proses administrasi data pasien secara cepat, tepat akurat, terkontrol sistem informasi yang terintegrasi. 2) Pemantauan sumber transaksi dapat disajikan secara langsung sehingga membantu dalam upaya transparasi keuangan rumah sakit. 3) Proses pencarian data medical record MR diagnosa, tindakan pelayanan penunjang mode dan lain-lain dapat disajikan secara cepat efisien dan informatif. 4) Laporan menurut standar Depkes, standar TNI dan laporan internal rumah sakit baik harian bulan, maupun tahunan dapat dihasilkan dengan cepat akurat dan lebih informatif. 5) Meningkatkan kualitas layanan kesehatan di rumh sakit yang efektif, efisien dan akuntabel. Khususnya dalam percepatan pelayanan terhadap pasien, akan memberikan kontribusi sebagai berikut: a. Meningkatnya kepercayaan pasien khususnya prajurit, PNS beserta keluarganya maupun masyarakat umum untuk berobat di RS TNI. b. Tercapainya bed occupancy rate yaitu indikator yang memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur pasien, nilai BOR ideal adalah 70% sampai dengan 85%. Dengan tercapainya BOR, maka akan dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit yang didapatkan dari pelayanan terhadap masyarakat umum. c. Tercapainya Average Leng Of Stay yaitu rata rata lama perawatan seorang pasien yang merupakan tingkat efisiensi indikator dalam menentukan tingkat efisiensi dan juga dapat memberikan gambaran tentang mutu pelayanan, nilai AVLOSS ideal berkisar 6 sampai dengan 9 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pemeriksaan diagnostik terhadap pasien semakin efektif. d. Tercapai Turn Over Interval yaitu rata rata hari dimana tempat tidur ditempatkan saat terisi sampai ke saat berikutnya Nilai ideal TOI 1-3 hari e. Tercapai Bed Turn Over yaitu frekwensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satuan tertentu 1 tahun dimana indikator ini menggambarkan tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur . Nilai ideal 40-50 kali menunjukkan percepatan dalam pelayanan terhadap pasien. Indikator keberhasilan: Indikator keberhasilan peran manajement RS dalam meningkatkan percepatan pelayanan kesehatan dapat dicermati melalui adanya pencapaian dari berbagai program yang telah ditetapkan: a. Terwujudnya sistem informasi manajemen rumah sakit sehingga seluruh bagian dapat bekerja secara terintegrasi terwujudnya pengelolaan rekam medis yang baik. b. Terwujudnya pengelolaan rekam medis yang baik sehingga tidak terjadi lagi keterlambatan dalam pengurusan file rekam medis apalgi dengan diberlakukannya SIM-RS. c. Terwujudnya paradigma baru dalam budaya kerja RS yang tadinya serba manual menjadi computerisasi sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat, akurat, dan akuntabel. d. Terwujudnya peningkatan sarana dan prasana baik berupa alkes maupun matkes yang di RS khususnya yang tidak bisa didukung oleh rumah sakit sehingga pasien tidak harus menunggu obat atau pemeriksaan laboratorium yang harus dibeli/diadakan di luar. e. Terwujudnya kemampuan dan profesionalime sumber daya manusia khususnya tenaga paramedik. f. Terwujudnya system pelayanan yang baik khususnya dalam percepatan pelayanan terhadap pasien, sehingga hal ini dapat mendukung terciptanya kesejahteraan prajurit. STRATEGI Mengacu pada arah kebijakan yang telah dirumuskan tersebut, maka ditetapkan strategi Upaya: Dalam rangka meningkatkan kecepatan pelayanan di RS TNI sehingga akan terwujudnya kesejahteraan Prajurit TNI sehingga akan terwujud kesejahteraan prajurit diperlukan upaya-upaya sesuai dengan kebijakan dan strategi yang ditetapkan. a) Upaya untuk mewujudkan strategi Mengembangkan sistem informasi manajemen rumah sakit sehingga akan terwujud kecepatan kecepatan pelayanan karena sistem manajemen administrasi pasien yang digunakan selama ini masih dilakukan secara manual yang mencakup sistem pendaftaran, pengelolaan, pemeriksaan laboratorium, sehingga sistem pembayaran rumah sakit pasien, sehingga dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut: a. Strategi 1: melaksanakan pengembangan sistem managemen pelayanan pasien yang ada RS TNI yang selama ini masih dilakukan secara manual atau sistem yang berdiri sendiri stand alone dengan sistem baru berupa sistem informasi manajemen rumah sakit. b. Strategi 2: melaksanakan pengelolaan rekam medis dengan menggunakan sistem rekam medis elektronik yang bisa kompatibel dengan sistem manajemen rumah sakit. c. Strategi 3: meningkatkan sarana dan prasarana yang ada dirumah sakit khususnya alat kesehatan dan bekal kesehatan sesuai skala prioritas dan dilaksanakan pengadaanya secara bertahap tiap bulannya. d. Strategi 4: menumbuhkan atau membina ketrampilan professional tenaga paramedik, mencakup ketrampilan interpersonal dan ketrampilan teknikal yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional mengembangkan diri pribadi dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. data data yang ada dalam rumah sakit belum terintegrasi tujuan pengembangan ini adalah merancang sebuah sistem yang terintegrasi untuk seluruh bagian pelayanan rumah sakit agar kegiatan pelayanan terhadap pasien dapat dilakukan dengan lebih baik, cepat, terstruktur, sehingga mutu pelayanan terhadap pasien rumah sakit dapat dinilai baik, khususnya oleh prajurit, dan masyarakat pada umumnya. UPAYA YANG DILAKUKAN ADALAH: 1) Mabes TNI dalam hal ini melaksanakan koordinasi dengan RS TNI agar RS segera mengajukan usulan kepada Asrena TNI tentang pembangunan aplikasi SIM RS dengan konsep dan fitur fitur modul modul sebagai berikut: KONSEP SISTEM INFORMASI RS AL: TEMPAT PENDAFTARAN UNTUK RAWAT JALAN /INAP /UGD PENDAFTARAN RAWAT INAP PASIEN PELAYANAN MEDIS RAWAT JALAN UGD RADIOLOGY PENUNJANG MEDIS LABORATORIUM FARMASI PASIEN KELUAR PEMBAYARAN TAGIHAN KEUANGAN BILLING PASIEN DOKTER DAN PERAWAT Sumber: RS TNI AL MINTOARJO 2008 2) MABES TNI dalam hal ini Dinas Kesehatan TNI melaksanakan koordinasi dengan Disinfohlatal tentang pemilihan sistem yang akan digunakan, apakah akan dilaksanakan sendiri oleh pihak RS melalui pengadaan lewat pihak ketiga atau terpusat oleh disindohlatal. Dalam pengadaan sistem aplikasi SIMRS tersebut adalah beberapa hal: yang harus mendapatkan perhatian. a) Kehandalan sistemnya yaitu: kemampuan untuk menyediakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit b) Kompatibitasnya atau interograsi dengan komputer yang sudah ada di rumah sakit atau pun dengan sistem lainnya. c) Kemudahan melatih dan menggunakannya serta kemudahan dalam perawatannya. d) Adanya dukungan dari pemasok khususnya untuk spare part serta kemudahan dalam menginstalasinya 3) Peningkatan sumberdaya manusia di bidang teknologi informatika a) Mabesal dalam hal ini diskesal melaksanakan koordinasi dengan disinfohlatal dan didikal untuk melaksanakan program pelatihan dibidang informatika sehingga personal dipersiapkan untuk mengawaki SIM RS siap pakai pada saat sistem tersebut sudah berjalan. b) RS mengikuti personel yang ditunjuk untuk seminar simposium serta pelatihan. c) Melaksanakan studi banding ke rumah sakit yang telah melaksanakan SIM RS, bila perlu sampai ke luar negeri 4) Melaksanakan perubahan budaya kerja di rumah sakit Pimpinan RS mengadakan sosialisasi kepada seluruh anggota tentang SIM RS sehingga mereka siap untuk mengubah budaya kerja mereka, perubahan budaya kerja organisasi dilaksanakan dengan harapan adanya suatu pokok penyelesaian masalah masalah eksternal maupun internal yang dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang mewariskan kepada anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami dan memikirkan dan merasakan masalah masalah terkait, dengan cara sbb: a) Mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang urgensi diberlakukannya sebagai SIM- RS b) Membentuk tim Transformasi yang dapat mengelola perubahan c) Memberdayakan semua lapisan managemen untuk mengelola perubahan ini d) Menentukan keberhasilan dalam jangka pendek yang dapat memacu prestasi kerja dari seluruh anggota rumah sakit e) Melaksanakan konsolidasi terhadap keberhasilan yang telah dicapai selama ini. f) Menentukan dan melaksanakan budaya kerja baru di rumah sakit yang sesuai dengan peningkatan kinerja, efektifitas orientasi kepada pelanggan hubungan yang baik antar seluruh staf serta melaksanakan pembinaan dalam pengembangan pola kepemimpinan pada semua lini. 5) Upaya untuk mewujudkan strategi 2 menyelenggarakan pengelolaan rekam medis yang baik, karena sistem medis yang memberikan standar mutu pelayanan yang diberikan fasilitas pelayanan kesehatan maupun oleh tenaga kesehatan yang berwenang. Upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut; 1) RS TNI mengajukan usulan kepada diskesal untuk memperlakukan sistem rekam medis elektronik adalah sistem penyimpanan informasi secara elektronik mengenai status kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diperoleh pasien sepanjang hidupnya dan tersimpan sedemikian hingga dapat melayani berbagi pengguna. Sistem ini nantinya akan terkoneksi/kompatibel dengan sistem informasi manajemen rumah sakit. Adapun keuntungan rekam medis elektronik adalah: a) penyimpanan berkas rekam medis yang terkomputerisasi menjadikan rekam medis mudah dan cepat diolah untuk memudahkan bagian rekam medis dengan pengolahan data rekam medis menjadi informasi dalam bentuk laporan laporan maupun perkembangan pelayan kesehatan maupun statistik yang disimpan dalam komputer melalui data sosial pasien kunjungan, imunisasi tindakan dan diagnose akhiran kebakaran untuk meyimpan b) Dengan adanya efisiensi tempat tempat penyimpanan berkas rekam medis pasien dalam mendapatkan statistik dan laporan yang dibutuhkan serta memudahkan pihak manajemen dalam memperoleh informasi dalam bentuk statistik dan laporan guna mendukung pengambilan keputusan. 2) RS TNI membentuk komite rekam medis yang bertugas melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan dan pelaksanakan rekam medis di rumah sakit. 3) RS TNI dalam hal ini departemen pengembangan pendidikan dan pelatihan melaksanakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan petugas rekam medis khususnya dalam mengawaki sistem rekam medis elektronik 4) RS dalam hal ini mengupayakan agar file file yang aktif tetap aman dari bahaya banjir dan kebakaran, oleh karenanya diperlukan pembangunan satu ruangan yang didesain khusus, kedap terhadap banjir untuk penyimpan file tersebut 5) Upaya untuk mewujudkan strategi 3 dalam upaya mendukung strategi ketiga guna peningkatan sarana dan prasarana baik untuk alat kesehatan maupun bekal kesehatan, perlu dilakukan langkah langkah 6) Mabesal dalam hal ini diskesal melaksanakan koordinasi dengan dephan untuk pengajuan penambahan anggaran dalam rangka meningkatkan sarana dan prasarana yang ada dirumah sakit, meliputi pembangunan gedung serta pemeliharaanya, pengadaan alat yang belum ada diRSAL seperti alat laboratorium, MRI, alat standar yang harus ada diruangan serta pemenuhan obat obatan. Adapun cara yang ditempuh adalah sbb: a) Diskesal mengajukan usulan kepada dephan agar berkoordinasi dengan depkes, depkeu, dan bapenas untuk mencari Negara yang bisa membantu dengan cara soft loan: b) Diskesal mengajukan kebutuhan sarana dan prasarana tersebut melalui mekanisme APBN–P yang diusulkan setiap tahun sesuai skala prioritas. c) Diskesal mengajukan usulan kepada dephan untuk pengadaan alat–alat canggih melalui mekanisme pinjaman luar negeri/kredit ekspor. d) Diskesal melaksanakan koordinasi dengan puskes TNI tentang pemenuhan sarana dan prasaran a baik alat kesehatan maupun bekal kesehatan. 7) Melaksanakan efisiensi penggunaan Anggaran baik APBN DPK Non APBN khusus dana APBN sesuai juklak kasal no 11/II/2006 Tanggal 10 February 2006 Bahwa Dana tersebut 30% nya digunakan untuk peningkatan pelayanan terhadap pasien dinas, sehingga penggunaannya dapat diprioritaskan sebagai: a) Dana non APBN dihasilkan setiap bulannya dari pelayanan terhadap masyarakat umum, sehingga kepala RS TNI bisa memfokuskan dana untuk pemenuhan kebutuhan sarana dan prasana termasuk alat kesehatan material yang sangat dibutuhkan setiap bulannya. b) RS TNI dalam hal ini kabag progam membuat program kerja yang memfokuskan pada pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersebut. Berdasarkan program kerja yang dibuat. Bagian yang terkait dalam hal ini kepala departemen farmasi segera mengadakan sarana dan prasarana tersebut dengan tetap mengacu kepada keppres, 80 tahun 2003: tentang tata cara pengadaan barang dan jasa pemerintah, sehingga setiap bulannya dapat diadakan secara bertahap samapai sarana dapat terpenuhi. 8) RS TNI menjalin kerjasama dengan pihak ketiga yang bisa memberikan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan alat kesehatan maupun material kesehatan 9) Mabes TNI dalam hal ini dinas kesehatan melaksanakan koordinasi dengan Lafial tentang pemenuhan obat obatan yang tidak bisa didukung oleh rumah sakit sehingga lafial dapat secara bertahap memproduksi obat obatan yang dibutuhkan, di samping itu lafial mengadakan sosialisasi melalui seluruh tenaga medis bahwa obat obatan lafial tidak kalah dengan obat luar. 10) RS TNI dalam hal ini Kepala Dep. Farmasi melaksanakan stock opname terhadap seluruh persediaan obat obatan yang di rumah sakit sehingga dapat merencanakan dengan baik kebutuhan obat apa saja yang harusdiprioritaskan untuk diadakan. Para dokter/tenaga medis dalam menuat resep kepada pasien agar senantiasa berpedoman kepada formularium atau pun pedoman standar dalam pengobatan rumah sakit sehingga pasien di rumah sakit ini bisa mendapat obat-obatan yang diresepkan. Upaya untuk mewujudkan strategy ke 4 Peningkatan kemampuan dan profesionalime tenaga paramedik dapat diwujudkan melalui peningkatan pendidikan tenaga paramedik dapat diwujudkan melalui peningkatan pendidikan tenaga paramedis, kaderisasi guna mendapatkan pengalaman kerja dalam pelayanan kesehatan, pelatihan pelatihan tingkat profesi lanjutan dan pemberian insentif yang memadai. 1) Peningkatan pendidikan tenaga paramedis. 2) Melaksanakan kaderisasi 3) Pelatihan profesi lanjutan 4) Pemberian insentif yang memadai 5) Kepala RS TNI menerapkan reward and punishment terhadap seluruh tenaga para medis, sehingga memacu mereka untuk menunjukkan kinerja yang terbaik V. KESIMPULAN a. Untuk mewujudkan sistem manajemen RS guna meningkatkan kecepatan dalam pelayan terhadap pasien, maka pihak manajement RS harus berusaha keras dan memiliki komitmen untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien utamanya kecepatan pelayanan terhadap pasien dinas dan keluarganya b. Dalam mewujudkan mutu pelayanan kesehatan tidak hanya sistemnya yang harus mendukung tetapi faktor lainnya yang mempengaruhi. c. Kecepatan pelayanan juga harus dikelola dengan baik, serta dengan pengelolaan file rekam medis diupayakan menggunakan sistem rekam medis elektronik yang bisa kompatible d. Peningkatan kemampuan dan profesionalisme dari tenaga paramedis sangat menentukan dalam menjaga mutu dalam pelayanan terhadap pasien rumah sakit. VI. SARAN a. Agar pihak manajemen rumah sakit membuat perencanaan yang bersifat strategik baik secara makro yaitu optimasi penggunaan sumber daya serta peningkatan keunggulan kompetitif pelayanan kesehatan berbasis teknologi. b. Agar pihak manajemen rumah sakit untuk meningkatkan physical support yang dimilki seperti segi penataan ruang layanan yang teratur, kenyaman runag tunggu, perawatan ekterior dan interior, tempat parkir yang memadai. c. Agar pihak manajemen rumah sakit beserta seluruh staf segera membuat perencanaan dan persiapan untuk mewujudkan akreditasi penuh untuk 16 pelayanan sesuai yang disyaratkan oleh depkes untuk mutu pelayana DAFTAR PUSTAKA Alexandra Indriyanti Dewi. 2008. Etika dan hukum Kesehatan. Pustaka Book Publitzer Yogyakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Laksono Trisnatoro. 2006. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit. Gajah Mada University Press. Mabes TNI. Kebijakan dan Strategy TNI sampai dengan 2004. Rumkital Dr Mintoharjo. 2003. Informasi Pelayanan Rumkital Dr Mintoarjo. Edisi Ke Dua. Penerbit Universitas Indonesia UI–Press. 2003. Jakarta Tjandra Yoga Aditama. 2003. Managemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi kedua , penerbit Universitas Indonesia UI –Press , Jakarta Undang–Undang RI No 23 tahun 1992 kesehatan tentang Wiku Adi Sasmito. 2007. Sistem Kesehatan PT Raja Grafindo Persada.