anlisis manajemen resiko bisnis pada perusahaan perhotelan

advertisement
ANLISIS MANAJEMEN RESIKO BISNIS PADA
PERUSAHAAN PERHOTELAN DENGAN METODE
DELPHI DI HOTEL XY MEDAN
Abdurrozzaq Hasibuan
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UISU
Jln. Karya Bakti No. 34 Pangkalan Mansyhur – Medan
Abstrak
Pemahaman yang tepat terhadap risiko, dapat merubah risiko menjadi peluang. Tidak terkecuali
dalam dunia usaha/bisnis, keadaan yang dipenuhi ketidakpastian dapat mempengaruhi keberhasilan
suatu bisnis. Keputusan-keputusan strategis dan taktis yang dibuat manajemen yang pada awalnya
bertujuan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, apabila tidak mempertimbangkan risikorisiko yang kemungkinan akan muncul, dapat menyebabkan keputusan tersebut malah membuat
pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut tidak tercapai. Pengelolaan risiko yang lebih dikenal
dengan Manajemen Risiko. Dalam Manajemen Risiko terdapat 3 tahap penting, yaitu Identifikasi,
Pengukuran dan Pemetaan Risiko.
3 kriteria risiko yang kemungkinan akan dihadapi perusahaan yaitu Risiko Keuangan, Risiko
Operasional, dan Risiko Eksternalisasi. Dari ketiga kriteria risiko ini, Risiko Keuangan merupakan
kriteria risiko yang memiliki bobot terbesar yaitu 0,6348 atau sebesar 63,48%, dengan sub kriteria
risiko kenaikan biaya operasional. Indikatornya adalah adanya tambahan gedung untuk kenaikkan
bintang, penggantian peralatan/fasilitas yang kurang terencana dan adanya pemadaman listrik yang
berkepanjangan. Sedangkan Risiko Operasional memiliki bobot 0,1961 atau 19,61% dan Risiko
Eksternalisasi sebesar 0,1690 atau 16,90%.
Kata-kata Kunci : Manajemen Risiko, Metode Delphi
Pendahuluan
Semua orang menyadari bahwa dunia penuh ketidakpastian. Dimana ketidakpastian
mengakibatkan adanya risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Keadaan ini juga berlaku dalam dunia usaha/bisnis di Hotel XY Medan. Terdapat berbagai
risiko yang dapat terjadi seperti kebakaran, kerusakan, kecelakaan, pencurian, penipuan,
kecurangan, penggelapan dan sebagainya, yang dapat menimbulkan kerugian yang tidak
sedikit. Disamping itu, kondisi-kondisi lain yang terus mengalami perubahan dan
perkembangan seperti fluktuasi pasar, pertumbuhan ekonomi, gejolak politik, peraturan
pemerintah dan sebagainya, akan membuat manajemen (mulai dari investor, komisaris,
direksi sampai office boy) harus mempetimbangkan segala dampak dari keputusannya.
Namun sebagai sebuah konsep yang masih terbilang baru diterapkan dalam dunia industri
(manajemen risiko lebih banyak diterapkan didunia perbankan), pengertian dan konsep
pengelolaan risiko ini, belum banyak dipahami para pelaku usaha.
Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, walau tidak ada metode apapun yang
bisa menjamin akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan (kecuali kegiatan
yang mengandung risiko itu tidak dikerjakan), maka sudah seharusnyalah risiko itu
dikelola dengan sebaik-baiknya, untuk meminimalkan dampak buruk dan kerugian yang
mungkin timbul risiko tersebut.
Permasalahan yang ada di Hotel XY bagaimana pemahaman terhadap pengertian dan
pengelolaan risiko bisnis dalam bidang perhotelan dan melaksanakan teknik pengelolaan
1
risiko bisnis untuk meminimalkan tingkat kerugian kemudian tujuan dari permasalahan ini
adalah Mengidentifikasi risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan, melakukan
pengukuran terhadap risiko yang terjadi, menentukan skala prioritas risiko yang harus
ditangani oleh perusahaan dan pengelolaan risiko yang terdapat di perusahaan.
Pengertian Manajemen Resiko
Risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas
kejadiannya Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam
penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi perusahaan, yang mencakup
kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, mengkoordinir dan mengawasi
program penanggulangan risiko tersebut. Model pengelolaan risiko mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan
tersebut, yaitu kompleksitas risiko, kondisi eksternal, dan ketersediaan produk pengelolaan
risiko.
Pada dasarnya hampir semua jenis usaha memiliki risiko yang sama. Namun secara lebih
spesifik, terdapat beberapa perbedaan sesuai dengan bisnis inti (core bussines) yang
dijalankan perusahaan. Untuk mempermudah melakukan analisa, pendekatan terhadap
risiko dibedakan atas dua bagian yaitu : (1) Pendekatan nonfinansial adalah pendekatan
analisis risiko yang lebih ditekankan pada faktor teknis operasi perusahaan, (2) Risiko
financial adalah pendekatan analisa risiko yang ditekankan pada faktor ekonomi baik
internal perusahaan maupun dampak dari keadaan ekonomi secara global Pada umumnya
terdapat beberapa persamaan risiko yang dihadapi oleh banyak perusahaan. Perbedaan
jenis dan karakter risiko yang terdapat pada setiap perusahaan dapat dipengaruhi oleh jenis
dan karakter bidang usaha itu sendiri. Beberapa kriteria risiko yang umum terdapat pada
perusahaan :
1.
Risiko Keuangan, yaitu fluktuasi target keuangan atau
ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro.
2.
Risiko Operasional, yaitu potensi penyimpangan dari hasil
yang diharapkan karena tidak berfungsinya sistem, SDM, teknologi, atau indikator
lainnya.
3.
Risiko Strategis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi
eksposur korporat dan eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak
sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal perusahaan.
4.
Risiko Eksternalisasi, yaitu potensi penyimpangan dari
eksposur korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha,
karena pengaruh dari faktor eksternal.
Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan
kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan beberapa banyak nilai, atau eksposur, yang
rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko akan
muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya.
2
Gambar 1. Siklus Manajemen Risiko
Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang perlu untuk mendapat
perhatian khusus, tetapi adapula risiko yang dapat diabaikan. Itulah sebabnya perusahaan
perlu membuat pemetaan risiko.
Sejalan dengan prinsip ekonomi, yaitu keterbatasan sumber daya perusahaan untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, pemetaan risiko selalu dikaitkan dengan penyusunan
prioritas. Dengan demikian, pemetaan risiko berarti proses penetapan prioritas dalam
penanganan risiko dari seluruh risiko yang berhasil diidentifikasi. Disini selalu ditekankan
bahwa hanya risiko yang berhasil diidentifikasi yang dapat dipetakan.
Teknik Pemetaan
Karena risiko selalu dikaitkan dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga
menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang di maksud adalah probabilitas
terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.Dimensi pertama, probabilitas,
menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan
suatu risiko terjadi, semakin perlu mendapatkan perhatian. Sebaliknya, semakin rendah
kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk
memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan.
Dimensi kedua berupa dampak. Yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau
risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak dari
suatu risiko, semakin perlu mendapatkan perhatian. Sebaliknya, semakin rendah dampak
yang terjadi dari suatu risiko, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk
mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan.
3
Diagram
DiagramPemetaan
Pemetaanrisiko
risiko
Risiko
RisikoIIRisiko
IIRisikoIRisiko
IRisikoberbahaya
berbahaya
yang
jarang
terjadi
Mengancam
yang jarang terjadi Mengancam
pencapaian
pencapaian
tujuan
tujuanperusahaanRisiko
perusahaanRisikoIVRisiko
IVRisikoIIIRisiko
IIIRisiko
tidak
tidakberbahayaRisiko
berbahayaRisikoyang
yangterjadi
terjadisecara
secararutin
rutin
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Probabilitas
Probabilitas
Gambar 2. Diagram Pemetaan risiko
Metoda Delphi
Penerapan metoda Delphi digunakan untuk melakukan penilaian tingkat dampak suatu
risiko, dalam hal ini terhadap bisnis/usaha kecil. Dasar pemilihan metoda ini sebagai
prosedur penilaian adalah sebagai berikut :
1. Penilai yang diperlukan adalah mereka yang memahami bagian-bagian dari perusahaan
yang akan dijadikan objek penilaian tingkat risiko, sehingga mereka mampu
menentukan hal-hal yang dianggap memiliki tingkat risiko yang tinggi yang harus
segera mendapatkan penanganan.
2. Data yang diperlukan untuk kebutuhan penilaian tingkat risiko pada tiap bagian di
perusahaan tersebut tidaklah mudah.
3. Menghindari sumber gangguan dalam komunikasi antar kelompok/group, misalnya
dominasi kelompok oleh satu atau beberapa orang, tekanan dalam membentuk
pendapat, konflik pribadi, atau permusuhan antar kelompok
Metode Delphi merupakan metoda yang sesuai dengan karakteristik penilaian tingkat
prioritas risiko yang membutuhkan pengelolaan. Dalam prosedur Delphi akan digunakan
beberapa istilah, penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.
Seminar Delphi adalah saat diadakan pertemuan bersama interviewer dan
responden untuk memberikan hasil yang telah dicapai pada round sebelumnya tentang
jenis-jenis dan ukuran risiko-risiko yang mungkin akan terjadi.
2.
Interviewer adalah pengumpul atau pengolah data dari hasil setiap round.
3.
Responden adalah pihak yang ikut berpartisipasi dalam proses Delphi ini sebagai
partisipan, yang terdiri dari para ahli di bidangnya. Yang dimaksud dengan ahli dalam
hal ini adalah para pekerja yang ada dalam perusahaan yang berkaitan dengan risikorisiko yang mungkin terdapat dalam bidang pekerjaannya.
4.
Round adalah suatu proses yang diawali dengan pengumpulan data sampai dengan
penyajian hasilnya pada seminar berikutnya.
5.
Kuisioner adalah formulir yang dibagikan kepada responden pada semua round
untuk mendapatkan prioritas risiko yang perlu segera mendapatkan pengelolaan.
4
Untuk dapat menetukan kapan proses Delphi yang sedang berlangsung dapat
dihentikan, dipergunakan suatu kriteria kesepakatan pendapat diantara para responden.
Kesepakatan pendapat tersebut dapat dicapai dengan menggunakan metode kestabilan
pendapat sebagai alat ukurnya.
Pada umumnya di dalam suatu proses Delphi, kesepakatan pendapat dapat dianggap
tercapai apabila persentasi pendapat terletak dalam suatu daerah yang telah ditentukan.
Metode yang dipakai untuk mengukaur jumlah perubahan pendapat responden diantara
round Delphi yang berurutan adalah membandingkan distribusi pendapat pada setiap
round.
Prosedur Perbandingan Berpasangan
Prosedur perbandingan berpasangan merupakan prosedur pembobotan terhadap
sejumlah kriteria dalam masalah mengambil keputusan. Pada dasarnya formulasi
matematis prosedur perbandingan berpasangan ini dilakukan dengan menggunakan
matriks.
Misalnya terdapat suatu sub hirarki dengan suatu kriteria C dan sejumlah n elemen
dibawahnya, A1 sampai An. perbandingan antar elemen untuk sub sistem hirarki itu dapat
dibuat dalam bentuk matriks n x n dinamakan dengan matriks A seperti terlihat pada tabel
1, matriks ini disebut Matriks Perbandingan Berpasangan.
Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan
C
A1
A2
…
An
A1
A11
A12
A1n
A2
A21
A22
A2n
…
An
An1
An2
Ann
Nilai aij adalah nilai perbandingan elemen ai terhadap aj yang menyatakan hubungan :
1. Sebarapa jauh tingkat kepentingan Ai bila dibandingkan dengan Aj, atau
2. Seberapa banyak kontribusi Ai terhadap kriteria C dibandingkan dengan Aj
3. Seberapa jauh dominasi Ai dibandingkan dengan Aj, atau
4. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada Ai dibandingkan dengan Aj
bila diketahui nilai Aij maka secara teoritis nilai aij = 1/aij, sedangkan nilai aijdalam situasi I
= j adalah mutlak sama dengan 1, nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan diatas
diperoleh dari skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty (1980) pada tabel 2.
Tabel 2 Skala Penilaian Perbandingan
Derajat
Kepentingan
1
3
5
7
9
2,4,6,8
Definisi Istilah
Penjelasan
Kedua elemennya sama pentingnya
Kedua elemen mempunyai pengaruh
yang sama pentingnya
Pendapat sedikit memihak pada sebuah
elemen disbanding elemen lainnya
Sebuah elemen sedikit lebih
penting
dibandingkan
elemen
lainnya
Sebuah elemen lebih penting
dibandingkan elemen lainnya
Sebuah elemen jauh lebih penting
disbanding elemen lainnya
Sebuah elemen mutllak lebih
penting
dibandingkan
elemen
lainnya
Nilai-nilai tengah diantara dua
pendapat berdampingan
Pendapat sangat memihak pada sebuah
elemen dibandingkan elemen lainnya
Sebuah elemen secara kuat disukai dan
dominasinya tampak dalam praktek
Satu elemen terbukti mutlak lebih
disukai dibandingkan dengan pasangan,
pada tingkat keyakinan tertinggi
Nilai-nilai ini diberikan bila diperlukan
suatu kompromi
5
Yang menjadi masalah adalah bagaimana mendapatkan bobot wi untuk setiap
perbandingan aij tersebut. Untuk memecahkan masalah ini dapat dilakukan pendekatan
perhitungan bobot (prioritas).
Pengujian Konsistensi Matriks Perbandingan
Hubungan preferensi yang dikenakan antara dua elemen tidak mempunyai masalah
konsistensi relasi. Bila elemen A adalah dua kali lebih penting dari elemen B, maka elemen
B adalah ½ kali pentingnya dari elemen A. konsistensi seperti ini tidak selalu berlaku bila
terdapat banyak elemen yang harus dibandingkan. Keterbatasan kemampuan numerik
manusia menyebabkan prioritas yang diberikan untuk sekumpulan elemen tidaklah selalu
konsistensi logis. Secara numerik, terdapat kemungkinan suatu rangkaian penilaian untuk
menyimpang dari konsistensi.
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Indeks Konsistensi (Consistency
Index (CI)) sebagai berikut:
 max  n
CI =
n 1
Dengan  max  nilai eigen maksimum
n
= ukuran matriks
Nilai CI tidak akan berarti bila tidak terdapat patokan menyatakan apakah CI
menunjukkan suatu matriks yang konsisten. Saaty (1980) memberikan patokan dengan
melakukan perbandingan random. Dari matriks random tersebut didapat juga nilai
Consistency Index,yang disebut dengan Random Index (RI). Dengan membandingkan CI
dengan RI maka didapatkan patokan untuk menentukan tingkat konsistensi suatu matriks,
yang disebut dengan Consistenc Index (CR), dengan formula:
CR =
CI
CR
Saaty menerapkan bahwa suatu matriks perbandingan adalah konsistensi bila nilai CR
tidak lebih dari 0,1.
Analisis Hasil Identifikasi Risiko
1.
Risiko Keuangan

Risiko Kenaikkan Biaya Operasional
Adapun penyebab dari naiknya biaya operasional pada hotel adalah:
a.
Biaya Promosi : Pada umumnya sebagian perusahaan
mengeluarkan biaya promosi 10% bahkan lebih dari pendapatan perusahaan.
Perencanaan yang kurang tepat selain menyebabkan tidak tercapainya tujuan
promosi juga menyebabkan melonjaknya biaya promosi. Tidak jarang beberapa
perusahaan menganggap bahwa promosi dapat dijadikan simbol keunggulan usaha
dari para pesaing.
b.
Pemborosan : Di samping biaya operasional tetap,
terkadang di beberapa perusahaan terdapat pengeluaran yang bersifat tidak resmi.
Walaupun jumlahnya tidak terlalu besar, akan tetapi biaya-biaya ini dapat
menambah beban keuangan perusahaan.
c.
Gaji : Kinerja suatu perusahaan dapat menjadi buruk
karena jumlah karyawan yang terlalu banyak atau berlebihan.
d.
Utang : Adanya utang perusahaan tehadap pihak lain
yang belum terbayar pada saat jatuh tempo.
6
Disamping hal-hal diatas ada beberapa hal yang tak terduga yang mengakibatkan
naiknya biaya operasional Hotel XY, yaitu seringnya terjadinya pemadaman listrik
yang berkepanjangan dengan frekuensi hampir setiap hari. Oleh karena itu hotel harus
menyediakan biaya untuk penggunaan genset. Dimana biaya tersebut tidak sedikit.

Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

Risiko Transaksi

Risiko Permodalan
2.




3.




Risiko Operasional
Risiko Sumber Daya Manusia (SDM)
Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Risiko Teknologi
Risiko Pengembangan
Risiko Eksternalisasi
Risiko Lingkungan
Risiko Reputasi
Risiko Pemasaran
Risiko Kejahatan
Analisis Hasil Pengukuran Risiko
Dari hasil penelitian data-data yang terdapat di Hotel XY dan beberapa data dari
pihak lain, risiko yang paling sering dialami oleh Hotel XY adalah kenaikan biaya
operasional yang disebabkan oleh adanya penambahan gedung dan peralatan hotel
dikarenakan Hotel XY ingin menaikkan bintang, perbaikan fasilitas yang ada, kemudian
karena seringnya pemadaman listrik yang berkepanjangan yang membuat perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan yang besar untuk penggunaan genset, dan adanya kegagalan
promosi yang memakan biaya cukup besar.
Sedangkan risiko kedua yang belakangan sering terjadi adalah penolakan order
(convention hall dan bussiness center) karena penuhnya tingkat pemesanan serta kegagalan
pemenuhan target penjualan kamar. Hal ini terkait karena adanya gosip tentang imej Hotel
XY yang dianggap sebagai ‘Hotel Tua’. Sehingga tamu terutama yang berasal dari dalam
negeri merasa takut untuk menginap disana. Mereka beranggapan bahwa hotel itu sewaktuwaktu akan roboh, karena bangunan yang sudah lama.
Dalam tahap pengukuran, terdapat beberapa kendala yang dialami, yang
menyebabkan kurang maksimalnya hasil pengukuran itu sendiri, antara lain:
1.
Tidak tersedianya data-data frekuensi dan jumlah kerugian dari beberapa kejadian
yang dapat dijadikan sebagai sumber pengukuran risiko.
2.
Laporan keuangan yang tidak diperlihatkan secara detail sehingga menyulitkan
dalam memberi patokan besaran tingkat dampak kegawatan suatu risiko.
Namun, walaupun demikian dari beberapa catatan kejadian yang terdapat di
perusahaan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam
memberikan penilaian terhadap kemungkinan risiko yang akan dihadapi perusahaan pada
waktu berikutnya.
Analisis Hasil Pemetaan Risiko
Teknik Delphi, diperoleh skala kriteria dan sub kriteria risiko sebagai berikut :
Kuadran I :
Kuadran pertama menggambarkan kriteria dan sub kriteria risiko yang hampir pasti terjadi
dalam waktu dekat maupun dimasa mendatang dengan tingkat kerugian yang tidak dapat
7
diamankan oleh perusahaan. Kriteria dan sub kriteria risiko yang berada pada kuadran ini
sangat perlu mendapatkan prioritas penanganan oleh pihak manajemen. Kriteria dan sub
kriteria risiko yang terdapat pada kuadran ini adalah:
 Risiko Kenaikkan Biaya Operasional (4,4)
Kuadran II :
Kuadran kedua menggambarkan kriteria dan sub kriteria risiko yang tingkat probabilitas
kejadian antara rendah samapai sedang namun dampaknya bila risiko tersebut menjadi
kenyataan tinggi. Kriteria dan sub kriteria pada kuadran ini perlu mendapatkan perhatian
manajemen agar jangan sampai terjadi karena dapat menimbulkan kerugian yang besar
seperti tujuan dan target perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut. Kriteria dan sub
kriteria yang terdapat pada kuadran ini adalah:
 Risiko Sumber Daya Manusia ( 2,3 )
 Risiko Reputasi ( 2,3 )
 Risiko Permodalan ( 1,3 )
Kuadran III :
Kuadran ketiga menggambarkan kriteria dan sub kriteria risiko dengan tingkat probabilitas
kejadian yang tinggi dan kemungkinan kerugian kecil serta dampak yang wajar. Risikorisiko yang terdapat pada kuadran ketiga ini biasanya tidak perlu mendapatkan prioritas
penanganan dari manajemen, akan tetapi tetap perlu diperhatikan kemungkinan
kejadiannya. Kriteria dan sub kriteria risiko yang berada pada kuadran ini adalah:
 Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah ( 3,2 )
 Risiko Teknologi ( 3,2 )
 Risiko Pemasaran ( 3,2 )
Kuadran IV :
Kuadran keempat menggambarkan kriteria dan sub kriteria dengan kemungkinan kerugian
hampir tidak mungkin terjadi dan dampak risiko yang wajar. Risiko yang terdapat pada
kuadran ini biasanya dapat diabaikan oleh manajeman, akan tetapi tetap perlu diperhatikan.
Kriteria dan sub kriteria yang berada pada kuadran ini adalah:
 Risiko Lingkungan ( 2,2 )
 Risiko Transaksi ( 2,2 )
 Risiko Pengembangan ( 1,2 )
 Risiko Kejahatan ( 1,1 )
Analisis Hasil Pembobotan Perbandingan Berpasangan
Perbandingan berpasangan, dapat diketahui kriteria dan sub kriteria risiko yang
memiliki tingkat bobot prioritas kepentingan risiko yang harus mendapatkan pengelolaan.
Adapun urutan kriteria dan sub kriteria risiko yang memiliki bobot kepentingan ( mulai
dari tingkat tertinggi sampai terendah) adalah sebagai berikut :
8
Tabel 3 Hasil Pembobotan Perbandingan Berpasangan
No
Kriteria Risiko
Sub Kriteria Risiko
Risiko Kenaikkan Biaya Operasional
Risiko Keuangan Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah
1.
(0,6348)
Risiko Permodalan
Risiko Transaksi
Risiko SDM
Risiko
2.
Operasional
Risiko Pengembangan
(0,1961)
Risiko Teknologi
Risiko Reputasi
Risiko
Risiko Pemasaran
3.
Eksternalisasi
Risiko Lingkungan
(0,1690)
Risiko Kejahatan
Bobot
0,5479
0,1928
0,1586
0,1007
0,6930
0,1616
0,1454
0,3597
0,2765
0,2486
0,1171
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Terdapat 3 kriteria risiko di Hotel XY yaitu Risiko Keuangan, Risiko Operasional dan
Risiko Eksternalisasi.
Dari ketiga risiko tersebut, Risiko Keuangan dengan sub kriteria risiko kenaikan biaya
operasional merupakan jenis risiko yang sering terjadi di Hotel XY dengan indikator
adanya tambahan gedung untuk kenaikkan bintang dan penggantian peralatan/fasilitas
yang kurang terencana serta pemadaman listrik yang berkepanjangan.
Dari hasil pengukuran risiko dengan cara pembobotan, Risiko Keuangan juga
merupakan risiko yang mutlak harus diperhatikan dibanding dengan kedua risiko
lainnya, karena Risiko Keuangan memiliki bobot terbesar yaitu 0,6348 atau sebesar
63,48%. Sedangkan Risiko Operasional memiliki bobot 0,1961 atau 19,61% dan
Risiko Eksternalisasi sebesar 0,1690 atau 16,90%. Sehingga manajemen Hotel XY
dapat melihat kriteria dan sub kriteria risiko yang memiliki tingkat kepentingan
(urgentity) yang perlu dikelola.
Hasil pemetaan risiko yang terbagi kedalam empat kuadran, kriteria dan sub kriteria
risiko yang perlu mendapatkan prioritas penanganan dari manajemen Hotel XY, yang
terdapat pada kuadran pertama adalah:

Risiko Kenaikkan Biaya Operasional
Bidang usaha yang dijalankan oleh manajemen Hotel XY saat ini dapat digolongkan
kepada jenis usaha dengan tingkat risiko yang tinggi.
Dengan menerapkan konsep Managemen Risiko pada perusahaan, pihak managemen
akan lebih mudah mengetahui risiko yang akan dihadapi sehingga dapat
meminimalkan tingkat kerugian.
Daftar Pustaka
Darmo, Soerwirjo, Herdi. S, Teori dan Praktik Akuntansi Perhotelan, Yongyakarta,
Penerbit Andi, 2003.
Djohanputro, Bramanty, MBA, Ph.D, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, Jakarta :
Penerbit PPM, 2004.
9
Djojosoedarso, Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 1999.
Drs, Darmawi, Herman, Manajemen Resiko, Jakarta, Penerbit Bumi Aksara, 2002.
Effendi, Muchtar, Pengantar Manajemen Perhotelan, Palembang, CV. Tujuh Belas Tiga
Dua Palembang, 1996.
Mangkuwedoyo, Sudiarto, Perkembangan Pengelolaan Industri Akomodasi & Restoran
Jilid II, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1999.
Nazir, Moh, Ph. D. Metodologi Penelitian, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia, 1988.
PT.
Asuransi
Astra
Buana,
Pengertian
dan
Prinsip
Risiko,
http://www.asuransi.astra.co.id/index.php?page=insure.about&1194364241, 2006.
Saaty, L. Thomas, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Jakarta : Penerbit PT.
Gramedia, 1993.
Umar, Husein, Manajemen Risiko Bisnis, Pendekatan Finansial dan Nonfinansial,
Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998.
10
Download