ANLISIS MANAJEMEN RESIKO BISNIS PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN DENGAN METODE DELPHI DI HOTEL XY MEDAN Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UISU Jln. Karya Bakti No. 34 Pangkalan Mansyhur – Medan Abstrak Pemahaman yang tepat terhadap risiko, dapat merubah risiko menjadi peluang. Tidak terkecuali dalam dunia usaha/bisnis, keadaan yang dipenuhi ketidakpastian dapat mempengaruhi keberhasilan suatu bisnis. Keputusan-keputusan strategis dan taktis yang dibuat manajemen yang pada awalnya bertujuan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, apabila tidak mempertimbangkan risikorisiko yang kemungkinan akan muncul, dapat menyebabkan keputusan tersebut malah membuat pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut tidak tercapai. Pengelolaan risiko yang lebih dikenal dengan Manajemen Risiko. Dalam Manajemen Risiko terdapat 3 tahap penting, yaitu Identifikasi, Pengukuran dan Pemetaan Risiko. 3 kriteria risiko yang kemungkinan akan dihadapi perusahaan yaitu Risiko Keuangan, Risiko Operasional, dan Risiko Eksternalisasi. Dari ketiga kriteria risiko ini, Risiko Keuangan merupakan kriteria risiko yang memiliki bobot terbesar yaitu 0,6348 atau sebesar 63,48%, dengan sub kriteria risiko kenaikan biaya operasional. Indikatornya adalah adanya tambahan gedung untuk kenaikkan bintang, penggantian peralatan/fasilitas yang kurang terencana dan adanya pemadaman listrik yang berkepanjangan. Sedangkan Risiko Operasional memiliki bobot 0,1961 atau 19,61% dan Risiko Eksternalisasi sebesar 0,1690 atau 16,90%. Kata-kata Kunci : Manajemen Risiko, Metode Delphi Pendahuluan Semua orang menyadari bahwa dunia penuh ketidakpastian. Dimana ketidakpastian mengakibatkan adanya risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Keadaan ini juga berlaku dalam dunia usaha/bisnis di Hotel XY Medan. Terdapat berbagai risiko yang dapat terjadi seperti kebakaran, kerusakan, kecelakaan, pencurian, penipuan, kecurangan, penggelapan dan sebagainya, yang dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Disamping itu, kondisi-kondisi lain yang terus mengalami perubahan dan perkembangan seperti fluktuasi pasar, pertumbuhan ekonomi, gejolak politik, peraturan pemerintah dan sebagainya, akan membuat manajemen (mulai dari investor, komisaris, direksi sampai office boy) harus mempetimbangkan segala dampak dari keputusannya. Namun sebagai sebuah konsep yang masih terbilang baru diterapkan dalam dunia industri (manajemen risiko lebih banyak diterapkan didunia perbankan), pengertian dan konsep pengelolaan risiko ini, belum banyak dipahami para pelaku usaha. Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, walau tidak ada metode apapun yang bisa menjamin akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan (kecuali kegiatan yang mengandung risiko itu tidak dikerjakan), maka sudah seharusnyalah risiko itu dikelola dengan sebaik-baiknya, untuk meminimalkan dampak buruk dan kerugian yang mungkin timbul risiko tersebut. Permasalahan yang ada di Hotel XY bagaimana pemahaman terhadap pengertian dan pengelolaan risiko bisnis dalam bidang perhotelan dan melaksanakan teknik pengelolaan 1 risiko bisnis untuk meminimalkan tingkat kerugian kemudian tujuan dari permasalahan ini adalah Mengidentifikasi risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan, melakukan pengukuran terhadap risiko yang terjadi, menentukan skala prioritas risiko yang harus ditangani oleh perusahaan dan pengelolaan risiko yang terdapat di perusahaan. Pengertian Manajemen Resiko Risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi perusahaan, yang mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, mengkoordinir dan mengawasi program penanggulangan risiko tersebut. Model pengelolaan risiko mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan tersebut, yaitu kompleksitas risiko, kondisi eksternal, dan ketersediaan produk pengelolaan risiko. Pada dasarnya hampir semua jenis usaha memiliki risiko yang sama. Namun secara lebih spesifik, terdapat beberapa perbedaan sesuai dengan bisnis inti (core bussines) yang dijalankan perusahaan. Untuk mempermudah melakukan analisa, pendekatan terhadap risiko dibedakan atas dua bagian yaitu : (1) Pendekatan nonfinansial adalah pendekatan analisis risiko yang lebih ditekankan pada faktor teknis operasi perusahaan, (2) Risiko financial adalah pendekatan analisa risiko yang ditekankan pada faktor ekonomi baik internal perusahaan maupun dampak dari keadaan ekonomi secara global Pada umumnya terdapat beberapa persamaan risiko yang dihadapi oleh banyak perusahaan. Perbedaan jenis dan karakter risiko yang terdapat pada setiap perusahaan dapat dipengaruhi oleh jenis dan karakter bidang usaha itu sendiri. Beberapa kriteria risiko yang umum terdapat pada perusahaan : 1. Risiko Keuangan, yaitu fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. 2. Risiko Operasional, yaitu potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya sistem, SDM, teknologi, atau indikator lainnya. 3. Risiko Strategis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal perusahaan. 4. Risiko Eksternalisasi, yaitu potensi penyimpangan dari eksposur korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal. Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan beberapa banyak nilai, atau eksposur, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko akan muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. 2 Gambar 1. Siklus Manajemen Risiko Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang perlu untuk mendapat perhatian khusus, tetapi adapula risiko yang dapat diabaikan. Itulah sebabnya perusahaan perlu membuat pemetaan risiko. Sejalan dengan prinsip ekonomi, yaitu keterbatasan sumber daya perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan, pemetaan risiko selalu dikaitkan dengan penyusunan prioritas. Dengan demikian, pemetaan risiko berarti proses penetapan prioritas dalam penanganan risiko dari seluruh risiko yang berhasil diidentifikasi. Disini selalu ditekankan bahwa hanya risiko yang berhasil diidentifikasi yang dapat dipetakan. Teknik Pemetaan Karena risiko selalu dikaitkan dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang di maksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.Dimensi pertama, probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin perlu mendapatkan perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Dimensi kedua berupa dampak. Yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak dari suatu risiko, semakin perlu mendapatkan perhatian. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. 3 Diagram DiagramPemetaan Pemetaanrisiko risiko Risiko RisikoIIRisiko IIRisikoIRisiko IRisikoberbahaya berbahaya yang jarang terjadi Mengancam yang jarang terjadi Mengancam pencapaian pencapaian tujuan tujuanperusahaanRisiko perusahaanRisikoIVRisiko IVRisikoIIIRisiko IIIRisiko tidak tidakberbahayaRisiko berbahayaRisikoyang yangterjadi terjadisecara secararutin rutin Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Probabilitas Probabilitas Gambar 2. Diagram Pemetaan risiko Metoda Delphi Penerapan metoda Delphi digunakan untuk melakukan penilaian tingkat dampak suatu risiko, dalam hal ini terhadap bisnis/usaha kecil. Dasar pemilihan metoda ini sebagai prosedur penilaian adalah sebagai berikut : 1. Penilai yang diperlukan adalah mereka yang memahami bagian-bagian dari perusahaan yang akan dijadikan objek penilaian tingkat risiko, sehingga mereka mampu menentukan hal-hal yang dianggap memiliki tingkat risiko yang tinggi yang harus segera mendapatkan penanganan. 2. Data yang diperlukan untuk kebutuhan penilaian tingkat risiko pada tiap bagian di perusahaan tersebut tidaklah mudah. 3. Menghindari sumber gangguan dalam komunikasi antar kelompok/group, misalnya dominasi kelompok oleh satu atau beberapa orang, tekanan dalam membentuk pendapat, konflik pribadi, atau permusuhan antar kelompok Metode Delphi merupakan metoda yang sesuai dengan karakteristik penilaian tingkat prioritas risiko yang membutuhkan pengelolaan. Dalam prosedur Delphi akan digunakan beberapa istilah, penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Seminar Delphi adalah saat diadakan pertemuan bersama interviewer dan responden untuk memberikan hasil yang telah dicapai pada round sebelumnya tentang jenis-jenis dan ukuran risiko-risiko yang mungkin akan terjadi. 2. Interviewer adalah pengumpul atau pengolah data dari hasil setiap round. 3. Responden adalah pihak yang ikut berpartisipasi dalam proses Delphi ini sebagai partisipan, yang terdiri dari para ahli di bidangnya. Yang dimaksud dengan ahli dalam hal ini adalah para pekerja yang ada dalam perusahaan yang berkaitan dengan risikorisiko yang mungkin terdapat dalam bidang pekerjaannya. 4. Round adalah suatu proses yang diawali dengan pengumpulan data sampai dengan penyajian hasilnya pada seminar berikutnya. 5. Kuisioner adalah formulir yang dibagikan kepada responden pada semua round untuk mendapatkan prioritas risiko yang perlu segera mendapatkan pengelolaan. 4 Untuk dapat menetukan kapan proses Delphi yang sedang berlangsung dapat dihentikan, dipergunakan suatu kriteria kesepakatan pendapat diantara para responden. Kesepakatan pendapat tersebut dapat dicapai dengan menggunakan metode kestabilan pendapat sebagai alat ukurnya. Pada umumnya di dalam suatu proses Delphi, kesepakatan pendapat dapat dianggap tercapai apabila persentasi pendapat terletak dalam suatu daerah yang telah ditentukan. Metode yang dipakai untuk mengukaur jumlah perubahan pendapat responden diantara round Delphi yang berurutan adalah membandingkan distribusi pendapat pada setiap round. Prosedur Perbandingan Berpasangan Prosedur perbandingan berpasangan merupakan prosedur pembobotan terhadap sejumlah kriteria dalam masalah mengambil keputusan. Pada dasarnya formulasi matematis prosedur perbandingan berpasangan ini dilakukan dengan menggunakan matriks. Misalnya terdapat suatu sub hirarki dengan suatu kriteria C dan sejumlah n elemen dibawahnya, A1 sampai An. perbandingan antar elemen untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n dinamakan dengan matriks A seperti terlihat pada tabel 1, matriks ini disebut Matriks Perbandingan Berpasangan. Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan C A1 A2 … An A1 A11 A12 A1n A2 A21 A22 A2n … An An1 An2 Ann Nilai aij adalah nilai perbandingan elemen ai terhadap aj yang menyatakan hubungan : 1. Sebarapa jauh tingkat kepentingan Ai bila dibandingkan dengan Aj, atau 2. Seberapa banyak kontribusi Ai terhadap kriteria C dibandingkan dengan Aj 3. Seberapa jauh dominasi Ai dibandingkan dengan Aj, atau 4. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada Ai dibandingkan dengan Aj bila diketahui nilai Aij maka secara teoritis nilai aij = 1/aij, sedangkan nilai aijdalam situasi I = j adalah mutlak sama dengan 1, nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan diatas diperoleh dari skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty (1980) pada tabel 2. Tabel 2 Skala Penilaian Perbandingan Derajat Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Definisi Istilah Penjelasan Kedua elemennya sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama pentingnya Pendapat sedikit memihak pada sebuah elemen disbanding elemen lainnya Sebuah elemen sedikit lebih penting dibandingkan elemen lainnya Sebuah elemen lebih penting dibandingkan elemen lainnya Sebuah elemen jauh lebih penting disbanding elemen lainnya Sebuah elemen mutllak lebih penting dibandingkan elemen lainnya Nilai-nilai tengah diantara dua pendapat berdampingan Pendapat sangat memihak pada sebuah elemen dibandingkan elemen lainnya Sebuah elemen secara kuat disukai dan dominasinya tampak dalam praktek Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangan, pada tingkat keyakinan tertinggi Nilai-nilai ini diberikan bila diperlukan suatu kompromi 5 Yang menjadi masalah adalah bagaimana mendapatkan bobot wi untuk setiap perbandingan aij tersebut. Untuk memecahkan masalah ini dapat dilakukan pendekatan perhitungan bobot (prioritas). Pengujian Konsistensi Matriks Perbandingan Hubungan preferensi yang dikenakan antara dua elemen tidak mempunyai masalah konsistensi relasi. Bila elemen A adalah dua kali lebih penting dari elemen B, maka elemen B adalah ½ kali pentingnya dari elemen A. konsistensi seperti ini tidak selalu berlaku bila terdapat banyak elemen yang harus dibandingkan. Keterbatasan kemampuan numerik manusia menyebabkan prioritas yang diberikan untuk sekumpulan elemen tidaklah selalu konsistensi logis. Secara numerik, terdapat kemungkinan suatu rangkaian penilaian untuk menyimpang dari konsistensi. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Indeks Konsistensi (Consistency Index (CI)) sebagai berikut: max n CI = n 1 Dengan max nilai eigen maksimum n = ukuran matriks Nilai CI tidak akan berarti bila tidak terdapat patokan menyatakan apakah CI menunjukkan suatu matriks yang konsisten. Saaty (1980) memberikan patokan dengan melakukan perbandingan random. Dari matriks random tersebut didapat juga nilai Consistency Index,yang disebut dengan Random Index (RI). Dengan membandingkan CI dengan RI maka didapatkan patokan untuk menentukan tingkat konsistensi suatu matriks, yang disebut dengan Consistenc Index (CR), dengan formula: CR = CI CR Saaty menerapkan bahwa suatu matriks perbandingan adalah konsistensi bila nilai CR tidak lebih dari 0,1. Analisis Hasil Identifikasi Risiko 1. Risiko Keuangan Risiko Kenaikkan Biaya Operasional Adapun penyebab dari naiknya biaya operasional pada hotel adalah: a. Biaya Promosi : Pada umumnya sebagian perusahaan mengeluarkan biaya promosi 10% bahkan lebih dari pendapatan perusahaan. Perencanaan yang kurang tepat selain menyebabkan tidak tercapainya tujuan promosi juga menyebabkan melonjaknya biaya promosi. Tidak jarang beberapa perusahaan menganggap bahwa promosi dapat dijadikan simbol keunggulan usaha dari para pesaing. b. Pemborosan : Di samping biaya operasional tetap, terkadang di beberapa perusahaan terdapat pengeluaran yang bersifat tidak resmi. Walaupun jumlahnya tidak terlalu besar, akan tetapi biaya-biaya ini dapat menambah beban keuangan perusahaan. c. Gaji : Kinerja suatu perusahaan dapat menjadi buruk karena jumlah karyawan yang terlalu banyak atau berlebihan. d. Utang : Adanya utang perusahaan tehadap pihak lain yang belum terbayar pada saat jatuh tempo. 6 Disamping hal-hal diatas ada beberapa hal yang tak terduga yang mengakibatkan naiknya biaya operasional Hotel XY, yaitu seringnya terjadinya pemadaman listrik yang berkepanjangan dengan frekuensi hampir setiap hari. Oleh karena itu hotel harus menyediakan biaya untuk penggunaan genset. Dimana biaya tersebut tidak sedikit. Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Risiko Transaksi Risiko Permodalan 2. 3. Risiko Operasional Risiko Sumber Daya Manusia (SDM) Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja Risiko Teknologi Risiko Pengembangan Risiko Eksternalisasi Risiko Lingkungan Risiko Reputasi Risiko Pemasaran Risiko Kejahatan Analisis Hasil Pengukuran Risiko Dari hasil penelitian data-data yang terdapat di Hotel XY dan beberapa data dari pihak lain, risiko yang paling sering dialami oleh Hotel XY adalah kenaikan biaya operasional yang disebabkan oleh adanya penambahan gedung dan peralatan hotel dikarenakan Hotel XY ingin menaikkan bintang, perbaikan fasilitas yang ada, kemudian karena seringnya pemadaman listrik yang berkepanjangan yang membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan yang besar untuk penggunaan genset, dan adanya kegagalan promosi yang memakan biaya cukup besar. Sedangkan risiko kedua yang belakangan sering terjadi adalah penolakan order (convention hall dan bussiness center) karena penuhnya tingkat pemesanan serta kegagalan pemenuhan target penjualan kamar. Hal ini terkait karena adanya gosip tentang imej Hotel XY yang dianggap sebagai ‘Hotel Tua’. Sehingga tamu terutama yang berasal dari dalam negeri merasa takut untuk menginap disana. Mereka beranggapan bahwa hotel itu sewaktuwaktu akan roboh, karena bangunan yang sudah lama. Dalam tahap pengukuran, terdapat beberapa kendala yang dialami, yang menyebabkan kurang maksimalnya hasil pengukuran itu sendiri, antara lain: 1. Tidak tersedianya data-data frekuensi dan jumlah kerugian dari beberapa kejadian yang dapat dijadikan sebagai sumber pengukuran risiko. 2. Laporan keuangan yang tidak diperlihatkan secara detail sehingga menyulitkan dalam memberi patokan besaran tingkat dampak kegawatan suatu risiko. Namun, walaupun demikian dari beberapa catatan kejadian yang terdapat di perusahaan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam memberikan penilaian terhadap kemungkinan risiko yang akan dihadapi perusahaan pada waktu berikutnya. Analisis Hasil Pemetaan Risiko Teknik Delphi, diperoleh skala kriteria dan sub kriteria risiko sebagai berikut : Kuadran I : Kuadran pertama menggambarkan kriteria dan sub kriteria risiko yang hampir pasti terjadi dalam waktu dekat maupun dimasa mendatang dengan tingkat kerugian yang tidak dapat 7 diamankan oleh perusahaan. Kriteria dan sub kriteria risiko yang berada pada kuadran ini sangat perlu mendapatkan prioritas penanganan oleh pihak manajemen. Kriteria dan sub kriteria risiko yang terdapat pada kuadran ini adalah: Risiko Kenaikkan Biaya Operasional (4,4) Kuadran II : Kuadran kedua menggambarkan kriteria dan sub kriteria risiko yang tingkat probabilitas kejadian antara rendah samapai sedang namun dampaknya bila risiko tersebut menjadi kenyataan tinggi. Kriteria dan sub kriteria pada kuadran ini perlu mendapatkan perhatian manajemen agar jangan sampai terjadi karena dapat menimbulkan kerugian yang besar seperti tujuan dan target perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut. Kriteria dan sub kriteria yang terdapat pada kuadran ini adalah: Risiko Sumber Daya Manusia ( 2,3 ) Risiko Reputasi ( 2,3 ) Risiko Permodalan ( 1,3 ) Kuadran III : Kuadran ketiga menggambarkan kriteria dan sub kriteria risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi dan kemungkinan kerugian kecil serta dampak yang wajar. Risikorisiko yang terdapat pada kuadran ketiga ini biasanya tidak perlu mendapatkan prioritas penanganan dari manajemen, akan tetapi tetap perlu diperhatikan kemungkinan kejadiannya. Kriteria dan sub kriteria risiko yang berada pada kuadran ini adalah: Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah ( 3,2 ) Risiko Teknologi ( 3,2 ) Risiko Pemasaran ( 3,2 ) Kuadran IV : Kuadran keempat menggambarkan kriteria dan sub kriteria dengan kemungkinan kerugian hampir tidak mungkin terjadi dan dampak risiko yang wajar. Risiko yang terdapat pada kuadran ini biasanya dapat diabaikan oleh manajeman, akan tetapi tetap perlu diperhatikan. Kriteria dan sub kriteria yang berada pada kuadran ini adalah: Risiko Lingkungan ( 2,2 ) Risiko Transaksi ( 2,2 ) Risiko Pengembangan ( 1,2 ) Risiko Kejahatan ( 1,1 ) Analisis Hasil Pembobotan Perbandingan Berpasangan Perbandingan berpasangan, dapat diketahui kriteria dan sub kriteria risiko yang memiliki tingkat bobot prioritas kepentingan risiko yang harus mendapatkan pengelolaan. Adapun urutan kriteria dan sub kriteria risiko yang memiliki bobot kepentingan ( mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah) adalah sebagai berikut : 8 Tabel 3 Hasil Pembobotan Perbandingan Berpasangan No Kriteria Risiko Sub Kriteria Risiko Risiko Kenaikkan Biaya Operasional Risiko Keuangan Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah 1. (0,6348) Risiko Permodalan Risiko Transaksi Risiko SDM Risiko 2. Operasional Risiko Pengembangan (0,1961) Risiko Teknologi Risiko Reputasi Risiko Risiko Pemasaran 3. Eksternalisasi Risiko Lingkungan (0,1690) Risiko Kejahatan Bobot 0,5479 0,1928 0,1586 0,1007 0,6930 0,1616 0,1454 0,3597 0,2765 0,2486 0,1171 Kesimpulan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Terdapat 3 kriteria risiko di Hotel XY yaitu Risiko Keuangan, Risiko Operasional dan Risiko Eksternalisasi. Dari ketiga risiko tersebut, Risiko Keuangan dengan sub kriteria risiko kenaikan biaya operasional merupakan jenis risiko yang sering terjadi di Hotel XY dengan indikator adanya tambahan gedung untuk kenaikkan bintang dan penggantian peralatan/fasilitas yang kurang terencana serta pemadaman listrik yang berkepanjangan. Dari hasil pengukuran risiko dengan cara pembobotan, Risiko Keuangan juga merupakan risiko yang mutlak harus diperhatikan dibanding dengan kedua risiko lainnya, karena Risiko Keuangan memiliki bobot terbesar yaitu 0,6348 atau sebesar 63,48%. Sedangkan Risiko Operasional memiliki bobot 0,1961 atau 19,61% dan Risiko Eksternalisasi sebesar 0,1690 atau 16,90%. Sehingga manajemen Hotel XY dapat melihat kriteria dan sub kriteria risiko yang memiliki tingkat kepentingan (urgentity) yang perlu dikelola. Hasil pemetaan risiko yang terbagi kedalam empat kuadran, kriteria dan sub kriteria risiko yang perlu mendapatkan prioritas penanganan dari manajemen Hotel XY, yang terdapat pada kuadran pertama adalah: Risiko Kenaikkan Biaya Operasional Bidang usaha yang dijalankan oleh manajemen Hotel XY saat ini dapat digolongkan kepada jenis usaha dengan tingkat risiko yang tinggi. Dengan menerapkan konsep Managemen Risiko pada perusahaan, pihak managemen akan lebih mudah mengetahui risiko yang akan dihadapi sehingga dapat meminimalkan tingkat kerugian. Daftar Pustaka Darmo, Soerwirjo, Herdi. S, Teori dan Praktik Akuntansi Perhotelan, Yongyakarta, Penerbit Andi, 2003. Djohanputro, Bramanty, MBA, Ph.D, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, Jakarta : Penerbit PPM, 2004. 9 Djojosoedarso, Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999. Drs, Darmawi, Herman, Manajemen Resiko, Jakarta, Penerbit Bumi Aksara, 2002. Effendi, Muchtar, Pengantar Manajemen Perhotelan, Palembang, CV. Tujuh Belas Tiga Dua Palembang, 1996. Mangkuwedoyo, Sudiarto, Perkembangan Pengelolaan Industri Akomodasi & Restoran Jilid II, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1999. Nazir, Moh, Ph. D. Metodologi Penelitian, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia, 1988. PT. Asuransi Astra Buana, Pengertian dan Prinsip Risiko, http://www.asuransi.astra.co.id/index.php?page=insure.about&1194364241, 2006. Saaty, L. Thomas, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Jakarta : Penerbit PT. Gramedia, 1993. Umar, Husein, Manajemen Risiko Bisnis, Pendekatan Finansial dan Nonfinansial, Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998. 10