Bab Dua Telaah Pustaka Dan Pengembangan Model Teoretikal Dasar Telaah Pustaka Teori Resourced Based View (RBV) Sumber daya baik berupa sumberdaya manusia, sumber dana, sumber energi maupun sumber lainnya dapat dianggap sebagai input yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan. Sumber daya dan kemampuan internal dapat menetukan pilihan strategis yang dibuat oleh perusahaan saat berkompetisi dalam lingkungan bisnis. Kemampuan yang dimiliki perusahaan memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer value chain, mengembangkan produk baru (product development) atau mengembangkan ke dalam pasar yang baru (market development). Organisasi harus memiliki kemampuan untuk menganalisis dinamika lingkungan dengan tujuan mencari, mendapatkan dan mempertahankan keuntungan kompetitifnya. Terdapat beberapa perpektif untuk menjelaskan tentang keterkaitan organisasi dengan lingkungannya, salah satunya adalah Resources Based View (RBV). Perspektif Resources Based View (RBV) merupakan suatu perspektif organisasi dalam bidang stratejik yang mengfokuskan 52 pada tingkat sumber daya organisasi, berupaya memiliki sumberdaya yang menonjol dan memaksimalkan keseluruhan sumberdaya yang dimiliki organisasi dibandingkan dengan pesaing. Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan (Penrose 1959; Wernerfelt, 1984). Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993). Sumber daya organisasi tersebut akan menjadi sumber keuntungan kompetitif organisasi. Perspective Resources Based View (RBV) menjelaskan tentang sumber daya yang sifatnya valuable, rare, imitable, and not subsitutable (VRIN) yang mampu menjelaskan pertumbuhan dan keuntungan kompetitif organisasi yang berkelanjutan(Madhani, 2009): a. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai strategis pada perusahaan. b. Langka (R): Sumber daya yang sulit untuk ditemukan diantara para pesaing dan menjadi potensi perusahaan. c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber daya tersebut. d. Non-Substitution (N): Non-substitusi berarti bahwa sumber daya tidak dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya. Gold et al., (2001) berdasarkan pendekatan knowledge-based view menegaskan bahwa kapabilitas manajemen pengetahuan dibangun oleh dua variabel, yaitu kapabilitas infrastruktur manajemen pengetahuan dan kapabilitas proses manajemen pengetahuan. Kapabilitas proses manajemen pengetahuan berarti kemampuan organisasi untuk memperoleh, menyebar31 kan, dan mengaplikasikan pengetahuan pada pelanggan, pegawai, dan rekan kerja (Chen & Huang, 2009). Lebih jauh lagi, Prusak menegaskan bahwa komponen utama dari kapabilitas-kapabilitas tersebut adalah knowledge, terutama yang bersifat sangat tacit dan spesifik bagi perusahaan. Knowledge-based view atau knowledge-based theory sebenarnya juga baru belakangan ini secara luas didiskusikan oleh para pakar, termasuk dalam berbagai tulisan di jurnal-jurnal terkemuka seperti Strategic Management Journal. Basis pertumbuhan perusahaan berubah dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business). Dengan kata lain terdapat fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan. Dalam masyarakat berbasis pengetahuan, pengetahuan, menurut Sullivan dan Sullivan (2000), merupakan bagian besar dari nilai produk serta kekayaan perusahaan. Adanya masyarakat pengetahuan (knowledge society) telah mengubah penciptaan nilai organisasi. Hal ini menekankan bahwa sumber daya yang berharga ketika perusahaan memungkinkan untuk memahami atau menerapkan strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas. RBV juga membantu manajer perusahaan untuk memahami mengapa kompetensi dapat dianggap sebagai aset paling penting perusahaan dan pada saat yang sama, untuk menghargai bagaimana aset tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja bisnis. Menurut Barney (1991) dalam Madhani (2010) sumber daya yang berharga harus memungkinkan perusahaan untuk melakukan hal – hal dan berperilaku dengan cara mengarahkan pada penjualan yang tinggi, biaya rendah, margin tinggi, atau dalam cara lain menambah nilai keuangan untuk perusahaan. 30 Sumber daya perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu berwujud, tidak berwujud dan sumber daya manusia (Grant, 2002). Kemampuan menunjukkan apa yang dapat dilakukan perusahaan dengan sumber dayanya (Amit dan Schoemaker, 1993). Asumsi dasar teori RBV adalah bahwa kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung kepada keunikan sumberdaya yang ada dalam organisasi (Wernefelt, 1984). RBV juga dipandang sebagai kemampuan bersaing organisasi yang merupakan fungsi dari keunikan serta nilai dari sumberdaya serta kapabilitas yang dimiliki oleh organisasi tersebut. RBV juga menganggap bahwa kapabilitas merupakan sumber utama untuk mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan. Pendekatan RBV menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Knowledge Management Sukses di pasar yang semakin kompetitif sangat bergantung pada kualitas pengetahuan, yang berlaku untuk organisasi bisnis. Tantangan menggunakan pengetahuan untuk menciptakan keunggulan kompetitif menjadi lebih penting. Untuk dapat memenuhi keinginan konsumen dan menghadapi tantangan, perusahaan mencoba untuk lebih baik menggunakan salah satu sumber yang paling penting yaitu sumber: pengetahuan (knowledge) organisasi. Secara historis, pengetahuan ini sudah disimpan dalam dokumen/ catatan atau dalam pikiran orang. Ketika masalah muncul, orang akan mencari ahli di pekerjaan kita, bergantung pada orang yang kita kenal, atau kita mencari dokumen. Namun demikian, dokumen memiliki aksesibilitas terbatas dansulit untuk memperbarui. Di sisi lain, dalam organisasi yang besar, pemahaman suatu pengetahuan mungkin akan terjadi kesulitan untuk menemukan siapa yang mampu mengetahui 32 dan akan berakibat komplek jika pengetahuan yang dimiliki sumberdaya manusia tersebut meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu, pengetahuan (knowledge) harus sistematis dikumpulkan, disimpan dalam korporasi memori, dan dibagi di seluruh organisasi. Oleh karena itu manajemen pengetahuan (knowledge management) sangat penting. Definisi knowledge management masih beragam antar berbagai ahli. Perbedaan ini terutama karena masih beragamnya persepsi atau pendapat tentang perbedaan mendefinisikan informasi knowledge dan pengetahuan. management secara Tiwana luas (1999) dalam arti memanajemeni pengetahuan sebagai “ ...management of organizational knowledge for creating business value and generating a competitive advantage.” Knowledge Management memberikan kemampuan untuk mencipta, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan dan berguna bagi pencapaian semua jenis tujuan bisnis. Penciptaan pengetahuan dalam organisasi apapun dilakukan secara terus menerus. Dalam rangka untuk bersaing secara efektif di pasar global dan mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan perlu untuk menggunakan pengetahuan yang efektif dalam praktek manajemen. Khusus dalam UKM, manajer dalam kebanyakan kasus pemilik, yang menyiratkan bahwa pengambilan keputusan adalah terletak pada pimpinan pucuk, dan lebih sedikit dari manajemen bawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengambilan keputusan pada UKM lebih pendek daripada dalam organisasi besar. Keuntungan bagi pemilik dalam UKM adalah bahwa mereka menjadi pendorong utama untuk implementasi manajemen pengetahuan, tentu saja dengan asumsi bahwa mereka menghargai pentingnya manajemen pengetahuan (Wong, dan Aspinwall, 2004). Sementara itu menurut resource-based theory (Barney, 1986; Haanes et al., 2000; Prahalad et al., 1990), intellectual capital merupakan 33 sumber daya strategik organisasi, sedangkan knowledge management digunakan untuk mengubah sumber daya tersebut menjadi produk atau jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Keberhasilan pengelolaan intellectual capital berhubungan dengan knowledge management karena keduanya mencakup aktivitas intelektual dari penciptaan pengetahuan hingga menggerakan pengetahuan (Huang et al., 2010; Zhou et al., 2003; Nonaka et al., 2000). Berikut definisi KM yang diambil dari berbagai sumber: Tabel 2.1. Ringkasan Definisi Knowledge Management C.A.A. Sousa, Knowledge management addresses policies, strategies, and techniques P.H.J. aimed at supporting an organization’s competitiveness by optimizing Hendriks the conditions needed for efficiency improvement, innovation, and (2006) collaboration among employees.’’ Sabherwal , Knowledge management is defined as doing what is needed to get the Sabherwal. most out of knowledge 2005 resources.’’ (2005) Hult. (2003) Knowledge management is defined as the organized and systematic process of generating and disseminating information and selecting , distilling ,and deploying explicit and tacit knowledge to create unique value that can be used to achieve a competitive advantage in the marketplace by an organization.’’ Alavi and Knowledge management refers to identifying and leveraging the Leidner. collective knowledge in an organization to help the Organization (2001) compete....‘‘Knowledge management is largely regarded as a process involving various activities ... At a minimum, one considers the four basic processes of creating, storing/retrieving ,transferring ,and applying knowledge.’’ O’Leary.1999 Knowledge management is the formal management of knowledge for facilitating creation, access ,and reuse of Knowledge, typically using advanced technology.’’ Ruggles.(199 34 a term which has now come to be used to describe everything from 4) organizational learning efforts to database Management tools.’’ Maier. (2004) the management of knowledge goes far beyond the storage and manipulation of data, or even of information. It is the attempt to recognize what is essentially a human asset buried in the minds of individuals, and leverage itinto an organizational asset that can be accessed and used by a broader set of individuals on whose decisions The firm depends.’’ Wiig. (1994) knowledge management (KM) is a conceptual framework that encompasses all activities and perspectives required to making the organization intelligen tacting on sustained basis. Sumber: Rahimi dan Maroosi, (2011) Berdasarkan definisi dalam matrik di atas secara umum KM mempunyai aras ke dalam mendapatkan hasil yang maksimal suatu organisasi melalui sumber-sumber pengetahuan yang terbagi ke dalam: memilih pengetahuan, menyaring pengetahuan, memperoleh pengetahuan, baik pengetahuan yang bersifat dalam pengalaman (dalam benak individu), mendistribusikan pengetahuan, menerapkan pengetahuan yang proses tersebut dapat dibantu melalui peran teknologi. Sehingga tekanannya konsep KM pada tiga dimensi: sumberdaya manusia, proses, dan penggunaan teknologi. Konsep Organization Learning (pembelajaran organisasi) Organizational learning adalah sebuah pembelajaran organisasi. Pembelajaran organisasi digunakan untuk menggambarkan proses melalui mana pengetahuan adalah akumulasi. Menurut (Probst and Buchel, 1997) Organizational learning (OL) adalah proses dimana pengetahuan dan perubahan-perubahan nilai-nilai dasar organisasi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas organisasi di dalam pengambilan 35 keputusan ke arah tindakan. Organizational learning adalah proses mendeteksi dan mengoreksi kesalahan. Organizational Learning adalah proses di mana organisasi-organisasi belajar mengubah diri dalam organisasi, yaitu organisasi dengan kapasitas untuk mendukung penciptaan pengetahuan individu dalam arah tertentu adaptif dan generatif melalui proses belajar (Senge 1990 dalam Romano dan Secundo, 2009:3). Keterkaitan knowledge management (KM) dan organizational learning tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan Smith dan Lyles (2003): organizational learning fokus pada proses, sedangkan KM fokus padakonten, memperoleh pengetahuan, menciptakan pengetahuan, proses dan akhirnya menggunakan pengetahuan. Organisasi mempelajari tentang perilaku individu sebagai agennya: individu dan pembelajaran perilaku. “Ada 4 hal yang berkaitan dengan organizational learning yaitu pengetahuan tambahan, penyebaran informasi, interpretasi informasi dan organizational memory” (Hubber, 1991). Dalam mewujudkan organization learning dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti training, kursus, outbond, dan lainnya. Cara tersebut dapat diterapkan untuk karyawan atau seluruh civitas dalam sebuah organisasi. Komponen Knowledge Management dalam Organisasi Komponen manajemen pengetahuan (KM) secara pasti tidak diatur secara jelas. Akan tetapi secara umum mempunyai kesepakatan tentang tiga komponen utama KM: orang/ budaya, proses, dan teknologi. Meskipun ada kesepakatan umum tentang konsep komponen KM, ada pengalaman bervariasi tentang bagaimana untuk menempatkan KM dalam praktek di sebuah organisasi, proyek, atau kelompok untuk mencapai tujuan yang terukur. 36 Menurut CIO Council menyebutkan people, process, dan technology merupakan elemen kunci dari KM. KM melibatkan transformasi berwujud, pengetahuan tacit (yaitu, informasi dalamkepala orang) menjadi pengetahuan eksplisit (yaitu, pengetahuan dalam format yang dapat disimpan dan dibagi dengan orang lain). Grafis ini menggambarkan hubungan antara pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Kegiatan KM sering melibatkan menangkap dan mengorganisir pengetahuan eksplisit bahwa organisasi menghasilkan, untuk memaksimalkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Banyak orang fokus pada solusi teknologi ketika mereka berpikir tentang KM. Namun, KM tidak bisa ada tanpa orang-orang dan proses, teknologi yang berfungsi sebagai mekanisme yang memungkinkan. Gambar 2.1.Komponen Knowledge Management Sumber: Cong dan Pandya (2003) Proses KM dapat mencakup menciptakan, menangkap, sintesis, berbagi, dan mendorong penggunaan informasi yang tersedia. 37 Menurut Cong dan Pandya (2003), fokus KM pada: a. People adalah untuk merangsang dan memelihara berbagi pengetahuan dan penggunaan pengetahuan, b. Process untuk mencari, membuat, menangkap dan berbagi pengetahuan. c. Technology untuk menyimpan dan membuat pengetahuan mudah diakses dan untuk memungkinkan orang bekerja sama. Knowledge management yang diperlukan dalam organisasi/ perusahaan berbeda karena sifat dan karakteristik yang ada dalam organisasi tersebut. Sehingga perkembangan komponen KM dapat berkembang sebagai berikut (Bhatt, 2000): a. Culture adalah sifat organisasi dan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dijunjung, cara itu beroperasi, pernyataan visi dan pernyataan tujuan. b. Organisation adalah sistem bisnis, struktur dan proses di tempat (seperti Informasi resmi, public records, privasi, keuangan publik dan sektor negara kisah, kode sektor publik etik, eGovernment strategy). c. Content adalah penelitian, perpustakaan, catatan, data operasional, kontak dan informasi manajemen. d. Technology adalah alat yang digunakan oleh organisasi, seperti sistem manajemen dokumen, intranet, email, data warehouse dan groupware. Gambar 2.2.Komponen Knowledge Management Sumber: (Bhatt, 2000) 38 Nonaka dan Takeuchi (the knowledge creating company, 1995) lebih lanjut mendiskusikan empat gaya konversi atau ciptaan pengetahuan yang diperoleh dari kedua macam pengetahuan: Sosialisasi Sosialisasi merupakan konversi pengetahuan tacit-tacit terjadi pada tingkat individu dan kelompok. Sosialisasi merupakan proses penyebaran pengalaman, dan penciptaan pengetahuan seperti penyebaran model mental dan skill teknis. Sosialisasi dilakukan melalui kegiatan penangkapan pengetahuan lewat kedekatan fisik seperti interaksi antara pimpinan dan pegawai, pimpinan dengan pimpinan, pegawai dengan pegawai. Ekternalisasi Eksternalisasi adalah konversi tacit-eksplisit pada tingkat organisasi antar organisasi dengan kelompok.Eksternalisasi membutuhkan penyajian pengetahuan tacit ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat dipahami oleh orang lain.Pada tahap eksternalisasi ini, individu memiliki komitmen terhadap sebuah kelompok dan menjadi satu dengan kelompok tersebut. Kombinasi Kombinasi meliputi konversi pengetahuan eksplisit ke dalam bentuk himpunan pengetahuan eksplisit yang lebih kompleks. Kombinasi merupakan proses sistemisasi konsep dalam system pengetahuan. Kombinasi pengetahuan dapat difasilitasi melalui media seperti menurut Liebowitz (1999) dalam penerapan knowledge management terdapat tiga proses dasar yaitu 1) penciptaan pengetahuan (knowledge creation), 2) 39 berbagi pengetahuan (knowledge sharing), dan 3) penerapan pengetahuan (knowledgeimplementing). Internalisasi Internalisasi adalah konversi eksplisit-tacit.Internalisasi pengetahuan baru merupakan konversi dari pengetahuan eksplisit ke dalam pengetahuan tacit organisasi.Internalisasi merupakan proses perubahan pengetahuan eksplisit ke pengetahuan tacit. Hal ini dekat dengan konsep learning by doing. Digman(1999) menegaskan bahwa faktor penentu keberhasilan berguna untuk penataan analisis lingkungan karena ada link pentingan antara analisis lingkungan dan faktor penentu keberhasilan yang mengarah kekeberhasilan organisasi. Analisis faktor ini memberikan arti penting untuk manajemen pengetahuan melalui identifikasi proses inti yang sangat penting untuk penerapan manajemen pengetahuan yang sukses, seperti yang dijelaskan oleh Quinnetal. (1996). Gambar 2.3.Proses Pembentukan Pengetahuan SOSIALISASI EKSTERNA LISASI INTERNA LISASI KOMBINASI Sumber: Nonaka dan Takeuchi (1995) 40 Dengan demikian, program manajemen pengetahuan perlu mengidentifikasi indikator kinerja kritis faktor keberhasilan untuk mengukur kinerjanya (Choi, 2000). Dalam mencapai hal ini, berbagai model manajemen pengetahuan telah ditinjau sehingga kerangka terpadu manajemen pengetahuan dapat dikembangkan. Dari analisis model, ditemukan bahwa beberapa penelitian telah mengusulkan beberapa variabel kunci bagi keberhasilan pelaksanaan manajemen pengetahuan. Sebagai contoh, Davenportetal., (1998) telah mengidentifikasi delapan manajemen pengetahuan faktor keberhasilan seperti(1) infrastruktur teknologi; (2) infrastruktur organisasi; (3) keseimbangan fleksibilitas, evolusi dan kemudahan akses kepengetahuan; (4) pengetahuan bersama; (5) budaya ramah-pengetahuan; (6) pekerja termotivasi yang mengembangkan, berbagi dan menggunakan pengetahuan; (7) berarti transfer pengetahuan dengan menggunakan berbaga infrastruktur teknologi informasi; dan (8) dukungan manajemen senior dan komitmen. Ryan danPrybutok (2001) mengusulkan lima faktor keberhasilan seperti (1) budaya organisasi terbuka; (2) kepemimpinan manajemen senior dan komitmen; (3) keterlibatan karyawan; (4) kerja tim dan(5) sistem informasi infrastruktur. Pemikiran yang lebih komprehensif dari faktor keberhasilan telah disajikan oleh Moffettetal. (2003), sepuluh komponen kunci untuk manajemen pengetahuan yang sukses di identifikasi: (1) budaya organisasi yang ramah; (2) kepemimpinan manajemen senior dan komitmen; (3) keterlibatan karyawan; (4) pelatihan karyawan; (5) kerja tim dapat dipercaya; (6) pemberdayaan karyawan; (7) sistem informasi infrastruktur; (8) pengukuran kinerja; (9) bench marking dan struktur (10) pengetahuan. Studi ini mengacu konsep Cong dan Pandya (2003) yang akan dikembangkan dalam penelitian yang diarahkan dalam konteks Knowledge Management yang mencakup people, process, technology yang ada dan terjadi dalam objek industri kreatif. 43 Gambar 2.4. Model Knowledge Management KNOWLEDGE MANAGEMENT PEOPLE PROCESS indikator indikator indikator indikator indikator indikator indikator indikator indikator TECHNOLOGY Sumber: Model olahan dikembangkan untuk disertasi Pertimbangan dalam studi ini dikarenakan KM yang akan dikembangkan dalam UKM sektor industri kreatif yang mempunyai kecenderungan ke 3 dimensi tersebut (people, process, technology) dapat diterapkan dalam penyerapan, pendistribusian, penyimpanan, dan penerapan pengetahuan di industri kreatif. Dalam konteks ini akan melihat sejauh mana kombinasi ke 3 dimensi tersebut diimplementasikan di industri kreatif. Perkembangan Penelitian Knowledge Management Pada awal mulanya isu-isu dalam penelitian KM terkait dengan transfer pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan pernyataan Gillingham dan Roberts (2006) awal mulanya knowledge management digerakkan oleh teknologi, khususnya explicit knowledge yang lebih mudah disusun. Menurut Marwick (2001) teknologi bukanlah hal baru dalam knowledge 42 management, dan pengalaman yang telah dibentuk oleh para ahli sebelumnya menjadi bahan pertimbangan terbentuknya teknologi itu sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu teknologi yang mendukung knowledge management akan selalu berkembang dalam bentuk sistemsistem yang mempermudah proses penyebaran knowledge. Penelitian KM yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IT) antara lain: menilai sistem manajemen pengetahuan penerimaan pengguna dengan the technology acceptance model (Money dan Turner, 2005); memberdayakan pengguna UKM melalui inovasi teknologi: sebuah pendekatan layanan komputasi (Dai dan Uden, 2008); implementasi manajemen pengetahuan yang sukses di perusahaan software global, (Mehta, 2008). Mereka menganggap bahwa inovasi, penggunaan teknologi internet, dan pemanfaatan IT dapat dikembangkan dengan pemanfaatan KM. Artinya KM mempunyai peran yang sangat dominan dalam transfer pengetahuan dalam meningkatkan inovasi, penggunaan teknologi internet, pemanfaatan IT maupun penggunaan IT Management. Pengetahuan yang diciptakan melalui proses konversi pengetahuan SECI (sosialization, externalization, combination dan internalization) dan disebarkan ke seluruh bagian dalam organisasi menjadi pengetahuan, selanjutnya akan diimplementasikan dalam organisasi. Menurut Liebowitz (1999) penerapan pengetahuan dapat berupa: (1). Patent, lisenses technology, (2). Knowledge based customer services, (3). Knowledge product and embedded technology, (4). Separate KBS Application Product, (5). Knowledge workers at all level. Pada perkembangan berikutnya penelitian KM mulai mengkaji pada konteks Learning Organization. Pembelajaran merupakan proses individu dan organisasi untuk membuat ilmu pengetahuan baru dalam menghadapi perubahan lingkungan. Proses pembelajaran tidak hanya mengenai perolehan pengetahuan dan keahlian, tetapi juga mengenai pengembangan visi yang berdasarkan pada pemahaman system nilai organisasi (Trim dan 43 Lee, 2007). Organisasi yang akan benar-benar terhitung di masa depan akan menjadi organisasi yang menjangkau bagaimana mengetuk komitmen dan kapasitas sumber daya manusia untuk belajar pada semua level dalam organisasi. Beberapa penelitian Learning Organization (LO) dalam antesenden Knowledge Management (American Productivity and quality Centre (1997); Konsep pengetahuan di KM: Sebuah model dimensi (Meyer dan Sugiyama, 2006), dalam kaitannya orientasi pasar, dan kinerja perusahaan (Chaterine etal., 2009); mana yang lebih dahulu antara learning organization atau knowledge (Lena Aggestam, 2006), survei faktor efektif manajemen pengetahuan pendirian industri cat guilan provinsi (Rezaet al., 2012). Selanjutnya beberapa penelitian juga mempertimbangkan beberapa variabel dalam kaitannya dengan KM antara lain: mengkaji mengembangkan kerangka kerja integratif teoritis untuk manajemen pengetahuan organisasi dan budaya organisasi (Rai, 2011); menguji strategi transfer pengetahuan dalam kerangka tenaga kerja multi-generasi (Stevens, 2010); membahas cara berpikir baru tentang peran KM di UKM melalui pengembangan kerangka kerja yang menggabungkan lima fase siklus hidup KM: capture, penciptaan, kodifikasi, komunikasi, dan kapitalisasi (Alawneh et al., 2009); menjelaskan enabler manajemen pengetahuan dalam perusahaan ukuran kecil dan menengah (UKM) (Gholipour et al., (2010); menguji manajemen pengetahuan, modal sosial dan kinerja perusahaan (Daud dan Wan Yusoff, 2010); mengeksplorasi pengaruh organisasi, budaya, dan struktur karakteristik pada tingkat praktek manajemen pengetahuan dan organisasi efektivitas (Islam et al., (2008). Dalam perkembangannya penelitian yang terkait dengan konteks KM mulai menempatkan KM sebagai variabel moderasi/ dimoderasi atau mediasi/ dimediasi dengan/oleh variabel lain. Mempelajari pengaruh manajemen pengetahuan terhadap kinerja bisnis sebagai variabel moderat (Mahdi Mahmoodsalehi, Saeed Jahanyan, 2009); menguji hubungan antara 44 manajemen pengetahuan proses dan kinerja organisasi, dan untuk menganalisis efek mediasi modal intelektual pada hubungan antara proses manajemen pengetahuan dan kinerja organisasi (Daud dan Wan Yusoff ,2011); peran mediasi knowledge management dalam hubungannya organizational culture, structure, strategy, dan organizational effectiveness (Yang dan McLean ,2009); mengetahui kemampuan knowledge process capability berperan sebagai mediator hubungan antara intellectual capital dengan Organizational Effectiveness (Hsu dan Mykytyn Jr.2006). Penelitian di atas menempatkan posisi KM dalam dua kelompok. Yang pertama sebagai variabel independent dalam hubungannya dengan variabel lain dimana intellectual capital sebagai variabel intervening (memediasi KM). Sedangkan kelompok kedua menempatkan KM sebagai variabel Intervening (memediasi Intellectual capital). Beberapa penelitian dalam konteks hubungan KM dan IC mulai nampak, mengelola pengetahuan organisasi dengan mendiagnosis modal intelektual (Bontis,1999); model struktural untuk modal intelektual di perguruan tinggi berdasarkan manajemen pengetahuan (Nazem, 2012); mengevaluasi kontribusi pengetahuan [knowledge] terhadap generasi modal intelektual (Orzea dan Bratianu,2012). 45 Tabel 2.2 Matriks Studi Knowledge Management NO AUTHOR, TITLE PERMASALAHAN PENELITIAN METODE PENELITIAN TEMUAN Penelitian KM yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IT) 1. 2. 3. 46 William Money and Arch Turner, (2005), Assessing Knowledge Management System User Acceptance with The Technology Acceptance Model Ingin menyelidiki penerapan Davis 'Technology Acceptance Model (TAM) untuk penerimaan pengguna knowledge management system (KMS) di lingkungan organisasi modern Wei Dai and Lorna Uden, (2008),Empowering SME Users Through Technology Innovation: A Services Computing Approach Bertujuan untuk memberikan dasar untuk memahami potensi manfaat, hambatan dan solusi untuk mengintegrasikan lingkungan UKM tradisional dengan layanan terdepan online. Untuk mengembang kan & mengevaluasi kerangka ringkas untuk meneliti bagaimana Perusahaan perangkat lunak global dengan manajemen pengetahuan yang Nikhil Mehta,(2008)Succes sful knowledge management implementation in global software Companies, Literature Research Penerimaan pengguna dan penggunaan KMS dalam lingkungan organisasi modern di mana kolaborasi, berbagi pengetahuan, dan peng gunaan sistem berbasis peran diperlukan untuk organisasi berfungsi kompetitif. Studi ini mem berikan bukti awal me nunjukkan TAM dapat berfungsi sebagai dasar untuk penelitian KMS pengguna penerima an Percobaan (eksperi men) menunjukkan efektivitas aplikasi online integrasi melalui layanan adaptif, dan pengeta huan modeldriven inovatif untuk peng gunaan ekonomi sumber daya informasi. Pendekatan penelitian dievaluasi pada 3 perusahaan perangkat lunak global dengan program KM sukses. Data yang dihasilkan berdasarkan 20 Memberikan bukti berbagai isu strategis, teknologi, dan budaya Mempengaru hi keberhasilan program KM di perusahaan perangkat lunak global. Perusahaan dengan program KM sukses biasanya sukses wawancara dengan berbagai individu terlibat dengan program KM dari 3 perusahaan. mengembangkan 3 kemampuan khusus u yaitu, Mengartikulasi kan KM Strategic Intent, Memfasilitasi Pengetahuan Arus Aktifkan Inovasi, dan Menilai KM Nilai Penelitian KM mulai mengkaji pada konteks Learning Organization 4. 5. 6. Bertolt Meyer and Kozo Sugiyama, (2006), Untuk mempertajam konsep implisit dan eksplisit pengetahuan dengan menghubung kan temuan dari psikologi kognitif dan ilmu memori dan dengan demikian menemukan Kemungkinan untuk mengukur pengetahu an non-eksplisit. Sebuah tinjauan KM dan literatur ilmu kognitif mengarah ke Model dimensi jenis pengetahuan yang menghubungkan konsep-konsep dari KM ke lebih spesifik dari konsep psikologi Konsep di KM dapat dihubungkan dengan konsep-konsep dari psikologi dan dengan demikian menerima dukungan teoritis Wang, Chaterine, et.al (2009), Knowledge management orientation, market orientation, and firm performance integration and empirical examination Aggestam Lena, (2006), Learning Organization Or Knowledge Management – Which Came First, The Chicken Or The Egg? Untuk memeriksa hubungan antara orientasi manajemen pengetahuan, orientasi pasar, dan kinerja perusahaan Kuantitative Research Analisis Faktor dan SEM Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi manajemen pengetahuan dapat meningkatkan kinerja, tetapi orientasi pasar diperlukan dalam rangka mewujudkan manfaat tersebut. Untuk memetakan LO dan KM dan menyajikan model konseptual yang didasarkan pada teori dari LO dan KM. Apakah dapat berfungsi sebagai dasar untuk mengem bangkan pedoman Kualitative Research Untuk menjadi LO membutuhkan KM, yang pada gilirannya tergantung dari LO. Hal ini seperti ayam dan telur. Untuk menjawab pertanyaan yang datang pertama, dan mereka berdua tergantung pada satu 47 7. Esmaeilpour Reza; et al., (2012) Survei Faktor Efektif Manajemen Pengetahuan Pendirian Industri Cat Guilan Provinsi bagaimana memper kenalkan KM dan bekerja untuk menjadi seorang LO Ingin mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang efektif pada manajemen pengetahuan di Guilan \ s industri cat berdasarkan 7C Model sama lain untuk sukses. Kuantitative Research Alat analisis Korelasi Deskriptip Disimpulkan bahwa variabel konsumsi, kerjasama, penciptaan,penjatah an pengetahuan dan ekspansi,penghambat, pertukaran dan budaya, masing-masing, sangat berkontribusi terhadap pembentuk an manajemen pe ngetahuan dalam empat paintmanufacturing Penelitian juga mempertimbangkan beberapa variabel dalam kaitannya dengan KM 8. 9. 10. 48 Rajnish Kumar Rai, (2011), Knowledge management and organizational culture: a theoretical integrative frame work Untuk mengembangkan kerangka kerja integratif teoritis untuk manajemen pengetahuan organisasi dan budaya organisasi. Roxanne Helm Stevens, (2010), Managing Human Capital: How to Use Knowledge Management to Transfer Knowledge in Today’s MultiGenerational Workforce Untuk menguji strategi transfer pengetahuan dalam kerangka tenaga kerja multi-generasi. Penelitian ini membandingkan perbedaan tenaga kerja generasi dan memeriksa metode yang berbeda untuk lulus pengetahuan lintas-generationally Membahas cara berpikir baru tentang peran KM di UKM Ali A. Alawneh, Amer Abuali, Tamara Y. Sebagai kajian konseptual yang memodifikasi "Competing values framework” dengan menambahkan dimensi baru yang mewakili budaya etis dan trust. Penelitian studi komparatif perbedaan tenaga kerja generasi dan memeriksa metode yang berbeda untuk lulus pengetahuan lintas generasi Kecenderungan organisasi gaya budaya dominan yang berbeda untuk terlibat dalam empat proses penciptaan pengetahuan dan konversi. Literature Research UKM bisa mendapatkan keuntungan dari perkembangan di Banyak manajer mengabaikan pentingnya modal intelektual dan gagal untuk memanfaatkan manfaatnya, namun aturan yang paling penting adalah bahwa pengetahuan perlu dikelola, sehingga membutuhkan visi dan strategi. 11. 12. Almarabeh, (2009), The Role of Knowledge Management in Enhancing the Competitiveness of Small and MediumSized Enterprises. melalui pengembang an kerangka kerja yang menggabung kan lima fase siklus hidup KM (capture, penciptaan, kodifika si, komunikasi, dan kapitalisasi) Rahmatollah Gholipour, Gholamreza Jandaghi and Seyed Ali Akbar Hosseinzadeh, (2010), Explanation of knowledge management enabler as alatent variable: A case study of SMEs in Iran Untuk menjelaskan enabler manajemen pengetahuan dalam perusahaan ukuran kecil dan menengah (UKM) dari Mazandaran industri provinsi dan organisasi Mines menggunakan pemeriksaan empiris Salina Daud And Wan Fadzilah Wan Yusoff, (2010), Knowledge Management And Firm Performance In Smes: The Role Of Social Capital As A Mediating Variable Hendak menguji manajemen pengetahuan, modal sosial dan kinerja perusahaan. KM. Pengetahuan adalah yang paling sumber daya yang kuat dan di mana-mana setiap perusahaan pada umumnya dan UKM pada khususnya. Oleh karena itu, menerapkan siklus hidup KM di UKM berguna dan penting. Penelitian ini melakukan survei berdasarkan daftar pertanyaan standar manajer menengah dari UKM Iran untuk menyajikan model persamaan struktural KME dalam empiris pemeriksaan. Sampel dipilih dari UKM aktif Mazandaran provinsi di Iran. Sampel dipilih secara acak dengan probabilitas yang sama. Melalui penggunaan kuesioner diarahkan untuk usaha kecil dan menengah perusahaan - semua dari mereka berada dalam Multimedia Super Corridor di Lembah Klang Malaysia Temuan penelitian mengkonfirmasi bahwa KME dikaitkan dengan budaya faktor- faktor seperti kolaborasi, kepercayaan, dan belajar. Membentuk faktor budaya sangat penting untuk kemampuan perusahaan untuk mengelola pengetahuan secara efektif. Dukungan TI tidak mempenga ruhi pada KME dalam model persama an struktural UKM. Hasil menunjukkan (i) proses manajemen pengetahuan mempengaruhi modal sosial positif; (ii) modal sosial mening katkan kinerja perusa haan; dan (iii) modal sosial merupakan mediator antara proses manajemen pengetahuan dan 49 13. Md. Zahidul Islam,Hanif Mahtab,Zainal Ariffin Ahmad (2008) : The Role Of Knowledge Management Practices On Organizational Context And Organizational Effectiveness Mengeksplorasi pengaruh organisasi, budaya, dan struktur karakteristik pada tingkat praktek manajemen pengetahuan dan organisasi efektivitas Kuantitative Research Path Analysis kinerja perusahaan. Penelitian ini menun jukkan bahwa proses manajemen pengeta huan dan modal sosial dapat diintegra sikan untuk meningkatkan kinerja. Terdapat peran media si praktik Knowledge Manage ment yang menghu bungkan Organizational Context dengan Orga nizational Effective ness. Knowledge Management memi likihubung an positif dalam pencapaianOrganizatio nal Effec tiveness. Penelitian KM mulai menempatkan KM sebagai variabel moderasi/ dimoderasi atau mediasi/ dimediasi dengan/oleh variabel lain 14. 15. 50 Mahdi Mahmoodsalehi, Saeed Jahanyan, (2009), The Effect Of Knowledge Management On Relationship Between Intellectual Capital And Business Performance Mempelajari pengaruh manajemen pengetahuan terhadap kinerja bisnis sebagai variabel moderat. Penelitian kuantitatif, Dengan 30 perusahaan sebagai sampel yg diambil secara acak dipilih, kuesioner dikirim untuk 4 orang ahli di masing-masing. Teknik analisisnya Korelasi Salina Daud1 and Wan Fadzilah Wan Yusoff [2011] : How intellectual capital mediates the relationship between knowledge management processes and Untuk menguji hubungan antara manajemen pengetahuan proses dan kinerja organisasi, dan untuk menganalisis efek mediasi modal intelektual pada kuesioner yang dibagikan kepada pemilik atau manajer senior kecil dan menengah (UKM) multimedia yang super corridor (MSC) organisasi status. Sebanyak Ditemukan bahwa adanya moderasi sistem knowledge management dalam hubungan antara modal intelektual dan kinerja bisnis. Juga diketemukan korelasi positif antara tiga dimensi modal intelektual dan kinerja bisnis. Hasil menunjukkan bahwa proses mana jemen pengetahuan dikonfirmasi sebagai anteseden modal intelektual; dan modal intelektual didirikan sebagai mediator antara proses 16. organizational performance? hubungan antara proses manajemen pengetahuan dan kinerja organisasi 289 bisa digunakan kuesioner dikumpulkan dari mereka. manajemen pengetahuan dan kinerja organisasi. Wei Zheng, Baiyin Yang, GaryN. McLean (2009) : Linking Organizational Culture, Structure, Strategy, and Organizational Effectiveness: Mediating Role of Knowledge Management Sejauhmanakah Peran Mediasi Knowledge Management Dalam hubungannya Organizational Culture, Structure, Strategy,dan Orga nizational Effective ness Kuantitative Research Path Analysis KMberperan sebagai mediator dalam hubungan Organizati onalStructure, Organizational Culture, dan Organi zational Strategy terhadap Organizati onal Effectiveness. Knowledge Manage ment secara signifi kan berhubungan positif dengan Organ izational Effective ness. Penelitian dalam konteks hubungan KM dan IC 17. 18. Bontis, Nick (1999), Managing organi zational knowledge by diagnosing intellectual capital : framing and advan cing the state of the field Fattah Nazem (2012) : The Compilation of a Structural Model for Intellectual Capital Based on the Knowledge Management in Universities Bagaimana mengelola pengetahuan organisasi dengan mendiagnosis modal intelektual? Untuk menyediakan model struktural untuk modal intelektual di perguruan tinggi berdasarkan manajemen pengetahuan . Merupakan kajian literatur yang komprehensif dari berbagai disiplin ilmu manajerial. Quantitative Research SEM Populasi : sel pegawai IAU di Iran sebanyak 1906, dg sampel sbanyk 89 Hasil analisis jalur menunjukkan dimensi modal intelektual memiliki efek langsung pada pemberdayaan. Model ini juga menunjukkan bahwa faktor modal pelanggan dalam modal intelektual memiliki pengaruh langsung signifikan tertinggi di faktor dalam pemberdaya an 51 19. Ivona Orzea and Constantin Bratianu (2012): Knowledge Contribution to the Intellectual Capital within Romanian Business Environment Untuk mengevaluasi kontribusi pengetahu an [Knowledge] terhadap generasi modal intelektual . Quantitative Research Factor Analysis Hasil analisis statistik menunjukkan faktorfaktor pengaruh utama yang mempengaruhi proses penciptaan pengetahuan organisasi dalam lingkungan bisnis Rumania Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber Intellectual Capital Modal intelektual merupakan sebagian dari sumber dayayang merupakan asset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki oleh perusahaan. Sumberdaya atau resources mengacu kepada ketersediaan berbagai sumberdaya yang dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan (Amit dan Scoemaker, 1993). Sumberdaya terdiri dari komponen-komponen berwujud seperti aset keuangan dan fisik misalnya bangunan, pabrik dan peralatan. Sedangkan komponen-komponen tidak berwujud seperti sumberdaya manusia, paten, pengetahuan teknologi (Grant, 1991; Amit dan Schoemaker, 1993). Menurut Barney, (1991), pandangan teori berbasis sumber daya (resource-based theory-RBT) perusahaan menyatakan bahwa perusahaan mencapai keunggulan komparatif yang berkelanjutan dan memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan memiliki atau mengontrol aset-aset strategis baik tangible assets (aset berwujud) maupun intangible assets (aset tidak berwujud). Mengelola dengan bijak adalah kunci untuk kesuksesan bisnis di era pengetahuan. Di Indonesia, modal intelektual (intellectual capital) merupakan topik yang baru berkembang sekitar tahun 2000an. Fenomena intellectual capital (IC) mulai berkembang terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud 52 fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skandinavia. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai lebih ini sendiri dapat berasal dari kemampuan berproduksi suatu perusahaan sampai pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih ini dihasilkan oleh modal intelektual yang dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Menurut Abidin (2000) Intellectual capital masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan di Indonesia masih menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, dan perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih kepada human capital, structural capital, maupun customer capital. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut mengikuti perkembangan yang ada, yaitu manajemen berbasis pengetahuan, maka perusahaanperusahaan di Indonesia dapat bersaing secara kompetitif melalui inovasiinovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual yang dimiliki perusahaan. Keberhasilan perusahaan tidak hanya dilihat dari kinerja yang dapat diukur melalui rasio keuangan perusahaan pada saat ini, namun sumber daya yang ada dalam perusahaan hendaknya dapat menghasilkan kinerja keuangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga 53 kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin. Kelangsungan hidup perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan bukan hanya dihasilkan oleh aktiva perusahaan yang bersifat nyata (tangible assets) tetapi hal yang lebih penting adalah adanya intangible assets yang berupa sumber daya manusia (SDM) yang mengatur dan mendayagunakan aktiva perusahaan yang ada. Intellectual Capital merupakan cara untuk memperoleh keunggulan kompetitif dan menjadi komponen yang sangat penting bagi kemakmuran, pertumbuhan dan perkembangan perusahaan di era ekonomi baru berbasis pengetahuan. Nick Bontis (1998), menyatakan "Modal Intelektual adalah mata uang milenium baru. Intellectualcapital (IC) secara sederhana dapat diartikan sebagai modal yang berbasis pengetahuan yang dimiliki perusahaan, yang mana IC merupakan bagian dari intangible assets tidak hanya yang bersifat tradisional saja (seperti brand names, dan trademark), tetapi juga bentuk intangible yang baru (seperti knowledge, technology value, dan good customer relationship). Nilai Intrinsik Perusahaan (Companys Intrinsic Value) yang diibaratkan sebuah pohon yang menghasilkan buah jeruk sebagai hasil pembibitan yang produknya nampak (kasat mata) sebagai Financial capital, namun ada nilai yang tidak kalah penting dalam menghasilkan buah jeruk tersebut yaitu akar tunjang dan serabut sebagai nilai dasar yang tidak terlihat yang menghasilkan nilai yang nampak sebagai Intellectual capital. Aset perusahaan, hasil penjualan maupun keuntungan diibaratkan sebagai buah jeruk yang merupakan Tangible value merupakan Financial capital. Sedangkan Intangible value merupakan Intellectual capital dapat berupa: human resources, corporate culture, brand, innovation power, technical capabilities, dan customer base. 54 Beberapa definisi intellectual capital adalah sebagai berikut: a. Intellectual capital bersifat elusive, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi akan memberikan organisasi basis sumber baru untuk berkompetisi dan menang (Bontis, 1996). b. Intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, property intelektual, infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi (Brooking, 1996). c. Intellectual capital adalah materi intelektual (pengetahuan, informasi, property intelektual, pengalaman) yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Ini adalah suatu kekuatan akal kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna (Stewart, 1997). d. Intellectual capital adalah pengejaran penggunaan efektif dari pengetahuan (produk jadi) sebagaimana beroposisi terhadap informasi (bahan mentah) (Bontis, 1998). e. Intellectual capital dianggap sebagai suatu elemen nilai pasar perusahaan dan juga market premium (Olve, Roy & Wenter, 1999). Beberapa model IC dalam perkembangannya baik yang berdasarkan konteks financial maupun non financial. Salah satunya adalah Model VAIC yang mempunyai argumentasi bahwa IC yang merupakan intangible assets adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diukur, karena itulah kemudian muncul model/ konsep value added intellectual coefficient (VAIC) yang menjadi solusi untuk mengukur dan melaporkan IC dengan mengacu pada informasi keuangan perusahaan (Pulic, 1998). Model VAIC yang dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain untuk menyajikan informasi tentang efisiensi nilai tambah dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki 55 perusahaan. Pulic (1998) mengembangkan "Value Added Intellectual Coefficient" (VAIC) untuk mengukur nilai intellectual capital perusahaan secara kuantitatif. Sesuai dengan model Pulic (1998) formulasi perhitungan VAIC adalah sebagai berikut (Ze’ghal dan Maaloul, 2010): VA = OUT – IN Output (OUT) = Total penjualan dan pendapatan lain. Input (IN) = Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan). Value Added (VA) = Selisih antara Output dan Input. Model intelektual kapital telah dikembangkan oleh kelompok usaha asal Swedia yakni Skandia sebagai pendekatan dalam pengukuran modal intelektualitas. Model ini memfokuskan dalam pentingnya kewajaran, manusia, pelanggan dan juga inovasi dalam mengatur aliran dari pengetahuan dalam dan luar melewati jaringan kolega. Skandia Model atau Skandia value scheme dikembangkan oleh Edvinson.Skema ini menyatakan bahwa adanya indikasi IC berasal dari market value suatu perusahaan. Model Skandia menggambarkan ilmu pengetahuan sebagai berikut: Gambar 2.5. Skandia Model Sumber: Roos et al., 1997 56 Market Value = Financial Capital + Intellectual Capital Intellectual Capital = Human Capital+ Structural Capital 1. Human Capital (modal manusia) Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Brinker (2000) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training programs, credential, experience, competence, recruitment,mentoring, learning programs, individual potential and personality. 2. Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi) Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka 57 intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. 3. Relational Capital atau Costumer Capital (modal pelanggan) Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/ association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Modal intelektual paling tepat digambarkan sebagai informasi dan pengetahuan dalam perusahaan. Informasi sifatnya lebih statis; sedangkan pengetahuan bersifat dinamis. Pengetahuan adalah bahan baku perusahaan yang paling penting. Modal intelektual adalah sumber yang paling penting dari nilai tambah serta output. Jika pengetahuan tidak dikelola dengan baik, akan dapat merugikan bisnis. Modal intelektual bukan hanya masalah hukum, tetapi harus meningkatkan kekayaan bersih perusahaan (Adrian, 2008). Perkembangan konsep IC menjadi lebih luas dan detail, dimana masing-masing komponen IC dikelompokkan lagi sebagaimana tabel berikut. Strctural capital mempunyai dimensi intellectual properties dan process, sedangkan human capital mempunyai dimensi management dan employees. Dimensi dari relational capital terdiri dari network, brand, dan customers. Modal intelektual telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber 58 daya pengetahuan, dari posisi sosial seseorang menjadi proses hubungan dan dari kekuatan pemegang saham menjadi kekuatan pelanggan. Kini perusahaan mengakui pentingnya modal intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembangan bisnis. Gambar 2.6. Dimensi Intellectual Capital Sumber :<www2.icmg.co.jp>[diakses,10 Juni 2015] Pergeseran paradigma yang muncul dalam teori pemasaran seperti fokus pada hubungan jangka panjang daripada transaksi pertukaran jangka pendek, membawa perbaikan yang signifikan bagi perusahaan. Melalui interaksi jangka panjang dengan konsumen perusahaan dapat memperoleh akses secara detail dan pengetahuan yang berguna tentang konsumen. Oleh karena itu konsumen yang loyal merupakan salah satu modal hubungan yang paling penting sehingga perusahaan harus menaruh perhatian lebih dalam masalah tersebut (Roos dan Roos, 1997). Di tabel berikut ringkasan komponen Intellectual capital dari berbagai rujukan. 59 Tabel 2.3. Ringkasan Komponen Intellectual Capital No. KOMPONEN INTELLECTUAL CAPITAL 1. Goran Roos,1997 Human Capital Competence Attitude Intellectual agility Organizational Capital Inovation organisation Process Intellectual property, cultural assets Renewal And Development New patent Training efforts Relationships that involve employees from outside and within the company 2. Stewart, 1997 Structural Capital Intellectual Property KMS Process Culture Organizational Memory Relationship Capital Customer Supplier Brand Contract External Network 3. GarcíaMerino et al. (2008) Human Capital Leadership Management People Trainning/ Metoring Ethos Human Capital Knowledge and/or skills of the workers Motivation of the workers Capability of the management team Structural Capital Innovative organisational culture Flexible organisa tional structure or adaptation capability Efficient cost management 4. www2.icmg. co.jp Organizational Capital Management Employess 5. Bashin, 2012 Human Capital Intellectual propeties Processes Human Capital Knowledge Competence Skill individual & Collective Experience training Communities of Relational Capital Capability to work with other agents Customer orientated organisational culture Customer loyalty Response speed to changes in the environment and competition Company’s reputation or image Knowledge about industry, market and clientele Relationship Capital Network Brand Customer Customer Capital Customer relation Customer loyalty Repeat business Relational capital Relation with vendor Investor trus & feedback 60 Structural Capital Business process Manual policies Information system Researcg findings Trade mark Brand practice 6. Papula danVolná, 2012 7. Sánchez and Basilio, 2012 8. Carrington and Tayles, 2012 Human Capital Skills Knowledge inside the person Human Capital Professio nal competences Social competences Employee motivation Leadership skills Organizational Capital Skills Knowledge oriented outside the person and inside the company Structural Capital Internal cooperation ICT and explicit knowledge Product innovations Process innovations Management tools Personal Capital Structural Capital Personal Information system competence Inovation Human Organization resources praxes Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber Relational Capital Skills Knowledge oriented outside the person and outside the company Relational Capital Clients Providers External collaborators Other partners Financial sector Relationsship Capital Customer Brand Community capital Pembahasan tentang konstruksi atau dimensi intellectual capital merupakan bagian dari definisi atau cakupan konsep. Namun, dalam hal ini dipisahkan untuk mengurai unsur-unsur pembentuk intellectual capital ini sehingga relatif memudahkan untuk melihat kaitannya. Ross (1997) serta Papula dan Volná, (2012) memfokuskan intellectual capital dalam human capital, organizational capital, dan relational capital. Sedangkan Stewart, (1997), serta García-Merino et al., (2008), Sánchez dan Basilio, (2012) membagi intellectual capital dalam human capital, structural capital dan relational capital. Dua kelompok klasifikasi tersebut di atas mempunyai kesamaan pada dimensi human capital dan relational capital, sedangkan perbedaannya terletak pada 61 organizational analog dengan dimensi structural capital. Adapun Bashin (2012) menggantikan relational capital dengan customer capital. Makna setiap dimensinya hampir selaras, yang mempunyai makna analog satu dengan lainnya yang mengarah pada tiga dimensi yaitu : human capital, structural capital dan relational/customer capital. Studi ini mengacu Model Skandia yang akan dikembangkan dalam penelitian yang diarahkan dalam konteks Intellectual Capital dalam cakupan Modal Insani (Human capital), Modal struktural (Structural capital), dan Modal Relasi (Relational capital) yang ada dan terjadi dalam objek industri kreatif. Pertimbangan dalam studi ini dikarenakan IC yang akan dikembangkan dalam konteks Non financial. Dalam konteks ini akan melihat sejauh mana pemetaan Intellectual Capital yang tercermin dalam Human capital, Structural capital serta Relational capital diimplementasikan di industri kreatif. Gambar 2.7. Model Intellectual Capital INTELLECTUAL CAPITAL HUMAN CAPITAL indikator STRUCTURAL CAPITAL indikator indikator indikator indikator indikator indikator indikator indikator Sumber: Model olahan dikembangkan untuk disertasi ini 62 RELATIONAL CAPITAL Perkembangan Penelitian Intellectual Capital Penelitian yang terkait dengan Intellectual Capital memang tidak sedikit, akan tetapi sebagian besar bermula dan lebih fokus mengkaji intellectual capitaldalam perpektif finacial seperti: hubungan antara intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan multinasional (Belkaoui, 2003); hubungan antara intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja keuangan (Chen et Al.,2005); hubungan antara intellectual capital disclosure dan market capitalization (Abdolmohammadi, 2005); dan dampak intellectual capital pada capital gain investor di saham (Appuhami,2007); mengelola modal intelektual dalam pasar tertutup (Malinowska – Olszowy, 2012); keterkaitan antara komponen modal intelektual terhadap nilai perusahaan (Naidenova dan Oskolkova .2012). Evolusi penelitian intellectual capital yang terkait dengan kajian non financial mulai nampak dalam perkembangannya. Kajian non financial sangat diperlukan sebagai langkah konstruktif aspek sumber daya manusia dalam industri. Beberapa penelitian yang terkait dengan intellectual capital dalam kajian non financial dapat diketemukan sebagaimana berikut: sebuah teoritis capital model intelektual di terapkan ke kota-kota (Sonyadan Peter, 2006); Dinamika intellectual capital (Ammann, 2012 ); Modal intelektual di dunia ekonomi informasi (Adrian, 2008); intellectual capital dan keunggulan bersaing (Chen, 2004); Pemodelan intellectual capital (Agoston dan Dima, 2012 ); model pengukuran IC di UKM (Santos etAl., 2012). Perkembangan penelitian dalam konteks IC semakin banyak terutama keterkaitannya dengan kinerja perusahaan. Choi (2002) uses the definition of organizational performance defined by Elenkov (2002) - the degree to which the company achieves its business objectives. Moreover, the organizational performance measures used by Choi (2002) is a measure that is felt by respondents on the level of overall success, market share, 63 profit growth rate, and the company's innovation compared to its major competitors. Bontis et al., (2001) keterhubungan antara intellectual capital dengan business performance; Lennox, (2012) hubungan melalui investigasi kualitatif persepsi intellectual capital oleh para pengusaha di UKM; Malinowska – Olszowy, (2012) evaluasi terjadinya dan manajemen modal intelektual di kalangan produsen tekstil dan pakaian Polandia; Matos et., (2012)mengukur modal intelektual di UKM. Chen et al., (2004) state that there is a positive relationship between intellectual capital and enterprise performance. Cabrita and Bontis (2007) also state that each variables of the intellectual capital interact with the business performance. Perkembangan penelitian di atas sudah mulai berkembang pada kajian Intellectual Capital dalam keterkaitannya dengan kinerja perusahaan, dan dalam obyek UKM.Selanjutnya, untuk mendukung studi ini disampaikan rangkuman dari beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan IC dalam konteks financial, non financial, maupun keterkaitannya dengan kinerja perusahaan. Tabel 2.4. Matriks Studi Intellectual Capital NO 1. 2. 64 AUTHOR, TITLE Belkaoui, Ahmed Riahi. [2003] : Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms Chen et al (2005 ) : An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firm‟s Market Value and Financial Performance” PERMASALAHAN METODE PENELITIAN PENELITIAN Bagaimanakah Hubungan Antara Intelectual Capital dan Kinerja Perusahaan Multi nasional Sejauhmanakah Hubungan antara Intelectual terhadap Nilai Pasar perusahaan dan Dampaknya Terha dap Kinerja Keuangan TEMUAN Kuantitative Research Multiple Re gression Terdapat Hubungan Antara Intelectual Capital dan Kinerja Perusahaan Multinasional Kuantitative Research Multiple Re gression Terdapat Hubungan antara Intelectual terhadap Nilai Pasar perusahaan dan Nilai pasar mempunyai Hubungan Terhadap Kinerja Keuangan 3. Abdolmohammadi, Mohammad J. (2005), Hubungan antara intellectual capital disclosure dan market capitalization 4. Appuhami, B.A. Ranjith, (2007), The Impact of Intellectual Capital on Investors’ Capital Gains on Shares 5. Monika Malinowska – Olszowy [2012] : Managing Intellectual Capital in the Companies- an Analysis Results of the Study for Textiles – Clothing Market 6. Iuliia Naidenova And Marina Oskolkova (2012):Interaction Effects of Intellectual Capital in Company’s Value Creation Process Ingin mengembang Komponen modal kan kerangka intelektual yang deskriptif digunakan sebagai komponen modal unit analisis konten intelektual dalam menganalisis laporan tahunan. laporan tahunan Serta bertujuan sampel 58 juga untuk perusahaan mengetahui Fortune 500 pengaruh selama periode pengungkapan lima tahun dari modal intelektual 1993-1997 kapitalisasi pasar Untuk mengetahui Quantitative dampak dari Research efisiensi Menggunakan data penciptaan nilai yang pada capital gain dikumpulkan investor terhadap dari perusahaan saham yang terdaftar di pasar saham Thailand dan Pulic Model regresi berganda Untuk mengetahui Qualitative dan meng evaluasi Research terjadinya dan mana jemen modal intelektual di kalangan produsen tekstil dan pakaian Polandia Untuk mengetahui Qualitative bagaimana Research keterkaitan antara sampel dari 59 komponen modal perusahaan dari intelektual negara-negara berkontribusi Eropa dengan terhadap nilai tingkat perusahaan pembangunan ekonomi yang tinggi Frekuensi pengungkapan informasi tentang merek dan proses kepemilikan telah meningkat selama periode penelitian. Hasil penelitian juga menunjukkan efek yang sangat signifikan bagi pengungkapan modal intelektual kapitalisasi pasar Diketemukan: modal intelektual memiliki hubungan positif yang signifikan dengan investor 'capital gain atas saham Modal intelektual di kalangan produsen tekstil dan pakaian penting untuk memperkokoh daya saing Dapat Dikenali tingkat homogenitas unsur-unsur modal intelektual yang dikombinasikan dalam modal manusia, modal structural atau modal relasional yang menggambarkan salah satu aspek dari kegiatan perusahaan. 65 Ingin mengetahui kemampuan Knowledge Process Capability berperan sebagai mediator hubung an antara Intellec tual Capital dengan Organi zational Effective ness. Bagaimanakah pendekatan Intellectual Capital Dynamics dan IC Space Kuantitative Research SEM Knowledge Process Capability berperan sebagai mediator hubungan antara Intellectual Capital dengan Organizational Effectiveness Theoritical Research IC Space Angela Adrian, (2008), Intellectual Capital in the World of Information Economies Ingin mengkaji Modal intelektual di Dunia Ekonomi Informasi Theoritical Research 10 . Ming-Chin Chen, (2004), Intellectual capital and competitive advantages Ingin mengetahui peran modal intelektual TTY dalam membangun keunggulan kompetitif dan meningkatkan pencapaian strategi perusahaan Qualitative Research Dengan melakukan wawancara mendalam dengan CEO dan manajemen atas TTY Biopharm Perusahaan, 5.sebuah perusahaan farmasi yang berbasis di Taiwan Memiliki dua pendekatan dikombinasikan dengan cara ini , yaitu ruang IC dan navigasi melalui jalur dan transfor masi dan konversi lebih atau kurang agregat IC atau aset pengetahuan , tubuh pemodelan yang kuat untuk IC dinamika muncul. Modal intelektual adalah bukan hanya masalah hukum, tetapi harus meningkatkan kekayaan bersih perusahaan. Ini harus menjadi focus pemikiran strategis dan keunggulan kompetitif. Modal intelektual adalah aset utama perusahaan dalam pengeta-huan ekonomi yang semakin ditandai dengan saling ketergantungan eknologi Dengan mengadopsi strategi R & D yang memadai dan investasi dalam modal intelektual dapat berbuah hasil. Dengan mengembangkan modal intelektual, perusahaan mampu untuk menjaga kualitas tenaga kerja, meningkatkan hubungan dengan para pemangkukepenting an, memenuhi fit strategi R & D, dan mendirikan sebuah organisasi yang mendukung 11 . Simona Agoston and Alina Mihaela Dima Bagaimanakah pemodelan Perspective Model (Quali 7. HY Sonya Hsu, Peter P. Mykytyn Jr. (2006) : Intellectual Capital 8. Eckhard Ammann (2012) : Intellectual Capital Dynamics and the IC Space 9. 66 Diperoleh petunjuk penting mengenai kemungkinan (2012) : Modeling Intellectual Capital Using Analytic Hierarchy Process (AHP) Intellectual Capital dengan Menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) 12 . Helena Santos et.Al, (2012), System of Innovation and innovative SMEs Ingin mengukur dampak dari IC terhadap pertumbuhan kumulatifUKM 13 . Bontis, N and William Chua Chong Keow dan Stanley Richardson. [2001] : Assessing Knowledge Assets : A Review of The Model Used To Measure Intellectual Capital Henry Lennox [2012]: Intellectual Capital in a Recessionary Period 14 . 15 . Monika Malinowska – Olszowy [2012] : Managing Intellectual Capital in the Companies- an Analysis Results of the Study for Textiles – Clothing Market 16 . Florinda Matos, Albino Lopes and Nuno Matos [2012] :A Tool to Audit Intellectual Capital Management tative Rese arch) Analytic Hierarchy Process (AHP) pemodelan modal intelektual organisasi, dengan memasukkan variable integrator, seperti teknologi, visi dll untuk kepentingan praktis model ini Quantitative Research Sampel dari 140 UKM yang inovatif di wilayah Galicia (Spanyol) Menunjukkan bahwa hubungan utama antara modal manusia dan modal struktural (HC-SC). Anehnya, HC-RC memiliki dampak yang sangat rendah pada pertumbuhan kumulatif. Sejauhmanakah keterhubungan antara Intellectual Capital dengan Business Performance Kuantitative Research Path Analysis Intelectual Capital Mempunyai Hubungan Dengan Kinerja Bisnis Di Industri Malaysia Ingin mengkaji bagaimanakah hubungan melalui investigasi kualitatif persepsi Intellectual Capital oleh para pengusaha di UKM Untuk mengetahui dan mengevaluasi terjadinya dan mana jemen modal intelektual di kalangan produsen tekstil dan pakaian Polandia Bagaimanakah cara mengukur modal in telektual di UKM? Theoritical Research Kesimpulan umum adalah bahwa pengusaha yang memahami prinsip-prinsip modal intelektual dan eksploitasi yang lebih cocok untuk menghadapi tantangan mengejar kewirausahaan dalam periode resesi Modal intelektual di kalangan produsen tekstil dan pakaian penting untuk memperkokoh daya saing Qualitative Research Quantitative Research Analisis Faktor Sampel 1107 Pelaku UKM Tingkat pengembangan modal intelektual, dapat diaudit secara kredibel, menggunakan metodologi yang memungkinkan mengukur parameter ICM Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber 67 Knowledge Broker Seorang broker Pengetahuan adalah perantara (sebuah organisasi atau seseorang), yang bertujuan untuk mengembangkan hubungan dan jaringan dengan, antara, dan antara produsen dan pengguna pengetahuan dengan menyediakan hubungan, sumber-sumber pengetahuan dan dalam beberapa kasus pengetahuan itu sendiri, (misalnya pengetahuan teknis bagaimana, wawasan pasar, bukti penelitian) kepada organisasi dalam jaringannya. Sementara peran yang tepat dan fungsi broker pengetahuan yang dikonsep dan dioperasionalkan secara berbeda di berbagai sektor dan pengaturan, fitur kunci tampaknya memfasilitasi pertukaran pengetahuan atau berbagi antara dan di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk para peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan. Menurut Andrew (1998), seorang broker pengetahuan dapat beroperasi di beberapa pasar dan domain teknologi. Konsep broker pengetahuan berkaitan erat dengan konsep spillovers pengetahuan. Dalam bidang kesehatan masyarakat, dalam penelitian terapan pelayanan kesehatan, dan ilmu sosial, broker pengetahuan sering disebut sebagai jembatan atau perantara (Lomas, 2007); Verona dan Sawhney, 2006); Lavis (Winter 2006); Lyons, Warner dan Phillips,2006) bahwa produsen link bukti penelitian untuk pengguna bukti penelitian sebagai sarana untuk memfasilitasi kolaborasi untuk mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah (Kitson, Harvey dan Cormack, 1998), dan mempromosikan pembuatan keputusan berdasarkan bukti, yang merupakan proses kritis menilai dan menggabungkan yang terbaik yang tersedia bukti penelitian, bersama dengan bukti-bukti dari berbagai sumber lain ke dalam keputusan kebijakan dan praktek (Robeson, Dobbins, dan Decorby, 2008); Brownson, Gurney dan Land,1999); canadian health services research foundation (2003); 68 Canadian Health Services Research Foundation (2004); Kammen, Savigny dan Sewankambo, 2006); Hartwich, dan von Oppen, 2000). Menggunakan broker pengetahuan untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan adopsi wawasan adalah salah satu strategi dalam bidang yang lebih luas dari Knowledge Management (Jackson-Bowers, Kalucy, dan McIntyre, 2006). Fungsi dan Peran Knowledge Broker Broker Pengetahuan memfasilitasi transfer dan pertukaran pengetahuan dari mana itu melimpah ke tempat itu diperlukan, sehingga mendukung pengembangan dan peningkatan kemampuan inovatif organisasi dalam jaringan mereka. Menurut Dobbins et al., (2009) Broker pengetahuan biasanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan berikut di bawah ini: Menilai hambatan dan membangun akses ke pengetahuan (yaitu penyaringan dan mengakui pengetahuan yang berharga di seluruh organisasi dan industri) Belajar (misalnya internalisasi pengalaman dari beragam perspektif termasuk industri, teknologi atau kesehatan disiplin) Menghubungkan kolam pengetahuan yang terpisah (misalnya melalui penelitian bersama, jasa konsultasi, dan mengembangkan saling pengertian tujuan dan budaya) Mendukung pengetahuan dan keterampilan pengembangan. Memfasilitasi pengembangan kapasitas individu/ organisasi untuk penggunaan pengetahuan (misalnya, menilai penggunaan pengetahuan saat ini, serap dan kapasitas reseptif, dan kesiapan untuk perubahan) Menerapkan pengetahuan dalam pengaturan baru (misalnya menggabungkan pengetahuan yang ada dengan cara baru). 69 Gambar 2.8.Framework Knowledge Broker INTERFACE DIRECT DISTRIBUTORS CREATORS YUSERS INTEGRATORS INTERMEDIARIES BRdOanKEMRcSLean (1997) Sumber: Oldham Sumber: Oldham dan McLean (1997) Dari Framework di atas dapat diurakan sebagai berikut: • "Creator" mengacu pada lembaga yang terlibat terutama dalam penciptaan pengetahuan: yaitu, universitas, lembaga penelitian, dan lainlain. • "Yusers" mengacu pada organisasi yang membutuhkan pengetahuan untuk pengambilan keputusan tujuan-pemerintah, perusahaan, dan lainlain. "Interface" menghubungkan"pengguna" dan"pencipta" • "Direct" mengacu padafakta bahwa dalam beberapa kasus ada interface langsung antara pengetahuan menggunakan dan organisasi pengetahuan menciptakan. Hal ini cenderung terjadi pada sebagian kecil kasus. • "Distributor" mengacu pada organisasi yang luas menyebarkan pengetahuan. Itu Hubungan utama untuk distributor adalah dengan pencipta. Contohnya termasuk penerbit, on-line penyedia, dan lain-lain. • "Integrator" mengacu pada organisasi yang mengambil ilmu yang dibuat oleh orang lain dan menafsirkannya untuk kepentingan pengguna tertentu. Integrator hubungan utama adalah dengan pengguna. 70 Contohnya termasuk konsultan, Komisi Royal, kebijakan organisasi penelitian. Banyak organisasi transfer teknologi akan masuk ke dalam kategori ini juga. •"Inter mediaries" mengacu pada organisasi yang menghubungkan pengguna dan pencipta. Seperti integrator, hubungan utama adalah dengan pengguna. Perbedaan utama dengan integrato radalah bahwa perantara tidak memiliki kemampuan pengiriman mereka sendiri, tetapi bukan harus menghubungkan pengguna dengan pencipta. • "Broker" mirip dengan perantara. Perbedaannya adalah bahwa seperti denganreal estate atau broker saham, broker pengetahuan memperoleh pendapatan yang merupakan fungsi dari nilai dipertukarkan dalam transaksi antara pengguna dan pencipta. Distributor, integrator, perantara, dan broker dalam kerangka kerja ini adalah semua peran yang sah. Namun, kemampuan organisasi yang diperlukan untuk memainkan peran-peran yang berbeda sangat bervariasi. Adapun peran individu/ kelompok/ organisasi melakukan KB bisa sangat berbeda. Dengan mengacu pada tipologi kerangka broker pengetahuan (Magnuszewski et al., 2010) peran broker bisa dikategorikan sebagai Co-ordinator, Itinerant, Gatekeeper, Representative atau Liaison yang menurut domain yang dimiliki seperti digambarkan pada Gambar2.9. 71 Gambar 2.9. Tipologi Kerangka Knowledge Broker Co-ordinator Itinerant KB KB A B A Gatekeeper KB B Liaison KB B A A B Representative A KB B Sumber: (Magnuszewski et al., 2010) Co-ordinator semua aktor termasuk broker dan sumber ilmu pengetahuan berada dalam kelompok yang sama. Itinerant broker, broker menengahi antara aktor dalam kelompok yang sama, tetapi broker bukan bagian dari grup ini. 72 Gatekeeper layar pengetahuan eksternal untuk mendistribusikannya dalam kelompok mereka sendiri. Representative diberikan jika delegasi kelompok peran percaloan pengetahuan eksternal untuk seseorang dalam kelompok. Liaison adalah ketika mereka pengetahuan ditengahi seluruh kelompok yang berbeda, tak satu pun dari mana broker adalah anggota. Berbagai tingkatan Broker Pengetahuan Kegiatan Broker pengetahuan berada pada tingkat-berbeda mengacu pada tingkat individu, kelompok atau organisasi (Currie etal.,2010.): a. Individual level: broker pengetahuan dilakukan oleh orang, yang berperan berbeda dari penelitian dan kebijakan dan/ atau praktek dengan menerjemahkan, mentransfer, dan bertukar pengetahuan (misalnya konsultan, penasihat). b. Group level: Pada tingkat kelompok brokering social capital (makelar modal sosial) merupakan sarana melalui mana pengetahuan di pertukarkan (Nahapiet dan Ghoshal, 1998). Perkembangan modal sosial dalam jaringan atau komunitas mengharuskan pelaku saling terhubung satu sama lain (dimensi struktural), memahami perspektif satu sama lain (dimensi kognitif) dan saling percaya (dimensi relasional). Melalui interaksi terletak, terlibat aktor terlibat dalam kegiatan Pengetahuan broker membangun kepercayaan dan pemahaman yang mendorong mereka untuk bertukar pengetahuan. c. Organisational level, mencakup lembaga/ organisasi dapat mengembangkan: mereka bisa independen atau berafiliasi dengans alah satu Lembaga/ departemen (misalnya penyuluhan, tokosains, departemen 73 transfer pengetahuan Universitas penghubung departemen di kementerian, dll). Broker pengetahuan di tingkat organisasi memiliki fungsi sosial-integratif dan memediasi kepentingan yang berbeda dengan fokus pada organisasi mekanisme dan proses yang memungkinkan kolaborasi dan meningkatkan kerjasama antara pelaku yang terlibat (Currie et al.,2010). Studi ini mengacu konsep Magnuszewski et al., (2010) yang akan dikembangkan dalam penelitian yang diarahkan dalam konteks knowledge broker (KB) yang ada dan terjadi dalam objek industri kreatif. Pertimbangan dalam studi ini dikarenakan KB yang akan dikembangkan dalam UKM sektor industri kreatif mempunyai kecenderungan mempunyai kebutuhan terhadap peran KB dalam meningkatkan kinerja di industri kreatif. Dalam konteks ini akan melihat sejauh mana KB bertindak sebagai Co-ordinator, Itinerant, Gatekeeper, atau Liaison maupun sebagai Representative dalam meningkatkan kinerja di industri kreatif. Gambar 2.10 Model Knowledge Broker INDUSTRI KREATIF SUMBER PENGETAHUAN KNOWLEDGE BROKER Sumber: Model olahan dikembangkan untuk disertasi ini Perkembangan Penelitian Knowledge Broker Penelitian yang mengkaji peran knowledge broker (KB) dalam interdependensinya antara knowledge management dan intellectual capital 74 masih belum ditemukan peneliti. Jika adapun dengan tema yang berbeda sebagaimana hal berikut: model pembelajaran dan transfer modal sosial (Lok etal., 2008); mediasi peran manajemen pengetahuan (Zheng et al., 2009); pemetaan dan analisis knowledge sharing (Siagian dan Sensuse, 2010). Dalam perkembangan penelitian KB bermula di awali dalam bidang kesehatan: Canadian Health Services Research Foundation (2003); Canadian Health Services Research Foundation (2004). Dalam bidang kesehatan masyarakat, broker pengetahuan memfasilitasi penggunaan yang tepat dari bukti penelitian terbaik yang tersedia dalam proses pengambilan keputusan, meningkatkan kapasitas individu dan organisasi untuk berpartisipasi secara efektif dalam pengambilan keputusan. Dalam kegiatan ini, broker pengetahuan mempromosikan penelitian yang digunakan (Robeson, Dobbins, dan Decorby (2008), Dobbins et al., (2009). Perkembangannya secara dinamis peran knowledge broker semakin dirasakan manfaatnya bagi transfer pengetahuan. Beberapa penelitian yang terkait dengan KB dapat diketemukan: knowledge broker untuk meningkatkan transfer pengetahuan (Ziam et al.,2009); koneksitas peran broker pengetahuan (Meyer, 2010); peran broker pengetahuan, pendamping, dan navigator (Casey,et.al., 2013); peran broker pengetahuan (KB) di Usia riset kesehatan(Conklin, et.al., (2013); reflections on knowledge brokering (Urquhart et al., 2011); knowledge brokerage in a software engineering firm (Hellström, Malmqvist dan Mikaelsson, 2001); knowledge brokerage and absorptive capacity in enhancing regional innovativeness (Parjanen, Melkas dan Uotila, 2010), Sebuah meta-analisis perantara pengetahuan dalam manajemen proyek (Holzmann, 2013). 75 Tabel 2.5. Matriks Studi Knowledge Broker NO 1. 2. 3. 76 AUTHOR, TITLE Saliha Ziam, Réjean Landry, Nabil Amara, (2009),Knowledge brokers: a winning strategy for improving knowledge transfer and use in the field of health Morgan Meyer, (2010), The Rise of the Knowledge Broker Victoria Casey,Valorie A Crooks, Jeremy Snyder, Leigh Turner, (2013), Knowledge Brokers, Companions, And Navigators: A Qualitative Examination Of Informal Caregivers' Roles In Medical Tourism PERMASALAHAN METODE PENELITIAN PENELITIAN Sejauh manakah knowledge broker dapat memainkan peran penting dalam pembaharuanPengetahuan yang mendukung perawatan yang berkualitas dan membenarkan alokasi resources dalam pelayanan kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pengetahuan dan inovasi telah dipromosikan Ingin menjabarkan beberapa pemikiran tentang bagaimana menganalisis dan berteori praktek percaloan pengetahuan Bagaimanakah peran broker pengetahuan, pendamping, dan navigator. Sebagai broker pengetahuan, pengasuh memfasilitasi transfer informasi antara turis medis TEMUAN Literature Research Kajian ini memilik i keuntungan dari menangani integra si pengetahuan dalam hal kapasi tas dinamis individu, dan khususnya mereka yang bekerja pada batas organisasi. Pendekatan membantu kita untuk mengidentifi kasi keterampilan yang diperlukan broker untuk berkontribusi efektif untuk inovasi. Merupakan kajian literatur tentang percaloan pengetahuan Hasil menunjukkan bahwa broker pengetahuan tidak hanya bergerak pengetahuan, tetapi mereka juga memproduksi jenis baru pengetahuan: Penelitian dilakukan dengan mewancarai 21 Pasien Koordinator Internasional (IPC) yang bekerja di rumah sakit pariwisata medis di sepuluh negara. Pelindo bekerja sama dengan Pengasuh informal penyedia bantuan pribadi non-medis, dan karena itu dapat menawarkan wawasan yang Diketemukan bahwaTiga peran muncul yaitu broker pengetahuan, pendamping, dan navigator. Sebagai broker pengetahuan, pengasuh memfasilitasi transfer informasi antara turis medis dan kesehatan formal peduli penyedia serta anggota staf lain di fasilitas pariwisata medis. 4. 5. 6. James Conklin, Elizabeth Lusk, Megan Harris and Paul Stolee, (2013), Knowledge brokers in a knowledge network: the case of Seniors Health Research Transfer Network knowledge brokers Untuk menjelaskan dan mencerminkan peran broker pengetahuan (KBS) di Usia Riset Kesehatan transfer Network (SHRTN). Ingin mengulas literatur yang relevan pada pengetahuan brokering, dan kemudian menjelaskan peran berkembang pengetahuan makelar dalam jaringan pengetahuan ini. Robin Urquhart,et.al. (2011), Reflections On Knowledge Brokering Within A Multidisciplinary Research Team Untuk mengkaji sejauh mana KB diciptakan untuk melakukan dua tugas utama: (1) memfasilitasi Komunikasi terus menerus antara anggota tim; dan (2) mengembangkan dan memelihara kolaborasi antara peneliti dan pengambil keputusan untuk membangun kemitraan untuk transfer dan penggunaan hasil penelitian Tomas Hellström, Ulf Malmqvist and Jon Mikaelsson, (2001), Knowledge Brokerage in a Software Engineering Tulisan ini menguraikan latar belakang filosofis serta kasus praktis dari di sebut desentralisasi pengelolaan pekerjaan penge- luas pada peran pengasuh Deskripsi pengetahuan makelar yang tersedia di sini adalah berdasarkan program evaluasi perkembangan dan pada Pengalaman penulis. Data dikumpulkan melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Penilaian tersebut didasarkan pada refleksi dari broker dan dua anggota tim. Banyak refleksi, yang berfokus pada KB posisi dan fungsi dirasakannya / dampak sampai saat ini, terjadi sebagai konsekuensi dari diferensiasi antara broker pengetahuan dan peran koordinator penelitian. Literature Research Evaluasi SHRTN dan pengalaman kami sebagai evaluator dan KBS menunjukkan bahwa SHRTN KB memfasilitasi Proses pembelajaran dimana orang yang terhubung dengan sumber pengetahuan tacit maupun eksplisit yang akan membantu mereka untuk menyelesaikan tantangan yang berhubungan dengan pekerjaan Broker telah memfasilitasi pendekatan terjemahan pengetahuan terpadu untuk melakukan penelitian dan menyebabkan pengembangan baru kolaborasi dengan pemangku kepentingan eksternal dan peneliti layanan kanker / kesehatan lainnya Dikatakan bahwa top-down perspektif pengetahuan telah mendominasi inisiatif manajemen di daerah ini, ini menjadi beban yang terjadi secara alami, ataupola kerja 77 7. 8. Firm - Towards a practical model for managing knowledge work in social networks tahuan Satu Parjanen, Helina¨ Melkas & Tuomo Uotila (2010), knowledge brokerage and absorptive capacity in enhancing regional innovativeness Penelitian ini berfokus pada konsep jarak, proximities, daya serap dan broker pengetahuan dalam kaitannya dengan inovasi dalam jaringan inovasi daerah. Vered Holzmann, (2013), A metaanalysis of brokering knowledge in project management menganalisis dan mengklasifikasikan penelitian tentang pengetahuan percaloan dan transfer pengetahuan dalam manajemen proyek yang diterbitkan di jurnal terkemuka selama dekade terakhir Penelitian ini menggunakan pengalaman broker pengetahuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana daerah inovasi bisa terampil ditingkatkan dengan broker fungsikhususnya, dengan memanfaatkan jarak dan proximities Riset Kualitatif muncul dari organisasi. Model manajemen berdasarkan pertukaran pengetahuan individu semiterorganisir atau"Broker" diusulkan sebagai solusi. Hasil dari penelitian ini, lima peran sentral ditetapkan untuk broker pengetahuan. Peran dan fungsi pengetahuan broker 'menuntut seperti yang diakui oleh broker sendiri. Broker sukses dan peningkatan terkait daya serap memerlukan pendekatan holistik untuk seluruh proses inovasi dan lingkungan yang lebih luas. Temuan menunjukkan bahwa bidang penelitian berkembang pesat, terutama di sektor teknik dan teknologi informasi Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber Kinerja Industri Kreatif Kinerja atau performance adalah segala sistem yang berhubungan dengan aktivitas dan hasil (out come) yang diperoleh. Perusahaan yang berorientasi pasar memberikan dampak positif pada kinerja perusahaanperusahaan besar (Kohli dan Jaworski, 1993) dan perusahaan-perusahaan kecil (Pelhant dan Wilson, 1996). Kinerja adalah merujuk pada tingkat 78 pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam periode waktu tertentu. Kinerja sebuah perusahaan adalah hal yang sangat menentukan dalam perkembangan perusahaan. Tujuan perusahaan yang terdiri dari: tetap berdiri atau eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit). Kinerja (performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over dan pangsa pasar yang diraihnya (Jauch dan Glueck,1988) Kinerja adalah salah satu faktor penting yang menentukan kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, maknanya adalah dengan meningkatkan kinerja berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur melalui alat yang berbeda berdasarkan aspek keuangan dan non-keuangan. Alat pengukuran kinerja dapat membantu bisnis mengevaluasi alokasi sumber daya melalui proses untuk menentukan bagaimana sumber daya dapat lebih baik dikelola dan didistribusikan ke jalur yang tepat (Chen et al., 2005). Ukuran kinerja bisnis perusahaan dapat dibagi menjadi dua yakni ukuran financial dan non financial (Fisher, 1998). Ukuran financial sebenarnya menunjukkan berbagai tindakan yang terjadi di luar bidang keuangan. Peningkatan financial return merupakan akibat berbagai kinerja operasional yakni diantaranya adalah meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan produkdan meningkatnya produktivitas serta komitmen pegawai (Mulyadi dan Setyawan, 2001). Terkait dengan industri kreatif, menurut Simon (2006), kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja industri biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan 79 dalam distribusi. Suatu industri selalu mempunyai motivasi untuk menguasai pasar. Tujuan ini secara lebih khusus disebut performance (kinerja) industri. Tiga aspek pokok dari kinerja adalah efisiensi dalam pengalokasian sumber daya, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi (Simon, 2006). Kinerja ini secara ekonomi dapat dibagi menjadi dua yaitu kinerja laba, dan kinerja efisiensi. Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Kinerja laba adalah menghasilkan suatu nilai keluaran yang maksimal dengan menggunakan sejumlah masukan tertentu, sedangkan kinerja efisiensi alokasi menggambarkan pengalokasian sumber daya ekonomi yang sedemikian rupa dalam berproduksi yang dapat menaikan nilai dari output. Menurut Shepherd (2004), kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Kinerja industri antara lain kesempatan kerja, tingkat keuntungan, pertumbuhan industri, pemerataan pendapatan, dan kemampuan teknologi. Shepherd (2004), menjabarkan bahwa seperti elemen manapun pangsa pasar (market share) penting terutama sebagai sumber keuntungan perusahaan. Dan hubungan umum antar pangsa pasar perusahaan dan derajat keuntungan perusahaan. Semakin besar pangsa pasar yang berhasil dikuasai perusahaan maka derajat keuntungan yang diraih akan semakin meningkat. Pandangan tersebut juga diperkuat oleh Collin dan Preston (baca Hanum, 2004), yang menyatakan bahwa hubungan yang positif ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi pasar menyebabkan semakin tinggi pula kekuatan pangsa pasar dan pada akhirnya mampu meningkatkan keuntungan perusahaan termasuk Usaha Kecil Menengah Industri Kreatif. Kelancaran proses bisnis dan kemajuan usaha tidak terlepas dari peran kinerja itu sendiri. Industri Kreatif yang merupakan salah satu bentuk kegiatan bisnis yang berada pada suatu wilayah/ daerah yang memiliki peran sangat penting bagi berlangsungnya perekonomian daerah, kesejahteran masyarakat. 80 Penggunaan pengukuran business performance yang dikembangkan oleh Bontis (1998) telah banyak dirujuk dan digunakan oleh peneliti lain dalam konteks industri kreatif, baik secara keseluruhan ataupun dengan berbagai modifikasi, antara lain Sharabati et al., (2010), Cabrita dan Bontis (2008), Cabrita et al., (2007), Hsu (2006), Bontiset al., (2000). Bontis (1998) mengembangkan pengukuran business performance yang terdiri dari sepuluh item performance yang dirasakan oleh responden dibandingkan dengan pesaing perusahaan dalam industri yang sama beberapa tahun terakhir. Sepuluh item tersebut adalah 1) kepemimpinan industri, 2) prospek masa depan, 3) laba, 4) pertumbuhan laba, 5) pertumbuhan penjualan, 6) return on assetsse telah pajak, 7) return on sales setelah pajak, 8) respon secara keseluruhan terhadap persaingan, 9) tingkat kesuksesan dalam peluncuran produk baru, 10) kinerja kesuksesan perusahaan secara keseluruhan. Menurut Tsaiet al., (1991); Wiklund, (1999) dimensi pertumbuhan dikenal sebagai ukuran kinerja yang paling penting, terutama pada perusahaan kecil dan merupakan uji kinerja yang baik ditengah kondisi resesi ekonomi dan persaingan yang ketat (Swamidass dan Newell, 1987). Pertumbuhan penjualan merupakan indikator kinerja yang sangat lazim dan telah menjadi consensus sebagai ukuran pertumbuhan yang baik. Pertumbuhan pangsa pasar dapat digunakan untuk mengukur efektivitas pasar. Pertumbuhan laba juga merupakan indikator pertumbuhan yang penting dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja industri kreatif yang mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Kementerian Perdagangan RI (2008) yang mengandung pointer: meningkatkan kreativitas; meningkatkan keterampilan; meningkatkan bakat individu; menciptakan kesejahteraan; menambah lapangan pekerjaan. 81 Indikator kinerja industri kreatif dalam penelitian ini mengacu pada beberapa rujukan diatas yang perlu disesuaikan (Shepherd (2004), Bontis (1998), Swamidass dan Newell, (1987), Kementerian Perdagangan RI (2008) yang terdiri dari: a. pertumbuhan laba, b. pertumbuhan penjualan, c. tingkat kesuksesan dalam peluncuran produk baru, d. kesempatan kerja, e. pertumbuhan pangsa pasar. Pengembangan Hipotesis Dan Model Konseptual Penelitian Pengembangan Hipotesis Pengaruh Knowledge Management terhadap Intellectual Capital Knowledge management merupakan suatu sistem, alat untuk mengorganisir sumber daya tidak berwujud untuk mencapai tujuan organisasi. Input knowledge management adalah aset organisasi yang tidak berwujud. Filosofi manajemen pengetahuan meliputi penciptaan, pengelolaan serta mendistribusikan informasi dan pengetahuan tersebut agar berguna bagi peningkatan sumber daya [modal] perusahaan. Baik dalam hal sumber daya modal keuangan, sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Menurut Nonaka dan Takeuchi perusahaan Jepang mempunyai daya saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber inovasi yang mendukung daya saing, dimana knowledge ini harus dikelola (managed), karena harus direncanakan dan dimplementasikan. Semakin kokoh knowledge management yang dimiliki perusahaan akan berdampak memperkokoh intellectual capital yang ada di dalam perusahaan, baik dalam bentuk human capital, structural capital maupun relational capital. Intellectual capital yang dimiliki oleh SDM dalam organisasi tercipta sebagai akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang sistematis dan kokoh. Pengelolaan pengetahuan (knowledge management) yang kokoh dilakukan melalui penangkapan pengetahuan, penyimpanan 82 dan pendistribusian serta penerapan pengetahuan tidak dapat terjadi secara kebetulan dan tidak sistematis, akan tetapi melalui pengelolaan pengetahuan (knowledge management) yang baik. Makna dari uraian di atas menunjukkan bahwa ketersediaan dan lahirnya Intellectual capital yang handal dibangun dari pengelolaan pengetahuan yang sistematis. Uraian di depan diperkuat oleh Nonaka dan Takeuchi (1995), alasan fundamental mengapa perusahaan di Jepang menjadi sukses karena keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi (1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh. Melalui KM yang kokoh tersebut akan menjadikan SDM yang dimiliki semakin meningkatkan kemampuan insani (human capital), kemampuan struktural (structural capital), serta kemampuan hubungan (relational capital). Kajian empirik terkait dengan hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan Fattah Nazem (2012): Hasil analisis jalur dengan menggunakan software LISREL menunjukkan bahwa dimensi manajemen pengetahuan memiliki efek langsung pada modal intelektual. Temuan dari studi ini, lebih jauh lagi, menunjukkan peran manajemen pengetahuan berpengaruh terhadap modal intelektual. Pendapat yang sama dari Hsu dan Sabherwal (2011) mendukung bahwa dampak manajemen pengetahuan pada modal intelektual. Demikian juga Huang (2011): terdapat pengaruh positif yang signifikan dari manajemen pengetahuan tentang modal intelektual. Marr (2003) juga menggarisbawahi peran manajemen pengetahuan pada peningkatan modal intelektual dalam organisasi. Temuan lain dari Rastogi (2002), Wiig (1997), Daud dan Yusoff (2011) juga meneliti peran manajemen pengetahuan dan hubungannya dengan modal intelektual. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan knowledge management yang 83 digunakan semakin kokoh maka akan berakibat semakin kuat kemampuan Intellectual Capital. Hipotesis 1 : Knowledge management mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Intellectual Capital industri kreatif. Pengaruh Intelectual Capital terhadap Kinerja Industri Kreatif Globalisasi, inovasi, teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya dari resources-based business menjadi knowledge based business. Perusahaan lebih mengandalkan knowledge dalam mempertajam daya saingnya, hal ini digambarkan dengan semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical Assets, sementara untuk modal intelektual mendapat alokasi investasi yang semakin besar. Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Komunitas ini memiliki kemampuan belajar, daya inovasi, dan kemampuan problem solving yang tinggi. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan knowledge dalam mempertajam daya saingnya. Hal ini digambarkan dengan semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical goods, sementara untuk soft factors mendapat alokasi investasi yang semakin besar. Investasi dalam soft factors ini disebut sebagai investasi di bidang intellectual capital (Stewart,1997). Dengan memaksimalkan IC yang dimiliki perusahaan yang tercermin dalam peningkatan human capital, structural capital dan relational capital maka akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja bisnis. Pentingnya modal intelektual (IC) terkait keberhasilan perusahaan diakui oleh beberapa peneliti (Brooking, 1996; Edvinsson dan Malone, 1997; Hussi dan Ahonen, 2002; Kujansivu dan Lo¨nnqvist, 2007; Marr dan 84 Schiuma, 2001; Mayo, 2001; Roos et al., 1997; Sveiby, 1997). Hal senada disampaikan juga oleh (Bontis, 2004; Medina et al., 2007) yang menghasilkan temuan keeratan hubungan antara IC yang mendorong kinerja bisnis. Hal tersebut sebagaimana dalam penelitian Nick Bontis et al., (2000) menyatakan bahwa intelellectual capital yang terdiri dari 3 elemen yaitu human capital, structural capital, relational capital, dimana seluruh element Intelellectual Capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bisnis, dengan Cronbach’s alpha seluruh element intelellectual capital >0.70 dengan signifikansi < 0.05. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh: Dimitrios Maditinoset al., (2010), menghasilkan kesimpulan bahwa Intelellectual Capital memiliki hubungan positif terhadap kinerja bisnis di kedua jenis industri. Hal senada disampaikan oleh Cabrita dan Bontis (2008). Tujuan penelitian adalah untuk menguji antar-hubungan dan interaksi antara komponen modal intelektual dan kinerja bisnis di Portugal industri perbankan. Menghasilkan temuan bahwa modal intelektual memiliki dampak yang signifikan dan substantif terhadap kinerja.Sebuah kinerja bisnis dapat berbentuk kinerja jasa, kinerja dagang, kinerja keuangan, kinerja industri/pabrik, kinerja industri kecil, termasuk industri kreatif. Hipotesis 2 : Intellectual capital mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja industri kreatif. Pengaruh Knowledge Management terhadap Kinerja industri Kreatif Sebagaimana dibahas di depan bahwa knowledge management [KM] meliputi penciptaan, pengelolaan serta mendistribusikan informasi dan pengetahuan tersebut agar berguna bagi peningkatan sumber daya 85 [modal] perusahaan. Ketika proses manajemen pengetahuan dalam organisasi mendorong karyawan-karyawannya untuk selalu saling belajar, karyawan memiliki informasi dan pengetahuan yang diperlukan untuk beradaptasi atas keadaan organisasi yang terus berubah. Dengan adanya KM, karyawan dapat belajar lebih baik daripada karyawan dalam perusahaan yang tidak menerapkan KM. Dengan adanya KM, karyawan dapat lebih siap atas perubahan. Dampak-dampak ini membuat karyawan merasa lebih baik karena pengetahuan yang diperoleh dan peningkatan keterampilan serta dampak meningkatnya nilai pasar/ market value mereka dibandingkan karyawan organisasi lain. Dampak langsung KM pada kinerja organisasi muncul ketika pengetahuan digunakan untuk menciptakan produk inovatif yang dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan atau ketika strategi KM selaras dengan strategi bisnis. Sehingga dampak langsung berkaitan dengan pendapatan dan/ atau biaya dan secara eksplisit berkaitan dengan visi atau strategi organisasi. Hal ini sesuai dengan kajian peneliti terdahulu yaitu Mills dan Smith (2011) serta Zaied, Hussein, dan Hassan (2012).Mills dan Smith (2011) meneliti dari sumber daya knowledge management pada kinerja perusahaan, tujuannya untuk menunjukkan knowledge management berdampak pada kinerja perusahaan. Sedangkan Zaied, Hussein, dan Hassan (2012) meneliti peran pengelolaan pengetahuan dalam meningkatkan kinerja perusahaan di beberapa perusahaan Mesir dengan hasil yang menunjukkan hubungan positif antara knowledge management dan kinerja perusahaan (R = 0,69). Selaras dengan hal tersebut didukung pernyataan Azadehdel etal., (2013),hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara KM (tacit pengetahuan) dan inovasi kualitas dan juga di antara kualitas inovasi dan kinerja perdagangan dan manufaktur perusahaan di provinsi Guilan. 86 Hipotesis 3 : Knowledge management mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja Industri kreatif. Peran Knowledge Broker Dalam Memoderasi Hubungannya antara Knowledge Management dan Intellectual Capital Keberadaan knowledge broker (KB) dalam dunia bisnis dalam persaingan sangat diperlukan dalam membantu pengembangan pengetahuan dalam proses yang akan berdampak pada modal intelektual. Banyak perusahaan yang mengalami kendala dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan intelektualnya tanpa bantuan KB. Keberadaan KB sangat dibutuhkan dalam mempercepat proses transformasi dari knowledge management kearah peneingkatan modalintelektual. Hal tersebut dapat dimengerti adanya persaingan yang ketat maupun keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kondisi demikian dibutuhkan adanya mediator/ perantara dalam mengatasi keterbatasan tersebut di atas. Jika ditinjau ulang tentang Framework Knowledge Broker (Oldham dan McLean,1997) yang terdiri dari : •"Interface" menghubungkan pengguna dan pencipta •"Direct" mengacu pada fakta bahwa dalam beberapa kasus ada interface langsung antara menggunakan pengetahuan dan menciptakan pengetahuan, •"Distributor" menyebarkan pengetahuan (contohnya termasuk penerbit, on-line penyedia, dll), •"Integrator" mengambil ilmu yang dibuat oleh orang lain dan menafsirkannya untuk kepentingan pengguna tertentu (contohnya termasuk konsultan, Komisi Royal, kebijakan organisasi penelitian, transfer teknologi). Di samping itu sebagai •"Intermediaries" yang menghubungkan pengguna dan pencipta, dan yang terakhir adalah sebagai •"Broker" mirip dengan perantara, perbedaannya adalah bahwa seperti dengan real estate atau broker saham, 87 broker pengetahuan memperoleh pendapatan yang merupakan fungsi dari nilai dipertukarkan dalam transaksi antara pengguna dan pencipta. Di lihat dari uraian di atas dengan adanya peran Knowledge Broker sudah barang tentu akan dapat meningkatkan transfer kemampuan knowledge management ke dalam intellectual capital industri/ perusahaan yang menggunakan peran KB melalui peran membantu pendistribusikan pengetahuan, membantu mengintegrasikan pengetahuan, membantu menghubungkan pengetahuan antara sumber pengetahuan ke/ menuju pengguna pengetahuan. Uraian yang mendukung pernyataan di atas yaitu oleh Ziam, Landry, dan Amara, (2009), dalam knowledge brokers: a winning strategy for improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam konteks ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pengetahuan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker pengetahuan (knowledge broker). Mengacu dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya KB akan berdampak terhadap pembaharuan pengelolaan pengetahuan (knowledge management), dalam hubungannya dengan intellectual capital. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang lebih operasional adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif, dan pengetahuan pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui kemampuan modal intelektualnya. Hipotesis 4: Knowledge broker memoderasi hubungan antara knowledge management dan intellectual capital 88 Model Konseptual Penelitian H3 H2 H1 Knowledge Management Intellectual Capital Kinerja Indus Kreatif H4 Knowledge Broker Sumber: Model Dikembangkan Untuk Disertasi Ini Gambar 2.11 Model Konseptual Penelitian Justifikasi Model Konseptual Penelitian Proses manajemen dalam menangkap pengetahuan, menyerap pengetahuan, mendistribusikan dan menerapkan pengetahuan di dalam industri kreatif adalah merupakan aktivitas dalam pengelolaan pengetahuan (knowledge management). Dengan proses pengelolaan pengetahuan yang kokoh tersebut akan menghasilkan sebuah modal pengetahuan yang lebih operasional. Modal tersebut merupakan modal kemampuan intelektual. Semakin kuatnya modal intelektual tersebut yang tercermin dengan semakin kuatnya modal insani, modal structural, dan modal keterhubungan yang dimiliki industri kreatif. Kuatnya modal insani tersebut terlihat dari semakin kuatnya kualitas SDM, sikap, kompetensi dan kecerdasan SDM yang ada dalam industri kreatif. Kuatnya modal struktural akan terlihat dari 89 semakin kuatnya budaya perusahaan, tertibnya birokrasi perusahaan, infrastruktur dan teknologi yang digunakan, proses manajemen yang transparan dan terkendali. Sedangkan kuatnya modal keterhubungan akan nampak dari semakin baiknya merek dan citra perusahaan, saluran distribusi yang lancar, kuatnya kerjasama dengan mitra, dan loyalitas pelanggan yang tinggi. Kondisi intelellectual capital yang kuat tersebut akan berdampak terhadap semakin tinggi kinerja industri kreatif yang tercermin dari semakin kreatif SDM dalam menghasilkan produk, semakin baiknya bakat kreativitas dan inovasi SDM dalam bekerja, semakin tingginya penghasilan industri kreatif, dan yang berdampak semakin luasnya lapangan kerja. Meningkatnya kemampuan knowledge management dalam hubungannya dengan modal intelektual tersebut dapat diperkuat oleh peran pihak lain sebagai mediator yang memfasilitasi transfer pengetahuan dan kemampuan modal intelektual yang disebut Broker Pengetahuan (knowledge broker). Hal tersebut dapat disebabkan adanya persaingan yang ketat maupun keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kondisi demikian dibutuhkan adanya mediator/ perantara dalam mengatasi keterbatasan tersebut di atas. 90