Telaah Pustaka Dan Pengembangan Model Teoretikal Dasar

advertisement
Bab Dua
Telaah Pustaka Dan Pengembangan
Model Teoretikal Dasar
Telaah Pustaka
Teori Resourced Based View (RBV)
Sumber daya baik berupa sumberdaya manusia, sumber dana,
sumber energi maupun sumber lainnya dapat dianggap sebagai input yang
memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan. Sumber daya dan
kemampuan internal dapat menetukan pilihan strategis yang dibuat oleh
perusahaan saat berkompetisi dalam lingkungan bisnis. Kemampuan yang
dimiliki perusahaan memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah
nilai dalam customer value chain, mengembangkan produk baru (product
development) atau mengembangkan ke dalam pasar yang baru (market
development). Organisasi harus memiliki kemampuan untuk menganalisis
dinamika lingkungan dengan tujuan mencari, mendapatkan dan mempertahankan keuntungan kompetitifnya.
Terdapat beberapa perpektif untuk menjelaskan tentang keterkaitan
organisasi dengan lingkungannya, salah satunya adalah Resources Based
View (RBV). Perspektif Resources Based View (RBV) merupakan suatu
perspektif organisasi dalam bidang stratejik yang mengfokuskan
52
pada
tingkat sumber daya organisasi, berupaya memiliki sumberdaya yang
menonjol dan memaksimalkan keseluruhan sumberdaya yang dimiliki
organisasi dibandingkan dengan pesaing.
Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya
dan kemampuan (Penrose 1959; Wernerfelt, 1984). Perbedaan sumber
daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan
memberikan keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993). Sumber
daya
organisasi tersebut akan menjadi sumber keuntungan kompetitif organisasi.
Perspective Resources Based View (RBV) menjelaskan tentang sumber daya
yang sifatnya valuable, rare, imitable, and not subsitutable (VRIN) yang
mampu menjelaskan pertumbuhan dan keuntungan kompetitif organisasi
yang berkelanjutan(Madhani, 2009):
a. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan
nilai strategis pada perusahaan.
b. Langka (R): Sumber daya yang sulit untuk ditemukan diantara para
pesaing dan menjadi potensi perusahaan.
c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak
memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak
dapat meniru sumber daya tersebut.
d. Non-Substitution (N): Non-substitusi berarti bahwa sumber daya tidak
dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya.
Gold et al., (2001) berdasarkan pendekatan knowledge-based view
menegaskan bahwa kapabilitas manajemen pengetahuan dibangun oleh
dua variabel, yaitu kapabilitas infrastruktur manajemen pengetahuan dan
kapabilitas proses manajemen pengetahuan. Kapabilitas proses manajemen
pengetahuan berarti kemampuan organisasi untuk memperoleh, menyebar31
kan, dan mengaplikasikan pengetahuan pada pelanggan, pegawai, dan
rekan kerja (Chen & Huang, 2009). Lebih jauh lagi, Prusak menegaskan
bahwa komponen utama dari kapabilitas-kapabilitas tersebut adalah
knowledge, terutama yang bersifat sangat tacit dan spesifik bagi
perusahaan.
Knowledge-based
view
atau
knowledge-based
theory
sebenarnya juga baru belakangan ini secara luas didiskusikan oleh para
pakar, termasuk dalam berbagai tulisan di jurnal-jurnal terkemuka seperti
Strategic Management Journal.
Basis
pertumbuhan
perusahaan
berubah
dari
bisnis
yang
berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan
pengetahuan (knowledge-based business). Dengan kata lain terdapat
fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa
ke masyarakat pengetahuan. Dalam masyarakat berbasis pengetahuan,
pengetahuan, menurut Sullivan dan Sullivan (2000), merupakan bagian
besar dari nilai produk serta kekayaan perusahaan. Adanya masyarakat
pengetahuan (knowledge society) telah mengubah penciptaan nilai
organisasi. Hal ini menekankan bahwa sumber daya yang berharga ketika
perusahaan memungkinkan untuk memahami atau menerapkan strategi
yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas. RBV juga membantu manajer
perusahaan untuk memahami mengapa kompetensi dapat dianggap
sebagai aset paling penting perusahaan dan pada saat yang sama, untuk
menghargai bagaimana aset tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja bisnis.
Menurut Barney (1991) dalam Madhani (2010) sumber daya yang
berharga harus memungkinkan perusahaan untuk melakukan hal – hal dan
berperilaku dengan cara mengarahkan pada penjualan yang tinggi, biaya
rendah, margin tinggi, atau dalam cara lain menambah nilai keuangan untuk
perusahaan.
30
Sumber daya perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu
berwujud, tidak berwujud dan sumber daya manusia (Grant, 2002).
Kemampuan menunjukkan apa yang dapat dilakukan perusahaan dengan
sumber dayanya (Amit dan Schoemaker, 1993). Asumsi dasar teori RBV
adalah bahwa kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung
kepada keunikan sumberdaya yang ada dalam organisasi (Wernefelt, 1984).
RBV juga dipandang sebagai kemampuan bersaing organisasi yang
merupakan fungsi dari keunikan serta nilai dari sumberdaya serta
kapabilitas yang dimiliki oleh organisasi tersebut. RBV juga menganggap
bahwa kapabilitas merupakan sumber utama untuk mencapai keunggulan
bersaing berkelanjutan. Pendekatan RBV menyatakan bahwa perusahaan
dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan
memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan
aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Knowledge Management
Sukses di pasar yang semakin kompetitif sangat bergantung pada
kualitas pengetahuan, yang berlaku untuk organisasi bisnis. Tantangan
menggunakan pengetahuan untuk menciptakan keunggulan kompetitif
menjadi lebih penting. Untuk dapat memenuhi keinginan konsumen dan
menghadapi
tantangan,
perusahaan
mencoba
untuk
lebih
baik
menggunakan salah satu sumber yang paling penting yaitu sumber:
pengetahuan (knowledge) organisasi. Secara historis, pengetahuan ini
sudah disimpan dalam dokumen/ catatan atau dalam pikiran orang. Ketika
masalah muncul, orang akan mencari ahli di pekerjaan kita, bergantung
pada orang yang kita kenal, atau kita mencari dokumen. Namun demikian,
dokumen memiliki aksesibilitas terbatas dansulit untuk memperbarui. Di sisi
lain, dalam organisasi yang besar, pemahaman suatu pengetahuan mungkin
akan terjadi kesulitan untuk menemukan siapa yang mampu mengetahui
32
dan akan berakibat komplek jika pengetahuan yang dimiliki sumberdaya
manusia tersebut meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu, pengetahuan
(knowledge) harus sistematis dikumpulkan, disimpan dalam korporasi
memori, dan dibagi di seluruh organisasi. Oleh karena itu manajemen
pengetahuan (knowledge management) sangat penting.
Definisi knowledge management masih beragam antar berbagai ahli.
Perbedaan ini terutama karena masih beragamnya persepsi atau pendapat
tentang
perbedaan
mendefinisikan
informasi
knowledge
dan
pengetahuan.
management
secara
Tiwana
luas
(1999)
dalam
arti
memanajemeni pengetahuan sebagai “ ...management of organizational
knowledge for creating business value and generating a competitive
advantage.” Knowledge Management memberikan kemampuan untuk
mencipta, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan yang
diperlukan dan berguna bagi pencapaian semua jenis tujuan bisnis.
Penciptaan pengetahuan dalam organisasi apapun dilakukan secara terus
menerus.
Dalam rangka untuk bersaing secara efektif di pasar global dan
mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan perlu untuk menggunakan
pengetahuan yang efektif dalam praktek manajemen. Khusus dalam UKM,
manajer dalam kebanyakan kasus pemilik, yang menyiratkan bahwa
pengambilan keputusan adalah terletak pada pimpinan pucuk, dan lebih
sedikit dari manajemen bawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pengambilan keputusan pada UKM lebih pendek daripada dalam organisasi
besar. Keuntungan bagi pemilik dalam UKM adalah bahwa mereka menjadi
pendorong utama untuk implementasi manajemen pengetahuan, tentu saja
dengan asumsi bahwa mereka menghargai pentingnya manajemen
pengetahuan (Wong, dan Aspinwall, 2004).
Sementara itu menurut resource-based theory (Barney, 1986;
Haanes et al., 2000; Prahalad et al., 1990), intellectual capital merupakan
33
sumber daya strategik organisasi, sedangkan knowledge management
digunakan untuk mengubah sumber daya tersebut menjadi produk atau
jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Keberhasilan pengelolaan
intellectual capital berhubungan dengan knowledge management karena
keduanya mencakup aktivitas intelektual dari penciptaan pengetahuan
hingga menggerakan pengetahuan (Huang et al., 2010; Zhou et al., 2003;
Nonaka et al., 2000). Berikut definisi KM yang diambil dari berbagai sumber:
Tabel 2.1. Ringkasan Definisi Knowledge Management
C.A.A. Sousa,
Knowledge management addresses policies, strategies, and techniques
P.H.J.
aimed at supporting an organization’s competitiveness by optimizing
Hendriks
the conditions needed for efficiency improvement, innovation, and
(2006)
collaboration among employees.’’
Sabherwal ,
Knowledge management is defined as doing what is needed to get the
Sabherwal.
most out of knowledge 2005 resources.’’
(2005)
Hult. (2003)
Knowledge management is defined as the organized and systematic
process of generating and disseminating information and selecting ,
distilling ,and deploying explicit and tacit knowledge to create unique
value that can be used to achieve a competitive advantage in the
marketplace by an organization.’’
Alavi and
Knowledge management refers to identifying and leveraging the
Leidner.
collective knowledge in an organization to help the Organization
(2001)
compete....‘‘Knowledge management is largely regarded as a process
involving various activities ... At a minimum, one considers the four
basic processes of creating, storing/retrieving ,transferring ,and
applying knowledge.’’
O’Leary.1999
Knowledge management is the formal management of knowledge for
facilitating creation, access ,and reuse of Knowledge, typically using
advanced technology.’’
Ruggles.(199
34
a term which has now come to be used to describe everything from
4)
organizational learning efforts to database Management tools.’’
Maier. (2004)
the management of knowledge goes far beyond the storage and
manipulation of data, or even of information. It is the attempt to
recognize what is essentially a human asset buried in the minds of
individuals, and leverage itinto an organizational asset that can be
accessed and used by a broader set of individuals on whose decisions
The firm depends.’’
Wiig. (1994)
knowledge management (KM) is a conceptual framework that
encompasses all activities and perspectives required to making the
organization intelligen tacting on sustained basis.
Sumber: Rahimi dan Maroosi, (2011)
Berdasarkan definisi dalam matrik di atas secara umum KM
mempunyai aras ke dalam mendapatkan hasil yang maksimal suatu
organisasi melalui sumber-sumber pengetahuan yang terbagi ke dalam:
memilih pengetahuan, menyaring pengetahuan, memperoleh pengetahuan,
baik pengetahuan yang bersifat dalam pengalaman (dalam benak individu),
mendistribusikan pengetahuan, menerapkan pengetahuan yang proses
tersebut dapat dibantu melalui peran teknologi. Sehingga tekanannya
konsep KM pada tiga dimensi: sumberdaya manusia, proses, dan
penggunaan teknologi.
Konsep Organization Learning (pembelajaran organisasi)
Organizational learning adalah sebuah pembelajaran organisasi.
Pembelajaran organisasi digunakan untuk menggambarkan proses melalui
mana pengetahuan adalah akumulasi. Menurut (Probst and Buchel, 1997)
Organizational learning (OL) adalah proses dimana pengetahuan dan
perubahan-perubahan
nilai-nilai
dasar
organisasi
diarahkan
untuk
meningkatkan kemampuan dan kapasitas organisasi di dalam pengambilan
35
keputusan ke arah tindakan. Organizational learning adalah proses
mendeteksi dan mengoreksi kesalahan. Organizational Learning adalah
proses di mana organisasi-organisasi belajar mengubah diri dalam
organisasi, yaitu organisasi dengan kapasitas untuk mendukung penciptaan
pengetahuan individu dalam arah tertentu adaptif dan generatif melalui
proses belajar (Senge 1990 dalam Romano dan Secundo, 2009:3).
Keterkaitan knowledge management (KM) dan organizational
learning tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut sebagaimana yang
disampaikan Smith dan Lyles (2003): organizational learning fokus pada
proses, sedangkan KM fokus padakonten, memperoleh pengetahuan,
menciptakan
pengetahuan,
proses
dan
akhirnya
menggunakan
pengetahuan.
Organisasi mempelajari tentang perilaku individu sebagai agennya:
individu dan pembelajaran perilaku. “Ada 4 hal yang berkaitan dengan
organizational
learning
yaitu
pengetahuan
tambahan,
penyebaran
informasi, interpretasi informasi dan organizational memory” (Hubber,
1991). Dalam mewujudkan organization learning dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti training, kursus, outbond, dan lainnya. Cara tersebut
dapat diterapkan untuk karyawan atau seluruh civitas dalam sebuah
organisasi.
Komponen Knowledge Management dalam Organisasi
Komponen manajemen pengetahuan (KM) secara pasti tidak diatur
secara jelas. Akan tetapi secara umum mempunyai kesepakatan tentang
tiga komponen utama KM: orang/ budaya, proses, dan teknologi. Meskipun
ada kesepakatan umum tentang konsep komponen KM, ada pengalaman
bervariasi tentang bagaimana untuk menempatkan KM dalam praktek di
sebuah organisasi, proyek, atau kelompok untuk mencapai tujuan yang
terukur.
36
Menurut CIO Council menyebutkan people, process, dan technology
merupakan elemen kunci dari KM. KM melibatkan transformasi berwujud,
pengetahuan
tacit
(yaitu,
informasi
dalamkepala
orang)
menjadi
pengetahuan eksplisit (yaitu, pengetahuan dalam format yang dapat
disimpan dan dibagi dengan orang lain).
Grafis ini menggambarkan hubungan antara pengetahuan tacit dan
pengetahuan eksplisit. Kegiatan KM sering melibatkan menangkap dan
mengorganisir pengetahuan eksplisit bahwa organisasi menghasilkan, untuk
memaksimalkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Banyak orang fokus
pada solusi teknologi ketika mereka berpikir tentang KM. Namun, KM tidak
bisa ada tanpa orang-orang dan proses, teknologi yang berfungsi sebagai
mekanisme yang memungkinkan.
Gambar 2.1.Komponen Knowledge Management
Sumber: Cong dan Pandya (2003)
Proses KM dapat mencakup menciptakan, menangkap, sintesis,
berbagi, dan mendorong penggunaan informasi yang tersedia.
37
Menurut Cong dan Pandya (2003), fokus KM pada:
a. People adalah untuk merangsang dan memelihara berbagi pengetahuan
dan penggunaan pengetahuan,
b. Process untuk mencari, membuat, menangkap dan berbagi pengetahuan.
c. Technology untuk menyimpan dan membuat pengetahuan mudah
diakses dan untuk memungkinkan orang bekerja sama.
Knowledge management yang diperlukan dalam organisasi/ perusahaan berbeda karena sifat dan karakteristik yang ada dalam organisasi
tersebut. Sehingga perkembangan komponen KM dapat berkembang
sebagai berikut (Bhatt, 2000):
a. Culture adalah sifat organisasi dan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
dijunjung, cara itu beroperasi, pernyataan visi dan pernyataan tujuan.
b. Organisation adalah sistem bisnis, struktur dan proses di tempat (seperti
Informasi resmi, public records, privasi, keuangan publik dan sektor
negara kisah, kode sektor publik etik, eGovernment strategy).
c. Content adalah penelitian, perpustakaan, catatan, data operasional,
kontak dan informasi manajemen.
d. Technology adalah alat yang digunakan oleh organisasi, seperti sistem
manajemen dokumen, intranet, email, data warehouse dan groupware.
Gambar 2.2.Komponen Knowledge Management
Sumber: (Bhatt, 2000)
38
Nonaka dan Takeuchi (the knowledge creating company, 1995) lebih
lanjut mendiskusikan empat gaya konversi atau ciptaan pengetahuan yang
diperoleh dari kedua macam pengetahuan:
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan konversi pengetahuan tacit-tacit terjadi pada
tingkat individu dan kelompok. Sosialisasi merupakan proses penyebaran
pengalaman, dan penciptaan pengetahuan seperti penyebaran model
mental dan skill teknis. Sosialisasi dilakukan melalui kegiatan penangkapan
pengetahuan lewat kedekatan fisik seperti interaksi antara pimpinan dan
pegawai, pimpinan dengan pimpinan, pegawai dengan pegawai.
Ekternalisasi
Eksternalisasi adalah konversi tacit-eksplisit pada tingkat organisasi
antar organisasi dengan kelompok.Eksternalisasi membutuhkan penyajian
pengetahuan tacit ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat
dipahami oleh orang lain.Pada tahap eksternalisasi ini, individu memiliki
komitmen terhadap sebuah kelompok dan menjadi satu dengan kelompok
tersebut.
Kombinasi
Kombinasi meliputi konversi pengetahuan eksplisit ke dalam bentuk
himpunan pengetahuan eksplisit yang lebih kompleks. Kombinasi
merupakan proses sistemisasi konsep dalam system pengetahuan.
Kombinasi pengetahuan dapat difasilitasi melalui media seperti menurut
Liebowitz (1999) dalam penerapan knowledge management terdapat tiga
proses dasar yaitu 1) penciptaan pengetahuan (knowledge creation), 2)
39
berbagi pengetahuan (knowledge sharing), dan 3) penerapan pengetahuan
(knowledgeimplementing).
Internalisasi
Internalisasi adalah konversi eksplisit-tacit.Internalisasi pengetahuan
baru merupakan konversi dari pengetahuan eksplisit ke dalam pengetahuan tacit organisasi.Internalisasi merupakan proses perubahan pengetahuan eksplisit ke pengetahuan tacit. Hal ini dekat dengan konsep learning
by doing.
Digman(1999) menegaskan bahwa faktor penentu keberhasilan
berguna untuk penataan analisis lingkungan karena ada link pentingan
antara analisis lingkungan dan faktor penentu keberhasilan yang mengarah
kekeberhasilan organisasi. Analisis faktor ini memberikan arti penting untuk
manajemen pengetahuan melalui identifikasi proses inti yang
sangat
penting untuk penerapan manajemen pengetahuan yang sukses, seperti
yang dijelaskan oleh Quinnetal. (1996).
Gambar 2.3.Proses Pembentukan Pengetahuan
SOSIALISASI
EKSTERNA
LISASI
INTERNA
LISASI
KOMBINASI
Sumber: Nonaka dan Takeuchi (1995)
40
Dengan
demikian,
program
manajemen
pengetahuan
perlu
mengidentifikasi indikator kinerja kritis faktor keberhasilan untuk mengukur
kinerjanya (Choi, 2000). Dalam mencapai hal ini, berbagai model
manajemen pengetahuan telah ditinjau sehingga kerangka terpadu
manajemen pengetahuan dapat dikembangkan. Dari analisis model,
ditemukan bahwa beberapa penelitian telah mengusulkan beberapa
variabel kunci bagi keberhasilan pelaksanaan manajemen pengetahuan.
Sebagai contoh, Davenportetal., (1998) telah mengidentifikasi delapan
manajemen pengetahuan faktor keberhasilan seperti(1) infrastruktur
teknologi; (2) infrastruktur organisasi; (3) keseimbangan fleksibilitas, evolusi
dan kemudahan akses kepengetahuan; (4) pengetahuan bersama; (5)
budaya ramah-pengetahuan; (6) pekerja termotivasi yang mengembangkan,
berbagi dan menggunakan pengetahuan; (7) berarti transfer pengetahuan
dengan menggunakan berbaga infrastruktur teknologi informasi; dan (8)
dukungan manajemen senior dan komitmen. Ryan danPrybutok (2001)
mengusulkan lima faktor keberhasilan seperti (1) budaya organisasi
terbuka; (2) kepemimpinan manajemen senior dan komitmen; (3)
keterlibatan karyawan; (4) kerja tim dan(5) sistem informasi infrastruktur.
Pemikiran yang lebih komprehensif dari faktor keberhasilan telah disajikan
oleh Moffettetal. (2003), sepuluh komponen kunci untuk manajemen
pengetahuan yang sukses di identifikasi: (1) budaya organisasi yang ramah;
(2) kepemimpinan manajemen senior dan komitmen; (3) keterlibatan
karyawan; (4) pelatihan karyawan; (5) kerja tim dapat dipercaya; (6)
pemberdayaan karyawan; (7) sistem informasi infrastruktur; (8) pengukuran
kinerja; (9) bench marking dan struktur (10) pengetahuan.
Studi ini mengacu konsep Cong dan Pandya (2003) yang akan
dikembangkan dalam penelitian yang diarahkan dalam konteks Knowledge
Management yang mencakup people, process, technology yang ada dan
terjadi dalam objek industri kreatif.
43
Gambar 2.4. Model Knowledge Management
KNOWLEDGE
MANAGEMENT
PEOPLE
PROCESS
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
TECHNOLOGY
Sumber: Model olahan dikembangkan untuk disertasi
Pertimbangan
dalam
studi
ini
dikarenakan
KM
yang
akan
dikembangkan dalam UKM sektor industri kreatif yang mempunyai
kecenderungan ke 3 dimensi tersebut (people, process, technology) dapat
diterapkan
dalam
penyerapan,
pendistribusian,
penyimpanan,
dan
penerapan pengetahuan di industri kreatif. Dalam konteks ini akan melihat
sejauh mana kombinasi ke 3 dimensi tersebut diimplementasikan di industri
kreatif.
Perkembangan Penelitian Knowledge Management
Pada awal mulanya isu-isu dalam penelitian KM terkait dengan
transfer pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan pernyataan Gillingham
dan Roberts (2006) awal mulanya knowledge management digerakkan oleh
teknologi, khususnya explicit knowledge yang lebih mudah disusun.
Menurut Marwick (2001) teknologi bukanlah hal baru dalam knowledge
42
management, dan pengalaman yang telah dibentuk oleh para ahli
sebelumnya menjadi bahan pertimbangan terbentuknya teknologi itu
sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu teknologi yang mendukung
knowledge management akan selalu berkembang dalam bentuk sistemsistem yang mempermudah proses penyebaran knowledge. Penelitian KM
yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IT) antara lain:
menilai sistem manajemen pengetahuan penerimaan pengguna dengan the
technology acceptance model (Money dan Turner, 2005); memberdayakan
pengguna UKM melalui inovasi teknologi: sebuah pendekatan layanan
komputasi (Dai dan Uden, 2008); implementasi manajemen pengetahuan
yang sukses di perusahaan software global, (Mehta, 2008). Mereka
menganggap
bahwa
inovasi,
penggunaan
teknologi
internet,
dan
pemanfaatan IT dapat dikembangkan dengan pemanfaatan KM. Artinya KM
mempunyai peran yang sangat dominan dalam transfer pengetahuan dalam
meningkatkan inovasi, penggunaan teknologi internet, pemanfaatan IT
maupun penggunaan IT Management. Pengetahuan yang diciptakan melalui
proses konversi pengetahuan SECI (sosialization, externalization, combination dan internalization) dan disebarkan ke seluruh bagian dalam organisasi
menjadi
pengetahuan,
selanjutnya
akan
diimplementasikan
dalam
organisasi. Menurut Liebowitz (1999) penerapan pengetahuan dapat
berupa: (1). Patent, lisenses technology, (2). Knowledge based customer
services, (3). Knowledge product and embedded technology, (4). Separate
KBS Application Product, (5). Knowledge workers at all level.
Pada perkembangan berikutnya penelitian KM mulai mengkaji pada
konteks Learning Organization. Pembelajaran merupakan proses individu
dan organisasi untuk membuat ilmu pengetahuan baru dalam menghadapi
perubahan lingkungan. Proses pembelajaran tidak hanya mengenai
perolehan pengetahuan dan keahlian, tetapi juga mengenai pengembangan
visi yang berdasarkan pada pemahaman system nilai organisasi (Trim dan
43
Lee, 2007). Organisasi yang akan benar-benar terhitung di masa depan akan
menjadi organisasi yang menjangkau bagaimana mengetuk komitmen dan
kapasitas sumber daya manusia untuk belajar pada semua level dalam
organisasi.
Beberapa penelitian Learning Organization (LO) dalam antesenden
Knowledge Management (American Productivity and quality Centre (1997);
Konsep pengetahuan di KM: Sebuah model dimensi (Meyer dan Sugiyama,
2006), dalam kaitannya orientasi pasar, dan kinerja perusahaan (Chaterine
etal., 2009); mana yang lebih dahulu antara learning organization atau
knowledge (Lena Aggestam, 2006), survei faktor efektif manajemen
pengetahuan pendirian industri cat guilan provinsi (Rezaet al., 2012).
Selanjutnya beberapa penelitian juga mempertimbangkan beberapa
variabel dalam kaitannya dengan KM antara lain: mengkaji mengembangkan kerangka kerja integratif teoritis untuk manajemen pengetahuan
organisasi dan budaya organisasi (Rai, 2011); menguji strategi transfer
pengetahuan dalam kerangka tenaga kerja multi-generasi (Stevens, 2010);
membahas cara berpikir baru tentang peran KM di UKM melalui
pengembangan kerangka kerja yang menggabungkan lima fase siklus hidup
KM: capture, penciptaan, kodifikasi, komunikasi, dan kapitalisasi (Alawneh
et al., 2009); menjelaskan enabler manajemen pengetahuan dalam
perusahaan ukuran kecil dan menengah (UKM) (Gholipour et al., (2010);
menguji manajemen pengetahuan, modal sosial dan kinerja perusahaan
(Daud dan Wan Yusoff, 2010); mengeksplorasi pengaruh organisasi, budaya,
dan struktur karakteristik pada tingkat praktek manajemen pengetahuan
dan organisasi efektivitas (Islam et al., (2008).
Dalam perkembangannya penelitian yang terkait dengan konteks
KM mulai menempatkan KM sebagai variabel moderasi/ dimoderasi atau
mediasi/ dimediasi dengan/oleh variabel lain. Mempelajari pengaruh
manajemen pengetahuan terhadap kinerja bisnis sebagai variabel moderat
(Mahdi Mahmoodsalehi, Saeed Jahanyan, 2009); menguji hubungan antara
44
manajemen pengetahuan proses dan kinerja organisasi, dan untuk
menganalisis efek mediasi modal intelektual pada hubungan antara proses
manajemen pengetahuan dan kinerja organisasi (Daud dan Wan Yusoff
,2011); peran mediasi knowledge management dalam hubungannya
organizational culture, structure, strategy, dan organizational effectiveness
(Yang dan McLean ,2009); mengetahui kemampuan knowledge process
capability berperan sebagai mediator hubungan antara intellectual capital
dengan Organizational Effectiveness (Hsu dan Mykytyn Jr.2006).
Penelitian di atas menempatkan posisi KM dalam dua kelompok.
Yang pertama sebagai variabel independent dalam hubungannya dengan
variabel lain dimana intellectual capital sebagai variabel intervening
(memediasi KM). Sedangkan kelompok kedua menempatkan KM sebagai
variabel Intervening (memediasi Intellectual capital).
Beberapa penelitian dalam konteks hubungan KM dan IC mulai
nampak, mengelola pengetahuan organisasi dengan mendiagnosis modal
intelektual (Bontis,1999); model struktural untuk modal intelektual di
perguruan tinggi berdasarkan manajemen pengetahuan (Nazem, 2012);
mengevaluasi kontribusi pengetahuan [knowledge] terhadap generasi
modal intelektual (Orzea dan Bratianu,2012).
45
Tabel 2.2 Matriks Studi Knowledge Management
NO
AUTHOR, TITLE
PERMASALAHAN
PENELITIAN
METODE
PENELITIAN
TEMUAN
Penelitian KM yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IT)
1.
2.
3.
46
William Money and
Arch Turner, (2005),
Assessing
Knowledge
Management
System User
Acceptance with
The Technology
Acceptance Model
Ingin menyelidiki
penerapan Davis
'Technology
Acceptance Model
(TAM) untuk
penerimaan
pengguna knowledge
management system
(KMS) di lingkungan
organisasi modern
Wei Dai and Lorna
Uden,
(2008),Empowering
SME Users Through
Technology
Innovation: A
Services Computing
Approach
Bertujuan untuk
memberikan dasar
untuk memahami
potensi manfaat,
hambatan dan solusi
untuk
mengintegrasikan
lingkungan UKM
tradisional dengan
layanan terdepan
online.
Untuk mengembang
kan & mengevaluasi
kerangka ringkas
untuk meneliti
bagaimana
Perusahaan
perangkat lunak
global dengan
manajemen
pengetahuan yang
Nikhil
Mehta,(2008)Succes
sful knowledge
management
implementation in
global software
Companies,
Literature Research
Penerimaan pengguna
dan penggunaan KMS
dalam lingkungan
organisasi modern di
mana kolaborasi,
berbagi pengetahuan,
dan peng gunaan
sistem berbasis peran
diperlukan untuk
organisasi berfungsi
kompetitif. Studi ini
mem berikan bukti awal
me nunjukkan TAM
dapat berfungsi sebagai
dasar untuk penelitian
KMS pengguna
penerima an
Percobaan (eksperi
men) menunjukkan
efektivitas aplikasi
online integrasi melalui
layanan adaptif, dan
pengeta huan modeldriven inovatif untuk
peng gunaan ekonomi
sumber daya informasi.
Pendekatan
penelitian
dievaluasi pada 3
perusahaan
perangkat lunak
global
dengan program
KM sukses. Data
yang dihasilkan
berdasarkan 20
Memberikan bukti
berbagai isu strategis,
teknologi, dan budaya
Mempengaru hi
keberhasilan program
KM di perusahaan
perangkat lunak global.
Perusahaan dengan
program KM sukses
biasanya
sukses
wawancara dengan
berbagai individu
terlibat dengan
program KM dari 3
perusahaan.
mengembangkan 3
kemampuan khusus u
yaitu, Mengartikulasi
kan KM Strategic Intent,
Memfasilitasi
Pengetahuan Arus
Aktifkan Inovasi, dan
Menilai KM Nilai
Penelitian KM mulai mengkaji pada konteks Learning Organization
4.
5.
6.
Bertolt Meyer and
Kozo Sugiyama,
(2006),
Untuk mempertajam
konsep implisit dan
eksplisit
pengetahuan dengan
menghubung kan
temuan dari psikologi
kognitif dan ilmu
memori dan dengan
demikian
menemukan
Kemungkinan untuk
mengukur pengetahu
an non-eksplisit.
Sebuah tinjauan KM
dan literatur ilmu
kognitif mengarah
ke
Model dimensi jenis
pengetahuan yang
menghubungkan
konsep-konsep dari
KM ke lebih spesifik
dari konsep
psikologi
Konsep di KM dapat
dihubungkan dengan
konsep-konsep dari
psikologi dan
dengan demikian
menerima dukungan
teoritis
Wang, Chaterine,
et.al (2009),
Knowledge
management
orientation, market
orientation, and
firm performance
integration and
empirical
examination
Aggestam Lena,
(2006), Learning
Organization Or
Knowledge
Management –
Which Came First,
The Chicken Or The
Egg?
Untuk memeriksa
hubungan antara
orientasi manajemen
pengetahuan,
orientasi pasar, dan
kinerja perusahaan
 Kuantitative
Research
 Analisis Faktor
dan SEM
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
orientasi manajemen
pengetahuan dapat
meningkatkan kinerja,
tetapi orientasi pasar
diperlukan dalam
rangka mewujudkan
manfaat tersebut.
Untuk memetakan
LO dan KM dan
menyajikan model
konseptual yang
didasarkan pada
teori dari LO dan KM.
Apakah dapat
berfungsi sebagai
dasar untuk mengem
bangkan pedoman
Kualitative Research
Untuk menjadi LO
membutuhkan KM,
yang pada gilirannya
tergantung dari LO. Hal
ini seperti ayam dan
telur. Untuk menjawab
pertanyaan yang
datang pertama, dan
mereka berdua
tergantung pada satu
47
7.
Esmaeilpour Reza;
et al., (2012) Survei
Faktor Efektif
Manajemen
Pengetahuan
Pendirian Industri
Cat Guilan Provinsi
bagaimana memper
kenalkan KM dan
bekerja untuk
menjadi seorang LO
Ingin mengetahui
hubungan antara
faktor-faktor yang
efektif pada
manajemen
pengetahuan di
Guilan \ s industri cat
berdasarkan 7C
Model
sama lain untuk sukses.
 Kuantitative
Research
 Alat analisis
Korelasi
Deskriptip
Disimpulkan bahwa
variabel
konsumsi, kerjasama,
penciptaan,penjatah
an pengetahuan dan
ekspansi,penghambat,
pertukaran dan
budaya, masing-masing,
sangat berkontribusi
terhadap pembentuk
an manajemen pe
ngetahuan dalam
empat
paintmanufacturing
Penelitian juga mempertimbangkan beberapa variabel dalam kaitannya dengan KM
8.
9.
10.
48
Rajnish Kumar Rai,
(2011), Knowledge
management and
organizational
culture: a
theoretical
integrative frame
work
Untuk
mengembangkan
kerangka kerja
integratif teoritis
untuk manajemen
pengetahuan
organisasi dan
budaya organisasi.
Roxanne Helm
Stevens, (2010),
Managing Human
Capital: How to Use
Knowledge
Management to
Transfer Knowledge
in Today’s MultiGenerational
Workforce
Untuk menguji
strategi transfer
pengetahuan dalam
kerangka tenaga
kerja multi-generasi.
Penelitian ini
membandingkan
perbedaan tenaga
kerja generasi dan
memeriksa metode
yang berbeda untuk
lulus pengetahuan
lintas-generationally
Membahas cara
berpikir baru tentang
peran KM di UKM
Ali A. Alawneh,
Amer Abuali,
Tamara Y.
Sebagai kajian
konseptual yang
memodifikasi
"Competing values
framework” dengan
menambahkan
dimensi baru yang
mewakili budaya
etis dan trust.
Penelitian studi
komparatif
perbedaan tenaga
kerja
generasi dan
memeriksa metode
yang berbeda untuk
lulus pengetahuan
lintas generasi
Kecenderungan
organisasi gaya budaya
dominan yang berbeda
untuk terlibat dalam
empat proses
penciptaan
pengetahuan dan
konversi.
Literature Research
UKM bisa mendapatkan
keuntungan
dari perkembangan di
Banyak manajer
mengabaikan
pentingnya modal
intelektual dan gagal
untuk memanfaatkan
manfaatnya, namun
aturan yang paling
penting adalah bahwa
pengetahuan perlu
dikelola, sehingga
membutuhkan visi dan
strategi.
11.
12.
Almarabeh, (2009),
The Role of
Knowledge
Management in
Enhancing the
Competitiveness of
Small and MediumSized Enterprises.
melalui pengembang
an kerangka kerja
yang menggabung
kan lima fase siklus
hidup KM (capture,
penciptaan, kodifika
si, komunikasi, dan
kapitalisasi)
Rahmatollah
Gholipour,
Gholamreza
Jandaghi and Seyed
Ali Akbar
Hosseinzadeh,
(2010), Explanation
of knowledge
management
enabler as alatent
variable: A case
study of SMEs in
Iran
Untuk menjelaskan
enabler manajemen
pengetahuan dalam
perusahaan ukuran
kecil dan menengah
(UKM) dari
Mazandaran industri
provinsi dan
organisasi Mines
menggunakan
pemeriksaan empiris
Salina Daud And
Wan Fadzilah Wan
Yusoff, (2010),
Knowledge
Management And
Firm Performance
In Smes: The Role
Of Social Capital As
A Mediating
Variable
Hendak menguji
manajemen
pengetahuan, modal
sosial dan kinerja
perusahaan.
KM. Pengetahuan
adalah yang paling
sumber daya yang kuat
dan di mana-mana
setiap perusahaan pada
umumnya dan UKM
pada khususnya. Oleh
karena itu,
menerapkan siklus
hidup KM di UKM
berguna dan penting.
Penelitian ini
melakukan survei
berdasarkan daftar
pertanyaan standar
manajer menengah
dari UKM Iran untuk
menyajikan model
persamaan
struktural KME
dalam empiris
pemeriksaan.
Sampel dipilih dari
UKM aktif
Mazandaran
provinsi di Iran.
Sampel dipilih
secara acak dengan
probabilitas yang
sama.
Melalui penggunaan
kuesioner diarahkan
untuk usaha kecil
dan menengah
perusahaan - semua
dari mereka berada
dalam Multimedia
Super Corridor di
Lembah Klang
Malaysia
Temuan penelitian
mengkonfirmasi bahwa
KME dikaitkan dengan
budaya faktor- faktor
seperti kolaborasi,
kepercayaan, dan
belajar. Membentuk
faktor budaya sangat
penting untuk
kemampuan
perusahaan untuk
mengelola
pengetahuan secara
efektif. Dukungan TI
tidak mempenga ruhi
pada KME dalam model
persama an struktural
UKM.
Hasil menunjukkan (i)
proses manajemen
pengetahuan
mempengaruhi modal
sosial positif; (ii) modal
sosial mening katkan
kinerja perusa haan;
dan (iii) modal sosial
merupakan mediator
antara proses
manajemen
pengetahuan dan
49
13.
Md. Zahidul
Islam,Hanif
Mahtab,Zainal
Ariffin Ahmad
(2008) : The Role Of
Knowledge
Management
Practices On
Organizational
Context And
Organizational
Effectiveness
Mengeksplorasi
pengaruh organisasi,
budaya, dan struktur
karakteristik pada
tingkat praktek
manajemen
pengetahuan dan
organisasi efektivitas
 Kuantitative
Research
 Path Analysis
kinerja perusahaan.
Penelitian ini menun
jukkan bahwa proses
manajemen pengeta
huan dan modal sosial
dapat diintegra sikan
untuk meningkatkan
kinerja.
Terdapat peran media
si praktik Knowledge
Manage ment yang
menghu bungkan
Organizational Context
dengan Orga nizational
Effective ness.
Knowledge
Management memi
likihubung an positif
dalam
pencapaianOrganizatio
nal Effec tiveness.
Penelitian KM mulai menempatkan KM sebagai variabel moderasi/
dimoderasi atau mediasi/ dimediasi dengan/oleh variabel lain
14.
15.
50
Mahdi
Mahmoodsalehi,
Saeed Jahanyan,
(2009), The Effect
Of Knowledge
Management On
Relationship
Between
Intellectual Capital
And Business
Performance
Mempelajari
pengaruh
manajemen
pengetahuan
terhadap kinerja
bisnis sebagai
variabel moderat.
Penelitian
kuantitatif,
Dengan 30
perusahaan sebagai
sampel yg diambil
secara acak dipilih,
kuesioner dikirim
untuk 4 orang ahli
di masing-masing.
Teknik analisisnya
Korelasi
Salina Daud1 and
Wan Fadzilah Wan
Yusoff [2011] :
How intellectual
capital mediates the
relationship
between knowledge
management
processes and
Untuk menguji
hubungan antara
manajemen
pengetahuan proses
dan kinerja
organisasi, dan untuk
menganalisis efek
mediasi modal
intelektual pada
kuesioner yang
dibagikan kepada
pemilik atau
manajer senior kecil
dan menengah
(UKM) multimedia
yang super corridor
(MSC) organisasi
status. Sebanyak
Ditemukan bahwa
adanya moderasi
sistem knowledge
management dalam
hubungan antara modal
intelektual dan kinerja
bisnis. Juga
diketemukan korelasi
positif antara tiga
dimensi modal
intelektual dan kinerja
bisnis.
Hasil menunjukkan
bahwa proses mana
jemen pengetahuan
dikonfirmasi sebagai
anteseden modal
intelektual; dan modal
intelektual didirikan
sebagai
mediator antara proses
16.
organizational
performance?
hubungan antara
proses manajemen
pengetahuan dan
kinerja organisasi
289 bisa digunakan
kuesioner
dikumpulkan dari
mereka.
manajemen
pengetahuan dan
kinerja organisasi.
Wei Zheng, Baiyin
Yang, GaryN.
McLean (2009) :
Linking
Organizational
Culture, Structure,
Strategy, and
Organizational
Effectiveness:
Mediating Role of
Knowledge
Management
Sejauhmanakah
Peran Mediasi
Knowledge
Management Dalam
hubungannya
Organizational
Culture, Structure,
Strategy,dan Orga
nizational Effective
ness
 Kuantitative
Research
 Path Analysis
KMberperan sebagai
mediator dalam
hubungan Organizati
onalStructure,
Organizational Culture,
dan Organi zational
Strategy terhadap
Organizati onal
Effectiveness.
Knowledge Manage
ment secara signifi kan
berhubungan positif
dengan Organ izational
Effective ness.
Penelitian dalam konteks hubungan KM dan IC
17.
18.
Bontis, Nick (1999),
Managing organi
zational knowledge
by diagnosing
intellectual capital :
framing and advan
cing the state of the
field
Fattah Nazem
(2012) :
The Compilation of
a Structural Model
for Intellectual
Capital Based on
the Knowledge
Management in
Universities
Bagaimana
mengelola
pengetahuan
organisasi
dengan
mendiagnosis modal
intelektual?
Untuk menyediakan
model struktural
untuk modal
intelektual di
perguruan tinggi
berdasarkan
manajemen
pengetahuan .
Merupakan kajian
literatur yang
komprehensif dari
berbagai disiplin
ilmu manajerial.
 Quantitative
Research
 SEM
 Populasi : sel
pegawai IAU di
Iran sebanyak
1906, dg sampel
sbanyk 89
Hasil analisis jalur
menunjukkan dimensi
modal intelektual
memiliki efek langsung
pada pemberdayaan.
Model ini juga
menunjukkan bahwa
faktor modal pelanggan
dalam modal
intelektual memiliki
pengaruh langsung
signifikan tertinggi di
faktor dalam
pemberdaya an
51
19.
Ivona Orzea and
Constantin Bratianu
(2012):
Knowledge
Contribution to the
Intellectual Capital
within Romanian
Business
Environment
Untuk mengevaluasi
kontribusi pengetahu
an [Knowledge]
terhadap generasi
modal intelektual .
 Quantitative
Research
 Factor Analysis
Hasil analisis statistik
menunjukkan faktorfaktor pengaruh utama
yang mempengaruhi
proses penciptaan
pengetahuan organisasi
dalam lingkungan bisnis
Rumania
Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber
Intellectual Capital
Modal intelektual merupakan sebagian dari sumber dayayang
merupakan asset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki oleh
perusahaan. Sumberdaya atau resources mengacu kepada ketersediaan
berbagai sumberdaya yang dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan (Amit
dan Scoemaker, 1993). Sumberdaya terdiri dari komponen-komponen
berwujud seperti aset keuangan dan fisik misalnya bangunan, pabrik dan
peralatan. Sedangkan komponen-komponen tidak berwujud seperti
sumberdaya manusia, paten, pengetahuan teknologi (Grant, 1991; Amit dan
Schoemaker, 1993). Menurut Barney, (1991), pandangan teori berbasis
sumber daya (resource-based theory-RBT) perusahaan menyatakan bahwa
perusahaan mencapai keunggulan komparatif yang berkelanjutan dan
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan memiliki
atau
mengontrol aset-aset strategis baik tangible assets (aset berwujud) maupun
intangible assets (aset tidak berwujud).
Mengelola dengan bijak adalah kunci untuk kesuksesan bisnis di era
pengetahuan. Di Indonesia, modal intelektual (intellectual capital)
merupakan topik yang baru berkembang sekitar tahun 2000an. Fenomena
intellectual capital (IC) mulai berkembang terutama setelah munculnya
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 (revisi 2000) tentang
aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah
aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud
52
fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan
barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan
administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Implementasi modal
intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia
tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa negara maju saja
yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia,
Amerika dan negara-negara Skandinavia. Pada umumnya kalangan bisnis
masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa
yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai lebih ini sendiri dapat berasal dari
kemampuan berproduksi suatu perusahaan sampai pada
loyalitas
pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih ini dihasilkan oleh modal
intelektual yang dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan
maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga
produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat
meningkat (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
Menurut Abidin (2000) Intellectual capital masih belum dikenal
secara luas di Indonesia. Hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan
di Indonesia masih menggunakan conventional based dalam membangun
bisnisnya, dan perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan
perhatian lebih kepada human capital, structural capital, maupun customer
capital. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut mengikuti perkembangan
yang ada, yaitu manajemen berbasis pengetahuan, maka perusahaanperusahaan di Indonesia dapat bersaing secara kompetitif melalui inovasiinovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual yang dimiliki
perusahaan.
Keberhasilan perusahaan tidak hanya dilihat dari kinerja yang dapat
diukur melalui rasio keuangan perusahaan pada saat ini, namun sumber
daya yang ada dalam perusahaan hendaknya dapat menghasilkan kinerja
keuangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga
53
kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin. Kelangsungan hidup
perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan bukan hanya dihasilkan oleh
aktiva perusahaan yang bersifat nyata (tangible assets) tetapi hal yang lebih
penting adalah adanya intangible assets yang berupa sumber daya manusia
(SDM) yang mengatur dan mendayagunakan aktiva perusahaan yang ada.
Intellectual Capital merupakan cara untuk memperoleh keunggulan
kompetitif dan menjadi komponen yang sangat penting bagi kemakmuran,
pertumbuhan dan perkembangan perusahaan di era ekonomi baru berbasis
pengetahuan.
Nick Bontis (1998), menyatakan "Modal Intelektual adalah mata
uang milenium baru. Intellectualcapital (IC) secara sederhana dapat
diartikan sebagai modal yang berbasis pengetahuan yang dimiliki
perusahaan, yang mana IC merupakan bagian dari intangible assets tidak
hanya yang bersifat tradisional saja (seperti brand names, dan trademark),
tetapi juga bentuk intangible yang baru (seperti knowledge, technology
value, dan good customer relationship). Nilai Intrinsik Perusahaan
(Companys Intrinsic Value) yang diibaratkan sebuah pohon yang
menghasilkan buah jeruk sebagai hasil pembibitan yang produknya nampak
(kasat mata) sebagai Financial capital, namun ada nilai yang tidak kalah
penting dalam menghasilkan buah jeruk tersebut yaitu akar tunjang dan
serabut sebagai nilai dasar yang tidak terlihat yang menghasilkan nilai yang
nampak sebagai Intellectual capital.
Aset perusahaan, hasil penjualan maupun keuntungan diibaratkan
sebagai buah jeruk yang merupakan Tangible value merupakan Financial
capital. Sedangkan Intangible value merupakan Intellectual capital dapat
berupa: human resources, corporate culture, brand, innovation power,
technical capabilities, dan customer base.
54
Beberapa definisi intellectual capital adalah sebagai berikut:
a. Intellectual capital bersifat elusive, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi akan memberikan organisasi basis sumber baru untuk berkompetisi
dan menang (Bontis, 1996).
b. Intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, property intelektual, infrastruktur dan
pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi
(Brooking, 1996).
c. Intellectual capital adalah materi intelektual (pengetahuan, informasi,
property intelektual, pengalaman) yang dapat digunakan untuk
menciptakan kekayaan. Ini adalah suatu kekuatan akal kolektif atau
seperangkat pengetahuan yang berdaya guna (Stewart, 1997).
d. Intellectual capital adalah pengejaran penggunaan efektif dari pengetahuan (produk jadi) sebagaimana beroposisi terhadap informasi (bahan
mentah) (Bontis, 1998).
e. Intellectual capital dianggap sebagai suatu elemen nilai pasar perusahaan
dan juga market premium (Olve, Roy & Wenter, 1999).
Beberapa model IC dalam perkembangannya baik yang berdasarkan
konteks financial maupun non financial. Salah satunya adalah Model VAIC
yang mempunyai argumentasi bahwa IC yang merupakan intangible assets
adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diukur, karena itulah kemudian
muncul model/ konsep value added intellectual coefficient (VAIC) yang
menjadi solusi untuk mengukur dan melaporkan IC dengan mengacu pada
informasi keuangan perusahaan (Pulic, 1998).
Model VAIC yang dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain untuk
menyajikan informasi tentang efisiensi nilai tambah dari aset berwujud
(tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki
55
perusahaan. Pulic (1998) mengembangkan "Value Added Intellectual
Coefficient" (VAIC) untuk mengukur nilai intellectual capital perusahaan
secara kuantitatif. Sesuai dengan model Pulic (1998) formulasi perhitungan
VAIC adalah sebagai berikut (Ze’ghal dan Maaloul, 2010):
VA = OUT – IN
 Output (OUT) = Total penjualan dan pendapatan lain.
 Input (IN) = Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).
 Value Added (VA) = Selisih antara Output dan Input.
Model intelektual kapital telah dikembangkan oleh kelompok usaha
asal Swedia yakni Skandia sebagai pendekatan dalam pengukuran modal
intelektualitas. Model ini memfokuskan dalam pentingnya kewajaran,
manusia, pelanggan dan juga inovasi dalam mengatur aliran dari
pengetahuan dalam dan luar melewati jaringan kolega. Skandia Model atau
Skandia value scheme dikembangkan oleh Edvinson.Skema ini menyatakan
bahwa adanya indikasi IC berasal dari market value suatu perusahaan.
Model Skandia menggambarkan ilmu pengetahuan sebagai berikut:
Gambar 2.5. Skandia Model
Sumber: Roos et al., 1997
56
Market Value
= Financial Capital + Intellectual Capital
Intellectual Capital
= Human Capital+ Structural Capital
1. Human Capital (modal manusia)
Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah
sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang
sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya
pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam
suatu organisasi atau perusahaan.
Human
capital
mencerminkan
kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam
perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan
mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
Brinker (2000) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur
dari modal ini, yaitu training programs, credential, experience, competence,
recruitment,mentoring, learning programs, individual potential and
personality.
2. Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi)
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan
dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang
mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang
optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya:
sistem
operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi
manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki
perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang
tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka
57
intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi
yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
3. Relational Capital atau Costumer Capital (modal pelanggan)
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan
nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/
association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya,
baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal
dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan
yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah
maupun dengan masyarakat sekitar.
Modal intelektual paling tepat digambarkan sebagai informasi dan
pengetahuan dalam perusahaan. Informasi sifatnya lebih statis; sedangkan
pengetahuan bersifat dinamis. Pengetahuan adalah bahan baku perusahaan
yang paling penting. Modal intelektual adalah sumber yang paling penting
dari nilai tambah serta output. Jika pengetahuan tidak dikelola dengan baik,
akan dapat merugikan bisnis. Modal intelektual bukan hanya masalah
hukum, tetapi harus meningkatkan kekayaan bersih perusahaan (Adrian,
2008).
Perkembangan konsep IC menjadi lebih luas dan detail, dimana
masing-masing komponen IC dikelompokkan lagi sebagaimana tabel
berikut. Strctural capital mempunyai dimensi intellectual properties dan
process, sedangkan human capital mempunyai dimensi management dan
employees. Dimensi dari relational capital terdiri dari network, brand, dan
customers.
Modal intelektual telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma
melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi
sumber daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber
58
daya
pengetahuan, dari posisi sosial seseorang menjadi proses hubungan dan
dari kekuatan pemegang saham menjadi kekuatan pelanggan. Kini
perusahaan mengakui pentingnya modal intelektual yang bersifat abstrak
dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembangan
bisnis.
Gambar 2.6. Dimensi Intellectual Capital
Sumber :<www2.icmg.co.jp>[diakses,10 Juni 2015]
Pergeseran paradigma yang muncul dalam teori pemasaran seperti
fokus pada hubungan jangka panjang daripada transaksi pertukaran jangka
pendek, membawa perbaikan yang signifikan bagi perusahaan. Melalui
interaksi jangka panjang dengan konsumen perusahaan dapat memperoleh
akses secara detail dan pengetahuan yang berguna tentang konsumen. Oleh
karena itu konsumen yang loyal merupakan salah satu modal hubungan
yang paling penting sehingga perusahaan harus menaruh perhatian lebih
dalam masalah tersebut (Roos dan Roos, 1997). Di tabel berikut ringkasan
komponen Intellectual capital dari berbagai rujukan.
59
Tabel 2.3. Ringkasan Komponen Intellectual Capital
No.
KOMPONEN INTELLECTUAL CAPITAL
1.
Goran
Roos,1997
Human Capital
 Competence
 Attitude
 Intellectual
agility
Organizational Capital
 Inovation organisation
 Process
 Intellectual property,
 cultural assets
Renewal And Development
 New patent
 Training efforts
 Relationships that involve
employees from outside
and within the company
2.
Stewart,
1997
Structural Capital
 Intellectual Property
 KMS
 Process
 Culture
 Organizational Memory
Relationship Capital
 Customer
 Supplier
 Brand
 Contract
 External Network
3.
GarcíaMerino et
al. (2008)
Human Capital
 Leadership
 Management
 People
 Trainning/
Metoring
 Ethos
Human Capital
 Knowledge
and/or skills of
the workers
 Motivation of
the workers
 Capability of
the
management
team
Structural Capital
 Innovative
organisational culture
 Flexible organisa tional
structure or adaptation
capability
 Efficient cost
management
4.
www2.icmg.
co.jp
Organizational Capital
 Management
 Employess
5.
Bashin,
2012
Human Capital
 Intellectual
propeties
 Processes
Human Capital
 Knowledge
Competence
 Skill individual
& Collective
 Experience
training
 Communities of
Relational Capital
 Capability to work with
other agents
 Customer orientated
organisational culture
 Customer loyalty
 Response speed to
changes in the
environment and
competition
 Company’s reputation
or image
 Knowledge about
industry, market and
clientele
Relationship Capital
 Network
 Brand
 Customer
Customer Capital
 Customer relation
 Customer loyalty
 Repeat business
 Relational capital
 Relation with vendor
 Investor trus & feedback
60
Structural Capital
 Business process
 Manual policies
 Information system
 Researcg findings
 Trade mark
 Brand
practice
6.
Papula
danVolná,
2012
7.
Sánchez and
Basilio,
2012
8.
Carrington
and Tayles,
2012
Human Capital
 Skills
 Knowledge
inside the
person
Human Capital
 Professio nal
competences
 Social
competences
 Employee
motivation
 Leadership
skills
Organizational Capital
 Skills
 Knowledge oriented
outside the person and
inside the company
Structural Capital
 Internal cooperation
 ICT and explicit
knowledge
 Product innovations
 Process innovations
 Management tools
Personal Capital
Structural Capital
 Personal
 Information system
competence
 Inovation
 Human
 Organization
resources
praxes
Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber
Relational Capital
 Skills
 Knowledge oriented
outside the person and
outside the company
Relational Capital
 Clients
 Providers
 External collaborators
 Other partners
 Financial sector
Relationsship Capital
 Customer
 Brand
 Community capital
Pembahasan tentang konstruksi atau dimensi intellectual capital
merupakan bagian dari definisi atau cakupan konsep. Namun, dalam hal ini
dipisahkan untuk mengurai unsur-unsur pembentuk intellectual capital ini
sehingga relatif memudahkan untuk melihat kaitannya.
Ross (1997) serta Papula dan Volná, (2012) memfokuskan
intellectual capital dalam human capital, organizational capital, dan
relational capital. Sedangkan Stewart, (1997), serta García-Merino et al.,
(2008), Sánchez dan Basilio, (2012) membagi intellectual capital dalam
human capital, structural capital dan relational capital. Dua kelompok
klasifikasi tersebut di atas mempunyai kesamaan pada dimensi human
capital dan relational capital, sedangkan perbedaannya terletak pada
61
organizational analog dengan dimensi structural capital. Adapun Bashin
(2012) menggantikan relational capital dengan customer capital.
Makna setiap dimensinya hampir selaras, yang mempunyai makna
analog satu dengan lainnya yang mengarah pada tiga dimensi yaitu : human
capital, structural capital dan relational/customer capital.
Studi ini mengacu Model Skandia yang akan dikembangkan dalam
penelitian yang diarahkan dalam konteks Intellectual Capital
dalam
cakupan Modal Insani (Human capital), Modal struktural (Structural
capital), dan Modal Relasi (Relational capital) yang ada dan terjadi dalam
objek industri kreatif. Pertimbangan dalam studi ini dikarenakan IC yang
akan dikembangkan dalam konteks Non financial. Dalam konteks ini akan
melihat sejauh mana pemetaan Intellectual Capital yang tercermin dalam
Human capital, Structural capital serta Relational capital diimplementasikan
di industri kreatif.
Gambar 2.7. Model Intellectual Capital
INTELLECTUAL
CAPITAL
HUMAN CAPITAL
indikator
STRUCTURAL
CAPITAL
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
indikator
Sumber: Model olahan dikembangkan untuk disertasi ini
62
RELATIONAL
CAPITAL
Perkembangan Penelitian Intellectual Capital
Penelitian yang terkait dengan Intellectual Capital memang tidak
sedikit, akan tetapi sebagian besar bermula dan lebih fokus mengkaji
intellectual capitaldalam perpektif finacial seperti: hubungan antara
intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan multinasional
(Belkaoui, 2003); hubungan antara intellectual capital dengan nilai pasar
dan kinerja keuangan (Chen et Al.,2005); hubungan antara intellectual
capital disclosure dan market capitalization (Abdolmohammadi, 2005); dan
dampak intellectual capital pada capital gain investor di saham
(Appuhami,2007); mengelola modal intelektual dalam pasar tertutup
(Malinowska – Olszowy, 2012); keterkaitan antara komponen modal
intelektual terhadap nilai perusahaan (Naidenova dan Oskolkova .2012).
Evolusi penelitian intellectual capital yang terkait dengan kajian non
financial mulai nampak dalam perkembangannya. Kajian non financial
sangat diperlukan sebagai langkah konstruktif aspek sumber daya manusia
dalam industri. Beberapa penelitian yang terkait dengan intellectual capital
dalam kajian non financial dapat diketemukan sebagaimana berikut: sebuah
teoritis capital model intelektual di terapkan ke kota-kota (Sonyadan Peter,
2006); Dinamika intellectual capital (Ammann, 2012 ); Modal intelektual di
dunia ekonomi informasi (Adrian, 2008); intellectual capital dan keunggulan
bersaing (Chen, 2004); Pemodelan intellectual capital (Agoston dan Dima,
2012 ); model pengukuran IC di UKM (Santos etAl., 2012).
Perkembangan penelitian dalam konteks IC semakin banyak
terutama keterkaitannya dengan kinerja perusahaan. Choi (2002) uses the
definition of organizational performance defined by Elenkov (2002) - the
degree to which the company achieves its business objectives. Moreover,
the organizational performance measures used by Choi (2002) is a measure
that is felt by respondents on the level of overall success, market share,
63
profit growth rate, and the company's innovation compared to its major
competitors. Bontis et al., (2001) keterhubungan antara intellectual capital
dengan business performance; Lennox, (2012) hubungan melalui investigasi
kualitatif persepsi intellectual capital oleh para pengusaha di UKM;
Malinowska – Olszowy, (2012) evaluasi terjadinya dan manajemen modal
intelektual di kalangan produsen tekstil dan pakaian Polandia; Matos et.,
(2012)mengukur modal intelektual di UKM. Chen et al., (2004) state that
there is a positive relationship between intellectual capital and enterprise
performance. Cabrita and Bontis (2007) also state that each variables of the
intellectual capital interact with the business performance. Perkembangan
penelitian di atas sudah mulai berkembang pada kajian Intellectual Capital
dalam keterkaitannya dengan kinerja perusahaan, dan dalam obyek
UKM.Selanjutnya, untuk mendukung studi ini disampaikan rangkuman dari
beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan IC dalam konteks financial,
non financial, maupun keterkaitannya dengan kinerja perusahaan.
Tabel 2.4. Matriks Studi Intellectual Capital
NO
1.
2.
64
AUTHOR, TITLE
Belkaoui, Ahmed
Riahi. [2003] :
Intellectual Capital
and Firm
Performance of US
Multinational Firms
Chen et al (2005 ) :
An Empirical
Investigation of The
Relationship
Between Intellectual
Capital and Firm‟s
Market Value and
Financial
Performance”
PERMASALAHAN
METODE
PENELITIAN
PENELITIAN
Bagaimanakah
Hubungan Antara
Intelectual Capital
dan Kinerja
Perusahaan Multi
nasional
Sejauhmanakah
Hubungan antara
Intelectual
terhadap Nilai
Pasar perusahaan
dan Dampaknya
Terha dap Kinerja
Keuangan
TEMUAN
 Kuantitative
Research
 Multiple Re
gression
Terdapat Hubungan Antara
Intelectual Capital dan Kinerja
Perusahaan Multinasional
 Kuantitative
Research
 Multiple Re
gression
Terdapat Hubungan antara
Intelectual terhadap Nilai Pasar
perusahaan dan Nilai pasar
mempunyai Hubungan
Terhadap Kinerja Keuangan
3.
Abdolmohammadi,
Mohammad J.
(2005), Hubungan
antara intellectual
capital disclosure
dan market
capitalization
4.
Appuhami, B.A.
Ranjith, (2007), The
Impact of Intellectual
Capital on Investors’
Capital Gains on
Shares
5.
Monika Malinowska
– Olszowy [2012] :
Managing
Intellectual Capital in
the Companies- an
Analysis Results of
the Study for Textiles
– Clothing Market
6.
Iuliia Naidenova And
Marina Oskolkova
(2012):Interaction
Effects of Intellectual
Capital in Company’s
Value Creation
Process
Ingin mengembang Komponen modal
kan kerangka
intelektual yang
deskriptif
digunakan sebagai
komponen modal
unit analisis konten
intelektual dalam
menganalisis
laporan tahunan.
laporan tahunan
Serta bertujuan
sampel 58
juga untuk
perusahaan
mengetahui
Fortune 500
pengaruh
selama periode
pengungkapan
lima tahun dari
modal intelektual
1993-1997
kapitalisasi pasar
Untuk mengetahui Quantitative
dampak dari
Research
efisiensi
Menggunakan data
penciptaan nilai
yang
pada capital gain
dikumpulkan
investor terhadap
dari perusahaan
saham
yang terdaftar di
pasar saham
Thailand dan
Pulic
 Model regresi
berganda
Untuk mengetahui
 Qualitative
dan meng evaluasi
Research
terjadinya dan
mana jemen modal
intelektual di
kalangan
produsen tekstil
dan pakaian
Polandia
Untuk mengetahui
 Qualitative
bagaimana
Research
keterkaitan antara
 sampel dari 59
komponen modal
perusahaan dari
intelektual
negara-negara
berkontribusi
Eropa dengan
terhadap nilai
tingkat
perusahaan
pembangunan
ekonomi yang
tinggi
Frekuensi pengungkapan
informasi tentang merek dan
proses kepemilikan telah
meningkat selama periode
penelitian. Hasil penelitian juga
menunjukkan efek yang sangat
signifikan bagi pengungkapan
modal intelektual kapitalisasi
pasar
Diketemukan: modal
intelektual memiliki hubungan
positif yang signifikan dengan
investor 'capital gain atas
saham
Modal intelektual di kalangan
produsen tekstil dan pakaian
penting untuk memperkokoh
daya saing
Dapat Dikenali tingkat
homogenitas unsur-unsur
modal intelektual yang
dikombinasikan dalam modal
manusia, modal structural atau
modal relasional yang
menggambarkan salah satu
aspek dari kegiatan
perusahaan.
65
Ingin mengetahui
kemampuan
Knowledge Process
Capability
berperan sebagai
mediator hubung
an antara Intellec
tual Capital
dengan Organi
zational Effective
ness.
Bagaimanakah
pendekatan
Intellectual Capital
Dynamics dan IC
Space
 Kuantitative
Research
 SEM
Knowledge Process Capability
berperan sebagai mediator
hubungan antara Intellectual
Capital dengan Organizational
Effectiveness
 Theoritical
Research
 IC Space
Angela Adrian,
(2008), Intellectual
Capital in the World
of Information
Economies
Ingin mengkaji
Modal intelektual
di Dunia Ekonomi
Informasi
 Theoritical
Research
10
.
Ming-Chin Chen,
(2004), Intellectual
capital and
competitive
advantages
Ingin mengetahui
peran modal
intelektual TTY
dalam membangun
keunggulan
kompetitif dan
meningkatkan
pencapaian
strategi
perusahaan
 Qualitative
Research
 Dengan
melakukan
wawancara
mendalam
dengan CEO dan
manajemen atas
TTY Biopharm
Perusahaan,
5.sebuah
perusahaan
farmasi yang
berbasis di
Taiwan
Memiliki dua pendekatan
dikombinasikan dengan cara ini
, yaitu ruang IC dan navigasi
melalui jalur dan transfor masi
dan konversi lebih atau kurang
agregat IC atau aset pengetahuan , tubuh pemodelan yang
kuat untuk IC dinamika muncul.
Modal intelektual adalah bukan
hanya masalah hukum, tetapi
harus meningkatkan kekayaan
bersih perusahaan. Ini harus
menjadi focus pemikiran
strategis dan keunggulan
kompetitif. Modal intelektual
adalah aset utama perusahaan
dalam pengeta-huan ekonomi
yang semakin ditandai dengan
saling ketergantungan eknologi
Dengan mengadopsi strategi R
& D yang memadai dan
investasi dalam modal
intelektual dapat berbuah hasil.
Dengan mengembangkan
modal intelektual, perusahaan
mampu untuk menjaga kualitas
tenaga kerja, meningkatkan
hubungan dengan para
pemangkukepenting an,
memenuhi fit strategi R & D,
dan mendirikan sebuah
organisasi yang mendukung
11
.
Simona Agoston and
Alina Mihaela Dima
Bagaimanakah
pemodelan
 Perspective
Model (Quali
7.
HY Sonya Hsu, Peter
P. Mykytyn Jr. (2006)
: Intellectual Capital
8.
Eckhard Ammann
(2012) :
Intellectual Capital
Dynamics and the IC
Space
9.
66
Diperoleh petunjuk penting
mengenai kemungkinan
(2012) :
Modeling Intellectual
Capital Using
Analytic Hierarchy
Process (AHP)
Intellectual Capital
dengan
Menggunakan
Analytic Hierarchy
Process (AHP)
12
.
Helena Santos et.Al,
(2012), System of
Innovation and
innovative SMEs
Ingin mengukur
dampak dari IC
terhadap
pertumbuhan
kumulatifUKM
13
.
Bontis, N and
William Chua Chong
Keow dan Stanley
Richardson. [2001] :
Assessing Knowledge
Assets : A Review of
The Model Used To
Measure Intellectual
Capital
Henry Lennox [2012]:
Intellectual Capital in
a Recessionary
Period
14
.
15
.
Monika Malinowska
– Olszowy [2012] :
Managing
Intellectual Capital in
the Companies- an
Analysis Results of
the Study for Textiles
– Clothing Market
16
.
Florinda Matos,
Albino Lopes and
Nuno Matos [2012]
:A Tool to Audit
Intellectual Capital
Management
tative Rese
arch)
 Analytic
Hierarchy
Process (AHP)
pemodelan modal intelektual
organisasi, dengan memasukkan variable integrator, seperti
teknologi, visi dll untuk kepentingan praktis model ini
Quantitative
Research
Sampel dari 140
UKM yang
inovatif di
wilayah Galicia
(Spanyol)
Menunjukkan bahwa hubungan
utama antara modal manusia
dan modal struktural (HC-SC).
Anehnya, HC-RC memiliki
dampak yang sangat rendah
pada pertumbuhan kumulatif.
Sejauhmanakah
keterhubungan
antara Intellectual
Capital dengan
Business
Performance
 Kuantitative
Research
 Path Analysis
Intelectual Capital Mempunyai
Hubungan Dengan Kinerja
Bisnis Di Industri Malaysia
Ingin mengkaji
bagaimanakah
hubungan melalui
investigasi
kualitatif persepsi
Intellectual Capital
oleh para
pengusaha di UKM
Untuk mengetahui
dan mengevaluasi
terjadinya dan
mana jemen modal
intelektual di
kalangan
produsen tekstil
dan pakaian
Polandia
Bagaimanakah
cara mengukur
modal in telektual
di UKM?
 Theoritical
Research
Kesimpulan umum adalah
bahwa pengusaha yang
memahami prinsip-prinsip
modal intelektual dan
eksploitasi yang lebih cocok
untuk menghadapi tantangan
mengejar kewirausahaan
dalam periode resesi
Modal intelektual di kalangan
produsen tekstil dan pakaian
penting untuk memperkokoh
daya saing
 Qualitative
Research
 Quantitative
Research
 Analisis Faktor
 Sampel 1107
Pelaku UKM
Tingkat pengembangan modal
intelektual, dapat diaudit
secara kredibel, menggunakan
metodologi yang memungkinkan mengukur parameter ICM
Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber
67
Knowledge Broker
Seorang broker Pengetahuan adalah perantara (sebuah organisasi
atau seseorang), yang bertujuan untuk mengembangkan hubungan dan
jaringan dengan, antara, dan antara produsen dan pengguna pengetahuan
dengan menyediakan hubungan, sumber-sumber pengetahuan dan dalam
beberapa kasus pengetahuan itu sendiri, (misalnya pengetahuan teknis bagaimana, wawasan pasar, bukti penelitian) kepada organisasi dalam
jaringannya.
Sementara peran yang tepat dan fungsi broker pengetahuan yang
dikonsep dan dioperasionalkan secara berbeda di berbagai sektor dan
pengaturan, fitur kunci tampaknya memfasilitasi pertukaran pengetahuan
atau berbagi antara dan di antara berbagai pemangku kepentingan,
termasuk para peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan. Menurut Andrew
(1998), seorang broker pengetahuan dapat beroperasi di beberapa pasar
dan domain teknologi. Konsep broker pengetahuan berkaitan erat dengan
konsep spillovers pengetahuan.
Dalam bidang kesehatan masyarakat, dalam penelitian terapan
pelayanan kesehatan, dan ilmu sosial, broker pengetahuan sering disebut
sebagai jembatan atau perantara (Lomas, 2007); Verona dan Sawhney,
2006); Lavis (Winter 2006); Lyons, Warner dan Phillips,2006) bahwa
produsen link bukti penelitian untuk pengguna bukti penelitian sebagai
sarana untuk memfasilitasi kolaborasi untuk mengidentifikasi masalah,
memecahkan masalah (Kitson, Harvey dan Cormack, 1998), dan
mempromosikan pembuatan keputusan berdasarkan bukti,
yang
merupakan proses kritis menilai dan menggabungkan yang terbaik yang
tersedia bukti penelitian, bersama dengan bukti-bukti dari berbagai sumber
lain ke dalam keputusan kebijakan dan praktek (Robeson, Dobbins, dan
Decorby, 2008); Brownson, Gurney dan Land,1999); canadian health
services research foundation (2003);
68
Canadian Health Services Research Foundation (2004); Kammen,
Savigny dan Sewankambo, 2006); Hartwich, dan von Oppen, 2000).
Menggunakan broker pengetahuan untuk memfasilitasi pertukaran
pengetahuan dan adopsi wawasan adalah salah satu strategi dalam bidang
yang lebih luas dari Knowledge Management (Jackson-Bowers, Kalucy, dan
McIntyre, 2006).
Fungsi dan Peran Knowledge Broker
Broker
Pengetahuan
memfasilitasi
transfer
dan
pertukaran
pengetahuan dari mana itu melimpah ke tempat itu diperlukan, sehingga
mendukung pengembangan dan peningkatan kemampuan inovatif organisasi dalam jaringan mereka. Menurut Dobbins et al., (2009) Broker
pengetahuan biasanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan berikut di bawah
ini:

Menilai hambatan dan membangun akses ke pengetahuan (yaitu
penyaringan dan mengakui pengetahuan yang berharga di seluruh
organisasi dan industri)

Belajar (misalnya internalisasi pengalaman dari beragam perspektif
termasuk industri, teknologi atau kesehatan disiplin)

Menghubungkan kolam pengetahuan yang terpisah (misalnya melalui
penelitian bersama, jasa konsultasi, dan mengembangkan saling
pengertian tujuan dan budaya)

Mendukung pengetahuan dan keterampilan pengembangan.

Memfasilitasi pengembangan kapasitas individu/ organisasi untuk
penggunaan pengetahuan (misalnya, menilai penggunaan pengetahuan
saat ini, serap dan kapasitas reseptif, dan kesiapan untuk perubahan)

Menerapkan pengetahuan dalam pengaturan baru (misalnya menggabungkan pengetahuan yang ada dengan cara baru).
69
Gambar 2.8.Framework Knowledge Broker
INTERFACE
DIRECT
DISTRIBUTORS
CREATORS
YUSERS
INTEGRATORS
INTERMEDIARIES
BRdOanKEMRcSLean (1997)
Sumber: Oldham
Sumber: Oldham dan McLean (1997)
Dari Framework di atas dapat diurakan sebagai berikut:
• "Creator" mengacu pada lembaga yang terlibat terutama dalam
penciptaan pengetahuan: yaitu, universitas, lembaga penelitian, dan lainlain.
• "Yusers" mengacu pada organisasi yang membutuhkan pengetahuan
untuk pengambilan keputusan tujuan-pemerintah, perusahaan, dan lainlain.

"Interface" menghubungkan"pengguna" dan"pencipta"
• "Direct" mengacu padafakta bahwa dalam beberapa kasus ada interface
langsung antara pengetahuan menggunakan dan organisasi pengetahuan
menciptakan. Hal ini cenderung terjadi pada sebagian kecil kasus.
• "Distributor" mengacu pada organisasi yang luas menyebarkan
pengetahuan. Itu Hubungan utama untuk distributor adalah dengan
pencipta. Contohnya termasuk penerbit, on-line penyedia, dan lain-lain.
• "Integrator" mengacu pada organisasi yang mengambil ilmu yang dibuat
oleh orang lain dan menafsirkannya untuk kepentingan pengguna
tertentu. Integrator hubungan utama adalah dengan pengguna.
70
Contohnya termasuk konsultan, Komisi Royal, kebijakan organisasi
penelitian. Banyak organisasi transfer teknologi akan masuk ke dalam
kategori ini juga.
•"Inter mediaries" mengacu pada organisasi yang menghubungkan
pengguna dan pencipta. Seperti integrator, hubungan utama adalah
dengan pengguna. Perbedaan utama dengan integrato radalah bahwa
perantara tidak memiliki kemampuan pengiriman mereka sendiri, tetapi
bukan harus menghubungkan pengguna dengan pencipta.
• "Broker" mirip dengan perantara. Perbedaannya adalah bahwa seperti
denganreal estate atau broker saham, broker pengetahuan memperoleh
pendapatan yang merupakan fungsi dari nilai dipertukarkan dalam
transaksi antara pengguna dan pencipta.
Distributor, integrator, perantara, dan broker dalam kerangka kerja
ini adalah semua peran yang sah. Namun, kemampuan organisasi yang
diperlukan untuk memainkan peran-peran yang berbeda sangat bervariasi.
Adapun peran individu/ kelompok/ organisasi melakukan KB bisa
sangat berbeda. Dengan mengacu pada tipologi kerangka broker
pengetahuan (Magnuszewski et al., 2010) peran broker bisa dikategorikan
sebagai Co-ordinator, Itinerant, Gatekeeper, Representative atau Liaison
yang menurut domain yang dimiliki seperti digambarkan pada Gambar2.9.
71
Gambar 2.9. Tipologi Kerangka Knowledge Broker
Co-ordinator
Itinerant
KB
KB
A
B
A
Gatekeeper
KB
B
Liaison
KB
B
A
A
B
Representative
A
KB
B
Sumber: (Magnuszewski et al., 2010)

Co-ordinator semua aktor termasuk broker dan sumber ilmu
pengetahuan berada dalam kelompok yang sama.

Itinerant broker, broker menengahi antara aktor dalam kelompok yang
sama, tetapi broker bukan bagian dari grup ini.
72

Gatekeeper layar pengetahuan eksternal untuk mendistribusikannya
dalam kelompok mereka sendiri.

Representative diberikan jika delegasi kelompok peran percaloan
pengetahuan eksternal untuk seseorang dalam kelompok.

Liaison adalah ketika mereka pengetahuan ditengahi seluruh kelompok
yang berbeda, tak satu pun dari mana broker adalah anggota.
Berbagai tingkatan Broker Pengetahuan
Kegiatan Broker pengetahuan berada
pada
tingkat-berbeda
mengacu pada tingkat individu, kelompok atau organisasi (Currie
etal.,2010.):
a.
Individual level: broker pengetahuan dilakukan oleh orang, yang
berperan berbeda dari penelitian dan kebijakan dan/ atau praktek
dengan menerjemahkan, mentransfer, dan bertukar pengetahuan
(misalnya konsultan, penasihat).
b.
Group level: Pada tingkat kelompok brokering social capital (makelar
modal sosial) merupakan sarana melalui mana pengetahuan di
pertukarkan (Nahapiet dan Ghoshal, 1998). Perkembangan modal sosial
dalam jaringan atau komunitas mengharuskan pelaku saling terhubung
satu sama lain (dimensi struktural), memahami perspektif satu sama
lain (dimensi kognitif) dan saling percaya (dimensi relasional). Melalui
interaksi terletak, terlibat aktor terlibat dalam kegiatan Pengetahuan
broker membangun kepercayaan dan pemahaman yang mendorong
mereka untuk bertukar pengetahuan.
c.
Organisational level, mencakup lembaga/ organisasi dapat mengembangkan: mereka bisa independen atau berafiliasi dengans alah satu
Lembaga/ departemen (misalnya penyuluhan, tokosains, departemen
73
transfer
pengetahuan
Universitas
penghubung
departemen
di
kementerian, dll). Broker pengetahuan di tingkat organisasi memiliki
fungsi sosial-integratif dan memediasi kepentingan yang berbeda
dengan
fokus
pada
organisasi
mekanisme
dan
proses
yang
memungkinkan kolaborasi dan meningkatkan kerjasama antara pelaku
yang terlibat (Currie et al.,2010).
Studi ini mengacu konsep Magnuszewski et al., (2010) yang akan
dikembangkan dalam penelitian yang diarahkan dalam konteks knowledge
broker (KB) yang ada dan terjadi dalam objek industri kreatif. Pertimbangan
dalam studi ini dikarenakan KB yang akan dikembangkan dalam UKM sektor
industri kreatif mempunyai kecenderungan mempunyai kebutuhan
terhadap peran KB dalam meningkatkan kinerja di industri kreatif. Dalam
konteks ini akan melihat sejauh mana KB bertindak sebagai Co-ordinator,
Itinerant, Gatekeeper, atau Liaison maupun sebagai Representative dalam
meningkatkan kinerja di industri kreatif.
Gambar 2.10 Model Knowledge Broker
INDUSTRI
KREATIF
SUMBER
PENGETAHUAN
KNOWLEDGE
BROKER
Sumber: Model olahan dikembangkan untuk disertasi ini
Perkembangan Penelitian Knowledge Broker
Penelitian yang mengkaji peran knowledge broker (KB) dalam
interdependensinya antara knowledge management dan intellectual capital
74
masih belum ditemukan peneliti. Jika adapun dengan tema yang berbeda
sebagaimana hal berikut: model pembelajaran dan transfer modal sosial
(Lok etal., 2008); mediasi peran manajemen pengetahuan (Zheng et al.,
2009); pemetaan dan analisis knowledge sharing (Siagian dan Sensuse,
2010).
Dalam perkembangan penelitian KB bermula di awali dalam bidang
kesehatan: Canadian Health Services Research Foundation (2003); Canadian
Health Services Research Foundation (2004). Dalam bidang kesehatan
masyarakat, broker pengetahuan memfasilitasi penggunaan yang tepat dari
bukti penelitian terbaik yang tersedia dalam proses pengambilan
keputusan, meningkatkan kapasitas individu dan organisasi untuk
berpartisipasi secara efektif dalam pengambilan keputusan. Dalam kegiatan
ini, broker pengetahuan mempromosikan penelitian yang digunakan
(Robeson, Dobbins, dan Decorby (2008), Dobbins et al., (2009).
Perkembangannya secara dinamis peran knowledge broker semakin
dirasakan manfaatnya bagi transfer pengetahuan. Beberapa penelitian yang
terkait dengan KB dapat diketemukan: knowledge broker untuk
meningkatkan transfer pengetahuan (Ziam et al.,2009); koneksitas peran
broker
pengetahuan
(Meyer,
2010);
peran
broker
pengetahuan,
pendamping, dan navigator (Casey,et.al., 2013); peran broker pengetahuan
(KB) di Usia riset kesehatan(Conklin, et.al., (2013); reflections on knowledge
brokering (Urquhart et al., 2011); knowledge brokerage in a software
engineering firm (Hellström, Malmqvist dan Mikaelsson, 2001); knowledge
brokerage and absorptive capacity in enhancing regional innovativeness
(Parjanen, Melkas dan Uotila, 2010), Sebuah meta-analisis perantara
pengetahuan dalam manajemen proyek (Holzmann, 2013).
75
Tabel 2.5. Matriks Studi Knowledge Broker
NO
1.
2.
3.
76
AUTHOR, TITLE
Saliha Ziam, Réjean
Landry, Nabil Amara,
(2009),Knowledge
brokers: a winning
strategy for
improving
knowledge transfer
and use in the field
of health
Morgan Meyer,
(2010), The Rise of
the Knowledge
Broker
Victoria
Casey,Valorie A
Crooks, Jeremy
Snyder, Leigh Turner,
(2013), Knowledge
Brokers,
Companions, And
Navigators: A
Qualitative
Examination Of
Informal Caregivers'
Roles In Medical
Tourism
PERMASALAHAN
METODE
PENELITIAN
PENELITIAN
Sejauh manakah
knowledge broker
dapat memainkan
peran penting dalam
pembaharuanPengetahuan yang mendukung
perawatan yang
berkualitas dan
membenarkan alokasi
resources dalam
pelayanan kesehatan,
beberapa strategi
untuk meningkatkan
pemanfaatan
pengetahuan dan
inovasi telah
dipromosikan
Ingin menjabarkan
beberapa pemikiran
tentang bagaimana
menganalisis dan
berteori praktek
percaloan
pengetahuan
Bagaimanakah peran
broker pengetahuan,
pendamping, dan
navigator. Sebagai
broker pengetahuan,
pengasuh memfasilitasi
transfer informasi
antara turis medis
TEMUAN
 Literature
Research
Kajian ini memilik i
keuntungan dari menangani
integra si pengetahuan
dalam hal kapasi tas dinamis
individu, dan khususnya
mereka yang bekerja pada
batas organisasi. Pendekatan
membantu kita untuk
mengidentifi kasi
keterampilan yang
diperlukan broker untuk
berkontribusi
efektif untuk inovasi.
Merupakan
kajian literatur
tentang
percaloan
pengetahuan
Hasil menunjukkan bahwa
broker pengetahuan
tidak hanya bergerak
pengetahuan, tetapi mereka
juga memproduksi jenis baru
pengetahuan:
Penelitian
dilakukan dengan
mewancarai 21
Pasien Koordinator Internasional
(IPC) yang bekerja
di rumah sakit
pariwisata medis
di sepuluh negara.
Pelindo bekerja
sama dengan
Pengasuh informal
penyedia bantuan
pribadi non-medis,
dan karena itu
dapat menawarkan wawasan yang
Diketemukan bahwaTiga peran
muncul yaitu broker
pengetahuan, pendamping,
dan navigator. Sebagai broker
pengetahuan, pengasuh
memfasilitasi transfer
informasi antara turis medis
dan kesehatan formal peduli
penyedia serta anggota staf
lain di fasilitas pariwisata
medis.
4.
5.
6.
James Conklin,
Elizabeth Lusk,
Megan Harris and
Paul Stolee, (2013),
Knowledge brokers
in a knowledge
network: the case of
Seniors Health
Research Transfer
Network knowledge
brokers
Untuk menjelaskan
dan mencerminkan
peran broker
pengetahuan (KBS) di
Usia Riset Kesehatan
transfer Network
(SHRTN). Ingin
mengulas literatur
yang relevan pada
pengetahuan
brokering, dan
kemudian menjelaskan
peran berkembang
pengetahuan makelar
dalam jaringan
pengetahuan ini.
Robin Urquhart,et.al.
(2011), Reflections
On Knowledge
Brokering Within A
Multidisciplinary
Research Team
Untuk mengkaji sejauh
mana KB diciptakan
untuk melakukan dua
tugas utama: (1)
memfasilitasi
Komunikasi terus
menerus antara
anggota tim; dan (2)
mengembangkan dan
memelihara kolaborasi
antara peneliti
dan pengambil keputusan untuk membangun
kemitraan untuk transfer dan penggunaan
hasil penelitian
Tomas Hellström, Ulf
Malmqvist and Jon
Mikaelsson, (2001),
Knowledge
Brokerage in a
Software Engineering
Tulisan ini menguraikan latar belakang
filosofis serta kasus
praktis dari di sebut
desentralisasi pengelolaan pekerjaan penge-
luas pada peran
pengasuh
Deskripsi
pengetahuan
makelar yang
tersedia di sini
adalah berdasarkan program
evaluasi perkembangan dan pada
Pengalaman
penulis. Data
dikumpulkan
melalui metode
kualitatif dan
kuantitatif.
Penilaian
tersebut
didasarkan pada
refleksi dari
broker dan dua
anggota tim.
Banyak refleksi,
yang berfokus
pada KB posisi
dan fungsi dirasakannya /
dampak sampai
saat ini, terjadi
sebagai konsekuensi dari
diferensiasi
antara broker
pengetahuan
dan peran koordinator penelitian.
Literature
Research
Evaluasi SHRTN dan
pengalaman kami sebagai
evaluator dan KBS
menunjukkan bahwa SHRTN
KB memfasilitasi
Proses pembelajaran dimana
orang yang terhubung dengan
sumber pengetahuan tacit
maupun eksplisit yang akan
membantu mereka untuk
menyelesaikan tantangan yang
berhubungan dengan
pekerjaan
Broker telah memfasilitasi
pendekatan terjemahan
pengetahuan terpadu untuk
melakukan penelitian dan
menyebabkan pengembangan baru kolaborasi dengan
pemangku kepentingan eksternal dan peneliti layanan
kanker / kesehatan lainnya
Dikatakan bahwa top-down
perspektif pengetahuan telah
mendominasi inisiatif
manajemen di daerah ini, ini
menjadi beban yang terjadi
secara alami, ataupola kerja
77
7.
8.
Firm - Towards a
practical model for
managing knowledge
work in social
networks
tahuan
Satu Parjanen,
Helina¨ Melkas &
Tuomo Uotila (2010),
knowledge
brokerage and
absorptive capacity
in enhancing
regional
innovativeness
Penelitian ini berfokus
pada konsep jarak,
proximities, daya serap
dan broker
pengetahuan dalam
kaitannya dengan
inovasi dalam jaringan
inovasi daerah.
Vered Holzmann,
(2013), A metaanalysis of brokering
knowledge in project
management
menganalisis dan
mengklasifikasikan
penelitian tentang
pengetahuan
percaloan dan transfer
pengetahuan dalam
manajemen proyek
yang diterbitkan di
jurnal terkemuka
selama dekade terakhir
Penelitian ini
menggunakan
pengalaman
broker
pengetahuan
untuk menjawab
pertanyaan
tentang
bagaimana
daerah inovasi
bisa terampil
ditingkatkan
dengan broker
fungsikhususnya,
dengan
memanfaatkan
jarak dan
proximities
Riset Kualitatif
muncul dari organisasi.
Model manajemen
berdasarkan pertukaran
pengetahuan individu semiterorganisir atau"Broker"
diusulkan sebagai solusi.
Hasil dari penelitian ini, lima
peran sentral ditetapkan
untuk broker pengetahuan.
Peran dan fungsi pengetahuan broker 'menuntut
seperti yang diakui oleh
broker sendiri. Broker sukses
dan peningkatan terkait daya
serap memerlukan pendekatan holistik untuk seluruh
proses inovasi dan lingkungan yang lebih luas.
Temuan menunjukkan bahwa
bidang penelitian
berkembang pesat, terutama
di sektor teknik dan teknologi
informasi
Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber
Kinerja Industri Kreatif
Kinerja atau performance adalah segala sistem yang berhubungan
dengan aktivitas dan hasil (out come) yang diperoleh. Perusahaan yang
berorientasi pasar memberikan dampak positif pada kinerja perusahaanperusahaan besar (Kohli dan Jaworski, 1993) dan perusahaan-perusahaan
kecil (Pelhant dan Wilson, 1996). Kinerja adalah merujuk pada tingkat
78
pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam periode waktu tertentu.
Kinerja sebuah perusahaan adalah hal yang sangat menentukan dalam
perkembangan perusahaan. Tujuan perusahaan yang terdiri dari: tetap
berdiri atau eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit). Kinerja
(performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat
keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over dan pangsa pasar yang
diraihnya (Jauch dan Glueck,1988)
Kinerja adalah salah satu faktor penting yang menentukan kemajuan
dan kemunduran suatu perusahaan, maknanya adalah dengan meningkatkan kinerja berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat diukur melalui alat yang berbeda berdasarkan
aspek keuangan dan non-keuangan. Alat pengukuran kinerja dapat
membantu bisnis mengevaluasi alokasi sumber daya melalui proses untuk
menentukan bagaimana sumber daya dapat lebih baik dikelola dan
didistribusikan ke jalur yang tepat (Chen et al., 2005).
Ukuran kinerja bisnis perusahaan dapat dibagi menjadi dua yakni
ukuran financial dan non financial (Fisher, 1998). Ukuran financial
sebenarnya menunjukkan berbagai tindakan yang terjadi di luar bidang
keuangan. Peningkatan financial return merupakan akibat berbagai kinerja
operasional
yakni
diantaranya
adalah
meningkatnya
kepercayaan
konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan,
meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang digunakan
perusahaan untuk menghasilkan produkdan meningkatnya produktivitas
serta komitmen pegawai (Mulyadi dan Setyawan, 2001).
Terkait dengan industri kreatif, menurut Simon (2006), kinerja
industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku
industri. Menurut para ekonom, kinerja industri biasanya memusatkan pada
tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan
79
dalam distribusi. Suatu industri selalu mempunyai motivasi untuk
menguasai pasar. Tujuan ini secara lebih khusus disebut performance
(kinerja) industri. Tiga aspek pokok dari kinerja adalah efisiensi dalam
pengalokasian sumber daya, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam
distribusi (Simon, 2006). Kinerja ini secara ekonomi dapat dibagi menjadi
dua yaitu kinerja laba, dan kinerja efisiensi. Kinerja industri adalah hasil
kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Kinerja laba
adalah menghasilkan suatu nilai keluaran yang maksimal dengan
menggunakan sejumlah masukan tertentu, sedangkan kinerja efisiensi
alokasi menggambarkan pengalokasian sumber daya ekonomi yang
sedemikian rupa dalam berproduksi yang dapat menaikan nilai dari output.
Menurut Shepherd (2004), kinerja industri adalah hasil kerja yang
dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Kinerja industri antara lain
kesempatan kerja, tingkat keuntungan, pertumbuhan industri, pemerataan
pendapatan, dan kemampuan teknologi. Shepherd (2004), menjabarkan
bahwa seperti elemen manapun pangsa pasar (market share) penting
terutama sebagai sumber keuntungan perusahaan. Dan hubungan umum
antar pangsa pasar perusahaan dan derajat keuntungan perusahaan.
Semakin besar pangsa pasar yang berhasil dikuasai perusahaan maka
derajat keuntungan yang diraih akan semakin meningkat. Pandangan
tersebut juga diperkuat oleh Collin dan Preston (baca Hanum, 2004), yang
menyatakan bahwa hubungan yang positif ini terjadi karena semakin tinggi
konsentrasi pasar menyebabkan semakin tinggi pula kekuatan pangsa pasar
dan pada akhirnya mampu meningkatkan keuntungan perusahaan termasuk
Usaha Kecil Menengah Industri Kreatif. Kelancaran proses bisnis dan
kemajuan usaha tidak terlepas dari peran kinerja itu sendiri. Industri Kreatif
yang merupakan salah satu bentuk kegiatan bisnis yang berada pada suatu
wilayah/ daerah yang memiliki peran sangat penting bagi berlangsungnya
perekonomian daerah, kesejahteran masyarakat.
80
Penggunaan pengukuran business performance yang dikembangkan
oleh Bontis (1998) telah banyak dirujuk dan digunakan oleh peneliti lain
dalam konteks industri kreatif, baik secara keseluruhan ataupun dengan
berbagai modifikasi, antara lain Sharabati et al., (2010), Cabrita dan Bontis
(2008), Cabrita et al., (2007), Hsu (2006), Bontiset al., (2000). Bontis (1998)
mengembangkan pengukuran business performance yang terdiri dari sepuluh
item performance yang dirasakan oleh responden dibandingkan dengan
pesaing perusahaan dalam industri yang sama beberapa tahun terakhir.
Sepuluh item tersebut adalah 1) kepemimpinan industri, 2) prospek masa
depan, 3) laba, 4) pertumbuhan laba, 5) pertumbuhan penjualan, 6) return on
assetsse telah pajak, 7) return on sales setelah pajak, 8) respon secara
keseluruhan terhadap persaingan, 9) tingkat kesuksesan dalam peluncuran
produk baru, 10) kinerja kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Tsaiet al., (1991); Wiklund, (1999) dimensi pertumbuhan
dikenal sebagai ukuran kinerja yang paling penting, terutama pada
perusahaan kecil dan merupakan uji kinerja yang baik ditengah kondisi
resesi ekonomi dan persaingan yang ketat (Swamidass dan Newell, 1987).
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator kinerja yang sangat lazim dan
telah menjadi consensus sebagai ukuran pertumbuhan yang baik.
Pertumbuhan pangsa pasar dapat digunakan untuk mengukur efektivitas
pasar. Pertumbuhan laba juga merupakan indikator pertumbuhan yang
penting dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
Pengukuran kinerja industri kreatif yang mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Kementerian Perdagangan RI (2008) yang mengandung
pointer: meningkatkan kreativitas; meningkatkan keterampilan; meningkatkan bakat individu; menciptakan kesejahteraan; menambah lapangan
pekerjaan.
81
Indikator kinerja industri kreatif dalam penelitian ini mengacu pada
beberapa rujukan diatas yang perlu disesuaikan (Shepherd (2004), Bontis
(1998), Swamidass dan Newell, (1987), Kementerian Perdagangan RI (2008)
yang terdiri dari: a. pertumbuhan laba, b. pertumbuhan penjualan, c.
tingkat kesuksesan dalam peluncuran produk baru, d. kesempatan kerja, e.
pertumbuhan pangsa pasar.
Pengembangan Hipotesis Dan Model Konseptual Penelitian
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Knowledge Management terhadap Intellectual Capital
Knowledge management merupakan suatu sistem, alat untuk
mengorganisir sumber daya tidak berwujud untuk mencapai tujuan
organisasi. Input knowledge management adalah aset organisasi yang tidak
berwujud. Filosofi manajemen pengetahuan meliputi penciptaan, pengelolaan serta mendistribusikan informasi dan pengetahuan tersebut agar
berguna bagi peningkatan sumber daya [modal] perusahaan. Baik dalam hal
sumber daya modal keuangan, sumber daya manusia maupun sumber daya
lainnya.
Menurut Nonaka dan Takeuchi perusahaan Jepang mempunyai daya
saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber
inovasi yang mendukung daya saing, dimana knowledge ini harus dikelola
(managed), karena harus direncanakan dan dimplementasikan. Semakin
kokoh knowledge management yang dimiliki perusahaan akan berdampak
memperkokoh intellectual capital yang ada di dalam perusahaan, baik
dalam bentuk human capital, structural capital maupun relational capital.
Intellectual capital yang dimiliki oleh SDM dalam organisasi tercipta
sebagai akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang
sistematis dan kokoh. Pengelolaan pengetahuan (knowledge management)
yang kokoh dilakukan melalui penangkapan pengetahuan, penyimpanan
82
dan pendistribusian serta penerapan pengetahuan tidak dapat terjadi
secara kebetulan dan tidak sistematis, akan tetapi melalui pengelolaan
pengetahuan (knowledge management) yang baik. Makna dari uraian di
atas menunjukkan bahwa ketersediaan dan lahirnya Intellectual capital
yang handal dibangun dari pengelolaan pengetahuan yang sistematis.
Uraian di depan diperkuat oleh Nonaka dan Takeuchi (1995), alasan
fundamental mengapa perusahaan di Jepang menjadi sukses karena
keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pengelolaan/ penciptaan
pengetahuan (management/ creation of knowledge) pada
organisasi.
Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi (1995), di atas adalah intellectual
capital yang berwujud keterampilan adalah hasil terbentuknya knowledge
management yang kokoh. Melalui KM yang kokoh tersebut akan
menjadikan SDM yang dimiliki semakin meningkatkan kemampuan insani
(human capital), kemampuan struktural (structural capital), serta
kemampuan hubungan (relational capital).
Kajian empirik terkait dengan hal tersebut sejalan dengan yang
disampaikan Fattah Nazem (2012): Hasil analisis jalur dengan menggunakan
software LISREL menunjukkan bahwa dimensi manajemen pengetahuan
memiliki efek langsung pada modal intelektual. Temuan dari studi ini, lebih
jauh lagi, menunjukkan peran manajemen pengetahuan berpengaruh
terhadap modal intelektual. Pendapat yang sama dari Hsu dan Sabherwal
(2011) mendukung bahwa dampak manajemen pengetahuan pada modal
intelektual. Demikian juga Huang (2011): terdapat pengaruh positif yang
signifikan dari manajemen pengetahuan tentang modal intelektual. Marr
(2003) juga menggarisbawahi peran manajemen pengetahuan pada
peningkatan modal intelektual dalam organisasi. Temuan lain dari Rastogi
(2002), Wiig (1997), Daud dan Yusoff (2011) juga meneliti peran manajemen
pengetahuan dan hubungannya dengan modal intelektual. Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan knowledge management
yang
83
digunakan semakin kokoh maka akan berakibat semakin kuat kemampuan
Intellectual Capital.
Hipotesis 1 :
Knowledge management mempunyai pengaruh signifikan positif
terhadap Intellectual Capital industri kreatif.
Pengaruh Intelectual Capital terhadap Kinerja Industri Kreatif
Globalisasi, inovasi, teknologi dan persaingan yang ketat pada abad
ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan
bisnisnya dari resources-based business menjadi knowledge based business.
Perusahaan lebih mengandalkan knowledge dalam mempertajam daya
saingnya, hal ini digambarkan dengan semakin mengecilnya investasi yang
dialokasikannya untuk physical Assets, sementara untuk modal intelektual
mendapat alokasi investasi yang semakin besar. Knowledge based company
adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki pengetahuan,
keahlian, dan keterampilan. Komunitas ini memiliki kemampuan belajar,
daya inovasi, dan kemampuan problem solving yang tinggi. Ciri lainnya
adalah perusahaan ini lebih mengandalkan knowledge dalam mempertajam
daya saingnya. Hal ini digambarkan dengan semakin mengecilnya investasi
yang dialokasikannya untuk physical goods, sementara untuk soft factors
mendapat alokasi investasi yang semakin besar. Investasi dalam soft factors
ini disebut sebagai investasi di bidang intellectual capital (Stewart,1997).
Dengan memaksimalkan IC yang dimiliki perusahaan yang tercermin
dalam peningkatan human capital, structural capital dan relational capital
maka akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja bisnis.
Pentingnya modal intelektual (IC) terkait keberhasilan perusahaan
diakui oleh beberapa peneliti (Brooking, 1996; Edvinsson dan Malone,
1997; Hussi dan Ahonen, 2002; Kujansivu dan Lo¨nnqvist, 2007; Marr dan
84
Schiuma, 2001; Mayo, 2001; Roos et al., 1997; Sveiby, 1997). Hal senada
disampaikan juga oleh (Bontis, 2004; Medina et al., 2007) yang
menghasilkan temuan keeratan hubungan antara IC yang mendorong
kinerja bisnis.
Hal tersebut sebagaimana dalam penelitian Nick Bontis et al., (2000)
menyatakan bahwa intelellectual capital yang terdiri dari 3 elemen yaitu
human capital, structural capital, relational capital, dimana seluruh element
Intelellectual Capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bisnis,
dengan Cronbach’s alpha seluruh element intelellectual capital >0.70
dengan signifikansi < 0.05. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh:
Dimitrios Maditinoset al., (2010), menghasilkan kesimpulan bahwa
Intelellectual Capital memiliki hubungan positif terhadap kinerja bisnis di
kedua jenis industri.
Hal senada disampaikan oleh Cabrita dan Bontis (2008). Tujuan
penelitian adalah untuk menguji antar-hubungan dan interaksi antara
komponen modal intelektual dan kinerja bisnis di Portugal industri
perbankan. Menghasilkan temuan bahwa modal intelektual memiliki
dampak yang signifikan dan substantif terhadap kinerja.Sebuah kinerja
bisnis dapat berbentuk kinerja jasa, kinerja dagang, kinerja keuangan,
kinerja industri/pabrik, kinerja industri kecil, termasuk industri kreatif.
Hipotesis 2 :
Intellectual capital mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap
kinerja industri kreatif.
Pengaruh Knowledge Management terhadap Kinerja industri Kreatif
Sebagaimana dibahas di depan bahwa knowledge management
[KM] meliputi penciptaan, pengelolaan serta mendistribusikan informasi
dan pengetahuan tersebut agar berguna bagi peningkatan sumber daya
85
[modal] perusahaan. Ketika proses manajemen pengetahuan dalam
organisasi mendorong karyawan-karyawannya untuk selalu saling belajar,
karyawan memiliki informasi dan pengetahuan yang diperlukan untuk
beradaptasi atas keadaan organisasi yang terus berubah. Dengan adanya
KM, karyawan dapat belajar lebih baik daripada karyawan dalam
perusahaan yang tidak menerapkan KM. Dengan adanya KM, karyawan
dapat lebih siap atas perubahan. Dampak-dampak ini membuat karyawan
merasa lebih baik karena pengetahuan yang diperoleh dan peningkatan
keterampilan serta dampak meningkatnya nilai pasar/ market value mereka
dibandingkan karyawan organisasi lain. Dampak langsung KM pada kinerja
organisasi muncul ketika pengetahuan digunakan untuk menciptakan
produk inovatif yang dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan atau
ketika strategi KM selaras dengan strategi bisnis. Sehingga dampak langsung
berkaitan dengan pendapatan dan/ atau biaya dan secara eksplisit
berkaitan dengan visi atau strategi organisasi.
Hal ini sesuai dengan kajian peneliti terdahulu yaitu Mills dan Smith
(2011) serta Zaied, Hussein, dan Hassan (2012).Mills dan Smith (2011)
meneliti dari sumber daya knowledge management pada kinerja
perusahaan, tujuannya untuk menunjukkan knowledge management
berdampak pada kinerja perusahaan. Sedangkan Zaied, Hussein, dan Hassan
(2012) meneliti peran pengelolaan pengetahuan dalam meningkatkan
kinerja perusahaan di beberapa perusahaan Mesir dengan hasil yang
menunjukkan hubungan positif antara knowledge management dan kinerja
perusahaan (R = 0,69). Selaras dengan hal tersebut didukung pernyataan
Azadehdel etal., (2013),hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara KM (tacit pengetahuan) dan inovasi kualitas dan juga di antara
kualitas inovasi dan kinerja perdagangan dan manufaktur perusahaan di
provinsi Guilan.
86
Hipotesis 3 :
Knowledge management mempunyai pengaruh signifikan
positif terhadap kinerja Industri kreatif.
Peran Knowledge Broker Dalam Memoderasi Hubungannya
antara
Knowledge Management dan Intellectual Capital
Keberadaan knowledge broker (KB) dalam dunia bisnis dalam
persaingan
sangat
diperlukan
dalam
membantu
pengembangan
pengetahuan dalam proses yang akan berdampak pada modal intelektual.
Banyak perusahaan yang mengalami kendala dalam meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan
intelektualnya
tanpa
bantuan
KB.
Keberadaan KB sangat dibutuhkan dalam mempercepat proses transformasi
dari knowledge management kearah peneingkatan modalintelektual. Hal
tersebut dapat dimengerti adanya persaingan yang ketat maupun
keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kondisi demikian
dibutuhkan adanya mediator/ perantara dalam mengatasi keterbatasan
tersebut di atas. Jika ditinjau ulang tentang Framework Knowledge Broker
(Oldham dan McLean,1997) yang terdiri dari : •"Interface" menghubungkan
pengguna dan pencipta •"Direct" mengacu pada fakta bahwa dalam
beberapa kasus ada interface langsung antara menggunakan pengetahuan
dan menciptakan pengetahuan, •"Distributor" menyebarkan pengetahuan
(contohnya termasuk penerbit, on-line penyedia, dll), •"Integrator"
mengambil ilmu yang dibuat oleh orang lain dan menafsirkannya untuk
kepentingan pengguna tertentu (contohnya termasuk konsultan, Komisi
Royal, kebijakan organisasi penelitian, transfer teknologi). Di samping itu
sebagai •"Intermediaries" yang menghubungkan pengguna dan pencipta,
dan yang terakhir adalah sebagai •"Broker" mirip dengan perantara,
perbedaannya adalah bahwa seperti dengan real estate atau broker saham,
87
broker pengetahuan memperoleh pendapatan yang merupakan fungsi dari
nilai dipertukarkan dalam transaksi antara pengguna dan pencipta.
Di lihat dari uraian di atas dengan adanya peran Knowledge Broker
sudah barang tentu akan dapat meningkatkan transfer kemampuan
knowledge management ke dalam intellectual capital industri/ perusahaan
yang menggunakan peran KB melalui peran membantu pendistribusikan
pengetahuan, membantu mengintegrasikan pengetahuan, membantu
menghubungkan pengetahuan antara sumber pengetahuan ke/ menuju
pengguna pengetahuan. Uraian yang mendukung pernyataan di atas yaitu
oleh Ziam, Landry, dan Amara, (2009), dalam knowledge brokers: a winning
strategy for improving knowledge transfer and use in the field of health.
Dalam konteks ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting
dalam pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas
dan membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja
pelayanan kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan
pengetahuan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker
pengetahuan (knowledge broker).
Mengacu dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan adanya KB akan berdampak terhadap pembaharuan pengelolaan
pengetahuan (knowledge management), dalam hubungannya dengan
intellectual capital. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang lebih
operasional adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif, dan
pengetahuan pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui
kemampuan modal intelektualnya.
Hipotesis 4:
Knowledge
broker
memoderasi
hubungan
antara
knowledge management dan intellectual capital
88
Model Konseptual Penelitian
H3
H2
H1
Knowledge
Management
Intellectual
Capital
Kinerja Indus
Kreatif
H4
Knowledge
Broker
Sumber: Model Dikembangkan Untuk Disertasi Ini
Gambar 2.11 Model Konseptual Penelitian
Justifikasi Model Konseptual Penelitian
Proses manajemen dalam menangkap pengetahuan, menyerap
pengetahuan, mendistribusikan dan menerapkan pengetahuan di dalam
industri kreatif adalah merupakan aktivitas dalam pengelolaan pengetahuan
(knowledge management). Dengan proses pengelolaan pengetahuan yang
kokoh tersebut akan menghasilkan sebuah modal pengetahuan yang lebih
operasional. Modal tersebut merupakan modal kemampuan intelektual.
Semakin kuatnya modal intelektual tersebut yang tercermin dengan
semakin kuatnya modal insani, modal structural, dan modal keterhubungan
yang dimiliki industri kreatif. Kuatnya modal insani tersebut terlihat dari
semakin kuatnya kualitas SDM, sikap, kompetensi dan kecerdasan SDM
yang ada dalam industri kreatif. Kuatnya modal struktural akan terlihat dari
89
semakin kuatnya budaya perusahaan, tertibnya birokrasi perusahaan,
infrastruktur dan teknologi yang digunakan, proses manajemen yang
transparan dan terkendali. Sedangkan kuatnya modal keterhubungan akan
nampak dari semakin baiknya merek dan citra perusahaan,
saluran
distribusi yang lancar, kuatnya kerjasama dengan mitra, dan loyalitas
pelanggan yang tinggi. Kondisi intelellectual capital yang kuat tersebut akan
berdampak terhadap semakin tinggi kinerja industri kreatif yang tercermin
dari semakin kreatif SDM dalam menghasilkan produk, semakin baiknya
bakat kreativitas dan inovasi SDM dalam bekerja, semakin tingginya
penghasilan industri kreatif, dan yang berdampak semakin luasnya lapangan
kerja.
Meningkatnya
kemampuan
knowledge
management
dalam
hubungannya dengan modal intelektual tersebut dapat diperkuat oleh
peran pihak lain sebagai mediator yang memfasilitasi transfer pengetahuan
dan kemampuan modal intelektual yang disebut Broker Pengetahuan
(knowledge broker). Hal tersebut dapat disebabkan adanya persaingan yang
ketat maupun keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kondisi
demikian dibutuhkan adanya mediator/ perantara dalam mengatasi
keterbatasan tersebut di atas.
90
Download