analisis penyimpangan biaya produksi sebagai

advertisement
ANALISIS PENYIMPANGAN BIAYA PRODUKSI
SEBAGAI ALAT KONTROL EFISIENSI PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN TAPIOKA “RJB” LAMPUNG TIMUR
Misubargo
Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Lampung Timur
Jl. Pramuka Labuhan Ratu II Way Jepara, Lampung Timur 34196 Telp / Fax (0725) 641466
Email: [email protected]
ABSTRAK
The production costs are costs incurred in connection with the processing of raw materials
into finished prosuk. Which includes production costs of raw material costs, direct labor costs
and overhead baiaya pabrik.Untuk know the cost of the necessary production costs of
analysis, deviation analysis.
The purpose of this study was to analyze the deviation between budget costs (budget) costs of
production and realization of production costs in 2012 and 2013 of prusahaan Tapioca "RJB"
Old Rajabasa II East Lampung.
The analytical tool used in this research is the analysis of the difference. The results of this
analysis indicate that there are deviations, among others:
1. There deviation cassava raw material usage:
- The year 2012 = Rp. 46,453,500.00 (unfavorable)
- Year 2013 = Rp 87,912,000.00 (unfavorable)
2. There was a deviation in raw material prices
- The year 2012 = Rp. 6,666,726,000.00 (unfavorable)
- Year 2013 = Rp. 12,225,006,000.00 (unfavorable)
3. There was a deviation in wage rates
- The year 2012 = Rp. 2,184,000.00 (unfavorable)
- Year 2013 = Rp. 4,149,600.00 (unfavorable)
4. There spending irregularities
- The year 2012 = Rp. 15,000,000.00 (unfavorable)
- Year 2013 = Rp. 15,000,000.00 (unfavorable)
5. There was an aberration capacity
- The year 2012 = Rp. 245,871.44 (unfavorable)
- Year 2013 = Rp. 130,994.08 (unfavorable)
6. There was an aberration efficiency
- The year 2012 = Rp. 245,871.15 (unfavorable)
- Year 2013 = Rp. 130,992.05 (unfavorable)
Keywords : Production Costs , Efficiency
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perusahaan Tapioka “RJB” Lampung Timur merupakan perusahaan yang mengolah
bahan baku singkong menjadi tepung tapioka. Perusahaan berusaha berproduksi dengan
tingkat biaya seefisien mungkin, hal ini agar produksi yang dihasilkan mempunyai daya saing
dalam harga dan kualitas produk. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan fungsi
perencanaan khususnya bidang prosuksi, karena biaya produksi akan mempengaruhi harga
pokok penjualan. Perusahaan harus dapat menekan biaya produksi tanpa mengurangi kulaitas
produknya sehingga perusahaan dapat menetapkan harga jual produk yang terjangkau oleh
masyarakat/konsumen.
Untuk pengemdalian biaya produksi perusahaan mempunyai standar biaya yang telah
ditetapkan dalam bentuk anggaran biaya produksi, namun tidak menjadi jaminan bahwa
realisasi biaya yang terjadi akan sama dengan biaya yang direncanakan.
Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis keberhasilan pelaksanaan anggaran biaya
produksi adalah analisis penyimpangan biaya produksi, dengan analisis ini akan diketahui
penyebab terjadinya penyimpangan biaya produksi tersebut dan perusahaan dapat
mengantisipasi untuk tahun-tahun mendatang.
Adapun komponen-komponen biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Analisi selisih sangat penting bagi manajemen
sebagai alat penilai pertanggungjawaban maupun sebagai alat pengendali (efisiensi) antara
anggaran dan realisasi biaya.
Dari latar belakang di atas penulis berkeinginan untuk meneliti “Analisis
Penyimpangan Biaya Produksi Sebagai Alat Kontrol Efisiensi Perusahaan Pada Perusahaan
Tapioka “Rjb” Lampung Timur”
1.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1) Apakah yang menjadi faktor penyebab penyimpangan biaya produksi pada tahun 2012
dan 2013 pada Perusahaan Tapioka “RJB” Lampung Timur?
2) Berapa besar penyimpangan biaya produksi pada tahun 2012 dan 2013 pada Perusahaan
Tapioka “RJB” Lampung Timur?
2.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1)
Menganalisis faktor penyebab penyimpangan biaya produksi pada tahun 2012dan 2013
pada Perusahaan Tapioka “RJB” Lampung Timur.
2)
Mengetahui besar penyimpangan biaya produksi pada tahun 2012 dan 2013 pada
Perusahaan Tapioka “RJB” Lampung Timur.
B. LANDASAN TEORI
a.
Biaya Produksi
i.
Pengertian Biaya Produksi
Menurut Mulyadi ( 2000 ) biaya produksi adalah biaya-baiaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.
ii.
Penggolongan Biaya Produksi
Biaya produksi dapat digolongkan dalam beberapa bagian :
1.
Biaya bahan baku, adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai dalam
mengolah produk.
Bahan baku, adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dari
pemakaiannya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian
integral pada produk tertentu.
2.
Biaya tenaga kerja langsung, adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan yang langsung terkait produksi.
3.
Biaya overhead pabrik, adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, diantaranya : biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung,
penyusutan aktiva tetap pabrik, reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap, biaya listrik dan
air, dan biaya asuransi pabrik.
iii.
Tujuan Pengendalian Biaya Produksi
Tujuan pengemdalian biaya produksi adalah untuk memperoleh jumlah produksi atas hasil
yang sebesar-besarnya dengan kualitas yang diharapkan, dari pemakaian sejumlah bahan,
tenaga kerja atau fasilitas lainnya agar memperoleh hasil yang maksimum dengan biaya
sekecil-kecilnya.
b. Biaya Standar
i.
Pengertian Biaya Standar
Menurut Mulyadi ( 2000 ) adalah biaya yang ditentukan dimuka yang merupakan jumlah
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satuan-satuan produk atau untuk
membiayai kegiatan tertentu di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor
lain tertentu.
ii.
Pengertian Standar Biaya Bahan Baku
Standar biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi dalam
pengolahan satu satuan produksi.
iii. Pengertian Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung
Standar biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja langsung yang seharusnya
terjadi didalam pengolahan satu satuan produk.
iv. Pengertian Standar Biaya Overhead Pabrik
Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi didalam
pengolahan satu satuan produk.
c.
Analisis Selisih
Selisih adalah perbedaan antara biaya menurut standar dengan biaya sesungguhnya terjadi,
dan sebab-sebab terjadinya selisih. Dengan menganalisis selisih menjadi petunjuk adanya
ketidaktepatan, ketidakefisienan dari pelaksanaan (tidak standar).
3.
KERANGKA PIKIR
Biaya Produksi:
Biaya Produksi
- Biaya Bahan
Baku
- Biaya Tenaga
Kerja
Langsung
- Biaya
Overhead
Pabrik
Standar
Selisih
Efisiensi
Biaya Produksi
Sesungguhnya/
Nyata
C. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Metode penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan melalui literatur yang
terkait;
2) Penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan penelitian
langsung di perusahaan dengan melihat dokumen yang dimiliki perusahaan.
1. ALAT ANALISIS DATA
a.
Analisis Kuantatif
Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis selisih (variance
analysis), analisis yang dimaksud adalah :
a)
Selisih biaya bahan baku langsung, terdiri dari:
-
Selisih harga bahan baku/Material Price Variance (MPV)
SHBB
= (HA x KA) – (HS x KA)
= (HA - HS) KA
Dimana :
-
SHBB
= Selisih Harga Bahan Baku
HA
= Harga Aktual per Unit
KA
= Kuantitas Aktual Bahan Baku yang digunakan
HS
= Harga Standar per Unit
Selisih kuantitas bahan baku/Material Quantity Variance (MQV)
SKBB
= (KA - KS) x HS
Dimana :
SKBB
= Selisih Kuantitas Bahan Baku
KA
= Kuantitas Aktual Bahan Baku yang digunakan
KS
= Kuantitas Standar Bahan Baku yang diperoleh
HS
= Harga Standar per Unit
b) Selisih tenaga kerja langsung/Labour Rate Variance (LRV)
STTK
= (TA x JA) – (TS x JA)
= (TA – TS) JA
Dimana :
c)
STTK
= Selisih Tarif Tenaga Kerja
TA
= Tarif Aktual Tenaga Kerja
JA
= Jam Kerja Aktual yang digunakan
TS
= Tarif Standar Jam Kerja
Selisih biaya overhead pabrik
Untuk selisih biaya overhead pabrik digunakan analisis 3 selisih, yaitu:
-
Selisih pengeluaran/Spending Variance (SV)
SPOV
= (TAOV x JA) – (TSOV x JA)
= (TAOV) – TSOV) JA
Dimana :
SPOV
= Selisih Pengeluaran Overhead Variabel
TAOV
= Tarif Aktual Overhead Variabel
TSOV
= Tarif Standar Overhead Variabel
JA
= Jam Kerja Aktual
-
Selisih Kapasitas/Capacity Variance (CV)
SK
= (KA – KS) x TT
Dimana :
-
SK
= Selisih Kapasitas
KA
= Kapasitas Aktual
KS
= Kapasitas Standar
TT
= Tarif Tetap
Selisih Efisiensi/Efficiency Variance (EV)
SEOV
= (TSOV – JA) – (TSOV x JS)
= (JA – JS) TSOV
Dimana :
SEOV
= Selisih Efisiensi Overhead Variabel
TSOV
= Tarif Standar Overhead Variabel
JS
= Jam Kerja Standar
JA
= Jam Kerja Aktual
b. Analisis Kualitatif
Dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode komperatif
dengan analisis kualitatif yaitu hubungan sebab akibat dengan jalan meneliti faktor-faktor
tertentu yang ada hubungannya dengan pekerjaan tertentu melalui pendekatan manajemen
produksi yang orientasinya pada proses produksi.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
c.
Penentuan Standar Produksi
1.
Standar Bahan Baku
Perusahaan menetapkan standar bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan satu unit
barang sebelum memproduksi barang.
Tabel 1. Standar Pemakaian Bahan Baku Singkong Pada Perusahaan Tapioka “RJB”
Tahun 2012 dan 2013
Jumlah Produksi
(Zak)
145.000
2012
Pemakaian Singkong
(Kg)
60.506.700
Jumlah Produksi
(Zak)
325.500
2013
Pemakaian Singkong
(Kg)
135.733.500
Sumber: Perusahaan Tapioka “RJB”
Untuk harga bahan baku perusahaan telah menetapkan harga bahan baku yaitu :
-
Tahun 2012 harga singkong Rp. 465,00/Kg
-
Tahun 2013 harga singkong Rp. 880,00/Kg
Penetapan harga standar yang ditentukan perusahaan didasarkan pada perkiraan dengan dasar
tahun-tahun sebelumnya.
2.
Standar Tenaga Kerja Langsung
a.
Standar Upah
Standar upah pada Perusahaan Tapioka “RJB” adalah:
-
Tahun 2012 sebesar Rp. 850.000,00/bulan
-
Tahun 2013 sebesar Rp. 1.050.000,00/bulan
Jumlah tenaga kerja langsung pada Perusahaan Tapioka “RJB” adalah:
-
Tahun 2012 sebanyak 50 orang
-
Tahun 2013 sebanyak 60 orang
Untuk hari kerja dalam satu bulan ditetapkan sebanyak 26 hari.
Dari data di atas besar tarif upah yang ditetapkan perusahaan yaitu:
-
Tahun 2012 = (50 x Rp. 850.000,00) / 50 x 26
= Rp. 42.500.000 / 1.300
= Rp. 32.692,00
= Rp. 32.700,00/hari (pembulatan kebijakan perusahaan)
-
Tahun 2013 = (60 x Rp. 1.050.000,00) / 60 x 26
= Rp. 63.000.000 / 1.560
= Rp. 40.385
= Rp. 40.400,00/hari (pembulatan kebijakan perusahaan)
b.
Standar Jam Kerja / Efisiensi
Dalam satu tahun Perusahaan Tapioka “RJB” standar produksi yang ditetapkan sebanyak
145.000 zak atau 465 zak per hari. Untuk tahun 2013 berproduksi sebanyak 325.500 zak atau
1.043 zak per hari.
Dalam satu hari seorang karyawan bekerja selama 7 jam yang diselingi istirahat satu jam
yaitu pukul 12.00 – 13.00.
Berdasarkan data di atas dapat ditentukan standar jam kerja/efisiensi karyawan langsung
selama satu tahun dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Standar jam kerja/efisiensi 2012
= (produksi normal satu tahun/produksi normal
per hari) x jam kerja per hari
= (145.000/465) x 7 jam
= 311,83 x 7 jam
= 2.182,81 jam
Standar jam kerja/efisiensi 2013
= (produksi normal satu tahun/produksi normal
per hari) x jam kerja per hari
= (325.500/1.043) x 7 jam
= 312,08 x 7 jam
= 2.184,56 jam
c.
Standar Overhead Pabrik
Besar tarif Overhead Pabrik dihitung dengan rumus
BOP
= anggaran biaya Overhead Pabrik / standar jam kerja langsung
Tabel 2. Anggaran Biaya Overhead Pabrik pada Perusahaan Tapioka “RJB”
Tahun 2012 dan 2013
Biaya (Rp)
Macam Biaya
2012
BOP Variabel
- Upah tak langsung
- Bahan penolong
- Listrik
- Bahan bakar + pelumas
- Pemeliharaan dan reparasi
BOP Tetap
- Depresiasi mesin + peralatan
- Depresiasi bangunan
- Asuransi
Jumlah
Sumber: Perusahaan Tapioka “RJB”
240.886.500,00
10.113.500,00
30.000.000,00
30.000.000,00
30.000.000,00
300.888.000,00
10.112.000,00
30.000.000,00
30.000.000,00
30.000.000,00
40.000.000,00
50.000.000.00
20.000.000,00
451.000.000,00
40.000.000,00
50.000.000.00
20.000.000,00
511.000.000,00
Besar tarif biaya Overhead Pabrik tahun 2012 dapat diketahui :
BOP
= anggaran biaya Overhead Pabrik / standar jam kerja langsung
BOP
= Rp. 451.000.000,00 / 2.182,81 jam
BOP
= Rp. 206.614,41
Besar tarif biaya Overhead Pabrik tahun 2013 dapat diketahui :
BOP
= anggaran biaya Overhead Pabrik / standar jam kerja langsung
BOP
= Rp. 511.000.000,00 / 2.184,56 jam
BOP
= Rp. 233.914,38
d. Biaya Sesungguhnya
2013
1.
Biaya Bahan Baku Sesungguhnya
a.
Pemakaian Sesungguhnya
Tabel 3. Realisasi Pemakaian Bahan Baku Singkong Perusahaan Tapioka “RJB” Tahun
2012 dan 2013
Tahun 2012
Tahun 2013
60.606.600
135.833.400
Sumber : Perusahaan Tapioka “RJB”
b.
Harga Beli Bahan Baku Sesungguhnya
-
Tahun 2012 harga singkong Rp. 575,00/Kg
-
Tahun 2013 harga singkong Rp. 970,00/Kg
3.
Biaya Tenaga Kerja Langsung Sesungguhnya
a.
Upah Tenaga Kerja Langsung
Standar upah pada Perusahaan Tapioka “RJB” adalah:
-
Tahun 2012 sebesar Rp. 875.000,00/bulan
-
Tahun 2013 sebesar Rp. 1.100.000,00/bulan
Jumlah tenaga kerja langsung pada Perusahaan Tapioka “RJB” adalah:
-
Tahun 2012 sebanyak 52 orang
-
Tahun 2013 sebanyak 64 orang
Untuk hari kerja dalam satu bulan ditetapkan sebanyak 26 hari.
Dari data di atas besar tarif upah yang bayarkan perusahaan yaitu:
-
Tahun 2012 = (52 x Rp. 875.000,00) / 52 x 26
= Rp. 45.500.000 / 1.352
= Rp. 33.653,85
= Rp. 33.700,00/hari (pembulatan kebijakan perusahaan)
-
Tahun 2013 = (64 x Rp. 1.100.000,00) / 64 x 26
= Rp. 70.400.000 / 1.664
= Rp. 42.307,69
= Rp. 42.300,00/hari (pembulatan kebijakan perusahaan)
b.
Jam Kerja / Efisiensi yang Sesunggguhnya
Tabel 4. Realisasi Produksi Tapioka Perusahaan Tapioka “RJB” Tahun 2012 dan 2013
Tahun 2012
Tahun 2013
144.375
325.452
Sumber : Perusahaan Tapioka “RJB”
Jam kerja/efisiensi 2012
= (produksi sesungguhnya satu tahun/produksi
sesungguhnya per hari) x jam kerja per hari
= (144.375/462,74) x 7 jam
= 312 x 7 jam
= 2.184 jam
Jam kerja/efisiensi 2013
= (produksi sesungguhnya satu tahun/produksi
sesungguhnya per hari) x jam kerja per hari
= (325.452/1.043,12) x 7 jam
= 312 x 7 jam
= 2.184 jam
c.
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya
Tabel 5. Realisasi Biaya Overhead Pabrik pada Perusahaan Tapioka “RJB”
Tahun 2012 dan 2013
Biaya (Rp)
Macam Biaya
2012
BOP Variabel
- Upah tak langsung
- Bahan penolong
- Listrik
- Bahan bakar + pelumas
- Pemeliharaan dan reparasi
BOP Tetap
- Depresiasi mesin + peralatan
- Depresiasi bangunan
- Asuransi
Jumlah
Sumber: Perusahaan Tapioka “RJB”
240.886.500,00
10.113.500,00
35.000.000,00
35.000.000,00
35.000.000,00
300.888.000,00
10.112.000,00
35.000.000,00
35.000.000,00
35.000.000,00
40.000.000,00
50.000.000.00
20.000.000,00
40.000.000,00
50.000.000.00
20.000.000,00
466.000.000,00
526.000.000,00
e.
Analisa Penyimpangan Biaya Produksi Tahun 2012 dan 2013
1.
Penyimpangan Harga Bahan Baku/Material Price Variance (MPV)
SHBB
2013
= (HA x KA) – (HS x KA)
= (HA - HS) KA
Dimana :
SHBB
= Selisih Harga Bahan Baku
HA
= Harga Aktual per Unit
KA
= Kuantitas Aktual Bahan Baku yang digunakan
HS
= Harga Standar per Unit
Tabel 6. Perhitungan Selisih Harga Bahan Baku Singkong pada Perusahaan Tapioka
“RJB” Tahun 2012 dan 2013
Harga Singkong
Tahun
Standar
(2)
(1)
Nyata
(3)
2012
465
2013
880
Sumber : Data Diolah
2.
575
970
Kuantitas Aktual BB
digunakan
(Kg)
(4)
60.606.600
135.833.400
Selisih Harga
Bahan Baku
(Rp)
(3-2) x 4
6.666.726.000
12.225.006.000
Penyimpangan Selisih Kuantitas Bahan Baku/Material Quantity Variance (MQV)
SKBB
= (KA - KS) x HS
Dimana :
SKBB
= Selisih Kuantitas Bahan Baku
KA
= Kuantitas Aktual Bahan Baku yang digunakan
KS
= Kuantitas Standar Bahan Baku yang diperoleh
HS
= Harga Standar per Unit
Tabel 7. Perhitungan Selisih Kuantitas Bahan Baku Singkong pada Perusahaan Tapioka
“RJB” Tahun 2012 dan 2013
Kuantitas Pemakaian
Standar
Nyata
(1)
(2)
(3)
2012
60.506.700
60.606.600
2013
135.733.500
135.833.400
Sumber : Data Diolah
Tahun
Harga Standar
(Rp)
(4)
465
880
Selisih Kuantitas
(Rp)
(3-2) x 4
46.453.500
87.912.000
3.
Penyimpangan Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung/Labour Rate Variance (LRV)
STTK
= (TA x JA) – (TS x JA)
= (TA – TS) JA
Dimana :
STTK
= Selisih Tarif Tenaga Kerja
TA
= Tarif Aktual Tenaga Kerja
JA
= Jam Kerja Aktual yang digunakan
TS
= Tarif Standar Jam Kerja
Tabel 8. Perhitungan Penyimpangan Tarif Upah pada Perusahaan Tapioka
“RJB” Tahun 2012 dan 2013
Tarif Upah Per Hari
Standar
Nyata
(1)
(2)
(3)
2012
32.700
33.700
2013
40.400
42.300
Sumber : Data Diolah
Tahun
4.
Jam Kerja
Sesungguhnya
(4)
2.184
2.184
Selisih Tarif
(Rp)
(3-2) x 4
2.184.000
4.149.600
Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik
Untuk Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik digunakan analisis 3 selisih, yaitu:
a.
Penyimpangan pengeluaran/Spending Variance (SV)
Tahun 2012
BOP Sesungguhnya
Anggaran fleksibel pada kapasitas sesungguhnya
Tetap
Rp. 11.000.000,00
Variabel
Rp. 440.000.000,00
Penyimpangan Pengeluaran
Tahun 2013
BOP Sesungguhnya
Anggaran fleksibel pada kapasitas sesungguhnya
Tetap
Rp. 11.000.000,00
Variabel
Rp. 500.000.000,00
Penyimpangan Pengeluaran
b.
Rp. 466.000.000,00
Rp. 451.000.000,00 –
(Rp. 15.000.000,00)
Rp. 526.000.000,00
Rp. 511.000.000,00 –
(Rp. 15.000.000,00)
Penyimpangan Kapasitas/Capacity Variance (CV)
Tahun 2012
Kapasitas Sesungguhnya
Jam Kerja Sesunguhnya
Tarif Overhead Standar
Rp. 451.000.000,00
2.184
206.614,41 x
Rp. 451.245.871,44 –
(Rp.
245.871,44)
Penyimpangan kapasitas
Tahun 2013
Kapasitas Sesungguhnya
Jam Kerja Sesunguhnya
Tarif Overhead Standar
Rp. 511.000.000,00
2.184
233.914,38 x
Rp. 510.869.005,92 –
(Rp.
130.994,08)
Penyimpangan kapasitas
c.
Penyimpangan Efisiensi/Efficiency Variance (EV)
Tahun 2012
Jam Kerja Sesunguhnya
Tarif Overhead Standar
2.184
206.614,41 x
Rp. 451.245.871,44
Jam Kerja Standar
Tarif Overhead Standar
2.182,81
206.614,41 x
Penyimpangan efisiensi
Tahun 2013
Jam Kerja Sesunguhnya
Tarif Overhead Standar
2.184
233.914,38 x
Rp. 451.000.000,29 –
(Rp.
245.871,15)
Rp. 510.869.005,92
Jam Kerja Standar
Tarif Overhead Standar
2.184,56
233.914,38 x
Penyimpangan efisiensi
Rp. 510.999.997,97 –
(Rp.
130.992,05)
f.
Sebab-sebab Terjadinya Penyimpangan Biaya Produksi dalam Hubungannya
dengan Efisiensi Perusahan
1.
Sebab terjadinya penyimpangan bahan baku
a.
Penyimpangan kuantitas bahan baku
Penyimpangan kuantitas bahan baku singkong pada tahun 2012 sebesar Rp. 46.453.500,00
disebabkan oleh adanya perubahan rancangan produk yang belum dinyatakan dalam standar
sehingga penggunaan bahan baku lebih besar dari yang telah distandarkan.
Penyimpangan kuantitas bahan baku singkong pada tahun 2013 sebesar Rp. 87.912.000,00
bersifat tidak menguntungkan, disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang rusak atau
tercecer karena cara kerja para pekerja yang belum profesional. Dan juga disebabkan oleh
kurangnya pengawasan dalam penggunaan bahan baku sehingga bahan baku yang digunakan
tidak sesuai dengan yang dianggrakan.
b.
Penyimpangan harga bahan baku
Penyimpangan harga bahan baku singgkong pada tahun 2012 sebesar Rp. 6.666.726.000,00
dan pada tahun 2013 sebesar Rp. 12.225.006.000,00 bersifat tidak menguntungkan , hal ini
disebabkan karena harga bahan baku yang dibeli lebih tinggi dibandingkan dengan harga
bahan baku yang dianggarkan sebagai akibat fluktuasi harga bahan baku akibat faktor
permintaan dan penawaran pasar yang selalu berubah. Hal ini menunjukkan adanya
kelemahan perusahaan dalam memperkirakan harga bahan baku, oleh karena itu dituntut
kecermatan manajer dalam menafsirkan perkiraan bahan baku yang terjadi agar tidak terjadi
pengeluaran biaya-biaya diluar yang telah dianggarkan.
2.
Sebab terjadinya penyimpangan tarif upah
Penyimpangan tarif upah pada tahun 2012 sebesar Rp. 2.184.000,00 dan pada tahun 2013
sebesar Rp. 4.149.600,00 bersifat tidak menguntungkan, hal ini disebabkan oleh :
-
Tamabahan upah karena peraturan upah minimum yang ditetapkan pemerintah.
-
Kenaikan pangkat karyawan yang berakibat tambahan upah dari yang telah dianggarkan.
3.
Sebab terjadinya penyimpangan biaya overhead pabrik
a.
Penyimpangan pengeluaran
Penyimpanngan pengeluaran pada tahun 2012 sebesar Rp. 15.000.000,00 bersifat tidak
menguntungkan, disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan untuk upah langsung, bahan
penolong, listrik, serta bahan bakar dan pelumas lebih besar dari yang dianggarkan.
Penyimpanngan pengeluaran pada tahun 2013 sebesar Rp. 15.000.000,00 bersifat tidak
menguntungkan, disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan untuk upah langsung, bahan
penolong, listrik, bahan bakar dan reparasi, keadaan ini menunjukkan kelemahan dalam
penyusunan anggaran biaya overhead pabrik yang ditunjukkan dengan sifat penyimpangan
yang selalu berubah setiap tahunnya.
b.
Penyimpangan kapasitas
Penyimpanngan kapasitas pada tahun 2012 sebesar Rp. 245.871,44 dan pada tahun 2013
sebesar Rp. 130.994,08 bersifat tidak menguntungkan, hal ini disebabkan oleh volume
produksi lebih rendah dari kapasitas normal sehingga ada kapasitas menganggur .
c.
Penyimpangan efisiensi
Penyimpangan efisiensi pada tahun 2012 sebesar Rp. 245.871,15dan pada thun 2016 sebesar
Rp. 130.992,05 bersifat tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh untuk mengolah
produk telah dipakai kapasitas sesungguhnya lebih rendah dibandingkan kapasitas standar hal
ini menunjukkan perusahaan dalam memanfaatkan kapasitas produksinya belum efisien.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dikemukakan sudah terbukti, yaitu adanya
selisih anggaran dan realisasi biaya produksi yang bersifat merugikan.
E. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Untuk mengetahui apakah telah digunakan analisis penyimpangan biaya produksi
sebagai alat kontrol efisiensi perusahaan pada perusahaan tapioka “RJB” didasarkan pada
perhitungan penyimpangan biaya tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Penyimpangan Bahan Baku
Penyimpangan pemakaian bahan baku singkong :
-
Tahun 2015 = Rp. 46.453.500,00 (tidak menguntungkan)
-
Tahun 2016 = Rp 87.912.000,00 (tidak menguntungkan)
Sifat penyimpangan selama dua tahun tersebut menunjukkan adanya kelemahan
perusahaan dalam memperkirakan harga bahan baku yang terjadi pada tahun
berikutnya. Penyebab penyimpangan harga bahan baku ini terutama adalah fluktuasi
harga bahan baku akibat faktor permintaan dan penawaran pasar yang selalu berubah
dari waktu ke waktu.
2. Penyimpangan harga bahan baku
-
Tahun 2015 = Rp. 6.666.726.000,00 (tidak menguntungkan)
-
Tahun 2016 = Rp. 12.225.006.000,00 (tidak menguntungkan)
Hal ini menunjukkan belum efisiennya perusahaan dalam penggunaan bahan baku,
dikarenakan keterampilan karyawan masih kurang.
3. Penyimpangan tarif upah
-
Tahun 2015 = Rp. 2.184.000,00 (tidak menguntungkan)
Tahun 2016 = Rp. 4.149.600,00 (tidak menguntungkan)
Hal ini menunjukkan tidak diperhitungkannya jumlah karyawan baru dan karyawan
yang naik pangkat dalam penyusunan anggaran biaya tenaga kerja.
4. Sebab terjadinya penyimpangan biaya overhead pabrik
a. Penyimpangan pengeluaran
- Tahun 2012 = Rp. 15.000.000,00 (tidak menguntungkan)
- Tahun 2013 = Rp. 15.000.000,00 (tidak menguntungkan)
Keadaan ini menunjukkan adanya kelemahan dalam penyusunan anggaran biaya
overhead pabrik terutama biaya variabel, dimana dapat dilihat sifat dari
penyimpangan yang selalu berubah setiap tahun.
b.
Penyimpangan kapasitas
- Tahun 2012 = Rp. 245.871,44 (tidak menguntungkan)
- Tahun 2013 = Rp. 130.994,08 (tidak menguntungkan)
Penyimpangan ini disebabkan perusahaan belum dapat dan perlu meningkatkan
kapasitas produksinya sehingga kapasitas produksi normal dapat dicapai tanpa
mengurangi kualitas produk.
c.
Penyimpangan efisiensi
- Tahun 2012 = Rp. 245.871,15 (tidak menguntungkan)
- Tahun 2013 = Rp. 130.992,05 (tidak menguntungkan)
Penyimpangan ini disebabkan oleh perusahaan mengalami penurunan efisiensi
dalam
pemanfaatan
kapasitasnya.
kapasitas
produksiny,
sehingga
perlu
meningkatkan
2. Saran
1) Perusahaan harus memperhitungkan setiap gerak kenaikan harga singkong. Untuk
mengurangi ketergantungan singkong terhadap pihak luar hendaknya pabrik menanam
sendiri singkong yang diperlukan.
2) Perusahaan melakukan prediksi kenaikan upah karyawan tahun mendatang dengan
lebih tepat.
3) Perusahaan mengurangi pengeluaran yang belum perlu.
4) Perusahaan meningkatkan produktivitas karyawan/tenaga kerja.
5) Perusahaan mengurangi waktu mengangggur.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi.2000. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Download