hubungan kecerdasan emosi guru dalam mengajar

advertisement
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI GURU DALAM MENGAJAR DENGAN
KEMAMPUAN SISWA DALAM MENERIMA PELAJARAN
DI SMP TAMANSISWA PADANG
JURNAL
WINDI SARI
NIM: 10060006
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2014
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI GURU DALAM MENGAJAR DENGAN
KEMAMPUAN SISWA DALAM MENERIMA PELAJARAN
DI SMP TAMANSISWA PADANG
Oleh:
Windi Sari *
* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research motivated by the teacher scolded the students in learning, as well as the teacher
who hit the table at the time of hour lessons, the teacher who was teaching the words out that are less
courteous to students, and the persistence of corporal punishment such as pinching students, students
despise storm at the time of study time, the lack of concentration of students in learning, when the daily
reset is still found in the student scores below a minimum completeness criteria (KKM). The purpose of
this study describe: 1) emotional intelligence of teachers in classroom management, 2) the ability of
students to receive lessons, 3) Seeing teachers in teaching emotional relationship with a student's ability
to absorb the lessons. This type of research is descriptive quantitative research. With a population of 175
students. Sample size was 117 people. With the technique of sampling simple random sampling. The
instrument used for data collection in the form of a questionnaire, the data used for the analysis of person
product moment correlation method. The results of research show that: the emotional intelligence of
teachers in classroom management quite well when learning takes place in the management of teachers
'emotions in teaching, as well as the student's ability to receive a lesson in class, and there is a relationship
between emotional intelligence of teachers in teaching with students' ability to receive lessons in junior
Tamansiswa Padang, the correlation obtained with r_hitung 0.737> 0.213 r_tabel with a significance level
of 0.01 <0.05 so that it can be interpreted "there is a relationship between emotional intelligence of
teachers in teaching with students' ability to receive lessons in junior Tamansiswa Padang". It can also be
seen from the mean or average of the respondent's answer is 205.79.
Keywords: emotional intelligence, teachers, students, lessons Capabilities
PENDAHULUAN
Menurut Sabri (2005:2) mengajar pada
dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau
merupakan
praktik
guru
melaksanakan
pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai
lebih efektif dan efesien. Dengan kata lain
strategi mengajar suatu politik atau taktik yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran di
kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno
(2009:14) yang menyatakan ada dua pilar
pembelajaran yang harus dimiliki oleh seorang
guru dalam proses belajar mengajar, yaitu (1)
kewibawaan yang merupakan sentuhan tingkat
tinggi dalam hubungan pendidik dan peserta
didik yang meliputi: pengakuan dan penerimaan,
kasih sayang dan kelembutan, penguatan,
tindakan tegas yang mendidik, pengarahan dan
keteladanan, dan (2)
kewiyataan yang
merupakan penerapan teknologi tinggi dalam
praktik pembelajaran yang meliputi: materi
pembelajaran, metode pembelajaran, alat bantu
pembelajaran,
lingkungan
pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran. Selanjutnya
Sudjana (2011:39) mengatakan hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni dari dalam diri siswa dan faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan, faktor yang datang dari diri siswa
terutama
kemampuan
yang
dimilikinya,
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran.
Menurut Wahab (2008:15) mengajar
adalah suatu komunikasi antara guru dan siswa
memiliki
gangguan
emosional
yang
mengakibatkan kesulitan komunikasi, karena
ketegangan di dalam komunikasi emosional
menyebabkan orang menjadi gagap. Selanjutnya
pendapat Djaali (2011:45) yang mengatakan
bahwa emosi yang negatif bisa mengakibatkan
ketegangan emosional atau frustasi jika siswanya
tidak menyukai seorang guru, bukan karena
pribadi seorang guru tersebut, tetapi mungkin
siswa telah mengalami hal yang tidak
mengenakkan pada saat di dalam kelas yang
bersifat emosional dan intelektual, selain itu
ketenangan batin pada diri siswa juga diperlukan
karena dalam mengatasi emosional dan frustasi
akan menganggu kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran. Kecerdasan emosional
merupakan
sejumlah
kemampuan
dan
keterampilan yang berkaitan dengan pembinaan
hubungan sosial dengan lingkungan yang
merujuk pada kemampuan mengenali perasaan
diri sendiri dan orang lain, kemampuan
memotivasi
diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik dan dalam
hubungan dengan orang lain.
Kemudian
Munir
(2010:16)
mengatakan bahwa guru yang tidak mempunyai
sikap kesadaran mengenai pentingnya hubungan
baik dengan murid dalam proses pembelajaran
akan mudah terhanyut kedalam situasi emosional
yang negatif, hal ini akan menyebabkan
hubungan antara guru dan murid menjadi
tersekat, tidak netral, bahkan penuh dengan
prakonsepsi negatif. Sikap negatif tersebut akan
membuat guru tanpa sadar menganggap anak
didiknya sebagai “anak jelek”. Jika murid
melihatkan sikap acuh-tak acuh terhadap katakata sang guru di depan kelas, dan hal ini jika
terjadi berulang-ulang, lama kelamaan akan
merusak alam bawah sadarnya. Pada akhirnya,
timbulah sikap tetap pada diri anak untuk
mengabaikan pelajaran yang disampaikan oleh
gurunya. Kemudian Saefullah (Koswara dan
Halimah, 2008:16) mengatakan seorang guru
harus berusaha mengesampingkan egoisme
pribadinya. Sikap mendikte, cuek terhadap
pendapat anak, jarang kompromi saat
memutuskan sesuatu yang terkait dengan proses
pembelajaran, menunjukan sikap yang otoriter.
Jika kondisi ini dibiarkan berarti nalar daya
kreatifitas dan keberanian siswa mengemukakan
pendapat akan terkikis habis. Akibatnya, siswa
menjadi minder dan takut untuk mengacungkan
tangannya bahkan mengerdilkan jiwa anak
didiknya.
Selanjutnya
Syah
(2009:147)
mengatakan bahwa kondisi kesehatan siswa
pada tingkat indera pendengar dan indera
penglihatan
juga
sangat
mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi
dan pengetahuan khususnya yang dijelaskan oleh
guru di kelas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Syah
(2009:53) yang mengatakan bahwa dalam
pembelajaran tingkat keberhasilan kemampuan
seorang siswa dalam menerima pelajaran
termasuk kedalam ranah kognitif tetapi tidak itu
saja kemampuan siswa dalam menerima
pelejaran terdapat dua ranah yang melengkapi
ranah kognitif tersebut di dalam proses
pembelajaran berlangsung yang menggunakan
pendekatan pada ranah afektif siswa, ranah
psikomotor siswa perhatian akan perkembangan
kemampuan siswa dianggap penting, karena
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran
sangat dipengaruhi dan dihubungkan oleh
keterlibatan emosional, bahkan emosional juga
amat menentukan perkembangan kemampuan
siswa dalam menerima pelajaran, artinya secara
timbal balik faktor kognitif juga terlibat dalam
perkembangan kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru di
kelas.
Sehubungan dengan hal di atas Slameto
(2010:133) kemungkinan timbul pada diri siswa
yang bersangkutan perasaan-perasaan seperti
rasa benci, bermusuhan atau takut terhadap
teman lain. Ia merasa tidak aman akan masa
depannya, siswa dalam kondisi seperti ini sulit
dapat diharapkan untuk berkonsentrasi terhadap
materi pelajaran yang diberikan. Perhatiannya
cenderung diarahkan pada cara-cara bagaimana
ia dapat memenuhi kebutuhan dirinya,
mengurangi kecemasan, menghindar dari situasisituasi emosional yang dirasakan tidak
menyenangkan sehingga siswa tersebut kurang
mampu menerima pelajaran dengan baik.
Dari observasi yang di lakukan peneliti
dengan siswa pada tanggal 06 Februari 2014 di
SMP Tamansiswa Padang, masih terlihat adanya
guru yang menghardik siswa dalam belajar, serta
adanya guru yang memukul meja pada saat jam
pelajaran berlangsung, guru yang sedang
mengajar mengeluarkan kata-kata yang kurang
sopan kepada siswa, dan masih adanya hukuman
fisik seperti mencubit siswa, sukanya siswa
meribut di saat waktu belajar, kurangnya
kosentrasi siswa dalam belajar, pada saat ulang
harian masih ditemukan nilai siswa di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) standar .
Kemudian masih adanya guru yang belum bisa
mengelompokan
siswa
berdasarkan
kemampuannya, serta masih adanya guru yang
belum melakukan bimbingan kepada siswa yang
sulit menerima pelajaran dikelas. Adanya siswa
yang melamun saat proses pembelajaran
berlangsung dan masih minimnya konsentrasi
siswa dalam memperhatikan proses pembelajaran
berlangsung, serta masih minimnya kesadaran
siswa akan pentingnya proses belajar mengajar
di dalam menerima pelajaran dengan baik.
Tujuan penelitian ini
mendeskripsikan tentang:
adalah
untuk
1. Kecerdasan emosi guru dalam pengelolaan
kelas di SMP Tamansiswa Padang.
2. Kemampuan
siswa
dalam
menerima
pelajaran di SMP Tamansiswa Padang.
3. Hubungan kecerdasan emosi guru dalam
mengajar dengan kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran di SMP Tamansiswa
Padang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan analisis statistik korelasional. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
Tamansiswa Padang yang berjumlah 185 orang.
Adapun di tentukan jumlah sampel
sebanyak 117 sampel. Teknik Proporsional
Stratified Random Sampling.
Selanjutnya alat yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
koesioner. Teknik pengolahan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik statistik yaitu
dengan mencari skor mean, standar deviasi,
range, skor minimum, dan skor maksimum
dengan
menggunakan
formula
yang
dikemukakan oleh Riduwan (2010:130).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang dikumpulkan,
Kecerdasan emosi guru dalam pengelolaan kelas
di SMP Tamansiswa Padang, sebagai mana yang
telah dikemukakan oleh Djaali (2011:45) yang
mengatakan bahwa emosi yang negatif bisa
mengakibatkan ketegangan emosional atau
frustasi jika siswanya tidak menyukai seorang
guru, bukan karena pribadi seorang guru
tersebut, tetapi mungkin siswa telah mengalami
hal yang tidak mengenakkan pada saat di dalam
kelas yang bersifat emosional dan intelektual,
selain itu ketenangan batin pada diri siswa juga
diperlukan karena dalam mengatasi emosional
dan frustasi akan mengganggu kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran.
Hasil pengolahan rekapitulasi angket
kecerdasan emosi guru dalam mengajar secara
umum dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Rekapitulasi kecerdasan emosi guru
Skor
No
Sub Variabel Rata- Interpretasi
rata
Kesadaran
Kurang
1
3,72
Diri
Baik
Mengelola
2
4,005
Baik
emosi
Memanfaatkan
3
4,063 Sangat Baik
emosi secara
4
5
produktif
Empati
Membina
Hubungan
Rata-rata
3,988
Cukup Baik
4,029
Baik
3,961
Cukup Baik
Terlihat bahwa rekapitulasi tentang
memanfaatkan emosi secara produktif skor ratarata tertinggi adalah 4,063 dan skor rata-rata
terendah adalah kesadaran diri guru 3,72.
Kemudian kecerdasan emosi guru yaitu 3,961,
yang berada pada kategori cukup baik. Hal ini
berarti bahwa kecerdasan emosi guru dalam
mengajar di SMP Tamansiswa Padang sudah
berada pada kategori yang cukup baik dari 117
sampel.
Pendeskripsian data kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran di SMP Tamansiswa
Padang. Menurut Syah (2009:53) yang
menyatakan bahwa dalam pembelajaran tingkat
keberhasilan kemampuan seorang siswa dalam
menerima pelajaran termasuk kedalam ranah
kognitif tetapi tidak itu saja kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran terdapat dua ranah
yang melengkapi ranah kognitif tersebut di
dalam proses pembelajaran berlangsung yang
menggunakan pendekatan pada ranah afektif
siswa, ranah psikomotor siswa perhatian akan
perkembangan kemampuan siswa dianggap
penting, karena kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran sangat dipengaruhi dan
dihubungkan oleh keterlibatan emosional.
Selanjutnya
B.S
Bloom
(Michael,
2005:149) mengatakan bahwa kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran di sekolah dilihat dari
ranah kognitif siswa, ranah afektif siswa dan
ranah psikomotor siswa, maka kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran sangat jelas bahwa
keterlibatan 3 ranah tersebut sangat diperlukan
siswa dalam pembelajaran dan sangat berperan
aktif di dalam proses pembelajaran siswa karena
siswa harus melaksanakan hubungan komunikasi
yang baik di dalam proses pembelajaran bukan
komunikasi yang verbal atau pasif di dalam
proses pembelajaran di kelas.
Untuk
mengungkapkan
bagaimana
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran di
SMP Tamansiswa Padang. Hasil pengolahan
angket kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran secara umum dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2. Rekapitulasi kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran
Skor
Sub
No.
Rata- Interpretasi
Variabel
rata
1
Pengetahuan
4,1
Baik
2
Keterampilan 4,194 Sangat Baik
3
Sikap
4,192
Sangat
Baik
Rata-Rata
4,
Baik
162
Terlihat bahwa item-item rekapitulasi
tentang kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran skor rata-rata tertinggi yaitu terkait
dengan keterampilan 4,194 dan skor rata-rata
yang terendah yaitu 4,1 terkait dalam
pengetahuan. Dapat dilihat bahwa skor rata-rata
dari kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran yaitu 4,162 yang berada pada kategori
Baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran
berada pada kategori Baik.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam
hasil korelasi hubungan kecerdasan emosi guru
dalam mengajar dengan kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran di SMP Tamansiswa
Padang
Hasil penelitian korelasi antara kecerdasan
emosi guru dalam mengajar dengan kemampuan
siswa dalam menerima pelajaran di SMP
Tamansiswa Padang. Kemudian Saefullah
(Koswara dan Halimah, 2008:16) mengatakan
seorang guru harus berusaha mengesampingkan
egoisme pribadinya. Sikap mendikte, cuek
terhadap pendapat anak, jarang kompromi saat
memutuskan sesuatu yang terkait dengan proses
pembelajaran, menunjukan sikap yang otoriter.
Jika kondisi ini dibiarkan berarti nalar daya
kreatifitas dan keberanian siswa mengemukakan
pendapatakan terkikis habis. Akibatnya, siswa
menjadi minder dan takut untuk mengacungkan
tangannya bahkan mengerdilkan jiwa anak
didiknya.
Kemudian
Munir
(2010:15)
mengatakan ada beberapa cara guru harus
memiliki kemampuan mengelola emosi di dalam
proses mengajar di kelas.
diperoleh korelasi dengan
0,737 >
0,213 dengan taraf signifikansi 0,01 <
0,05 sehingga dapat ditafsirkan “terdapat
hubungan antara kecerdasan emosi guru dalam
mengajar dengan kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran di SMP Tamansiswa
Padang”. Dari hasil uji hipotesis ini
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosi guru dalam mengajar
dengan kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran dengan taraf signifikansi sebesar 0,01
(sig < 0,05), jadi jika nilai korelasinya antara
masing-masing variabel penelitiannya bernilai
positif.
KESIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diungkapkan bahwa siswa terdapat hubungan
antara kecerdasan emosi guru dalam mengajar
dengan kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran di SMP Tamansiswa Padang. Adapun
hubungan tersebut secara rinci dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kecerdasan emosi guru sudah cukup baik
dalam mengajar di SMP Tamansiswa Padang
2. Kemampuan siswa sudah baik dalam
menerima pelajaran di SMP Tamansiswa
Padang. Terlihat dari segi pengetahuan siswa
dan sikap siswa di dalam kelas secara umum
sangat mudah bersosialisasi dan memahami
pelajaran di dalam kelas.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosi guru dalam mengajar
dengan kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran di SMP Tamansiswa Padang.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti
ingin mengajukan saran kepada sekolah yang
saya teliti sebagai berikut:
1. Guru
Pada saat menghadapi hubungan
komunikasi banyak hal-hal yang mengalami
perubahan pada diri seorang guru salah
satunya adalah kesadaran diri membina
hubungan dan perilaku. Dengan adanya
perubahan dan keadaan lingkungan yang
mendukung guru diharapkan mampu
mengekspresikan emosi yang dapat diterima
siswanya sekaligus dapat dinyatakan sesuai
dengan keinginan individu sendiri, tetapi
yang negatif atau ditolak masyarakat perlu
ditahan dan ditekan serta mengontrol emosi
dengan baik.
2. Siswa
Peserta didik, agar bisa mengetahui
tingkat pemahaman
peserta didik yang
mengalami perubahan pada diri remaja.
Berdasarkan hasil penelitian ini pendidik
diharapkan dapat memberikan pola pikir,
keterampilan dan perilaku siswa yang masih
kurang memperhatikan dan kosentrasi di
dalam
pembelajaran
berlangsung.
Kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran merupakan suatu obyek yang
sering menjadi pusat perhatian baik bagi
guru maupun orang tua.
3. Kepala Sekolah
Kepala sekolah dan bersama personil
lainnya diharapkan dapat lebih meningkatkan
perhatian kepada siswa terutama pada siswa
yang sering melakukan pelanggaran seperti
tindakan kekerasan di sekolah, berkelahi,
merusak fasilitas umum di sekolah. Sekolah
diharapkan bersikap tegas atas permasalahan
yang terjadi selain itu. pihak sekolah juga
diharapkan mampu menjalin hubungan
berkomunikasi yang baik dengan keluarga
siswa sehingga permasalahan yang dialami
oleh siswa dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti merekomendasikan kepada
peneliti selanjutnya untuk meneliti jenis
emosi lain yang belum diteliti terhadap
kemampuan
siswa
dalam
menerima
pelajaran.
KEPUSTAKAAN
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Koswara, Deni, Halimah. 2008. Seluk-Beluk
Profesi Guru. Bandung: PT Pribumi
Mekar.
Muhidin, Ali. Sambas. 2009. Analisis Korelasi,
Regresi dan Jalur dalam Penelitian.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Munir, Abdullah. 2010. Spritual Teaching.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Prayitno. 2009. Wawasan Profesional Konseling.
Padang: Universitas Negeri Padang.
Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk
Guru Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Bumi Aksara.
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar
dan Mikriticin. Jakarta: Quantum Teaching.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Elgesindo.
Syah,
Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Wahab, Azis Abdul. 2008. Metode dan Modelmodel Mengajar Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.
Yusuf, A Muri. 2005. Statistik Pendidikan.
Padang: UNP. Press.
.
Download