9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Sebelum

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Akuntansi
Sebelum membahas lebih lanjut tentang akuntansi pertanggungjawaban,
maka ada beberapa pengertian yang perlu diketahui, salah satunya adalah
pengertian akuntansi. Menurut Haryono Jusup (2003 : 4) jika ditinjau dari sudut
pandang pemakai akuntansi adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sedangkan bila ditinjau dari sudut pandang
proses kegiatan akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,
pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Menurut Henry
Simamora (2000 : 4) akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pencatatan dan
pengkomunikasian kejadian-kejadian ekonomi suatu organisasi kepada para
pemakai informasi yang berkepentingan. Sedangkan menurut Skousen (2001 : 6)
akuntansi adalah suatu sistem untuk menyediakan informasi keuangan kuantitatif
tentang entitas ekonomi yang digunakan untuk membuat keputusan ekonomi yang
sehat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa akuntansi
adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan data
keuangan perusahaan untuk menghasilkan informasi ekonomi oleh pihak-pihak
yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
9
2.2
Akuntansi Manajemen
2.2.1
Pengertian akuntansi manajemen
Dalam menjalankan aktivitasnya perusahaan memerlukan informasi yang
berguna bagi kelangsungan hidup perusahaan. Informasi tersebut dapat membantu
manajemen dalam kegiatan perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan. Untuk pertanggungjawaban, manajemen perusahaan harus mengelola
sumber daya dikuasai dengan sebaik mungkin. Pihak-pihak tersebut dapat
mengetahui aktivitas perusahaan. Akuntansi merupakan suatu sistem informasi
keuangan, hal ini disebabkan karena akuntansi tidak hanya menghasilkan laporan
bagi pihak luar perusahaan, tetapi akuntansi juga dapat digunakan sebagai
informasi keuangan yang dapat membantu perusahaan dalam perencanaan dan
pengendalian.
Akuntansi manajemen berkaitan erat dengan masalah penyajian informasi
yang diperlukan oleh suatu organisasi. Akuntansi manajemen adalah akuntansi
yang menyajikan informasi keuangan untuk pihak internal perusahaan. Menurut
Supriyono (2000 : 2) akuntansi manajemen adalah proses organisasi yang
bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para manajer untuk merencanakan,
pengimplementasian dan pengendalian aktivitas-aktivitas organisasi. Menurut
Henry Simamora (2002 : 1) bahwa akuntansi manajemen merupakan cabang
akuntansi yang memasok informasi yang dibutuhkan oleh para manajer guna
menentukan bagaimana sumber-sumber daya diperoleh dan diinginkan dalam
setiap jenis bisnis, baik berskala kecil maupun skala besar.
Akuntansi manajemen dapat dipandang sebagai salah satu tipe akuntansi
dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi (Mulyadi, 2001 :1).
10
Sebagai tipe akuntansi, akuntansi manajemen merupakan suatu proses untuk
mengolah informasi keuangan untuk memenuhi keperluan para manajer dalam
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi. Sedangkan sebagai tipe
informasi, merupakan suatu fakta, data, pengamatan, dan persepsi yang
menambah pengetahuan.
2.2.2
Tipe informasi akuntansi manajemen
Menurut Mulyadi (2001 : 15) informasi akuntansi manajemen dapat
dihubungkan dengan tiga hal yaitu :
1) Dihubungkan dengan obyek informasi, maka manajemen membutuhkan
informasi akuntansi biaya penuh (full accounting information). Informasi
akuntansi penuh berisi informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk
penyusunan program, penentuan harga jual normal, penentuan harga transfer
dan penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah.
2) Dihubungkan dengan masalah pemilihan alternatif, maka manajemen
perusahaan
memerlukan
informasi
akuntansi
differensial
(differential
accounting). Informasi ini membandingkan dua alternatif, manajemen akan
memilih alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia.
3) Dihubungkan dengan wewenang manajer dalam mengelola pusat-pusat
pertanggungjawabannya diperlukan informasi akuntansi pertanggungjawaban
(responsibility accounting) merupakan informasi yang penting dalam proses
pengendalian manajemen karena informasi menekankan hubungan antara
informasi keuangan dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap
perencanaan dan pelaksanaannya.
11
2.3
Akuntansi Pertanggungjawaban
2.3.1
Pengertian akuntansi pertanggungjawaban
Bertanggungjawab merupakan suatu sikap hati-hati bawahan dalam
menggunakan wewenang yang dilimpahkan atasan dengan cara melaksanakan
tugas tersebut sebaik-baiknya untuk mencapai prestasi. Pada saat perusahaan
bertumbuh, manajemen puncak biasanya menciptakan berbagai wilayah
tanggungjawab,
yang
dikenal
sebagai
pusat
pertanggungjawaban,
dan
menugaskan manajer dibawahnya untuk menangani wilayah tersebut.
Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan segmen
bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan
tertentu. Sementara itu informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan
sebuah sistem yang mengukur hasil setiap pusat pertanggungjawaban dan
membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau
dianggarkan
(Hansen
dan Mowen, 2001 :
818). Informasi
akuntansi
pertanggungjawaban bermanfaat untuk proses penyusunan anggaran, penilaian
kinerja manajer dan pemotivasian manajer untuk menghasilkan kinerja yang lebih
baik dimasa yang akan datang.
Ada beberapa definisi yang dapat memperjelas tentang pengertian
akuntansi pertanggungjawaban yang dikemukakan oleh para ahli akuntansi.
Berikut ini beberapa definisi yang dapat memperjelas pengertian akuntansi
pertanggungjawaban. Henry Simamora (2002 : 253), memberi batasan tentang
akuntansi
pertanggungjawaban
(responsibility
accounting)
adalah
bentuk
akuntansi khusus yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja keuangan segmen
bisnis. Pada intinya akuntansi pertanggungjawaban mensyaratkan setiap manajer
12
untuk berpartisipasi dalam penyusunan rencana finansial segmennya dan
menyediakan laporan kinerja tepat waktunya yang membandingkan hasil akhirnya
dengan direncanakan.
Niswonger dkk (2000 : 353) menjelaskan akuntansi pertanggungjawaban
adalah
proses
pengukuran
dan
pelaporan
data
operasi
oleh
pusat
pertanggungjawaban. Laporan kinerja harus disesuaikan dengan konsep akuntansi
pertanggungjawaban. Fokus akuntansi pertanggungjawaban untuk menyelesaikan
kegiatan agar mencapai tujuan tersebut. Laporan kinerja dapat disusun untuk
melaporkan kinerja unit organisasi/kinerja manajer unit organisasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan pengertian tentang
akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang menetapkan adanya
pusat pertanggungjawaban, adanya sistem pelaporan setiap rencana dan realisasi
untuk mengevaluasi dan memberikan motivasi untuk kepentingan organisasi dan
adanya
struktur
organisasi
merupakan
sistem
hubungan
antara
posisi
kepemimpinan yang ada di dalam organisasi, dimana struktur organisasi
merupakan gambaran garis kewenangan dari atasan kepada bawahan dan garis
pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan.
2.3.2
Manfaat informasi akuntansi pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (2001 : 174) informasi akuntansi pertanggungjawaban
yang berupa informasi masa datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran.
Sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa
lalu bermanfaat sebagai :
1) Penilaian kinerja terhadap manajer suatu pusat pertanggungjawaban.
2) Pemotivasian manajer
13
Dalam aktivitas-based responbility accounting system, informasi akuntansi
manajemen terutama biaya, dihubungkan dengan aktivitas-penambahan dan bukan
penambahan nilai. Informasi akuntansi pertanggungjawaban ini bermanfaat bagi
manajemen untuk :
1) Mengelola aktivitas, dengan cara mengarahkan usaha manajemen dalam
mengurangi dan akhirnya menghilangkan biaya bukan penambahan nilai (non
value-added costs).
2) Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas.
2.4
Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban muncul untuk mewujudkan satu atau lebih
tujuan yang disebut objektive (tujuan jangka pendek). Perusahaan secara
keseluruhan secara keseluruhan memiliki goal (tujuan jangka panjang). Menurut
Anthony dan Vijai Govindarajan (2002 : 112) setiap organisasi merupakan
sekumpulan pusat pertanggungjawaban, jika setiap pusat pertanggungjawaban
telah memenuhi objektive, maka goal organisasi tersebut juga telah tercapai. Pusat
pertanggungjawaban merupakan salah satu elemen dari struktur sistem
pengendalian manajemen, oleh karena itu struktur sistem pengendalian
manajemen dapat berjalan baik maka pusat pertanggungjawaban harus diciptakan
sesuai dengan kebutuhan informasi. Abdul Halim (2000 : 68) mengemukakan
pusat pertanggungjawaban (responsibility center) adalah sebuah unit organisasi
yang dipimpin oleh manajer yang bertangungjawab. Dimana sebuah perusahaan
terdiri dari beberapa pusat pertanggungjawaban yang masing-masing ditunjukan
dalam satu kotak dalam bagan organisasi.
14
Menurut Mulyadi (2001 : 425) pusat pertanggungjawaban dikelompokan
dalam empat kategori, masing-masing mewakili terjadinya pendapatan dan biaya
dan luasnya pengawasan (pengendalian) manajemen yang bersangkutan. Pusat
pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat macam yang terdiri dari pusat
pendapatan, pusat biaya, pusat laba dan pusat investasi.
1) Pusat Pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi
wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban
tersebut. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan yang
diperoleh pusat pertanggungjawaban dan tidak dimintai pertanggungjawaban
mengenai masukannya, karena ia tidak dapat mempengaruhi pemakaian
masukan tersebut.
2) Pusat Biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang kinerja manajernya diukur
atas dasar biayanya (nilai masukannya). Dalam pusat biaya, keluarannya tidak
perlu diukur dalam wujud pendapatan. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak dapat bertanggungjawab atas
keluaran pusat biaya tersebut.
Berdasarkan
karakteristik
hubungan
antara
masukan
dengan
keluarannya, maka pusat biaya dibagi menjadi 2 macam :
(1) Pusat
Biaya
Teknik
(engineered
expense
center)
adalah
pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai
hubungan yang nyata dan erat dengan keluarannya. Maka dapat dihitung
rasio antara masukan dan keluaran, yang merupakan ukuran efisiensi pusat
biaya teknik.
15
(2) Pusat Biaya Kebijakan (disrretionery expense center) adalah pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai
hubungan dengan keluarannya.
3) Pusat Laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi
wewenang
untuk
mengendalikan
pendapatan
dan
biaya
pusat
pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat laba diukur kinerjanya dari
selisih antara pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut dan menurut Abdul Halim, dkk (2000 : 103) pengukuran
kinerja pusat laba juga dapat menggunakan contribution margin.
Robet N. Anthony dan Vijai Govindaraja (2002 : 169) menjadikan
unit-unit organisasi sebagai pusat-pusat laba memberikan manfaat sebagai
berikut :
(1) Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh
para manajer yang paling dekat dengan titik keputusan.
(2) Kecepatan dari keputusan-keputusan operasional dapat meningkat karena
mereka tidak perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.
(3) Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian
sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas.
(4) Karena pusat laba mirip dengan perusahaan yang independen, mereka
memberikan dasar penilaian yang sempurna bagi manajemen umum.
(5) Kesadaran laba (profit consciousness) dapat ditingkatkan karena para
manajer yang bertanggungjawab atas laba akan selalu mencari cara untuk
meningkatkan labanya.
16
(6) Pusat laba memberikan informasi yang siap dipakai bagi manajemen
tingkat atas (top management) mengenai profabilitas dari komponenkomponen individual perusahaan.
Selain manfaat yang diperoleh di atas, pusat-pusat laba dapat
menimbulkan beberapa masalah yaitu hilangnya pengendalian akibat
pengambilan keputusan terdesentralisasi yang memaksa top management
untuk lebih menghandalkan laporan pengendalian manajemen dari pada
wawasan pribadi atas suatu operasi, jika manajemen kantor pusat lebih mampu
dan memiliki informasi lebih baik dari pada manajer pusat laba pada
umumnya, kualitas keputusan yang diambil pada tingkat unit akan berkurang,
unit-unit organisasi yang pernah bekerjasama sebagai unit fungsional akan
saling berkompetisi satu sama lain dan adanya kemungkinan akan banyaknya
tekanan atas profitabilitas jangka pendek dengan biaya untuk profitabilitas
jangka pendek.
4) Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur
kinerjanya
dengan
menghubungkan
laba
yang
diperoleh
pusat
pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Manajer
pusat investasi memiliki tanggungjawab dan wewenang yang lebih besar
daripada pusat laba dan pusat biaya. Menurut Mulyadi (2001 : 439) ukuran
prestasi pusat investasi dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang
digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Ukuran kinerja ini disebut dengan
kembalian investasi (return on investment) disingkat ROI dan residual income
(RI) atau produktivitas yang merupakan ratio antara keluaran dan masukan.
17
2.5
Syarat-Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Beberapa syarat untuk penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban
yang baik menurut Mulyadi (2001 : 348) yaitu :
1) Struktur organisasi menetapkan secara tegas tanggungjawab dan wewenang
tiap tingkatan manajemen.
2) Anggaran yang disusun untuk tiap tingkat manajemen.
3) Penggolongan aktiva, pendapatan dan biaya sesuai dengan dapat atau tidaknya
dikendalikan oleh tingkatan manajemen tersebut.
4) Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggungjawab.
5) Sistem akuntansi yang disesuaikan dengan struktur organisasi.
Menurut Mas,ud (2001 : 280) agar sistem akuntansi pertanggungjawaban
bisa berjalan dengan baik, maka beberapa syarat harus dipenuhi antara lain :
1) Perusahaan sudah menyusun struktur organisasi yang formal untuk menilai
tiap pusat pertanggungjawaban (responsibility center) dan menentukan
pertanggungjawaban dari pusat pertanggungjawaban.
2) Perusahaan sudah menggunakan budget sebagai alat pengukuran pelaksanaan.
3) Biaya bisa dipisahkan antara yang bisa dikendalikan (controllable) dan tidak
bisa dikendalikan (uncontrollable) oleh pusat pertanggungjawaban.
Sedangkan menurut Supriyono (2001 : 374) mengemukakan bahwa
akuntansi pertanggungjawabana dapat diterapkan dengan baik jika terdapat syaratsyarat sebagai berikut :
1) Luas wewenang dan tanggungjawab pembuat keputusan harus ditentukan
dengan baik melalui struktur organisasi.
18
2) Manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan
tujuan yang digunakan dalam mengukur prestasinya.
3) Manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan
yang ditentukan untuknya dan untuk pertanggungjawabannya.
4) Manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggungjawab atas kegiatan
pusat pertanggungjawaban yang dapat dikendalikannya.
5) Hanya biaya, pendapatan, laba, dan investasi yang terkendalikan oleh manajer
pusat
pertanggungjawaban
yang
harus
dimasukan
kedalam
laporan
prestasinya.
6) Laporan prestasi dan umpan balik untuk manajer pusat pertanggungjawaban
harus disajikan tepat waktu.
7) Laporan prestasi harus menyajikan secara jelas selisih yang terjadi, tindakan
koreksi, dan tindak lanjutnya sehingga memungkinkan diterapkan prinsip
pengecualian.
8) Harus ditentukan dengan jelas peranan prestasi manajemen terhadap struktur
balas jasa atau perangsang dalam perusahaan.
9) Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu prestasi
kerja pusat pertanggungjawaban, yaitu prestasi keuangan. Selain prestasi
keuangan, seorang manajer dapat dinilai prestasinya atas dasar tingkat
kepuasan karyawan, moral dan sebagainya.
Berdasarkan
pendapat
para
ahli
diatas,
maka
akuntansi
pertanggungjawaban dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif apabila
memenuhi beberapa persyaratan penerapan, yaitu :
19
1) Struktur organisasi
yang memisahkan secara tegas
wewenang dan
tanggungjawab setiap manajemen.
2) Adanya anggaran yang disusun disetiap tingkat manajemen.
3) Adanya pemisahan antara biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak
dapat dikendalikan pada masing-masing tingkat manajemen.
4) Sistem pelaporan biaya pada manajer yang bertanggungjawab.
2.6
Struktur Organisasi
Akuntansi
organisasi
dapat
pertanggungjawaban
menganggap
meningkat
cara
dengan
bahwa
menciptakan
pengendalian
jaringan
pusat
pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal perusahaan.
Organisasi merupakan salah satu faktor atau syarat untuk dapat menentukan
apakah sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan atau tidak pada
perusahaan. Struktur organisasi merupakan langkah awal dari akuntansi
pertanggungjawaban. Mulyadi (2001 : 183) struktur organisasi mencerminkan
pembagian dan hirarki wewenang dalam perusahaan. Melalui struktur organisasi,
manajemen melaksanakan pendelegasian wewenang untuk melaksanakan tugas
khusus kepada manajemen yang lebih bawah agar dapat mencapai pembagian
pekerjaan yang bermanfaat.
Sedangkan Hani Handoko (2001 : 169), dalam kaitannya dengan struktur
organisasi mengatakan bahwa struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai
mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur
organisasi menunjukkan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas, wewenang, dan
tanggungjawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
20
Dari pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa struktur
organisasi mencerminkan pembagian dan hirarki wewenang dalam perusahaan.
Melalui struktur organisasi, manajemen melaksanakan tugas khusus kepada
manajemen yang lebih bawah, agar dapat dicapai pembagian pekerjaan yang
bermanfaat. Jadi penting bahwa struktur organisasi berpengaruh pada sistem
akuntansi pertanggungjawaban yang pada suatu organisasi.
2.7
Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana yang dinyatakan secara kuantitatif,
umumnya dalam bentuk uang, untuk jangka waktu tertentu. Periode anggaran
umumnya satu tahun dengan nama anggaran tahunan (annual budget). Anggaran
memuat tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan,
penyusunannya dibuat untuk setiap pusat pertanggungjawaban yang ada di dalam
perusahaan. Anggaran sangat penting bagi setiap organisasi karena disamping
merupakan pedoman pelaksanaan, juga merupakan alat pengendalian yang efektif
sehingga bila terjadi penyimpangan dari rencana yang telah digariskan dapat
segera diketahui siapa penanggungjawab dan segera dilakukan tindakan koreksi.
R. A. Supriyono (2000 : 340), memberikan pengertian bahwa anggaran adalah
suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif
untuk menunjukan bagaimana sumber-sumber akan diperoleh dan digunakan
selama jangka waktu tertentu, umumnya selama satu tahun.
Menurut R. A. Supriyono (2000 : 87) ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dengan adanya anggaran yaitu :
1) Membantu membuat dan mengkoordinasikan rencana jangka pendek.
21
2) Alat untuk mengkomunikasikan rencana kepada berbagai manajer pusat
pertanggungjawaban.
3) Memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan dan sasaran pusat
pertanggungjawaban yang dipimpin.
4) Alat ukur dalam pengendalian kegiatan yang sedang berjalan.
5) Dasar
penilaian
prestasi
pusat-pusat
pertanggungjawaban
dan
para
manajernya.
6) Alat pendidikan manajer.
Menurut Mulyadi (2001 : 490), suatu anggaran memiliki karakteristik
yaitu :
1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti bahwa
para manajer setuju untuk menerima tanggungjawab untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan dalam anggaran.
4) Usaha anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi
dari penyusunan anggaran.
5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Dalam proses pengendalian anggaran dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Penyiapan rencana harus konsisten dengan visi, misi dan tujuan perusahaan.
22
2) Peninjauan kembali, diskusi dan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana
perlu dilakukan dan disesuaikan dengan kebutuhan agar rencana tercapai.
3) Mengkomunikasikan rencana setiap pusat pertanggungjawaban dalam
perusahaan.
4) Melakukan perbandingan antara hasil-hasil yang direncanakan dengan kinerja
sesungguhnya.
5) Menganalisis dan menjelaskan terhadap penyimpangan-penyimpangan dari
rencana yang diterapkan.
6) Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang merugikan antara
kinerja yang direncanakan dengan kinerja yang sesungguhnya.
Hasil terbaik akan dicapai bila dalam organisasi dapat mempertemukan
kebutuhan akan aktualisasi (self actualization) dan pengakuan atas pribadi (self
esteem) para anggota organisasi, dengan kebutuhan organisasi dengan
memberikan tugas yang lebih menantang (challenging) dan memberikan tanggung
jawab yang lebih besar. Pendekatan untuk mempertemukan tujuan organisasi
perusahaan dengan tujuan anggota organisasi adalah menerapkan teknik
manajemen partisipatif (participatif management techniques). Penganggaran
partisipasi ini sangat efektif dalam organisasi bisnis sangat direkomendasikan
sebagai metode untuk meningkatkan keefektifan akuntansi pertanggungjawaban.
2.8
Penggolongan Aktiva, Pendapatan dan Biaya Terkendali
Wewenang yang dimiliki seorang manajer menjadikannya dalam posisi
yang dapat mengendalikan sesuatu yang berada dibawah wewenangnya. Menurut
Mulyadi (2001 : 167) dalam hubungannya dengan wewenang manajer tertentu,
aktiva, pendapatan dan biaya yang dapat dikelompokan menjadi dua golongan
23
yaitu : (1) aktiva, pendapatan dan biaya terkendali; (2) aktiva, pendapatan dan
biaya tak terkendalikan oleh manajer.
1) Aktiva Terkendali
Aktiva terkendali bagi seseorang manajer pusat pertanggungjawaban
adalah aktiva yang perolehan dan penggunaanya berada di bawah wewenang
manajer pusat pertanggungjawaban tersebut, atau aktiva yang penggunaannya
berada didalam wewenang manajer pusat pertanggungjawaban tersebut. Jika
manajer pusat pertanggungjawaban tersebut mempunyai wewenang untuk
secara signifikan menggunakannya, aktiva tersebut dalam golongan aktiva
terkendali bagi manajer tersebut.
2) Pendapatan Terkendalikan
Pertanggungjawaban
pendapatan
yang
diperoleh
suatu
pusat
pertanggungjawaban tidak sulit pelaksanaannya, karena pendapatan mudah
diidentifikasikan
dengan
manajer
memperolehnya.
Dapat
diperoleh
pertanggungjawaban
sangat
yang
atau
tergantung
bertanggungjawab
tidaknya
atas
untuk
oleh
pusat
kemampuan
pusat
pertanggungjawaban yang bersangkutan.
3) Biaya Terkendalikan
Terjadinya biaya dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak selalu
sebagai
akibat
dari
keputusan
yang
diambil
oleh
manajer
pusat
pertanggungjawaban yang bersangkutan. Karena tidak semua biaya yang
terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh
manajer bersangkutan, maka di dalam pengumpulan dan pelaporan biaya
setiap pusat pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya-biaya yang
24
terkendali
dengan
terkendalikan
yang
tidak
yang disajikan
terkendali.
dalam
Hanya
laporan
biaya-biaya
biaya
dan
yang
dimintakan
pertanggungjawabannya.
Untuk memisahkan biaya ke dalam biaya terkendalikan dan tidak
terkendalikan pada kenyataannya seringkali ditemui kesulitan. Hanya sedikit
biaya yang terjadinya menjadi tanggung jawab seseorang. Pedoman untuk
menetapkan suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab seorang
manajer pusat pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
(1) jika seseorang manajer memiliki wewenang baik dalam perolehan maupun
penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut. Seorang
manajer jelas dapat mempengaruhi jumlah suatu biaya jika memiliki
wewenang dalam memperoleh dan menggunakan jasa.
(2) Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya
tertentu melalui tindakan sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.
Seorang
manajer
mungkin
tidak
mempunyai
wewenang
dalam
memutuskan perolehan barang dan jasa, baik harga maupun jumlahnya,
namun dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah pemakaiannya.
2.9
Merubah Biaya Tidak Terkendalikan Menjadi Biaya Terkendalikan
Biaya tidak terkendalikan dapat diubah menjadi biaya terkendalikan
melalui dua cara yang saling berkaitan yaitu : (1) dengan mengubah dasar
pembebanan dari alokasi ke pembebanan langsung. Biaya yang dialokasikan
kepada suatu pusat pertanggungjawaban dengan dasar yang sembarang, tidak
dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada manajer pusat pertanggungjawaban
yang bersangkutan, sehingga biaya tersebut merupakan biaya tidak terkendalikan
25
bagi manajer tersebut. Untuk mengubah menjadi biaya terkendalikan, biaya
tersebut harus diubah sedemikian rupa kepada pusat pertanggunjawaban tertentu,
sehingga biaya tersebut dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat
pertanggungjawaban bersangkutan; (2) dengan mengubah letak tanggungjawab
pengambilan keputusan. Melalui pendelegasian wewenang untuk pengambilan
keputusan dari manajer puncak kepada manajer pusat pertanggungjawaban yang
bersangkutan. Dengan demikian manajer pusat pertanggungjawaban yang
sebelumnya tidak mempunyai wewenang untuk mempengaruhi biaya tertentu,
dengan diterimanya wewenang dari manajemen puncak akan dalam posisi dapat
mempengaruhi biaya tersebut secara signifikan. Dalam sistem akuntansi
pertanggungjawaban, semua biaya yang terkendalikan oleh manajer tingkat bawah
dipandang juga terkendali oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang
membawahinya.
2.10
Pengertian Pengendalian
Hansen and Women dalam Halim (2000 : 4) mendefinisikan pengendalian
sebagai proses penetapan standar, dengan menerima umpan balik berupa kinerja
sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja yang
sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya. Menurut Robert N. Anthony, Vijay Govindarajan (2005 : 8)
mengemukakan bahwa pengendalian manajemen merupakan proses dengan mana
para
manajer
mempengaruhi
anggota
organisasi
lainnya
untuk
mengimplementasikan strategi organisasi.
Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa pengendalian merupakan
salah satu fungsi manajemen yang sangat penting disamping perencanaan,
26
pengorganisasian, dan pengkoordinasian. Pengendalian yang dilakukan oleh
perusahaan ditujukan untuk memastikan bahwa anggota organisasi akan
melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Pengendalian meliputi tindakan untuk
memotivasi, usaha serta mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam suatu
perusahaan atau organisasi.
2.11
Pengertian Biaya
Menurut Supriyono (2001 : 16), biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan
akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Sedangkan menurut Mulyadi (2005 :
8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan
sumber daya atau pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan
yang berupa jasa maupun barang. Untuk itu biaya sangat mempengaruhi
perusahaan dalam mencapai keuntungan.
2.12
Biaya Terkendalikan dan Biaya Tak Terkendalikan
Menurut Henry Simamora (2002 : 45) suatu biaya dianggap sebagai biaya
terkendalikan (controllabel cost) pada jenjang manajemen tertentu manakala
lapisan manajemen tersebut mempunyai kekuasaan untuk mengotorisasi biaya.
Karena setiap biaya mesti diotorisasi oleh manajer yang bertanggungjawab, maka
semua biaya adalah terkendalikan pada suatu saat, pada jenjang organisasi
tertentu. Dua karakteristik penting dari kontrolabilitas (controlability) adalah
jenjang organisasi dan jangka waktu. Semua biaya adalah terkendalikan pada
27
suatu jenjang manajemen tertentu. Setiap biaya di dalam sebuah organisasi adalah
terkendalikan oleh seorang manajer di dalam organisasi tersebut.
Memisahkan biaya kedalam biaya terkendalikan dan tak terkendalikan
pada kenyataannya seringkali menemui kesulitan. Menurut Mulyadi (2001 : 168)
pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai
tanggungjawab seorang manajer pusat pertanggungjawaban adalah sebagai berikut
1) Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam perolehan maupun
penggunaan jasa, ia harus berani dengan biaya tersebut.
2) Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya
tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.
3) Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi
jumlah biaya melalui tindakan langsungnya sendiri, ia dapat juga dibebani
biaya tersebut, jika manajemen puncak menghendaki agar ia menaruh
perhatian sehingga dapat membantu manajer lain yang bertanggungjawab
untuk memperoleh biaya tersebut.
Seseorang jelas dapat mempengaruhi jumlah suatu biaya jika ia memiliki
wewenang dalam memperoleh dan menggunakan jasa. Dilain pihak, seseorang
mungkin tidak mempunyai wewenang dalam memutuskan perolehan barang dan
jasa, baik harga maupun jumlahnya tetapi dapat signifikan mempengaruhi jumlah
pemakaiannya, maka ia dapat dibebani tanggung jawab pemakaian barang atau
jasa tersebut. Seseorang yang tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah
biaya tertentu melalui tindakannya secara langsung, ia dapat juga dibebani biaya
tersebut jika manajemen menghendakinya. Jadi jika terdapat pengklasifikasian
biaya terkendali dan biaya tidak terkendali dalam akuntansi pertanggungjawaban
28
hal ini berarti pengklasifikasian biaya yang dapat dikendalikan oleh seseorang dan
biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh orang lain.
2.13
Biaya Operasional
Tujuan utama perusahaan merupakan untuk mencapai target laba dengan
menggunakan sumber-sumber ekonomi yang dimilikinya. Maka dari itu biaya
operasional
perusahaan
dapat
membantu
perusahaan
dalam
melakukan
kegiatannya. Skousen (2001 : 6) menyatakan bahwa biaya operasi adalah biaya
yang dikeluarkan dari kegiatan sebagai bagian sehari-hari suatu perusahaan. Arus
kas keluar utama dari operasi termasuk pembayaran pembelian persediaan dan
upah, pajak, bunga, utilities, sewa dan biaya-biaya sejenis. Sedangkan menurut
Hansen and Women (2001 : 44) biaya operasional adalah biaya aktivitas yang
beroperasi dalam rantai nilai dan pembebanan biaya aktivitas keproduk. Dari
definisi di atas dapat dinyatakan bahwa biaya operasional adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan, baik
biaya penjualan maupun biaya administrasi. Biaya operasional ini dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :
1) Biaya penjualan, seperti gaji bagian penjualan, PPh karyawan bagian
penjualan, komisi, advertensi, promosi dan sebagainya.
2) Biaya administrasi dan umum, antara lain gaji pimpinan dan karyawan
administrasi, telepon, listrik dan air, pemakai alat tulis kantor, penyusutan
gedung dan peralatan kantor. Biaya administrasi dan umum ini memmiliki
ciri-ciri khusus, antara lain : tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan jasa
yang dihasilkan, tidak memberikan manfaat pada masa yang akan datang, dan
diakui sebagai biaya pada periode terjadinya.
29
2.14
Hubungan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Pengendalian
Biaya Operasional
Suatu pengendalian harus berdasarkan atas rencana dan pengendalian yang
efektif hanya dapat dilaksanakan apabila rencana itu telah lengkap dan terpadu.
Dengan adanya rencana, maka seorang manajer akan dapat mengarahkan kegiatan
pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya agar sesuai dengan tujuan yang
telah digariskan oleh perusahaan. Setelah rencana tersusun, maka barulah manajer
dapat mengendalikan jalannya perusahaan dengan berpedoman pada rencana
tersebut. Untuk lebih menegaskan arti pentingnya pengendalian manajemen,
berikut pendapat Abdul Halim (2000 : 15) tentang proses pengendalian
manajemen.
Suatu proses pengendalian manajemen terutama berkaitan dengan
perilaku. Proses ini melibatkan interaksi antar manajer dan manajer dengan
bawahannya. Manajer tersebut berbeda dalam hal kemampuan teknis, gaya
kepemimpinan, kemapuan interpersonal, pengalaman, pendekatan yang dilakukan
dalam pembuatan suatu keputusan, sikap mereka ke arah kesatuan, dan lain-lain.
Proses pengendalian manajemen formal meliputi kegiatan-kegiatan : (1)
perencanaan strategi, (2) penyusunan anggaran, (3) pelaksanaan, dan (4) evaluasi.
Secara ringkas masing-masing kegiatan diuraikan di bawah ini.
1) Perencanaan Strategi (pemerograman) adalah proses memutuskan programprogram utama yang akan dilakukan suatu organisasi dalam rangka
implementasi strategi dan menaksir jumlah sumberdaya yang akan
dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang beberapa tahun yang
akan datang. Keluaran dari proses perencanaan strategi berbentuk dokumen
30
yang dinamakan strategic plan atau sering juga disebut program. Informasi
tentang program meliputi beberapa tahun yang akan datang, biasanya meliputi
tiga atau lima tahun. Dalam perusahaan yang berorientasi laba, setiap produk
utama atau lini produk disebut sebagai program. Sedangkan dalam organisasi
nirlaba, bentuk utama jasa organisasi yang ditawarkan merupakan suatu
program.
2) Penyusunan Anggaran adalah proses pengoperasionalan rencana dalam bentuk
pengkuantifikasian, biasanya dalam unit moneter untuk kurun waktu tertentu.
Hasil dari penyusunan anggaran adalah anggaran. Anggaran merupakan
rencana yang diungkapkan secara kuantitatif, biasanya dalam unit moneter,
meliputi periode waktu tertentu yang biasanya satu tahun. Program atau
stategicplan yang telah disetujui pada tahap sebelumnya, merupakan titik awal
dalam mempersiapkan anggaran. Anggaran menunjukan jabaran dari program
dengan
menggunakan
informasi
terkini.
Dalam
anggaran,
program
dihubungkan terhadap pusat pertanggungjawaban, bukannya program secara
individual. Anggaran menggambarkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
setiap manajer yang bertanggungjawab terhadap sebuah program atau bagian
dari program. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan suatu
proses negosiasi antara manajer pusat pertanggungjawaban dan atasannya.
Hasil akhir proses negosiasi adalah persetujuan tentang perkiraan biaya yang
akan terjadi selama satu tahun (untuk pusat biaya), atau anggaran laba atau
ROI yang disyaratkan (untuk pusat laba atau pusat investasi).
3) Pelaksanaan, selama tahun anggaran manajer melakukan program atau bagian
dari program yang menjadi tanggungjawabnya. Laporan yang dibuat
31
hendaknya menunjukan dapat menyediakan informasi tentang program dan
pusat pertanggungjawaban. Laporan pusat pertanggungjawaban juga harus
menunjukan informasi tentang anggaran dan realisasinya baik itu informasi
untuk mengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, informasi internal
maupun informasi eksternal.
4) Evaluasi Kinerja, kegiatan terakhir dari proses pengendalian manajemen
adalah menilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. Prestasi kerja pada
intinya bisa dilihat dari efisien dan efektif tidaknya suatu pusat
pertanggungjawaban menjalankan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi anggaran
dengan anggaran yang telah diterapkan sebelumnya.
2.15
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Jaimito Dorego (2003) tentang
Analisis Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Pengendalian Biaya Produksi
Pada UD. Garment Meranggi Jati Gianyar menyatakan bahwa akuntansi
pertanggungjawaban yang berperan sebagai alat pengendalian biaya produksi
belum sepenuhnya dilaksanakan pada UD. Garment Meranggi Jati, hal ini dapat
ditinjau dari penetapan anggaran yang belum melibatkan semua bagian yang ada
dalam struktur organisasi, perusahaan juga belum memisahkan biaya yang dapat
dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan untuk setiap pusat
pertanggungjawaban. Laporan biaya belum mencerminkan seluruh tingkat
pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi dan perbedaan antara anggaran
dengan realisasi biaya tidak dianalisis lebih lanjut hal ini. Pihak manajemen
32
mengalami kesulitan untuk mencari tahu penyebab terjadinya selisih dan siapa
yang bertanggungjawab terhadap selisih tersebut.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Made Riyadi Mastika (2006) tentang
Analisis Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Pengendalian Biaya
Pada CV. Kecak Denpasar menyatakan bahwa CV. Kecak telah memiliki struktur
organisasi yang baik namun secara fungsional belum mencerminkan adanya arah
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Perusahaan telah memisahkan
antara biaya terkendalian dan biaya tidak terkendali. Pengklasifikasian kode
rekeningnya masih terdapat kekurangan karena belum disesuaikan dengan struktur
organisasinya dan dalam pelaporan realisasi biaya belum diterapkan sesuai dengan
prinsip-prinsip pertanggungjawaban. Manajemen puncak belum menggunakan
anggaran sebagai tolak ukur kinerja manajer. Informasi yang dihasilkan oleh
akuntansi pertanggungjawaban belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh manajemen
puncak dalam rangka pengendalian biaya.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Ni Made Utari Dewi (2003) tentang
Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Bantu Pengendalian Biaya Dalam
Mengukur Kinerja Pusat-Pusat Pertanggungjawaban Pada Rumah Sakit X di
Denpasar menyatakan bahwa selisih antara realisasi dan anggaran sangat besar
pada pusat pendapatan dan biaya dimana dianggarkan cukup besar dari pada
realisasinya dilihat dari Laporan Rugi Laba tahun 2000 dan 2001. Pada rasio
finansialnya GPM (Gross Profit Margin) naik sebesar 1,6%, NPM (Nett Profit
Margin) naik sebesar 6,7%, ROA naik sebesar 4,1%. Faktor Penyebab terjadi
selisih adalah faktor jumlah pasien dan kondisi ekonomi.
33
Penelitian lainnya dilakukan oleh Rai Jaya Kristiana (2006) tentang
Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Biaya Operasional
pada Yayasan Duta Bina Bhuana. Variabel-variabel yang digunakan adalah
akuntansi pertanggungjawaban, biaya operasional, dan pengendalian biaya
operasional. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif yang
bersifat deskriptif komparatif. Penelitian ini menyatakan bahwa pada yayasan ini
telah memiliki struktur organisasi yang baik, yayasan ini telah menerapkan proses
penyusunan anggaran dengan melibatkan semua bagian industri, namun yayasan
ini belum melakukan pemisahan antara biaya yang dapat dikendalikan dan biaya
yang tidak dapat dikendalikan.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Gede Wahyu Adipta (2001) tentang
Peranan Akuntansi Dalam Pengendalian Biaya dan Penilaian Prestasi Manajer
Pada PT. Birotika Semesta/DHL Denpasar. Dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa perusahaan belum mengikutsertakan partisipasi setiap
tingkatan manajemen dan masing-masing kepala bagian dalam menyusun
anggaran. Dalam penggolongan biaya perusahaan belum memisahkan antara biaya
terkendali dan biaya tidak terkendali. Dan juga dalam laporan biaya yang ada
belum menerapkan secara jelas tentang akuntansi pertanggungjawaban dari
masing-masing pusat pertanggungjawaban. Variabel yang digunakan adalah
anggaran, realisasi biaya dan selisih realisasi dengan anggaran.
2.15.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
Persamaan penelitian ini dan sebelumnya adalah :
1) Sama-sama membahas tentang akuntansi pertanggungjawaban pada suatu
perusahaan.
34
2) Sama-sama menggunakan teknik analisis data deskriptif komparatif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :
1) Lokasi penelitian, dimana lokasi penelitian ini dilakukan pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Buleleng, sedangkan penelitian
sebelumnya dilakukan pada UD. Garment Meranggi Jati Gianyar, CV. Kecak
Denpasar dan Rumah Sakit X di Denpasar.
2) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Buleleng tempat
penelitian ini merupakan perusahaan negara dimana segala aktivitasnya
dibiayai oleh negara, sedangkan UD. Garment Meranggi Jati Gianyar dan CV.
Kecak Denpasar merupakan perusahaan swasta.
3) Penelitian ini meneliti tentang akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat
pengendalian biaya operasional, sedangkan penelitian sebelumnya meneliti
tentang biaya produksi dan biaya dalam mengukur kinerja pusat-pusat
pertanggungjawaban.
35
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya
No
Penelitian
(Tahun)
Judul
Variabel
1
Jaimito
Analisis
Dorego
Pertanggungjawaban
(2003)
dalam Pengendalian -
Akuntansi -
Teknik Analisis
Akuntansi
Pertanggungjawab
an
Desktiptif komparatif
Pihak
dan
kuantitatif
mengalami kesulitan
Struktur
Organisasi
dengan
menghitung
untuk mencari tahu
Biaya Produksi Pada
UD.
Garment
Meranggi
Jati,
Gianyar.
Hasil
dan
-
Biaya Terkendali
-
Biaya
Terkendali
-
Anggaran
-
Pengendalian
Tidak
menganalisis
selisih
antara
anggaran
dan
realisasi
biaya
produksi.
manajemen
penyebab
terjadinya
selisih dan siapa yang
bertanggungjawab
terhadap
selisih
tersebut.
Biaya produksi
2
Made
Analisis
Penerapan
Riady
Akuntansi
Mastika
Pertanggungjawaban
-
(2006)
dalam Pengendalian
Biaya
Pada
-
-
-
3
Ni
Made
Utari Dewi
(2003)
Akuntansi
Analisis
struktur
organisasi,
analisis
rekening,
Sistem
Penyusunan
anggaran
analisis
sistem
pelaporan
biaya,
Sistem Pelaporan
Biaya Produksi
analisis
Penerapan
Akuntansi
Pertanggungjawa
ban.
- Pengendalian
Biaya
Pertanggungjawaban
Informasi
yang
dihasilkan
oleh
akuntansi
Kode Rekening
kode
CV.
Kecak Denpasar
Struktur
Organisasi
pertanggungjawaban
belum dimanfaatkan
sepenuhnya
oleh
manajemen
puncak
dalam
rangka
penyusunananggaran.
pengendalia biaya.
Kualitatif
dengan
Selisih antara realisasi
deskriptif komparatif
dan anggaran sangat
Sebagai Alat Bantu
- Selisih Anggaran
dan Realisasi
(pendekatan
besar
Pengendalian
- Kinerja
Profit Margin, Nett
pendapatan dan biaya,
dimana yang cukup
Biaya
Dalam
Mengukur
Profit
Kinerja
Pusat-Pusat
Return
Pertanggungjawaban
Gross
Margin,
On
Asset,
Return On Equity)
36
pada
dianggarakan
besar
dari
pusat
cukup
pada
Pada Rumah Sakit X
realisasinya
di Denpasar
dari
Laporan
dilihat
Laba
Rugi tahun 2000 dan
2001.
4
Rai
Jaya
Akuntansi
-
Kristiana
Pertanggungjawaban
Akuntansi
Pertanggungjawab
an
(2006)
Sebagai
Alat -
Biaya operasional
dengan
Biaya -
Pengendalian
biaya operasional
dan
Pengendalian
Operasional
5
pada
Teknik
analisis
Pihak
manajemen
desktiptif komparatif
yayasan
ini
melakukan pemisahan
menghitung
belum
menganalisis
antara
biaya
antara
dapat
dikendalikan
selisih
Yayasan Duta Bina
anggaran
Bhuana.
realisasi biaya.
dapat dikendalikan.
Anggaran
Desktiptif komparatif
Dalam penggolongan
biaya
perusahaan
menghitung
belum
memisahkan
menganalisis
antara
biaya
Gede
Peranan
Wahyu
Dalam Pengendalian -
Realisasi biaya
dan
Adipta
Biaya dan Penilaian -
dengan
(2001)
Prestasi
Manajer
Selisih
realisasi
dengan anggaran
Pada
Birotika
PT.
Akuntansi -
dan
dan
yang
kuantitatif
selisih
Semesta/DHL
anggaran
Denpasar
realisasi biaya
37
antara
dan
dan biaya yang tidak
terkendali dan biaya
tidak terkendali
Download