universitas sultan ageng tirtayasa

advertisement
Forcep Rio Indaryanto
JURUSAN PERIKANAN - FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Cacing
Protozoa
Parasit
Jamur/cendawan
Krustacea
Moluska
Virus
Hirudina
Bakteri
Penyakit
ikan
 Parasit
berasal dari kata Parasitos yang
berarti organisme yang mengambil makanan,
jadi parasit adalah organisme yang hidupnya
tergantung pada beberapa faktor metabolik
esensial dari organisme lain.
 Parasitisme adalah suatu persekutuan obligat
antara dua atau lebih organisme yang
berbeda spesies karena ketergantungan
faktor metabolik esensial dalam pertukaran
zat antar kedua belah pihak dimana salah
satu organisme mendapat keuntungan
sedangkan organisme lainnya menderita
kerugian yang bersifat sementara atau
selamanya (Noble dan Noble 1982).
Berdasarkan tempat penyebaran di tubuh
ikan, menurut Safar (2009) parasit terbagi
menjadi :


Ektoparasit : parasit yang hidup di
bagian luar tubuh ikan dan masih
mendapat oksigen dari luar, misal: di
kulit, sisik, insang, sirip
Endoparasit : parasit yang hidup di
bagian dalam tubuh ikan dan mendapat
oksigen dari jaringan tubuh ikan dan
sekitarnya, misal: di Usus, hati, mata,
dan lainnya
Inang adalah organisme yang merupakan habitat
untuk hidup, tumbuh dan berkembangbiak.
 Menurut Safar (2009) inang terdiri dari beberapa
macam, diantaranya adalah :







Inang definitif : inang akhir yang merupakan habitat
parasit dalam bentuk dewasa dan terjadi perkembangan
secara seksual
Inang obligat : inang tunggal, yaitu hanya satu spesies
yang menjadi satuan rumah dari parasit dewasa
Inang insidental : suatu spesies yang secara kebetulaan
mengandung parasit dewasa
Inang antara : suatu spesies yang merupakan habitat
parasit dalam stadium larva dan tidak terjadi
perkembangbiakan secara seksual. Parasit tersebut
dapat ditularkan kepada spesies lainnya
Inang reservoir : spesies yang mengandung parasit yang
sama dengan parasit manusia
Inang paratenik : parasit hanya terdapat dalam stadium
larva dan tidak dapat berkembang menjadi dewasa
Berdasarkan hubungan dengan inangnya, menurut Safar
(2009) parasit terbagi menjadi:
 Parasit obligat : yang seluruh hidupnya
tergantung pada inang, bila tidak menemukan
inang maka akan mati
 Parasit fakultatif : yang dapat hidup bebas dan
sebagai parasit
 Parasit insidental : yang kebetulan bersarang
pada satu inang
 Parasit patogen : yang menimbulkan kerusakan
pada inang karena pengaruh mekanik, traumatik
dan toksik
 Parasit apatogen : yang hidup sebagai parasit
dengan tidak menimbulkan kerugian atau
kerusakan pada inang
 Pseudo parasit : atau parasit palsu : suatu benda
asing yang dianggap parasit dalam tubuh inang
 Vektor
adalah suatu organisme yang didalam
tubuhnya mengandung parasit, berkembangan
dan menularkan kepada manusia atau hewan
(Natadisastra 2005)
 Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang
secara alamiah dapat berpindah antara hewan
dengan manusia.
 Anthroponosis adalah penyakit atau infeksi
yang secara alamiah dapat berpindah antara
manusia dengan hewan.
 Konsep zoonosis secara keseluruhan adalah
kompleks. Karena hal ini melibatkan manusia,
parasit itu sendiri, inang, vektor dan
lingkungan yang membentuk keutuhan biologis
(Noble dan Noble 1982).
 Organisme parasit yang bersifat zoonosis
merupakan indikator dapat terjadinya infeksi
parasit tersebut terhadap manusia di kemudian
hari.
Analisis Zoonosis
mamalia
laut dan
aves
manusia
Hospes
perantara II
(ikan)
Hospes
perantara I
(avertebrata
& copepoda)
Sushi – Jepang
gravlax – Skandinavia
Ikan diatas roti
Sashimi - Jepang
ceviche – Amerika Latin
Rujak seafood
????? INDONESIA ???????
Herring - Belanda
rollmops – Germany
Herring gulung
 Ikan
dikenal sangat rentan terinfeksi parasit
cacing.
 Beberapa ekor cacing dan beberapa spesies
sering menghuni satu tubuh ikan (Noble G.A
dan Noble E.R, 1982).
 Namun serangan penyakit pada ikan tidak
terjadi bila ketidakserasian antara tiga
komponen utama penyebab penyakit yaitu
ikan parasit dan lingkungan baik.
Hubungan antara parasit dengan inangnya merupakan
suatu hubungan simbiosis yang keduanya hidup
bersama dan harus saling bertoleransi dalam
pertukaran zat metabolik untuk dapat saling
menguntungkan.
 Inang yang sehat berarti lingkungan yang sehat pula
bagi parasit (Noble dan Noble 1982).
 Sehingga organisme parasit secara normal hidup pada
berbagai jenis organisme perairan dan hanya
menyebabkan penyakit bila daya tahan tubuh inangnya
menurun (Untergasser 1989).
 Parasit ada di lingkungan perairan seperti juga ikan
hidup di lingkungan air. Jika keadaan lingkungan air
kualitasnya tidak sesuai dengan kehidupan ikan maka
akan mengakibatkan ikan menjadi stress, tetapi kondisi
tersebut bagi parasit sangat baik, hingga parasit
berkembang biak dan populasinya cukup untuk
menginfeksi ikan, sehingga ikan itu dikatakan sakit.

Forcep Rio Indaryanto
JURUSAN PERIKANAN - FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
 Cacing
merupakan salah satu kelompok besar
parasit ikan (Chandra 2006).
 Menurut Noble dan Noble (1982), ikan sangat
rentan terinfeksi cacing parasitik dan beberapa
ekor atau beberapa spesies cacing parasitik
sering menginfeksi dalam satu tubuh ikan
 Cacing parasitik dapat menimbulkan kerugian
secara ekologi, biologi maupun ekonomi.
 Selain mengakibatkan kematian, infeksi parasit
juga menyebabkan penurunan tingkat
fekunditas, memengaruhi perkembangan benih
ikan.
 Parasit ikan juga berpengaruh terhadap
kualitas ikan di pasaran. Beberapa jenis cacing
parasitik ikan juga dapat menginfeksi manusia
atau bersifat Zoonosis
Endoparasit
Telestoi
Helminthes
(Cacing)
Nemathelminthes
(cacing gilik)
Nematoda
Endoparasit
Telestoi
Platyhelminthes
(Cacing pipih)
Trematoda
(cacing daun)
Digenea
Cestoda
(Cacing pita)
Acanthocephala
Monogenea
Endoparasit
Ektoparasit
Elasmobranchs Telestoi
Aspidogastrea
(Chambers et al. 2001; Cribb et al. 2002)
Turbellaria
 Filum
platyhelminthes berasal dari
bahasa Yunani
Platy = pipih, helminthes = cacing
Platyhelminthes = cacing yang pipih
 Filum
platyhelminthes merupakan filum
yang paling primitif di antara semua fila
dalam grada bilateria


MORFOLOGI

Cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5 mm

Memiliki alat penempel posterior yang disebut opistaptor
yang dilengkapi duri, kait, jangkar atau alat penghisap

Adakalanya di sekitar mulut juga terdapat alat penghisap

Monogenea merupakan ektoparasit yang menempel pada
permukaan tubuh, sirip, rongga mulut, dan insang
LINGKUNGAN HIDUP

Kebanyakan Monogenea hidup sebagai ektoparasit pada ikan
laut, ikan air tawar, amphibi, reptil dan avertebrata lainnya

Kebanyakan Monogenea memakan lendir dan sel-sel pada
permukaan tubuh inang





Gyrodactylus memiliki ophisthaptor sebanyak 16 buah duri
tepi (hook) dan sepasang kait tengah (anchor) yang
dihubungkan oleh sebuah palang yang digunakan untuk
melekatkan diri dengan sangat kuat pada inangnya untuk
memakan sel-sel epitel inang dan memperoleh oksigen.
Gyrodactylus dapat menyebabkan filamen insang luka dan ikan
memproduksi lendir yang dapat mengganggu pertukaran gasgas dan ion-ion pada lamella sehingga menggangu pernafasan
(Hoffman 1967)
Tidak bersifat inang spesifik
Tidak memerlukan inang perantara, artinya setelah keluar dari
embryo induk, larva akan langsung mencari hospes baru
(Kabata, 1985).
Dapat hidup 5-10 hari tanpa hospes.
Dapat bereproduksi dengan cepat, kelahiran dalam satu bulan
dapat mencapai satu juta cacing muda. Karena dalam satu
embrio mengandung embrio muda dan didalamnya juga
mengandung embrio muda hingga mencapai empat generasi
Gyrodactylus muda dalam satu embrio (Untergasser, 1989)
Gyrodactylus dan Dactylogyrus
 Trematoda
sering disebut juga cacing hisap atau
flukes karena memiliki alat penghisap, dan
disebut cacing daun karena bentuk tubuhnya
pipih-dorsolateral seperti daun (Natadisastra
2005)
 MORFOLOGI
Kelas Trematoda dibagi menjadi 2 subkelas yaitu
Digenea dan Aspidogastrea
 Berbentuk lonjong sampai memanjang
 Dewasa berukuran 0,2 mm – 6 cm
 Mempunyai alat penghisap oral (anterior) di sekitar
mulut dan biasanya terdapat alat penghisap ventral di
tengah atau posterior. Alat penghisap berfungsi sebagai
alat penempel pada tubuh inang bukan untuk
menghisap makanan

Menurut Safar (2009), berdasarkan habitatnya
Trematoda dibagi menjadi :
 Trematoda Hati. Contoh genus : Clonorchis,
Opisthorchis dan Fasciola
 Trematoda Usus. Contoh genus : Fasciolapsis,
Heterophyes, Watsonius, Metagonimus,
Gastrodiscoides, dan Echinostoma
 Trematoda Paru-paru (lung flukes). Contoh
genus : Paragonius
 Trematoda Darah. Contoh genus : Schistosoma








Menurut Suwignyo et al. (2005), siklus hidup
Trematoda melewati beberapa fase diantaranya
adalah:
Fase telur: telur menetas di perairan tawar maupu laut atau termakan
masuk ke dalam tubuh siput
Fase Miracidia: Telur yang termakan oleh siput menetas menjadi larva
miracidia yang kemudian menembus dinding usus dan bermetamorfosa
menjadi sporocysts di dalam tubuh siput yang merupakan inang antara I
Fase Sporocysts: bentuk sporocysts seperti kantung dan di dalamnya
secara aseksual menghasilkan beberapa rediae
Fase Rediae: di dalam rediae terbentuk beberapa cercariae yang
dilengkapi saluran pencernaan, alat penghisap dan ekor
Fase Cercariae: cercariae keluar dari tubuh siput dan berenang bebas
Fase Metacercariae: bila bertemu dengan inang antara II seperti ikan,
cercariae melekatkan diri dengan alat penghisapnya dan melepaskan
ekornya untuk kemudian masuk ke dalam tubuh ikan. Di habitatnya
dalam tubuh ikan, cercariae terbungkus cyste menjadi metacercariae
Fase Dewasa: bila metacercariae bertemu dengan inang definitifnya
maka akan tumbuh menjadi dewasa dan berkembangbiak

Cestoda disebut juga sebagai cacing pita, karena bentuknya pipih
panjang seperti pita

MORFOLOGI
 Dikenal dengan sebutan cacing pita dan merupakan parasit pada
vertebrata
 Tubuh cacing dewasa terdiri atas scolex, leher yang pendek dan
strobila
 Scolex dilengkapi alat penghisap (sucker) dan kait untuk melekat
pada dinding usus inang

REPRODUKSI
 Proglotid yang paling dekat leher adalah yang termuda, makin jauh
dari leher semakin besar dan dewasa
 Pada setiap proglotid terdapat alat reproduksi jantan dan betina
 Telur yang telah dibuahi akan memenuhi uterus yang bercabangcabang dan telur yang lain mengalami degenerasi. Proglotid yang
penuh telur akan lepas dari strobila
Turbellaria sering pula disebut cacing bulu getar.
 Bentuk tubuh umumnya lonjong sampai panjang,
pipih dorso-ventral dan tidak mempunyai ruas
sejati.
 Menurut Suwignyo et al. (2005), bagian kepala
terdapat pelebaran sisi kepala berbentuk tentakel
yang disebut aurikel.
 Warna tubuh biasanya hitam, coklat atau kelabu,
tapi beberapa berwarna merah.
 Sebagian besar hidup di dasar laut, pada pasir,
lumpur, di bawah batu karang dan ganggang.
 Umumnya bersifat fotonegatif atau beraktifitas
pada malam hari.
 Contoh genus dari Turbellaria adalah Planaria,
Tricladida, dan Pseudophaenocora

Seksual
Aseksual
Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani
nematos = benang, helminthes =cacing
sehingga disebut juga Nematoda atau cacing benang
atau cacing gilik atau cacing bulat atau round
worm.
 Merupakan filum dengan anggota terbanyak baik
jenis maupun individunya
 MORFOLOGI






Bentuk tubuhnya bulat panjang atau gilik dengan simetri
bilateral
Tubuhnya tidak memiliki silia, tidak bersegmen, dan dilapisi
kutikula
Dapat dijumpai di darat, air tawar dan air laut dari daerah
kutub hingga tropis
Tidak memiliki sistem peredaran darah dan jantung
Umumnya bertelur, ada juga yang berkembang biak secara
partenogenesi




Acanthocephala berasal dari bahasa Yunani yaitu dari
kata Acantho yang artinya duri dan Kephale yang artinya
kepala atau disebut juga cacing kepala duri.
Merupakan cacing parasitik pada saluran pencernaan
memiliki ciri khas pada bagian anterior tubuhnya
terdapat proboscis yang berbentuk silindrik dilengkapi
dengan duri-duri yang tersusun secara transfersal atau
longitudinal berfungsi untuk menempel pada dinding usus
inang (Kabata 1985).
Probocis tersebut dilengkapi dengan kantong proboscis,
kadang-kadang dalam posisi evaginasi yaitu menonjol
keluar dari kantongnya (Noble dan Noble 1982).
Dalam siklus hidupnya, acanthocephala memerlukan
arthropoda sebagai inang antara dan vertebrata sebagai
inang akhir (Hoffman 1967).
• R. brachysoma dan R. kanagurta = > dibedakan dari
rasio panjang-tinggi tubuhnya dan keberadaan
garis-garis di sisi tubuhnya
• R. brachysoma => keragaman genetik yang rendah
yaitu 0.009-0.013
• Amova population pairwise (FST) =>R. brachysoma
stok populasi sama
Class
Order
Family
Genus
Spesies
Class
Order
Family
Genus
Spesies
: Digenea
: Plagiorchiida
: Hemiuridae
: Lecithocladium
: L. angustiovum
: Digenea
: Plagiorchiida
: Lepocreadiidae
: Prodistomum
: P. orientalis
Class
Order
Family
Genus
Spesies
: Digenea
: Azygiida
: Hemiuridae
: Lecithochirium
: Lecithochirium sp.
Class
Order
Family
Genus
Spesies
: Secernentea
: Ascaridida
: Anisakidae
: Anisakis
: A. typica
Intensitas dan Prevalensi Cacing Parasitik
R brachysoma
R kanagurta
R kanagurta
R brachysoma
12.00
100.0%
87.3%
90.0%
84.1%
10.00
80.0%
Intensitas
60.0%
60.0%
6.00
50.0%
10.72
37.4%
40.0%
4.00
30.0%
5.48
14.5%
2.00
2.80
0.9%
2.45
1.00
0.00
Lechitocladium


Prevalensi
70.0%
8.00
Lecitochirium
3.38
2.00
0.00
0.0%
Anisakis
0.9%
Prodistomum
20.0%
10.0%
0.0%
Nilai prevalensi seluruhnya adalah 90,12% (142 dari 162 ikan yang
diperiksa) atau menurut kategori Williams dan Williams (1996) tergolong
hampir selalu/Almost always ada cacing parasitik pada saluran pencernaan
ikan genus Rastrelliger
Ikan yang terinfeksi, 78 ekor ikan (53,42%) terdapat satu spesies cacing
parasitik dalam saluran pencernaannya, 61 ekor ikan (41,78%) terdapat dua
spesies dan 7 ekor ikan (4,79%) terdapat tiga spesies cacing parasitik
Bangladesh *
Digenea
Dinurinae gen. sp.
Monogenea
Pseudoanthocotyle
pavlovskyi
Philipines**
Digenea
Lecithocladium
angustiovum
Viet Nam***
Digenea
Lecithocladium
apolecti
Monogenea
Cestoda
Eyelavera typical Nybelinia sp.
Plerocercoid
Nematoda
Nematoda
Anisakidae
Anisakis sp.
Larva
Contracaecum sp.
Larva
Porrocaecum sp.
Larva
Chinese****
Digenea
Lecithocladium
angustiovum
L. parviovum
Indian*****
Digenea
Lecithocladium
angustiovum
Aponurus
laguncula
Prosorchiopsis
rastrelligi
Monogenea******
Pseudoanthocotyle
pavlovskyi
Kuhnia sp.
Keterangan sumber : * = Arthur and Ahmed (2002); ** = Arthur and Lumanlan-Mayo (1997); *** = Arthur and Te (2006);
**** = Liu et al. (2010); ***** = Madhavi and Lakshmi (2011); ****** = Jianying et al (2003)
Phenogram genetik antara Anisakis typica dari Indonesia dengan spesies
Anisakis lainnya menurut Palm et al. (2008)
Hanya spesies A. simplex, A. pegreffii dan A. physeteris saja yang bersifat zoonosis
•
Saluran pencernaan merupakan microhabitat bagi cacing karena
merupakan sumber bahan organik yang juga merupakan makanan
yang siap diserap oleh tubuh cacing parasitik. Hal ini karena
digenea dan nematoda tidak dapat merombak bahan organik yang
belum disederhanakan
Download