di susun oleh

advertisement
24
KONSEPSI PENYELENGGARAAN KOMSOS UNTUK MENYIAPKAN
ALAT JUANG YANG TANGGUH DALAM RANGKA MENCEGAH
TERORISME DI DAERAH
DI SUSUN OLEH :
RAMSES L. TOBING, S.T.
LETNAN KOLONEL ARH NRP 32763
1
KONSEPSI PENYELENGGARAAN KOMSOS UNTUK MENYIAPKAN
ALAT JUANG YANG TANGGUH DALAM RANGKA MENCEGAH
TERORISME DI DAERAH
TNI Angkatan Darat sebagai bagian dari TNI memiliki tugas Pokok
“menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara”1 di
wilayah daratan. Sedangkan untuk tugas-tugas sesuai kematraan antara lain ;
melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan yaitu dengan melakukan OMP
dan OMSP; melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat
dengan negara lain; melaksankan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan
kekuatan matra darat; serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di
darat. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan tugas-tugas sesuai kematraan diatas,
maka TNI Angkatan Darat menyelenggarakan fungsi utama, fungsi organik militer,
fungsi organik pembinaan, fungsi teknis militer umum, fungsi teknis militer khusus serta
fungsi khusus.
Binter TNI Angkatan Darat
pada hakekatnya adalah kegiatan penyiapan
wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai Sishanta serta upaya
untuk membangun, memelihara, meningkatkan dan memantapkan Kemanunggalan
TNI-Rakyat melalui kegiatan bantuan untuk mengatasi kesulitan rakyat2. Binter sebagai
fungsi utama pada hakekatnya merupakan tugas TNI Angkatan Darat dalam membantu
pemerintah
secara dini dengan
menyelenggarakan
perencanaan, pengembangan,
pengerahan, dan pengendalian potensi wilayah pertahanan dengan segenap aspeknya
menjadi kekuatan sebagai Ruang, Alat dan Kondisi juang yang tangguh bagi kepentingan
1
2
Keputusan Kasad Nomor Kep/23/IV/2007, Naskah Sementara Doktrin TNI AD “KEP”
Ibid. pasal 22.
2
pertahanan negara di darat 3. Binter dalam rangka pembinaan (perspektif kegiatan)
merupakan upaya pekerjaan dan tindakan, baik secara berdiri sendiri maupun bersama
dengan aparat terkait dan komponen bangsa lainnya untuk membantu pemerintah dalam
menyiapkan kekuatan pertahanan aspek darat yang meliputi wilayah pertahanan dan
kekuatan pendukungnya serta
terwujudnya
Kemanunggalan TNI – Rakyat, yang
dilaksanakan sesuai kewenangan dan peraturan perundang-undangan dalam rangka
tercapainya tugas pokok TNI Angkatan Darat4. Sedangkan Binter dalam rangka
penggunaan diarahkan untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan
pertahanan aspek darat yang meliputi wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya
secara dini melalui kegiatan bantuan untuk mengatasi kesulitan masyarakat yang
dilaksanakan sesuai kewenangan dan peraturan perundang-undangan dalam rangka
tercapainya tugas pokok TNI Angkatan Darat.
Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI Angkatan Darat sangat ditentukan oleh
sejauh mana efektivitas pelaksanaan pembinaan fungsi utama TNI Angkatan Darat yang
diarahkan untuk mewujudkan penampilan fungsi pertempuran, pembinaan kekuatan, dan
pembinaan teritorial (Binter). Keselarasan antara Binter dengan Pembinaan kekuatan
(Binkuat) adalah kemampuan pembinaan teritorial yang pada hakikatnya diarahkan
untuk mewujudkan profesionalitas keprajuritan baik secara perseorangan maupun satuan,
dengan sasaran adalah “terwujudnya kemampuan prajurit, baik perseorangan maupun
satuan dalam menyiapkan potensi wilayah menjadi kekuatan pertahanan negara di
darat”5. Sedangkan keselarasan antara Binter dengan pertempuran adalah Pembinaan
ruang
pertempuran
dengan
sasaran
adalah
“tersusun
dan
disiapkannya
ruang
pertempuran matra darat yang meliputi seluruh wilayah kompartemen strategis untuk
digunakan dalam penyelenggaraan pertempuran di darat, baik dalam rangka Operasi
Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP)”6.
3
Ibid.pasal 14.
4
Kep Kasad Nomor : Kep /98/IV/2007, Bujukin tentang Binter.
5
Kep Kasad Nomor : Kep /23/IV/2007, Nasem tentang Doktrin TNI AD “KEP”, pasal 21 ayat b
6
Ibid. pasal 20 ayat a, point 2)
3
Salah satu tugas TNI dalam OMSP adalah operasi dalam rangka memberantas aksi
terorisme7. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana
panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak percayaan masyarakat terhadap
kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk
mentaati kehendak pelaku teror. Terorisme tidak ditujukan langsung kepada lawan, akan
tetapi perbuatan teror justru dilakukan dimana saja dan terhadap siapa saja. Dan yang
lebih utama, maksud yang ingin disampaikan oleh pelaku teror adalah agar perbuatan
teror tersebut mendapat perhatian yang khusus atau dapat dikatakan lebih sebagai psywar. Sifat tindakan, pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai,
target-target serta metode Terorisme kini semakin luas dan bervariasi. Sehingga semakin
jelas bahwa teror bukan merupakan bentuk kejahatan kekerasan destruktif biasa,
melainkan sudah merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat
manusia (crimes against peace and security of mankind). Terorisme tidak bisa hanya
dengan penindakan terhadap kejahatan tersebut telah terjadi namun perlu diambil
langkah- langkah integratif yang melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Pembinaan Teritorial dilaksanakan oleh TNI-AD dengan menggunakan beberapa
metoda yaitu Bintahwil, Bakti TNI dan Komunikasi Sosial namun dalam pembahasan
tulisan ini lebih mengedepankan Komunikasi Sosial sebagai metoda karena setiap kegiatan
yang dilaksanakan dimulai dari komunikasi yang benar, dapat dilaksanakan kapan saja,
dimana saja dan lebih fleksibel situasinya. Namun banyak permasalahan-permasalahan
yang harus dibenahi agar Komunikasi sosial yang dilakukan oleh aparat Kowil dapat
dilaksanakan efektif, sesuai sasaran,
dampak yang diharapkan
dari pelaksanaannya
langsung bisa dirasakan, dan bisa dilaksanakan oleh seluruh tingkatan dan jenjang satuan
Kowil antara lain organisasi yang disebut dalam pelaksanaan Komsos baru mengatur
dalam struktur TNI-AD tidak melibatkan komponen lain, pesan yang disampaikan tidak
berkesinambungan hanya bersifat temporer, tugas dan tanggung jawab tiap strata
satuan tidak detail dan aplikatif sehingga hasil Komsos selama ini tidak dapat
terukur dan tidak dapat ditindak lanjuti secara berkesinambungan.
7
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, pasal 7 ayat (2), point b angka 3.
4
Agar komponen masyarakat yang menjadi sasaran penyampaian pesan melalui
Komsos tersebut dapat dijadikan sebagai alat juang yang tangguh dalam mencegah
aksi Terorisme maka masyarakat tersebut harus dihindarkan dari situasi atau keadaan
yang membuat aksi teroris tersebut tumbuh subur dilingkungan masyarakat tersebut
antara lain : masyarakat tersebut harus sejahtera, mengerti hukum, tahu hak dan
kewajibannya sebagai warga negara, mau secara sadar bekerjasama/ bergotong royong
dan mengerti dampak dari aksi terorisme tersebut.
Berangkat dari permasalahan yang telah di deskripsikan diatas penulis mencoba
untuk menawarkan Konsep penyelenggaraan komsos untuk menyiapkan alat
juang yang tangguh dalam mencegah aksi terorisme di daerah melibatkan aparat
Komando Kewilayahan setingkat Kodim kebawah dan komponen masyarakat.
BAGAIMANA TERORIS DAPAT BERKEMBANG DAN KEGAMANGAN DALAM
MENANGANINYA.
Sejarah tentang Terorisme8 berkembang sejak berabad lampau, ditandai dengan
bentuk kejahatan murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan untuk
mencapai tujuan tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk fanatisme aliran
kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang dilakukan secara
perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap penguasa yang dianggap sebagai
tiran. Pembunuhan terhadap individu ini sudah dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari
Terorisme dengan mengacu pada sejarah Terorisme modern.
Meski istilah Teror dan Terorisme baru mulai populer abad ke-18, namun fenomena yang
ditujukannya bukanlah baru. Menurut Grant Wardlaw dalam buku Political Terrorism
(1982), manifestasi Terorisme sistematis muncul sebelum Revolusi Perancis, tetapi baru
mencolok sejak paruh kedua abad ke-19. Dalam suplemen kamus yang dikeluarkan
Akademi Perancis tahun 1798, terorisme lebih diartikan sebagai sistem rezim teror.
Kata Terorisme berasal dari Bahasa Perancis le terreur yang semula dipergunakan untuk
menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan
8
Loudewijk F. Paulus,”Terorisme”
5
secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh
melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata Terorisme dipergunakan untuk
menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata Terorisme
sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun
kegiatan yang anti pemerintah.
Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi
hampir di seluruh belahan dunia. Pada pertengahan abad ke-19, Terorisme mulai banyak
dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme adalah
cara yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial, dengan cara
membunuh orang-orang yang berpengaruh. Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi
terorisme
Armenia
melawan
pemerintah
Turki,
yang
berakhir
dengan
bencana
pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut,
aksi Terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan
ideologi.
Bentuk pertama Terorisme, terjadi sebelum Perang Dunia II, Terorisme dilakukan dengan
cara pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah. Bentuk kedua Terorisme dimulai di
Aljazair di tahun 50an, dilakukan oleh FLN yang memopulerkan “serangan yang bersifat
acak” terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan apa
yang disebut sebagai Terorisme negara oleh Algerian Nationalist. Pembunuhan dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan. Bentuk ketiga Terorisme muncul pada tahun
60an dan terkenal dengan istilah “Terorisme Media”, berupa serangan acak terhadap siapa
saja untuk tujuan publisitas. Bentuk ketiga ini berkembang melalui tiga sumber, yaitu:
1. Kecenderungan sejarah yang semakin menentang kolonialisme dan tumbuhnya
gerakan-gerakan demokrasi serta HAM. 2. Pergeseran ideologis yang mencakup
kebangkitan fundamentalis agama, radikalis setelah era perang Vietnam dan munculnya
ide perang gerilya kota. 3. Kemajuan teknologi, penemuan senjata canggih dan
peningkatan lalu lintas.
Namun Terorisme bentuk ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang ketika itu
sebagian besar buta huruf dan apatis. Seruan atau perjuangan melalui tulisan mempunyai
6
dampak yang sangat kecil. Akan lebih efektif menerapkan “the philosophy of the bomb”
yang bersifat eksplosif dan sulit diabaikan. Pasca Perang Dunia II, dunia tidak pernah
mengenal
“damai”.
Berbagai
pergolakan
berkembang
dan
berlangsung
secara
berkelanjutan. Konfrontasi negara adikuasa yang meluas menjadi konflik Timur – Barat
dan menyeret beberapa negara Dunia Ketiga ke dalamnya menyebabkan timbulnya konflik
Utara – Selatan. Perjuangan melawan penjajah, pergolakan rasial, konflik regional yang
menarik campur tangan pihak ketiga, pergolakan dalam negeri di sekian banyak negara
Dunia Ketiga, membuat dunia labil dan bergejolak. Ketidakstabilan dunia dan rasa frustasi
dari banyak Negara Berkembang dalam perjuangan menuntut hak-hak yang dianggap
fundamental dan sah, membuka peluang muncul dan meluasnya Terorisme. Fenomena
Terorisme meningkat sejak permulaan dasa warsa 70-an. Terorisme dan Teror telah
berkembang dalam sengketa ideologi, fanatisme agama, perjuangan kemerdekaan,
pemberontakan, gerilya, bahkan juga oleh pemerintah sebagai cara dan sarana
menegakkan kekuasaannya. Terorisme gaya baru mengandung beberapa karakteristik 9:
1. Ada maksimalisasi korban secara sangat mengerikan. 2. Keinginan untuk mendapatkan
liputan di media massa secara internasional secepat mungkin. 3. Tidak pernah ada yang
membuat klaim terhadap Terorisme yang sudah dilakukan.4. serangan Terorisme itu tidak
pernah bisa diduga karena sasarannya sama dengan luasnya seluruh permukaan bumi.
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan
perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme
tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba
dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.
Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang
tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan
angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serangserangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan
9
Amien Rais ,”Hadapi Terorisme dengan cerdas”
7
Kegiatan Terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan
sehingga dengan demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa.
Biasanya perbuatan teror digunakan apabila tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh
untuk melaksanakan kehendaknya. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk
menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak percayaan
masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau kelompok
tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror. Terorisme tidak ditujukan langsung
kepada lawan, akan tetapi perbuatan teror justru dilakukan dimana saja dan terhadap
siapa saja. Dan yang lebih utama, maksud yang ingin disampaikan oleh pelaku teror
adalah agar perbuatan teror tersebut mendapat perhatian yang khusus atau dapat
dikatakan lebih sebagai psy-war.
Sejauh ini belum ada batasan yang baku untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan
Terorisme. Menurut Prof. M. Cherif Bassiouni, ahli Hukum Pidana Internasional, bahwa
tidak mudah untuk mengadakan suatu pengertian yang identik yang dapat diterima secara
universal sehingga sulit mengadakan pengawasan atas makna Terorisme tersebut.
Sedangkan menurut Prof. Brian Jenkins, Phd., Terorisme merupakan pandangan yang
subjektif, hal mana didasarkan atas siapa yang memberi batasan pada saat dan kondisi
tertentu.
Belum tercapainya kesepakatan mengenai apa pengertian terorisme tersebut, tidak
menjadikan terorisme dibiarkan lepas dari jangkauan hukum. Usaha memberantas
Terorisme tersebut telah dilakukan sejak menjelang pertengahan abad ke-20. Pada tahun
1937 lahir Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Terorisme (Convention for The
Prevention and Suppression of Terrorism), dimana Konvensi ini mengartikan terorisme
sebagai Crimes against State. Melalui European Convention on The Supression of
Terrorism (ECST) tahun 1977 di Eropa, makna Terorisme mengalami suatu pergeseran
dan perluasan paradigma, yaitu sebagai suatu perbuatan yang semula dikategorikan
sebagai Crimes against State (termasuk pembunuhan dan percobaan pembunuhan Kepala
Negara atau anggota keluarganya), menjadi Crimes against Humanity, dimana yang
menjadi korban adalah masyarakat sipil. Crimes against Humanity masuk kategori Gross
8
Violation of Human Rights (Pelanggaran HAM Berat) yang dilakukan sebagai bagian yang
meluas/sistematik yang diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, lebih diarahkan pada jiwa-jiwa orang tidak bersalah (Public by
innocent), sebagaimana terjadi di Bali.
Terorisme kian jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat tindakan, pelaku,
tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, target-target serta metode
Terorisme kini semakin luas dan bervariasi. Sehingga semakin jelas bahwa teror bukan
merupakan bentuk kejahatan kekerasan destruktif biasa, melainkan sudah merupakan
kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia (crimes against peace and
security of mankind). Tindak Pidana Terorisme10 dapat dikategorikan sebagai mala per se
atau mala in se , tergolong kejahatan terhadap hati nurani (Crimes against conscience),
menjadi sesuatu yang jahat bukan karena diatur atau dilarang oleh Undang-Undang,
melainkan karena pada dasarnya tergolong sebagai natural wrong atau acts wrong in
themselves bukan mala prohibita yang tergolong kejahatan karena diatur demikian oleh
Undang-Undang.
Dalam rangka mencegah dan memerangi Terorisme tersebut, sejak jauh sebelum
maraknya kejadian-kejadian yang digolongkan sebagai bentuk Terorisme terjadi di dunia,
masyarakat internasional maupun regional serta pelbagai negara telah berusaha
melakukan kebijakan kriminal (criminal policy) disertai kriminalisasi secara sistematik dan
komprehensif terhadap perbuatan yang dikategorikan sebagai Terorisme.dan tidak
memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya (“teroris”) layak mendapatkan
pembalasan yang berat sesuai dengan tindakan mereka yang kejam.
Permasalahannya adalah masih terdapat kesimpang siuran tentang pengertian Bukti
Permulaan itu sendiri, sehingga sulit menentukan apakah yang dapat dikategorikan
sebagai Bukti Permulaan, termasuk pula Laporan Intelijen, apakah dapat dijadikan Bukti
Permulaan. Selanjutnya Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme11. Penetapan suatu
10
11
Prof. DR Muladi SH, Tindak Pidana Terorisme.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, pasal 26 ayat 2,3,4
9
Laporan Intelijen sebagai Bukti Permulaan dilakukan oleh Ketua/Wakil Ketua Pengadilan
Negeri melalui suatu proses/mekanisme pemeriksaan (Hearing) secara tertutup. Hal itu
mengakibatkan pihak intelijen mempunyai dasar hukum yang kuat untuk melakukan
penangkapan terhadap seseorang yang dianggap melakukan suatu Tindak Pidana
Terorisme, tanpa adanya pengawasan masyarakat atau pihak lain mana pun. Padahal
kontrol sosial sangat dibutuhkan terutama dalam hal-hal yang sangat sensitif seperti
perlindungan terhadap hak-hak setiap orang sebagai manusia yang sifatnya asasi, tidak
dapat diganggu gugat.
Oleh karena itu, untuk mencegah kesewenang-wenangan dan ketidakpastian hukum,
diperlukan adanya ketentuan yang pasti mengenai pengertian Bukti Permulaan dan
batasan mengenai Laporan Intelijen, apa saja yang dapat dimasukkan ke dalam kategori
Laporan Intelijen, serta bagaimana sebenarnya hakekat Laporan Intelijen, sehingga dapat
digunakan sebagai Bukti Permulaan. Terutama karena ketentuan pasal 26 ayat (1)
12
tersebut memberikan wewenang yang begitu luas kepada penyidik untuk melakukan
perampasan kemerdekaan yaitu penangkapan, terhadap orang yang dicurigai telah
melakukan Tindak Pidana Terorisme, maka kejelasan mengenai hal tersebut sangatlah
diperlukan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia dengan
dilakukannya penangkapan secara sewenang-wenang oleh aparat, dalam hal ini penyidik.
Demikian pula perlu dirumuskan tentang pengaturan, cara mengajukan tuntutan terhadap
petugas yang telah salah dalam melakukan tugasnya, oleh orang-orang yang menderita
akibat kesalahan itu dan hak asasinya telah terlanggar, karena banyak Pemerintah suatu
negara dalam melakukan pencegahan maupun penindakan terhadap perbuatan teror
melalui suatu pengaturan khusus yang bersifat darurat, dimana aturan darurat itu
dianggap telah jauh melanggar bukan saja hak seseorang terdakwa, akan tetapi juga
terhadap Hak Asasi Manusia. Aturan darurat sedemikian itu telah memberikan wewenang
yang berlebih kepada penguasa di dalam melakukan penindakan terhadap perbuatan
teror.
12
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, pasal 26 ayat 1.
10
Teroris telah menyentuh masyarakat bawah. Terungkapnya jaringan teroris yang
telah merasuk ke masyarakat tingkat bawah atau “akar rumput” dengan memanfaatkan
rakyat jelata seperti kaum petani, mengindikasikan pengaruh pengawasan aparat
keamanan belum menyentuh hingga ke tataran paling bawah. “Gerakan teroris itu telah
merasuk ke akar rumput, itu jelas dengan kasus di Yogya dan beberapa kawasan di Jawa
Tengah, pekan lalu. Dari terungkapnya kasus itu, terlihat petani yang polos, lugu dan tulus
pun dipakai atau diperalat untuk tujuan-tujuan kerusuhan serta terror,”. Perlu ada
tindakan segera yang lebih maksimal untuk mengamankan negara dan rakyat dari
gangguan berbagai teror, termasuk aneka kejahatan lainnya. Realitas di lapangan
tersebut, dengan jelas mengindikasikan, pengaruh pengawasan aparat keamanan belum
menyentuh sampai dengan akar rumput. “Dan ini akan menjadi celah untuk aktivitas
terorisme yang masih terus melebarkan sayapnya melalui jaringan rakyat paling bawah
yang tidak terawasi,”. Kondisi seperti ini, akan sangat mempengaruhi stabilitas negara,
otomatis
memberi
gangguan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dan
pembangunan di segala bisang demi meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jadi, wajar saja
dan bahkan sudah seharusnya bila aparat agar lebih tanggap dalam memberantas
terorisme hingga ke akar-akarnya atau
bangsa ini semakin terpuruk. Gerakan
penangkalan, pencegahan serta pemberantasan berbagai kejahatan, terutama terorisme
berupa gerakan pengamanan dan penertiban harus terus berlangsung secara maksimal,
demi memberi kenyamanan serta ketenteraman kepada semua warga. Tak hanya dijawab
dengan langkah-langkah konvensional semata, tetapi juga harus ada upaya tambahan,
dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam mencegahnya termasuk program
deradikalisasi. Sehingga tindakan pencegahan
penanganan terhadap aksi terorisme.
menjadi sangat
penting
dalam
11
KOMSOS BAGAIMANA YANG DIBUTUHKAN.
Bila kita mengacu pada Bujuknik tentang Komsos yang dikeluarkan oleh angkatan darat
ada beberapa pedoman bagus yang dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan
Komsos di tingkat Kodim kebawah antara lain :
1.
Tujuan13.
Tujuan dalam menyelenggarakan Komunikasi Sosial adalah
:
a. Membantu lembaga fungsional dalam membina kesadaran masyarakat dalam bela
negara. b. Memberikan masukan kepada instansi fungsional dalam rangka penyiapan dan
penyusunan kekuatan pertahanan wilayah. c. Menumbuhkan keterpaduan dalam
menyusun rencana dan struktur pertahanan nasional di daerah.
2.
Sasaran14. Sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan Komunikasi Sosial
adalah : a. Sasaran ke dalam. 1) Menunjang pelaksanaan Fungsi Teritorial dalam
upaya membangun kesadaran pertahanan aspek darat. 2) Mengurangi timbulnya sikap
mental aparat kewilayahan yang dapat merugikan citra TNI AD. 3) Meningkatnya
keterampilan dalam memahami permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan tugas
dan fungsi teritorial. b. Sasaran ke luar. 1) Terwujudnya kesamaan visi, misi dan
interpretasi dari segenap komponen bangsa terhadap sistem pertahanan semesta
khususnya aspek darat. 2) Terwujudnya
ketahanan
wilayah
yang
kondusif
guna
mendukung pelaksanaan pembangunan wilayah khususnya aspek darat. 3) Terwujudnya
kesadaran bela negara serta meningkatnya Kemanunggalan TNI Rakyat.
3.
Sifat Komunikasi Sosial15.
Komunikasi sosial sebagai salah satu metode Binter
memiliki sifat-sifat sebagai berikut : a. Persuasif. Artinya bahwa Komunikasi Sosial TNI
AD bersifat mengajak komponen masyarakat lainnya agar memiliki kesadaran berbangsa
dan bernegara serta bela negara dalam rangka meningkatkan ketahanan wilayah.
13
Komsos Sebagai Metode, hal 3.
14
Ibid, hal 3,4.
15
Ibid, hal 4.
12
b. Terkoordinir dan Terencana. Artinya bahwa pelaksanaan Komunikasi Sosial TNI AD
perlu direncanakan terlebih dahulu dan dikoordinir dengan baik sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
4.
Peranan16. Komunikasi Sosial sebagai salah satu metode Pembinaan Teritorial
memiliki beberapa peran sebagai berikut
: a. Media Sosialisasi. Bahwa Komunikasi
Sosial dapat digunakan sebagai media untuk mensosialisasikan sikap dan kebijaksanaan
TNI AD yang berkaitan dengan komponen kekuatan bangsa lainnya. b. Media
Penyaman Visi, Misi dan Interpretasi. Bahwa Komunikasi Sosial TNI AD dapat
digunakan sebagai sarana untuk penyamaan visi, misi dan interpretasi antar berbagai
komponen kekuatan bangsa tehadap tugas-tugas yang dihadapi. c. Media
Integrasi, Sinkronisasi dan Simplikasi (KISS).
Koodinasi,
Bahwa Komunikasi Sosial TNI AD
dapat digunakan sebagai sarana KISS antar kewilayahan maupun unsur masyarakat dalam
pelaksanaan
Binter. d. Meningkatkan
Kemanunggalan TNI Rakyat. Bahwa
Komunikasi Sosial dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan Kemanunggalan
TNI – Rakyat.
5.
Tugas dan tanggungjawab17. Ditingkat Kodim. a. Menyelenggarakan kegiatan
Komunikasi Sosial di daerah tanggung jawabnya sesuai misi yang dibebankan kepadanya.
b. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan Komunikasi Sosial di
daerahnya. c. Bertanggung jawab kepada Danrem atas kelancaran kegiatan Komunikasi
Sosial yang dilakukan oleh institusi TNI AD dibawah Komandonya. Ditingkat Koramil.
a. Melaksanakan Komunikasi Sosial di daerah tanggung jawabnya sesuai misi yang
dibebankan kepadanya. b. Bertanggung jawab kepada Dandim atas kelancaran
pelaksanaan Komunikasi Sosial yang dilakukan oleh Aparat kewilayahan di bawah
Komandonya.
6.
Subyek dan Obyek18 kegiatan Komunikasi Sosial TNI AD. 1. Subyek.
Subyek
dalam Komunikasi Sosial meliputi segenap institusi di lingkungan TNI AD khususnya
Komando Kewilayahan sebagai pelaksana tugas dan fungsi Teritorial TNI AD.
16
Ibid, hal 4,5
17
Ibid, hal 6.
18
Ibid, hal 9.
13
2. Obyek. Obyek Komunikasi Sosial meliputi segenap komponen kekuatan bangsa di luar
TNI AD antara lain Pemda, Kepolisian, Ormas, OKP, LSM, Tokoh masyarakat dan
sebagainya yang memiliki tanggung jawab sama dalam upaya pembinaan potensi sumber
daya nasional menjadi komponen cadangan dan komponen pendukung dalam sistem
pertahanan negara.
7.
Materi dan sumber isi pesan19. 1. Materi.
Materi yang perlu mendapatkan
perhatian selain dari limpahan tugas Komando Atas dalam kegiatan Komunikasi Sosial
adalah tentang pemahaman kebijakan-kebijakan politik negara yang menyangkut peran
TNI AD antara lain : a. Menegakkan kedaulatan negara di wilayah daratan.
b. Menegakkan keutuhan wilayah negara di daratan. c. Melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah daratan. d. Melaksanakan tugas negara dalam
menyelenggarakan pendidikan dan latihan wajib militer bala darat bagi warga negara yang
diatur dengan Undang-undang. e. Ikut aktif dalam kegiatan kemanusiaan (civic mission).
f. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan atas
permintaan yang di atur dalam undang-undang. g. Ikut aktif dalam tugas pemeliharaan
perdamaian dunia (peace keeping operatian) di bawah bendera PBB. 2. Sumber isi
pesan. Isi pesan diperoleh dari : a. Tugas limpahan dari Komando Atas yang menyangkut
permasalahan Binter maupun Civic Mission. b. Atas permintaan dari komponen bangsa,
dalam rangka mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan daerah.
c. Mencari sendiri atas dasar perkembangan keadaan yang berkaitan dengan peningkatan
kesadaran bela negara dan membantu memasyarakatkan UU / peraturan yang berkaitan
dengan lingkup jabaran tugas dan peran TNI AD.
8.
Metode melaksanakan Komunikasi Sosial TNI AD20. Dalam melaksanakan
Komunikasi Sosial disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan serta obyek sasaran
yang telah ditentukan, metode yang dapat digunakan antara lain
panel.
: a. Diskusi / Diskusi
Dilaksanakan dengan menghadirkan para pakar ilmuwan sesuai bidangnya,
tokoh-tokoh masyarakat, agama, pemuda, mahasiswa, instansi pemerintah, kepolisian,
19
Ibid, hal 9,10.
20
Ibid, hal 10,11.
14
dan TNI AD untuk menyamakan visi, misi, dan interpretasi tentang masalah-masalah
sosial kemasyarakatan. b. Dialog
interaktif.
Dialog
interaktif
dilaksanakan
dengan
menghadirkan tokoh masyarakat, agama, pemuda, mahasiswa, instansi pemerintah,
kepolisian dan TNI AD untuk melaksanakan tanya jawab secara langsung tentang
berbagai permasalahan yang terjadi guna mendapat masukan dari berbagai komponen
masyarakat tentang suatu masalah. c. Seminar. Dilaksanakan dengan membacakan karya
tulis/gagasan/pemikiran tentang suatu permasalahan, untuk ditanggapi oleh para peserta
seminar. d. Ceramah. Dilaksanakan oleh pejabat di lingkungan TNI AD sesuai dengan
tugas dan kewenangannya memberikan ceramah di depan forum tertentu dalam rangka
menyampaikan visi dan misi TNI AD. e. Pidato. Dilaksanakan oleh pejabat di lingkungan
TNI AD sesuai dengan
tugas dan kewenangannya untuk berpidato di depan forum
tertentu untuk menyampaikan visi dan misi TNI AD. f. Penyampaian pesan melalui media
massa.
Dilaksanakan dengan pemuatan pesan-pesan tertulis di media cetak, maupun
penayangan pesan-pesan di media TV dan Film. g. Penyampaian pesan melalui pentas
olah raga dan seni.
Dilaksanakan dengan menggelar kegiatan olah raga dan pentas
kesenian yang diselingi dengan penyampaian pesan-pesan sesuai dengan visi dan misi
TNI AD.
Bagaimana agar komunikasi berhasil21 . Komunikasi yang efektif menjadi keinginan
semua orang. Dengan komunikasi efektif tersebut, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
memperoleh manfaat sesuai dengan yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang sangat
menentukan keberhasilan komunkasi apabila di pandang dari sudut komunikator,
komunikan, dan pesan.
1.
Faktor
a. kredibilitas:
keberhasilan
komunikasi
dilihat
dari
sudut
komunikator.
ialah kewibawaan seorang komunikator di hadapkan komunikan. Pesan
yang di sampaikan oleh seorang komunikatoe yang kredibilitasnya tinggi akan lebih
banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan. b. daya tarik : ialah daya tarik fisik
maupun non fisik. Adanya daya tarik ini akan mengundang simpati para penerima pesan
21
Suranto Aw, M.Pd., M.Si. Komunikasi Sosial Budaya, hal 15.
15
komunikasi. Pada akhirnya penerima pesan akan dengan mudah menerima pesan-pesan
yang di sampaikan oleh komunikator. c. Kemampuan intelektual :
ialah tingkat
kecakapan, kecerdasan dan keahlian seorang komunikator. Kemampuan intelektual itu di
perlukan seorang komunikator, terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi sehingga
bisa mewujudkan cara komunikasi yag sesuai. d. integritas atau keterpaduan sikap dan
prilaku dalam aktivitas tempat kerja sehari-hari. Komunikator yang memiliki keterpaduan,
kesesuaian antara ucapan dan tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan.
e. Keterpercayaan, kalau komunikator dipercaya oleh komunikan maka akan lebih mudah
menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap orang lain. f. Kepekaan sosial, yaitu suatu
kemampuan komunikator untuk memahami situasi dilingkungan tempat kerjanya.
Apabila situasi tempat kerja sedang sibuk, maka komunikator perlu mencari waktu lain
yang lebih tepat untuk menyampaikan suatu informasi kepada orang lain. g. Kematangan
tingkat emosional , ialah kemampuan komunikator untuk mengendalikan emosinya,
sehingga tetap dapat melaksanakan komunikasi dalam suasana yang menyenangkan di
kedua belah pihak. h. Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan, artinya seorang
komunikator perlu memahami kondisi psikologis orang yang diajak bicara.
Diharapkan
komunikator dapat memilih saat yang paling tepat untuk menyampaikan suatu pesan
kepada
komunikan.
i.
Komunikator
harus
bersikap
supel,
ramah
dan
tegas.
j. Komunikator harus mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat dimana dia bicara.
2.
Faktor
keberhasilan
komunikasi
dilihat
dari
sudut
komunikan.
a. Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna materi yang diberikan
oleh komunikator. b. Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan cepat
menerima informasi yang diberikan komunikator. c. Komunikan harus bersikap ramah,
supel
dan
pandai
bergaul
agar
tercipta
proses
komunikasi
yang
lancar.
d. Komunikanharus memahami dengan siapa ia bicara. e. Komunikan bersikap bersahabat
dengan komunikator.
3.
Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut pesan.
komunikasi
perlu
dirancang
dan
disampaikan
sedemikian
menumbuhkan perhatian komunikan. b. Lambang-lambang
yang
rupa
a. Pesan
sehingga
dapat
dipergunakan
harus
16
benar-benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu komunikator dan komunikan.
c. Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan sesuai dengan kondisi maupun
situasi setempat. d. Tidak menimbulkan multi interpretasi atau penafsiran yang berlainan.
Faktor penghambat komunikasi22. Faktor-faktor
yang
menghambat
efektivitas
komunikasi dapat disebutkan dibawah ini : 1. Kredibilitas komunikator rendah.
Komunikator yang tidak berwibawa dihadapan komunikan, menyebabkan berkurangnya
perhatian komunikan terhadap komunikator. 2. Kurang memahami latar belakang sosial
dan budaya. Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku disuatu komunitas atau di masyarakat
harus diperhatikan, sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan dengan baik, tidak
bertentangan dengan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku.
Sebaliknya, antara pihak-
pihak yang berkomunikasi perlu menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang berlaku.
3. Kurang memahami karakteristik komunikan. Karakteristik komunikan meliputi tingkat
pendidikan, usia, jenis kelamin, dan sebagainya perlu dipahami oleh komunikator.
Apabila komunikator kurang memahami, cara komunikasi yang dipilih mungkin tidak
sesuai dengan karakteristik komunikan dan hal ini dapat menghambat komunikasi karena
dapat menimbulkan kesalah pahaman. 4. Prasangka buruk. Prasangka negatif antara
pihak-pihak yang terlibat komunikasi harus dihindari, karena dapat mendorong kearah
sikap apatis dan penolakan. 5. Verbalistis. Komunikasi yang hanya berupa penjelasan
verbal berupa kata-kata saja yang akan membosankan dan mengaburkan komunikan
dalam memahami makna pesan. 6. Komunikasi satu arah. Komunikasi berjalan satu arah,
dari komunikator kepada komunikan terus menerus dari awal sampai akhir, menyebabkan
hilangnya kesempatan komunikan untuk meminta penjelasan terhadap hal-hal yang belum
di mengerti. 7. Tidak digunakan media yang tepat Pilihan penggunaan media yang tidak
tepat
menyebabkan
pesan
yang
disampaikan
sukar
dipahami
oleh
komunikan.
8. Perbedaan bahasa. Perbedaan bahasa menyebabkan terjadinya perbedaan penafsiran
terhadap simbol-simbol tertentu.
22
Ibid, hal 17.
17
BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN KOMPONEN MASYARAKAT UNTUK MENCEGAH
TERORISME MELALUI KOMSOS.
Berangkat dari pengetahuan tentang teroris dan Komunikasi sosial diatas maka penulis
akan mencoba menggambarkan bagaimana mengedepankan Komsos sebagai sarana
untuk mewujudkan Komponen masyarakat menjadi alat juang yang tangguh untuk
mencegah terorisme di daerah, dengan mengunakan kerangka berfikir sebagai berikut:
bentuknya seperti apa, siapa yang melakukan Komsos? ( Dandim dan Danramil ),
kepada siapa Komsos dilakukan ? ( Bupati, DPR dan Polri), KBTNI, Tokoh
masyarakat/tokoh adat, Tokoh agama, Tokoh pemuda ), dengan cara apa ( sesuaikan
dengan metoda Komsos yang tepat dengan materi dan sasarannya), materi dan isi
Komsos ( sesuaikan dengan siapa akan berkomunikasi dan trend issue saat itu), dampak
apa yang diharapkan (jangka pendek, sedang, panjang), Bagaimana menjamin
kesinambungannya. Untuk tahap-tahap pelaksanaan Komsos itu sendiri telah tertuang
dengan jelas pada Bujuknik tentang Komsos mulai dari tahap perencanaan sampai dengan
tahap pengahiran.
Bentuk Komsos yang dilakukan.
Dalam mencegah aksi terorisme banyak kendala
yang dihadapi karena sangat terkait dengan issue HAM yang sangat sensitif, dampaknya
apabila sudah terjadi kerugian yang ditimbulkan baik jiwa maupun harta benda akan
sangat besar, sehingga sangat baik apabila Terorisme dapat dicegah masih jauh sebelum
terorganisir atau menjadi idiologi bagi pelakunya, pencegahan ini akan menjadi sangat
efektif apabila penanganannya melibatkan seluruh komponen masyarakat dan pelibatan
seluruh komponen masyarakat dapat terwujud secara sadar dan bertanggungjawab,
apabila terjadi kesamaan visi, misi dan inteprestasi diantara seluruh komponen
masyarakat, tetapi perwujudannya dapat tercapai apabila ada forum komunikasi sosial
yang terlembaga, terintegrasi, terkoordinasi di daerah yang mampu membahas
semua kejadian-kejadian dan mampu mencari jalan keluar yang bersifat persuasif,
manusiawi dan mendidik, untuk itu dibutuhkan tokoh yang mampu memotori,
mendinamisator dan mengintegrasi semua komponen masyarakat tersebut. Penulis
sangat berharap bahwa tokoh tersebut adalah Apkowil dalam hal ini Dandim dan Danramil
walau perlu diingat untuk menjadi tokoh itu tidak mudah, dan kita sepakat bahwa TNI-AD
18
menempatkan pejabat tersebut adalah untuk menjadi tokoh di daerah sesuai dengan
tugas yang diembannya dan tatarannya, untuk mencapai kondisi tersebut maka perlu
ketulusan, kepedulian, kejujuran sehingga inisiatif Apkowil tersebut tidak diduga oleh
masyarakat ada udang di balik batu tetapi sebagai bagian dari keinginan TNI AD agar
masyarakat mendapatkan kenyamanan, keamanan dan kedamaian dalam melaksanakan
kehidupan sehari-hari, sesuai amanat undang-undang.
Bagaimana Dandim melaksanakan Komsos.
Dandim melaksanakan komsos dengan Bupati melalui forum Kemuspidaan, acara-acara
resmi dan tidak resmi dengan menyediakan informasi yang aktual dan jujur tentang
keadaan wilayah yang sebenarnya yang didapat dari babinsa dan anggota intel sehingga
pembangunan yang sedang berjalan sesuai dengan program pembangunan didaerah
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat semakin pintar,
berpikiran maju dan tidak mudah terpengaruh oleh faham-faham radikal yang mengarah
kepada aksi teror. Selain itu Bupati mendapat masukan yang riil tentang situasi dan
hasil-hasil pembangunan yang dilaksanakan selama ini, sehingga dalam pelaksanaan
program pembangunan selanjutnya lebih baik dan dapat lebih dirasakan oleh masyarakat
sampai paling bawah, kita yakin apabila semua kepentingan rakyat dapat terpenuhi maka
aksi yang bersifat teror dapat dicegah sedini mungkin.
Dandim
melaksanakan komsos dengan DPR melalui forum Kemuspidaan, anjangsana
dengan memberikan masukan dan ajakan kepada anggota dewan maupun fraksi-fraksi
yang ada di DPR untuk sering turun ke daerah dan memberikan infomasi yang lengkap
kepada seluruh kontestan masing-masing sehingga kontestan mau berperan aktif dalam
menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, bila perlu mendorong DPR
untuk mengeluarkan perda mencegah tumbuhnya paham yang bertentangan dengan jati
diri bangsa Indonesia dengan demikian setiap masyarakat punya ketahanan secara
idiologi.
19
Dandim
melaksanakan komsos dengan Kapolres melalui forum Kemuspidaan,ceramah,
penugasan bersama, diskusi, acara-acara olah raga, forum resmi dan tidak resmi sehingga
terjadi tukar menukar informasi, saling dukung dan saling melengkapi dalam penanganan
setiap ada gejala atau indikasi akan terjadinya aksi teroris dibuat suatu rule of
engagement tingkat pelaksana untuk memperjelas siapa dan bagaimana pencegahan
yang dilakukan apabila ada indikasi terjadinya aksi terorisme di daerah, yang tentunya
untuk menghindari kegamangan dan
kesalahan dalam penanganannya dalam hal ini
egoisme antar lembaga harus dihindarkan. Melibatkan personil dari kepolisian dalam
setiap kegiatan Kodim dengan masyarakat untuk menghindarkan jarak antara Aparat
TNI/Polri dengan masyarakat dan disela-sela kegiatan tersebut disisipkan acara
penyuluhan hukum agar masyarakat mengerti tentang kegiatan yang melanggar hukum
serta menghindarkannya.
Dandim melaksanakan komsos dengan KBTNI melalui acara tatap muka dan anjangsana
sehingga terjadi kesamaan langkah, satu suara dan saling dukung terhadap langkah dan
tindakan yang dilakukan oleh Aparat Teritorial diperjelas dan diperkuat oleh seluruh KBTNI
yang ada di daerah tersebut. Khusus bagi veteran dan purnawirawan yang telah
bergabung dengan masyarakat agar menjadi corong Kowil untuk menyampaikan informasi
secara informal demikian juga sebaliknya dapat menjadi mata dan telinga bagi Kodim
apabila ada informasi yang berkembang di masyarakat.
Dandim melaksanakan komsos dengan Tomas/Todat melalui anjangsana, undangan dan
kegiatan kebudayaan di lingkungan masyarakat, Tomas/Todat punya peranan penting
dalam melestarikan kearifan lokal dan memberdayakan masyarakat secara ikhlas dan
sadar, sehingga Dandim perlu secara ekstra untuk mempengaruhi dan mengajak agar
Tomas/Todat ini betul-betul dapat direbut dan dimenangkan hati dan pengaruhnya karena
mereka adalah tokoh sentral yang terbentuk melalui dinamika kehidupan di masyarakat,
sehingga apapun yang akan dan sudah terjadi dapat mempengaruhi masyarakat apabila
tokoh ini sudah terpangaruh. Dalam pelaksanaan Komsos terhadap tokoh ini perlu
pemahaman adat istiadat dan bahan kontak untuk memberikan kesan pertama yang
menyentuh dengan demikian kita lebih mudah untuk mengenal warnanya dan tahu cara
20
bagaimana mewarnai pikiran dan pengaruhnya, berikan mereka pemahaman akan hukum
dan dampak dari apabila terjadi aksi teroris di lingkungannya sehingga mereka menjadi
penangkal pertama dan sumber informasi cepat yang dapat didayagunakan oleh Apkowil.
Dandim melaksanakan komsos dengan Toga melalui anjangsana, undangan dan kegiatan
keagamaan, masyarakat Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang religius dan
peranan Tokoh agama di lingkungan masyarakat sangat dihormati, apabila Dandim
mampu mendekatkan diri dan mempengaruhi Toga ini banyak nilai tambah yang akan
didapat dalam pelaksanaan tugas, dalam melaksanakan komsos terhadap Toga ada
beberapa cara yang dapat ditempuh yaitu ikut secara aktif dalam setiap acara keagaaman,
belajar menimba ilmu keagaamaan terhadap Toga yang paling berpengaruh di lingkungan
tersebut sambil melaksanakan kegiatan tersebut sambil mempengaruhi dan bertukar
informasi sehingga apabila ada ada aliran agama yang bersifat radikal dan berpotensi
menjadi aksi teror Tokoh ini dapat mencegah melalui pengaruhnya, sering aksi teror
terjadi akibat Toga tidak ikut campur tangan bahkan memberikan keterangan yang
membingungkan masyarakat. Maka perlu kreatifitas dan kelihaian seorang Dandim dalam
meraih tokoh ini.
Dandim melaksanakan komsos dengan Pemuda melalui berorganisasi, ceramah ,pentas
seni, kegiatan agama dan olah raga. Pemuda mempunyai ciri khas idealis, semangat
berapi-api dan mudah untuk dipengaruhi karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman, lahan yang baik bagi tumbuhnya paham positif maupun negatif, jadi Toda
menjadi sasaran yang paling strategis dari Komsos untuk mencegah mereka terpengaruh
faham negatif, Dandim harus menyediakan dan membina organisasi untuk menyalurkan
potensi yang terdapat pada pemuda tersebut melalui karang taruna, pramuka, kegiatan
seni, olahraga dan libatkan dalam kegiatan pembangunan dan apkowil ikut serta dalam
kegiatan tersebut sehingga tahu pribadi kebiasaan dari pemuda tersebut, dan apabila ada
indikasi penyimpangan dapat dengan segera dicegah dan diarahkan, teroris banyak
memanfaatkan pemuda dalam melancarkan aksinya ini dapat terjadi karena mereka tidak
dapat menyalurkan bakat dan potensi mereka melalui kegiatan positif di lingkungannya.
Apabila mereka diberi kegiatan dan potensi mereka disalurkan mereka akan menunjukkan
eksistensi mereka kepada kegiatan yang positif dan faham negatif dapat dicegah.
21
Bagaimana Danramil melaksanakan Komsos.
Danramil melaksakan komsos terhadap tokoh yang ada di daerahnya dalam lingkup
yang lebih kecil, lebih merakyat dengan berpedoman kepada kegiatan komsos yang telah
dilakukan oleh Dandim dengan cara catat tokoh-tokoh yang telah diajak berkomunikasi
oleh Dandim , pelajari isi dan materi yang disampaikan kembangkan menjadi sesuatu yang
lebih aplikatif sederhana dan terapkan melalui kegiatan-kegiatan formal dan informal yang
dilaksanakan oleh masyarakat . Peranan yang paling penting dari Danramil adalah
intensitas kegiatan yang dilaksanakan harus lebih banyak dilakukan oleh Danramil sendiri
atau dengan memberdayakan Babinsa untuk menjamin kesinambungan dari pelaksanaan
komsos tersebut dan yang tidak kalah penting Danramil harus mampu memblow up
kegiatan komsos yang dilakukan Dandim serta melaporkan apakah materi dan isi komsos
yang telah disampaikan oleh Dandim mendapat respon dari tokoh-tokoh tersebut, apabila
tidak
Dandim
dapat mencari kegiatan
lain
atau
melibatkan
tokoh
lain
dalam
penyampaiannya, apabila respon yang didapat sudah sesuai maka kewajiban dari
Danramil untuk memeliharanya dan meningkatkannya
Efektifitas kegiatan komsos yang dilakukan oleh Dandim dan Danramil terhadap
tokoh-tokoh tersebut diatas dapat dicapai apabila pertama dilaksanakan secara rutin dan
berkesinambungan, kedua dapat diukur dengan menetapkan variabel- variabel ukuran
yang dapat menggambarkan sejauh mana komsos yang dilakukan berhasil salah satunya
mungkin bisa dilaksanakan dengan test case, dengan cara melempar permasalahan
tertentu kemudian kita melihat reaksi dari tokoh-tokoh komponen masyarakat tersebut
untuk menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalannya sehingga dapat dilakukan
evalusi terhadap komsos yang dilakukan dan perbaikan terhadap komsos yang akan
dilakukan
selanjutnya.
Ketiga
muatannya
akan
berpengaruh
apabila
dalam
menyampaikan materi dan isi Komsos memanfaatkan trend issue yang berkembang
secara nasional dan lokal apabila ada data-data intelijen dari staf intel juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk mempengaruhi mind set dari komunikan yang kita
harapkan dan
menambah informasi dalam berkomukasi, dan keempat yang sangat
penting untuk dapat mempengaruhi tokoh-tokoh tersebut di atas Dandim harus memiliki
22
data-data pribadi dari tokoh tersebut seperti tanggal lahir, data keluarga, kebiasaan,
kesalahan yang pernah diperbuat, hobby dan sesuatu yang tidak disenangi dan disenangi
sehingga bisa masuk dengan cara yang tepat dengan menghindari hal-hal yang sensitif.
Penulis berkeyakinan apabila Komsos yang dilakukan oleh Dandim dan Danramil berhasil
tidak hanya Aksi teroris yang dapat dicegah tetapi aksi-aksi negatif yang lain juga dapat
dicegah, tujuan dari Komsos yang dilakukan oleh Apkowil adalah agar semua Komponen
masyarakat dapat dilibatkan sebagai alat juang yang tangguh dan menangkal
semua
ATHG yang timbul yang mengancam NKRI, semua kita sependapat dengan nasihat leluhur
kita yaitu bersatu kita teguh bercerai kita runtuh dan seribu lidi bila
sendiri-sendiri akan mudah dipatahkan tetapi kalau diikat menjadi satu dapat
membersihkan semua kotoran yang ada dihalaman.
KESIMPULAN.
Komsos sangat tepat didayagunakan dalam mewujudkan alat juang yang tangguh
dalam mencegah aksi terorisme di daerah karena bersifat persuasif dan penyadaran
terhadap masyarakat sehingga resistensi masyarakat terhadap terorisme dapat tumbuh
secara alami di daerah, hanya apakah Dandim dan Danramil memiliki kemampuan dan
kemauan untuk melaksanakannya secara tepat dan benar, karena Komsos dapat berhasil
sangat tergantung kepada pribadi yang melaksanakannya apakah kreatif atau tidak karena
pendekatan terhadap orang tidak bisa kita teorikan secara mutlak tergantung kepada
situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan. Terutama terhadap pelaku teroris
karena ini menyangkut faham dan kepercayaan dari yang dilakukannya memang sangat
sulit tetapi mencegah tentu lebih mudah dari pada menanggulangi.
SARAN.
Agar Dandim dan Danramil paling tidak dalam melaksanakan Komsos ini tidak
canggung maka perlu pematangan dalam setiap jenjang pendidikan yang mengarahkan
Perwira menduduki jabatan Dandim dan Danramil, tidak hanya secara teori tetapi praktek
yang lebih banyak dan aplikatif, karena di daerah mereka harus menjadi tokoh dan ujung
tombak dalam Binter dan metoda yang lain akan sukses dan mencapai sasaran apabila
penyelenggaraan Komsosnya benar.
23
PENUTUP.
Demikian tulisan ini dipersembahkan kepada pembaca semoga dapat menjadi
tambahan informasi, penulis sangat sadar banyak kelemahan dan kekurangannya dan
penulis terbuka terhadap koreksi dan masukan untuk kesempurnaan tulisan ini dan kelak
dapat dijadikan acuan bersama, terimakasih
Padalarang,
Maret 2011
Penulis
Ramses L.Tobing, S.T.
Letnan Kolonel Arh NRP 32763
Download