ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta © 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: [email protected] Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. ISBN: 978-602-262-473-8 Cetakan Pertama, tahun 2015 Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini untuk Sarah vi Isu-Isu Globalisasi Kontemporer PENGANTAR A lhamdulillah, saya sangat bersyukur karena atas berkat rahmat dan kuasa Allah SWT, buku berjudul Isu-Isu Globalisasi Kontemporer dapat diterbitkan dan disajikan kepada masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Buku ini merupakan hasil analisis saya atas aneka isu global yang dewasa ini hadir di hadapan kita. Sepanjang dua dekade terakhir, berbagai isu baru terus bermunculan dan berkembang seiring dengan semakin pesatnya gerak laju globalisasi. Jika di masa Perang Dingin, isu-isu global terkonsentrasi pada masalah keamanan negara dan hanya terbatasi pada konflik antara blok Barat dan blok Timur, kini isu-isu itu melebar ke persoalan ketimpangan ekonomi, masa depan demokrasi, eksistensi budaya lokal, daya tahan identitas kultural, jaminan keamanan individu, dan meningkatnya ancaman terorisme. Pada era globalisasi kontemporer, semua isu tersebut tidak hanya melibatkan negara, tetapi juga aktor-aktor nonnegara seperti gerakan masyarakat sipil global, perusahaan multinasional, dan jaringan terorisme. Karena itu, buku ini menjadi relevan untuk mengupas dampak globalisasi terhadap aktor-aktor lokal, nasional, dan internasional dengan mencermati perkembangan kontemporer isu-isu global seperti yang terpapar dalam enam bab berikut. Pertama, tentang globalisasi dan pertumbuhan ekonomi. Dampak globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia masih viii Isu-Isu Globalisasi Kontemporer diperdebatkan oleh banyak pihak. Pendukung globalisasi mengatakan bahwa globalisasi telah menyebabkan aktivitas perdagangan kian meningkat sehingga berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang mampu menurunkan angka kemiskinan, mengurangi jumlah pengangguran, dan mempersempit ketimpangan. Namun, argumen itu dibantah para penentang globalisasi yang mengatakan bahwa globalisasi memang meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi hanya di negara-negara maju, bukan negara-negara miskin, sehingga ketimpangan justru kian melebar. Kedua, tentang globalisasi dan demokrasi. Meskipun demokrasi kian berkembang pasca-Perang Dingin, tetapi masa depannya diragukan karena akuntabilitas pemerintahan demokratis kian rendah. Jika demokrasi dipahami sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat; realitanya dalam beberapa hal, pemerintah justru melayani korporasi, bukan rakyat. Semakin berkuasanya korporasi menyebabkan pemerintah kian tak berdaya sehingga sejumlah persoalan publik akhirnya ditangani oleh perusahaan yang menjalankan program corporate social responsibility (CSR). Artinya, nilai-nilai demokrasi telah dilemahkan oleh globalisasi seiring dengan aksi korporasi-korporasi besar yang kerap memengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pemerintahan agar menguntungkan kepentingan mereka. Ketiga, tentang globalisasi dan budaya lokal. Proses globalisasi menyebabkan budaya lokal terancam oleh penetrasi budaya-budaya asing. Di era globalisasi, seirama dengan kemajuan teknologi komunikai dan informasi, penyebaran budaya-budaya negara maju dapat semakin mudah dijalankan melalui aneka media yang kini kian variatif. Masalahnya, dalam kasus Indonesia, seringkali budaya-budaya itu tidak sesuai dengan nilainilai dasar yang dianut oleh masyarakat negara ini. Akibatnya, sejumlah individu mengalami dilema antara tetap bertahan pada budaya lokal yang mereka anut sejak lama ataukah mengikuti budaya asing yang dipersepsikan lebih modern. Inilah tantangan besar yang harus dihadapi oleh budaya lokal. Pengamtar ix Keempat, tentang globalisasi dan identitas kultural. Harus dipahami, kekuatan-kekuatan penggerak globalisasi memiliki agenda untuk melancarkan homogenisasi identitas. Sebagai negara berkembang, Indonesia termasuk sasaran dari agenda tersebut. Karena itu, dewasa ini kita dapat merasakan betapa mewabahnya nilai-nilai asing yang bersemayam dalam, misalnya, American pop culture dan K-pop yang begitu populer di Indonesia. Celakanya, sebagian kalangan menganggap identitas ke-Indonesia-an telah usang dan memilih untuk menganut budaya asing itu. Hal ini mengindikasikan bahwa globalisasi telah mengancam kelestarian identitas kultural yang dianut oleh masyarakat suatu negara. Kelima, tentang globalisasi dan keamanan manusia. Pendekatan keamanan di era globalisasi telah bergeser tidak hanya terfokus pada negara, melainkan juga manusia. Keamanan tidak lagi dipandang hanya sebatas perlindungan dari keterancaman fisik dan kekerasan, tetapi juga keterancaman psikologis dan mental yang cenderung lunak. Keamanan manusia meliputi keamanan ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan, individu, komunitas, dan politik. Dampak globalisasi dirasakan secara nyata oleh manusia dalam bidang-bidang itu. Dalam hal ekonomi misalnya, sistem ekonomi global yang dipandang sebagian orang tidak adil menyebabkan kesenjangan pendapatan semakin melebar. Orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin. Bagi kelompok bawah yang dimiskinkan oleh sistem itu, globalisasi telah mengancam keamanan ekonomi mereka. Keenam, tentang globalisasi dan terorisme. Globalisasi dan terorisme tidak dapat dikaitkan secara langsung. Relasi di antara keduanya terhubung melalui faktor politik, ekonomi, budaya, dan media informasi yang disebabkan oleh globalisasi dan mengakibatkan serangan teroris. Secara politik, globalisasi telah melemahkan negara sehingga membuka kesempatan munculnya komunitas baru di luar negara yang teralienasi dari sistem global yang mendominasi. Komunitas terpinggirkan ini akhirnya melawan globalisasi dengan memakai simbol identitas kultural sebagai alat perlawanan.Teroris bisa disebut sebagai komunitas dengan identitas baru yang menolak universalisasi, homogenisasi, dan integrasi yang diinginkan glo- x Isu-Isu Globalisasi Kontemporer balisasi. Karena itu, sasaran kelompok teroris selalu simbol-simbol dari negara maju yang menjadi penyokong globalisasi. Dalam menjalankan aksinya, mereka membutuhkan media massa untuk memaksimalkan teror yang dilakukan. Enam isu yang terdapat dalam buku ini hanyalah segelintir dari sekian banyak isu dalam globalisasi. Karena hanya segelintir, saya menyadari sepenuhnya bahwa bahasan tentang isu-isu globalisasi kontemporer dalam buku ini masih sangat kurang. Kekurangan itu bisa jadi bersumber dari tidak lengkapnya data dan fakta atau mungkin bermuara dari kelemahan analisis saya. Alhasil, buku ini belum bisa dikatakan sempurna. Di dalam ketidaksempurnaan itu, saya tetap berharap buku ini memberikan manfaat kepada pembaca khususnya, serta masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia pada umumnya. *** Sepanjang proses penulisan buku ini, saya sangat bersyukur karena Allah Yang Maha Pemberi Rizki telah mengirimkan manusia-manusia ciptaannya untuk singgah dalam kehidupan saya dan senantiasa menghiasi hari-hari saya dalam dalam berkarya. Segala puji bagi Sang Khalik atas anugerah-Nya itu. Kepada mereka, saya ingin mengirimkan kata “terima kasih”. Terima kasih kepada Ayah A. Hafidz Ma’soem, Mama Dadah Fuadah, Bapak Prasetyo Wirjadi (almarhum), dan Ibu Rufaida Susiana yang doa-doanya telah meringankan langkah saya untuk terus produktif berkarya guna menebar manfaat seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya manusia. Terima kasih pula atas dukungan semua kolega di Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga sebagai tempat saya belajar, berkreasi, dan berkarya. Tidak lupa juga, saya berterima kasih kepada seluruh mahasiswa saya, baik di Program Studi Sarjana maupun Magister Hubungan Internasional Universitas Airlangga. Melalui serangkaian diskusi bersama mereka, saya terdorong untuk terus memperkaya wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan demi peningkatan kualitas diri.