Kemajuan Seleksi Bobot Lahir dan Bobot Sapih

advertisement
KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH
KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN
SKRIPSI
DWI VENTRI DAMAYANTI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
DWI VENTRI DAMAYANTI. D14053102. 2010. Kemajuan Seleksi Bobot Lahir
dan Bobot Sapih Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Rex dan Satin. Skripsi.
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Maman Duldjaman, M.S.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Bram Brahmantiyo, M.Si.
Kelinci merupakan ternak yang mempunyai beberapa kelebihan daripada
ternak lain, diantaranya memiliki daya adaptasi relatif tinggi, pakannya tidak
bersaing dengan manusia, dan dapat tumbuh dengan cepat dengan efisiensi
penggunaan pakan yang baik. Oleh karena itu, kelinci berpotensi untuk
dikembangkan di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan produktivitas kelinci adalah dengan seleksi. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas dengan kriteria bobot sapih pada kelinci Rex dan
Satin melalui seleksi.
Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi, Bogor
pada bulan April hingga Mei 2009. Ternak kelinci yang digunakan sebanyak 990
ekor kelinci Rex dan 602 ekor kelinci Satin. Data yang digunakan berasal dari data
sekunder dari catatan tahun 2005 hingga 2008. Peubah yang diamati dalam penelitian
ini adalah bobot badan tiap minggu dari bobot lahir hingga bobot umur 6 minggu
(sapih). Peubah yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada masing-masing
generasi yang terdiri dari empat generasi, yaitu generasi ke-0 (tahun 2005), generasi
ke-1 (tahun 2006), generasi ke-2 (tahun 2007), dan generasi ke-3 (2008).
Kemajuan seleksi harapan bobot lahir kelinci Rex pada tahun 2005 hingga
2008 berturut-turut sebesar 0,9775 g; 4,5985 g; 3,7825 g; dan 4,3350 g. Kemajuan
seleksi harapan bobot lahir kelinci Satin pada tahun 2005 adalah sebesar 2,1280 g,
kemudian menurun pada tahun 2007 yaitu sebesar -1,9073 g. Kemajuan seleksi
harapan bobot lahir kelinci Satin tahun 2007 dan 2008 adalah 4,1324 g dan 2,1457 g.
Kemajuan seleksi harapan bobot sapih kelinci Rex pada tahun 2005 hingga 2008
adalah 103,8682 g; 123,3580 g; 95,5062 g; dan 104,7100 g. kemajuan seleksi
harapan bobot sapih kelinci Satin tahun 2005 hingga 2008 adalah 55,5454 g; 68,3997
g; 108,1874 g; dan 56,1699 g.
Kemajuan seleksi sebenarnya kelinci Rex pada bobot lahir tahun 2006 dan
2007 adalah sebesar 1,5130 g dan 0,1700 g, kemudian mengalami penurunan pada
tahun 2008 yaitu sebesar -2,5245 g. Kemajuan seleksi bobot lahir kelinci Satin tahun
2006 adalah 3,7704 g, kemudian menurun pada tahun 2007 dan 2008 yaitu sebesar 3,9912 g; dan -1,9338 g. Kemajuan seleksi sebenarnya kelinci Rex pada bobot sapih
tahun 2006 21,0622 g kemudian menurun pada tahun 2007 dan 2008 yaitu -13,9212
g dan -144,5127 g. Kemajuan seleksi sebenarnya kelinci Satin pada bobot sapih
tahun 2006 sebesar 5,5391 g kemudian menurun pada tahun 2007 dan 2008 yaitu 17,9880 g; dan -239,0670 g.
Kata-kata kunci: kelinci, Rex, Satin, bobot lahir, bobot sapih, seleksi, kemajuan
seleksi.
ABSTRACT
The Progress to Selection of Birth Weight and Wean Weight at Rex Rabbit and
Satin Rabbit
Damayanti, D. V., M. Duldjaman, and B. Brahmantiyo
Selection is important to improve the productivity of Rex rabbit and Satin
rabbit. The proces of selection was done by choosing some individulas in preference
to others as the parents of the next generation. The data used was body weight every
week consist birth weight (0 week) until weaning weight (6 week). The number of
object used was 990 Rex rabbit and 602 Satin rabbit. The result of this reaserch,
shown that selection can increase body weight rabbit. Body weight rabbit at third
generation is decrease. It caused environmental effect such as disease, feed,
management, etc. Value of progress to selection Rex rabbit at first, second, and third
generation for birth weight were 1,513 g; 0,17 g; and -2,5245 g. Value of progress to
selection Rex rabbit at first, second, and third generation for weaning weight were
21,06225 g; -13,92125 g; and -144,51275 g. Value of progress to selection Satin
rabbit at first, second, and third generation for birth weight were 3,77041 g; -3,99116
g; and -1,93377 g. Value of progress to selection Satin rabbit age 6 week at first,
second, and third generation for weaning weight were 5,53913 g; -17,988 g; and 239,067 g.
Keyword : Rabbit, Rex, Satin, weight birth, weight wean, selection, rate of progress
to selection
KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH
KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN
DWI VENTRI DAMAYANTI
D14053102
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Kemajuan Seleksi Bobot Lahir dan Bobot Sapih Kelinci
(Oriyctolagus cuniculus) Rex dan Satin
Nama
: Dwi Ventri Damayanti
NIM
: D14053102
Menyetujui :
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Maman Duldjaman, M.S
NIP. 19460105 197403 1 001
Dr. Ir. Bram Brahmantiyo, M.Si
NIP. 19650506 199003 1 002
Mengetahui :
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan IPB
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc
NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 30 Desember 2009
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1986 di Gresik. Penulis merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sukirman dan Ibu Suhartinah.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Kuncup Harapan pada
tahun 1992 dan pendidikan dasar di SDN Kebomas I pada tahun 1998. Pendidikan
Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 3 Gresik dan
dilanjutkan ke pendidikan sekolah menengah umum diselesaikan pada tahun 2004 di
SMUN 1 Gresik. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SPMB pada tahun 2005.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah
menjadi Sekretaris Menteri Pertanian di Badan Eksekutif Mahasiswa IPB periode
2005/2006, Ketua Komisi IV di Lembaga Struktural Bina Desa BEM KM IPB
periode 2006/2007, dan Direktur di Lembaga Struktural Bina Desa BEM KM IPB
periode 2007/2008. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam IPB tahun ajaran 2008/2009.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga sehingga
penulis memperoleh kemudahan dan pelajaran berharga selama melakukan penelitian
dan penulisan skripsi yang berjudul Kemajuan Seleksi Bobot Lahir dan Bobot
Sapih Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Rex dan Satin. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Rosulullah SAW juga kepada keluarga, sahabat,
dan umatnya hingga akhir zaman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemajuan seleksi bobot sapih pada
kelinci Rex dan Satin. Kelinci Rex dan Satin merupakan kelinci penghasil fur yang
berkualitas tinggi sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.
Penelitian ini telah dilakukan selama tiga bulan yaitu mulai bulan Maret hingga Mei
2009 di Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi, Bogor. Penelitian ini
menggunakan data sekunder dari pencatatan bobot badan kelinci yang telah
dilakukan pada tahun 2005 hingga 2008. Nilai kemajuan seleksi diperoleh dari
populasi ke-0 (P0) hingga populasi ke-3(P3).
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis
berharap bahwa karya kecil ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan sumbangsih bagi perkembangan kelinci di Indonesia, terutama bagi
kelinci penghasil fur. Penulis juga berharap semoga Allah SWT meridhoi segala
upaya yang telah dilakukan dalam pembuatan skripsi ini. Subhanallah.
Bogor, Januari 2010
Dwi Ventri Damayanti
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN …………………………………………………………...
i
ABSTRACT ……………………………………………………………..
ii
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………..
iii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………..
iv
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………...
v
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………..
Perumusan Masalah ……………………………………………...
Tujuan ……………………………………………………………
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelinci Rex ………………………………………………………
Kelinci Satin ……………………………………………………..
Pertambahan Bobot Badan ………………………………………
Peningkatan Mutu Genetik ………………………………………
Ripitabilitas ……………………………………………………...
Heritabilitas ……………………………………………………...
Kemajuan Seleksi ………………………………………………..
3
4
4
5
6
7
8
METODE ………………………………………………………………..
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Lahir dan Bobot Sapih Kelinci Rex ………………………
Bobot Lahir dan Bobot Sapih Kelinci Satin ……………………..
Persentase Keragaman Bobot Badan …………………………….
Dugaan Nilai Heritabilitas ……………………………………….
Dugaan Nilai Ripitabilitas ……………………………………….
Kemajuan Seleksi ………………………………………………..
14
16
18
19
21
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………………………………………………………
Saran ……………………………………………………………..
26
26
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………….
27
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...
29
LAMPIRAN ……………………………………………………………..
31
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Karakteristik Reproduksi Kelinci Rex …………………………….
3
2. Karakteristik Reproduksi Kelinci Satin…………………………….
4
3. Dugaan Nilai Heritabilitas Beberapa Sifat Produksi Kelinci ……...
7
4. Sidik Ragam untuk Menduga Nilai Heritabilitas Suatu Sifat
Berdasarkan Pola Tersarang atau Hieraechial………………..........
12
5. Sidk Ragam untuk Menduga Nilai Ripitabilitas…………………..
13
6. Bobot Badan Kelinci Rex Umur 0-6 Minggu ………......................
14
7. Bobot Badan Kelici Satin Umur 0-6 Minggu ……….......................
17
8. Nilai Heritabilitas Kelinci Rex …………………………………….
19
9. Nilai Heritabilitas Kelinci Satin …………………………...............
20
10. Nilai Ripitabilitas Kelinci Rex ………………………….................
21
11. Nilai Ripitabilitas Kelinci Satin …………………………………...
22
12. Kemajuan Seleksi Kelinci Rex …………………………….............
23
13. Kemajuan Seleksi Kelinci Satin ………………...............................
24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tahapan Seleksi …………………………………………………....
11
2. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Kelinci Rex …………………...
15
3. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Kelinci Satin ………..................
18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Kelinci Rex ………………………………………….......................
32
2.
Kelinci Satin ……………………………………………………….
32
3.
Kelinci Umur 0 Minggu ………………………………...................
32
4.
Lembar Catatan Pertumbuhan Kelinci ………………………….…
33
5.
Hasil Analisis Sidik Ragam Tersarang pada Jantan …………….…
34
6.
Hasil Penghitungan Pertumbuhan Bobot Badan …………………..
34
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak negara di dunia yang memiliki ternak kelinci karena kelinci
mempunyai daya adaptasi yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir
seluruh dunia. Kelinci dalam hal penyediaan pakannya tidak bersaing dengan
manusia atau ternak industri intensif, seperti ayam. Hal ini penting dalam arti
pendayagunaan bahan pakan untuk ternak yang tidak berasal dari bahan makanan
untuk manusia.
Kelinci tumbuh cepat dengan efisiensi penggunaan pakan yang baik dapat
mencapai bobot rata-rata lebih dari 2 kg pada umur 8 minggu. Kelinci mempunyai
kemampuan berkembang biak yang cepat, cocok dipelihara dalam skala kecil,
menengah dan skala industri. Ini penting bagi penduduk Indonesia, terutama di Jawa
dimana kepemilikan lahan petani tidak luas sehingga bisa memelihara kelinci.
Ternak kelinci juga tidak banyak menimbulkan bau dan tidak gaduh, serta kualitas
dagingnya cukup baik.
Peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan melalui perbaikan
lingkungan (mutu pakan dan tatalaksana) serta mutu genetik. Peningkatan mutu
genetik melalui program pemuliaan dapat dilakukan dengan seleksi, persilangan
dan/atau
kombinasinya.
Pemuliaan
ternak
dapat
diartikan
sebagai
upaya
meningkatkan produktivitas melalui manipulasi genetik, perbaikan tatalaksana
lingkungan pemeliharaan, dan kombinasi keduanya.
Seleksi dapat dilakukan pada sifat kualitatif dan kuantitatif ternak. Seleksi
kuantitatif pada kelinci banyak dilakukan terhadap sifat pertumbuhan karena
mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan alam tidak bertujuan
untuk membentuk hewan-hewan yang tumbuh cepat sehingga keragaman dan nilai
heritabilitas tetap tinggi sampai saat ini. Sejak tahun 2005, Balitnak melakukan
seleksi pada kelinci Rex dan Satin dengan kriteria total bobot sapih menggunakan
metode Most Probable Producing Ability (MPPA). Seleksi yang dilakukan oleh
Balitnak bertujuan untuk meningkatkan bobot badan agar luas fur kelinci seragam
sehingga harga jualnya lebih tinggi.
Seleksi dapat meningkatkan sifat total bobot sapih dari generasi ke generasi
yang dicerminkan dengan nilai kemajuan seleksi. Kemajuan seleksi suatu sifat dapat
diduga dengan mengkalikan nilai heritabilitas dan selisih antara generasi terseleksi
dengan populasinya. Pengaruh terhadap kemajuan seleksi ini dapat memberikan
gambaran kemajuan seleksi antar generasi.
Perumusan Masalah
Sampai saat ini pembibitan kelinci belum berkembang di Indonesia, sehingga
bibit unggul tidak tersedia di pasaran. Hal ini terjadi karena pemuliabiakan ternak
membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit, namun hasil yang diperoleh
bersifat permanen. Kelinci Rex dan Satin diseleksi menurut bobot lahir dan sapih
karena kedua sifat tersebut penting untuk mengetahui daya hidup kelinci saat tumbuh
dewasa.
Tujuan
Seleksi dengan kriteria bobot sapih pada kelinci Rex dan Satin dapat
meningkatkan produktivitas dari generasi ke generasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelinci Rex
Kelinci Rex adalah kelinci yang mempunyai keistimewaan pada rambutnya
yang halus seperti beludru, tumbuh tegak, dengan panjang rambut yang sama antar
rambut kasar dengan rambut halus. Bangsa kelinci Rex ditemukan pertama kali oleh
seorang peternak di Perancis pada tahun 1919. Satu tahun berikutnya, (tahun 1920)
bangsa kelinci ini terlihat pada beberapa pameran hewan di Benua Eropa. Setelah
peristiwa tersebut popularitasnya meningkat dengan cepat sehingga pada tahun 1929
kelinci Rex diekspor ke Amerika Serikat. Kelinci Rex pada awalnya dikembangkan
untuk dijadikan hewan piaraan karena rambutnya yang istimewa, halus seperti
beludru. Kelinci Rex juga diambil daging dan kulit-rambutnya. Kelinci Rex
dimasukkan pertama kali ke Indonesia melalui importasi oleh Balai Penelitian
Ternak-Ciawi pada bulan Februari 1988, dengan tujuan untuk mengkaji pertumbuhan
badan dan pemanfaatan kulit-rambut (Cheeke et al., 1987). Karakteristik reproduksi
kelinci Rex pada tahun 2005 hingga 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Reproduksi Kelinci Rex
Sifat reproduksi
Tahun
2005
2006
2007
2008
Jumlah anak lahir (ekor)
5,78±1,52
6,15±1,30
5,67±1,77
7,27±1,59
Jumlah anak sapih (ekor)
4,57±1,66
4,61±1,27
5,17±1,77
5,88±0,96
Total bobot lahir (g)
255,69±70,12
297,56±67,21
290,39±81,69
361,61±85,73
Total bobot sapih (g)
2200,61±778,84
2393,26±633,30
2776,48±769,85
2438,16±653,88
19,46±22,34
23,56±20,37
7,78±17,31
16,43±17,10
Mortalitas (%)
Brahmantiyo et al. (2009)
Kelinci Rex mempunyai rambut yang halus, lebat, dengan rambut kasar dan
rambut halus yang sama panjang serta warna rambut yang beragam dan menarik
Cheeke et al. (1987). Kehalusan rambut kelinci Rex disebabkan oleh dua faktor,
yaitu diameter rambut kasar dan struktur kutikula (lapisan yang berada di atas lapisan
epidermis). Rataan diameter rambut kasar kelinci Rex relatif kecil. Helai kutikula
rambut relatif pendek, tidak banyak menutup helai kutikula rambut di depannya,
dengan demikian gerak ruas helai rambut di depannya tidak tertahan sehingga helai
rambut lemas, tidak kaku (Prasetyo, 1999).
Kelinci Satin
Ciri pokok kelinci Satin adalah rambutnya kilap dan relatif lebih halus
daripada rambut bangsa kelinci pada umumnya. Struktur rambut kelinci Satin secara
mikroskopis adalah tidak terdapatnya sel-sel pada bagian medula dari batang rambut.
Sel-sel tersebut hanya terdapat pada rambut yang sedang pada periode pertumbuhan
pada rambut kelinci Satin yang baru lahir (new-born) (Castle dan Law, 1936). Kilap
pada rambut kelinci Satin disebabkan karena terdapatnya pantulan sinar dari
permukaan batang rambut yang disebabkan oleh permukaan kutikula yang lebih
halus daripada kutikula rambut bangsa kelinci pada umumnya Searle (1968).
Karakteristik reproduksi kelinci Satin dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Reproduksi Kelinci Satin
Sifat reproduksi
Tahun
2005
2006
2007
2008
Jumlah anak lahir (ekor)
5,32±1,61
6,00±0,80
5,15±1,71
5,67±1,71
Jumlah anak sapih (ekor)
4,55±1,68
5,57±1,06
4,22±1,44
4,58±2,22
Total bobot lahir (g)
274,44±77,74
338,66±52,80
268,76±83,07
285,54±83,67
Total bobot sapih (g)
2019,48±818,05
2817,48±564,60
2127,57±754,29
1820,90±873
13,17±20,97
6,81±12,64
15,74±17,68
20,53±28,22
Mortalitas (%)
Sumber: Brahmantiyo et al. (2009)
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai peubah untuk mengetahui
petumbuhan kelinci. Templeton (1968) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot sapih dan suhu
lingkungan. Cunningham et al. (2005) menyatakan bahwa kurva pertumbuhan
bukanlah berbentuk kurva linier, namun berbentuk kurva S (sigmoid). Kurva
pertumbuhan dibagi dalam tiga fase yaitu: (1) prenatal, (2) preweaning, dan (3)
postweaning. Pertumbuhan prenatal adalah peningkatan bobot dari konsepsi hingga
lahir. Fase ini terbagi dalam fase ovum, embrio, dan fetus. Pertumbuhan preweaning
terjadi sejak lahir hingga disapih. Peningkatan ukuran badan dan perkembangan
organ tubuh sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah susu yang dihasilkan induk.
Postweaning merupakan akhir dari periode menyusui hingga saat disembelih.
Menurut Templeton (1968), pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas
makanan yang diberikan sedangkan kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh
bangsa, umur, jenis kelamin, bobot sapih, dan suhu lingkungan.
Menurut Tillman et al. (1991), pertambahan bobot badan diperoleh melalui
pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang-ulang
dalam waktu tiap hari, tiap minggu, atau tiap bulan. Menurut Rao et al. (1977) laju
pertumbuhan kelinci muda lebih kurang dua kali lipat bobotnya setiap minggu
hingga mencapai 0,45 kg pada umur 3 minggu. Kelinci muda yang baru mulai makan
ransum bentuk padat dan masih menyusu, laju pertumbuhannya adalah 10-20 g/hari,
dapat mencapai 30-50 g/hari antara umur tiga sampai dengan delapan minggu. Chen
et al. (1978) menyatakan bahwa laju pertumbuhan pada anak kelinci meningkat cepat
pada satu bulan pertama sejak lahir dan akan terus bertambah sampai disapih.
Cheeke et al. (1987) melaporkan bahwa pertambahan bobot badan untuk kelinci
pertumbuhan di daerah tropis dapat mencapai 10-20 g per ekor per hari.
Prasetyo (1999) menerangkan rataan bobot badan lahir, sapih (lima minggu)
dan dewasa (20 minggu) pada kelinci Rex adalah 47,26±10,56 g; 503,61±140,47 g;
dan 2370,06±308,94 g, sedangkan pada kelinci Satin adalah 53,72±11,60 g;
456,54±116,10 g; dan 2253,90±431,60 g. Rollins et al. (1963) menyatakan bahwa
jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap bobot sapih.
Peningkatan Mutu Genetik
Peningkatan
suatu
mutu genetik suatu ternak merupakan aspek penting dalam
unit pembibitan. Martojo (1992) menyatakan bahwa perubahan dalam
frekuensi gen akan menghasilkan perubahan dalam sifat populasi. Kekuatankekuatan yang dapat mengubah frekuensi gen adalah: (1) migrasi; (2) mutasi; (3)
seleksi dan (4) kebetulan.
Sejumlah individu yang berasal dari suatu populasi apabila melakukan
migrasi dan melakukan perkawinan dengan individu dari populasi lain maka hal
tersebut dapat merubah frekuensi gen. Mutasi yang dapat mengubah frekuensi gen
ada dua macam yaitu: (1) mutasi tak berulang, dan (2) mutasi berulang. Mutasi tak
berulang jarang terjadi dan tidak menghasilkan perubahan yang berarti pada
frekuensi gen. Mutasi berulang lebih sering terjadi dan dapat mengakibatkan
perubahan frekuensi gen yang cukup berarti (Martojo, 1992).
Seleksi diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak
bereproduksi, sedangkan ternak yang lainnya tidak diberikan kesempatan untuk
bereproduksi (Noor, 2000). Menurut Warwick et al. (1990), seleksi individu
memberikan hasil yang baik bila yang diseleksi sifat kuantitatif melalui nilai
heritabilitas tinggi atau sedang. Martojo (1992) menyatakan nilai-nilai dugaan
heritabilitas dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu nilai heritabilitas
dikatakan rendah jika nilainya berada antara 0-0,2 (0-20%), sedang untuk nilai > 0,20,4 (20–40%), dan tinggi untuk nilai lebih dari 0,4 (diatas 40%).
Ripitabilitas
Ripitabilitas merupakan bagian dari ragam total suatu populasi yang
disebabkan oleh perbedaan-perbedaan antara individu yang bersifat permanen
(Warwick et al., 1990). Ragam ripitabilitas disebabkan oleh perubahan fisiologi dan
fluktuasi lingkungan yang bersifat sementara. Menurut Sundasesan (1975), jika nilai
ripitabilitasnya tinggi, maka ternak dapat dipertahankan atau dikeluarkan dari
peternakan berdasarkan catatan pertama pengamatan, namun jika ripitabilitasnya
rendah diperlukan pengamatan lebih dari satu kali pada karakter yang sama sebelum
menentukan kehidupan produksi ternak yang bersangkutan. Kegunaan ripitabilas
diantaranya adalah untuk menduga nilai maksimum yang dapat dicapai heritabiltas,
untuk menduga kemampuan produksi dalam masa produksi seekor ternak (MPPA,
most probable producing ability) dan untuk meningkatkan ketepatan seleksi.
Perhitungan MPPA secara teratur dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan seleksi
dan culling untuk ternak betina dari berbagai umur serta untuk prediksi calon bibit
(Martojo, 1992).
Ripitabilitas adalah konsep yang erat hubungannya dengan heritabilitas dan
berguna untuk sifat-sifat yang muncul beberapa kali dalam hidupnya seperti produksi
susu. Ripitabilitas dinyatakan juga sebagai batas atas nilai heritabilitas, karena
nilainya paling sedikit sebesar nilai heritabiltas atau dapat jauh lebih besar tergantung
dari besarnya faktor-faktor itu (Warwick, et al., 1990). Nilai ripitabilitas bobot
kelinci yang dikembangbiakan di lingkungan tropis lembab pada umur 21 hari, 28
hari, dan 84 hari berturut-turut adalah 0,18; 0,19; dan 0,09 (Rastogi et al., 2000).
Nilai ripitabilitas kelompok bangsa kelinci murni (California dan New Zealand
White) pada bobot lahir, umur 21 hari, dan umur sapih (28 hari) berturut-turut adalah
0,14; 0,09; dan 0,03 (Lukefahr dan Hamilton, 1997).
Heritabilitas
Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari
keragaman total suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Pengetahuan
tentang besarnya heritabilitas penting dalam mengembangkan seleksi dan rencana
perkawinan untuk memperbaiki ternak (Warwick et al., 1990). Heritabilitas
merupakan rasio yang menunjukkan persentase keunggulan tetua yang rata-rata
diwariskan kepada anaknya.
Tabel 3. Dugaan Nilai Heritabilitas Beberapa Sifat Produksi Kelinci
Sifat produksi
Heritabilitas
Bobot badan induk
0,53±0,20
Jumlah litter size born
0,13±0,13
Bobot litter birth
0,14±0,11
bobot 21 hari
0,09±0,11
Bobot sapih
0,03±0,09
Sumber: Lukefahr dan Hamilton (1997)
Noor (2000) menyatakan bahwa, ada dua macam heritabilitas, yaitu
heritabilitas dalam arti luas yang merupakan rasio antar keragaman genetik dengan
keragaman fenotipik yang melibatkan pengaruh gen aditif dan non aditif.
Heritabilitas dalam arti sempit merupakan rasio antara keragaman aditif dan
keragaman fenotip yang dalam hal ini aksi gen non aditif (dominan dan epistasis)
tidak dimasukkan. Hal ini disebabkan oleh daya penurunan gen dominan dan
epistasis tidak semutlak gen aditif, pengaruh lingkungan terhadap aksi gen non aditif
sangat kecil. Empat cara untuk mengestimasi nilai heritabilitas yaitu dari data
kelahiran kembar, heritabilitas nyata, metode regresi dan korelasi dan dari
ripitabilitas.
Warwick et al. (1990) menyatakan bahwa secara teori, nilai heritabilitas
dapat berkisar antara 0 hingga 1, tetapi angka ekstrim ini jarang diperoleh untuk
sifat-sifat kuantitatif ternak. Heritabilitas yang bernilai nol maka hal tersebut berarti
semua keragaman disebabkan oleh pengaruh lingkungan, dan sebaliknya, jika
heritabilitas bernilai satu, maka semua keragaman disebabkan oleh keturunan.
Beberapa nilai heritabilitas sifat produksi kelinci ditampilkan pada Tabel 3.
Martojo (1992) menyatakan bahwa heritabilitas bukan suatu konstanta,
karena itu nilainya dipengaruhi oleh besar kompoen ragam aditif, ragam genetik, dan
lingkungan. Sifat reproduksi dan daya hidup pada umumnya mempunyai nilai
heritabilitas yang rendah, sedangkan sifat-sifat pertumbuhan dan perdagingan
mempunyai nilai heritabilitas tinggi. Hal ini disebabkan sifat-sifat reproduksi dan
vitalitas adalah sifat-sifat yang sejak saat terbentuknya berbagai jenis ternak sampai
saat ini telah mengalami seleksi alam. Seleksi alam bertujuan membentuk hewan
yang sesuai dengan lingkungannya, yang berarti dapat berkembang biak dengan daya
hidup yang baik. Hal ini mengakibatkan mengecilnya keragaman genetik sehingga
mengakibatkan nilai heritabilitas yang rendah. Sifat-sifat pertumbuhan dan
perdagingan tidak mengalami banyak perubahan karena diperkirakan bahwa alam
tidak bertujuan untuk membentuk hewan-hewan yang tumbuh cepat dan bermutu
daging tinggi, sehingga keragaman sifat-sifat tersebut tetap tinggi
Kemajuan Seleksi
Kemajuan seleksi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: (1) ketepatan
evaluasi atau pendugaan, (2) jumlah dan intensitas seleksi, (3) besar keragaman
genetik dalam populasi ternak, dan (4) selang generasi. Penghitungan kemajuan
genetik per tahun tergantung pada beberapa asumsi berikut: (1) Catatan produksi
yang terkumpul mempunyai distribusi normal, dan (2) hanya ternak-ternak yang
berperingkat tinggi dalam mutu gentik yang dipilih jadi hewan pengganti (Martojo,
1992).
Menurut Warwick et al. (1990), cara untuk membuat kemajuan seleksi
menjadi maksimum adalah dengan mempertinggi kecermatan seleksi. Mempertinggi
kecermatan seleksi berarti bahwa prosedur yang digunakan harus membuat korelasi
antara nilai pemuliaan (atau genotipe) dengan informasi yang harus digunakan
sebagai kriteria seleksi setinggi mungkin. Kecermatan seleksi berhubungan langsung
dengan heritabilitas. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menaikkan
kecermatan seleksi adalah: (1) membakukan prosedur pengelolaan semaksimum
mungkin dan membuat penyesuaian terhadap pengelolaan atau lingkungan yang
tidak mungkin dikendalikan, (2) melakukan pengukuran berulang terhadap suatu
sifat, dan (3) menggunakan informasi secara optimum tentang penampilan individu
dan penampilan sanak saudaranya.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi,
Bogor. Penelitian ini dimulai pada bulan April hingga Mei 2009.
Materi
Kelinci Rex yang digunakan pada tahun 2005-2008 masing-masing sebanyak
290, 189, 265, dan 246 ekor, sehingga total kelinci Rex yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 990 ekor. Kelinci Satin yang digunakan pada tahun 20052008 masing-masing sebanyak 143, 207, 133, dan 119 ekor, sehingga total kelinci
Satin yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 602 ekor. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan timbangan merk Quattro buatan
Jerman dengan kapasitas 15 kg dengan skala terkecil 0,01 g.
Prosedur
Pengumpulan Data
Data berasal dari data sekunder bobot lahir dan bobot sapih kelinci Rex dan
Satin pada catatan tahun 2005 hingga 2008. Seleksi menggunakan metode MPPA
(Most Probable Producing Ability) yang selanjutnya populasi pada setiap tahunnya
dipilih 20 induk dan 5 pejantan terbaik sebagai populasi terseleksi pada generasi satu
hingga generasi ke-3. Peubah yang diamati adalah bobot lahir sampai dengan umur 6
minggu. Tahapan seleksi yang dilakukan diuraikan pada Gambar 1.
Analisis Data
Peubah yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada masing-masing
generasi. Model matematisnya (Steel dan Torrie, 1960):
Yij = µ + α i+ εij
Keterangan:
Yij
µ
αi
εij
= pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= rataan umum
= generasi kelinci
= galat baku
Pendugaan nilai heritabilitas menggunakan analisis ragam dengan pola
tersarang sesuai petunjuk Becker (1984) dengan model persamaan matematisnya:
Yijk = µ+αi + βj(i) + εijk
Keterangan:
Yijk
µ
αi
βj(i)
εijk
= respon anak ke-k dari induk ke-j dan pejantan ke-i
= rataan umum
= pengaruh pejantan ke-i
= pengaruh betina ke-j yang dikawinkan dengan pejantan ke-i
= galat
Perbanyakan ternak kelinci Rex dan Satin (P0)
53 ekor kelinci Rex dan 36 ekor kelinci Satin
Populasi Awal (P0):
Populasi Terseleksi (G0)
290 kelinci Rex dan 143 kelinci Satin
20 ♀ + 5 ♂
Populasi F1:
Populasi Terseleksi (G1)
189 kelinci Rex dan 207 kelinci Satin
20 ♀ + 5 ♂
Populasi F2:
Populasi Terseleksi (G2)
265 kelinci Rex dan 133 kelinci Satin
20 ♀ + 5 ♂
Populasi F3:
Populasi Terseleksi (G3)
246 kelinci Rex dan 119 kelinci Satin
20 ♀ + 5 ♂
Gambar 1. Tahapan Seleksi
Tabel 4. Sidik Ragam untuk Menduga Nilai Heritabilitas Suatu Sifat
Berdasarkan Pola Tersarang atau Hieraechial
Sumber keragaman
db
JK
KT
Komponen
Antar pejantan
S-1
JKs
KTs
σ2w+k2 σ2d + k3 σ2s
Antar induk dalam pejantan
S(d-1)
JKd
KTd
σ2w+k1 σ2d
Antar anak dalam induk
Sd (n-1)
JKw
KTw
σ2 w
σ2 t
Total
Keterangan:
db = derajat bebas
JK = jumlah kuadrat
KT = kuadrat tengah
S
= jumlah pejantan
d
= jumlah betina yang dikawinkan per pejantan
n
= jumlah anak yang dihasilkan per betina
2
σ s = komponen ragam antar pejantan
σ2d = komponen ragam antar induk
σ2w = komponen ragam antar anak dalam induk
Komponen ragam diduga dengan:
σ2w = KTw
σ2d = (KTd-KTw)/k1
σ2s = {KTs-(KTw+ k2 σ2d)}/k3
nilai k1, k2 dan k3 dihitung dengan:
K1=
K2 =
K3 =
Nilai heritabilitas dihitung dengan rumus:
=
Keterangan:
σs2
σd 2
σw2
= nilai heritabilitas suatu sifat yang dihitung melalui pejantan dan induk.
= komponen ragam antar pejantan
= komponen ragam antar induk
= komponen ragam antar anak dalam pejantan.
Simpangan baku eror nilai heritabilitas untuk komponen pejantan dan induk dihitung
berdasarkan rumus Becker (1984):
s.e. h2 =
keterangan:
= simpangan baku heritabilitas suatu sifat
s.e. h2
cov ( ) =
Sedangkan perhitungan ripitabilitas menggunakan model sebagai berikut (Becker,
1984):
Ykm= µ + αk + ekm
Keterangan:
µ = rataan umum
αk = pengaruh individu ke-k
ekm = pengaruh lingkungan
Tabel 5. Sidik Ragam untuk Menduga Nilai Ripitabilitas
Sumber
keragaman
Antara
individu
db
JK
KT
n-1
JKW
KTW
Komponen
ragam
σ2E+k1σ2W
Galat
n(m-1)
JKE
KTE
σ2 E
Keterangan: n
m
k1
JK
KT
db
= jumlah individu
= jumlah pengukuran per individu
=m
= jumlah kuadrat
= kuadrat tengah
= derajat bebas
Pendugaan ripitabilitas dihitung dengan rumus (Becker, 1984):
R= dengan σ MS
dan σ w keterangan:
R
= ripitabilitas
2
σ W = ragam sifat yang diamati
σ2E = ragam individu yang diamati
MSW = kuadrat tengah sifat yang diamati
MSE = kuadrat tengah individu yang diamati
K1 = jumlah pencatatan atau ulangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Lahir dan Bobot Sapih Kelinci Rex
Bobot badan merupakan salah satu sifat kuantitatif karena bobot badan dapat
diukur dengan satuan berat. Sifat kuantitatif ditentukan oleh pengaruh sejumlah besar
gen. Pengaruh lingkungan pada sifat kuantitatif terhadap fenotipe suatu ternak lebih
besar daripada sifat kualitatif. Sifat kualitatif umumnya ditentukan oleh satu pasang
hingga dua pasang gen.
Tabel 6. Bobot Badan Kelinci Rex Umur 0-6 Minggu.
Umur
(minggu)
Bobot Badan
2005
P0
2006
G0
F1
2007
G1
2008
F2
G2
52,63bc
9,91
18,84
57,08a
11,03
19,32
F3
G3
0
50,65bc
− Rataan (g)
9,63
− SD
− % keragaman 19,01
1
117,32bcd 127,60abc 119,55bcd 134,40ab 129,76abc 144,71a 107,48cd 100,50d
− Rataan (g)
28,90
23,06
26,17
27,54 27,67
25,04 11,21
0,71
− SD
24,63
18,07
21,89
20,49
21,32
17,31
10,43
0,70
− % keragaman
2
204,15cd 225,60bc
− Rataan (g)
49,13
49,82
− SD
22,08
− % keragaman 24,06
210,88cd 242,80ab 224,58bc 254,40a 177,17e 198,06d
40,43 35,58
50,57
48,89 30,99 36,86
19,17 14,65
22,52
19,22 17,49 18,61
3
290,80cd 319,52bc
− Rataan (g)
71,60
70,45
− SD
24,62
22,05
− % keragaman
296,25cd 344,24ab 312,79cd 360,20a 243,31e 284,79d
54,96
63,10 72,37
75,64 52,45 63,55
18,55
18,33 23,38
21,00 21,56 22,31
4
403,66bc
− Rataan (g)
92,73
− SD
− % keragaman 22,97
5
525,46d
− Rataan (g)
125,74
− SD
− % keragaman 23,93
607,12ab 545,17cd 654,04a 535,27d 594,60bc 410,64e 512,24d
94,01
125,78 170,23 125,60 142,86 111,54 124,48
15,48
23,07
26,03 23,46
24,03
27,16 24,30
6
622,11b
− Rataan (g)
143,99
− SD
− % keragaman 23,14
734,40a 644,88b 778,24a 629,83b 733,08a 473,60c 586,80b
98,62 111,89
95,10 181,29 209,44 127,67 126,21
13,43
17,35
12,22
28,78
28,57 26,96 21,51
Keterangan:
51,80bc
8,09
15,61
52,43bc 57,84a
8,95
8,06
17,08
13,94
447,36b 416,44bc 508,24a 446,83b
87,86 101,57 134,09 14,47
19,64
24,39
26,38 23,38
P0 = Populasi awal
G0 = Generasi ke-0
FI = Keturunan ke-1
GI = Generasi terseleksi ke-1
F2 = Keturunan ke-2
G2 = Generasi terseleksi ke-2
F3 = Keturunan ke-3
G3 = Generasi terseleksi ke-3
SD = Standar Deviasi
49,66c 54,76ab
10,17
9,38
20,48 17,13
517,00a 324,19d 382,12c
101,57 68,53 80,87
19,65 21,14 21,16
Bobot badan kelinci umur 0 minggu (bobot lahir) hingga umur 6 minggu
(bobot sapih) merupakan pokok bahasan pada penelitian ini. Bobot badan kelinci
Rex pada generasi ke-0 hingga ke-3 dapat dilihat pada Tabel 6. Bobot lahir populasi
pada tahun 2005, 2006, dan 2007 selalu mengalami peningkatkan dengan bobot lahir
masing-masing sebesar 50,65 g; 52,43 g; dan 52,63 g. Bobot lahir dalam penelitian
ini lebih rendah bila dibandingkan dengan Bobot lahir kelinci New Zealand White
yaitu 55,78 g, namun lebih tinggi bila dibanding dengan kelinci Californian dengan
Bobot lahir sebesar 51,24 g (Lukefahr et al., 1983).
Kelinci Rex memiliki bobot sapih pada P0 sebesar 622,11 g kemudian
meningkat pada F1 dan F2 yaitu masing-masing sebesar 644,88 g dan 629,83 g. Nilai
bobot sapih pada penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Estany et al. (1992) pada kelinci Californian yaitu sebesar 583 g.
McNitt dan Lukefahr (1993) juga melaporkan bobot sapih dari berbagai jenis kelinci
yaitu kelinci Californian sebesar 525 g, New Zealand White sebesar 539 g, Palomino
sebesar 496, dan White Satin sebesar 550 g.
700
600
500
P0
400
F1
Bobot badan
(g)
300
F2
F3
200
100
0
0
1
2
3
4
5
6
Umur (minggu)
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Kelinci Rex
Seleksi dapat meningkatkan rataan bobot badan populasi. Hal tersebut dapat
dilihat dari bobot lahir dan bobot sapih kelinci Rex yang mengalami peningkatan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Martojo (1992) bahwa seleksi dapat meningkatkan
nilai tengah rataan bobot badan populasi dan meningkatnya rataan fenotipik dalam
suatu sifat ke arah yang lebih baik. Secara umum seleksi dapat meningkatkan
frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak
diinginkan (Noor, 2000).
Sifat fenotipik suatu ternak tidak hanya ditentukan oleh keragaman genetik,
namun juga dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan berperan penting dalam
menentukan produktivitas suatu ternak. Ternak yang mempunyai genetik yang baik,
akan berproduksi baik jika hidup dalam lingkungannya baik. Sebaliknya, walaupun
suatu ternak mempunyai genetik yang baik, namun bila hidup dalam lingkungan
yang tidak baik, maka produktivitas ternak tersebut pun menjadi tidak baik.
Lingkungan yang tidak baik dapat menurunkan bobot badan kelinci. Bobot lahir dan
bobot sapih kelinci Rex mengalami penurunan pada tahun 2008. Bobot lahir dan
bobot sapih pada tahun 2008 berturut-turut sebesar 49,66 g dan 473,60 g. Penurunan
bobot badan kelinci dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Martojo, 1992).
Lingkungan tidak mungkin mengubah genotipe seekor hewan, namun dapat
mengakibatkan gangguan pada sifat reproduksi sehingga menghambat pewarisan gen
dari tetua kepada generasi berikutnya. Menurut Wiener (1994), pengaruh lingkungan
tersebut antara lain adanya penyakit yang menyerang ternak, pakan dan manajemen
pemeliharaan.
Kelinci Rex dan Satin diberi ransum berbentuk pellet dengan kandungan
protein sebesar 17,1%, EM 2600 kkal/kg, serat kasar 12,7%, kalsium 0,9% g/kg,
fosfor 0,8 g/kg, dan air minum diberikan secara ad libitum. Suhu lingkungan pun
sangat berpengaruh terhadap produktivitas kelinci. Suhu lingkungan di Balai
Penelitian Ternak, Ciawi berkisar antara 22°C hingga 28°C (Brahmantiyo, 2008).
Bobot Lahir dan Bobot Sapih Kelinci Satin
Kelinci Satin didatangkan ke Indonesia pada tahun 1996, sedangkan kelinci
Rex didatangkan ke Indonesia pada tahun 1988. Hal ini berarti kelinci Satin relatif
lebih singkat berada di Indonesia daripada kelinci Rex. Kelinci yang didatangkan
dari luar daerah, memerlukan adaptasi di daerah yang baru. Produktivitas kelinci
Satin relatif lebih labil daripada kelinci Rex karena waktu adaptasi kelinci Satin lebih
singkat daripada kelinci Rex. Bobot lahir hingga bobot sapih kelinci Satin pada tahun
2005 hingga 2008 ditunjukkan oleh Tabel 7. Bobot lahir populasi pada tahun 2005
hingga 2006 mengalami peningkatan yaitu dengan bobot lahir masing-masing
sebesar 52,83 g dan 57,10 g. Bobot lahir kelinci Satin mengalami penurunan pada
tahun 2007 dan 2008 yaitu dengan bobot lahir masing-masing sebesar 52,58 g dan
50,39 g. Bobot lahir kelinci dapat dipengaruhi oleh litter size kelinci seperti yang
dikemukakan oleh Brahmantiyo et al. (2009) bahwa jumlah anak yang tinggi
menghasilkan bobot individu lebih rendah.
Tabel 7. Bobot Badan Kelinci Satin Umur 0-6 Minggu
Umur
Bobot Badan
(minggu)
0
− Rataan (g)
− SD
− % Keragaman
2005
P0
G0
52,83ab 55,24a
9,25
6,33
17,52
11,46
2006
2007
F1
G1
F2
G2
57,10a 54,94ab 52,58ab 57,26ab
9,25
7,94
9,86 10,75
16,20 14,44 18,76 18,77
2008
F3
G3
50,39b 52,82ab
9,02
10,37
17,91
19,64
1
− Rataan (g)
− SD
− % Keragaman
116,21bc 127,32ab 128,94ab 132,80a 121,35ab 146,44ab 100,99d 102,71cd
26,67
20,60
26,49
25,24 30,39 44,08
15,63
13,60
22,95
16,18
20,55
19,01 25,04 30,10
15,48
13,24
2
− Rataan (g)
− SD
− % Keragaman
199,71ab 213,48a 205,06a 215,88a 200,62ab 251,60a 164,78c 181,80bc
47,40
40,37
40,53
34,90 53,63 66,03
32,99
36,90
23,73
18,91
19,76
16,17 26,73 26,24
20,02
20,30
3
− Rataan (g)
− SD
− % Keragaman
272,56b 294,84ab 282,53ab 305,92a 291,48ab 360,25ab 236,03c 268,56b
74,48
63,99
50,29
47,01 75,88 98,36
54,75
68,50
27,33
21,70
17,80
15,37 26,03 27,30
23,19
25,51
4
− Rataan (g)
− SD
− % Keragaman
404,32a 437,08a 403,65a 436,28a 399,33a 506,60a 301,70c 342,29b
87,15
71,74
72,45
58,80 102,31 110,57 65,07
78,62
21,55
16,41
17,95
13,48
25,62 21,83 21,57
22,97
5
− Rataan (g)
− SD
− % Keragaman
517,66b 566,40a 510,86b 571,32a 501,71b 629,00ab 381,09d 432,72c
125,94 89,20
85,40
86,00 143,12 160,01
86,26
88,72
24,33
15,75
16,72
15,05
28,53 25,44
22,63
20,50
6
− Rataan (g)
− SD
− % Keragaman
612,07b 680,56a 618,90b 703,24a 596,72b 730,12b 435,34d 504,60c
143,20 91,17 107,46 94,47 167,62 175,63 82,30
71,66
23,40
13,39
17,36 13,43
28,09 24,05 18,90
14,20
Keterangan:
P0 = Populasi awal
G0 = Generasi ke-0
FI
= Keturunan ke-1
GI = Generasi terseleksi ke-1
F2 = Keturunan ke-2
G2 = Generasi terseleksi ke-2
F3 = Keturunan ke-3
G3 = Generasi terseleksi ke-3
SD = Standar Deviasi
Bobot sapih populasi kelinci Satin mengalami peningkatan pada tahun 2005
dan 2006 yaitu dengan bobot sapih masing-masing sebesar 612,07 g dan 618,90 g.
Bobot sapih kelinci Satin mengalami penurunan pada tahun 2007 dan 2008 yaitu
dengan bobot sapih masing-masing sebesar 596,72 g dan 435,34 g. Bobot sapih pada
kelinci New Zealand White dan Californian yang dilaporkan oleh Lukefahr et al.
(1983) adalah masing-masing sebesar 527,38 g dan 432,94 g. Bobot sapih kelinci
dapat dipengaruhi oleh bobot lahir dan litter size, seperti yang dikemukakan oleh
Szendro et al. (1996) bahwa kelinci dengan litter size rendah atau bobot lahir tinggi
dapat mengakibatkan bobot sapih yang tinggi. Brahmantiyo (2008) menyatakan
bahwa pertumbuhan anak setelah lahir sampai dengan sapih sangat dipengaruhi oleh
produksi susu induk, persaingan anak dalam memperoleh susu dan kemampuan anak
dalam mengkonsumsi pakan setelah berumur tiga minggu.
700
600
500
P0
Bobot badan 400
(g)
300
F1
200
F3
F2
100
0
0
1
2
3
4
5
6
Umur (minggu)
Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Kelinci Satin
Persentase Keragaman Bobot Badan
Simpangan baku merupakan ukuran keragaman dari suatu sifat kuantitatif
yang biasanya dinyatakan dalam satuan tertentu sehingga untuk menanggulangi
perbedaan satuan, maka digunakanlah koefisien keragaman (Martojo, 1992).
Persentase keragaman bobot badan kelinci Rex dapat dilihat pada Tabel 6. Persentase
keragaman bobot lahir populasi kelinci Rex pada tahun 2005 hingga tahun 2008
berturut-turut adalah sebesar 19,01; 17,08; 18,84; dan 20,48. Persentase keragaman
bobot sapih pada populasi kelinci Rex tahun 2005 hingga tahun 2008 berturut-turut
adalah sebesar 23,14; 17,35; 28,78; dan 26,96.
Persentase keragaman bobot badan kelinci Satin dapat dilihat pada Tabel 7.
Persentase keragaman bobot lahir populasi kelinci Satin pada tahun 2005 hingga
tahun 2008 berturut-turut adalah sebesar 17,52; 16,20; 18,76; dan 17,91. Persentase
keragaman bobot sapih pada populasi kelinci Satin tahun 2005 hingga tahun 2008
berturut-turut adalah sebesar 23,40; 17,36; 28,09; dan 18,90. Persentase keragaman
yang menurun diakibatkan oleh pengaruh seleksi, hal ini sesuai dengan penyataan
Martojo (1992) bahwa seleksi dapat meningkatkan keseragaman atau dengan kata
lain dapat menurunkan keragaman atau simpangan baku. Persentase keragaman
berbanding lurus dengan simpangan baku namun berbanding terbalik dengan rataan
bobot badan.
Dugaan Nilai Heritabilitas
Pengaruh genetik maupun lingkungan menyebabkan timbulnya keragaman
pada pengamatan dalam berbagai sifat kuantitatif. Nilai heritabilitas untuk sifat-sifat
kuantitatif dapat digunakan untuk menduga nilai pemuliaan, menyusun rancangan
pemuliaan maupun menduga kemajuan seleksi (Martojo, 1992). Dugaan nilai
heritabilitas kelinci Rex dapat dilihat pada Tabel 8. Dugaan nilai heritabilitas yang
dilaporkan Ferraz dan Eler (1996) pada litter weight at birth dan litter weight at
weaning kelinci Californian lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai heritabilitas
yang diperoleh pada penelitian ini. Dugaan nilai heritabilitas litter weight at birth
kelinci Californian sebesar 0,124; 0,057; 0,058; dan 0,059, sedangkan dugaan nilai
heritabilitas litter weight at weaning kelinci Californian sebesar 0,103; 0,83; 0,79;
dan 0,48. Dugaan heritabilitas bobot lahir kelinci Rex pada penelitian ini berturutturut tahun 2005 hingga 2008 adalah 0,850±0,22; 0,589±0,226; 0,622±0,196; dan
1,349±0,296. Dugaan nilai heritabilitas bobot sapih kelinci Rex tahun 2005 hingga
2008
berturut-turut
sebesar
1,367±0,333;
0,925±0,331;
1,043±0,320;
dan
1,020±0,316.
Tabel 8. Nilai Heritabilitas Kelinci Rex
Umur (minggu)
0
1
2
3
4
5
6
2005
0,850 ± 0,222
0,928 ± 0,233
1,031 ± 0,249
1,179 ± 0,279
1,256 ± 0,289
1,356 ± 0,313
1,367 ± 0,333
2006
0,589 ± 0,226
0,822 ± 0,278
0,830 ± 0,286
1,004 ± 0,323
0,925 ± 0,313
0,934 ± 0,326
0,925 ± 0,331
2007
0,622±0,196
1,045±0,272
1,318±0,321
1,468±0,336
1,297±0,345
0,610±0,207
1,043±0,320
2008
1,349±0,296
2,000±0,649
1,621±0,398
1,279±0,333
1,575±0,361
0,987±0,296
1,020±0,316
Dugaan nilai heritabilitas yang dilaporkan Ferraz dan Eler (1996) pada litter
weight at birth dan litter weight at weaning kelinci New Zealand White lebih rendah
bila dibandingkan dengan nilai heritabilitas yang diperoleh pada penelitian ini.
Dugaan nilai heritabilitas litter weight at birth kelinci New Zealand White sebesar
0,129; 0,000; 0,010; dan 0,002, sedangkan dugaan nilai heritabilitas litter weight at
weaning kelinci New Zealand White sebesar 0,293; 0,126; 0,126; dan 0,145. Dugaan
nilai heritabilitas bobot lahir hingga bobot sapih kelinci Satin dapat dilihat pada
Tabel 9. Dugaan nilai heritabilitas bobot lahir kelinci Satin tahun 2005 hingga 2008
berturut-turut sebesar 1,368±0,391; 0,883±0,287; 0,829±0,323; dan 1,625±0,467.
Dugaan nilai heritabilitas bobot sapih kelinci Satin tahun 2005 hingga 2008 berturutturut sebesar 1,415±0,504; 0,385±0,190; 1,336±0,523; dan 0,811±0,431.
Tabel 9. Nilai Heritabilitas Kelinci Satin
Umur (minggu)
0
1
2
3
4
5
6
2005
1,368 ± 0,391
1,285 ± 0,387
1,551 ± 0,440
1,667 ± 0,488
1,585 ± 0,504
1,628 ± 0,521
1,415 ± 0,504
2006
0,883 ± 0,287
0,535 ± 0,205
0,243 ± 0,141
0,285 ± 0,157
0,348 ± 0,174
0,346 ± 0,174
0,385 ± 0,190
2007
0,829±0,323
1,087±0,405
1,221±0,420
1,634±0,558
1,344±0,515
1,301±0,484
1,336±0,523
2008
1,625±0,467
2,000±0,970
1,984±0,594
1,985±0,601
2,000±0,610
1,110±0,454
0,811±0,431
Martojo (1992) membagi nilai heritabilitas menjadi 3 bagian yaitu: 1)
heritabilitas rendah berkisar antara 0-0,2; 2) heritabilitas sedang berkisar antara 0,20,4; dan 3) heritabilitas tinggi, lebih dari 0,4. Dugaan nilai heritabilitas pada
penelitian ini tergolong tinggi, karena lebih dari 0,4. Menurut Warwick et al. (1990)
nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa pengaruh utamanya adalah
genetik. Faktor lain yang mempengaruhi nilai heritabilitas menurut Martojo (1992)
adalah tempat dan waktu. Nilai heritabilitas untuk sifat yang sama pada jenis, bangsa,
dan galur ternak dapat menunjukkan nilai yang berbeda. Perbedaan ini diperkirakan
timbul karena pengaruh komponen lingkungan. Ketidakseragaman lingkungan yang
dialami individu dalam populasi dapat timbul karena kondisi kandang, iklim dan
manajemen yang berbeda.
Warwick et al. (1990) menyatakan bahwa nilai heritabilitas seharusnya
berkisar antara 0-1, namun pada Tabel 8 dan Tabel 9 terdapat dugaan nilai
heritabilitas yang lebih dari 1. Hal ini disebabkan perkawinan yang tidak seragam.
Seekor kelinci jantan seharusnya mengawini 5 betina, namun pada kenyataannya
seekor kelinci dapat mengawini kurang atau lebih 5 betina. Menurut Warwick et al.
(1990) apabila nilai heritabilitas negatif atau lebih dari 1, maka hal tersebut dapat
disebabkan oleh salah satu dari penyebab-penyebab berikut ini: (a) keragaman yang
disebabkan oleh lingkungan yang berbeda untuk kelompok keluarga yang berbeda,
(b) metode statistik yang tidak tepat sehingga tidak dapat memisahkan ragam genetik
dan lingkungan dengan efektif, atau (c) kesalahan mengambil contoh.
Dugaan Nilai Ripitabilitas
Derajat kesamaan antar pengamatan (pengukuran) yang dilakukan berulang
selama masa hidup produktif seekor ternak disebut ripitabilitas (Martojo, 1992).
Dugaan nilai ripitabilitas kelinci Rex dapat dilihat pada Tabel 10, sedangkan dugaan
nilai ripitabilitas kelinci Satin dapat dilihat pada Tabel 11. Dugaan nilai ripitabilitas
bobot badan yang ditampilkan Tabel 10 dan Tabel 11 hanya pada tahun 2005 dan
2006. Hal ini dikarenakan pada tahun 2007 dan 2008, banyak data bobot badan yang
tidak tercatat sehingga program statistik yang digunakan pada penelitian ini tidak
dapat mengolahnya.
Tabel 10. Nilai Ripitabilitas Kelinci Rex
Umur (minggu)
2005
2006
0
-0,0050 ± 0,0024
-0,0186 ± 0,0033
1
-0,0060 ± 0,0025
-0,0145 ± 0,0040
2
-0,0175 ± 0,0022
0,0056 ± 0,0054
3
0,0358 ± 0,0047
0,0090 ± 0,0061
4
0,0231 ± 0,0040
0,0498 ± 0,0089
5
0,0371 ± 0,0052
0,0081 ± 0,0069
6
-0,0053 ± 0,0036
0,0008 ± 0,0069
Dugaan nilai ripitabilitas bobot lahir kelinci Rex pada tahun 2005 adalah
sebesar -0,0050±0,0024 lalu mengalami penurunan pada tahun 2006 dengan nilai
ripitabilitas sebesar -0,0186±0,0033. Dugaan nilai ripitabilitas bobot lahir kelinci
Satin tahun 2005 sebesar -0,0299±0,0058 lalu mengalami peningkatan pada tahun
2006 dengan dugaan nilai ripitabilitas sebesar 0,0200±0,0057. Dugaan nilai
ripitabilitas pada penelitian ini lebih rendah daripada nilai ripitabilitas kelinci New
Zealand White yang dilaporkan oleh Lukefahr dan Hamilton (1997) yaitu sebesar
0,14.
Warwick et al. (1990), menyatakan bahwa genotipe suatu hewan tidak
berubah selama hidupnya sehingga pengamatan berulang pada pengaruh genotipenya
pun sama, sehingga perubahan atau keragaman yang timbul pada beberapa
pengamatan disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam pengaruh lingkungan yang
permanen. Pengaruh lingkungan yang permanen adalah semua pengaruh yang bukan
bersifat genetik, tetapi mempengaruhi produktifitas seekor hewan selama hidupnya,
seperti penyakit, kurang gizi pada awal pertumbuhan, dan pengaruh dalam
kandungan.
Dugaan nilai ripitabilitas bobot sapih kelinci Rex pada tahun 2005 adalah
sebesar -0,0053±0,0036 kemudian meningkat pada tahun 2006 yaitu dengan dugaan
nilai ripitabilitas sebesar 0,0008±0,0069. Dugaan nilai ripitabilitas bobot sapih
kelinci Satin tahun 2005 sebesar -0,0026±0,0128 kemudian menurun pada tahun
2006 dengan dugaan nilai ripitabilitas sebesar -0,0405±0,0035. Dugaan nilai
ripitabilitas pada penelitian ini lebih rendah daripada nilai ripitabilitas kelinci New
Zealand White yang dilaporkan oleh Lukafahr dan Hamilton (1997) yaitu sebesar
0,03.
Tabel 11. Nilai Ripitabiltas Kelinci Satin
Umur (minggu)
2005
2006
0
-0,0299 ± 0,0058
0,0200 ± 0,0057
1
0,0270 ± 0,0083
-0,0077 ± 0,0032
2
-0,0064 ± 0,0070
-0,0253 ± 0,0029
3
0,0048 ± 0,0094
-0,0254 ± 0,0032
4
0,0905 ± 0,0179
-0,0301 ± 0,0031
5
0,1211 ± 0,0214
-0,0332 ± 0,0031
6
-0,0026 ± 0,0128
-0,0405 ± 0,0035
Tabel 10 dan 11 menunjukkan bahwa beberapa nilai ripitabilitas pada
penelitian bernilai negatif, padahal seharusnya nilai ripitabilitas berkisar antara 0-1.
Jika nilai heritabilitas dan ripitabilitas pada suatu generasi lebih kecil dari 0 atau
lebih besar dari 1, maka nilai heritabilitas dan ripitabilitas yang digunakan adalah
nilai heritabilitas dan ripitabilitas pada generasi lain yang mempunyai kisaran nilai
antara 0 hingga 1. Nilai heritabilitas digunakan untuk menghitung kemajuan seleksi,
sedangkan nilai ripitabilitas digunakan untuk menghitung nilai MPPA. Martojo
(1992) menyatakan bahwa, kegunaan ripitabilitas diantaranya adalah: (1) untuk
menduga nilai maksimum yang dapat dicapai heritabilitas, (2) untuk menduga
kemampuan produksi dalam masa produktif seekor hewan, dan (3) untuk
peningkatan ketelitian seleksi.
Kemajuan Seleksi
Besar bagian dari keunggulan individu-individu terseleksi yang dapat
diwariskan kepada keturunannya dikenal dengan istilah kemajuan seleksi, atau
dengan kata lain, kemajuan seleksi merupakan besar perbaikan (tambahan) terhadap
rataan fenotipik populasi semula yang terlihat pada generasi keturunan, sebagai hasil
upaya seleksi yang dilakukan dalam generasi tetua. Kemajuan seleksi merupakan
ukuran efektivitas seleksi yang dilakukan untuk meningkatkan rataan fenotipik dalam
suatu sifat yang disebabkan oleh perbaikan mutu genetik.
Tabel 12. Kemajuan Seleksi Kelinci Rex
2005
2006
Harapan
2007
2008
Harapan Sebenarnya Harapan Sebenarnya Harapan
Sebenarnya
------------------------------------------(g)-----------------------------------------Bobot lahir
0,9775
4,5985
1,5130
3,7825
0,1700
4,3350
-2,5245
Bobot sapih
103,8682
123,3580
21,0622
95,5062
-13,9212
104,7100
-144,5127
Hasil perkalian antara nilai heritabilitas dengan selisih bobot badan indiviuindividu terseleksi dan populasi, disebut kemajuan seleksi harapan. Kemajuan seleksi
sebenarnya merupakan hasil kali antara nilai heritabilitas dengan selisih bobot badan
individu-individu
terseleksi
dan
individu-individu
terseleksi
pada
gerenasi
sebelumnya. Kemajuan seleksi harapan dan sebenarnya untuk kelinci Rex dapat
dilihat pada Tabel 12. Kemajuan seleksi harapan bobot lahir kelinci Rex tahun 2005
adalah sebesar 0,9775 g. Kemajuan seleksi harapan bobot lahir tahun 2006 adalah
sebesar 4,5985 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot lahir tahun 2006
lebih kecil yaitu sebesar 1,5130 g. Kemajuan seleksi harapan bobot lahir tahun 2007
adalah sebesar 3,7825 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot lahir tahun
2007 lebih kecil yaitu sebesar 0,1700 g. Kemajuan seleksi harapan bobot lahir tahun
2008 adalah sebesar 4,335 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot lahir
tahun 2008 lebih kecil yaitu sebesar -2,5245 g.
Kemajuan seleksi harapan bobot sapih kelinci Rex tahun 2005 adalah sebesar
103,8682 g. Kemajuan seleksi harapan bobot sapih tahun 2006 adalah sebesar
123,358 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot sapih tahun 2006 lebih
kecil yaitu sebesar 21,0622 g. Kemajuan seleksi harapan bobot sapih tahun 2007
adalah sebesar 95,5062 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot sapih tahun
2007 lebih kecil yaitu sebesar -13,9212 g. Kemajuan seleksi harapan bobot sapih
tahun 2008 adalah sebesar 104,71 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot
sapih tahun 2008 lebih kecil yaitu sebesar -144,5127 g. Kemajuan seleksi harapan
dan sebenarnya untuk kelinci Satin dapat dilihat pada Tabel 13. Kemajuan seleksi
harapan bobot lahir kelinci Satin tahun 2005 adalah sebesar 2,1280 g. Kemajuan
seleksi harapan bobot lahir tahun 2006 adalah sebesar -1,9073 g sedangkan kemajuan
seleksi sebenarnya bobot lahir tahun 2006 lebih besar yaitu sebesar 3,7704 g.
Kemajuan seleksi harapan bobot lahir tahun 2007 adalah sebesar 4,1324 g sedangkan
kemajuan seleksi sebenarnya bobot lahir tahun 2007 lebih kecil yaitu sebesar -3,9912
g. Kemajuan seleksi harapan bobot lahir tahun 2008 adalah sebesar 2,1457 g
sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot lahir tahun 2008 lebih kecil yaitu
sebesar -1,9338 g.
Tabel 13. Kemajuan Seleksi Kelinci Satin
2005
Harapan
2006
2007
2008
Harapan Sebenarnya Harapan Sebenarnya Harapan
Sebenarnya
-----------------------------------------(g)---------------------------------------------Bobot lahir
2,1280
-1,9073
3,7704
4,1324
-3,9912
2,1457
-1,9338
Bobot sapih
55,5454
68,3997
5,5391
108,1874
-17,9880
56,1699
-239,0670
Nilai negatif yang terdapat pada kemajuan seleksi harapan menunjukkan
bahwa rataan bobot badan generasi yang terseleksi lebih kecil daripada rataan bobot
badan populasi, sedangkan nilai positif menunjukkan bahwa rataan bobot badan
generasi yang terseleksi lebih besar daripada rataan bobot badan populasi. Nilai
negatif yang terdapat pada kemajuan seleksi sebenarnya menunjukkan bahwa rataan
bobot badan populasi lebih rendah daripada rataan bobot badan populasi pada tahun
sebelumnya, sedangkan nilai kemajuan seleksi yang positif menunjukkan bahwa
rataan bobot badan populasi lebih tinggi daripada rataan bobot badan populasi pada
tahun sebelumnya.
Kemajuan seleksi harapan bobot sapih kelinci Satin tahun 2005 adalah
sebesar 55,5454 g. Kemajuan seleksi harapan bobot sapih tahun 2006 adalah sebesar
68,3997 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot sapih tahun 2006 lebih
kecil yaitu sebesar 5,5391 g. Kemajuan seleksi harapan bobot sapih tahun 2007
adalah sebesar 108,1874 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot sapih tahun
2007 lebih kecil yaitu sebesar -17,9880 g. Kemajuan seleksi harapan bobot sapih
tahun 2008 adalah sebesar 56,1699 g sedangkan kemajuan seleksi sebenarnya bobot
sapih tahun 2008 lebih kecil yaitu sebesar -239,0670 g.
Program seleksi dianggap efektif apabila kemajuan seleksi yang didapatkan
per generasi relatif besar. Berdasarkan rumus kemajuan seleksi, hal yang
menentukan besar atau kecilnya suatu kemajuan seleksi tergantung pada nilai
heritabilitas dan diferensial seleksi. Semakin tinggi nilai heritabilitas dan diferensial
seleksi, maka semakin besar pula kemajuan seleksi yang diperoleh. Menurut Martojo
(1992), dalam program seleksi yang berjangka panjang, nilai heritabilitas suatu sifat
dapat mengecil, hal ini disebabkan oleh: (1) seleksi untuk peningkatan suatu sifat
yang dapat menghasilkan peningkatan frekuensi berbagai gen aditif sehingga terjadi
fiksasi dengan hasil mengecilnya ragam genetik aditif, (2) pada populasi yang kecil
dapat terjadi fluktuasi acak yang mungkin mengakibatkan turunnya ragam genetik
aditif, (3) terjadinya pemasukan bibit dari luar populasi yang dapat membawa masuk
gen-gen baru yang mengakibatkan peningkatan ragam genetik aditif, dengan akibat
turun atau naiknya nilai heritabilitas yang pada gilirannya menghasilkan turun atau
naiknya nilai kemajuan seleksi. Menurut Warwick et al. (1990), kemajuan tiap
generasi tergantung pada intensitas seleksi, kecermatan seleksi, interval generasi, dan
ekonomi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Seleksi dapat meningkatkan rataan bobot lahir dan bobot sapih pada kelinci
Rex dan Satin. Seleksi juga berakibat pada meningkatnya rataan bobot lahir dan
bobot sapih kelinci Rex dan Satin pada setiap generasi. Selain itu, seleksi juga dapat
menurunkan persentase keragaman bobot lahir dan bobot sapih. Penurunan rataan
bobot lahir dan bobot sapih diakibatkan oleh pengaruh lingkungan, seperti adanya
penyakit yang menyerang kelinci, pakan, manajemen, dan iklim.
Adanya kemajuan seleksi sebenarnya yang bernilai negatif menunjukkan
bahwa rataan bobot badan populasi lebih rendah daripada rataan bobot badan
populasi pada tahun sebelumnya, sedangkan nilai kemajuan seleksi yang positif
menunjukkan bahwa rataan bobot badan populasi lebih tinggi daripada rataan bobot
badan populasi pada tahun sebelumnya.
Saran
Adanya kemajuan seleksi yang cenderung berubah-ubah menunjukkan bahwa
seleksi harus dilanjutkan hingga sifat tersebut stabil. Nilai heritabilitas dan
ripitabilitas
yang
menyimpang
mengharuskan
adanya
peningkatan
jumlah
ternak/materi untuk seleksi ini. Peningkatan jumlah materi penelitian diperlukan
untuk meningkatkan keakuratan dugaan nilai heritabilitas dan ripitabilitas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga sehingga
penulis memperoleh kemudahan selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Institut Pertanian
Bogor. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rosulullah SAW
juga kepada keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Rasa hormat dan sayang penulis haturkan kepada bapak dan ibu yang
senantiasa mencurahkan untaian mutiara doa, kasih sayang, dan cintanya yang sangat
besar kepada penulis. Sungguh suatu anugrah yang sangat besar, menjadi anak dari
kedua orang tua yang memberikan kasih sayang yang teramat besar dan tulus.
Sungguh saya mencintai kalian. Terima kasih kepada kakak Sri Veni Lindawati dan
adik Vendi Wijanarko atas motivasi dan kasih sayang yang telah diberikan kepada
penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Maman Duldjaman,
M.S dan Dr. Ir. Bram Brahmantiyo, M.Si selaku pembimbing skripsi atas bimbingan,
nasehat, kesabaran dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis mulai dari
penyusunan proposal penelitian hingga penyusunan skripsi, semoga Allah SWT
memberi balasan yang berlipat. Terima kasih kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku
dosen pembahas seminar dan juga selaku pembimbing akademik. Terima kasih
kepada Ir. Sri Darwati, M.Si dan Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MS selaku dosen penguji.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada bapak Yono yang telah memberikan
dukungan dalam penelitian ini, kepada Ibu Rossuartini yang banyak memberikan
saran, Bapak Ujang dan Bapak Darmin yang telah banyak membantu penulis selama
melakukan penelitian, dan juga kepada seluruh pegawai laboratorium kelinci.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada kakak-kakak yang
penulis hormati, kak Dyah Setyorini, kak Retno Ummy A., kak Ridha, dan kak Elly.
Terima kasih kepada Niken Dewi Savitri selaku teman sepenelitian, kepada Enur
Nurhayati, dan Porwati atas semua tausiah dan nasehat yang telah diberikan kepada
penulis, kepada teman-teman IPTP ’42: Nisa, Erven, Wulan, Murni, Eka, Irma,
Rifah, dan Fitri atas kebersamaannya selama ini, juga kepada teman-teman INTP
‘42: Tania, Nia K, dan Fitri N. H. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh
mentor SMA Kornita atas semua pengorbanan dan kerja kerasnya, kepada adik-adik
SMA Kornita atas kebersamaannya, kepada teman-teman di Departemen Pertanian
BEM KM IPB Kabinet Pembaharu yang telah memberikan pelajaran dan
pengalaman berharga, kepada adik-adik di Lembaga Struktural Bina Desa BEM KM
2007/2008, kepada adik-adik tersayang di TPA Laskar Pelangi dan di TPA RW 6,
Balumbang Jaya yang senantiasa membangkitkan semangat penulis, kepada temanteman di Perhimpunan Mahasiswa Peduli (PMP) Balumbang Jaya dan kepada semua
pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah menjadi perantara
tarbiyah dari Allah kepada penulis. Semoga Allah kelak mempertemukan kita di
syurga-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2010
Dwi Ventri Damayanti
DAFTAR PUSTAKA
Becker, W. A. 1984. Manual of Quantitative Genetics 3rd Ed. Academic Enterprises.
Pullman, Washington.
Brahmantiyo, B. 2008. Kajian potensi genetik ternak kelinci (Oryctolagus cuniculus)
di Bogor, Jawa Barat dan di Magelang, Jawa Tengah. Disertasi. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Brahmantiyo, B, YC. Raharjo, ND. Savitri dan M. Duldjaman, 2009. Karakteristik
reproduksi kelinci Rex, Satin dan Reza. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner, Bogor, 13-14 Agustus 2009.
Puslitbang
Peternakan,Badan Litbang Pertanian. Deptan. (In press)
Castle, W. E. dan L. W. Law. 1936. Satin, a new hair mutation of the rabbit. J.
Hered. 27: 235-240.
Cheeke, P. R., N. M. Patton, S. D. Lukefahr, dan J. L. McNitt. 1987. Rabbit
Production. Sixth Edition. The Interstate Printers & Publisher Inc. Danville.
Illinois.
Chen, C. P., D. R. Rao, G. R. Sunki, dan W. M. Jhonson. 1978. Effect of weaning
and slaughter ages upon rabbit meat production I, body weight, feed efficiency
and mortality. J. Anim. Sci. 46 (3): 573-577.
Cunningham, M., M. A. Latour., dan D. Acker. 2005. Animal Science and Industry.
Seventh Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Estany, J., J. Camacho, M. Baselga, A. Blasco. 1992. Selection response of growth
rate in rabbits for meat production. Genet Sel Evol 24: 527-537.
Ferraz, J. B. S. dan J. P. Eler. 1996. Comparison of animal models for estimation of
(co) variance components and genetic parameters of reproductive, growth and
slaughter traits of Californian and new Zealand rabbits raised under tropical
conditions. World Rabbit Science. Vol 2: 279-284.
Lukefahr, S. D. dan H. H. Hamilton. 1997. Heritability and repeatability estimates of
maternal performance traits in purebred and crossbred does. World Rabbit
Science. (5) 3, 99-105.
Lukefahr S., W. D. Hohenboken, P. R. Cheeke, dan N. M. Patton. 1983. Doe
reproduction and preweaning litter performance of straightbred and crossbred
rabbits. J. Anim. Sci. 57 (2): 1090-1099.
Martojo H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
McNitt, J. I. dan S. D. Lukefahr. 1993. Breed and environmental effects on
preweaning growth of rabbits. J. Anim. Sci. 71: 1996-2005.
Noor, R. R. 2000. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prasetyo, R. S. 1999. Kajian pembentukan bangsa kelinci berbulu halus kilap melalui
persilangan bangsa kelinci Rex dan Satin. Tesis. Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Rao, D. R., G. R. Sunki, W. N. Johnson, dan C. P. Chen. 1977. Postnatal growth of
New Zealand White rabbits. J. Anim. Sci. 44 (6): 1021-1025.
Rastogi, R. K., S.D. Lukefahr dan F.B. Lauckner. 2000. Maternal heritability and
repeatability for litter traits in rabbits in a humid tropical environment. Livestock
Production Science 67 (2000): 123-128. www.elsevier.com/locate/livprodsci.
Rollins, W. C., R. B., Casady, K. Sittmann dan D. B. Sittmann. 1963. Genetic
variance component analysis of litter size and weaning weight of New Zealand
White rabbits. J. Anim. Sci. 22: 654-657.
Searle, A.G. 1968. Comparative Genetics of Coat Color in Mammals. Logos Press
Limited. London. England.
Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie. 1960. Principles and Procedures of Statistics.
McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.
Sundasesan, D. 1975. Livestock Breeding in India. Vikas Publisher House PVT Ltd.
Delhi, India.
Szendro Z. S., J. Palos, I. Radnai, E. Biro-Nemeth, dan R. Romvari. 1996. Effect of
litter size and birth weight on the mortality and weight gain of suckling and
growing rabbits. World Rabbit Science. 2: 365-369.
Templeton, G. S. 1968. Domestic Rabbit Production. The Interstate Printers and
Publisher, Inc. Dancile, Illinois.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan kelima. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Warwick, E. J., J. M. Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Wiener, G. 1994. Animal Breeding. Macmillan Education, Ltd, London.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kelinci Rex
Lampiran 2. Kelinci Satin
Lampiran 3. Kelinci Umur 0 Minggu
Lampiran 4. Lembar Catatan Pertumbuhan Kelinci
CATATAN PERTUMBUHAN KELINCI
SELAMA 16/20 MINGGU
Breed
No. Kandang
Id. Bapak
Id. Ibu
Tanggal lahir
Paritas ke
No. Warna
Id
Induk betina
: Rex/ Satin/ Reza/ NZW/ FG/ FGxNZW (coret yang tidak perlu)
:
:
:
:
:
Sex BB
Bobot Badan Minggu ke – (g)
Lahir 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13
14
15
16
17
18
19
20
Pemberian pakan (g)
Sisa pakan (g)
Konsumsi pakan (g)
Keterangan
: Bobot induk ditimbang selama anak masih menyusui (sebelum di sapih).
Catatan
: Warna Putih (P), Putih Hitam (PH), Putih Coklat (PC), Coklat (C), Hitam (H), Otter (O), Abu (A), Chinchilla (Ch), Harlequin (Hq)
…. dan seterusnya.
Lampiran 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Tersarang pada Jantan
Sumber
db
Jantan
13
Induk(jantan)
JK
KT
Fhitung
Ftabel
166.99464763 12.84574213
73.86
1,752555
32
247.64865264
7.73902039
44.50
1,48198
Error
303
52.69658225
0.17391611
Jumlah
terkoreksi
348
435.81661891
Lampiran 6. Hasil Penghitungan Pertumbuhan Bobot Badan
Sumber
db
JK
KT
Fhitung
Ftabel
Model
7
3500.77019505
500.11002786
5.21
2,018202
Error
1060 101680.90156689
Jumlah
terkoreksi
1067 105181.67176194
95.92537884
Download