Depik - Jurnal Unsyiah

advertisement
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
RESEARCH ARTICLE
DOI: 10.13170/depik.6.3.7748
Kajian awal kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan kerang di Teluk Kao,
Pulau Halmahera
Preliminary study on mercury concentration (Hg) of fish and shellfish in
Kao Bay, Halmahera Island
Edward
Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI. Jln. Pasir Putih 1, Ancol
Timur, Jakarta 14330. Tel/fax:021.64715038, 021.64711848. *Email korespodensi: ekewe07@
gmail.com
Abstract. The aim of the study was to determine the concentration of Hg in some species of fish and mussels harvested
from Kao Bay . Fish and mussels samples were purchased from fishermen at Kao Bay in November 2015. The Hg
concentration was measured by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).The results showed that the highest
concentration of Hg was found in gurara fish (Nemipterus japonicus) that is 0.98 ppm, followed by suo fish
(Sphyraena jello) 0.89 ppm, tatameri fish (Gazza minuta) 0.38 ppm, gaca fish (Lutjanus argentimaculatus) 0.31
ppm, totodi fish (Synodus foetens) 0.24 ppm, bubara fish (Caranx sp) 0, 19 ppm, ngafi fish (Stolephorus indicus)
0.19 ppm and biji nangka fish (Upeneus vittatus) 0.15 ppm. In the shelfish meat, the highest concentration of Hg is
found in the blood mussels (Anadara granosa), that is 0.42 ppm, and then followed by papaco (Telescopium
telescopium) 0.05 ppm. The concentration of Hg in all samples of fish and shelfish were below from the threshold value
for seafood fish and shellfish of 0.5 ppm and 1.0 ppm, respectively.
Keywords: Kao Bay, fish, shelfish, mercury, observation
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Hg dalam beberapa jenis ikan dan kerang
yang ada di Teluk Kao dalam kaitannya dengan kesehatan makanan hasil laut. Contoh ikan dan kerang
di beli dari nelayan di Teluk Kao pada bulan November 2015. Kadar Hg diukur dengan menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Hasilnya menunjukkan kadar Hg tertinggi dalam ikan
dijumpai dalam daging ikan gurara (Nemipterus japonicus) yakni 0,98 ppm, selanjutnya diikuti oleh ikan
suo (Sphyraena jello) 0,89 ppm, ikan tatameri (Gazza minuta) 0,38 ppm, ikan gaca (Lutjanus
argentimaculatus) 0,31 ppm, ikan totodi (Synodus foetens) 0,24 ppm, ikan bubara (Caranx sp) 0,19 ppm,
ikan ngafi (Stolephorus indicus) 0,19 ppm, dan ikan biji nangka (Upeneus vittatus) 0,15 ppm. Dalam daging
kerang kadar Hg tertinggi dijumpai dalam kerang darah (Anadara granosa) yakni 0,42 ppm selanjutnya
dikuti oleh kerang papaco (Telescopium telescopium) 0,05 ppm. Kadar Hg dalam semua contoh ikan dan
kerang masih di bawah nilai ambang batas kadar yang diperkenankan dalam makanan hasil laut yakni
0,5 ppm untuk ikan dan 1 ppm untuk kekerangan.
Kata kunci: Teluk Kao, ikan, kerang, merkuri, pengamatan
Pendahuluan
Teluk Kao terletak di Pulau Halmahera, Maluku Utara, teluk ini merupakan salah satu
fishing ground bagi nelayan lokal. Teluk ini kaya akan sumberdaya perikanan antara lain kepiting
kenari, cumi-cumi, mutiara, ubur-ubur (jelly fish), teri dan udang. Kehadiran penambangan
emas di Kabupaten Maluku Utara pada tahun 1997, telah menimbulkan masalah terhadap
lingkungan, khususnya potensi pencemaran merkuri (Hg) ke perairan. Merkuri merupakan
logam berat yang bersifat toksik terhadap biota perairan (Govind et al., 2014). Toksisitas Hg
sangat beragam terhadap biota laut, tergantung dari berbagai aspek, antara lain spesies, cara
toksikan memasuki tubuh, frekuensi dan lamanya paparan, kadar, bentuk dan sifat
fisika/kimia toksikan serta kerentanan spesies terhadap toksikan. Akumulasi Hg di dalam
tubuh biota laut di suatu perairan dapat terjadi melalui rantai makanan, di mana akumulasi
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
188
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
tertinggi akan didapat pada konsumen teratas (Nordberg et al., 2015; Sarong et al., 2015). Hg
bersifat neurotoksik, masuk ke ekosistem akuatik melalui deposisi atmosferik maupun
bersumber dari limbah industri (WHO, 2010). Bioakumulasi Hg pada organisme akuatik
merupakan suatu kriteria penting terhadap dampak yang ditimbulkan, terutama pada manusia
melalui makanan hasil laut seperti ikan dan kerang (Kaosteni et al., 2006).
Organisme akuatik dapat mengakumulasi Hg dari air, sedimen, dan makanan yang
dikonsumsi (MRC, 2014). Data terbaru mengenai kadar Hg di Teluk Kao masih sangat
terbatas, hasil pengamatan kadar Hg dalam sedimen dan air laut di Teluk Kao pada bulan MeiJuni 2006 berkisar 0,014-0,151 ppm dan <0.001 (Edward, 2008), dan pada bulan Mei 2013
dalam sedimen 0,989-3,741 ppm (Edward, 2013). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar Hg dalam beberapa jenis biota laut (kerang dan ikan) di Teluk Kao
dalam kaitannya dengan kesehatan pangan dari laut.
Bahan dan Metode
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 di perairan Teluk Kao, Pulau
Halmahera, Maluku Utara. Contoh ikan dan kerang dibeli dan diambil di Teluk Kao (Gambar
1). Contoh disimpan dalam ice box pada suhu 4o C, selanjutnya dibekukan dalam lemari
pendingan dan dibawa ke laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI Jakarta. Jenis ikan
dan moluska yang menjadi target dalam penelitian ini sebanyak 10 jenis (Tabel 1).
Analisis sampel
Preparasi
dan
analisis
merkuri dalam contoh ikan dan
kerang dilakukan berdasarkan SOP
(Standard
Operation
Prosedure)
Laboratorium Kimia Anorganik
(logam berat) Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI. Masing-masing
contoh ikan sebanyak 3 ekor diukur
panjang dan beratnya. Analisis
merkuri dalam daging ikan dan
kerang
dilakukan
berdasarkan
metode yang ditetapkan oleh The
Association of Analytical Communities
(AOAC) (Horwitz et al., 2005).
Contoh daging ikan dan kerang
dipanaskan dalam microwave oven pada
suhu 60° C selama 24 jam.
Gambar 1. Peta Pulau Halmahera yang menunjukkan Teluk
Selanjutnya, ditambahkan 5 ml asam
Kao lokasi Penelitian
nitrat (HNO3) pekat ke dalam
tabung yang berisi 0,3 g sampel kering, kemudian didestruksi dengan menggunakan microwave
digest CEM MarsXpress.
Kadar Hg diukur menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom merk Varian
SpectrAA 20 dengan menggunakan reduktor stanno klorida (SnCl2). Semua alat sebelum
digunakan lebih dahulu direndam dalam asam nitrat (HNO3) (1:1) selama 24 jam dan
selanjutnya dibilas dengan air suling. Kadar merkuri dinyatakan dalam ppm (mg/kg, berat
kering).
Analisis data
Data dianalisis secara deskriptif analitis yakni membandingkan data hasil penelitian
dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan dengan kriteria yang
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
189
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
ditetapkan untuk kesehatan makanan yang berasal dari laut untuk selanjutnya diambil
kesimpulan
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan kadar Hg rerata dalam daging ikan berkisar 0,15-0,98
ppm, kadar tertinggi dijumpai dalam daging ikan gurara (Nemipterus japonicus) yakni 0,98 ppm
dan terendah dalam daging ikan suo (Sphyraena jello) yakni 0,15 ppm (Tabel 2). Data ini
menunjukkan bahwa ikan gurara (N. japonicus) mengakumulasi Hg lebih banyak dibandingkan
dengan ikan lainnya. Ahmad et al. (2015) mendapatkan kadar Hg dalam daging ikan gurara (N.
japonicus) di perairan Penninsula Malaysia berkisar 0,213-1,206 ppm, dan Kamarulzzaman et al.
(2011) mendapat kadar Hg rerata dalam daging ikan gurara (N. japonicus) yang diambil dari
pasar ikan lokal di Johor, Malaka dan Negeri Sembilan Malaysia sebesar 0,012 ppm. Data ini
menunjukkan lokasi yang berbeda akan menghasilkan kadar Hg yang berbeda pula, sedang
data mengenai kadar Hg dalam daging ikan gurara (N. japonicus) yang hidup di Teluk Kao
sampai saat ini belum ada, hal ini disebabkan langkanya penelitian-penelitian yang dilakukan di
Teluk Kao khususnya tentang perikanan.
Simbolon et al. (2010) pada bulan Maret-Juni 2010, mendapatkan kadar Hg rerata
dalam ikan biji nangka (Upeneus sulphureus) yang berasal dari Teluk Kao adalah 0,030 ppm.
Kadar yang dilaporkan sebelumnya tersebut lebih rendah dari hasil penelitian ini, dimana
kadar Hg rerata dalam ikan biji nangka (U. sulphureus) adalah 0,240 ppm. Adanya perbedaan
kadar Hg dalam berbagai jenis ikan ini dapat disebabkan oleh perbedaan waktu penelitian,
lingkungan perairan, jenis spesies dan kelamin, panjang, berat, dan umur ikan (Nady et al.,
1984; Grieb et al., 1990; Ahmad et al., 2015).
Tabel 1. Jenis-jenis ikan dan kerang yang dianalisis dari Teluk Kao
Nama Ikan
Panjang Rerata cm (N=3)
Berat gr (Rerata)
Gaca (Lutjanus argentimaculatus)
24,300
187,550
Bubara(Caranx sp)
24,200
147,732
Totodi (Synodus foetens)
25,400
124,446
Suo (Sphyraena jello)
25,500
97,092
Tatameri (Gazza minuta)
17,200
88,342
Gurara (Nemipterus japonicus)
17,300
87,612
Biji Nangka (Upeneus vittatus)
19,200
86,170
Kerang Popaco (Telescopium telescopium)
4,300
13,898
Kerang Anadara (Anadara granosa)
5,500
12,932
Ngafi (Stolephorus indicus)
8,900
11,991
Pola akumulasi logam berat dalam tubuh organisme laut tidak hanya dipengaruhi oleh
ukuran tubuh saja, faktor eksternal seperti pilihan makanan dan faktor internal seperti
kecepatan metabolisme juga mempengaruhi akumulasi logam berat (Louma et al., 2008).
Faktor makanan pada ikan laut sangat menentukan akumulasi logam berat dalam daging
(Wang et al., 2008; Velusamy et al., 2016). Oleh karena itu kemampuan ikan untuk
mengakumulasi logam berat berbeda menurut jenisnya sebagaimana dilaporkan oleh Barone et
al. (2013) menemukan ikan pari listrik (Torpedo marmorata) yang hidup di laut Mediterranean
dan memakan ikan-ikan yang hidup di dasar perairan dan ikan hiu kecil, mampu
mengakumulasi Hg dalam hati sebesar 0,21-0,55 ppm, kadar ini lebih tinggi bila dibandingkan
dengan ikan petek (Leiognathus equulus) yang memakan fitoplankton dan krustasea yang hidup
di Teluk Jakarta, ikan petek (L. Equulus) merupakan ikan dimersal. Riani (2010) mendapatkan
kadar Hg rerata dalam hati ikan petek (L. equulus) yang hidup di Teluk Jakarta sebesar 0,00458
ppm. Ikan yang penyerapan racunnya lebih cepat, maka kandungan Hgnya juga akan lebih
tinggi (Satiawan et al., 2013).
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
190
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
Ikan yang terpapar senyawa beracun namun tidak mati, organ tubuhnya dapat
mengalami kerusakan jaringan. Resiko yang dapat terjadi antara lain adalah ikan tidak
menghasilkan keturunan dan walaupun menghasilkan keturunan akan mengalami cacat fisik,
misalnya pergerakannya tidak normal/disorientasi. Logam berat yang masuk melalui rantai
makanan, selanjutnya akan didistribusikan oleh darah ke organ-organ tubuh lainnya seperti
daging dan tulang dan ada pula yang masuk ke dalam hati untuk kemudian diekskresikan
(Houser et al., 2012), kiranya hal inilah yang dapat menjelaskan adanya perbedaan kadar logam
berat dalam tiap organ dan spesies ikan dan kerang yang hidup di Teluk Kao ini.
Tabel 2. Kadar Total Merkuri (Hg) Rerata Dalam Daging Biota Laut di Teluk Kao.
Biota Laut
Ikan
Gurara (Nemipterus japonicus)
Bubara(Caranx sp)
Tatameri (Gazza minuta)
Kaca (Lutjanus argentimaculatus)
Biji Nangka (Upeneus vittatus)
Totodi (Synodus foetens)
Ngafi (Stolephorus indicus)
Suo (Sphyraena jello)
Kerang
Kerang Anadara (Anadara granosa)
Kerang Popaco (Telescopium telescopium)
Kadar (ppm)
Hg
0,98
0,89
0,38
0,31
0,24
0,19
0,19
0,15
0,42
0,05
Akumulasi Hg dalam biota laut ini tidak hanya terjadi di Teluk Kao, namun juga
terjadi di beberapa tempat di Indonesia, misalnya, di perairan Bagan Siapi-Api (Riau), Tanjung
Balai (Sumut), Tanjung Jabung (Jambi), dan Muntok (Bangka), kadar merkuri dalam kerang
darah (Anadara sp.) berkisar 0,05-2,02 ppb, di perairan Jawa (Tanjung Pasir, Dadap, Cilincing,
Blanakan, Brebes, Demak, Sidoarjo, Pasuruan) 8,54-18,14 ppb, di perairan Banjarmasin, Balik
papan, Pontianak dan Makassar kadar merkuri dalam kerang Kepah (Anandontea alba) berkisar
0,29-2,16 ppb (Siregar et al., 2008), di Gresik (ikan goang, glamo, putri ayu, sebelah, jenggot)
dan di Elat Tual, Maluku Tenggara (Lambis-lambis, Anadara antiquate, Conus sp, Mactra maculate,
Conus literatus) <0,001 ppm (Edward et al., 2011)(Edward, 2012) dan di perairan Makassar
kadar merkuri rerata dalam daging ikan kembung (Rastrelliger sp.), kerang darah (Anadara sp)
masing-masing 1,346 ppm dan 0,772-3,111 ppm (Mangampe et al., 2014) dan pada beberapa
spesies ikan di Sungai Keureto, Aceh (Sarong et al., 2013).
Pada kerang, kadar Hg tertinggi dijumpai dalam kerang darah (Anadara granosa) yakni
0,42 ppm dan terendah dalam kerang papaco (Telescopium telescopium) 0,05 ppm. Samman et al.,
(2014) mendapatkan kadar Hg dalam kerang papaco (Telescopium telescopium) di Teluk Kao pada
bulan Juni, Juli, Agustus berkisar 0,06-0,15 ppm dengan rerata 0,106 ppm. Kadar ini lebih
rendah bila dibandingkan dengan Teluk Jakarta dan Makassar, kadar Hg rerata dalam daging
kerang darah (A. granosa) di Teluk Jakarta adalah 1,2 ppm (Hutagalung, 1987) dan di Kota
Makassar berkisar 0,6485–3,8059 ppm (Rahmini, 2002). Data ini menunjukkan bahwa kerang
yang berasal dari Teluk Kao ini relatif lebih bersih dari Hg dibandingkan dengan Teluk Jakarta
dan Makassar.
Ada beberapa acuan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kadar Hg dalam ikan
dan kekerangan serta hasil olahannya (Tabel 3) yang menunjukkan kadar Hg hasil penelitian
ini, kecuali ikan gurara (Nemipterus japonicus) masih lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai
ambang batas yang ditetapkan untuk makanan hasil laut. Dengan demikian berdasarkan
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
191
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
kriteria tersebut, maka ikan dan kerang yang hidup di Teluk Kao relatif masih sehat dan aman
untuk dikonsumsi.
Tabel 3. perbandingan kadar Hg dalam daging ikan dengan nilai ambang batas dari
beberapa negara di dunia.
Lokasi
Teluk Kao
Nilai Ambang Batas
China
China
Hong Kong
India
FDA
USFDA
International Criterion (IC)
Canada
European Union
Australia
Indonesia
Singapore
Malaysia
Turkey
Bulgaria
Australia New Zealand
Australia
Irlandia
Taiwan, EC, FAO/WHO
Hg (ppm)
0,15-0,98 (Ikan)
0,05-0,42 (Kerang)
0,3
0,5
0,5
0,5
1,0
1,0
0,5
0,5
0,5-1,0
2
0,5 (ikan), 1 (kerang)
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Referensi
Penelitian ini
Penelitian ini
AQISQ (2001)**, (Zhang et al., 2015)
NSPRC (2012)
Bhudaper et al. (2012)
MOHAFM (2011)
More (2000)
Bhudaper et al. (2012)
Bhudaper et al. (2012)
BCSFDHPAFB (2007)
Guardia et al. (2015)
FSA (2002)*
SNI (2009)
FRS (1990)*
MRF (1985)*
Stancheva et al. (2014)
Stancheva et al. (2014)
James (2012)
Sumner et al. (2015)
FSAOI (2009)
Chen et al. (2006)
* Kamarulzaman et al. (2011), ** Cheung et al. (2012)
Prediksi asupan rerata mingguan merkuri
Konsumsi ikan harian rerata di Indonesia adalah 37g/orang/hari (Soedaryanto et al.,
2005). Kadar merkuri tertinggi dijumpai dalam daging ikan gurara (N. japonicus) yakni 0,98
ppm atau 0,98 mg/kg, dengan kata lain di dalam 1 kg daging ikan gurara (Nemipterus japonicus)
terdapat 0,98 mg Hg. Apabila seorang makan ikan gurara (N. japonicus) sebanyak 1 g, maka
asupan Hg ke dalam tubuhnya adalah 0,98/1000 = 0,00098 mg. Bila konsumsi harian rerata
ikan orang Indonesia adalah 37 g per orang per hari, maka asupan merkuri nya dalam 1 hari
adalah 37x0,00098 mg = 0,03626 mg, dan dalam 1 minggu = 7x0,03626 mg = 0,254 mg Hg
atau 254 µg Hg. Asupan ini misalnya untuk orang Indonesia dengan berat rerata 60 kg.
Asupan per minggu yang diperbolehkan untuk Hg adalah 4 µg/kg berat badan (EFSA,
2012)(WHO, 2011). Bila berat badan rerata orang Indonesia, misalnya adalah 60 kg, maka
asupan per minggu adalah 60 kgx4 µg/kg = 240 µg.
Asupan mingguan Hg yang diperkenankan (Acceptable Weekly Intake, AWI) per kg
berat badan dapat juga dihitung dengan pendekatan sebagai berikut: misalkan berat badan
rerata orang Indonesia 60 kg, konsumsi ikan rerata orang Indonesia per minggu (7x37=259 g)
x kadar rerata Hg tertinggi dalam ikan (misalnya ikan gurara adalah 0,00098 mg/g) adalah
0,254 mg atau 254 µg. Untuk berat badan 1 kg, maka 254 µg/60 kg = 4,2 µg/kg atau 0,0042
mg/kg (MPP-EAS, 1999)(USEPA, 1987). Dengan cara yang sama didapat nilai AWI untuk
ikan dan kerang yang lain (Tabel 4).
Tingkat risiko terpapar oleh Hg (Risk Quotient) dapat dihitung dengan membagi AWI
dengan dosis Hg yang diperkenakan masuk ke tubuh selama 1 minggu (O’Brient, 2000)(MPPEdward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
192
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
EAS, 1999), RQ=AWI/RfD. RfD (Reference Doses) untuk Hg adalah 2,1 µg per kg berat badan
per minggu (USEPA, 1987)(Marsh et al., 1987). Maka nilai RQ adalah 0,0042 mg/kg atau 4,2
µg/kg : 2,1 µg/kg = 2. Nilai ini lebih besar dari 1 (RQ>1), yang berarti bila orang memakan
daging ikan gurara (N. japonicus) akan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.
Dengan cara yang sama dapat dihitung nilai RQ untuk biota yang lain (Tabel 5).
Tabel 4. Perkiraan asupan mingguan Hg (AWI)
Biota Laut
Ikan
Gurara (Nemipterus japonicus)
Bubara(Caranx sp)
Tatameri (Gazza minuta)
Kaca (Lutjanus argentimaculatus)
Biji Nangka (Upeneus vittatus)
Ngafi (Stolephorus indicus)
Totodi (Synodus foetens)
Suo (Sphyraena jello)
Kerang
Kerang Anadara (Anadara granosa)
Kerang Popaco (Telescopium telescopium)
AWI :
(Konsumsi rerata/minggu) x (Kadar rerata
Hg dalam ikan) : (Berat Badan)
Hg
0,0042
0,0038
0,0016
0,0013
0,0010
0,0008
0,0008
0,0006
0,0018
0,0002
Tabel 5. Tingkat risiko terpapar (RQ) Hg
Biota Laut
Ikan
Gurara (Nemipterus japonicus)
Bubara(Caranx sp)
Tatameri (Gazza minuta)
Kaca (Lutjanus argentimaculatus)
Biji Nangka (Upeneus vittatus)
Totodi (Synodus foetens)
Ngafi (Stolephorus indicus)
Suo (Sphyraena jello)
Kerang
Kerang Anadara (Anadara granosa)
Kerang Popaco (Telescopium telescopium)
RQ
Hg
2,0
1,809
0,780
0,637
0,493
0,390
0,390
0,308
0,857
0,102
Perhitungan yang sama juga dapat digunakan untuk kerang. Untuk kerang bila
konsumsinya dianggap sama dengan ikan, maka konsumsi kerang per minggu adalah 7x37 g
=259 g. Kadar Hg tertinggi dalam daging kerang darah (A. granosa) adalah 0,42 ppm atau 0,42
mg per kg. Kadar Hg dalam 1 g daging kerang adalah 0,42/1000 = 0,00042 mg. Jumlah Hg
yang masuk ke tubuh per minggu adalah 259x0,00042 mg=0,108 mg atau 108 µg. Asupan
mingguan yang diperbolehkan untuk 4 µg/kg berat badan per minggu untuk merkuri (EFSA,
2012; WHO, 2011). Bila berat badan rerata orang Indonesia adalah 60 kg, maka asupan yang
diperkenankan per minggu adalah 60x4=240 µg/kg berat badan per minggu untuk merkuri,
dan bila berat badan rerata misalnya 70 kg maka asupan yang diperkenankan per minggu
adalah 70x4=280 µg/kg. Dengan demikian jumlah Hg yang masuk ke tubuh manusia bila
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
193
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
mengkonsumsi kerang per minggu masih lebih rendah dibandingkan dengan yang
diperkenankan.
Asupan mingguan yang diperkenankan (Acceptable Weekly Intake, AWI) Hg per kg
berat badan dapat dihitung dihitung sebagai berikut: konsumsi kerang darah (Anadara granosa)
rerata orang Indonesia per minggu (7x37=259 g) x kadar rerata Hg dalam kerang darah (0,42
mg/kg atau 0,00042 mg/gr) dibagi dengan berat badan rerata orang Indonesia misal, 60 kg,
dan hasilnya adalah 0,0018 mg/kg. Dengan cara yang sama didapat nilai AWI untuk ikan dan
kerang yang lain.
RfD (Reference Doses) untuk Hg adalah 2,1 µg per kg berat badan per minggu (USEPA,
1987; Marsh et al., 1987). Maka nilai RQ Hg untuk kerang darah adalah (0,0018: 2,1) = 0,857
(Tabel 5). Nilai ini lebih kecil dari 1 (RQ<1), yang berarti bila orang memakan daging kerang
darah (Anadara granosa) tingkat risiko gangguan kesehatan akibat terpapar Hg rendah. Pada
Tabel 5 di atas dapat dilihat nilai RQ dari semua jenis biota laut di Teluk Kao. Estimasi
Asupan Aman (EAA) Hg per minggu dapat dihitung dengan mengalikan
(RQxRfDxBW):(MC). Nilai Asupan Maksimum Hg untuk kerang darah (A. granosa) per
minggu adalah: (0,857x2,1µg/kg x 60 kg):(0,42 mg/kg)=0,257 kg=257,10 g. Dengan cara yang
sama dapat dihitung nilai EAA untuk biota lainnya.
Tabel 7 memperlihatkan perbandingan kadar Hg dalam ikan dan kerang yang berasal
dari Teluk Jakarta, Teluk Lada Banten dan Perairan Tanjung Balai dengan ikan dan kerang
yang berasal dari Teluk Kao. Dari tabel tersebut dapat dilihat kadar merkuri dalam daging
ikan-ikan yang berasal dari di Teluk Kao lebih tinggi dibandingkan dengan Teluk Jakarta,
Teluk Lada Banten dan Perairan Tanjung Balai Hal ini menunjukkan ikan-ikan yang hidup di
perairan Teluk Kao relatif lebih terkontaminasi oleh merkuri dibandingkan dengan ikan-ikan
di Teluk Jakarta
Tabel 6. Estimasi asupan aman maksimum (EAA) per minggu Hg
Biota Laut
Ikan
Kaca (Lutjanus argentimaculatus)
Biji Nangka (Upeneus vittatus)
Suo (Sphyraena jello)
Totodi (Synodus foetens)
Ngafi (Stolephorus indicus)
Tatameri (Gazza minuta)
Gurara (Nemipterus japonicus)
Bubara(Caranx sp)
Kerang
Kerang Anadara (Anadara granosa)
Kerang Popaco (Telescopium telescopium)
(RQxRfDxBB) : MC*
Hg
258,91
258,83
258,72
258,63
258,63
258,63
257,14
256,11
257,10
257,04
*Maximum Concentration
Tabel 7. Perbandingan kadar Merkuri dalam daging ikan dan kerang di Teluk Kao dengan
perairan lain
Biota Laut
Ikan
Teluk Jakarta
Ikan tongkol (Euthynnus sp.)
H. gerrardi (Jantan)
H. gerrardi (Betina)
H. walga(Jantan)
Edward (2017)
Kadar (ppm)
Hg
Referensi
0,15
0,15
0,03
0,08
Hikmawati et al. (2006)
Fitri et al. (2015)
Fitri et al. (2015)
Fitri et al. (2015)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
194
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
H. walga (Betina)
H. uarnacoides (Jantan)
H. uarnacoides (Betina)
N.kuhlii (Jantan)
N. Kuhlii (Betina)
Teluk Lada Banten
Kerang darah (Anadara granosa)
Tanjung Balai
Kerang darah (Anadara granosa)
Teluk Kao
Suo (Sphyraena jello)
Kaca (Lutjanus argentimaculatus)
Totodi (Synodus foetens)
Gurara (Nemipterus japonicus)
Biji Nangka (Upeneus vittatus)
Ngafi (Stolephorus indicus)
Tatameri (Gazza minuta)
Bubara (Caranx sp)
Kerang
Kerang Popaco (Telescopium telescopium)
Kerang Anadara (Anadara granosa)
0,23
0,13
0,05
0,11
0,12
Fitri et al. (2015)
Fitri et al. (2015)
Fitri et al. (2015)
Fitri et al. (2015)
Fitri et al. (2015)
0,025
Putri (2010)
0,012
Murtini (2003 dalam Putri, 2010)
0,15
0,31
0,19
0,98
0,24
0,19
0,38
0,89
Penelitian ini
Penelitian ini
Penelitian ini
Penelitian ini
Penelitian ini
Penelitian ini
Penelitian ini
Penelitian ini
0,05
0,42
Penelitian ini
Penelitian ini
Kesimpulan
Kadar merkuri dalam daging ikan dan kerang di Teluk Kao ini relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan Teluk Jakarta, Teluk Lada Banten dan perairan Tanjung Balai, namun
masih di bawah nilai ambang batas yang aman untuk dikonsumsi. Iikan gurara (N. japonicus)
dan bubara (Caranx sp.) nilai tingkat risikonya (RQ) lebih besar dari 1. Ini menunjukkan
tingkat risiko gangguan kesehatan bila mengkonsumsi kedua jenis ikan ini lebih tinggi dari
ikan yang lain yang diteliti dalam penelitian ini.
Ucapan terima kasih
Ucapan terimakasih penulis disampaikan kepada Pemda Maluku Utara khususnya
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA) yang telah
memberikan kesempatan dan dana kepada penulis untuk melakukan penelitian tentang
dampak penambangan terhadap kesehatan pangan hasil laut di Teluk Kao. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Muhajir Marsaoli, Kepala Pusat Studi Lingkungan
(PSL) Universitas Khairun–Ternate selaku koordinator dalam penelitian ini, para peneliti dan
teknisi dari Stasiun Penelitian Lapangan (SPL)-LIPI Ternate dan P2O-LIPI Jakarta yang telah
membantu dalam pengambilan dan analisis sampel di lapangan dan di laboratorium.
Daftar Pustaka
Ahmad, I.N., M.F.M. Noh., W.R.W. Mahiyuddin., H. Jaafar, I. Ishak, W.N.F. W. Azmi, Y.
Veloo, M.H. Hairi. 2015. Mercury Levels in marine Fish Commonly Consumed in
Penensular Malaysia. Enviro Sci Pollut Res Int; 22(5): 3672-3686.
Barone,G.R. Giacominelli-Stuffler., M.M. Storelli. 2013. Comparative study on trace metal
accumulation in the liver of two fish species (Torpedinidae): Concentration-size
relationship. Ecotoxicology and Environmental Safety, 97: 73-77.
BCSFDHPAFB (Bureau of Chemical Safety Food Directorate Health Products and Food
Branch). 2007. Human Health Risk Assessment of Mercury in Fish and Health
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
195
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
Benefits of Fish Consumption.Published by authority of the Minister of Health.
Publications. Health Canada Ottawa , Ontario K1A 0K9 : 76 pp.
Bhudaper, K., D.P. Mukherjee. 2012. Assessment of human risk for arsenic, copper, nickel,
merccury and zinc in fish from tropical wetlands in India. Advance in Life Science
and Technology, 2: 1-13.
Cheung, C.K., H.M. Leung, K.K. Ma, X.L. Peng, J.Z. Sheng. 2012. Assessment on the
biodiversity, water and sediment qualities of remediated estuaries in Hong Kong.
International Journal of Environment Protection, 2(3): 1-14.
Chen, C.Y., H.Y. Chen. 2006. Mercury levels of seafood commonly consumed in Taiwan.
Journal of Food and Drug Analysis, 14(4): 373-378.
EFSA (The European Food Safety Authority). 2012. Scientific opinion on the risk for public
health related to the presence of mercury and methyl mercury in food. Efsa
Journal, 10(12): 2985.
Edward. 2008. Kandungan merkuri di Perairan Anggai, Pulau Obi dan Teluk Kao, Pulau
Halmahera. Makara Sains,12(2): 97-101.
Edward. 2013. Prediksi kualitas sedimen di Teluk Kao, Halmahera dengan pendekatan analisis
indeks. Makalah Seminar P2O LIPI, jakarta. 21 hal (Unpublished).
Edward, R. Marsya, R. Pasilette. 2011. Kandungan merkuri dalam air laut, sedimen, dan biota
di Perairan Elat Kai Besar, Maluku Tenggara. Prosiding: Seminar Nasional
Perikanan Indonesia, 22-24 November 2011. STP Jakarta: 115-130.
Edward. 2012. Akumulasi logam berat dalam beberapa jenis ikan komersil di Gresik. Jawa
Timur. Prosiding: Seminar Nasional Perikanan Indonesia, 13-14 November 2012,
STP Jakarta: 104-114.
MOHAFM (Ministry of Health and Family Walfare). 2011. Food safety standards authority of
India. Notification: 13 pp.
FSAOI. (Food Savety Authority of Ireland). 2009. Mercury, Lead, cadmium, tin and arsenic in
food. Issue No. 1, May 2009: 13 pp.
Fitri, Budianto., Lestari., Fahmi. 2015. Bioakumulasi merkuri dalam daging ikan dan hati ikan
pari dari Teluk Jakarta. OLDI: 233-244.
Grieb, M.T., C.T. Driscoll., S.V. Gloss., C.L. Schofield., G.L. Bowie., D.B.Porcella. 1990.
Factor affecting mercury accumulation in fish in the upper Michigan Peninsula.
Environmental Toxicology and Chemistry, 9: 919-930.
Guardia, L.D.M., S. Gariques. 2015. Handbook of mineral elements in food. Wiley Blackwell.
Published by Jhon Wiley & Sons. Ltd, The Atrium, The Southern Gate,
Chichester, West Sussex, UK: 749 p.
Govind, P., S. Madhuri. 2014. Heavy metals causing toxicity in animals and fishes. Research
Journal of Animal, Veterinary and Fishery Sciences, 2(2): 17-23.
Hutagalung, H.P. 1987. Mercury content in the water and marine organisms in Angke
Estuary, Jakarta Bay. Bulletin of Environmental Contamination and Toxicology,
39: 406-411.
Hauser-Davis, R.A., F. F. Bastos., T. F. de Oliveira., R. L. Ziolli., R.C. de Campos. 2012.
Fish bile as a biomarker for metal exposure. Marine Pollution Bulletin, 64: 15891595.
Hikmawati, A, L. Sulistyorini. 2006. Perubahan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol
(Euthynnus sp.) dengan perlakuan perendaman larutan jeruk nipis dan pemasakan.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(1): 67-76.
Horwitz, W (Eds) and G.W. Latimer., Jr. (Ass. Eds). 2005. Official methods of analysis of
AOAC International 18th edition. Methods 974.14. Published by AOAC
International suite 500481 North Frederick Avenuegaithersburg, Maryland 208772417, USA .
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
196
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
James, A. 2012. Heavy metals in fish and shellfish EOS Ecology Report No: 08002-ENV0103. July 2012. Prepared for: Environment Canterbury. Prepared by: EOS Ecology;
Shelley McMurtrie . 20 p
Kamarulzzaman, Y.B., Z. Rina, B. Akbar Jhon, K.C.A. Jalal. 2011. Heavy metals accumulation
in commercially important fishes of South West Malaysian Cost. Research Journal
of Environmental Sciences, 5: 595-602.
Kousteni, V., M. Persefoni. D. Manos, S. Eleni. 2006. Total mercury concentrations in edible
tissues of two elasmobranch species from Crete (Eastern Mediterranean Sea).Cybium,
30(4) suppl: 119-123.
Luoma, S. N., P.S. Rainbow. 2008. Metal contamination in aquatic environment: science and
lateral management. Cambridge University Press, UK.
Mangampe, A., A. Daud., A.B. Birawida. 2014. Analisis risiko merkuri (Hg) dalam ikan
kembung dan kerang darah pada masyarakat di wilayah pesisir Kota Makassar.
Makalah: Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin : 15 hal
MRC (Mekong River Commission). 2014. Multi-Media (Water, Sediment, Biota) Monitoring
and Assessment Report. MRC Technical Paper No.41 December 2014 (Editor:
Kongmeng Ly, Henrik Larsen, Nguyen Van Duyen). Office of the Secretariat in
Phnom Penh (OSP). 576 National Road, #2, Chak Angre Krom, P.O. Box 623,
Phnom Penh, Cambodia: 138 p
Marsh. D.O., T.W. Clarkson, C.C. Myer, G.J, A.L. Zaki, S.A., Al-Tikriti. 1987. Fetal methyl
mercury poisoning: relationship between concentration in single strands of
maternal hair and children effect. Archieves of Neurology, 44(10): 1017.
MPP-EAS. 1999. Malacca straits: refined risk assessment. MPP-EAS Technical Report No
23/Pemsea Technical Report No 1, 1999: 89 p
More, J.C. 2000. A Review of mercury in the environment (its occurrence in marine fishes).
Office on Environmental Management. Marine Resources Division. South
Carolina Department of Natural Resoucres, 21 pp
NSPRC (National Standard of the People’s Republic of China). 2012. National Food Safety
Standard Maximum Levels of Contaminants in Food. Issued by Ministry of Health
of the People’s Republic of China.
Nady-El S.P. 1984. Bioaccumulation of Mercury in Some Coastal Marine Fishes from
Alexandria Waters 74-77. Paper presented at FAO/UNEP/WHO/IOC/IAEA
Meeting in The Biochemical Cycle of Mercury in The Mediterranean. Siena, Italy
27-31 August 1984. FAO. Fish. Report (325) Suppl: 187 p.
Nordberg, F.G., B.A. Fowler, M. Nordberg (Eds). 2105. Handbook on the toxicology of
metals. Fourth Edition. Vol I: General Considerations. Elsevier. AmsterdamTokyo.
O’Brient, M. 2000. Making better environment decisions: an alternative to risk assessment.
Massachusetts Institute of Technology (MIT) Press, Cambridge.
Putri, I. F.. 2010. Kandungan logam berat Hg, Cd dan Pb pada kerang darah (Anadara granosa)
di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang Banten. Skripsi, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Rahmini. 2002. Analisis kandungan logam berat Hg dan Pb pada kerang darah (Anadara
granosa) yang dipasarkan di Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1(3): 118.
Riani, E. 2010. Konsentrasi merkuri (Hg) dalam organ tubuh ikan petek (Leiognathus equulus) di
perairan Ancol, Teluk Jakarta. Jurnal Teknologi Lingkungan, 11(2): 313-322.
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
197
Depik
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
p-ISSN: 2089-7790, e-ISSN: 2502-6194 http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik
Samman, A. 2014. Konsentrasi merkuri pada sedimen, air, dan kerang papaco (Telescopium
telescopium Linnaeus, 1758) di Muara Sungai balaotin, Cibok dan Kobok, Kecamatan Kao Teluk,
Halmahera Utara. Thesis Program pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sarong, M.A., M. Mawardi, M. Adlim, Z.A. Muchlisin. 2013 Cadmium concentration in three
species of freshwater fishes from Keuretoe River, Northern Aceh, Indonesia.
AACL Bioflux, 6(5):486-491.
Sarong, M. A., C. Jihan, Z.A. Muchlisin, F. Fadli, S. Sugianto S., 2015 Cadmium, lead and zinc
contamination on the oyster Crassostrea gigas muscle harvested from the estuary of
Lamnyong River, Banda Aceh City, Indonesia. AACL Bioflux, 8(1):1-6.
Simbolon, D., S.M. Simange., S.Y. Wulandari. 2010. Kandungan merkuri dan sianida pada
ikan yang tertangkap dari Teluk Kao, Halmahera Utara. Jurnal Ilmu Kelautan, 15
(3): 126-134.
Siregar, H.T., J.T.i Murtini. 2008. Kandungan logam berat pada beberapa lokasi perairan
Indonesia pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Squalen, 3(1): 7-15.
Setiawan, A.A., I. Emelia., Seheryanto. 2013. Kandungan merkuri total pada berbagai jenis
ikan cat fish di perairan Sungai Musi, Kota Palembang. Makalah: Seminar Nasional
Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung 19-20 November
2013: 10 hal.
Sumner, J., C. McLoeod. 2015. Seafood consumption in australia: risks and benefit. Australian
Goverment. Fisheries Research and Development Corporation. Australia.
Sudaryanto, A., M. Muchtar, H. Razak., S. Tanabe. 2005. Kontaminasi organoklorin persisten
dalam kerang hijau (perna viridis) di Perairan Indonesia. Oseanologi dan Limnologi
di Indonesia, 37: 1-14.
Stancheva, M., L. Makedonski, K. Peycheva. 2014. Determination of heavy metal
concentrations of most consumed fish species from Bulgarian Black Sea coast.
Bulgarian Chemical Communications, 46(1): 195-203.
USEPA. 1987. United Stated Enviromental Protection Agency Peer review Workshop on
Mercury Issues. Summary Report. Environment Criteria and Assessment Office.
Cincinati, OH: USEPA, October 26-27.
Velusamy, A., P. S. Kumar, A., Ram and S. Chinnadurai. 2016. Bioaccumulation of heavy
metals in commercially important marine fishes from Mumbay Harbor, India.
Marine Pollution Bulletin, 81: 218-224.
WHO. 2010. Children’s Exposure to mrcury compounds. Printed by the WHO Document
Production Service, Geneva, Switzerland. 81 p
WHO, 2011. Evaluation of certain contaminants in food: seventy-second report of the Joint
FAO/WHO Expert Committee on Food Additives. WHO Technical Report
Series, No. 959. WHO, Geneva.
Wang, W.X. 2008. Interaction of trace metals and different marine food chains. Marine
Ecology Progress Series, 243: 295-309.
Zhang, L., L. Zhang. 2015. Contribution of mussels consumption to lower mercury health
risk for residents in Northern Jiaozhou Bay, China. Hindawi Publishing
Corporation Bioinorganic Chemistry and Applications Volume, Article ID
159521, 8 pp.
Received: 14 June 2017
Accepted: 11 September 2017
How to cite this paper:
Edward. 2017. Pengamatan awal kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan kerang di Teluk Kao, Pulau
Halmahera. Depik, 6(3): 188-198.
Edward (2017)
Volume 6, Number 3, Page 188-198, December 2017
198
Download