perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I 1.1. JUDUL Hotel Resort Telaga Sarangan Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi 1.2. PEMAHAMAN JUDUL Hotel Hotel adalah salahsatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakatumum yang dikelola secara komersil (Keputusan Menteri Parpostel No Km 94/HK103/MPPT 1987). Hotel adalah suatu bangunan yang dikelola secara komersil guna memberikan fasilitas penginapan kepada masyarakat umum dengan fasilitas antara lain jasa penginapan, pelayanan barang bawaan, pelayanan makanan dan minuman, penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada didalamnya serta jasa pencucian pakaian (Endar Sri, 1996 : 8). Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran (Lawson. 1976 : 27). Resort Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang diluar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya (Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah Air Indonesia, hal. 13, November, 1988). Resort adalah tempat peristirahatan di musim panas, di tepi pantai/di pegunungan yang banyak dikunjungi (John M Echols, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987). Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul lingkungan resor, bila ada tamu yang mau hitch-hiking berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar resort ini. Sebuah hotelcommit resort tosebaiknya mempunyai lahan yang ada user kaitannya dengan obyek wisata, oleh sebab itu sebuah hotel resort berada pada 1 digilib.uns.ac.id2 perpustakaan.uns.ac.id perbukitan, pegunungan, lembah, pulung kecil dan juga pinggiran pantai (Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata, Jakarta : Akademi Pariwisata, Trisakti, 1999). Resort adalah sebuah kawasan yang terencana yang tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi (Chuck Y. Gee, Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication 1988). Telaga Sarangan Telaga Sarangan yang juga dikenal sebagai telaga pasir ini adalah sebuah telaha alami yang terletak di kaki Gunung Lawu, di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Berjarak 16 kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini Luasnya sekitar 30 hektar dan berkedalaman 28 meter. Dengan suhu udara antara 18 hingga 25 derajat celcius. Telaga Sarangan mampu menarik pengunjung setiap tahunnya. Gambar 1.1 Telaga Sarangan Sumber : id.m.wikipedia.org/wiki/telaga_sarangan Pengunjung dapat menikmati indahnya sarangan dengan berkuda mengitari telaga, atau mengendarai kapal cepat. Fasilitas obyek wisata lainnya pun tersedia, misalnya rumah makan, tempat bermain, pasar wisata, tempat parker, sarana telepon umum, tempat ibadah, dan taman. Keberadaan rumah makan di sekitar telaha menjadikan para pengunjung memiliki banyak alternative pilihan menu. Demikian pula keberadaan pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai souvenir telah memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk membeli oleh-oleh. Hidangan khas yang dijajakan di sekitar telaga adalah commit to sate userkelinci. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3 Arsitektur Ekologis Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, ahli ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis mahluk hidup dan lungkungannya. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidupdan lingkungannya. Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur (Krusche, Per et sl. Oekologisches Bauen. Wiesbaden, Berlin 1982. Hlm.7 ) Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hotel Resort Telaga Sarangan Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi adalah sebuah akomodasi menginap di dekat telaga sarangan yang menggunakan aplikasi-aplikasi desain bangunan dengan pendekatan yang berprinsip pada ekologi arsitektur. 1.3. LATAR BELAKANG 1.3.1. Perkembangan Resort di Indonesia Di Indonesia, semakin banyak para investor yang mendirikan resort, tetapi tidak banyak yang memperhatikan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Penggundulan hutan, pengalihan fungsi lahan terbuka hijau adalah contoh beberapa hal yang dapat berdampak negatif berupa gangguan fisik lingkungan akibat dari proses pembangunan resort. Resort sendiri telah menyumbang sebanyak 78 ton gas emisi CO2 dan menghabiskan 26.000 L generator diesel berbahan bakar solar tiap tahunnya. Hal tersebut berdampak pada penurunan sumber daya alam serta polusi baik air, tanah maupun udara (atmosfer) (www.energymatters.com.au). Besarnya penggunaan energi ini dikarenakan jam operasional resor yang mengharuskan beroperasi 24 jam non stop demi memenuhi kenyamanan dan kepuasan tamu pengunjung. Tingkat kenyamanan dan kepuasan tamu pengunjung adalah sebuah prioritas pada tempat resor. Untuk mengurangi dampak negatif yang diakibatkan dari pembangunan resort, maka perlu diciptakan desain yang ramah lingkungan yang sesuai dengan prinsip ekologi arsitektur. Resor yang masuk dalam kategori eko-resor, menurut Bromberek (2009: 9) adalah sebuah eko–resor yang tidak hanya sekedar menjadi tempat untuk menginap dan menyajikan sebuah nuansa alam yang hanya dapat ditonton to user melainkan sebuah resor commit yang bisa membuat para tamu resor merasakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4 kondisi alam yang sesungguhnya dan dapat berinteraksi langsung dengan alam dan bersentuhan langsung dengan ekosistem setempat. 1.3.2. Kebutuhan Wisatawan Perkembangan pariwisata saat ini sudah sangat pesat dan maju. Setiap kota dan daerah berlomba-lomba memejukan sector pariwisata mereka. Berbagai tempat yang memiliki keunggulan baik dari segi pemandangan alam, budaya, sejarah maupun keunikan tertentu dikembangkan sedemikian rupa sehingga menarik wisatawan baik itu wisatawan local maupun wisatawan mancanegara untuk dating ke tempat tersebut. Suatu tempat wisata akan dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung apabila tempat wisata tersebut memiliki suatu keunikan, sesuatu yang menarik/menghibur, tempat yang aman dan nyaman, serta menawarkan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan keinginan para wisatawan. Karena pada dasarnya tujuan untuk berwisata tidak lain adalah untuk mencari hiburan dan refreshing dari kepenatan aktifitas sehari-hari. Salah satu contoh potensi pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Telaga Sarangan yang terkenal akan keindahan alamnya. Telaga Sarangan merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Magetan dikarenakan Telaga Sarangan memiliki banyak potensi wisata yang menarik. Sehingga tidak heran jika setiap tahunnya banyak wisatawan berkunjung ke daerah ini. Aktifitas wisata yang juga merupakan suatu perjalan yang jauh dari tempat tinggal pelaku wisata, dapat berupa perjalanan wisata antar daerah, antar kota, antar pulau, bahkan antar Negara. Terkadang seorang wisatawan melakukan perjalanan hanya untuk mendapatkan kepuasan mengunjungi suatu tempat yang ia tuju, bagaimanapun jauhnya tempat tersebut. Maka dari itu disinilah peran dan tantangan suatu tempat wisata untuk menyediakan fasilitas sebaik mungkin bagi kepuasan wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut, selain untuk meningkatkan kualitas tempat wisata juga dapat menarik lebih banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Salah satu fasilitas yang banyak dibutuhkan wisatawan dan sangat berkembang saat ini adalah kebutuhan akan hotel atau penginapan. Suatu daerah wisata yang banyak dikunjungi wisatawan wajib menyediakan commitHotel to useryang ditawarkanpun sangat beragam fasilitas hotel atau penginapan. dan pada umumnya hotel yang berada di sekitar tempat wisata disebut resort. digilib.uns.ac.id5 perpustakaan.uns.ac.id Sehingga keberadaan resort di suatu tempat wisata akan sangat mendukung dan memenuhi kebutuhan wisatwan yang berkunjung. 1.3.3. Kondisi Fasilitas Penginapan di Telaga Sarangan Saat ini telah banyak fasilitas penginapan yang berada sekitar Telaga Sarangan. Berdasarkan data yang didapat, penginapan yang terdapat di Telaga Sarangan berupa hotel kelas melati dan hotel bintang dua. Saat mengalami puncak kunjungan, wisatawan yang tidak kebagian tempat penginapan biasanya menggunakan rumah sewa milik warga. Untuk itu dengan adanya resort ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan penginapan bagi wisatawan yang datang serta bisa mengoptimalkan potensi wisata Telaga Sarangan. 1.3.4. Perkembangan Arsitektur Ekologi Lingkungan alam merupakan bagian dari proses ekologi yang merupakan bentuk konversi terhadap alam sekitar untuk membantu terjadinya keseimbangan antara alam yang terbangun dengan alam aslinya. Alam, yang terdiri dari kondisi geografis dan geologis yang mendominasi kawasan sekitarnya. Peningkatan suhu bumi dan perubahan iklim yang dapat dirasakan saat ini merupakan salah satu akibat dari kegiatan-kegiatan manusia yang dilakukan tanpa mempertimbangkan konsep pembangunan yang memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam memelihara kelestarian lingkungan. Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, Heinz Frick (1998), berpendapat bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa eko arsitektur bersifat kompleks, padat dan vital. Eko-arsitektur mengandung bagianbagian arsitektur biologis (kemanusiaan dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur bionic (teknik sipil dan konstruksi bgi kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh karena itu eko arsitektur adalah istilah holistik yang commit to user sangat luas dan mengandung semua bidang. digilib.uns.ac.id6 perpustakaan.uns.ac.id Arsitektur Ekologi yang holistik (bersifat keseluruhan) mempunyai persyaratan : 1) Penyesuaian pada lingkungan setempat (iklim tropis), yaitu sinar matahari dan orientasi bangunan, angin, dan pengudaraan ruangan, suhu dan perlindungan terhadap panas, curah hujan dan kelembapan udara. Gambar 1.2 Orientasi bangunan terhadap sinar matahari (Sumber : Heinz Frick. 1997. Hal. 56) 2) Menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan menghemat penggunaan energi. 3) Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air) Gambar 1.3 Pengolahan limbah cair agar dapat digunakan kembali 4) Memelihara dan memperbaiki peredaran alam. commit to user Gambar 1.4 Perbandingan siklus energi, materi pada rumah biasa dan rumah ekologis Sumber Heinz Frick digilib.uns.ac.id7 perpustakaan.uns.ac.id 5) Mengurangi ketergantungan pada pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah). Gambar 1.5 Bottle House (rumah yang terbuat dari bahan-bahan daur ulang botol) 6) Menggunakan teknologi sederhana. Pada intinya, perencanaan yang ekologis merupakan suatu perencanaan yang dilakukan di atas tapak dimana bangunan menyatu dengan alam atau lingkungan sekitarnya tanpa mengubah karakter aslinya. 1.4. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1.4.1. Permasalahan Saat ini di sekitar Telaga Sarangan telah banyak fasilitas pendukung yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan di antaranya kios-kios yang menjual cendramata dan warung-warung makan. Dengan bertambahnya fasilitas pendukung ini, menjadikan kawasan ini ramai di datangi pengunjung. Kondisi tersebut membuat beberapa permasalahan muncul dalam kawasan tersebut, diantaranya : Kawasan sekitar Telaga Sarangan menjadi macet Peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Telaga Sarangan dari tahun ke tahun membawa dampak positif bagi penduduk lokal kawasan. Taraf hidup penduduk meningkat dengan bertambahnya kioskios cendramata dan warung-warung makan serta banyaknya pedagangang kaki lima di sekitar kawasan. Bertambahnya jumlah pengunjung dan kios-kios menimbulkan masalah baru dalam kawasan, yaitu pergerakan wisatawan untuk mengitari telaga menjadi terhambat. Akibatnya, kendaraan yang melintas harus memperlambat laju kendaraan bahkan berhenti untuk menghindari commit to berlalu-lalang user kontak dengan wisatawan yang di jalan. digilib.uns.ac.id8 perpustakaan.uns.ac.id Gambar 1.6 Sirkulasi Jalan di sekitar Telaga Sarangan Sehingga dalam pengembangannya diperlukan tempat khusus untuk menampung pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan agar tidak mengganggu sirkulasi jalan di sekitar Telaga Sarangan. Ruang parkir yang kurang memadai Berkembangnya pariwisata di Telaga Sarangan belum diimbangi dengan penataan kawasan yang baik. Ruang parkir yang disediakan untuk kendaraan belum memadai, hal itu ditandai dengan banyaknya kendaraan yang parkir di pinggir jalan di sekitar kawasan sehingga kawasan menjadi macet, terutama pada saat puncak kunjungan wisatawan. Sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut perlu wadah yang dapat menampung kendaraan yang dibawa oleh wisatawan. 1.4.2. Persoalan Dari permasalahan di atas, dapat dirumuskan persoalan yang akan dipecahkan untuk mendesain Resort Telaga Sarangan dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi, yang dikelompokkan menjadi 4 bagian meliputi tapak, ruang, bentuk, dan struktur dan utilitas. Diuraikan sebagai berikut : 1. Perencanaan dan Perancangan Tapak Bagaimana menentukan site yang strategis, yang sesuai untuk penempatan resort yang memiliki fungsi wisata dengan memperhatikan commit to user digilib.uns.ac.id9 perpustakaan.uns.ac.id aksesibilitas, kemudahan pencapaian, serta keamanan untuk para wisatawan. 2. Programing Ruang Bagaimana merumuskan konsep jenis kegiatan yang diwadahi, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan ruang yang harus dipenuhi pada bangunan resort. 3. Programing Bentuk Bagaimana menentukan gubahan massa, tata massa, dan penampilan fisik kawasan bernuansa arsitektur ekologi yang dapat mendukung segala aktifitas di dalam kawasan? 4. Programing Struktur dan Utilitas Bagaimana merencanakan sistem struktur dan utilitas bangunan yang dapat mendukung sistem penghawaan dan pencahayaan alami dengan memanfaatkan potensi iklim setempat yang sesuai dengan karakter arsitektur ekologi. 1.5. TUJUAN DAN SASARAN 1.5.1. Tujuan Merancang suatu bangunan untuk mewadahi aktivitas di Resort Pegunungan, dimana bangunan itu didirikan dengan pertimbanganpertimbangan yang berpihak kepada lingkungan, baik itu lokasi tapak bangunan, arah bangunan, material bangunan, konsep bentuk bangunan itu sendiri, serta energy yang akan digunakan sebagai penunjang sesuai dengan pendekatan arsitektur ekologi. 1.5.2. Sasaran Mewujudkan suatu konsep perencanaan dan perancangan sebuah Resort yang berada di kawasan Telaga Sarangan yang mampu mencerminkan karakter dan fungsi dari bangunan melalui pendekatan arsitektur ekologi yang diterapkan pada sistem bangunan, elemen eksterior dan interior serta bentuk ruang yang disesuaikan pada karakter kegiatan dan persyaratan ruang yang dibutuhkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 10 digilib.uns.ac.id 1.6. LINGKUP BATASAN MASALAH Masalah hanya ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur dengan dukungan disiplin-disiplin ilmu lain yang masih relevan sesuai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Batasan-batasan dalam pendekatan arsitektur ekologi adalah dalam penghawaan dan pencahayaan alami yang meliputi : 1. Pengondisian Bersifat Alami: orientasi bangunan, ventilasi silang, pelindung matahari, pelembaban udara, penyerapan dan pengisolasian panas, dan tata vegetasi. 2. Pengondisian Bersifat Buatan (untuk ruang-ruang dengan persyaratan tertentu): pengudaraan buatan dan penyejukan udara mekanis. 1.7. METODE PERENCANAN Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan meliputi metode penemuan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembahasan, dan perumusan konsep. 1. Penemuan Masalah Permasalahan ditemukan setelah mengamati fenomena dalam lingkup pariwisata dan megembangkan potensi lokasi yang ada. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui : a. Studi Literatur yang meliputi mengumpulkan referensi-referensi terkait beberapa hal yaitu : Sistem-sistem pengondisian ruang yang menggunakan penghawaan alami dan pencahayaan alami Sistem struktur dan utilitas yang mendukung sistem penghawaan dan pencahayaan alami Potensi-potensi lokasi terkait mountain resort hotel dan aspek wilayah tropis b. Studi Lapangan untuk menentukan pola kegiatan, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan ruang, serta crosscheck potensi lokasi. 3. Analisa Data to user Tahap analisis data commit merupakan proses pengolahan data dari semua informasi yang telah didapatkan pada tahap sebelumnya dan merangkum hasil perpustakaan.uns.ac.id 11 digilib.uns.ac.id pengolahan data pada setiap akhir pembahasan. Proses analilis dapat dilakukan dengan 3 tahap, yaitu : a. Pemrograman fungsional Pemrograman fungsional merupakan tahap yang dilakukan untuk menentukan pengguna dan kegiatan yang diwadahi. Dari tahapan ini pengguna dan alur kegiatan secara skematik diidentifikasi sehingga memperoleh konsep kegiatan dan aktifitas sesuai perencanaan objek yang diambil. b. Pemrograman performansi Pemrograman performansi merupakan pendekatan sistem fungsi dari wadah arsitektur sehingga ditemukan persyaratan karakteristik respon desain. Analisa ini juga berkaitan dengan kebutuhan ruang serta kegiatan pelaku. c. Pemrograman arsitektur Pemrograman arsitektur merupakan penerjemahan analisis berdasarkan efektifitas fungsi dan persyaratan performansi secara arsitektural ke dalam spesifikasi bangunan yang akan dirancang, dengan kata lain pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh desain ideal. Analisa ini diantaranya berupa program bentuk, program ruang, program tapak, dan program struktur dan utilitas. 4. Sintesis Proses sintesa adalah perangkaian hasil yang diperoleh dari tiap-tiap tahap yang telah dilakukan untuk memperoleh hasil yaitu berupa konsep perencanaan dan perancangan yang meliputi konsep kegiatan, konsep peruangan, konsep lokasi dan tapak (tapak), pengaplikasian tema pada objek, tampilan dan tata massa, konsep utilitas dan struktur bangunan. 5. Transformasi Desain Setelah memperoleh konsep rekomendasi desain, tahapan selanjutnya adalah menuangkan konsep-konsep rekomendasi desain tersebut ke dalam bentuk transformasi desain. 6. Desain Setelah membuat sebuah transformasi desain maka tahapan terakhir commit to user adalah memvisualisasikan konsep desain menjadi gambar kerja 2D dan 3D yang berupa desain akhir. 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1.8. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I : PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, permasalahan, persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Membahas mengenai tinjauan data informasi secara teoritik, empiris, dan preseden. BAB III : TINJAUAN KOTA Mencakup tinjauan data fisik kota, data non fisik, konteks (peraturan, sosial budaya, lingkungan, dan teknologi), dan tinjauan obyek yang direncanakan. BAB IV :PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Mencakup konsep penentuan site, konsep peruangan yang meliputi pelaku kegiatan, kebutuhan ruang, besaran, dan persyaratan ruang, serta hubungan dan organisasi ruang. Mencakup juga konsep bentuk dan tata massa bangunan, konsep sistem struktur dan konstruksi, serta konsep utilitas. BAB V : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Merupakan hasil pengolahan BAB IV, proses penentuan konsep melalui analisa terhadap pengguna dan site untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai peruangan, orientasi bangunan, pencapaian, tampilan bangunan, tata massa bangunan, utilitas bangunan, dan struktur bangunan commit to user