BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Masalah Kesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar Dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik guru maupun siswa pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Dalam kenyataan, harapan itu tidak terlalu terwujud. Masih banyak siswa yang tidak memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi dan ada pula siswa yang mendapatkan nilai rendah. Bahkan ada pula siswa yang gagal dalam mencapai tujuan belajar. Kenyataan ini menunjukkan bahwa guru masih menghadapi sejumlah siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh sebab itu masalah kesulitan merupakan suatu kendala berat bagi siswa, maka perlu dicari solusi pemecahan masalah tersebut. Untuk itu perlu sekali dipahami siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penting bagi guru pembimbing untuk memahami siswanya yang mengalami kesulitan belajar karena kesulitan belajar apabila tidak ditangani secepat mungkin akan berakibat buruk bagi siswa, berakibat tidak hanya prestasi belajar siswa tetapi juga akan mengalami kesulitan dalam dunia kerja. Menurut Surya (1998) kesulitan belajar adalah suatu keadaan siswa kurang mampu menghadapi tuntutan yang harus dilakukan dalam proses belajar, sehingga proses dan hasilnya kurang memuaskan. Contoh-contoh kesulitan belajar ini antara lain : a. Dalam pelajaran Matematika, semua siswa dapat menyelesaikan soal dalam waktu 45 menit, Andang mengalami kesulitan belajar karena waktu yang diperlukan Andang lebih panjang dibandingkan dengan tuntutan. b. Yunus harus mengerjakan suatu soal, tetapi ia gagal karena pengetahuan dasar yang diperlukan belum dikuasai. Dengan demikian Yunus mengalami kesulitan belajar karena tidak memiliki pengetahuan dasar yang diperlukan. c. Beberapa bulan lalu, Nabila mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan raya sehingga mengakibatkan cacat kedua kakinya. Sekarang Nabila mengalami kesulitan belajar yang berkaitan dengan latihan jasmani seperti sepak bola, lari, lompat dan sebagainya. Kesulitan belajar adalah suatu gagasan pada satu atau lebih proses psikologis dasar, yaitu meliputi : pemahaman atau penggunaan bahasa secara lisan dan tertulis, yang mungkin termanifestasikan pada kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau untuk mengerjakan perhitungan matematik. Temasuk dalam pengertian ini adalah kondisi hambatan perseptual, kerusakan otak, disfungsi otak minimal, disleksia (kesulitan membaca) dan aphasia (gangguan fungsi bahasa). Tidak termasuk dalam kondisi ini adalah anak-anak yang mengalami problem belajar dengan penyebab utama : kecacatan dalam pendengaran, penglihatan, hambatan, motorik, keterbelakangan mental, gangguan emosi, masalah lingkungan, masalah budaya atau masalah ekonomi”. (U.S. Office of Education 2003). 2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu : a. Faktor keturunan/bawaan b. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur c. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan. d. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam. e. infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah. f. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenic, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya. Menurut Surya (1998). Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar secara garis besar dibagi dua macam, yaitu : a. Faktor internal (dalam diri siswa) Faktor-faktor internal (dalam diri siswa) antara lain : 1) Siswa kurang memiliki kemampuan dasar untuk pembelajaran. 2) Kurangnya bakat khusus. 3) Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. 4) Situasi pribadi baik yang menetap maupun yang sementara seperti gangguan emosional, pertentangan (konflik) dalam diri, suasana frustasi (kekecewaan), kesedihan yang berkepanjangan. 5) Faktor-faktor fisik seperti cacat tubuh gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran. 6) Faktor-faktor bawaan seperti buta warna, kidal, cacat bawaan. b. Faktor eksternal (dari luar siswa) Faktor-faktor eksternal (diluar diri siswa) antara lain : 1) Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi pembelajaran seperti : cara mengajar, sikap guru, kurikulum, alat bantu mengajar, ruang kelas, suasana hubungan sosial, dan sebagainya. 2) Suasana dalam keluarga yang kurang mendukung kegiatan belajar seperti kegaduhan di rumah, kurang perhatian dari orang tua, kurang peralatan belajar, kekurangmampuan keluarga, dan sebagainya. 3) Situasi lingkungan yang kurang mendukung seperti : pengaruh pergaulan, pengaruh film, TV, bacaan, dan sebagainya. Dari uraian yang telah disebutkan di atas, maka penulis dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sangat banyak ragamnya baik yang bersumber dari diri siswa itu sendiri atau di luar diri siswa. Untuk dapat menolong siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dibutuhkan pengetahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi siswa, khususnya siswa SMK yang memasuki usia remaja. 3. Jenis-jenis Kesulitan Belajar Setelah memahami apa yang menjadi faktor-faktor kesulitan belajar, maka seorang pembimbing harus dapat memahami siapa-siapa yang perlu mendapatkan bantuan (bimbingan) dalam mengatasi kesulitan belajar. Untuk dapat memberikan bantuan kepada siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar, pembimbing harus peka terhadap gejala-gejala yang nampak pada diri siswa. Jenis-jenis kesulitan belajar adalah bermacammacam tingkah laku siswa yang tampaknya seolah-olah merupakan penghambat kemajuan belajar seorang siswa. Menurut (Martensi & Mungin Eddy Wibowo, 1983). Jenis-jenis kesulitan belajar adalah : a. Jenis-jenis kesulitan belajar yang tampak pada saat mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran : 1. Terlalu banyak bergerak (hyperactive), sering berpindah tempat, mencolek-colek siswa lain, menggerak-gerakan badan, banyak berbicara. 2. Tidak sanggup memusatkan perhatian. 3. Acuh tak acuh, sibuk sendiri dengan dirinya. b. Jenis-jenis kesulitan belajar yang tampak selama proses belajar 1. Kurang atau sulit dalam memahami konsep-konsep baru. 2. Sering sakit kepala, sakit perut dan sebagainya. 3. Cepat lupa. 4. Ketidaksanggupan dalam berdiskusi, berespon. 5. Sering melamun. 6. Sering mencontek. 7. Self image yang kurang baik, selalu merasa bodoh, tidak dapat berprestasi. 8. Sulit berkomunikasi dengan siswa lain. 9. Tidak dapat memusatkan perhatian agak lama. 10. Membuat persepsi secara salah. 11. Kekacauan pada waktu berbicara, membaca atau mendengarkan. 12. Tidak terampil menggunakan alat-alat pelajaran, tidak dapat mengorganisasi kegiatan-kegiatan dengan terarah. c. Jenis-jenis kesulitan belajar yang tampak sesudah proses belajar 1. Ceroboh meninggalkan alat-alat pelajaran atau alat-alat praktikum begitu saja 2. Membiarkan ruangan, meja, kursi kotor sehabis dipakai. 3. Memusuhi dan mengejek siswa-siswa lain. 4. Acuh tak acuh terhadap lingkungannya. 5. Menyendiri dan mengisolir diri. Dengan demikian jelaslah apa yang telah diungkapkan oleh Martensi & Mungin Eddy Wibowo (1983) mengenai jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami siswa. Kesulitan belajar siswa dapat terlihat dalam hasil yang diperoleh siswa seperti : a. Hasil belajar rendah b. Hasil belajar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. c. Siswa sering tertinggal dalam melakukan tugas-tugas pembelajaran. d. Siswa sering menunjukkan sikap yang tidak wajar seperti layaknya siswasiswa yang lain. Sedangkan menurut penulis jenis-jenis kesulitan belajar dapat dilihat pada tingkah laku siswa yang menunjukkan sikap yang kurang sama dengan teman-temannya. Contohnya : jam masuk sekolah siswa biasanya pukul 07.00 WIB tetapi ada siswa yang datang ke sekolah pada pukul 07.30 WIB. Inilah dimaksud tingkah laku yang berbeda dengan temannya. Kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis yang dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Menurut Ardhi Nurrahman (2011) kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : a. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. b. Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. c. Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. d. Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga siswa tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. e. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala. 2.2. Bimbingan di SMK dalam Mengatasi Kesulitan Belajarpai kesejahteraan hidupnya.Sedangkan Totok Santoso (1988) berpendapat bahwa bimbingan belajar adalah suatu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta bimbing dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah agar peserta bimbing dapat menyesuaikan diri dalam situasi belajarnya, dapat mengembangkan ketrampilan belajarnya, dan membentuk kebiasaan-kebiasaan belajar dengan sistematik dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan potensi dan kemampuan dirinya. Dengan demikian guru pembimbing memegang peranan penting, di samping guru-guru bidang studi yang terkait lainnya. Pembimbing harus peka terhadap kesulitan belajar yang dialami oleh para remaja. Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, maka pembimbing harus memberikan layanan bimbingan belajar bagi siswa yang bermasalah. Tujuan pelayanan bimbingan di ambil dari buku rambu-rambu BK (2008) ialah agar konseli dapat : a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa akan datang b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja Bimbingan merupakan sebuah istilah yang sudah umum digunakan dalam dunia pendidikan. Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya bantuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan yang lebih luas dikemukakan oleh Good (Thantawi, 1995) yang menjabarkan bahwa bimbingan adalah: a. Suatu proses hubungan pribadi yang bersifat dinamis b. Suatu bentuk bantuan yang sistematis kepada murid c. Perbuatan atau teknik yang dilakukan untuk menuntun murid terhadap suatu tujuan yang diinginkan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang membuat dirinya sadar tentang kebutuhan Supriadi (2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor / pembimbing kepada konseli agar konseli dapat: a. Memahami dirinya b. Mengarahkan dirinya c. Memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya d. Mengambil manfaat dari peluang yang dimilkinya sesuai dengan potensi-potensinya Dari uraian yang telah disebutkan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sangat banyak ragamnya baik yang bersumber dari diri siswa itu sendiri atau di luar diri siswa. Untuk dapat menolong siswa-siswa yang mengalami kesulitanbelajar dibutuhkan pengetahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi siswa, khususnya siswa SMK yang memasuki usia remaja. 2.3.Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar Menurut Santoso (1988) bimbingan belajar adalah suatu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta bimbing dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah agar peserta bimbing dapat menyesuaikan diri dalam situasi belajarnya, dapat mengembangkan ketrampilan belajarnya, dan membentuk kebiasaan-kebiasaan belajar dengan sistematik dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan potensi dan kemampuan dirinya. 2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar Untuk menyelenggarakan bimbingan di sekolah, terlebih dahulu pembimbing harus merencanakan program bimbingan untuk keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Salah satu program bimbingan itu adalah memberikan layanan bimbingan belajar bagi setiap siswa yang membutuhkan karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran di sekolah, maka wajiblah siswa-siswa dibimbing agar mencapai tujuan belajar. Menurut Sukardi (1983) tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu siswa-siswa agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal. Tujuan layanan bimbingan belajar di ambil dari buku ramburambu BK (2008) ialah agar konseli dapat : a. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang di alaminya. b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat. d. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti ketrampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. e. Memiliki ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hala dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. f. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. Dengan bimbingan belajar diharapkan siswa-siswa dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin sesuai potensi-potensi, bakat dan kemampuanyang ada padanya. Berdasarkan tujuan layanan bimbingan belajar seperti yang telah dirinci di atas maka penulis menyimpulkan tujuan layanan bimbingan belajar adalah untuk membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa- siswa tersebut dapat menyelesaikan atau menangani tuntutan yang dikenakan padanya. 3. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Bimbingan Belajar untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Guru Bimbingan dan Konseling dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat. Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, (dalam Tri Budi, 2003) seorang guru pembimbing harus : a. Mengumpulkan data tentang siswa b. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari c. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik secara individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa f. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu h. Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa i. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya j. Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus merupakan keterpaduan. Guru pembimbing di sekolah sering disebut sebagai konselor. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004) tugas-tugas dari guru pembimbing adalah : a. Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri selama proses kemajuan di sekolah b. Mempertemukan pengetahuan tentang dirinya sendiri dengan informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan bertanggung jawab, yang akhirnya diwujudkan dalam membuat pilihan-pilihan c. Mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain d. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya e. Memahami lingkungan sekolah keluarga dan masyarakat f. Mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya g. Menyalurkan dirinya, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya Karena guru pembimbing atau konselor mempunyai tugas-tugas yang dapat membantu mengatasi masalah-masalah siswa disamping didukung oleh semua pihak yang berada di lingkungan sekolah, maka penulis berpendapat sebaliknya dalam melaksanakan tugasnya, hendaklah didukung oleh guru-guru yang lain karena keberhasilan dan kegagalan siswa merupakan tanggung jawab bersama. a. Prosedur dan Langkah-langkah Membimbing Siswa yang Mengalami Kesulitan belajar Menurut Surya (1998) tugas guru yang paling penting dalam hubungan dengan kesulitan belajar ialah membantu siswa melalui prosedur bimbingan. Dengan bimbingan yang baik, siswa dapat mengatasi masalah kesulitannya dan mampu berprestasi secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Menurut Surya (1998) secara garis besar prosedur bimbingan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. Langkah pertama : Kenalilah siswa yang mengalami kesulitan belajar Siswa-siswa yang nilainya kurang dari 60, dapat dinyatakan sebagai siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. b. Langkah kedua : Bagaimana sifat dan jenis kesulitannya ? Guru harus dapat menemukan dalam mata pelajaran apa saja siswa mengalami kesulitan atau bagian mata pelajaran mana siswa mengalami kesulitan. c. Langkah ketiga : Apa latar belakangnya ? Berdasarkan gejala yang nampak untuk setiap subjek atau kasus, lalu carilah latar belakang yang menjadi penyebab kesulitan belajar yang ada dalam dirinya (internal) atau diluar dirinya (eksternal). Beberapa pertanyaan berikut dapat dijadikan sebagai rujukan dalam upaya mencari latar belakang tersebut : 1. Bagaimana tingkah lakunya dalam ruang kelas ? 2. Bagaimana kemampuan dasarnya (intelegensi dan bakatnya) ? 3. Apakah ia mempunyai masalah pribadi ? 4. Apakah ia mempunyai kecacatan fisik atau mental ? 5. Bagaimana cara guru mengajar ? 6. Bagaimana keadaan keluarganya ? d. Langkah keempat : bagaimana kemungkinan-kemungkinan usaha bimbingan ? Berdasarkan informasi mengenai gejala dan latar belakang kesulitan belajar, dapat diperkirakan beberapa kemungkinan tindakantindakan yang dapat dilaksanakan untuk memberikan bimbingan. Tindakan yang dilakukan sudah tentu harus disesuaikan dengan informasi masing-masing individu siswa. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat dijadikan rujukan dalam menetapkan langkah keempat ini : 1. Apakah dilakukan pemeriksaan kesehatan ? 2. Apakah perlu diberikan pelajaran tambahan secara khusus ? 3. Apakah perlu diberikan konseling ? e. Langkah kelima : Pelaksanaan pemberian bimbingan Selama proses pemberian bimbingan, haruslah diikuti dengan penilaian yang cermat untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan. Sesuai dengan sifat dan jenis kesulitan yang dihadapi, beberapa aktivitas pemberian bimbingan yang mungkin diberikan antara lain seperti : 1. Memberikan tugas tambahan dalam pelajaran atau pengajaran perbaikan 2. Mengubah sesuai metode mengajar dengan metode lain yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa yang bersangkutan 3. Meminta teman sebaya yang pandai untuk membantu dalam belajar 4. Memberikan konseling dan bimbingan dalam kelompok f. Langkah keenam : bagaimanakah hasilnya ? Langkah keenam ini merupakan langkah untuk menilai keberhasilan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini sangat berguna mengetahui keberhasilan upaya pemahaman dan pemberian bimbingan kepada siswa. Teknik atau cara yang boleh dilakukan dalam langkah keenam ini antara lain dengan memberikan pemeriksaan atau tes prestasi belajar kepada siswa. Agar pembimbing tidak mengalami kekeliruan dalam menolong siswa yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan kerjasama antara guru bidang studi, wali kelas dan guru-guru yang terkait lainnya. Dari informasi yang didapat maka guru pembimbing akan tahu siapa-siapa saja yang memerlukan bimbingan belajar, bimbingan pribadi, sosial, serta bimbingan karier. Dengan demikian pelaksanaan bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar akan teridentifikasi dengan baik. 4. Penelitian yang Relevan a. Gerson Naru (2005) dalam penelitianya tentang usaha guru pembimbing dalam membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar diperoleh kesimpulan bahwa guru pembimbing kurang melaksnakan kewajibanya membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. b. Antonetha Kihi (2006) dalam penelitiannya tentang usaha guru pembimbing dalam membimbing siswa yang memiliki prestasi belajar rendah diperoleh kesimpulan bahwa guru pembimbing kurang berperan aktif dalam membimbing siswa yang berprestasi rendah. c. Noverawati Autantika (2011) dalam penelitiannya tentang kompetensi dan peran guru bimbingan dan konseling dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa diperoleh kesimpulan Guru bimbingan dan konseling telah berperan sesuai dengan kompetensinya dalam bimbingan dan konseling. d. Mahmudah (2011) dalam penelitiannya tentang peran bimbingan dan konseling dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar diperoleh kesimpulan 1) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar pada siswa kelas XI di MAN Yogyakarta III yaitu tidak memiliki buku-buku pelajaran, dukungan orangtua kurang, cara mengajar guru monoton, situasi kelas kurang kondusif, tidak ada minat untuk belajar, tidak menargetkan hasil belajar, tidak aktif dalam bertanya, pelajaran sulit, dan malas mencatat. 2) Adapun pelaksanaan Peran guru Bimbingan dan Konseling dengan cara memberikan bimbingan belajar, layanan dan kegiatan pendukung. Dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu dengan cara membantu bimbingan belajar serta mengarahkan peserta didik secara terus menerus supaya mereka dapat memahami dirinya.3) Peran guru Bimbingan dan Konseling dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dikatakan mengalami peningkatan atau berhasil dengan baik dalam membimbing. e. Dwiani Mardistuti (2010) penelitiaannya dalam peran guru kelas dlam meningkatkan pelaksanaan belajar pendidikan agama islam diperoleh hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru kelas SD N Kalongan Maguwoharjo Depok Sleman sangat berperan dalam meningkatkan pelaksanaan belajar siswa dalam pelajaran pendidikan agama islam sebagaimana kita tahu peran guru sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing. Upaya yang dilakukan Guru kelas SD N Kalongan Maguwoharjo Depok Sleman dalam meningkatkan pelaksanaan belajar siswa dalam pelajaran pendidikan agama islam adalah dengan mengadakan TPA khusus kelas 3, shalat fardhu berjamaah, melaksanakan hari- hari besar Islam, menjenguk siswa yang sakit.