Ethical Relationship Between Doctors, Health Care Provider and

advertisement
ETHICAL RELATIONSHIP BETWEEN DOCTORS,
HEALTH CARE PROVIDER (HOSPITAL, CLINIC)
AND PHARMACEUTICAL COMPANY
A4
Awaluddin Idris
Yogie Setyabudi
Syaiful Anwar
Arief Abidin
M. Zulfikar Azhar
Steffizia Rodela
Bashirah
Bertila Dusti Altarningtyas
Atika Kamilia
Novra
Rizkia Arifianne
Why the relationship between doctor / hospital / clinic and
pharmaceutical industry requires scrutiny from ethical
perspective ?
• Dalam praktek sehari - hari, ketidakrasionalan penggunaan obat banyak
dijumpai dan beragam jenisnya, mulai dari peresepan obat tanpa indikasi,
pemberian yang tidak tepat, peresepan obat yang mahal, atau manfaatnya
yang maish diragukan, serta praktek poilfarmasi. (WHO, 1988; Depkes RI,
1992 )
• Hubungan dokter, RS atau klinik dan perusahaan obat butuh pengawasan
karena dalam hubungan tersebut harus tetap mutualisme tapi harus tetap
menjaga penggunaan obat yang rasional ( RUD ) sehingga tidak merugikan
pasien
• Is it ethical for doctors to receive commission ( in form of
cash or facilities from a pharmaceutical company for
prescribing certain drugs ? Why ? What would be impact
to patients ?
•
Pada pasal Kode Etik telah dijelaskan bahwa menerima komisi dari perusahaan
farmasi sangat bertentangan dengan kode etik kedokteran.
•
Pasal 3 juga disebutkan bahwa dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemadirian profesi.
Contoh perbuatan yang bertentangan, misalnya :
•
1) Menerima imbalan dari perusahaan farmasi atau obat atau badan lain yang dapat
memepengaruhi pekerjaan dokter
2) Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung untuk mempromosikan obat,
alat atau bahan lain untuk keuntungan pribadi dokter
Impact to patients
• Dokter harus mempertimbangkan segala aspek dalam memberikan
pelayanan kesehatan, misalnya pada pasien yang kurang mampu dan kita
memberikan segala macam obat yang beberapa obatnya ternyata tidak
perlu diberikan atau terlalu mahal harganya , hal ini pasti akan
memberatkan pasien.
• Sebagai seorang dokter kita harus bisa memperhatikan mulai dari aspek
ekonomi, sosial, budaya, & demografi untuk memberikan suatu tindakan.
Is it possible for a pharmaceutical company to give an ethical
sponsorship ? Why / how?
Pengurus Pusat GP Farmasi Indonesia bersama sama
dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dan
disaksikan oleh Pemerintah dengan ini meneguhkan
kembali tentang promosi obat yang beretika :
Poin keenam :
Pemberian donasi dan atau hadiah dari perusahaan
farmasi hanya diperbolehkan untuk organisasi
profesi kedokteran dan tidak diberikan kepada
dokter secara individual.
Professional values that could be violated when a doctor has
a financial relationship with a pharmaceutical company or
apothecary
• Non maleficience
Seorang dokter tidak seharusnya merugikan pasien baik
dalam hal meresepkan obat tanpa indikasi, melebihkan dosis
dari yang seharusnya dibutuhkan, dan dengan sengaja
meresepkan obat non-generik kepada pasien tanpa
penjelasan yang pada akhirnya akan memberikan beban
finansial kepada pasien.
Professional Values
• Beneficience
Sudah semestinya seorang dokter hanya
memberikan intervensi medis yang salah
satunya adalah obat-obatan yang memiliki
dampak menguntungkan bagi pasien
Daftar Pustaka
• http ://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/kode=etikkedokteran.pdf
• http ://www.ranzcp.org/files/ranzcpattachments/Resources/College_statements/ethical_
guidelines.pdf
• Best practices : Developing Ethical Guidelines for
pharmaceutical company support in an academic
mental health center
Alhamdulillah
~(^_^~) ~(^_^)~ (~^_^)~
Download