LEMBARAN DAERAH No. Urut: 02 PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : a. bahwa pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan hak warga negara dan menjadi tanggungjawab bersama Pemerintah/Pemerintah Daerah dan masyarakat; b. bahwa penyelenggaraan pendidikan berdasarkan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional di Sumatera Barat perlu mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi dan sosiologi masyarakat berlandaskan falsafah Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK), alam takambang jadi guru serta mengintegrasikan kearifan lokal dan keunggulan daerah; c. Mengingat :1. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b serta berpedoman pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, menjadi Undang-Undang 11 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646) Jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979 tentang Pemindahan Ibukota Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat dari Bukittinggi ke Padang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3146); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azazi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik 12 Indonesia Nomor 4586); 8. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 10 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4965); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3411); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3412); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3413); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaranl Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13 17. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4864); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941); 21. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Dan GUBERNUR SUMATERA BARAT MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia. 2. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 4. Daerah Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di dalam Provinsi Sumatera Barat. 14 5. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/ Kota di dalam Provinsi Sumatera Barat. 6. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat; 7. Bupati/Walikota Sumatera Barat adalah Bupati/Walikota dalam wilayah Provinsi 8. Kantor Wilayah Departemen Agama yang selanjutnya disebut Kanwil Departemen Agama adalah Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Barat. 9. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, yang diselenggarakan di Provinsi Sumatera Barat. 10. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah selanjutnya disingkat dengan (ABS-SBK) adalah falsafah kehidupan masyarakat Minangkabau yang meliputi kaidah-kaidah adat berlandaskan agama Islam, yang mengandung nilai-nilai adat nan sabana adat (adat yang sebenarbenarnya adat), adat nan diadatkan (adat yang diadatkan), adat nan taradat (adat yang teradatkan dan adat istiadat (adat istiadat). 11. Alam Takambang Jadi Guru (alam yang terbentang menjadi guru) adalah konsep pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan prinsip dinamika alam, dengan menjadikan segenap unsur dan kejadian alam sebagai sumber, media dan teladan dalam pengembangan peserta didik dan upaya memajukan kehidupan masyarakat. 12. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang merupakan kekayaan khas kehidupan masyarakat dan budaya tertentu yang hidup dan berkembang serta mendinamisasikan kehidupan masyarakat. 13. Keunggulan daerah adalah potensi yang merupakan kekayaan khas alam dan nilai-nilai kehidupan masyarakat dan budaya daerah tertentu yang dapat dikembangkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemajuan masyarakat. 14. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 15. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan 15 melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 16. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yanq sederajat. 17. Pendidikan Menengah adalah jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. 18. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang berstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; 19. Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; 20. Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan standar pendidikan nasional yang diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. 21. Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, social, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa; 22. Pendidikan layanan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil/tertinggal dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu dari segi ekonomi; 23. Pendidikan inklusi adalah penyelenggaraan pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah yang mengikutsertakan peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan social; 24. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dugunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu; 25. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan pendidikan, yang berlaku dan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, 16 yang meliputi standar isi, kompetensi lulusan, pendidik, proses, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaa, dan penilaian pendidikan; 26. Penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan di wilayah Sumatera Barat. 27. Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponenkomponen sistem pendidikan pada satuan. 28. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. 29. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. 30. Peserta didik adalah warga masyarakal yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 31. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal Yang harus diikuti oleh warga masyarakat atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. 32. Dunia usaha adalah penyelenggara kegiatan bidang ekonomi. BAB II AZAS Pasal 2 Penyelenggaraan Pendidikan di Sumatera Barat berazaskan Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah ( ABS-SBK ) , Syara’ Mangato Adat Mamakai , Alam Takambang Jadi Guru , kearifan lokal dan keunggulan daerah. BAB III TUJUAN DAN SASARAN Pasal 3 (1) Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berdaya saing, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab; (2) Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyelenggara pendidikan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi “Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK). 17 Pasal 4 Sasaran penyelenggaraan pendidikan yaitu: a. Terlaksananya sistem pendidikan yang efektif, produktif, objektif, transparan, partisipatif, akuntabel, berkelanjutan, relevan, berwawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. b. Terwujudnya tata kelola penyelenggaraan pendidikan yang bermutu oleh seluruh penyelenggara pendidikan. c. Terpenuhinya fasilitas pendidikan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan dan fasilitas untuk pelaksanaan ibadah. d. Terjalinnya koordinasi sinkronisasi dan sinergitas dalam penyelenggaraan pendidikan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. BAB IV PRINSIP DAN STRATEGI Pasal 5 Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan yaitu: a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi nilai keagamaan. b. Pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. c. Pemberian keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan serta mengarahkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. d. Pemerataan bagi segenap warga masyarakat. e. Terpadu dan berkelanjutan. f. Pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. g. Pendidikan diselenggarakan dengan mengintegrasikan prinsip ABS-SBK, Alam Takambang Jadi Guru, Kearifan Lokal, dan keuanggulan Daerah kedalam materi pelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah h. Pembelajaran materi pelajaran yang secara khusus mewadahi materi kearifan lokal dan keunggulan daerah diselenggarakan dengan menggunakan bahasa daerah. Pasal 6 (1) Strategi Penyelenggaraan pendidikan yaitu : a. Melaksanakan koordinasi yang efektif dengan seluruh jajaran pendidikan untuk membangun sinergisitas pembangunan pendidikan. b. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang kondusif, efektif dan bermutu. c. Meningkatkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 18 peningkatan mutu, tata kelola, akuntabilitas, dan cita publik pengelolaan pendidikan. d. Meningkatkan relevansi dan daya saing keluaran pendidikan melalui kerjasama dengan dunia usaha. e. Menggali dan memberdayakan seluruh potensi internal maupun eksternal guna menghasilkan pendidikan yang efektif dan produktif; dan f. Meningkatkan kinerja dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan serta institusi pendidikan melalui pemberian kesejahteraan dan penghargaan. (2) Pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan dikembangkan secara optimal potensi peserta didik dengan memanfaatkan sebesar-besarnya pendidik dan tenaga pendidikan, kaidah-kaidah agama, kondisi lingkungan alam, sosial, adat/budaya, dan potensi masyarakat, serta perkembangan ilmu dan teknologi BAB V PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Bagian Kesatu Umum Pasal 7 (1) Penyelenggara pendidikan menyelenggarakan Unit Pelayanan Pendidikan bagi masyarakat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; (2) Unit Pelayanan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal; b. Satuan pendidikan pada jalur Pendidikan Non Formal dan Informal; c. Lembaga Pelatihan Praktik Kejujuran; d. Lembaga Pendukung Pendidikan;dan e. Lembaga lainnya yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Paragraf 1 Penyelenggara Pendidikan Pasal 9 Dalam penyelenggaraan pendidikan, penyelenggara pendidikan berhak menerima pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal dan non formal dari Pemerintah Daerah. Pasal 10 (1) Izin penyelenggaraan pelayanan pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Dalam penyelenggaraan pendidikan, penyelenggara pendidikan berkewajiban : a. Melakukan penjaminan mutu pendidikan. b. Membina dan mengembangkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya. c. Menyelenggarakan pendidikan tanpa diskriminatif; dan d. Melaporkan kegiatan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 8 (1) Pendidikan diselenggarakan oleh pendidik professional dan tenaga kependidikan sesuai dengan standar kualifikasi dan standar kompetensi pada satuan pendidikan yang relevan. (2) Pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip profesionalisme, kecukupan, pemerataan, demokratis dan berkeadilan serta kebutuhan daerah terpencil/tertinggal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 2 Peserta Didik Pasal 11 (1) Peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa, berhak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus maupun pendidikan umum; (3) Peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; (4) Peserta didik berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; (5) Peserta didik yang berprestasi dan/atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa atau dari keluarga tidak mampu, berhak memperoleh beasiswa dan; (6) Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dari keluarga tidak mampu, berhak dibebaskan dari semua kewajiban pembiayaan pendidikan tanpa ada diskriminasi di dalam memperoleh pelayanan pendidikan. 19 20 Pasal 12 Peserta didik berkewajiban: a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; b. Melaksanakan tata tertib satuan pendidikan; c. Menanggung sebahagian biaya penyelenggaraan pendidikan untuk program yang belum ditanggung pembiayaannya oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah, dengan kesepakatan bersama antara satuan pendidika, komite sekolah dan orang tua kecuali bagi peserta didik dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Peserta didik pada jenjang satuan pendidikan yang dinyatakan sebagai wajib belajar dan peserta didik yang dibebaskan dari pembiayaan pendidikan, tidak dikenai kewajiban pembiayaan pendidikan. Paragraf 3 Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pasal 13 (1) Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial, penghargaan tugas dan prestasi kerja, pembinaan profesi/karir, perlindungan hukum, kesehatan dan keselamatan kerja, kesempatan menggunakan prasarana, sarana dan fasilitasi lainnya dalam bertugas serta kesempatan berorganisasi dalam profesi/karir pendidikan. (2) Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan standar nasional serta kearifan lokal dan keunggulan daerah. b. Berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi/karir dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan. Bagian Ketiga Kurikulum Pasal 14 (1) Kurikulum satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan memuat isi sesuai dengan standar nasional dengan mengadopsi dan mengintegrasikan kondisi dan potensi lingkungan alam, budaya dan sumber daya manusia serta nilai-nilai kehidupan di daerah. (2) Isi kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diimplementasikan 21 dalam mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum nasional dan/atau mata pelajaran lain tersendiri dalam bentuk pembelajaran formal dan/atau praktik kehidupan beragama, beradat, berbudaya serta berteknologi secara terpadu, termasuk mata pelajaran yang mewadahi materi yang berkenaan dengan kearifan lokal dan keunggulan daerah. (3) Sesuai dengan struktur dan alokasi waktu yang tersedia dalam kurikulum nasional satuan pendidikan, muatan lokal dalam kurikulum meliputi mata pelajaran: Budaya Alam Mingkabau (BAM) dan Pendidikan Al Qur’an untuk SD, SMP dan SMA/ sederajat. (4) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Daerah Propinsi atau Kabupaten/Kota. (1) (2) (3) (4) Bagian Keempat Bahasa Pengantar Pasal 15 Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar resmi dalam penyelenggaraan pendidikan; Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan yang dinyatakan sebagai sekolah bertaraf internasional (SBI) sesuai dengan keperluannya digunakan Bahasa Inggris; Untuk mata pelajaran BAM dan kearifan lokal serta keunggulan daerah dapat digunakan bahasa daerah Minangkabau atau bahasa daerah setempat; Untuk mata pelajaran pendidikan Al Qur’an dan mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan madrasah sesuai dengan keperluannya, digunakan bahasa Arab. Bagian Kelima Satuan Pendidikan Bertaraf Internasional Pasal 16 Satuan pendidikan dan/atau program studi yang akan menjadi satuan/program study bertaraf internasional, dilakukan melalui tahapan satuan pendidikan berstandar nasional, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 17 Dalam menyelenggarakan satuan/program studi bertaraf internasional, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan: a. Merencanakan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan untuk 22 satuan pendidikan/program studi bertaraf internasional. b. Mengangkat dan menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan Pegawai Negeri Sipil untuk satuan pendidikan/program studi bertaraf internasional. c. Meningkatkan peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan untuk pendidikan/program studi bertaraf internasional. d. Membina dan mengembangkan pendidik dan tenaga kependidikan untuk pendidikan/program studi bertaraf internasional. e. Memberhentikan pendidik dan tenaga kependidikan Pegawai Negeri Sipil pada pendidikan/program studi bertaraf internasional. f. Menyediakan biaya, sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan/ program studi bertaraf internasional. g. Memindahkan pendidik dan tenaga kependidikan Pegawai Negeri Sipil untuk pendidikan /program studi bertaraf internasional antar Kabupaten/Kota; dan h. Mengalokasikan tenaga potensial pendidik dan tenaga kependidikan untuk pendidikan/program studi bertaraf internasional. Bagian Keenam Penjaminan Mutu Pendidikan Pasal 18 (1) Pemerintah Daerah melakukan supervisi dan membantu satuan pendidikan yang berada di bawah kewenangannya untuk menyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraannya dalam penjaminan mutu pendidikan sesuai Standar Nasional pendidikan; (2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Gubernur, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PENDIDIKAN KHUSUS, INKLUSI DAN LAYANAN KHUSUS Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota bertanggungjawab atas terselenggaranya pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan mengacu pada kebijakan dan standar nasional pendidikan; (2) Pendidikan inklusi dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan formal, jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan mengacu 23 kepada kebijakan dan standar nasional pendidikan sesuai dengan kewenangan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur oleh Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 (1) Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota bertanggungjawab atas terselenggaranya pendidikan layanan khusus bagi peserta didik di daerah terpencil/tertinggal/terbelakang, masyarakat adat yang terpencil atau yang mengalami bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu dari segi ekonomi sesuai dengan skala kekhususan dan kondisi yang melatarbelakanginya; (2) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA Pasal 21 (1) Masyarakat dan dunia usaha selaku mitra pemerintah daerah memiliki peran yang strategis dalam penyelenggaraan dan pembangunan pendidikan, baik sebagai pelaku, penyelenggara, pengelola, penyandang dana, pengawas, maupun tenaga kependidikan. (2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan. Pasal 22 (1) Dalam hal Pemerintah Daerah kekurangan pendidik dan tenaga kependidikan, masyarakat dapat mengabdikan dirinya menjadi guru, pustakawan, laboran, tutor, instruktur atau sebutan lainnya yang sesuai dengan keahlian pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal; (2) Masyarakat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan guna peningkatan mutu pendidikan dan keberhasilan pendidikan; (3) Pengaturan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat dalam pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur oleh Gubernur. 24 (1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5) BAB VIII KERJASAMA DAN KEMITRAAN Pasal 23 Pemerintah Daerah dapat mengembangkan pola kerjasama dan kemitraan dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; Kerjasama dan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan antara Pemerintah Daerah dengan: a. Pemerintah; b. Provinsi lain; c. Kabupaten/Kota; d. Luar Negeri. e. Organisasi dan lembaga lainnya. Kerjasama dan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk: a. Bantuan pendanaan pendidikan; b. Bantuan tenaga ahli; c. Bantuan sarana dan prasarana; d. Pendidikan dan pelatihan; e. Kerjasama dan kemitraan lain sesuai kesepakatan para pihak Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) haruf a, b c dan d dituangkan dalam bentuk Keputusan Bersama; Kerjasama dan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dituangkan dalam bentuk perjanjian. BAB IX PENDANAAN PENDIDIKAN Bagian Kesatu Umum Pasal 24 Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha; Penyediaan dana pendidikan termasuk gaji, biaya pendidikan kedinasan dan tunjangan lainnya dialokasikan minimal 20% (dua puluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; Pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditujukan untuk penyelenggaraan pendidikan secara berkualitas, terjangkau dan berkeadilan; Pengalokasian pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan pada prinsip keadilan, kecukupan dan keberlanjutan; Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalokasian pendanaan pendidikan 25 sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur oleh Gubernur. Pasal 25 (1) Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan dan kewajiban masing-masing menyediakan dana untuk operasional pendidikan berupa Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) berdasarkan kesepakatan bersama. (2) Ketentuan mengenai pelaksanaan ayat (1) sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut melalui kesepakatan bersama Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pasal 26 (1) Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan tunjangan daerah kepada pendidik dan tenaga kependidikan , baik yang berstatus PNS maupun Non PNS pada semua Satuan pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah; (2) Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengupayakan adanya bantuan dana untuk pondok pesantren dan pesantren salafiah sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing serta ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Bantuan Pendidikan atau Beasiswa Pasal 27 (1) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya wajib memberikan bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orangtua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikan; (2) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya wajib memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi; (3) Ketentuan mengenai pemberian bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut oleh Gubernur. Bagian Ketiga Sumber Pendanaan Pasal 28 Sumber pendanaan pendidikan berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); b. Dana Masyarakat dan dunia usaha; c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat. 26 BAB X PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 29 (1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan oleh Gubernur; (2) Mekanisme pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Gubernur. BAB XI SANKSI Pasal 30 (1) Penyelenggara pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 10, dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, berupa: a. Teguran tertulis; b. Pembatasan kegiatan penyelenggaraan satuan pendidikan; c. Pembekuan kegiatan penyelenggaraan satuan pendidikan; d. Ganti rugi; dan/atau e. Denda. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Gubernur. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan perundangundangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. Pasal 34 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat. Ditetapkan di Padang pada tanggal 20 Agustus 2009 GUBERNUR SUMATERA BARAT dto GAMAWAN FAUZI Diundangkan di Padang pada tanggal 20 Agustus 2009 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dto H. FIRDAUS, K. SE, M.Si Pembina Utama Muda, Nip. 19530309 197603 1 005 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 NOMOR: 02 BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 33 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur. 27 28 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN I. Penjelasan Umum Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memegang peranan penting sebagai salah satu kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Melalui pendidikan yang bermutu dapat diciptakan Sumatera Barat sebagai pusat pendidikan dan/atau pusat pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi bagi bangsa Indonesia yang dengan standar internasional. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di provinsi Sumatera Barat dilandasi kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa yang merupakan cermin keberhasilan masyarakat dan bangsa. Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional di daerah sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa baik di tingkat nasional maupun internasional, pemerintahan daerah dan masyarakat Provinsi Sumatera Barat bertekad untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan yang bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Karena itu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan mutu pendidikan seiring dengan pemerataan dan efisiensi pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam undangundang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut, penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah. Sejalan dengan itu, Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat menetapkan Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan pendidikan sebagai komitmen untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat Sumatera Barat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan berdaya saing, sertra menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Upaya penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat mengacu kepada standar pendidikan nasional dengan mengadopsi dan mengintegrasikan kearifan lokal dan keunggulan daerah. Sumatera Barat berdasarkan falsafah adat basandi syara syara' basandi kitabullah, syara' mangato adat mamakai, serta alam takambang jadi guru. 29 Bagi terwujudnya tujuan dan strategi dalam penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksudkan, diperlukan pengaturan berdasarkan perundangan daerah agar terpenuhi hak-hak dan kewajiban yang mendasar bagi warga negara masyarakat di bidang pendidikan, khususnya dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Untuk itu, diperlukan aturan daerah sebagai landasan hukum bagi semua unsur yang terkait dengan pendidikan, serta mengikat semua pihak. Pendidikan di Provinsi Sumatera Barat diselenggarakan sebagai usaha untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat sebagaimana tersebut di atas, berdasarkan sembilan asas, meliputi : a. Nilai keagamaan : bahwa segala upaya yang dilakukan dalam pendidikan harus dilandaskan pada agama, karena manusia dan semua kehidupan serta kekayaan alam adalah ciptaan Tuhan yang Maha Esa, yang semuanya itu menuntut keimanan dan ketaqwaan manusia kepada-Nya.. b. Demokratis : bahwa kehidupan demokratis adalah kebebasan berperikehidupan dalam mengembangkan kemarnpuan berpikir, bersikap, berkepribadian, serta pengembanganbakat sesuai dengan potensi yang dimiliki. c. Keteladanan : bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membangun kemauan dan mengembangkan kreatifitas, nilai-nilai luhur dan akhlak mulia peserta didik dan masyarakat melalui proses keteladanan. d. Manfaat : bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat sebagaimana tersebut di atas bermanfaat bagi kemajuan dan kemakmuran masyarakat Provinsi Sumatera Barat serta bangsa dan negara Republik Indonesia pada umumnya. e. Tidak diskriminatif : bahwa penyelenggaraan pendidikan tidak membatasi, melecehkan atau mengucilkan baik langsung maupun tidak langsung atas perbedaan agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, mental dan fisik, serta umur yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan atau penghapusan, pemaksaan atau penghinaan terhadap hak asasi manusia, khususnya kebebasan dalam memperoleh pendidikan . f. Pembudayaan dan pemberdayaan : bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan potensi peserta didik dan masyarakat, serta potensi lingkungan alam, sosial, adat/budaya, dan ipteksa (ilmu, teknologi, seni, dan agama) yang berlangsung sepanjang hayat. g. Seimbang, serasi dan selaras dalam perikehidupan : bahwa 30 pendidikan diselenggarakan secara seimbang, serasi, dan selaras dengan keharmonisan hukum-hukum alam dan kehidupan kemanusiaan sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. h. Pemanfaatan optimal ilmu pengetahuan dan teknologi : bahwa penyelenggaraan pendidikan didasarkan dan mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan peluang dan sekaligus asset yang harus dikuasai serta dimanfaatkan secara optimal. i. Budaya bangsa : bahwa penyelenggaraan pendidikan harus dilandaskan pada dan mengembangkan budaya bangsa Indonesia berdasarkan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. j. Keterbukaan : bahwa penyelenggaraan pendidikan baik yang diselenggarakan masyarakat maupun pemerintah dan pemerintalh daerah terbuka bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat pada umumnya unttlk memperoleh informasi yang benar dan jujur serta tidak diskriminatif. k. Bertanggung jawab : bahwa penyelenggaraan pendidikan diwujudkan secara bertanggung jawab berdasarkan prinsip-prinsip legalitas, akuntabilitas, moralitos dan etis. l. Kepastian hokum : bahwa dalam rangka terpenuhinya hak dan kewajiban peserta didik dan masyarakat pada umumnya, orang tua, pendidik dan tenaga pendidikan serta dan pengelola, penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada kepastian hukum sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku. Ayat (2) Pasal 28 Pasal 29 Ayat (1) penyelenggaraan pendidikan yang dipungut dari peserta didik dan/atau biaya lainnya yang dibutuhkan peserta didik untuk penyelesaian pendidikan yang dijalaninya. : Berprestasi merupakan capaian dalam bidang tertentu berkenaan dengan kegiatan pendidikan yang dijalani peserta didik. : Cukup jelas : Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban melakukan pembinaan pengawasan dan pengendalian untuk mendukung kemampuan penyelenggaraan kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota. Ayat (2) : Cukup jelas Pasal 30 s/d 34: Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 35 TAHUN 2009. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d 25 : Cukup jelas Pasal 26 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 27 Ayat (1) : Cukup jelas : Pesantren salafiah adalah penyelenggaraan pendidikan system lama yang tidak memiliki jenjang/tingkat kelas seperti yang ada pada pendidikan formal. Kelulusan untuk pemberian ijazah/ syahadah ditentukan oleh buya/kyai/ pimpinan pondok pesantren melalui ujian. Biasanya siswa senior dapat mrngajar siswa yang tingkatanya lebih rendah. : Beasiswa dapat meliputi pembebasan biaya 31 32