Bayar Iuran JKN-KIS Tepat Waktu Bisa Terhindar

advertisement
INFOBPJS
MEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATAN
EDISI 40 TAHUN 2016
Kesehatan
Bayar Iuran JKN-KIS Tepat Waktu
Bisa Terhindar dari Denda Pelayanan
message
CEO
CEO
MESSAGE
Sebuah kisah klasik bercerita tentang seorang bandit bernama Jose Rivera yang tidak disukai di beberapa kota di Texas
karena kerap merampok bank dan toko mereka. Akhirnya penduduk kota membayar seorang ranger (penjaga hutan)
untuk menangkap Jose Rivera. Setelah pencarian beberapa waktu, akhirnya ranger itu mendatangi sebuah bar yang
terpencil di wilayah Mexico. Disana ia melihat seorang anak muda sedang meramu minuman. Di salah satu meja, seorang
pria sedang tertidur dengan muka ditutupi oleh topinya. Ranger itu kemudian mendekati si anak muda dan berkata,
“Dimanakah Jose Rivera?” Anak muda itu pun menunjuk ke arah sebuah meja sambal berkata, “Itu Jose Rivera.”
“
“
ANTARA
KESEMPATAN DAN
KEPERCAYAAN
Ranger berbalik ke arah bandit yang sedang tidur itu dan menepuk bahunya. “Apakah kamu Jose Rivera?”, tanyanya.
Orang itu menjawab, “no speak English”. Ranger itu menoleh ke belakang dan memanggil anak muda itu untuk
membantunya berkomunikasi. Pembicaraan selanjutnya menjadi sedikit membosankan. Pertama ranger itu berbicara
dalam bahasa Inggris, lalu anak muda itu menerjemahkannya ke dalam bahasa Spanyol. Jose Rivera akan menjawab
dalam bahasa Spanyol dan anak muda itu mengulangi jawabannya ke dalam bahasa Inggris kepada ranger itu. Begitu
seterusnya. Akhirnya ranger itu memberikan dua pilihan untuk Jose Rivera. Pertama, memberitahukan tempat dimana
ia menyembunyikan harta yang telah ia curi, maka ia akan dibebaskan. Yang kedua, jika ia tak mau memberitahukannya,
ia akan ditembak di tempat. Lalu anak muda itu menerjemahkan peringatan itu. Jose Rivera berpikir sejenak lalu berkata
kepada anak muda itu, “Katakan padanya untuk keluar dari bar, belok ke kanan. Satu mil dari sini ada sebuah sumur. Di
dekat sumur itu ada sebuah pohon besar. Di bawahnya terdapat sebuah kotak dimana kusembunyikan semua perhiasan
dan uang yang kurampok”. Anak muda itu menoleh ke ranger itu, membuka mulutnya lalu menelan ludah, berhenti
sebentar, lalu mengatakan, “Jose Rivera bilang, dia bilang coba tembak aku!”
Apa makna di balik kisah ini? Ternyata, kita harus belajar untuk tidak memberikan kesempatan sekaligus kepercayaan
kepada orang yang tidak kita kenal betul bagaimana karakternya. Mengapa ? Karena menemukan kesempatan itu sulit.
Menjaga kepercayaan juga sulit. Apalagi menemukan kesempatan untuk dipercaya, tentu sangat sulit. Meskipun kadangkadang manusia melupakan kesulitan itu. Ketika ada kesempatan, dia lupa. Ketika dipercaya dia lalai. Tak jarang manusia
tergelincir pada hal-hal yang sebetulnya sudah diketahui sejak dahulu bahwa hal itu tidak boleh.Manusia juga sering lupa
(atau sengaja lupa) dengan melanggar dan mengkhianati kepercayaan yang diberikan. Kisah Jose Rivera di atas adalah
salah satu contohnya. Contoh lain misalnya perbuatan korupsi, membocorkan data kepada pihak yang tidak berhak
dengan iming-iming tertentu, memanipulasi informasi untuk suatu kepentingan, mengutamakan kepentingan pribadi atau
golongan meski melanggar, dan lain sebagainya.
Antara kesempatan dan kepercayaan sebenarnya hampir tiada jeda. Bagai dua sisi mata uang yang saling bersisian. Jika
diberikan kesempatan, berarti ada kepercayaan di baliknya. Begitu pula jika dipercaya, dipastikan kepercayaan itu dibarengi
juga dengan berbagai kesempatan. Tinggal bagaimana kita mengisi ruang “padat” di antara kesempatan dan kepercayaan
tadi. Dengan apa? Tentu dengan prestasi. Dengan pembuktian bahwa kita bisa berbuat “lebih”. Lebih baik, lebih cepat,
lebih cakap, lebh berkualitas, lebih modern, lebih efektif-efisien, dan lebih-lebih lainnya.
Jika ruang padat dalam mata uang kesempatan dan kepercayaan tadi tidak kita isi dengan hal-hal lebih yang positif,
bisa jadi yang padat tadi berubah menjadi “api”. Jika sudah begini, bukan lagi kebaikan yang didapat, namun justru api
yang membawa “kebakaran hebat”. Ini contohnya. Tersebutlah Vidkun Quisling seorang jenderal militer yang berasal
dari Norwegia. Vidkun Quisling adalah orang yang membentuk Partai Persatuan Nasional pada tahun 1933. Pada suatu
kesempatan Vidkun Quisling dapat kesempatan untuk bertemu dengan Hitler dan akhirnya bekerjasama dengan Hitler
untuk merencanakan penyerangan ke Norwegia. Vidkun Quisling yang mempunyai seluruh informasi tentang strategi
militer Norwegia dan memberikan semua informasinya kepada Hitler sehingga membuahkan hasil yang memuaskan
untuk pihak Jerman. Ketika Jerman menginvansi, Quisling diangkat menjadi perdana menteri “boneka” saat itu. Namun
Setelah penyerahan Jerman di Norwegia, Quisling diadili atas dan dihukum mati pada tahun 1945.
Kembali kepada kisah Jose Rivera di atas, dalam kehidupan sehari-hari tak jarang kita dihadapkan pada posisi si anak
muda tadi. Berdiri di antara atasan dan bawahan. Sang atasan tentu memiliki mimpi-mimpi yang ingin diraih sebagai
ukuran keberhasilannya dalam posisi pimpinan puncak atau pun sebagai ukuran keberhasilan organisasi. Untuk mencapai
goal itu tentu atasan menetapkan target-target sekaligus berbagai cara ideal yang harus diterapkan untuk meraih tujuan.
Di sisi lain, anak buah kita memiliki keingian dan style tersendiri dalam bekerja. Apalagi dengan membanjirnya generasi Y
(milenial) dalam organisasi, gaya bekerja mereka tentu sangat berbeda. Tak jarang kita merasa “pusing” dengan perilaku
mereka yang seolah-olah “masa bodoh” dengan pekerjaan dan norma lingkungan kerja.
Namun di balik “keunikan” generasi muda ini, sesungguhnya mereka adalah generasi yang kaya ide, mampu mendobrak
tradisi lama dengan sesuatu yang baru, unik dan menarik, serta paham betul akan keinginan pasar yang terkadang
kita sebagai atasannya tertinggal jauh dari trend kekinian. Sekarang permasalahannya bagaimana kita memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada generasi muda bawahan kita tadi sehingga dapat membantu menciptakan lebih
banyak lagi ruang “padat” yang positif antara sisi mata uang kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan oleh
atasan.
Tentu caranya berbeda dengan anak muda tadi. Mengkhianati Rivera untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Ketika anak
buah kita bagus dan cemerlang, mampu memberikan banyak ide baru yang inovatif, adalah kewajiban kita untuk terus
memberikan kesempatan. Namun jaga kepercayaan mereka, jangan kita berkhianat dengan mengakui bahwa itu ide
pribadi kita. Dorongan bawahan dengan mengakui itu adalah buah fikirnya, berikan apresiasi yang besar dan berbanggalah
menjadi orang terdekat pegawai yang cemerlang. Artinya kepemimpinan kita berjalan baik. Kaderisasi berjalan dan
keberhasilan bawahan yang diketahui atasan kita bukanlah aib atau dosa besar. Itu adalah bukti bahwa kita efektif dalam
memberikan bimbingan, teladan dan dorongan untuk berprestasi.Sebagaimana Colin Powell katakan dalam bukunya The
Leadership Secrets of Colin Powell, ia menyampaikan bahwa seorang pimpinan yang berhasil harus rela memberikan
pengorbanan baik waktu, tenaga, pikiran maupun yang lain-lain, serta harus mau menempatkan diri merasakan seperti apa
kalau kita pada posisi yang diperintah. Jadi jangan khianati bawahan, justru terus berikan ia kesempatan dan kepercayaan
untuk lebih baik lagi dan lagi.
Direktur Utama
Fachmi Idris
SALAM REDAKSI
Iuran Anda Membantu Sesama
Pembaca Setia Media Info BPJS Kesehatan,
Pada awal Maret 2016 lalu, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Dalam Perpres tersebut terdapat beberapa
perubahan-perubahan penting yang patut diketahui oleh masyarakat khususnya terkait dengan penyesuaian jumlah iuran dan
yang penting dipahami adalah penerapan Denda Pelayanan.
Khusus dalam meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai Denda Pelayananakan lebih jauh diulas dalam pada rubrik
FOKUS.Bagaimana simulasi, aturan main, dan makna sesungguhnya mengapa dalam Perpres tersebut ditetapkan Denda
Pelayanan.
Di rubrik BINCANG kami akan menghadirkan wawancara dengan Kepala Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan
BPJS Kesehatan, Andi Afdal yang akan mengulas lebih dalam mengenai kebijakan tentang Denda Pelayanan ini.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan tanggapan
atas terbitnya media ini. Kami pun terus berupaya dalam memberikan informasi yang baik, akurat dan diharapkan kehadiran
media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan seluruh stakeholder. Selamat beraktivitas.
INFOBPJS
Kesehatan
BULETIN DITERBITKAN OLEH
BPJS KESEHATAN :
Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta
Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940
PENGARAH
Fachmi Idris
PENANGGUNG JAWAB
Bayu Wahyudi
PIMPINAN UMUM
Budi Mohamad Arief
PIMPINAN REDAKSI
Irfan Humaidi
SEKRETARIS
Rini Rahmitasari
SEKRETARIAT
Ni Kadek M.Devi
Eko Yulianto
Paramita Suciani
REDAKTUR
Elsa Novelia
Ari Dwi Aryani
Asyraf Mursalina
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
Angga Firdauzie
Juliana Ramdhani
Diah Ismawardani
DISTRIBUSI & PERCETAKAN
Erry Endri
Anton Tri Wibowo
Akhmad Tasyrifan
Arsyad
Ranggi Larrisa
DAFTAR ISI
BINCANG
Peserta yang Rutin Bayar
Iuran Terhindar Denda
Pelayanan
5
Program JKN-KIS yang diselenggarakan
BPJS Kesehatan berdampak besar
pada pelayanan kesehatan di Indonesia.
Sejak program ini bergulir 1 Januari
2014, masyarakat semakin mudah
mengakses pelayanan kesehatan.
Fokus - Bayar Iuran JKN-KIS Tepat Waktu,
Bisa Terhindar dari Denda Pelayanan
3
Manfaat - Akses Layanan Pasien Kanker
Lebih Mudah
Testimoni - Kena Denda Pelayanan Kini
Peserta JKN-KIS Lebih Disiplin Mengiur
6
7
Persepsi - Kesehatan Antara Hak dan
Kewajiban
8
Inspirasi - Komunitas “Keren Tanpa
Rokok” Sasar Anak Muda Untuk
Kampanyekan Bahaya Rokok
9
Sehat & Gaya Hidup - Hati- hati
Pengobatan Alternatif Kanker
10
Kilas & Peristiwa - BPJS Kesehatan
Gandeng Kab. Tanah Datar untuk Pilot
Project Optimalisasi Peran Pemda dalam
Program JKN-KIS
11
3
FOKUS
Bayar Iuran JKN-KIS Tepat Waktu,
Bisa Terhindar dari Denda Pelayanan
Program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat
(JKN-KIS) semakin dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat
khususnya peserta JKN-KIS.
Namun sayangnya, banyak peserta
yang tidak patuh membayar
iuran setiap bulannya. Ada juga
yang membayar iuran jika sedang
membutuhkan pelayanan kesehatan
saja. Setelah mendapat pelayanan
kesehatan hingga penyakitnya
sembuh, peserta tersebut berhenti
membayar iuran.
J
ika peserta berperilaku malas membayar iuran
secara terus menerus dapat mengganggu program
JKN-KIS. Program JKN-KIS bisa berjalan secara
berkelanjutan jika semakin banyak peserta yang
sehat dan peserta yang rajin membayar iuran. Oleh
karena itu, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan memberlakukan denda atas keterlambatan
iuran agar peserta JKN-KIS patuh membayar setiap bulan.
“Denda itu tujuannya untuk meningkatkan kesadaran
peserta terhadap pentingnya membayar iuran secara rutin.
Sekarang ini aturan denda sudah diperbaharui menjadi
denda pelayanan yang diatur dalam Perpres Nomor 19 Tahun
2016,” kata Direktur Hukum Komunikasi dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Kesehatan, dr Bayu Wahyudi.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden
(Perpres) 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Perpres 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Juncto
Peraturan Presiden 28 Tahun 2016 tentang Perubahan
Ketiga Atas Perpres 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Bayu menjelaskan, Perpres 19 Tahun 2016 mengatur
besaran iuran yang berlaku sejak 1 April 2016. Khusus
untuk peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas
III tidak mengalami kenaikan iuran yaitu tetap Rp25.500
perorang perbulan, kelas II iurannya naik menjadi Rp
51.000 dari sebelumnya Rp42.500 dan kelas 1 naik
menjadi Rp 80.000 dari sebelumnya Rp59.500. Peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebesar Rp23.000, naik dari
sebelumnya Rp19.225 perorang perbulan. Ketentuan ini
berlaku sejak 1 April 2016.
KIS sudah aktif, maka peserta bisa memanfaatkan untuk
berobat di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan
pelayanan kesehatan rawat jalan di Faskes Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL). Namun, jika peserta membutuhkan rawat
inap baru bisa dijamin oleh BPJS Kesehatan setelah 45
hari setelah kartu aktif kembali. “Namun, jika sebelum 45
hari ternyata peserta membutuhkan pelayanan rawat inap
yang dijamin oleh BPJS Kesehatan, maka peserta akan
dikenakan denda pelayanan,” kata Bayu.
Besaran denda pelayanan yang diberlakukan mulai 1 Juli
2016 ini adalah 2,5 persen dari biaya paket INA CBGs
yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dikalikan jumlah bulan
iuran yang tertunggak atau 2.5% x bulan tertunggak
x besar biaya pelayanan paket yang dijamin BPJS
Kesehatan. “Jumlah bulan tertunggak yang dikalikan dalam
perhitungan denda pelayanan maksimal 12 bulan. Jika
tuggakannya 15 bulan, maka hanya dikali 12,” ujar Bayu.
Dicontohkan, seorang peserta menunggak lebih dari 12
bulan, kemudian dia melunasi iurannya itu. Sehingga kartu
JKN-KIS nya menjadi aktif kembali. Namun, sebelum 45
hari masa aktif, peserta tersebut harus menjalani rawat
inap dan besar biaya pelayanan paket yang dijamin BPJS
Kesehatan Rp10 juta, maka peserta tersebut dikenakan
denda sebesar 2.5% x 12 x Rp10 juta = Rp3 juta. Jika
biaya rumah sakit Rp150 juta, maka peserta dikenakan
denda sebesar: 2.5% x 12 x Rp150 juta = Rp 45 juta.
“Peserta tersebut cukup membayar batas maksimal denda
yaitu Rp30 juta saja,” papar bayu.
Cara pembayaran denda pelayanan bisa dilakukan dengan
beberapa cara malalui bank dengan cara melalui ATM
atau langsung ke teller bank. Bisa juga membayar denda
tersebut melalui payment point online banking (PPOB)
seperti di Indomaret, Alfamart, Tiki, Kantor Pos, dan agenagen Kantor Pos Indonesia. “Jadi tidak ada uang tunai
yang diterima oleh petugas BPJS Kesehatan atau petugas
rumah sakit,” kata Bayu.
INFO BPJS KESEHATAN
Selain itu, amanat Perpres 19 Tahun 2016 mengatur denda
dan masa aktif kartu bagi peserta JKN-KIS yang terlambat
membayar iuran. Peserta atau pemberi kerja yang
menunggak iuran JKN-KIS satu bulan atau tidak membayar
iuran satu bulan, maka kartu JKN-KIS dinonaktifkan secara
otomatis oleh sistem. Dengan demikian, peserta tidak
dapat menggunakan manfaat jaminan kesehatan oleh
BPJS Kesehatan.
Apabila peserta atau pemberi kerja melunasi semua
tunggakan iurannya dan membayar iuran pada bulan
berjalan, maka kartu JKN-KIS kembali aktif. Jika kartu JKN-
Edisi 40 2016
4
FOKUS
Apabila peserta tidak membayar denda maka sistem
aplikasi komputer tidak bisa menerbitkan surat eligibilitas
peserta (SEP). SEP ini sebagai tanda bahwa pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada peserta JKN-KIS
mendapat jaminan oleh BPJS Kesehatan.
Peserta JKN-KIS yang mendapat denda pelayanan
diminta membuat surat pernyataan pembayaran denda
pelayanan dan penggunaan selisih denda pelayanan.
Dalam surat pernyataan itu, peserta menyatakan setuju
untuk melakukan pembayaran tagihan uang muka denda
pelayanan kesehatan yang dihitung berdasarkan diagnsa
awal di FKRTL selambat-lambatnya 3 kali 24 jam hari kerja
atau sebelum pulang apabila peserta dirawat kurang dari
3 hari.
Pembayaran denda itu melalui rekening kas negara
pemberi kerja bagi peserta pekerta penerima upah (PPU)
penyelenggara negara atau melalui virtual account pemberi
kerja bagi peserta PPU, atau melalui virtual account
peserta pekerja bukan penerima upah (PBPU) dan bukan
pekerja.
Walaupun sudah membuat surat pernyataan, peserta
tidak melakukan pembayaran uang muka denda pelayanan
kesehatan sesuai ketentuan tersebut di atas, maka
pelayanan rawat inap tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Pembayaran denda pada tahap awal adalah berdasarkan
diagnosa awal dirawat yang kemudian diperhitungkan
kembali berdasarkan diagnosa akhir perawatan. Denda
final dihitung dari besar biaya diagnosa akhir paket yang
dijamin BPJS Kesehatan. Jika ada selisih biaya pelayanan
kesehatan berdasarkan diagnosa awal dan diagnosa
akhir, maka selisih pembayaran dibayarkan bersama
tagihan iuran bulan berikutnya melalui satu kali tahapan
pembayaran atau tiga kali tahap pembayaran. Jika terdapat
kelebihan pembayaran denda, maka peserta menerima
pengembalian dana yang telah yang telah dibayarkan
(refund) melalui rekening peserta.
INFO BPJS KESEHATAN
Persi: Aturan Di Lapangan Harus Jelas
Perubahan atas peraturan iuran dan denda, menurut Ketua
Umum Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi)
Dr Kuntjoro, AP, MKes, mempunyai tujuan yang baik untuk
menyempurnakan pelaksanaan program JKN-KIS. “Yang
penting itu, di lapangan aturannya harus jelas, jangan
sampai menghambat rumah sakit dalam melakukan
pengobatan. Misalnya ketika peserta sudah tidak bayar
iuran, bagaimana pihak rumah sakit menangani peserta
yang dalam keadaan darurat harus ditolong segera,”
ujarnya.
Edisi 40 2016
Dari sisi Persi, rumah sakit tugasnya mengobati orang
sakit. Siapa pun yang datang ke rumah sakit harus
mendapat standar pelayanan yang terbaik, lalu bisa
mengklaim atas pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada peserta JKN-KIS. Kemudian dibayar oleh BPJS
Kesehatan. “Rumah sakit tidak bisa menolak, siapa pun
harus ditolong,” ujarnya.
Terkait dengan peserta JKN-KIS kategori penerima bantuan
iuran (PBI) dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD), Kuntjoro mempertanyakan kepastian pembayaran
iuran tersebut. “Bagi Pemda yang mampu seperti DKI
Jakarta mungkin tidak menjadi masalah, tetapi bagaimana
dengan Pemda lainnya yang masih miskin bahkan
bergantung kepada dana APBN,” ujarnya.
Menurut Kuntjoro, program JKN-KIS bagusnya luar biasa.
Di era JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan banyak
sekali peserta JKN-KIS kelas 3 yang memanfaatkan
pemasangan ring di RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita. Selain itu, penderita kanker yang
memerlukan biaya ratusan juta, dan cuci darah bagi
penderita gagal ginjal yang menghabiskan dana sekitar
Rp10 juta-an perbulan sepanjang hidupnya. “Semua
pengobatan penyakit berat itu sekarang bisa dirasakan oleh
peserta JKN-KIS kelas 3,” ungkapnya.
Oleh karena itu, semua pihak harus hadir di sana untuk
mendukung program JKN-KIS. Sebab, kata Kuntjoro,
pelaksanaan program JKN-KIS masih memerlukan
pengembangan untuk menjadi program yang baik yang
sustainable. “Ini adalah proses belajar bersama, berbagai
kekurangan, mengatasi keluhan, kemudian kita carikan
win-win solution-nya, agar JKN-KIS semakin bagus,”
katanya.
Kuntjoro mengatakan, program JKN-KIS akan semakin
bagus jika regulasinya tidak terlalu kaku dan mudah
diaplikasikan dalam pelaksanaan pelayanan di fasilitas
kesehatan mulai dari FKTP di Puskesmas, maupun dokter
keluarga hingga pelayanan rawat jalan dan rawat inap
rumah sakit, semuanya bisa berjalan.
Pihaknya juga meminta untuk mempertimbangkan
kenaikan tarif rumah sakit yang seharusnya ditinjau
setiap dua tahun sekali. “Negara harus menomorsatukan
pembiayaan kesehatan dan pendidikan,” ujarnya.
Sementara itu, BPJS Kesehatan telah mengantisipasi
terjadinya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan
oleh oknum yang tidak bertanggungjawab atas penerapan
aturan Perpres Nomor 19 tahun 2016 itu.
Kemungkinan itu bisa saja terjadi misalnya oknum di rumah
sakit dapat mengeluarkan diagnosa awal yang “ringan
sehingga nilai dendanya menjadi rendah. Namun hal ini
dapat terdeteksi pada saat diagnosa akhir ditetapkan
beberapa hari dimasa perawatan atau saat pasien keluar
rumah sakit. “Kemungkinan penyalahgunaan bisa
dilakukan oleh oknum petugas BPJS Kesehatan ataupun
petugas rumah sakit untuk menerima pembayaran denda
secara tunai. “Sudah ada tim khusus yang menangani hal
itu,” kata Direktur Hukum, Komunikasi, dan Hubungan
Antar Lembaga BPJS Kesehatan, Bayu Wahyudi.
BPJS Kesehatan telah membentuk Tim Taskforce yang
akan menangani penyelesaian soal denda, antara lain
bertugas melakukan identifikasi masalah krusial terkait
dengan Peraturan Presiden Nomor 19 tahun 2016,
menyusun kebijakan operasional dan proses bisnis yang
akan diatur terkait dengan Perpres 19 Nomor 2016, dan
mempersiapkan dukungan teknologi informasi dalam
rangka implementasinya.
Selain itu, melakukan koordinasi dengan kementerian
dan lembaga terkait. Apabila terjadi permasalahan teknis
dalam pelaksanaan pembayaran denda, maka setiap kantor
cabang berkewajiban menyelesaikannya dengan dukungan
dan bimbingan dari Kantor BPJS Kesehatan Divisi
Regional atau Pusat.
5
BINCANG
Peserta yang Rutin Bayar Iuran
Terhindar
Denda Pelayanan
P
rogram JKN-KIS yang diselenggarakan BPJS
Kesehatan berdampak besar pada pelayanan
kesehatan di Indonesia. Sejak program ini bergulir
1 Januari 2014, masyarakat semakin mudah
mengakses pelayanan kesehatan. Masyarakat tidak perlu
takut menyambangi fasilitas kesehatan untuk mendapat
pelayanan karena BPJS Kesehatan akan melakukan
penjaminan sesuai ketentuan yang berlaku.
Penting untuk diingat, peserta yang mendapat manfaat
JKN-KIS harus menunaikan kewajibannya terlebih dulu,
diantaranya membayar iuran secara rutin setiap bulan.
Peserta yang tidak membayar iuran secara rutin akan rugi.
Apalagi, Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 mengatur sanksi
bagi peserta yang telat bayar iuran lebih dari sebulan yaitu
penjaminan kepada peserta dihentikan sementara.
Jika jaminan dihentikan, peserta tidak bisa memperoleh
manfaat JKN-KIS. Pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan tidak akan dijamin. Akibatnya, peserta harus
membayar sendiri pelayanan kesehatan dengan cara
merogoh kocek pribadi.
untuk keterlambatan iuran itu dihapus. Saat ini yang
berlaku denda pelayanan, besarannya 2,5 persen dari biaya
pelayanan kesehatan sebagaimana diagnosa RS, dikali
setiap bulan tertunggak. Paling banyak 12 bulan tertunggak
dan paling tinggi Rp30 juta. Ini lebih memudahkan peserta
karena dia tidak akan dikenakan denda kalau rutin bayar
iuran.
Dalam waktu 45 hari setelah status
kepesertaan kembali aktif, peserta wajib
membayar denda untuk setiap pelayanan
kesehatan rawat inap yang diperolehnya.
Apa tujuan diterapkannya denda pelayanan?
Denda untuk setiap pelayanan kesehatan
rawat inap itu dikenal juga dengan istilah
‘denda pelayanan.’ Besaran denda yang
dikenakan yaitu 2,5 persen dari biaya
pelayanan kesehatan untuk setiap bulan
tertunggak, dengan ketentuan jumlah bulan
tertunggak paling banyak 12 bulan dan paling
tinggi Rp30 juta.
Untuk mengetahui lebih lanjut perihal denda pelayanan itu,
Info BPJS Kesehatan berkesempatan berbincang dengan
Kepala Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan
BPJS Kesehatan, Andi Afdal. Berikut ini petikannya;
Apa dasar diterbitkannya kebijakan denda pelayanan
itu?
Itu diterbitkan merujuk amanat Peraturan Presiden Nomor
19 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun
2016.
Apa perbedaan denda pelayanan ini dengan denda
keterlambatan pembayaran iuran sebagaimana
berlaku sebelumnya?
Kalau peraturan sebelumnya, peserta yang terlambat
membayar iuran dikenakan denda administratif sebesar 2
persen per bulan dari total iuran tertunggak. Bagi peserta
bukan penerima upah atau mandiri, denda keterlambatan
itu paling banyak untuk waktu 6 bulan. Setelah menunggak
lebih dari 6 bulan, penjaminan dihentikan sementara.
Namun dengan peraturan yang baru denda administrasi
Tujuannya memberi pemahaman dan edukasi kepada
masyarakat bahwa biaya pelayanan kesehatan itu
mahal. Tapi, dengan rutin membayar iuran, peserta akan
mendapat manfaat JKN-KIS karena resiko finansial itu
ditanggung BPJS Kesehatan. Kalau tidak rutin bayar iuran,
apalagi telat lebih dari satu bulan, peserta akan rugi karena
penjaminan dihentikan sementara. Sehingga peserta harus
menanggung sendiri biaya pelayanan kesehatan.
Sekalipun sudah melunasi tunggakan, ada denda
pelayanan bagi peserta yang butuh rawat inap dalam waktu
45 hari setelah kepesertaannya itu aktif kembali. Misalnya,
dalam waktu 45 hari setelah kepesertaan kembali aktif,
peserta membutuhkan pelayanan rawat inap dengan biaya
Rp10 juta. Jika menunggak satu bulan, denda pelayanan
yang wajib dibayar peserta sebesar Rp 250 ribu.
Makanya, untuk menghindari agar penjaminan tidak
dihentikan dan tidak terkena denda pelayanan, peserta
diimbau rutin bayar iuran. Kita tidak akan tahu kapan jatuh
sakit, sebelum itu terjadi kita harus lakukan persiapan,
caranya yaitu rutin membayar iuran JKN-KIS.
Apakah denda pelayanan itu berlaku untuk semua
peserta?
Tidak, peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) tidak
terkena kebijakan itu. Jika peserta tidak mampu sehingga
tidak sanggup membayar iuran dan tunggakan, apalagi
denda, disarankan untuk lapor dengan membawa surat
keterangan dari instansi yang berwenang.
Apa yang harus dilakukan peserta agar terhindar dari
denda?
Rutin bayar iuran. BPJS Kesehatan telah bekerjasama
dengan sejumlah bank dan channel-channel pembayaran
seperti minimarket untuk memudahkan peserta membayar
iuran. Poin-poin pembayaran itu relatif mudah ditemui di
lingkungan sekitar masyarakat.
Bagaimana dengan peserta yang telat bayar iuran, apa
yang harus dilakukan?
Segera bayar iuran yang tertunggak dan jangan sampai
telat bayar iuran. Tapi dalam waktu 45 hari setelah peserta
melunasi tunggakan itu dan butuh pelayanan rawat inap
yang dijamin BPJS Kesehatan, maka dikenakan denda
pelayanan sebagaimana aturan yang berlaku.
Apa target yang disasar dalam menjalankan kebijakan
denda pelayanan sebagaimana amanat Perpres Nomor
19 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan?
Memastikan agar peserta tidak hanya bayar iuran ketika
butuh pelayanan kesehatan atau jatuh sakit. Mendorong
semakin banyak peserta yang rutin membayar iuran.
Intinya kebijakan ini mengedukasi masyarakat, bukan
menyulitkan peserta untuk mendapat pelayanan
kesehatan.
Edisi 40 2016
INFO BPJS KESEHATAN
Kepala Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan
Rujukan BPJS Kesehatan
Andi Afdal
Penjaminan BPJS Kesehatan akan berlaku
jika peserta mengaktifkan kembali status
kepesertaannya dengan cara membayar iuran
bulan tertunggak, paling banyak untuk 12
bulan. Kemudian, membayar iuran di bulan
saat peserta ingin mengaktifkan kembali
status kepesertaannya itu.
6
MANFAAT
Dokter juga dapat memberikan obat di luar
Formularium Nasional, tetapi harus dengan
persetujuan komite medik dan kepala/direktur
rumah sakit, serta biayanya tidak boleh
dibebankan kepada pasien. Dengan demikian,
bila rumah sakit memberikan obat di luar
Formularium Nasional dan meminta pasien
membayarnya sendiri, maka tidak sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun
2014.
Sesuai Peraturan Perundangan Pemerintah dan
pemerintah Daerah menjamin ketersediaan
obat termasuk obat kanker. Meski demikian
jika terjadi kekosongan obat, BPJS Kesehatan
terus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit,
Kementerian Kesehatan dan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Pasien kanker bisa mendapatkan seluruh
layanan JKN ini dengan menjadi peserta JKNKIS dan membayar iuran sesuai kelas perawatan
secara teratur. Dengan iuran yang sangat
terjangkau pasien kanker bisa mendapatkan
layanan yang komprehensif. Sebelum adanya
program JKN-KIS, pasien kanker membayar
terlebih dahulu sebelum mendapat layanan
di faskes. Kini, saat membutuhkan pasien
langsung mendapat layanan tanpa uang di
muka.
AKSES
LAYANAN
Pasien Kanker Lebih Mudah
P
enyakit kanker masih menjadi momok menakutkan
bagi semua orang. Kanker tergolong penyakit
paling ganas dari penyakit lain. Sel kanker
menyebar sangat cepat dan merusak organ tubuh
lain bila tidak diatasi dengan cepat dan tuntas.
Keterlambatan penanganan menyebabkan sebagian besar
kasus penyakit ini sudah masuk stadium lanjut, sehingga
peluang untuk sembuh makin kecil. Karena keterbatasan
finansial dan rendahnya kesadaran, sebagian penderita
tidak mau memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit.
Pengobatan yang membutuhkan waktu lama hingga
bertahun-tahun juga membuat sebagian pasien tidak
tuntas karena beban finansial. Beratnya beban finasial
yang ditimbulkan penyakit ini dapat menyebabkan pasien
kehabisan harta benda sehingga dapat jatuh miskin.
Kini, beban finansial penderita kanker bisa diringankan
INFO BPJS KESEHATAN
dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)-Kartu Indonesia Sehat (KIS). Program JKN-KIS
menjamin pengobatan pasien kanker secara komprehensif
mulai dari promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif.
Mulai dari layanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP) hingga rujukan ke faskes tingkat lanjut.
Di FKTP, pasien kanker mendapat pelayanan sesuai
kebutuhan medis, seperti konsultasi dokter, laboratorium
sederhana, obat, pelayanan darah dan rawat inap
tingkat pertama. Pasien kanker juga bisa mendapat
pelayanan gawat darurat di FKTP yang memiliki unit
kegawatdaruratan. Jika dibutuhkan, pasien dapat
mendapatkan layanan ambulans cuma-cuma untuk
evakuasi medis antar faskes. Bahkan pasien bisa
mendapatkan layanan skrining atau deteksi dini melalui
program periksa payudara sendiri atau disebut sadari, tes
inspeksi visual asam asetat (IVA), papsmear, dan terapi
krio.
Di faskes rujukan tingkat lanjutan (FKRTL), pasien
mendapat konsultasi dokter spesialis, perawatan gawat
darurat, rawat inap, pelayanan intensif, pemeriksaan
Edisi 40 2016
Manfaat lain layanan JKN-KIS untuk pasien
kanker, yaitu jumlah faskes yang bekerja sama
BPJS Kesehatan makin banyak dan luas,
sehingga akses pasien kanker semakin mudah.
Rumah sakit yang bermitra dengan BPJS
Kesehatan telah mencapai 1.971, di mana 53
persen di antaranya milik swasta.
Dengan prinsip portabilitas dalam program
JKN-KIS juga memudahkan pasien kanker berobat di mana
saja di seluruh wilayah NKRI saat dibutuhkan. Prosedurnya
sama dengan pasien lain. Jika tengah berada di kota lain,
pasien kanker bisa mendatangi FKTP atau kantor cabang
BPJS Kesehatan terdekat untuk melaporkan diri. Kecuali
jika gawat darurat pasien bisa langsung ke rumah sakit.
Namun, masyarakat juga perlu mendukung keberlanjutan
program JKN-KIS dengan disiplin membayar iuran
setiap bulan. Karena dengan gotong royong semua akan
tertolong. Orang sehat membantu yang sakit dan kaya
membantu yang miskin. Satu pasien kanker membutuhkan
1.253 orang sehat untuk membiayainya.
penunjang sesuai indikasi dokter, pengobatan (kemoterapi,
radioterapi, dan lainnya), rehabilitasi medis, dan pelayanan
darah atau transfusi.
Jika bukan gawat darurat, pasien yang mengeluh sakit
memeriksakan diri ke FKTP seperti puskesmas, klinik
pratama ataupun dokter praktik perorangan. Pada
beberapa kasus, pelayanan kesehatan dapat diselesaikan
secara tuntas di FKTP sesuai dengan kewenangan dan
ketersediaan fasilitas. Misalnya pada kasus terduga
(suspected) kanker payudara, jika hanya ditemukan infeksi
kelenjar susu atau abses biasa, maka pengobatannya bisa
dituntaskan di FKTP. Tetapi jika dokter mencurigai benjolan
di payudara mengarah kepada tumor atau kanker, maka
pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
pelayanan kanker, dan dokter spesialis onkologi.
BPJS Kesehatan sudah menerapkan rujukan berdasarkan
kompetensi dan ketersediaan layanan di faskes. Misalnya
penyakit hanya bisa ditangani di rumah sakit tipe A, maka
FKTP bisa langsung rujuk ke sana. Tetapi kalau penyakitnya
bisa ditangani di rumah sakit tipe D, C atau B, maka tidak
dirujuk ke tipe A. Rujukan berjenjang ini berlaku bagi
semua peserta Program JKN-KIS, termasuk pasien kanker.
Jika diagnosa kanker sudah ditegakkan di rumah sakit yang
memiliki tim onkologi, pasien dirujuk balik atau dilimpahkan
ke rumah sakit di bawahnya dengan ketentuan rumah
sakit tersebut memiliki dokter internis terlatih, sarana
prasarana mendukung pelayanan kanker serta tersedia
obat kemoterapi khusus.
Khusus obat kanker, BPJS Kesehatan menjamin semua
kebutuhan pasien di luar paket INA CBGs selama obat
tersebut terdaftar di dalam Formularium Nasional. Obat
kanker di dalam Formularium Nasional yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan sudah cukup lengkap.
Biaya pengobatan kanker terbilang sangat mahal karena
kebanyakan dirujuk ke rumah sakit dan membutuhkan
penanganan spesialistik. Kanker termasuk dalam urutan
ketiga dari 10 penyakit katastropik yang paling banyak
kasusnya dan menyerap anggaran terbesar dari program
JKN-KIS. Total biaya yang keluar untuk penyakit katastropik
beserta obatnya pada 2015 lalu mencapai Rp15,29 triliun,
di mana 17% di antaranya adalah penyakit kanker.
Jumlah kasus kanker pada 2014 lalu sebanyak 702,207
dengan biaya Rp1,537 triliun. Jumlah meningkat menjadi
1.394,327 kasus dengan biaya Rp 2,469 triliun di 2015.
Diagnosa penyakit kanker terbanyak adalah kanker
payudara, kanker rektum, kanker hati, kanker tiroid, kanker
usus besar, kanker nasofaring, dan leukimia.
Khusus kasus kanker payudara menunjukkan tren
peningkatan tajam sejak Desember 2014 sebanyak
501.000 dengan biaya mencapai Rp.696 miliar. Sedangkan
kanker leukimia mencapai 32,321 kasus dengan biaya
Rp.126,447 miliar, dan meningkat menjadi 66,472 kasus
dengan biaya Rp188 miliar. Juga terjadi kenaikan jumlah
kasus kanker anak sebesar 39% dan kenaikan biaya
sebesar 26% pada 2015 dibanding 2014.
Tetapi, yang terpenting masyarakat mulai dengan pola
hidup sehat. Sebab mencegah lebih baik daripada
mengobati. Di sinilah peran FKTP untuk memberikan
informasi dan edukasi secara terus menerus mengenai
pola hidup sehat kepada masyarakat.
Dengan dukungan semua pihak, termasuk peserta JKN,
diharapkan cakupan semesta atau Universal Health
Coverage (UHC) akan terwujud pada 2019 mendatang.
Menjaga keberlanjutan program JKN-KIS dengan
terwujudnya faskes yang terstandar dan berkualitas.
Terlayaninya peserta JKN termasuk pasien kanker dengan
kualitas yang semakin baik dan kesadaran masyarakat
Indonesia untuk bergotong royong membantu sesama.
7
TESTIMONI
Kena Denda Pelayanan, Peserta JKN-KIS
Kini Lebih Disiplin Mengiur
Aturan mengenai denda pelayanan
sudah mulai diimplementasikan
dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) – Kartu Indonesia
Sehat (KIS). Dengan aturan baru
tersebut, diharapkan perilaku peserta
dalam membayar iuran akan lebih
disiplin lagi. Karena tidak sedikit
peserta yang enggan mengiur pasca
mendapatkan manfaat dari program
JKN-KIS. Berikut ini pengalaman
peserta yang sempat terkena denda
pelayanan karena mendapatkan
pelayanan Rawat Inap Tingkat
Lanjutan (RITL) di rentang waktu
45 hari sejak kartu kepesertaannya
kembali aktif.
Terhitung mulai 1 Juli 2016, denda hanya akan dikenakan
apabila dalam rentang waktu 45 hari setelah status
kepesertaan kembali aktif, peserta yang bersangkutan
mendapatkan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
yang dijamin BPJS Kesehatan. Peserta atau pemberi kerja
tersebut akan dikenakan denda sebesar 2,5 persen dari total
diagnosis akhir pelayanan kesehatan yang didapatkan dikali
jumlah bulan tertunggak.
Aturan denda pelayanan ini sempat dialami Zainal,
peserta mandiri program JKN-KIS kelas 1 asal Samarinda,
Kalimantan Timur. Zainal dikenakan denda pelayanan
2,5 persen saat harus menjalani rawat inap ketika kartu
kepesertaannya baru saja aktif pasca menunggak iuran
selama dua bulan.
Zainal sendiri sudah lebih dari dua tahun menjadi peserta
program JKN-KIS. Selama itu pula iurannya selalu rutin
dibayarkan. Setiap bulannya, iuran kepesertaan Zainal
ditanggung oleh menantunya, Muhammad Mohtar Kadafi.
Namun dua bulan sebelum menjalani rawat inap, diakui
Mohtar kalau memang ada keterlambatan pembayaran
iuran.
“Sebelumnya saya selalu rutin bayar iuran untuk mertua
saya. Tapi dua bulan belakangan ada banyak kebutuhan
keluarga yang harus didahulukan, sehingga pembayaran
iurannya jadi terlambat. Apalagi selain menanggung istri
dan anak, saya juga menangung iuran untuk orang tua,
adik, dan dua orang mertua. Semuanya kelas 1 yang
iurannya Rp 80.000 per bulan,” cerita Muhammad Mohtar
Kadafi kepada Info BPJS Kesehatan.
Terkena Serangan Jantung
Pada 19 September 2016, Zainal yang tadinya sehat-sehat
saja tiba-tiba mengeluh sakit di bagian dadanya. Mohtar
lantas membawa mertuanya itu ke Rumah Sakit Samarinda
Medika Citra untuk diberi pertolongan. Sebelum ke rumah
sakit, ia terlebih dahulu melunasi semua tunggakan dan
membayar iuran pada bulan berjalan sebesar Rp 240.000
untuk tiga bulan di Indomaret.
Dari hasil pemeriksaan di Rumah Sakit Samarinda Medika
Citra, Zainal dinyatakan mengalami serangan jantung.
Pasien akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Abdul Wahab
Syahranie dikarenakan tidak adanya dokter spesialis
Jantung di rumah sakit
tersebut. Sesampainya di
sana, Zainal pun langsung
mendapatkan perawatan
di ruang ICCU untuk
penanganan jantungnya.
"Ketika proses pendaftaran
sebagai pasien peserta
BPJS Kesehatan, saya
diberi tahu kalau perawatan
mertua saya akan dikenakan
denda sebesar 2,5%
karena sebelumnya sempat
menunggak iuran," ujar
Mohtar.
Informasi denda pelayanan
sementara yang harus
dibayarkan saat itu sebesar Rp
348.810. Nilainya didapatkan
dari biaya perawatan
hasil diagnosa berdasarkan tarif INA-CBGs sebesar Rp
6.976.200 × 2,5% × 2 bulan masa tunggakan. Apabila ada
penambahan biaya selama perawatan di rumah sakit, maka
akan dikenakan denda lagi dengan perhitungan yang sama.
“Kalau mertua saya diopname lagi dalam rentang waktu 45
hari tersebut, akan tetap dikenakan denda pelayanan lagi
dengan perhitungan yang sama. Bagi saya sebenarnya ini
cukup memberatkan. Apalagi kalau dalam kondisi tidak ada
uang seperti kemarin,” curhat Mohtar.
Kembali Disiplin Mengiur
Lain lagi cerita Kurnia asal Makassar, Sulawesi Selatan.
Kurnia mengaku tidak pernah menunggak iuran untuk
dirinya dan lima orang lain yang menjadi tanggungannya.
Hanya saja sebelum istrinya, Sugiaty Hatta, terserang
vertigo hebat yang memaksanya harus dirawat di
rumah sakit, iuran bulanan seluruh anggota keluarganya
dibayarkan lewat dari tanggal 10 bulan berjalan. Sementara
aturan yang berlaku menyatakan bahwa pembayaran iuran
paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Apabila tanggal
10 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari
kerja berikutnya.
“Waktu kemarin kena denda pelayanan, iurannya memang
baru dibayarkan di akhir bulan. Bukannya ada niatan
menunggak, hanya telat membayar saja. Setelah telat
membayar itu, ternyata istri saya harus dirawat di rumah
sakit," cerita Kurnia.
Dari biaya perawatan selama empat hari di Rumah Sakit
Universitas Indonesia Timur (UIT), denda pelayanan
yang harus dibayarkan Kurnia untuk istrinya sekitar Rp
140.000. "Setelah kejadian ini, saya usahakan untuk tidak
lagi menunda pembayaran iuran. Karena kita tidak pernah
tahu kapan penyakit itu datang. Apalagi sekarang istri saya
juga harus rutin kontrol ke dokter spesialis jantung," ujar
pensiunan BUMN tersebut.
Denda pelayanan ini sebenarnya hanya diberlakukan
apabila peserta mendapatkan pelayanan rawat inap
sebelum 45 hari sejak kartu kepesertaannya aktif
kembali. Setelah periode tersebut, peserta JKN-KIS bisa
mendapatkan pelayanan tanpa adanya denda. Selain itu,
denda juga tidak akan diberlakukan apabila dalam kurun
waktu tersebut tidak menggunakan pelayanan rawat inap.
Jumlah bulan tertunggak yang digunakan sebagai acuan
denda adalah maksimal 12 bulan dengan besaran denda
maksimal Rp 30.000.000.
Edisi 40 2016
INFO BPJS KESEHATAN
M
engacu pada Peraturan Presiden (Perpres) nomor
19 tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan, kini
apabila peserta JKN-KIS terlambat membayar
iuran, maka tidak lagi dikenakan denda keterlambatan
pembayaran iuran. Namun apabila peserta atau pemberi
kerja menunggak iuran lebih dari satu bulan, penjaminan
yang diberikan oleh BPJS Kesehatan akan dihentikan
sementara.
8
PERSEPSI
Kesehatan,
antara Hak dan Kewajiban
P
erokok sebaiknya tidak ditanggung oleh program
Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS). Wacana ini sepintas terdengar
sangat ekstrem, diskriminatif bahkan kejam.
Seolah-olah para perokok bukan bagian dari penduduk
Indonesia yang berhak menikmati pelayanan kesehatan
dengan biaya sangat terjangkau sebagaimana ditawarkan
oleh program JKN-KIS.
Namun, bagi kelompok anti rokok, argumen tersebut
memiliki dasar yang cukup kuat. Kepala Pusat Kajian
Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. Hasbullah
Thabrany mempunyai dalil tentang perokok.
Menurut Hasbullah, hampir semua perokok tahu bahwa di
dalam sebatang rokok yang mereka hisap, mengandung
ribuan racun yang beresiko menimbulkan penyakit. Kendati
paham akan bahaya menghisap rokok, toh, para ‘ahli
hisap’ itu dengan sadar tetap melanjutkan kebiasaan buruk
mereka.
Prof. Hasbullah Thabrany
Program JKN-KIS
mengandung klausul
terkait beberapa kelompok
pelayanan kesehatan
yang tidak dapat dijamin.
Pelayanan kesehatan yang
tidak mengikuti sistem dan
prosedur yang berlaku,
pelayanan kesehatan untuk
tujuan kosmetik dan estetik,
tak terkecuali pelayanan
kesehatan terhadap penyakitpenyakit yang disebabkan
oleh upaya untuk menyakiti
diri sendiri.
Penggunan narkotika dan obat-obatan terlarang,
kecanduan alkohol, aborsi illegal, percobaan bunuh diri,
adalah diantara contoh penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh upaya menyakiti diri sendiri.
Bagi Hasbullah, merokok tidak berbeda dengan halhal tersebut di atas. Memilih secara sadar untuk tetap
merokok meskipun paham akan bahaya dri kebiasaan
tersebut, sejatinya adalah upaya menyakiti diri sendiri.
“Para perokok aktif harusnya membayar sendiri untuk biaya
pelayanan kesehatan. Mereka yang merusak kesehatan
mereka, kenapa yang tidak merokok disuruh bayar,” katanya
pada sebuah seminar.
INFO BPJS KESEHATAN
Kenyataannya, pada banyak asuransi kesehatan komersial,
perokok dikenakan premi yang lebih mahal dibandingkan
mereka yang tidak merokok. Penyakit-penyakit akibat
merokok dikeluarkan dari manfaat yang dijamin perusahaan
asuransi. Bahkan dalam kondisi tertentu, perusahaan
asuransi komersial menolak perokok untuk menjadi
peserta mereka.
Logikanya, kita ikut asuransi untuk melindungi kita dari
risiko-risiko tak terduga yang dapat terjadi di masa depan.
Bukan untuk menanggulangi bencana yang sengaja
diciptakan sejak awal. Kita tidak membeli asuransi
kendaraan untuk kemudian sengaja menyetir ugal-ugalan di
jalan bukan?
Gagasan merokok tidak perlu ditanggung JKN-KIS
memang akan selalu menjadi polemik. Namun, tulisan
ini tidak akan berpanjang-panjang membahas perdebatan
tersebut.
Edisi 40 2016
Ilustrasi di atas sekedar membangkitkan kesadaran kita,
benarkah kesehatan adalah hak setiap orang yang harus
menjadi tanggung jawab negara? Ataukah sebenarnya
setiap pribadi warga negara Indonesia punya kewajiban
untuk menjaga dan memilihara kesehatannya? Karena
dengan modal kesehatan kita bisa menjadi manusia yang
produktif dan berjuang untuk masa depan yang lebih baik?
Kesehatan disepakati sebagai kebutuhan dasar kehidupan.
Sebagaimana kebutuhan dasar lainnya, negara memiliki
porsi tanggung jawab untuk membantu rakyatnya
memenuhi kebutuhan mereka terhadap pelayanan
kesehatan. Dalam rangka itu pemerintah menghadirkan
program JKN-KIS.
Program JKN-KIS adalah mekanisme pembiayaan
pelayanan kesehatan yang menganut konsep asuransi
kesehatan sosial dan dijalankan berdasarkan prinsip
gotong royong. Semua peserta, sehat maupun sakit,
membayar iuran. Iuran yang terkumpul digunakan untuk
membiayai mereka yang sakit. Terjadi subsidi silang antara
peserta yang sehat dengan peserta yang sakit.
Adanya JKN-KIS memang membuat biaya berobat terasa
murah bagi masyarakat. Namun keberadaan JKN-KIS yang
menaungi seluruh rakyat Indonesia ini seharusnya tidak
menjadi pembenaran bagi individu untuk bersikap abai
terhadap kesehatan pribadinya.
“Tidak masalah berprilaku hidup tidak sehat, toh kalau
sakit kan ada JKN-KIS. Kesehatan itu urusan dokter”. Ini
adalah pola pikir yang sama sekali keliru.
Kesehatan adalah tanggung jawab pribadi karena saat
kesehatan hilang, diri sendirilah yang menjadi pihak paling
dirugikan.
Setiap orang perlu mengetahui cara menjaga dan
memelihara kesehatannya sendiri. Seorang dokter
memang ahli dalam megobati penyakit. Tetapi bukankah
lebih baik tetap sehat dibandingka harus menjalani
pengobatan atau operasi supaya sehat kembali.
Kemajuan teknologi kesehatan memang sudah mampu
mengatasi berbagai penyakit yang bahkan dulu tidk
dapat disembuhkan. Namun seringkali orang tidak
sepenuhnya pulih dari penyakit yang dideritanya.
Setidaknya kualitas hidup yang bersangkutan menjadi
menurun pasca mengidap suatu penyakit. Karenanya
berfikir untuk mencegah penyakit tetap lebih baik daripada
mengobatinya.
Mayoritas penyakit sesungguhnya dapat dicegah dengan
membiasakan pola hidup sehat, seperti menjaga pola
makan, berolahraga, mengendalikan stres dan tidak
merokok atau mengonsumsi minuman keras.
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan
tidak semata-mata urusan medis. Banyak faktor
mempengaruhi derajat kesehatan suatu bangsa. Tingkat
pendidikan dan sosial budaya masyarakat sangat
berpengaruh terhadap kesehatan.
Di bidang pendidikan misalnya, perlu dibangun gerakan
untuk menanamkan kesadaran menjaga kesehatan sejak
dini. Pembiasaan pola hidup sehat pada generasi muda
sangat penting karena mereka adalah agen perubahan
yang paling bisa diandalkan untuk menyerap dan
mengimplementasikan berbagai ilmu pengetahuan terkait
kesehatan.
Demikian pula dari sudut pandang sosial budaya. Sejak
dulu kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan
sudah menjadi tradisi dalam masyarakat kita. Kebiasaan
baik ini perlu terus dilestarikan. Masyarakat perlu terus
diingatkan untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Lingkungan yang kotor adalah sumber dari berbagai
macam penyakit menular.
Selanjutnya tanggung jawab pemerintah dapat diwujudkan
dalam bentuk peningkatan dan pemerataan pembangunan
infrastruktur kesehatan, peningkatan kuantitas dan kualitas
SDM di bidang kesehatan, peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan tentunya terus mendukung program JKNKIS sebagai upaya pembiayaan pelayanan kesehatan yang
komprehensif bagi seluruh penduduk Indonesia.
Dengan kesadaran bahwa setiap orang, sesuai dengan
perannya masing-masing, memiliki tanggung jawab
terhadap kesehatan, diharapkan derajat kesehatan rakyat
Indonesia terus meningkat. Kesehatan adalah modal untuk
hidup produktif demi masa depan bangsa yang maju, adil,
makur dan sejahtera.
9
INSPIRASI
Komunitas “Keren Tanpa Rokok”
Sasar Anak Muda Untuk Kampanyekan Bahaya Rokok
Perilaku merokok remaja dan anak muda di Indonesia saat ini sudah kian memprihatinkan. Rokok bahkan sudah dianggap mereka seperti penunjang gaya hidup. Kalau tidak
merokok, maka tak layak disebut keren dan gaul. Kondisi ini mengundang keprihatian sekelompok anak muda, hingga akhirnya menggagas lahirnya komunitas “Keren Tanpa
Rokok”. Lewat komunitas ini, persepsi yang masih keliru tentang rokok tersebut coba diluruskan. Karena yang benar, rokok adalah biang keladi munculnya berbagai penyakit
mematikan, bukan membuat si perokok keren.
Yang memprihatinkan berdasarkan data terakhir Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, Indonesia merupakan
salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di
dunia. Jumlahnya mencapai sekitar 90 juta jiwa atau
36,3 persen, naik 2,1 persen dibandingkan tahun 2007.
Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS 2014) juga
menyebutkan, sebanyak 20,3 persen anak usia sekolah (13
– 15 tahun) merupakan perokok.
Melalui iklan dan berbagai sponsorship, industri rokok telah
berhasil "mencuci otak" para generasi muda Indonesia,
sehingga banyak yang beranggapan kalau tidak merokok
itu tidak keren, tidak gaul. Bahkan tak sedikit yang
berkomentar kalau laki-laki yang tidak merokok itu banci,
tidak jantan. Karena tidak mau dibilang banci, akhirnya ikutikutan menjadi perokok. Pola pikir yang keliru itu membuat
jumlah perokok di kalangan anak muda semakin tumbuh
subur.
Berangkat dari kondisi tersebut, dibentuklah komunitas
"Keren Tanpa Rokok" di bawah organisasi Klub Jantung
Remaja (KJR) binaan Yayasan Jantung Indonesia.
Komunitas yang digagas oleh anak muda ini berdiri pada
2012 sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap
penyakit jantung di kalangan remaja dan anak muda.
"Melalui komunitas ini, kami ingin mengubah pola pikir anak
muda yang sudah keliru dalam memaknai rokok. Karena
sebenarnya merokok itu tidak menjadikan mereka keren
atau gaul. Justru merokok bisa merugikan dirinya dan juga
orang lain," ujar inisiator komunitas Keren Tanpa Rokok,
Ramdhan Wahyudi.
Tujuan awal dibentuknya komunitas Keren Tanpa Rokok
memang berkaitan dengan program Klub Jantung Remaja
dalam upaya pencegahan penyakit jantung di kalangan
remaja dan anak muda. Karena untuk mencegah penyakit
tersebut, salah satunya adalah dengan tidak merokok.
Memanfaatkan Media Sosial
Komunitas Keren Tanpa Rokok memiliki 33 pengurus inti
dengan sekitar 400 anggota yang tersebar di 20 kota di
seluruh Indonesia. Karena yang disasar adalah golongan
remaja dan anak muda, sejak awal berdirinya komunitas
ini banyak memanfaatkan platform media sosial seperti
Facebook, Twitter dan Instagram untuk melakukan
kampanye. Berbagai konten mengenai bahaya rokok dan
juga hal-hal lain terkait upaya pengendalian rokok secara
rutin disampakan melalui akun media sosial mereka.
"Hampir seluruh remaja dan anak muda memiliki akun
di media sosial. Makanya sejak awal kita lebih aktif
mengkampanyekan bahaya rokok lewat media sosial,
supaya pesan-pesan yang ingin disampaikan bisa diterima
oleh lebih banyak remaja dan anak muda. Untuk akun
Twitter @KerenTanpaRokok, saat ini tercatat lebih dari
19.000 followers. Sementara di fanspage "Komunitas
Keren Tanpa Rokok" sudah ada lebih dari 8.500 like,” ujar
Wahyudi.
Kampanye lewat media sosial
yang dikakukan komunitas ini tak
jarang mendapat serangan dari para
hatters. Bahkan di Facebook dan
Twitter banyak bermunculan akun
pembela rokok yang selalu siap
membantah setiap konten yang
diposting komunitas Keren Tanpa
Rokok. "Kita memang cukup sering
beradu argumen dengan akun-akun
pro rokok. Setiap kali ada postingan
Ramdhan Wahyudi
tentang bahaya rokok, biasanya
mereka selalu komentar memberi
bantahan. Kita sih santai saja dan menjawab dengan
jawaban yang memang berdasarkan fakta,” tuturnya.
Yang juga rutin dilakukan adalah olahraga bersama sebagai
bagian penting dalam upaya pencegahan penyakit.
Dalam melakukan kegiatannya, komunitas Keren Tanpa
Rokok juga sering bekerjasama dengan organisasi atau
komunitas lain. Misalnya dengan Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) untuk penempelan stiker
Kawasan Dilarang Merokok di Angkot. Bersama komunitas
lain yang tergabung dalam Smoke Free Agents (SFA),
komunitas Keren Tanpa Rokok juga ikut mendorong
pemerintah agar segera meratifikasi Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) untuk melindungi
warga Indonesia dari bahaya rokok.
Mantan Perokok
Sebelum bergabung dengan Klub Jantung Remaja, lalu
kemudian menginisiasi lahirnya komunitas Keren Tanpa
Rokok, Wahyudi dulunya adalah seorang perokok. Bahkan
Bila ada yang sedang berupaya untuk berhenti merokok,
pesan-pesan menguatkan juga selalu disampaikan oleh
para anggota komunitas ini kepada orang tersebut melalui
media sosial.
Roadshow Ke Sekolah-Sekolah
Selain melakukan kampanye bahaya rokok lewat media
sosial, komunitas Keren Tanpa Rokok juga banyak
melakukan kegiatan langsung di sekolah-sekolah. Lewat
roadshow tersebut, harapannya tentu saja agar para
pelajar yang belum tersentuh rokok agar tidak sampai
mencobanya. Kalau pun sudah dalam tahap coba-coba,
kegiatan ini juga akan mengajarkan cara melepaskan diri
dari jeratan rokok.
“Kalau ke sekolah-sekolah, materi yang kita sampaikan
sangat ringan. Intinya mengingatkan para pelajar agar
jangan sampai mencoba rokok. Tidak yang berat-berat
seperti kebijakan pemerintah tentang pengendalian rokok.
Kegiatannya juga banyak diisi dengan permainan, sehingga
para siswa bisa tertarik untuk mengikutinya,” papar
Wahyudi.
Event car free day di Jakarta juga sering dimanfaatkan
komunitas ini untuk melakukan sosialisasi. Biasanya
dengan membawa poster bahaya rokok yang kreatif dan
unik sambil berkeliling menyusuri area bebas kendaraan.
kebiasaan buruk tersebut sudah dimulai sejak duduk di
bangku SMP. Namun menginjak kelas 2 SMA, kebiasaan
itu mulai ditinggalkan setelah ia terkena penyakit paru-paru
basah.
“Setelah keluar dari rumah sakit, saya ditunjuk mewakili
sekolah untuk mengikuti kegiatan Kampung Remaja yang
diadakan Yayasan Jantung Indonesia. Dari 600 orang
peserta, kemudian dipilih 33 siswa untuk jadi pionir
pembentukan Klub Jantung Remaja, saya salah satunya.
Sejak itu akhirnya saya berhenti merokok, apalagi setelah
tahu kalau perokok itu rentan terkena penyakit jantung,”
cerita Wahyudi.
Setelah melewati masa remaja dan mulai memasuki
dunia kerja, aktifitas yang berkaitan dengan pencegahan
penyakit jantung lewat kampanye anti rokok tetap dijalani
Wahyudi. Meski pun waktu senggahnya tak sebanyak dulu,
Wahyudi sudah mendedikasikan libur akhir pekannya untuk
kegiatan komunitas. Lelah? Sudah pasti. Tapi ia mengaku
senang menjalaninya. Wahyudi berjanji tidak akan berhenti
bersuara melawan rokok, sebelum udara Indonesia benarbenar bebas dari asap rokok.
Edisi 40 2016
INFO BPJS KESEHATAN
R
okok merupakan salah satu faktor risiko utama
terjadinya berbagai penyakit mematikan, di
antaranya penyakit jantung, kanker, gangguan
pembuluh darah, hingga masalah pada paru-paru.
Ini dikarenakan dalam rokok terkandung 4.000 bahan
kimia, di mana 40 di antaranya bersifat karsinogenik dan
merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia.
SEHAT & GAYA HIDUP
10
Hati-Hati
Pengobatan Alternatif
Kanker
L
antaran tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan,
saat mengikuti suaminya berdinas di Singapura,
Galuh Setyorini, iseng melakukan general check up
di salah satu rumah sakit di Negeri Singa tersebut.
Tetapi dari situlah semua bencana itu berawal. Secara
mengejutkan, dokter mencurigai adanya tumor payudara
di tubuh wanita 45 tahun itu. Untuk memastikan ganas
atau tidaknya tumor, ahli medis di sana menyarankan agar
dilakukan operasi biopsi.
Mendapat informasi itu, Galuh seperti terkena sengatan
petir di siang bolong. Tubuhnya sontak lemas. Bagaimana
tidak, awalnya dia merasa sehat, tetapi saat iseng
melakukan pemeriksaan kesehatan, dia malah menerima
kenyataan yang cukup pahit.
Kendati memiliki cukup dana, ibu tiga anak ini tidak
menjalankan saran dokter. Dia takut jika tubuhnya harus
disayat-sayat di ruang operasi. Saat kembali ke Jakarta,
atas saran saudaranya, dia disarankan berobat ke alternatif
dahulu sebelum menjalani pengobatan di rumah sakit.
Sudah hampir tiga bulan wanita kelahiran Yogyakarta
itu menjalani terapi alternatif. Setiap hari dia rutin
mengonsumsi berbagai akar-akaran herbal yang diminum
dengan seduhan air hangat. Namun, bukannya bertambah
baik, kondisi penyakitnya justru semakin parah. Benjolan
yang terletak di payudara sebelah kiri dari wanita itu justru
semakin membesar.
pasien untuk berobat secara medis membuat kondisi yang
bersangkutan semakin parah.
Awalnya kanker tersebut masih berada di stadium awal,
lantaran telat diobati, segera menjelma menjadi stadium
lanjut (III-IV) yang sudah sulit diobati.
“Pengalaman RS Kanker Dharmasis, pasien yang berobat
ke alternatif dan telat diobati, memiliki peluang hidup
tiga kali lebih rendah daripada pasien yang diobati secara
medis,” sebut Walta.
Ketika mereka berobat ke dokter medis, sambung Walta,
sel kanker sudah terlanjur menyebar dan menimbulkan
luka yang sulit diobati.
Kepada publik, Walta mengingatkan bahwa pengobatan
kanker payudara hanya bisa dilakukan dengan
pengangkatan sel kanker, pemberian radiasi dan
mengonsumsi obat-obatan tertentu. Semakin dini
pengobatan dilakukan, niscaya tingkat keberhasilan untuk
sembuh bakal semakin besar.
Mitos
Sementara itu, sebagai survivor kanker payudara, mantan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, memahami benar
ketakutan pasien seperti Galuh untuk berobat medis.
“Tumor justru semakin membesar, membusuk dan keluar
nanah,” ujar Galuh, seorang survivor kanker, menceritakan
pengalaman pahitnya yang terjadi beberapa tahun lalu itu.
INFO BPJS KESEHATAN
Padahal, lanjut dia, pengobatan alternatif membuat
penanganan pasien menjadi tertunda (delay). Penundaan
Edisi 40 2016
Menurut Linda, saat ini kesadaran wanita melakukan
deteksi dini terhadap kanker payudara masih rendah.
Hal ini menyebabkan 63% kasus kanker payudara yang
ditemukan di Indonesia sudah dalam stadium lanjut (III-IV),
yang sulit diobati.
Padahal, lanjut dia, seandainya kasus kanker yang
terdiagnosa masih berada di stadium II-III, kemungkinan
yang bersangkutan dapat disembuhkan bisa mencapai
98%.
Untuk itu, Linda menghimbau kepada seluruh masyarakat
untuk rutin melakukan pemeriksaan dini dan tidak ragu
untuk mengobati penyakit kanker secara medis sedini
mungkin.
Apalagi, lanjut dia, kini pengobatan kanker sebagian
besar telah ditanggung oleh program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), yang dikelola
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan.
Pernyataan Linda, diamini oleh Kepala Departemen
Komunikasi dan Humas BPJS Kesehatan Irfan Humaidi.
Menurut dia, BPJS Kesehatan bisa menanggung sampai
Rp15 juta per pasien kanker.
Pengalaman buruk yang dialami Galuh, tentu juga banyak
dialami masyarakat yang lain. Banyak pengidap kanker
yang telat mendapat penanganan medis, lantaran lebih
memilih pengobatan alternatif terlebih dahulu.
“Pengobatan komplementer alternatif itu tidak ada yang
terbukti bisa sembuhkan kanker. Herannya, banyak pasien
yang memilih dan mau membayar pengobatan alternatif
daripada pengobatan dengan dokter,” ujar dokter yang
sehari-hari berpraktik di RS Kanker Dharmais itu.
“Kesadaran deteksi dini kanker payudara di masyarakat
harus diperkuat,” sebut Linda, yang kini menjabat
sebagai Ketua YKPI itu.
“Jangan takut bila kanker ditemukan lebih dini, lantas
lari ke pengobatan alternatif. Jangan takut juga dengan
biaya, karena di era BPJS Kesehatan sekarang, banyak
pengobatan kanker yang bisa di-cover,” tutupnya.
Saat berkonsultasi dengan dokter di RS Kanker Dharmais,
ia didiagnosa bahwa bahwa tumor tersebut kemungkinan
besar telah menjadi kanker ganas stadium lanjut.
Menurut Wakil Ketua IV Yayasan Kanker Payudara
Indonesia (YKPI) dr.Walta Gautama, Sp.B(K), Onk,
satu masalah terbesar dalam penanggulangan kanker
saat ini adalah banyaknya informasi yang kurang dapat
dipertanggungjawabkan tentang pengobatan kanker.
Informasi tersebut kadang justru menyesatkan masyarakat
dengan menggiring mereka untuk melakukan terapi
alternatif.
Untuk menyadarkan publik akan tidak berfaedahnya
pengobatan alternatif yang tidak jelas, jalan satu-satunya
untuk menyadarkan adalah lewat cara sosialisasi deteksi
dini.
Biaya pengobatan disamaratakan untuk semua golongan.
Perbedaan hanya pada biaya rawat inap pasien kanker yang
menjalani kemoterapi sesuai tipe atau kelas kamar rawat
inap. Kelas ditentukan besaran iuran sesuai pilihan pasien.
Linda Sari Gumelar
Musababnya, banyak mitos-mitos menyesatkan yang
timbul di masyarakat terkait pengobatan secara medis.
Misalnya, nanti payudaranya akan dihabisi lewat operasi,
efek samping yang berat dan sebagainya.
Menurut Linda, tidak semua mitos itu benar. Asalkan
pengobatan segera dilakukan, katanya, niscaya
kesembuhan akan terjadi.
Biaya rawat inap kemoterapi ringan kelas A Rp6.035.000,
sedang Rp12.110.000, dan berat Rp15.808.000. Sementara
biaya rawat inap kemoterapi ringan kelas B Rp5.173.000,
sedang Rp10.380.000, dan berat Rp13.550.000. Dan biaya
rawat inap kemoterapi ringan kelas C Rp4.311.000, sedang
Rp8.650.000, dan berat Rp.11.291.000.
Sementara itu, jenis kemoterapi menjadi satu-satunya
pembeda biaya pasien kanker yag menjalankan rawat jalan
untuk kemoterapi. BPJS Kesehatan biasanya menjamin
biaya sekitar Rp700 ribu sampai Rp5 juta per kemoterapi.
11
KILAS & PERISTIWA
BPJS Kesehatan Gandeng Kab. Tanah Datar untuk Pilot Project Optimalisasi Peran Pemda dalam
Program JKN-KIS
TANAH DATAR
02 September 2016
Sebagai badan penyelenggara program jaminan kesehatan
yang diklaim terbesar di dunia dilihat dari jumlah
pesertanya yang telah mencapai 168 juta jiwa, BPJS
Kesehatan terus bergerak maju mewujudkan impian
jaminan kesehatan cakupan semesta (universal health
coverage). Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah
Daerah (Pemda) Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat
pun siap menjadi pilot project optimalisasi peran Pemda
dalam program JKN-KIS.
“Selambatnya 1 Januari 2019, ditargetkan seluruh
penduduk Indonesia dapat terdaftar sebagai peserta JKNKIS. Untuk itu, kita sangat mengapresiasi langkah para
Pemda yang telah berkomitmen mendorong tercapainya
universal health coverage,” kata Direktur Utama BPJS
Kesehatan Fachmi Idris dalam acara “Penandatanganan
Nota Kesepahaman antara BPJS Kesehatan dengan
Pemerintah Kabupaten Tanah Datar tentang Optimalisasi
Peran Pemda dalam JKN-KIS” di Tanah Datar - Sumatera
Barat, Jumat (02/09).
Hadir dalam acara tersebut antara lain Bupati Tanah
Datar Irdinansyah Tarmizi, Direktur RSUD Ali Hasanah
dr. Afrizal Hasan, dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat dr. Rosnini Safitri. Adapun ruang lingkup
kesepahaman tersebut meliputi peningkatan cakupan
kepesertaan JKN-KIS, peningkatan mutu JKN-KIS,
peningkatan kemudahan akses pelayanan kesehatan
di fasilitas kesehatan bagi peserta JKN-KIS, serta
pelaksanaan sosialisasi JKN-KIS.
Poin penting lainnya dalam kesepahaman tersebut adalah
rencana pengembangan model peran serta daerah di
tingkat kabupaten dalam pelaksanaan JKN-KIS yang lebih
menjamin kualitas, pemerataan dan pengendalian biaya
pelayanan kesehatan, serta kesinambungan program JKNKIS secara finansial.
“Pemda memegang peran penting dalam upaya mencapai
universal health coverage di Indonesia. Melalui integrasi
dengan beberapa program kesehatan lainnya, kami yakin
upaya tersebut dapat mendorong peningkatan sektor
ekonomi langsung maupun tidak langsung. Kami menaruh
harapan besar kepada Pemda demi keberlangsungan
program JKN-KIS ini,” kata Fachmi.
dengan BPJS Kesehatan untuk mendaftarkan seluruh
warga Jakarta menjadi peserta JKN-KIS tanpa terkecuali.
Tercatat per 1 Agustus 2016, terdapat 357 kabupaten/
kota yang telah mengintegrasikan Jamkesda ke BPJS
Kesehatan. Diharapkan ke depannya, Pemda lainnya yang
belum terintegrasi dapat segera bergabung menyukseskan
program JKN-KIS.
Sehari sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI
Jakarta telah menandatangani kesepakatan bersama
BPJS Kesehatan akan Perluas Kerjasama dengan KORPRI
JAKARTA
19 September 2016
Sebagai wadah PNS yang terdiri atas sekitar 4,5 juta
anggota, KORPRI memiliki peran yang sangat strategis
sebagai sarana untuk menyebarluaskan informasi tentang
program JKN-KIS. Manfaat KORPRI juga diharapkan
tidak hanya dirasakan para Aparatur Sipil Negara (ASN),
melainkan juga dirasakan oleh masyarakat luas.
“Sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), kami juga
sangat menyambut baik jika KORPRI akan mendirikan
Klinik Pratama dan akan bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan. Keberadaan Klinik Pratama ini akan semakin
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada anggota
KORPRI beserta anggota keluarganya, dan kami harap
Klinik Pratama tersebut dapat sesuai standar kualitas
pelayanan kesehatan, karena terdapat proses credentialing
bagi fasilitas kesehatan yang akan bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan,” kata Direktur Utama BPJS Kesehatan
Fachmi Idris dalam acara Audiensi bersama Pengurus
Besar KORPRI di Jakarta, Senin (19/09) yang dihadiri pula
oleh Ketua Dewan Pengurus KORPRI Nasional Zudan Arif
Fakrhulloh, jajaran Direksi lain dari BPJS Kesehatan.
Dengan sistem tersebut, calon faskes mitra bisa lebih
mudah memantau perkembangan proses kredensialing.
Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, Maya A. Rusady
menambahkan, tentu nantinya akan ada proses
kredensialing untuk jadi faskes mitra BPJS Kesehatan.
Untuk itu memudahkan proses tersebut, kami sudah
menciptakan sistem informasi bernama Health Facilities
Information System yang bisa diakses oleh setiap faskes
yang mengajukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Maya menjabarkan, sistem pelayanan kesehatan di er
a JKN-KIS mengutamakan optimalisasi di FKTP, sehingga
FKTP bukan hanya berfungsi sebagai pembuat rujukan
semata. Melalui mekanisme pelayanan kesehatan
berjenjang, diharapkan FKTP dapat menjalankan perannya
secara signifikan dan komprehensif.
Edisi 40 2016
INFO BPJS KESEHATAN
Untuk itu, sebagai pengelola Program JKN-KIS BPJS
Kesehatan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas
layanan kesehatan bagi seluruh peserta JKN-KIS termasuk
anggota KORPRI dan keluarganya, salah satunya melalui
perluasan kerja sama fasilitas kesehatan di seluruh
Indonesia. Oleh karena itu, sejalan dengan upaya
perluasan fasilitas kesehatan tersebut, BPJS Kesehatan
siap menyambut dengan tangan terbuka jika Klinik
Pratama KORPRI ingin bekerja sama menjadi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) mitra BPJS Kesehatan,
dan ke depan akan ada tindak lanjut dalam bentuk Nota
Kesepahaman antara KORPRI, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Dalam Negeri dan BPJS Kesehatan.
Download