Pelantikan Dokter Hewan UNAIR Periode 155 Dekan FKH UNAIR Lantik 128 Dokter Hewan Baru HUMAS UNAIR: Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, Prof. Hj. Romziah Sidik, drh., Ph.D, Kamis (22/10) melantik 128 dokter hewan baru di Airlangga Convention Center (ACC). Dokter hewan baru tersebut terdiri atas 48 dokter hewan laki-laki dan 80 dokter hewan perempuan. Dekan FKH berharap para dokter hewan yang hari ini dilantik bisa mengabdikan dirinya pada masyarakat untuk menyejahterakan masyarakat melalui kesehatan hewan. Dokter hewan yang dilantik ini telah memahami kode etik dokter hewan dan telah memenuhi persyaratan kompetensi dari Dewan Kompeten yang ditetapkan oleh World Animal Health Organization (WAHO). Kompetensi yang dimiliki dokter hewan meliputi ilmu dasar veteriner, mampu melakukan praktik dokter hewan dengan baik, pemelihaaan ternak, manajemen epidemologi, keamanan dan ketahanan pangan. “Dokter hewan adalah profesi yang mulia, untuk kontrol kesehatan hewan di seluruh Indonesia, di mana kesehatan hewan juga erat kaitannya dengan kesehatan manusia,” papar guru besar FKH UNAIR ini. Di UNAIR sendiri, telah dihasilkan beberapa produk dari keahlian dan keilmuwan dokter hewan, diantaranya Toxo Kit (perangkat diagnosis adanya toksoplasma), bakal vaksin untuk flu burung, rabies, dan brucellosis. Hadir dalam acara pengambilan sumpah dokter hewan UNAIR periode 155 ini Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Timur 1, Rudi Alfandhie, drh., yang turut memberikan sambutan. Rudi berharap dokter hewan baru yang masih segar ini siap untuk belajar sekaligus berkontribusi di masyarakat. Karena para dokter hewan ini disiapkan untuk bisa terjun di berbagai bidang, seperti peternakan, praktisi klinik, maupun dokter hewan satwa liar, maka mereka sendiri yang harus menentukan di mana mereka akan berkontribusi sesuai minatnya masing-masing. “Ada yang minatnya ke hewan peliharaan, hewan besar, satwa liar, unggas, dan sebagainya. Maka dokter hewan harus tahu mereka siap untuk kemana, dan harus siap belajar,” kata praktisi klinik hewan anjing dan kucing ini. Rudi menyebutkan bahwa jumlah dokter hewan di Indonesia masih kurang, baik dari bidang hewan ternak, hewan kecil, dan satwa liar. Saat ini kesempatan kerja tersebar di mana-mana. Banyak peternakan yang membutuhkan dokter hewan. Begitu pula semakin banyaknya hewan peliharaan yang dimiliki masyarakat, menjadikan profesi dokter hewan klinik cukup menjanjikan. Bahkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan hewannya, dan tingginya perhatian kepada hewan piaraannya, saat ini ada juga operasi katarak dan pemasangan pen (penyangga tulang) untuk hewan. Tantangan dokter hewan berbeda-beda di setiap bidang. Di bidang ternak besar, tantangannya adalah bagaimana agar swasembada daging bisa terwujud. Di bidang ternak unggas, produksi ayam dan telur yang bebas antibiotik harus ditingkatkan mengingat kebutuhan ayam dan telur semakin meningkat tetapi harus diperhatikan juga tingkat kesehatannya, bebas dari zat-zat berbahaya. Selain itu, penyebaran penyakit-penyakit zoonosis yang dapat menular dari hewan kepada manusia seperti flu burung, rabies, antraks dan sebagainya juga menjadi tanggungjawab dokter hewan. Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015 ini, Rudi menuturkan bahwa PDHI sudah mempersiapkannya sejak tahun-tahun sebelumnya. PDHI seringkali mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mengedukasi para dokter hewan sesuai bidang masing-masing. Rudi menambahkan, selain terampil memberikan pelayanan untuk kesehatan hewan, dokter hewan wajib menguasai Bahasa Inggris sehingga bisa bersaing di kancah internasional. (*)