ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Teori tentang Remaja •Pengertian Remaja merupakan usia muda atau mulai dewasa (Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Ahmad & Santoso, 1996). Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat Remaja adalah usia transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun masyarakat. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dirinyadengan masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya. Remaja dalam mengalami perubahan-perubahannya akan melewati perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial. Yang dimaksud dengan perubahan fisik adalah pada masa puber berakhir, pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna dan akan sepenuhnya sempurna pada akhir masa awal remaja. Perubahan emosi pada masa remaja terlihat dari ketegangan emosi dan tekanan, tetapi remaja mengalami kestabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Sedangkan perubahan sosial pada masa remaja merupakan salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit, yaitu berhubungan dengan penyesuaian sosial pada perubahan sosial ini, remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Ciri remaja pada anak wanita biasanya ditandai dengan tubuh yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak lahir. Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja memasuki usia antara 9-15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau keturunan. Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi pada anak perempuan. Datangnya menstruasi pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut salah satunya adalah karena gizi. Saat ini ada seorang anak perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama di usia 8-9 tahun. Namun pada umumnya adalah sekitar 12 tahun. Remaja perempuan, sebelum menstruasi akan menjadi sangat sensitif, emosional, dan khawatir tanpa alasan yang jelas (BKKBN, 2008). Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja lebih konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologis, psikologis dan sasial ekonomi. Remaja adalah suatu masa dimana: • Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual. • Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. • Terjadi peralihan ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada yang relatif mandiri. • Ditinjau dari kesehatan WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Selanjutnya WHO menyatakan walaupun definisi di atas didasarkan pada usia kesuburan wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sementara itu definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut: • Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik). • Dibanyak masyarakat indonesia; usia dianggap akil-balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak, lagi memperlakukan mereka sebagai anak¬-anak (kriteria sosial). • Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan, jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologis). • Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua. • Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai. orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Karena itu definisi Remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah (Sarwono, 2000). Perkembangan yang dialami remaja adalah : • Perkembangan fisik: perkembangan fisik pada masa remaja mengarah pada pencapaian bentuk-bentuk badan orang dewasa. Perkembangan fisik terlihat jelas dari perubahan tinggi badan, bentuk badan dan berkembangnya otot-otot tubuh. • Perkembangan Seksual. Perkembangan seksual ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin primer dan sekunder: • Perkembangan heteroseksual. Pada masa remaja mulai timbul rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. • Perkembangan emasional. Keadaan emosional pada masa remaja tidak stabil. • Perkembangan Kognisi: • Perkembangan identitas diri: Proses pembentukan identitas diri telah dimulai sejak kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Secara umum identitas diri adalah perasaan individualitas yang mantap dimana individu tidak tenggelam dalam peran sosial yang dimainkan tetapi tetap dihayati sebagai pribadi diri sendiri (Asmarani, 2007). • • • • • • Fase Remaja Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organorgan fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Masa remaja ini meliputi : a. Masa pra-remaja 10 – 12 tahun b. Masa remaja awal 12 – 15 tahun c. Masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun d. Masa remaja akhir 18 – 21 tahun Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976). Ciri –ciri Masa Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. 1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting Periode Masa Remaja Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu: 1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya: · Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi · Anak mulai bersikap kritis b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya: · Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya · Memperhatikan penampilan · Sikapnya tidak menentu/plin-plan · Suka berkelompok dengan teman sebaya. c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya: · Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya · Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria 2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah: · Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis · Mulai menyadari akan realitas · Sikapnya mulai jelas tentang hidup · Mulai nampak bakat dan minatnya Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya. Gejala yang Terjadi pada Masa Pubertas Adapun gejala yang terjadi pada masa pubertas yang menandakan peralihan dari masa anak – anak ke masa remaja yaitu : a. Mimpi basah ( Day Dreaming ) Istilah mimpi basah,atau datang bulan, menandakan kematangan seorang remaja, mimpi basah merupakan pengeluaran cairan sperma yang terjadi secara alamia, sperma ini di produksi oleh testis, yang merupakn salah satu organ reproduksi laki – laki, ketika alat reproduksi ini sudah mulai matur ( matang ) maka testis akan mulai berproduksi. Mimpi basah akan terjadi pada laki-laki berusia 9-14 tahun, umumnya terjadi secara periodik berkisar sekitar 2-3 minggu sekali. b. Emosionalitas Emosionalitas remaja berada diantara emosionalitas anak-anak dan orang dewasa. Masa remaja merupakan masa badai dan tekanan ( strum und drang periode ), dan juga berkembang beberapa jenis perasaan seperti : simpati, cinta, rindu, cemburu, bahagia dicinta dan mencintai c. Sikap tidak tenang Suatu keadaan ketidak seimbangan emosi, dimana kebiasaan remaja ketika mengalami hal ini adalah, tidak bisa duduk atau berdiri dengan tenang dalam waktu yang lama,hal ini di sebabakan oleh tidak adanya control emosi, sehinga fisikpun merasakan agresifitas mentalnya. Manifestisinya kepada tingka laku,yaitu gelisah, banyak tingkah, mudah berubah - ubah. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR I. Teori Bayi Baru Lahir Normal a. Pengertian bayi baru lahir • Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010; hal. 2) • Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri kehidupan ekstrauteri. • Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram. Ciriciri bayi baru lahir normal 1. Lahir aterm antara 37-42 minggu 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Berat bdan 2500- 4000 gram Panjang badan 48- 52 cm Ligkar dada 30- 38 cm Lingkar kepala 33-35 cm Lingkar lengan 11- 12 cm Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit Pernafasan 40-60 x /menit Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup 10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna 11. Kuku agak panjang dan lemas 12. Nilai APGAR>7 c. Tahapan Bayi Baru Lahir : c. Tahapan Bayi Baru Lahir : 1. Tahap I : Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.Pada tahap ini di gunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu 2. Tahap II : Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap ada nya perubahan perilaku. 3. Tahap III : Disebut tahap periodik, pengkajian di lakukan 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. d. 1. 2. 3. 4. 5. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal Menilai bayi dengan cepat( dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan ). Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kotak kulit ibu- bayi lakukan penyuntikan oksitosin im. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu). Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. II. Asfiksia Neonatorum a. Definisi • Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. ( Dewi.2010; h.102) • Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010; h.421) • Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.(JNPK KR 2008; h. 146). Etiologi dan Faktor Predisposisi Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009) 1. Faktor Ibu a. Preeklamsia dan eklamsia. b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta). c. Partus lama atau partus macet. d. Demam selama persalinan. e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). f. Kehamilan post matur. g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. 2. Faktor Bayi a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan). b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum, forsef). c. Kelainan kongenital. d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). 3. Faktor Tali Pusat a. Lilitan tali pusat. b. Tali pusat pendek. c. Simpul tali pusat. d. Prolapsus tali pusat. c. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. 1) Gangguan Sirkulasi Menuju Janin a) Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu) b) Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan. 2) Faktor Ibu a) Gangguan his (tetania uteri/hipertonik) b) Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta) d. Diagnosis Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut: 1) Denyut jantung janin a. DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan b. Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur c. Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang tidak teratur. d. Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka. 2) Mekonium dalam air ketuban Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka (Manuaba, 2010; h.422) 3) Pernapasan Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue 4) Usia Ibu Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. 5) Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas (Winkjosastro, 2007). e. Tanda dan gejala 1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada asfiksiam berat adalah sebagai berikut: 1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit. 2) Tidak ada usaha napas 3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada 4) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu 2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6) Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut: 1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit 2) Usaha nafas lambat 3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik 4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan 5) Bayi tampak siannosis 3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10) ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN 1.Pengertian Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlansung sekitar 18- 24 jam,dengan letak janin belakang kepala. 2.Bentuk atau macam persalinan a. Persalinan Spontan : persalinan seluruh berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir (Sarwono Prawirohardjo, 2005) b. Persalinan Buatan : persalinan dengan bnatuan tenaga dari luar. Missal : section sessaria, vacuum ekstrasi dan forshep (Sarwono Prawirohardjo, 2005) 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan a. Passage (jalan lahir) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan entriotus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus menyesuaikan dirinya terhadap jalan yang relative kaku. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus di tentukan sebelum persalinan dimulai. b. Passanger (janin dan plasenta) Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal. c. Power (kekuatan) Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volenter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari eterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilitasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter. 4. Tanda permulaan persalinan a. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primi para. b. Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uteri menurun. c. Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian bawah janin d. False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karenaadanya kontraksi lemah dari uterus. e. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir,darah dari vagina (bloedy show). (Praworohardjo, 2000). 5. Tanda dan gejala inpartu a. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat. b. Keluarlendir dan darah lebih banyak. c. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya 6. Kala dalam persalinan a. Kala I Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan serviks kurang 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit, sampai pembukaan lengkap. Pada primigrafida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multi kira-kira 7 jam. Proses pembukaak serviks dibagi dalam 2 fase: 1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. 2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu : a) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm tmenjadi 4cm. b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm. c) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan mencapai 5cm, disebut ketuban pecah dini b. Kala II Proses persalinan dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai lahirnya bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata- rata 0,5 jam. c. Kala III Proses persalinan dari lahirnya bayi sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari din dinginya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah, (Catatan Obsetri, dr. Cipto Pramono, SpOG). d. Kala IV Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal. ( Prawirohardjo, 2007) MEMECAHKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN ETIKOLEGAL DALAM ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL 1. Paradigma Tentang Kehamilan Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat kemungkinan akan mengalami kehamilan. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan banyak terjadi perubahan pada ibu hamil baik perubahan fisik maupun perubahan psikis. Oleh karena itu ibu hamil harus beradaptasi, Apabila seorang ibu hamil memandang bahwa kehamilannya adalah suatu keadaan yang membebani kehidupannya maka ia akan sulit beradaptasi terhadap perubahan fisik maupun psikisnya. Untuk mengantisipasi supaya dampak-dampak negative seperti yang dipaprkan diatas tidak terjadi terlalul berat pada ibu, dan untuk mengantisipasi supaya persalinan berlangsung aman dan tidak terjadi trauma yang terlalu berat, baik terhadap ibu maupun janin, ibu hamil diberi asuhan kehamilan. Dalam menjalankan proses asuhan terhadap ibu hamil, seorang bidan sewajarnya memiliki standar kemampuan yang bermanfaat sebagai tanggung jawab terhadap klien yang diberi asuhan. 2. Konseling Asuhan Kehamilan A. Aspek Pengetahuan Konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk perubahan pada diri klien. Menurut Williamson (1961) dalam Latipun (2005) tujuan umum pelaksanaan konseling adalah membantu klien mencapai perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensi yang dimiliki. Secara lebih rinci dinyatakan menjadi tiga tujuan oleh Krumboltz, yaitu : 1) Mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat. 2) Membimbing klien belajar membuat keputusan. 3) Membimbing klien mencegah timbulnya masalah. I. Hak – hak wanita hamil : Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yang diberikan secara bermartabat dan dengan rasa hormat. Asuhan harus dapat dicapai, diterima, terjangkau untuk / semua perempuan dan keluarga. Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya II. a. Langkah-langkah pelaksanaan konseling asuhan kehamilan : Tahap Persiapan Menyiapakn ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif. Menyiapkan alat-alat peraga sesuai dengan kebutuhan. Menyiapkan alat tulis, catatan, kartu ibu sesuai dengan kebutuhan. b. Tahap Pelaksanaan Greet : menyapa klien dan keluarga (bila didampingi). Dengan memberi salam, mempersilahkan duduk setelah itu memulai percakapan untuk menciptakan suasana yang akrab dan saling percaya. Ask : menanyakan secara rinci kepada ibu tentang masalah kehamilan yang sedang dihadapi. Selama proses pembicaraan bidan hendaknya memelihara supaya hubungan dengan ibu tetap berlangsung secara kondusif dengan cara memperhatikan kontak mata, menjaga kerahasiaan ibu, tidak menyinggung perasaan ibu dan menjadi pendengar yang baik. Tell : memberi informasi kepada ibu tentang cara /metode yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah kehamilan yang sedang dihadapi. Help : membantu ibu memilih cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. III. Pendekatan Pada Pelaksanaan Konseling Pendekatan direktif Tujuan konseling adalah membantu klien untuk mengganti tingkah lakunya yang tidak sesuai. Pendekatan non-direktif Tujuan konseling adalah memberi kesempatan kepada klien secara bebas mengekspresikan dan merencanakan pemecahan masalah yang dihadapi. Pendekatan elektik Tujuan konseling membantu klien memahami permasalahan yang dihadapi, menyusun rencana tindakan pemecahan maslah yang dihadapi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. IV. Masalah yang Memerlukan Konseling Ibu Hamil Beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan konseling : Penerimaan / tanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya. Ketidakmampuan ibu beradaptasi terhadap perubahan fisik akibat kehamilannya. Kemampuan yang kurang memadai dalam mengantisipasi tanda bahaya