1 “KETERLAMBATAN BICARA YANG HARUS DIWASPADAI” Dr Widodo Judarwanto SpA Korespondensi & Komunikasi: (021) 70081995 - 4264126 email :[email protected] - htpp://www.childrenfamily.com Beberapa waktu terakhir seorang ibu dilanda kecemasan. Si Upik putri kesayangan yang berusia 15 bulan belum dapat mengucapkan sepatah katapun. Sebagian besar orang di sekitarnya menghibur, sabar atau ditunggu nanti khan lama-lama bisa sendiri. Tapi ternyata setelah usia 2 tahun, si Upik divonis autis oleh seorang dokter. Penyebab keterlambatan bicara sangat banyak dan bervariasi. Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat. Ada yang bisa membaik setelah usia tertentu ada juga yang sulit untuk membaik, seperti kasus penyakit autis di atas. Penyebab keterlambatan bicara bisa terjadi gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Terdapat 3 penyebab utama keterlambatan bicara diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional, termasuk gangguan yang paling ringan dan saat usia tertentu akan membaik. Penyebab lain yang relatif jarang adalah kelainan organ bicara, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan bisa disebabkan karena lingkungan sepi, dua bahasa, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional. PROSES FISIOLOGIS BICARA Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 2 bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung. Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara. Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat. Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi. Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting. KETERLAMBATAN BICARA FUNGSIONAL Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 3 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya. Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya. Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang mengalami gangguan alergi terutama gangguan kulit dan saluran cerna. Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang dari perut kembung, sering buang angin, muntah, kesulitan buang air besar, Kesulitan BAB ditandai dengan buang air besar ”ngeden”, tidak setiap hari, kotoran berbau, warna hitam atau hijau tua, berbentuk keras, bulat seperti kotoran kambing, pernah ada riwayat berak darah. Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau Gangguan kulit adalah timbul bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing (gigi gemeretak) dan sebagainya. CARA MEMBEDAKAN BERBAGAI KETERLAMBATAN BICARA Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif, kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan pola keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan penyebab kesulitan berbicara. Tabel 1. Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan berbahasa dan bicara Diagnosis Bahasa reseptif Bahasa ekspresif Kemampuan pemecahan masalah visuomotor Keterlambatan fungsional normal Kurang normal Normal Hanya ekspresif yang terganggu Gangguan pendengaran Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi Redartasi mental Kurang normal Kurang normal Kurang normal Pola perkembangan Keterlambatan global All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 4 Gangguan komunikasi sentral Kurang normal Kesulitan belajar normal, kurang normal Autis Kurang normal Mutisme elektif normal Kurang normal Normal normal normal, kurang normal Tampaknya normal, normal, normal, selalu lebih kurang normal baik dari bahasa Normal Disosiasi, deviansi Disosiasi Deviansi, disosiasi normal, kurang normal Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau nonfungsional harus memahami manifestasi klnis beberapa penyebab keterlambatan bicara. Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional. Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan, Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya. Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 5 Tabel 2. Tampilan klinis keterlambatan bicara yang sering dikaitkan dengan keterlambatan bicara nonfungsional 4 – 6 BULAN * Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya; * Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh * Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian; 8 – 10 BULAN * Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya; * 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis * 12 bulan, belum menunjukkan mimik; * 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara; 12 – 15 BULAN * 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu; Tidak ada kontak mata dengan orang lain. * 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag"; * 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda; * 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata; * 18 bulan, belum dapat mengucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian; * 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik dan lama * 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana; 18 – 24 BULAN * 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat; * 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon; * 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain; * 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya * 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga; 30 – 36 BULAN 3 – 4 TAHUN * 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga; * 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 6 dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya; * 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya"; * 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan keterlambatan bicara fungsional biasanya tidak memerlukan penanganan secara khusus. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya akan membaik setelah usia 2 tahun. Meskipun penyebabnya bukan karena kurang stimulasi, tetapi keadaan ini memerlukan stimulasi yang lebih dibandingkan anak yang normal. Stimulasi yang lebih ini tidak harus melalui terapi bicara oleh seorang terapis yang memerlukan dana dan waktu yang tidak sedikit. Meskipun terapi bicara juga tidak merugikan bagi anak. Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahsa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya. Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu. Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog anak, psikiater anak, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan. PENUTUP Keterlambatan bicara karena gangguan fungsional atau karena imaturitas fungsi bicara pada anak sering dijumpai. Kelainan ini biasanya tidak berbahaya, akan membaik pada usia tertentu dan biasanya tidak memerlukan terapi khusus. Sebaliknya, keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan intervensi dan terapi sejak dini. Penaganan dini tersebut dapat mengurangi gangguan dan memperbaiki prognosis. Klinisi dan orang tua harus dapat membedakan dengan keterlambatan bicara fungsional dan nonfungsional. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 7 DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Blum NJ, Baron MA. Speech and language disorders. In: Schwartz MW, ed. Pediatric primary care: a problem oriented approach. St. Louis: Mosby, 1997:845-9. Ansel BM, Landa RM, Stark-Selz RE. Development and disorders of speech and language. In: Oski FA, DeAngelis CD, eds. Principles and practice of pediatrics. Philadelphia: Lippincott, 1994:686-700. Schwartz ER. Speech and language disorders. In: Schwartz MW, ed. Pediatric primary care: a problem oriented approach. St. Louis: Mosby, 1990: 696-700. Shonkoff JP. Language delay: late talking to communication disorder. In: Rudolph AM, Hoffman JI, Rudolph CD, eds. Rudolph's pediatrics. London: Prentice-Hall, 1996:124-8. Silva PA, Williams S, McGee R. A longitudinal study of children with developmental language delay at age three: later intelligence, reading and behaviour problems. Dev Med Child Neurol 1987;29:630-40. Stevenson J, Richman N. The prevalence of language delay in a population of three-yearold children and its association with general retardation. Dev Med Child Neurol 1976;18:43141. Vessey JA. The child with cognitive, sensory, or communication impairment. In: Wong DL, Wilson D, eds. Whaley & Wong's nursing care of infants and children. St. Louis: Mosby, 1995:1006-47. Coplan J. Evaluation of the child with delayed speech or language. Pediatr Ann 1985;14:203-8. Leung AK, Robson WL, Fagan J, Chopra S, Lim SH. Mental retardation. J R Soc Health 1995;115:31-9. Schlieper A, Kisilevsky H, Mattingly S, Yorke L. Mild conductive hearing loss and language development: a one year follow-up study. J Dev Behav Pediatr 1985;6:65-8. Allen DV, Robinson DO. Middle ear status and language development in preschool children. ASHA 1984;26:33-7. Whitman RL, Schwartz ER. The pediatrician's approach to the preschool child with language delay. Clin Pediatr 1985;24:26-31. McRae KM, Vickar E. Simple developmental speech delay: a follow-up study. Dev Med Child Neurol 1991;33:868-74. Davis H, Stroud A, Green L. The maternal language environment of children with language delay. Br J Disord Commun 1988;23:253-66. Allen R, Wasserman GA. Origins of language delay in abused infants. Child Abuse Negl 1985;9:335-40. Bishop DV. Developmental disorders of speech and language. In: Rutter M, Taylor E, Hersov L, eds. Child and adolescent psychiatry. Oxford: Blackwell Science, 1994:546-68. Denckla MB. Language disorders. In: Downey JA, Low NL, eds. The child with disabling illness: principles of rehabilitation. New York: Raven, 1982:175-202. Coplan J. ELM scale: the early language milestone scale. Austin, Tex.: Pro-Ed, 1987. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 8 19. 20. 21. Dunn LM, Dunn LM. The Peabody Picture Vocabulary TestRevised (PPVTR). Circle Pines, Minn.: American Guidance Services, 1981. Resnick TJ, Allen DA, Rapin I. Disorders of language development: diagnosis and intervention. Pediatr Rev 1984;6:85-92. Lowenthal B. Effect of small-group instruction in language-delayed preschoolers. Except Child 1981;48:178-9. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013