salam dalam perspektif islam

advertisement
SALAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : Furqon Syarief Hidayatulloh
Abstrak
Salah satu amalan mulia yang harus dilakukan oleh seorang muslim terhadap muslim yang
lainnya adalah menebarkan atau mengucapkan salam, baik kepada orang yang kenal maupun
tidak. Hal ini telah dinyatakan dalam QS 4:86 dan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar bin Al-’Ash : Suatu ketika Rasulullah SAW
ditanya oleh seseorang tentang amalan Islam yang baik, lalu Rasulullah menjawab: (1)
memberikan makanan, (2) membacakan salam kepada orang yang kenal maupun tidak.
Namun demikian agar dalam mengucapkan salam tersebut lebih bermakna (sempurna), maka
seorang muslim harus terlebih dahulu mengetahui maknanya dan tata cara
mengucapkannya/menjawabnya.
Kata kunci : Salam, Islam
A. PENDAHULUAN
Salah satu karakteristik ajaran Islam adalah Syamil (lengkap/mencakup), artinya
ajaran Islam menata atau mengkaper seluruh tatanan kehidupan manusia. Islam telah
memberikan tuntunan, arahan serta solusi terhadap persoalan yang dihadapi
manusia.
Secara global tuntunnan yang terkandung dalam ajaran Islam adalah tuntunan
bagaimana manusia berhubungan dengan Khalik-Nya, manusia berhubungan dengan
manusia yang lain, dan manusia berhubungan dengan alam lingkunyannya. Apabila
tuntunan Islam ini diterapkan oleh manusia dalam kehidupan, baik berhubungan
dengan Allah (Khaliq), berhubungan dengan manusia dan alam sekitarnya, maka
akan terciptalah suasana kehidiupan yang penuh kebaikan, keharmonisan dan
ketentraman.
Diantara tuntunan Islam yang terkait dengan sikap dan prilaku manusia
terhadap manusia yang lain adalah Islam mengajarkan dan menganjurkan kepada
setiap muslim untuk menebarkan atau memberikan ”salam” kepada orang lain baik
kenal maupun tidak.
Namun ajaran tentang ”salam” ini banyak umat Islam yang belum
memahaminya secara sempurna, baik dari segi makna maupun pemahaman tentang
keutamaan dalam menebarkannya. Disamping itu, ada juga sebagian umat Islam
yang memeprtanyakan ”Apakah ucapan salam bisa digantikan atau disejajarkan
maknanya dengan ucapan selamat pagi, selamat siang... dsb.?
Berdasarkan persoalan yang sering muncul dikalangan umat Islam terkait
dengan ”salam” ini, maka dalam tulisan ini penulis akan mencoba menguraikannya
dengan merujuk pada kitab Riyadhus Shalihin yang dikarang oleh Imam Nawawi.
Dalam tulisan ini yang akan dibahas meliputi : perintah Al-Qur’an dan Sunnah
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 1 - 2011
89
Furqan
Salam Dalam Perspektif Islam
tentang menebarkan dan menjawab salam, keutamaan menebarkan dan menjawab
salam, kemudian makna dan cara memeberikan dan menjawab salam.
B.
LANDASAN DAN KEUTAMAAN MENEBARKAN ”SALAM”
Al-Hafidz Muhyiddin Abi Zakaria Yahya Bin Syarf An-Nawawi dalam kitab
Riyadhus Shalihin beliau mengutip beberapa ayat dan hadits yang terkait dengan
landasan dan keutamaan memberikan salam serta kewajiban menjawabnya,
diantaranya :
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 27 :
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya, yang demikian itu lebih baik bagiu, agar kamu (selalu) ingat”.
(Q.S. An Nûr [24] : 27)
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 86 :
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).
Sesuangguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”
(Q.S. An Nisâ [4] : 86)
Pelajaran yang dapat diambil dari dua ayat tersebut di atas adalah : (1)
mengucapkan ”salam” (Salam atau penghormatan yang dimaksud adalah
mengucapkan “Assalamu’alaikum”) merupakan perintah Allah Swt, (2) orang yang
mendapatkan penghormatan dari orang lain, maka dia diwajibkan untuk membalas
penghormatan tersebut dengan balasan yang lebih baik atau membalas dengan yang
serupa. Syeikh Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin ketika mengomentari surat AnNisa ayat 86, beliau mengungkapkan bahwa ayat ini merupakan perintah Allah swt
kepada kita untuk menjawab atau membalas kepada orang yang telah memberikan
penghormatan dengan balasan yang lebih baik, contoh ketika ada seseorang yang
mengucapkan Assalamu’alaikum, kita jawab Wa’alaikumus salam Warahmatullahi
Wabarakatuh, dan ini lebih baik.. atau sepadan dengan pengharmatan yang telah
diberikan.. contoh ketika seseorang itu mengucapkan Assalamu’alaikum, maka kita
menjawab Wa’alaikum salam.(saja).
Dengan demikian, karena menebarkan dan menjawab ”salam” ini adalah
perintah Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an, maka siapa pun umat Islam yang
melakukannya insyaAllah akan bernilai ibadah yang menjadi kebaikan bagi
pelakunya di dunia maupun di akhirat.
Disamping Al-Qur’an, dalam hadits pun dijelaskan tentang anjuran untuk
mengucapkan ”salam ”ini, antara lain:
90
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 1 - 2011
Salam Dalam Perspektif Islam
Furqan
Pertama, dari Abdillah bin Umar bin Ash r.a. ”Seseorang bertanya kepada
Rasulullah Saw., Manakah ajaran Islam yang lebih baik?1 Rasul menjawab;
”Engkau meberikan makanan, kemudian mengucapkan salam kepada orang yang
kenal maupun tidak” (Muttafaq’alaih)
Kedua, dari Abi Umarah al Bara bin ’Azib r.a. dia berkata: ”Rasulullah Saw
telah memerintahkan kepada kami untuk melakukan tujuh perkara , yaitu menjenguk
orang yang sakit, mengantarkan jenazah, membacakan tasmith, menolong orang
yang lemah, menolong orang yang di dzalimi, menebarkan salam dan bersumpah
dengan baik”. (Muttafaq ’alaih)
Ketiga, Dari Abi Hurairah ra. Dia berkata: ”Saya mendengar Rasulullah Saw
bersabda.: ” Kalian tidak akan masuk surga hingga beriman, kalian tidak akan
(sempurna) imannya hingga saling mencintai diantara kalian. Maukah aku tunjukan
kepada kalian tentang sesuatu yang apabila dikerjakan kalian akan saling mencintai
? tebarkanlah salam diantara kalian.” (HR Muslim)
Keempat, dari Abi Yusuf Abdullah bin Salam r.a. dia berkata, Rasulullah Saw
bersabda:” Wahai manusia tebarkanlah salam, berikanlah makanan,
sambungkanlah tali silaturahim, shalatlah dikala manusia sedang tidur, kalian akan
masuk surga dengan selamat.” (HR Turmudzi)
Kelima, dari Abi Umamah, r.a dia berkata:” Nabi SAW telah memerintahkan
kepada kami untuk menebarkan salam.” (HR Ibn Majah)
Dari beberapa hadits tersebut di atas dapat diambil pelajaran, diantaranya: (1)
menucapkan salam adalah dianjurkan oleh Rasulullah saw bahkan termasuk amalan
yang besar pahalanya di sisi Allah Swt. Di dalam hadits dikisahkan; dari ‘Imran bin
husen r.a. dia berkata; seseorang menemui Nabi Saw kemudian mengucapkan
Assalamu’alaikum, lalu Nabi menjawab dan mengatakan ‘asrun’ (sepuluh).
Kemudian datang yang lain sabil mengucapkan Assalamu’alaikum warahmutullah.
Lalu Nabi menjawab dan mengatakan ‘Isyruna (20). Kemudian datang lagi yang
ketiga sambil mengatakan Assalamu’alaiku warahmatullahi wabarakatuh, lalu Nabi
Saw menjawab dan mengatakan Tsalastuna (30) (HR At-Turmudzi).
Dalam hal tersebut, Utsaimin berkomentar bahwa setiap kalimat dalam ucapan
salam mendapatkan sepuluh kebaikan. Kemudian mengenai hukum mengucapkan
salam, Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkar, beliau mengungkapkan bahwa
memulai salam adalah sunnah, adapun menjawab salam kalau kondisinya sendiri,
maka menjawabnya wajib ’ain, akan tetapi kalau kondisinya banyak, menjawabnya
adalah fardhu kipayah, artinya kalau ada seseorang yang menjawabnya, sudah cukup
terwakili, akan tetapi kalau tidak ada yang menjawabnya dosa semuanya; (2)
menebarkan salam dapat menjadi sarana dalam meningkatkan perasaan saling
mencintai diantara sesama; (3) orang yang menebarkan salam dapat menjadi wasilah
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 1 - 2011
91
Furqan
Salam Dalam Perspektif Islam
untuk masuk surga (tentunya berlandaskan iman). Dikisahkan, ada seseorang yang
bernama At-Thufel bin Ubay bin Ka’ab, suatu ketika ia mengajak Abdullah bin
Umar untuk pergi ke pasar, namun tujuannya bukan untuk menjual atau membeli
sesuatu, dia hanya sekedar menemui orang-orang di pasar untuk menebarkan salam.
Al-Utsaimin berkomentar bahwa pergi ke pasar hanya untuk menebarkan salam
kepada orang-orang, maka perbuatannya itu akan menjadi sarana masuk surga”.
C. MAKNA ”SALAM”
Dalam syarah kitab Riyadhus Shalihin, Al-Utsaimin mengungkapkan bahwa
”As-Salam” mempunyai makna ad-du’a (do’a), yaitu do’a keselamatan dari segala
sesuatu yang membahayakan, merugikan, atau merusakan. Sekedar contoh, apabila
kalian mengucapkan assalamu’alaika kepada seseorang, hal ini maksudnya bahwa
kalian berdo’a kepada Allah swt agar Allah swt senantiasa menyelamatkannya dari
sakit, gila, keburukan manusia, bermacam kemaksiatan, penyakit hati, dan
diselamatkan dari api neraka.
Syeikh Ahmad Ash-Shawy dalam tafsir Ash-Shawy ketika menafsirkan waidza
huyyiytum bitahiyyatin pada QS 4 :86 beliau mengatakan bahwa as salam maknanya
keselamatan dari segala marabahaya baik di dunia maupun di akhirat
Berdasarkan uraian di atas ucapan salam ini mengandung do’a keselamatan dari
segala perkara yang membahayakan atau merugikan baik di masa sekarang maupun
di masa yang akan datang. Do’a yang terkandung dalam ucapan ini jangkauannya
cukup luas dibandingkan dengan ucapan selamat pagi atau selamat siang. Dengan
demikian, ucapan salam ini pada akhirnya tidak bisa disetarakan dengan ucapanucapan selamat lainnya.
Dalam pendekatan lain, kata ‘As-Salam” termasuk sifat Allah swt. Ketika AsSalam ini dinisbahkan kepada Allah berarti Zuz salamah yang memiliki
keselamatan/keterhindaran. Itulah pendapat ulama seperti yang telah dikutip oleh
Quraisy Shihab (2000:42-43) hanya saja lanjut beliau beberapa ulama tersebut
berbeda dalam memahami istilah ini, ada yang memahainya dalam arti Allah
terhindar dari segala aib dan kekurangan, ada juga yang berpendapat bahwa Allah
yang menghindarkan semua makhluk dari penganiayaan-Nya dan yang kelompok
ketiga berpendapat bahwa As-Salam yang dinisbahkan kepada Allah itu berarti yang
memberi salam kepada hamba-hamba-Nya di surga kelak.
D. CARA MENGUCAPKAN DAN MENJAWAB ”SALAM”
Di dalam kitab Riyadhus Shalihin dijelaskan bahwa dianjurkan apabila
seseorang yang memulai mengucapkan salam dengan ucapan yang sempurna yaitu
Assalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Seperti yang telah dijelaskan
92
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 1 - 2011
Salam Dalam Perspektif Islam
Furqan
sebelumnya, bahwa setiap kalimat mengandung sepuluh kebaikan. Akan tetapi boleh
mengucapkan dengan yang pendek seperti Assalamu’alaikum.
Adapun cara menjawab salam, Imam Ibn Katsir dalam tafsir Ibn Katsir juz 2
ketika beliau menafsirkan firman Allah ” Waidza huyyiytum bitahiyyatin fahayyu
biahsani minha arudduha: beliau berkomentar bahwa apabila ada seorang muslim
mengucapkan salam kepada kalian maka balaslah dengan salam yang lebih utama
atau dengan salam yang sama, karena lebih dari itu dianjurkan. Dan membalas salam
yang sama diwajibkan. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa cara menjawab
salam itu (1) menjawab sebanding dengan ucapan yang telah diberikan oleh orang
lain, contoh ketika ada seseorang yang mengucapkan Assalamu’alaikum,
jawabannya adalah cukup Wa’alaikum salam. (2) menjawab atau membalas dengan
lebih sempurnya, contoh ketika ada seseorang yang mengucapkan
Assalamu’alaikum, jawabannya adalah Wa’alaikum salam warahmatullahi
wabarakatuh.
Selanjutnya, Bolehkah kita mengucapkan salam kepada non Islam?
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah
Saw telah melarang kaum muslimin untuk memulai memberikan salam kepada non
Islam Yahudi atau Nasrani. Lalu bagaimana kalau orang Non Islam memberikan
salam kepada orang Islam? Jawabannya pertama berdasarkan hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhari dari Anas, jawabannya cukup dengan kata Wa’alaikum
(saja). Dalam hal ini, Al-Utsaiimin berkomentar bahwa kalau Non Islam itu secara
jelas mengatakan Assamu ’Alaikum maka jawabnya Wa’alaikum. Sedangkan apabila
dia mengucapkan dengan jelas Assalamu’alaikum , maka jawaban sebagaian ulama
boleh menjawab Waalaikum salam. Hal ini didasarkan pada surat An-Nisa:86.
E.
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mengucapkan/menjawab
salam merupakan bagian dari amalan ibadah yang dapat bernilai di sisi Allah SWT.
Mengucapkan salam ( Assalamu’alaikum) tidak bisa disamakan dengan ucapan
selamat pagi, selamat sore dan ucapan-ucapan selamat lainnya karena ucapan salam
dalam perspektif Islam mengandung makna yang sangat indah yakni ketika
seseorang mengucapkan assalamu’alaikum kepada orang lain, pada hakikatnya dia
mendo’akan agar orang yang diucapkan salam itu selamat dari marabahaya baik
lahir maupun batin. Bahkan mengucapkan salam ini dianjurkan juga kepada orang
yang sudah meninggal, maksudnya ketika seseorang melewati suatu kuburan muslim
maka dia disunahkan mengucapkannya.
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 1 - 2011
93
Furqan
F.
Salam Dalam Perspektif Islam
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya
Al-Hafidz Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarf An-Nawawi, Riyadhus
Shalihin, Dar Fikr Beirut-Libanon, 1994.
--------- Kitab Al-Adzkar, Nur Asia, tt
As-Syeikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin, Syarah Riyadhus-Sholihin, Dar Ibn
’Ashoshoh, Beirut Libanon, 2006
Al-Syeikh Ahmad Ash-Shawy, Tafsir Ash-Shawy, jilid I, Darul Fikr, BeirutLibanon,1993
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al Qazwini Ibn Majah, Sunan Ibn
Majah, Dar Fikr, tt.
Imam Ibnu Kastir, Tafsir Ibnu Katsir jilid I, Dar al-Rasyad al Haditsah, tt.
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Lentera Hati, Ciputat, 2000
94
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 1 - 2011
Download