Bujukmin Kersin di Lingk TNI

advertisement
TENTARA NASIONAL INDONESIA
MARKAS BESAR
PETUNJUK ADMINISTRASI KERJA SAMA INTERNASIONAL
DI LINGKUNGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Umum.
a.
Kebijakan kerja sama internasional bidang militer dan pertahanan ditetapkan
oleh Presiden RI melalui Peraturan Presiden RI yang disebut Kebijakan Umum
Pertahanan Negara sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Pemerintah RI yaitu
politik bebas dan aktif.
Politik luar negeri bebas dan aktif dilaksanakan melalui
diplomasi yang kreatif, aktif, dan antisipatif, tidak sekedar rutin dan reaktif, tetapi
teguh dalam prinsip dan pendirian, serta rasional dan luwes dalam pendekatan.
Kementerian Pertahanan RI menetapkan kebijakan penyelenggaraan hubungan
kerja sama bidang militer dan pertahanan melalui Pemerintah RI yang disusun
berdasarkan kebijakan Kementerian Luar Negeri RI .
b.
TNI sebagai pelaksana kebijakan kerja sama Internasional melaksanakan
kerja sama bidang militer dan pertahanan guna meningkatkan hubungan
persahabatan dengan Angkatan Bersenjata negara lain di forum Internasional atas
dasar saling menghormati, saling menguntungkan dan tidak mencampuri urusan
internal dalam negeri. Kerja sama internasional TNI dilaksanakan dengan tujuan
untuk membangun saling percaya (Confidence Building Measure), membangun
kapasitas militer dan pertahanan (military defense capacity building), melaksanakan
misi pemeliharaan perdamaian dunia, bantuan kemanusiaan dan penanggulangan
bencana (Peace Keeping Operation, Humanitarian Assistance and Disaster Relief),
melaksanakan upaya diplomasi mencegah konflik (Conflict Preventive Diplomacy),
meningkatkan keamanan kawasan (Regional Security Enhancement) sesuai
kebijakan Pemerintah RI.
c.
Sebagai tindak lanjut amanah dari Kebijakan Umum Pertahanan negara
tahun 2015-2019 dalam hal kerja sama internasional, adanya pembentukan
Balakpus di Mabes TNI yang membidangi kerja sama internasional, dan
penyesuaian penyusunan dan penerbitan petunjuk di lingkungan TNI, maka
dipandang perlu dilaksanakan revisi Buku Petunjuk Administrasi Kerja Sama
Internasional Bidang Militer dan Pertahanan di Lingkungan TNI menjadi Petunjuk
Administrasi Kerja Sama Internasional di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia.
2.
Maksud dan Tujuan.
a.
Maksud.
Petunjuk Administrasi ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk
tentang penyelenggaraan kerja sama internasional di lingkungan TNI.
2
b.
Tujuan.
Petunjuk Administrasi ini tujuannya untuk dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan kerja sama internasional di lingkungan TNI, agar pelaksanaannya
dapat berjalan dengan baik, tertib dan akuntabel.
3.
Ruang Lingkup dan Tata Urut.
a.
Ruang Lingkup.
Lingkup pembahasan dalam Petunjuk Administrasi ini
dibatasi pada tata cara penyelenggaraan kerja sama internasional yang berlaku di
lingkungan TNI.
b.
Tata Urut.
berikut:
Petunjuk administrasi ini disusun dengan tata urut sebagai
1)
Pendahuluan.
2)
Ketentuan Umum.
3)
Organisasi Penyelenggara.
4)
Penyelenggaraan Kegiatan.
5)
Pengawasan dan Pengendalian.
6)
Penutup.
4.
Kedudukan.
Petunjuk Administrasi ini merupakan penjabaran dari Peraturan
Panglima TNI Nomor Perpang/80/X/2010 tanggal 21 Oktober 2010 tentang Buku Petunjuk
Induk Kebijakan Strategis dan Perencanaan Umum TNI dan menjadi acuan bagi petunjuk
strata di bawahnya.
5.
Dasar.
a.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156,Tambahan Lembaran
Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 3882);
b.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4012);
c.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4439);
d.
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2015 tentang Kebijakan Umum Pertahanan
Negara Tahun 2015 - 2019;
e.
Peraturan Menteri Pertahanan Nomor Permen 25 Tahun 2014 tentang Doktrin
Pertahanan Negara Republik Indonesia;
f.
Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/32/VI/2009 tentang Buku Petunjuk
Pelaksanaan Perjanjian Internasional TNI;
3
g.
Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/80/X/2010 tentang Buku Petunjuk
Induk Kebijakan Strategis dan Perencanaan Umum TNI;
h.
Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/7/VIII/2012 tanggal 25 Juli 2012 tentang
Naskah Sementara Doktrin TNI “Tri Dharma Eka Karma” (Tridek);
i.
Peraturan Panglima TNI Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tugas Pusat Kerja Sama Internasional Tentara Nasional Indonesia
(Puskersin TNI);
j.
Peraturan Panglima TNI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Pengesahan Doktrin dan
Petunjuk di Lingkungan TNI;
k.
Peraturan Panglima TNI Nomor 43 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerimaan
Tamu Luar Negeri di Lingkungan TNI;
l.
Peraturan Panglima TNI Nomor 518/VII/2013 tanggal 19 Juli 2013 tentang
Stratifikasi Petunjuk di Lingkungan TNI;
m.
Keputusan Panglima Nomor Kep/866/XI/2013 tanggal 7 November 2013 tentang
Petunjuk Teknis Tulisan Dinas Tentara Nasional Indonesia; dan
n.
Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/788/X/2014 tanggal 16 Oktober 2014
tentang Petunjuk Administrasi Penyusunan dan Penerbitan Petunjuk di Lingkungan
Tentara Nasional Indonesia.
6.
Pengertian.
a.
Kerja sama internasional adalah implementasi pelaksanaan kegiatan hubungan
luar negeri baik regional maupun internasional, melalui forum bilateral dan multilateral
yang dilakukan oleh Pemerintah RI di tingkat pusat, daerah atau lembagalembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.
b.
Kerja sama internasional di lingkungan TNI adalah semua bentuk kerja sama
militer dan pertahanan yang dilaksanakan oleh TNI dan jajarannya dengan Angkatan
Bersenjata negara lain dan atau organisasi internasional lainnya dalam rangka
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada program kerja TNI sesuai dengan
PPPA TNI.
c.
Diplomasi adalah seni dan praktek bernegosiasi oleh seseorang/kelompok
orang yang mewakili sebuah negara atau organisasi termasuk militer di dalamnya,
yang merupakan cara hubungan internasional yang digunakan melalui
perundingan, intelijen, taktik dan strategi untuk mencapai tujuan politiknya.
d.
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran yang telah ditetapkan dalam
periode satu tahun anggaran (output).
e.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara
bertindak.
4
BAB II
KETENTUAN UMUM
7.
Umum.
Kerja sama internasional di lingkungan TNI diarahkan pada peningkatan
kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara dengan negara-negara yang berbatasan
langsung dengan NKRI dan dengan negara-negara besar yang memiliki pengaruh penting
bagi Indonesia dan kawasan. Agar diperoleh hasil yang optimal, akuntabel dan terukur,
diperlukan persamaan persepsi dalam rangka memahami tujuan, sasaran dan prinsip-prinsip
serta ketentuan administrasi dalam penyelenggaraan kerja sama internasional di lingkungan
TNI.
8.
Tujuan dan Sasaran.
a.
membangun saling percaya (Confidence Building Measure) dengan sasaran:
1) terwujudnya hubungan persahabatan yang lebih kondusif dan saling
menguntungkan antara TNI dengan Angkatan Bersenjata negara lain;
2) terwujudnya rasa saling menghormati dan itikad baik untuk menjaga
hubungan bilateral dalam memandang suatu potensi konflik yang dapat
bermuara pada persengketaan; dan
3)
terselenggaranya kerja sama internasional yang saling menguntungkan,
bertingkat dan berlanjut.
b.
membangun kapasitas militer dan pertahanan (military defense capacity
building) dengan sasaran:
1) terwujudnya peningkatan kemampuan dan profesionalitas personel
TNI;
2) terwujudnya peningkatan efektivitas dan efisiensi operasional TNI
dalam melaksanakan tugas pokok TNI; dan
3)
terlaksananya optimalisasi penggunaan dan pemeliharaan terhadap
Alutsista dan sistem Kodalops TNI guna melaksanakan tugas pokok TNI.
c.
melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian dunia, bantuan kemanusiaan
dan penanggulangan bencana (Peace Keeping Operation, Humanitarian Assistance
and Disaster Relief) dengan sasaran:
1) terpenuhinya standar kemampuan Alutsista dan peralatan pendukung
yang dipersyaratkan kepada Satgas TNI pada misi perdamaian PBB;
2) terwujudnya peningkatan pengakuan dunia terhadap profesionalitas
Satgas TNI pada misi perdamaian PBB; dan
3) terwujudnya peningkatan kemampuan dan peran serta TNI dalam misi
bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana di forum internasional.
5
d.
melaksanakan upaya diplomasi mencegah konflik (Conflict Preventive
Diplomacy) dengan sasaran:
1) terhindarnya konflik dan pertikaian antara TNI dengan Angkatan
Bersenjata negara lain;
2) terwujudnya peningkatan pengaruh dan diplomasi TNI dalam upaya
menciptakan stabilitas keamanan dan mencegah konflik di kawasan regional;
dan
3)
terciptanya pengakuan dan penerimaan peran dan kontribusi TNI
sebagai mediator dalam penyelesaian konflik pada skala regional dan
internasional.
e.
meningkatkan keamanan kawasan (Regional Security Enhancement)
dengan sasaran:
1) terwujudnya peningkatan keamanan dan penurunan tingkat kejahatan
transnasional di wilayah nasional dan wilayah regional;
2) tersusunnya prosedur tetap operasi yang diselenggarakan secara
bilateral dan multilateral guna memelihara keamanan di kawasan regional;
dan
3) terwujudnya peningkatan pengakuan dunia terhadap peran dan
kontribusi TNI dalam upaya memelihara stabilitas keamanan kawasan
regional dan penanggulangan terorisme (counter terrorism).
9.
Prinsip-Prinsip.
a.
Kesetaraan. Masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang sama
dalam menentukan kebijakan dalam kerja sama internasional.
b.
Saling menguntungkan.
merugikan para pihak.
c.
Bermanfaat.
pihak.
Pelaksanaan kerja sama internasional tidak
Hasil kegiatan kerja sama internasional bermanfaat bagi para
d.
Menjaga kehormatan.
Menjaga kehormatan dengan tidak melakukan
tindakan dan perbuatan yang melanggar norma, adat istiadat dan saling
menghormati.
e.
Legalitas.
Wajib menghargai dan mematuhi aturan dan ketentuan yang
berlaku baik aturan perundangan nasional maupun aturan hukum negara lain serta
hukum internasional.
f.
Aplikatif.
Hasil dan manfaat dari kerja sama dengan Angkatan Bersenjata
negara lain dapat diterapkan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitas TNI.
g.
Tanggung Jawab.
Penyelenggaraan kerja sama internasional dengan
Angkatan Bersenjata negara lain harus dapat dipertanggungjawabkan secara
proporsional, profesional dan akuntabel.
6
10.
Ketentuan Administrasi.
a.
Kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI:
1)
Kegiatan Kerja Sama Internasional Terprogram. Pelaksanaan kerja
sama internasional di lingkungan TNI pada dasarnya harus terencana dan
terprogram, sehingga mendapatkan alokasi anggaran yang semestinya.
Penyusunan program dan anggaran kerja sama internasional di lingkungan TNI
dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku.
2)
Kegiatan Kerja Sama Internasional Tidak Terprogram. Dalam halhal tertentu yang bersifat insidentil/darurat kegiatan kerja sama internasional
dapat dilaksanakan dengan cara:
a)
mengajukan permohonan kepada PanglimaTNI/Kas Angkatan
dalam rangka pelaksanaan kerja sama internasional tidak terprogram
untuk mendapatkan persetujuan;
b)
Asisten Panglima TNI/Kas Angkatan yang terkait dan
Kapuskersin TNI memberikan pertimbangan dan saran tentang
perlu/tidaknya dilaksanakan kegiatan kerja sama internasional di
lingkungan TNI yang tidak terprogram tersebut;
c)
Satker/Balakpus TNI/Angkatan melaksanakan keputusan
Panglima TNI/Kas Angkatan untuk melaksanakan/tidak melaksanakan
kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI yang tidak
terprogam tersebut; dan
e)
mengoptimalkan peran dan tugas Atase Pertahanan RI di negara
terakreditasi dalam pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional di
lingkungan TNI yang tidak terprogram.
b.
Indikator kinerja.
Pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional harus
dapat diukur, dinilai dan dipahami sehingga dapat dikontrol dan diperbaiki. Untuk
itu diperlukan indikator kinerja bagi pelaksanaan kerja sama internasional di
lingkungan TNI yang meliputi:
1)
Indikator Kinerja Pengembangan Sistem.
a)
validitas dan akseptabilitas organisasi dan tugas TNI dalam kerja
sama internasional;
b)
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kerja sama internasional
ditinjau dari aspek dukungan anggaran;
c)
keseimbangan
kemampuan
TNI
baik
SDM
Alutsista/peralatan dalam kerja sama internasional; dan
maupun
d)
meningkatnya kemampuan saling bekerja sama antar Satker
terkait dalam pelaksanaan kerja sama internasional (interoperabilitas).
7
2)
Indikator Kinerja Pengembangan Personel.
a)
meningkatnya kemampuan SDM TNI berupa peningkatan
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman serta keahlian/keterampilan
sesuai dengan materi kerja sama internasional yang telah dilaksanakan;
b)
meningkatnya
TNI/Angkatan; dan
kinerja
dan
produktifitas
Satker/Balakpus
c)
meningkatnya kemampuan komunikasi dan koordinasi serta kerja
sama dengan Angkatan Bersenjata negara lain dan atau organisasi
internasional dalam kegiatan kerja sama internasional.
3)
Indikator Kinerja Pengembangan Fasilitas/Alutsista.
a)
berfungsinya fasilitas Alutsista/peralatan militer hasil hubungan
kerja sama internasional secara optimal;
b)
kesesuaian Alutsista/peralatan militer hasil hubungan kerja
sama internasional dengan Alutsista/peralatan TNI; dan
c)
kemampuan TNI untuk mengoperasikan dan memelihara
fungsi Alutsista/peralatan secara mandiri.
4)
Indikator Kinerja Latihan dan Operasi Bersama.
a)
validitas dan akseptabilitas doktrin TNI dalam latihan/operasi
bersama dengan Angkatan Bersenjata negara lain;
b)
keseimbangan kemampuan TNI baik SDM maupun
Alutsista/peralatan TNI dalam kegiatan kerja sama internasional; dan
c)
penghargaan dan pengakuan terhadap profesionalitas TNI
dalam pelaksanaan tugasnya.
c.
Laporan pelaksanaan kerja sama internasional di lingkungan TNI. Setiap
kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI yang dilaksanakan wajib
dilaporkan secara berjenjang kepada pimpinan TNI. Laporan pelaksanaan bertujuan
untuk memberikan masukan kepada pimpinan tentang kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka pengambilan kebijakan lebih lanjut.
Laporan merupakan bentuk
akuntabilitas dari pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI
yang dilakukan oleh para penyelenggara kegiatan kepada pimpinan masing-masing.
Laporan pelaksanaan pada dasarnya berisi tentang: pendahuluan, pelaksanaan, hasil
yang dicapai, masalah yang dihadapi, kesimpulan dan saran serta penutup. Contoh
laporan dapat dilihat pada contoh 1 s.d. 4.
1)
Di tingkat Mabes TNI:
a)
Pelaksanaan kerja sama internasional bidang Intelijen, Operasi
dan Latihan, Pendidikan dan Pelatihan, Logistik, Komunikasi dan
Elektronika dilaporkan oleh Asisten Panglima TNI sesuai fungsi masingmasing kepada Panglima TNI dengan tembusan Kasum TNI, Irjen TNI,
8
Koorsahli Panglima TNI, Asisten Panglima TNI terkait, Kabalakpus TNI
terkait dan Kapuskersin TNI.
b)
Pelaksanaan kerja sama internasional yang diselenggarakan
oleh Balakpus TNI sesuai tugas dan fungsi masing-masing dilaporkan
oleh Kabalakpus TNI terkait kepada Panglima TNI dengan tembusan
Kasum TNI, Irjen TNI, Koorsahli Panglima TNI, Asisten Panglima TNI
terkait, Kabalakpus TNI terkait lainnya dan Kapuskersin TNI.
2)
Di tingkat Mabes Angkatan.
a)
Pelaksanaan kerja sama internasional yang dipimpin langsung
oleh para Kas Angkatan dilaporkan kepada Panglima TNI dengan
tembusan Kasum TNI, Irjen TNI, Koorsahli Panglima TNI, Asisten
Panglima TNI terkait dan Kapuskersin TNI.
b)
Pelaksanaan kerja sama internasional bidang Pengamanan,
Latihan, Pendidikan dan Pelatihan, Logistik, Komunikasi dan Elektronika
dilaporkan oleh Asisten Kas Angkatan sesuai fungsi masing-masing
kepada Kas Angkatan dengan tembusan pejabat internal angkatan,
Kasatker/Kabalakpus TNI terkait dan Kapuskersin TNI.
c)
Pelaksanaan kerja sama internasional yang diselenggarakan
oleh Balak Angkatan sesuai tugas dan fungsi masing-masing
dilaporkan oleh Kabalak Angkatan terkait kepada Kas Angkatan
dengan tembusan pejabat internal angkatan, Kasatker/Kabalakpus TNI
terkait dan Kapuskersin TNI.
BAB III
ORGANISASI PENYELENGGARA
11.
Umum.
Penyelenggaraan hubungan kerja sama internasional di lingkungan TNI
dilaksanakan oleh organisasi penyelenggara ditingkat Mabes TNI dan Mabes Angkatan.
Tiap-tiap organisasi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab serta kewenangan yang
berbeda sesuai dengan hierarki organisasi penyelenggara tersebut.
12.
Organisasi Penyelenggara Kerja Sama Internasional di Lingkungan TNI.
Secara umum menggambarkan hubungan kerja secara institusional dalam bentuk direktif
dan koordinasi sesuai tataran kewenangannya mulai dari perumus kebijakan sampai
dengan pelaksana teknis.
a.
Organisasi Penyelenggara.
1)
Mabes TNI. Menyelenggarakan kegiatan kerja sama internasional di
lingkungan TNI sebagai implementasi dari kebijakan dan perjanjian
internasional bidang militer dan pertahanan yang dibuat Pemerintah RI.
2)
Mabes Angkatan.
Menyelenggarakan kegiatan kerja sama
internasional sesuai matra sebagai implementasi dari kebijakan dan
perjanjian/kesepakatan kerja sama internasional yang dibuat oleh Mabes TNI.
9
b.
Struktur Organisasi.
Mabes TNI
Perumus Kebijakan dan
Pelaksana Operasional
Pelaksana Operasional
Mabes Angkatan
Keterangan :
: garis koordinasi
: garis komando
13.
Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab.
Agar pelaksanaan kerja sama
internasional dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka ditentukan tugas dan tanggung
jawab masing-masing pejabat sebagai berikut:
a.
Wewenang:
1)
Panglima TNI.
a)
Menentukan kebijakan tentang penyelenggaraan hubungan
kerja sama internasional di lingkungan TNI.
b)
Memberi persetujuan kepada Kepala Staf Angkatan dan
pejabat TNI yang diberi wewenang untuk membuat perjanjian/kerja
sama sesuai matra/fungsi di lingkungan TNI.
c)
Mendelegasikan tugas kepada pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan perjanjian/kerja sama internasional di lingkungan TNI.
2)
Kas Angkatan.
a)
Membuat pengaturan pelaksanaan perjanjian internasional di
lingkungan TNI dalam bentuk MoU, ToU, LoA dan Joint Statement,
Arrangement dan/atau Agreed Minutes setelah memperoleh
persetujuan dari Panglima TNI.
b)
Menyelenggarakan hubungan kerja sama internasional bidang
teknis militer sesuai dengan matra/fungsi di lingkungan Angkatan.
c)
Mendelegasikan tugas kepada pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan perjanjian dan kerja sama internasional bidang teknis
militer sesuai dengan matra/fungsi di lingkungan Angkatan.
10
b.
Tugas dan Tanggung jawab:
1)
Panglima TNI:
a) membuat kebijakan tentang penyelenggaraan kerja sama
internasional di lingkungan TNI pada tataran operasional berdasarkan
kebijakan umum pertahanan negara yang dikeluarkan oleh Kemhan;
b) melaksanakan perundingan dalam membuat pengaturan
pelaksanaan perjanjian internasional yang sudah/belum ada payung
hukumnya dalam bentuk MoU, Implementing Arrangement, Agreed
minutes dan Summary record atau perjanjian lain yang sejenis;
c) memberi persetujuan kepada Kepala Staf Angkatan dan pejabat
TNI yang diberi wewenang untuk membuat pengaturan pelaksanaan
perjanjian kerja sama internasional di lingkungan masing-masing;
d) mendelegasikan tugas kepada pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan perundingan dalam membuat pengaturan pelaksanaan
perjanjian kerja sama internasional di lingkungan TNI yang telah ada
payung hukumnya dalam bentuk DCA;
e) mendelegasikan tugas kepada Kepala Staf Angkatan atau pejabat
lain yang ditunjuk untuk melaksanakan perundingan dalam membuat
pengaturan pelaksanaan perjanjian internasional sesuai bidang/matra
yang belum ada payung hukumnya dalam bentuk MoU atau perjanjian
lain yang sejenis;
f)
mendelegasikan tugas kepada pejabat yang ditunjuk sebagai
Ketua Delegasi TNI untuk melaksanakan perundingan dan
menandatangani hasil catatan perundingan dalam bentuk Joint
Statement, Agreed Minutes, Meeting Outcomes dan Summary Record;
g) memberikan persetujuan/perizinan kepada Satker/Balakpus
TNI/Angkatan untuk melaksanakan kerja sama sesuai bidang masingmasing setelah ada payung hukumnya;
h) memimpin Delegasi Sidang/Pertemuan Bilateral maupun Multilateral
dengan Angkatan Bersenjata negara lain dalam rangka mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan; dan
i)
melaporkan hasil kerja sama internasional yang dilaksanakan oleh
TNI dengan Angkatan Bersenjata negara lain atau organisasi
internasional lainnya kepada Presiden Republik Indonesia dengan
tembusan kepada Wakil Presiden RI, Menko Polhukam, Menteri
Pertahanan, Menteri Luar Negeri, dan pejabat terkait lainnya.
2)
Asisten Staf Umum Panglima/Kasatker/KabalakpusTNI.
a)
Asrenum Panglima TNI:
(1)
membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan
perencanaan kerja sama internasional di lingkungan TNI;
11
(2)
melaksanakan,
mengendalikan
dan
mengawasi
pelaksanaan program kerja dan anggaran TNI bidang kerja sama
internasional di lingkungan TNI;
(3)
melaporkan pelaksanaan dan mengevaluasi program
kerja dan anggaran TNI bidang kerja sama internasional di
lingkungan TNI; dan
(4)
dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab kepada
Panglima TNI.
b)
Asintel Panglima TNI:
(1)
membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan
dan strategi kerja sama internasional di bidang intelijen dan
sandi;
(2)
membuat perkiraan intelijen luar negeri yang
menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial dan militer serta
komponen intelijen strategis lainnya yang akan memengaruhi
pelaksanaan kerja sama internasional tersebut;
(3)
mengeluarkan
perizinan
dan
melaksanakan
pengawasan terhadap warga negara asing berikut alutsistanya
yang melakukan kegiatan di lingkungan TNI sesuai ketentuan
yang berlaku;
(4)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan kerja sama internasional di
lingkungan TNI bidang intelijen dengan Angkatan Bersenjata
negara lain baik secara bilateral dan multilateral; dan
(5)
dalam pelaksanaan
kepada Panglima TNI.
c)
tugasnya
bertanggungjawab
Asops Panglima TNI:
(1)
membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan
kerja sama internasional di bidang operasi, latihan, kerja sama
keamanan dan perbatasan serta survei dan pemetaan;
(2)
merencanakan dan mengendalikan operasi dukungan
perdamaian dunia dan misi internasional lainnya;
(3)
merencanakan dan mengendalikan penyelenggaraan
kegiatan kerja sama keamanan dan perbatasan serta kerja
sama survei dan pemetaan;
(4)
memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan kerja
sama internasional sesuai dengan fungsinya;
12
(5)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan kerja sama internasional bidang
operasi dan latihan dengan Angkatan Bersenjata negara lain
baik secara bilateral dan multilateral di bidang operasi dan
latihan; dan
(6)
dalam pelaksanaan
kepada Panglima TNI.
d)
tugasnya
bertanggungjawab
Aspers Panglima TNI:
(1)
membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan
kerja sama internasional di bidang pendidikan, sistem
pendidikan dan operasi pendidikan TNI;
(2)
merencanakan dan menyiapkan pengiriman personel
TNI ke luar negeri untuk pendidikan, seminar, simposium dan
program yang berkaitan dengan pendidikan;
(3)
memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan kerja
sama internasional di lingkungan TNI sesuai dengan fungsinya;
(4)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional di
bidang personel; dan
(5)
dalam pelaksanaan
kepada Panglima TNI.
e)
tugasnya
bertanggungjawab
Aslog Panglima TNI:
(1)
membantu Panglima TNI dalam rangka merumuskan
kebijakan kerja sama internasional di bidang logistik;
(2)
melaksanakan kerja sama internasional bidang logistik
dengan Angkatan Bersenjata negara lain secara bilateral dan
multilateral;
(3)
memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan kerja
sama internasional di lingkungan TNI sesuai dengan fungsinya;
(4)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional di
bidang logistik; dan
(5)
dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Panglima TNI.
f)
Aster Panglima TNI:
(1)
membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan
kerja sama internasional di bidang operasi yang terkait dengan
fungsi teritorial;
13
(2)
melaksanakan kerja sama internasional dengan
Angkatan Bersenjata negara lain atau organisasi lainnya terkait
dengan fungsinya;
(3)
mengoordinasikan dengan Satker terkait terhadap
kegiatan kerja sama internasional dalam bidang bantuan
kemanusiaan dalam rangka penanggulangan bencana alam
dan penanganan pengungsi;
(4)
menjadi anggota delegasi negara dalam permasalahan
perbatasan RI dengan negara lain.
(5)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional
sesuai fungsi teritorial seperti kegiatan Civil Military
Coordination(Cimic); dan
(6)
dalam pelaksanaan
kepada Panglima TNI.
g)
tugasnya
bertanggung
jawab
Askomlek Panglima TNI:
(1)
membantu Panglima dalam rangka merumuskan
kebijakan kerja sama internasional di bidang intelijen terkait
dengan fungsi komunikasi dan elektronika;
(2)
melaksanakan kerja sama internasional dengan
Angkatan Bersenjata negara lain atau organisasi lainnya terkait
bidangnya seperti Communication and Information Securiy
Memorandum of Agreement (Cismoa);
(3)
melaksanakan dukungan komunikasi dalam rangka
pelaksanaan kerja sama internasional;
(4)
melaksanakan koordinasi dengan Satker terkait
terhadap pelaksanaan kerja sama internasional terkait fungsi
komunikasi dan elektronika; dan
(5)
dalam pelaksanaan
kepada Panglima TNI.
tugasnya
bertanggung
jawab
h)
Sahli Panglima TNI.
Memberikan saran masukan kepada
Panglima TNI melalui pengkajian kerja sama internasional yang akan,
sedang dan telah dilaksanakan.
i)
Kabais TNI:
(1)
menyelenggarakan kegiatan dan operasi intelijen
strategis dalam rangka mendukung kerja sama internasional di
lingkungan TNI;
14
(2)
melaksanakan koordinasi dengan Atase Pertahanan
dan Penasihat Militer di negara lain berkaitan dengan
pelaksanaan kerja sama internasional di lingkungan TNI;
(3)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional
sesuai fungsi intelijen strategis; dan
(4)
dalam pelaksanaan
kepada Panglima TNI.
j)
tugasnya
bertanggung
jawab
Kapuskersin TNI:
(1)
membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan,
mengorganisasikan kegiatan kerja sama internasional di
lingkungan TNI;
(2)
memberikan saran dan pertimbangan kepada Panglima
TNI terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI;
(3)
menyelenggarakan koordinasi dengan Satker TNI, Mabes
Angkatan dan badan-badan lain di luar lingkungan TNI dalam
rangka merumuskan kebijakan di bidang kerja sama
internasional;
(4)
melaksanakan
hubungan
dengan
semua
instansi/badan/lembaga di dalam dan luar lingkungan TNI, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri untuk pelaksanaan kerja
sama internasional;
(5)
bertindak sebagai koordinator dan pembina terhadap
kegiatan kerja sama internasional yang dilaksanakan di
lingkungan TNI/ Angkatan;
(6)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional yang
dilaksanakan;
(7)
menginformasikan hasil-hasil Pertemuan Komite Tingkat
Tinggi atau High Level Committee (HLC) Meeting tentang kerja
sama dengan negara sahabat kepada seluruh Satker terkait;
(8)
bersama Satker terkait menyiapkan pertemuan para
Panglima Angkatan Bersenjata ASEAN (ASEAN Chief of Defence
Informal Meeting); dan
(9)
dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Panglima TNI.
15
k)
Kapusjianstra TNI:
(1)
mengadakan kerja sama dengan lembaga pengkajian
strategis dalam negeri dan luar negeri dalam rangka penjajakan
dan pengkajian kerja sama internasional di lingkungan TNI;
(2)
menyiapkan, melaksanakan, dan melaporkan kegiatan
interaksi kerja sama di antara lembaga-lembaga kajian
pertahanan dan keamanan di kawasan ASEAN atau Network of
ASEAN Defence and Security Institutes(NADI) kepada Panglima
TNI mengenai Maritime Security, Peace Keeping Operation dan
Humanitarian and Disaster Relief secara bergiliran di negaranegara ASEAN;
(3)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional
sesuai fungsi pengkajian strategis; dan
(4)
dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Panglima TNI.
l)
Dan PMPP TNI:
(1)
merencanakan dan melaksanakan recruitmen personel
TNI yang akan dikirim OPP PBB;
(2)
merencanakan dan melaksanakan latihan penyiapan
personel dan Satgas TNI yang akan dikirim pada OPP PBB;
(3)
merencanakan dan mengurus dukungan logistik bagi
personel dan Satgas TNI yang akan dikirim pada OPP PBB;
(4)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan penyiapan personel dan
dukungan logistik Satgas TNI yang akan dikirim pada OPP
PBB;
(5)
mengembangkan kerja sama di bidang PKO dengan
Angkatan Bersenjata negara sahabat; dan
(6)
dalam pelaksanaan tugasnya disesuaikan dengan
kewasgiatan Sops TNI dan bertanggung jawab kepada
Panglima TNI.
m)
Kapuskes TNI:
(1)
merencanakan dan mengendalikan kegiatan dukungan
kesehatan dan pelayanan kesehatan pada misi perdamaian dunia
dan misi internasional lainnya;
(2)
melaksanakan kerja sama internasional dalam rangka
latihan dukungan kesehatan dengan personel kesehatan
Angkatan Bersenjata negara lain;
16
(3)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional
dalam bidang kesehatan;dan
(4)
dalam pelaksanaan tugasnya disesuaikan dengan
kewasgiatan Sops TNI dan bertanggung jawab kepada Panglima
TNI.
n)
Kababinkum TNI:
(1)
menyelenggarakan kerja sama internasional dengan
organisasi internasional berkaitan dengan sosialisasi hukum HAM
dan humaniter untuk mendukung penugasan operasi yang
dilaksanakan oleh TNI;
(2)
memberikan masukan dan saran dari aspek Hukum
Internasional dalam pelaksanaan kerja sama dan pembuatan
perjanjian internasional di bidang hubungan internasional;
(3)
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional
dalam bidang hukum;dan
(4)
dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Panglima TNI.
o)
Kapuspen TNI:
(1)
merencanakan dan membina hubungan kerja sama
dengan media massa Internasional serta pelayanan media;
(2)
melaksanakan dan membina hubungan kerja sama
dengan lembaga kewartawanan, lembaga kehumasan
Internasional sebagai wujud komunikasi dan mediasi antar
lembaga kehumasan;
(3)
mengevaluasi dan melaksanakan pengamatan hasil
publikasi penerangan TNI dalam rangka pengamanan,
pembentukan dan pembangunan opini TNI yang direncanakan
dan dikehendaki melalui media massa Internasional; dan
(4)
dalam pelaksanaan tugasnya disesuaikan dengan
kewasgiatan Sintel TNI dan bertanggung jawab kepada Panglima
TNI.
3)
Kepala Staf Angkatan:
a)
menentukan kebijakan tentang penyelenggaraan kerja sama
internasional bidang teknis sesuai matra dengan mengacu kepada
kebijakan kerja sama internasional di lingkungan TNI;
17
b)
membuat aturan pelaksanaan perjanjian internasional di
lingkungan angkatan masing-masing dalam bentuk MoU atau
kesepakatan lainnya setelah memperoleh persetujuan dari Panglima
TNI;
c)
mendelegasikan tugas kepada pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan perundingan dalam membuat perjanjian internasional
bidang teknis sesuai matra berdasarkan perjanjian yang telah ada;
d)
mendelegasikan tugas kepada pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan perundingan dalam pembuatan perjanjian bidang teknis
matra yang belum ada perjanjian sebelumnya dalam bentuk MoU atau
perjanjian sejenis lainnya;
e)
memberikan persetujuan kepada Kasatker/Kabalakpus Angkatan
untuk melaksanakan kerja sama militer teknis matra sesuai perjanjian
yang telah disepakati; dan
f)
melaporkan hasil kerja sama internasional yang dilaksanakan
Angkatan kepada Panglima TNI dengan tembusan kementerian terkait
dan pejabat terkait lainnya termasuk tembusan kepada Kapuskersin
TNI.
4)
Asisten Umum Mabes Angkatan.
a)
Asrena:
(1)
membantu Kepala Staf Angkatan dalam merumuskan
kebijakan perencanaan kerja sama internasional di lingkungan
TNI sesuai matra;
(2)
melaksanakan,
mengendalikan
dan
mengawasi
pelaksanaan program kerja dan anggaran bidang kerja sama
internasional sesuai dengan fungsi/matra; dan
(3)
melaksanakan koordinasi dengan Satker terkait di
lingkungan TNI dalam rangka supervisi dan evaluasi bidang
perencanaan dan anggaran terkait dengan pelaksanaan kerja
sama internasional masing-masing angkatan.
b)
Aspam:
(1)
membantu Kepala Staf Angkatan dalam merumuskan
kebijakan dan strategi kerja sama teknis kematraan bidang
intelijen dengan mengacu kepada kebijakan kerja sama
internasional di lingkungan TNI;
(2)
menyelenggarakan pengawasan dan pengamanan
terhadap hubungan dan kerja sama dengan orang asing;
(3)
mengomunikasikan setiap kebijakan yang diambil kepada
Sintel TNI;
18
(4)
melaksanakan koordinasi dengan Satker terkait di
lingkungan TNI dalam rangka supervisi dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan kerja sama militer internasional di bidang intelijen;
(5)
melaporkan hasil kegiatan kerja sama bidang intelijen
teknis kematraan kepada Kepala Staf Angkatan dan Satker terkait
di lingkungan TNI; dan
(6)
mengoordinasikan pelaksanaan kunjungan pejabat di
Angkatan masing-masing ke luar negeri dan melaporkan hasilnya
kepada Kas Angkatan dan Panglima TNI.
c)
Asops:
(1)
membantu Kepala Staf Angkatan dalam merumuskan
kebijakan dan strategi kerja sama teknis kematraan bidang
operasi dan latihan dengan mengacu kepada kebijakan kerja
sama internasional di lingkungan TNI;
(2)
menyelenggarakan kegiatan latihan bersama dengan
Angkatan Bersenjata negara lain sesuai dengan kesepakatan;
(3)
melaksanakan koordinasi dengan Satker terkait di
lingkunganTNI dalam rangka supervisi dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan kerja sama militer internasional di bidang operasi dan
latihan; dan
(4)
melaporkan hasil kegiatan kerja sama bidang operasi
teknis kematraan kepada Kepala Staf Angkatan dan Satker terkait
di lingkungan TNI.
d)
Aspers:
(1)
membantu Kepala Staf Angkatan dalam merumuskan
kebijakan kerja sama internasional dalam bidang personel
meliputi pendidikan, sistem pendidikan dan operasi pendidikan;
(2)
merencanakan dan menyiapkan pengiriman personel
Angkatan ke luar negeri untuk pendidikan, seminar, simposium,
dan program yang berkaitan dengan pendidikan;
(3)
melaksanakan koordinasi dengan Satker terkait di
lingkungan TNI dalam rangka supervisi dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan kerja sama militer internasional di bidang personel; dan
(4)
melaporkan hasil kegiatan kerja sama bidang personel
teknis kematraan kepada Kepala Staf Angkatan dan Satker terkait
di lingkungan TNI.
e)
Aslog:
(1)
membantu Kepala Staf Angkatan dalam merumuskan
kebijakan dan strategi kerja sama teknis kematraan bidang
19
logistik dengan mengacu kepada
internasional di lingkungan TNI;
kebijakan
kerja
sama
(2)
menyiapkan kebutuhan materil, fasilitas dan jasa yang
diperlukan dalam rangka kerja sama internasional di lingkungan
TNI;
(3)
melaksanakan koordinasi dengan Satker terkait di
lingkunganTNI dalam rangka supervisi dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan kerja sama militer internasional di bidang logistik; dan
(4)
melaporkan hasil kegiatan kerja sama bidang personel
teknis kematraan kepada Kepala Staf Angkatan dan Satker terkait
di lingkungan TNI.
BAB IV
PENYELENGGARAAN KEGIATAN
14.
Umum.
Kegiatan kerja sama internasional diselenggarakan sesuai bidang
kegiatan yaitu Intelijen, Operasi dan latihan, Personel dan Logistik yang dilaksanakan secara
langsung oleh Satker yang memiliki fungsi terkait dan tetap berkoordinasi dengan berbagai
Satker yang memiliki keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal
tertentu pelaksanaan kerja sama internasional dilaksanakan dengan membentuk delegasi
yang melibatkan berbagai Satker terkait seperti Intelijen, Operasi dan latihan, Personel,
Logistik, Kesehatan, Penerangan, Hukum dan lain-lain.
15.
Kegiatan. Penyelengaraan kerja sama internasional dimulai dari tahap perencanaan
sampai dengan tahap pengakhiran secara hierarkis dan sistematis oleh tiap-tiap
Satker/Balakpus TNI/Angkatan baik sebagai penyelenggara, delegasi maupun yang memiliki
keterkaitan sesuai tugas dan tanggung jawabnya:
a.
Tahap Perencanaan.
1)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI danAngkatan sebagai
Penyelenggara:
a)
membuat perencanaan kegiatan kerja sama internasional
sesuai bidang yaitu intelijen, operasi dan latihan, personel dan logistik
berdasarkan perjanjian/kesepakatan yang telah ditetapkan berupa
MoU, Arrangement, Agreed minutes, Summary record dan Joint
Statement atau perjanjian lain yang sejenis;
b)
dalam pelaksanaan kerja sama internasional tersebut, tiap-tiap
penyelenggara dapat bekerja secara bersama-sama/terpisah pada
satu event kegiatan dengan mempedomani leadingsector sebagai
penanggung jawab kegiatan;
c)
mengajukan permohonan persetujuan secara berjenjang
kepada Panglima TNI untuk melaksanakan kegiatan kerja sama
dengan Angkatan Bersenjata negara lain sesuai dengan PPPA TNI;
20
d)
melaksanakan koordinasi dengan Srenum TNI/Srena Angkatan
terhadap kerja sama internasional terkait dengan anggaran yang telah
terprogram;
e)
melaksanakan koordinasi dengan Sintel TNI/Spam Angkatan
dalam membuat perkiraan intelijen luar negeri yang meliputi masalah
politik, ekonomi, sosial dan militer serta komponen intelijen strategis
lainnya yang dapat memengaruhi pelaksanaan kerja sama internasional
di lingkungan TNI;
f)
melaksanakan koordinasi dengan Sops TNI/Sops Angkatan
dalam rangka pelaksanaan kerja sama internasional terkait dengan
bidang operasi meliputi area kerja sama, Alutsista, SOP dan
administrasi lainnya yang dibutuhkan;
g)
melaksanakan koordinasi dengan Spers TNI/Spers Angkatan
terhadap kerja sama internasional terkait dengan bidang personel
meliputi kriteria personel, jumlah personel dan dokumen-dokumen
yang dibutuhkan;
h)
melaksanakan koordinasi dengan Slog TNI/Slog Angkatan
terhadap kerja sama internasional terkait dengan dukungan logistik;
i)
melaksanakan koordinasi dengan staf terkait Mabes
TNI/Balakpus
TNI/Angkatan
untuk
memberikan
dukungan
administrasi sesuai dengan fungsi staf masing-masing;
j)
membuat rencana garis besar kegiatan kerja sama yang akan
dilaksanakan meliputi tujuan, sasaran, metode dan pengorganisasian,
rencana kegiatan dan rencana administrasi;
k)
merencanakan dan menyiapkan Staf Umum/Balakpus
TNI/Angkatan sebagai delegasi kegiatan kerja sama internasional
sesuai dengan kesepakatan yang telah diprogramkan oleh
TNI/Angkatan; dan
l)
menyiapkan perencanaan administrasi dan anggaran untuk
pembentukan delegasi.
2)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan AngkatanTerkait:
a)
memonitor perencanaan administrasi dan anggaran kerja sama
internasional yang akan dilaksanakan;
b)
memberikan dukungan administrasi dan
supervisi sesuai fungsi staf masing-masing; dan
c)
memberikan saran pertimbangan
internasional yang akan dilaksanakan.
anggaran,
terhadap
kerja
serta
sama
21
b.
Tahap Persiapan.
1)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan sebagai
Penyelenggara.
a)
mempelajari dan menyiapkan kegiatan kerja sama internasional
sesuai dengan perjanjian/kesepakatan yang telah ditetapkan;
b)
menyiapkan rencana garis besar dan memaparkan kepada
Panglima TNI/Kas Angkatan u.p. Asisten sesuai dengan perintah/fungsi;
c)
menyusun dan menyiapkan personel serta materi yang
diperlukan dalam pelaksanaan kerja sama internasional di lingkungan
TNI sesuai dengan program dan kesepakatan;
d)
melaksanakan koordinasi dengan Staf Umum/Balakpus terkait
untuk mendapatkan dukungan dan asistensi yang diperlukan bagi
kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan kerja sama internasional
dengan Angkatan Bersenjata negara lain dan organisasi internasional
lainnya;
e)
melaporkan kesiapan pelaksanaan kegiatan kerja sama
internasional dengan Angkatan Bersenjata negara lain maupun
dengan organisasi internasional lainnya secara bertahap sesuai
dengan perencanaan yang disepakati antara lain terdiri dari Initial
Planning Conference (Rapat Perencanaan awal), Concept
Development
Conference
(Rapat
Pengembangan
Konsep),
MiddlePlanning Conference (Rapat Perencanaan Lanjutan/Tengah),
dan Final Planning Conference (Rapat Perencanaan Akhir) serta Site
Survey (Peninjauan Medan);
f)
pelaksanaan kerja sama internasional dalam bentuk latihan
bersama, patroli terkoordinasi dan operasi bantuan kemanusiaan, Staf
Umum/Balakpus TNI/Angkatan yang ditunjuk agar melaksanakan
latihan pendahuluan sesuai dengan materi yang akan dilaksanakan
dengan menggunakan medan/simulasi yang menyerupai dengan
medan sebenarnya bila diperlukan; dan
g)
berdasarkan materi kegiatan kerja sama internasional
melaksanakan penyiapan delegasi TNI dengan ketentuan:
(1)
menyeleksi, menyiapkan dan memberikan pembekalan
kepada calon anggota delegasi TNI;
(2)
mengajukan permohonan pembekalan calon anggota
delegasi kepada Staf Umum/Balakpus TNI/Angkatan terkait;
(3)
komposisi delegasi TNI disusun berdasarkan kesepakatan
atau sesuai kebutuhan, dapat terdiri atas ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara dan anggota yang disesuaikan dengan
pangkat dan jabatan serta jumlah personel delegasi TNI; dan
(4)
dalam penyelenggaraan Pertemuan Komite Tingkat Tinggi
(HLC Meeting), Puskersin TNI selaku sekretariat melaksanakan
22
koordinasi dengan Staf Umum TNI sebagai pelaksana Sub
Commitee dan Angkatan selaku Working Group serta Angkatan
Bersenjata negara lain terkait, dalam rangka menyiapkan
delegasi dan menyiapkan bahan-bahan sidang serta membuat
rencana kegiatan.
2)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan sebagai
Delegasi.
a)
berdasarkan surat perintah Panglima TNI atau pejabat yang
ditunjuk delegasi TNI melaksanakan persiapan berupa pembuatan
rencana garis besar, pengurusan administrasi dan logistik yang
dibutuhkan.
b)
melaksanakan pembekalan sesuai dengan perintah yang
dikeluarkan baik oleh Staf Umum TNI/Angkatan terkait atau Staf
Umum/Balakpus TNI/Angkatan penyelenggara.
3)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan AngkatanTerkait.
a)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan terkait
memberikan dukungan administrasi/logistik/pengurusan dokumen dan
pengerahan personel serta satuan TNI yang dilibatkan sebagai
penyelenggara/delegasi dari TNI sebagai berikut:
(1)
Srenum TNI. Menyiapkan dukungan anggaran sesuai
kebijakan Panglima TNI dalam penyelenggaraan kerja sama
internasional bidang teknis militer sesuai dengan fungsi/matra.
(2)
Sintel TNI. Melaksanakan penyiapan, pengurusan dan
penerbitan dokumen-dokumen (Security Clearance, Ship
Clearance, Flight Clearance) yang diperlukan bagi kelengkapan
pelaksanaan kerjasama dengan Angkatan Bersenjata negara lain
bila kegiatan kerja sama tersebut dilaksanakan di Indonesia.
(3)
Sops TNI.
Melaksanakan penyiapan dan pengurusan
surat-surat atau dokumen yang diperlukan dalam rangka
koordinasi dan memberikan dukungan kegiatan berupa
pengerahan satuan TNI yang akan digunakan.
(4)
Spers TNI. Melaksanakan penyiapan, pengurusan dan
penerbitan surat-surat atau dokumen yang diperlukan minimal
dua minggu sebelum kegiatan kerja sama yang akan
dilaksanakan di luar negeri.
(5)
Slog TNI.
Memberikan asistensi bidang logistik,
dukungan kaporlap dan materiil lainnya sesuai dengan hasil
koordinasi atau program yang telah ditetapkan.
(6)
Ster TNI.
Memberikan asistensi fungsi teritorial dan
dukungan berupa koordinasi dengan instansi terkait di luar TNI
serta pengerahan satuan kewilayahan TNI yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi teritorial guna mendukung
23
kelancaran dan kesuksesan kerja sama dengan Angkatan
Bersenjata negara lain.
(7)
Skomlek TNI. Memberikan asistensi fungsi komunikasi
dan elektronika guna mendukung kelancaran dan kesuksesan
kerja sama dengan Angkatan Bersenjata negara lain;
(8)
Sahli Panglima TNI.
Memberikan masukan berupa
pengkajian terhadap pengiriman delegasi.
(9)
Bais TNI. Melaksanakan dukungan intelijen strategis dan
mengoordinasikan dengan Atase Pertahanan serta Penasihat
Militer di negara terkait dalam rangka pelaksanaan kerja sama
internasional.
(10) Pusjianstra TNI.
Melaksanakan pengkajian terhadap
penyelenggaraan kerja sama yang dilaksanakan sebagai bahan
masukan untuk evaluasi program kerja sama yang serupa untuk
periode tahun anggaran selanjutnya.
(11) PMPP TNI.
Memberikan
dukungan
berupa
pembekalan dan pelatihan sesuai kapasitas yang tersedia
berkaitan dengan fungsi PMPP dalam penyiapan personel untuk
kegiatan peace keeping operation.
(12) Puskes TNI. Memberikan asistensi dukungan kesehatan
sesuai dengan hasil koordinasi,melaksanakan pengurusan surat
atau dokumen tentang dukungan dan pelayanan kesehatan
yang diperlukan.
(13) Puskersin TNI.
Mengoordinasikan dan melaksanakan
supervisi terhadap penyiapan kegiatan kerja sama internasional
yang diselenggarakan di lingkungan TNI.
(14) Babinkum TNI. Memberikan masukan dan saran dari sisi
Hukum Internasional, HAM dan Hukum Humaniter dalam
penyelenggaraan kerja sama internasional.
(15) Puspen TNI.
Mengoordinasikan dengan Staf terkait
terhadap pemberitaan di media internasional sehubungan dengan
pengiriman delegasi.
b)
Berkaitan dengan delegasi, tiap Spam Angkatan berkewajiban
untuk melaksanakan Security Clearance (SC) terhadap personel yang
akan menjadi delegasi TNI, khususnya bila dilaksanakan di luar negeri.
c.
Tahap Pelaksanaan.
1)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan sebagai
Penyelenggara.
a)
Bidang Intelijen.
24
(1)
Sintel TNI/Angkatan selaku penyelenggara kegiatan kerja
sama bidang intelijen melaksanakan koordinasi, melaksanakan
dan mengendalikan kegiatan pertukaran intelijen dan berbagi
informasi dengan Angkatan Bersenjata negara lain yang
bermanfaat bagi pelaksanaan tugas pokok TNI dan fungsi
intelijen khususnya.
(2)
Melaporkan secara rutin perkembangan pelaksanaan
kerja sama internasional kepada Panglima TNI/Kas Angkatan.
(3)
Jenis kegiatan kerjasama intelijen yang dilaksanakan
antara lain:
(a)
HLC;
Joint Intelligence Sub Committee (JISC) dibawah
(b)
Intelligence Exchange (INTELEX) secara bilateral
maupun multilateral; dan
(c)
Analyst to Analyst Exchange (ATAX) secara
bilateral dan multilateral.
Jenis kegiatan intelijen disesuaikan dengan kebutuhan dan
kepentingan organisasi TNI.
b)
Bidang Operasi dan Latihan.
(1)
Sops TNI/Angkatan selaku penyelenggara kegiatan kerja
sama bidang operasi dan latihan menyelenggarakan,
mengoordinir Staf Umum/Balakpus terkait, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan operasi dan latihan dengan Angkatan
Bersenjata negara lain yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas
pokok TNI dan peningkatan profesionalisme prajurit dan satuan.
(2)
melaporkan secara rutin perkembangan pelaksanaan
kerja sama internasional kepada Panglima TNI/Kas Angkatan.
(3)
kegiatan kerja sama militer yang dilaksanakan antara lain:
(a)
Latihan Bersama antara lain:
i.
Latma bidang HADR, SAR, CT yang
dilaksanakan
secara
bergantian
sesuai
kesepakatan;
ii.
Latihan bidang OMP dan OMSP (CT dan
HADR);
iii.
Latma bidang PKO; dan
iv.
Kegiatan dalam Forum ADMM Plus Expert
Working Group. HMA (Humanitarian Mine
Workshops), PKO, HADR, CT Military Medicine
dan Maritime Security.
25
(b)
Patroli Bersama;
(c)
Kerja sama Keamanan Perbatasan; dan
(d) Joint Operation and Exercise Sub Committee
(JOESC).
Jenis kegiatan kerja sama bidang operasi ke depan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi TNI.
c)
Bidang Personel.
(1)
Spers TNI/Angkatan selaku penyelenggara kegiatan kerja
sama bidang personel menyelenggarakan pertukaran pendidikan
dan pelatihan dengan Angkatan Bersenjata negara lain.
Mengkoordinir pelaksanaan seleksi calon siswa, mengurus
dokumen perjalanan dan persyaratan pendidikan, dan memberikan
pembekalan untuk melaksanakan pendidikan luar negeri di
Angkatan Bersenjata negara lain yang bermanfaat bagi
peningkatan sumber daya prajurit dan kinerja satuan;
(2)
melaporkan secara rutin perkembangan pelaksanaan kerja
sama internasional kepada Panglima TNI/Kas Angkatan;
(3)
pelaksanaan kegiatan kerja sama militer bidang personel
dapat berupa pertukaran siswa/pendidikan luar negeri, pertemuan
formal/informal, pertukaran kunjungan siswa/dosen/instruktur,
seminar, dan lokakarya; dan
(4)
kegiatan kerja sama militer yang dilaksanakan antara lain:
(a)
komite kerja sama personel bilateral contoh: Joint
Education Specific Program Sub Committee(JESPC)
dengan Singapura, Joint Education and Training Sub
Committee (JETSC) dengan Thailand, Joint Training and
Education Sub Committee (JTESC) dengan Brunai
Darusalam;
(b)
Dikbangum sesuai kebutuhan organisasi, alokasi
anggaran yang diprogramkan dan kesepakatan yang
disetujui para pihak;
(c)
Dikbangspers sesuai kebutuhan organisasi, alokasi
anggaran yang diprogramkan dan kesepakatan yang
disetujui para pihak;
(d)
Dikiptek sesuai kebutuhan organisasi, alokasi
anggaran yang diprogramkan dan kesepakatan yang
disetujui para pihak;
(e)
seminar/konferensi.
kebutuhan
organisasi,
Dilaksanakan
sesuai
alokasi
anggaran
yang
26
diprogramkan dan kesepakatan yang disetujui para pihak;
dan
(f)
jenis kegiatan kerja sama lain bidang pendidikan
yang dilaksanakan sesuai kebutuhan organisasi, alokasi
anggaran dan kesepakatan yang disetujui para pihak.
d)
Bidang Logistik.
(1)
Slog TNI/Angkatan selaku penyelenggara kegiatan kerja
sama bidang logistik dan menyelenggarakan, mengoordinasikan,
melaksanakan dan mengendalikan kegiatan kerja sama bidang
logistik dengan Angkatan Bersenjata negara lain yang bermanfaat
bagi pelaksanaan tugas pokok TNI dan fungsi logistik khususnya.
(2)
melaporkan secara rutin perkembangan pelaksanaan
kerja sama internasional kepada Panglima TNI/Kas Angkatan.
(3)
kegiatan kerja sama militer yang dilaksanakan antara lain:
(a)
penyusunan perjanjian kerja sama logistik bilateral
(contoh: Mutual Logistics Support Arrangement dan
Implementing Arrangement);
(b)
komite kerja sama logistik bilateral, contoh: Joint
Logistic Sub Committee (JLSC);
(c)
seminar/simposium logistik internasional (contoh:
PASOLS dan Asia Pasific Aviation Safety Symposium);
(d)
Subject Matter Expert Exchange (SMEE);
(e)
pelatihan logistik bilateral/multilateral (contoh:
Mobile Logistics Training Team dan C-130 maintenance
training).
(f)
dukungan logistik timbal balik dalam OMSP.
(g)
kunjungan perwira logistik senior.
Jenis kegiatan kerja sama bidang logistik ke depan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi TNI.
2)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan sebagai
Delegasi:
a)
menyelenggarakan kerja sama internasional sesuai dengan yang
telah diprogramkan;
b)
mengendalikan dan mengawasi terhadap pelaksanaan kerja
sama internasional; dan
27
c)
melaporkan secara rutin perkembangan pelaksanaan kerja sama
internasional kepada Panglima TNI/Kas Angkatan/Staf Umum dan
Balakpus Penyelenggara.
3)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan Terkait:
a)
memonitor pelaksanaan kerja sama
dilaksanakan oleh penyelenggara/delegasi; dan
internasional
yang
b)
memberikan saran/pertimbangan/supervisi terhadap pelaksanaan
kerja sama internasional.
d.
Tahap Pengakhiran.
Pada tahap ini kegiatan yang menonjol adalah
pelaporan kegiatan dan hasilnya kepada Panglima TNI yang akan menjadi
masukan untuk rumusan pelaksanaan kerja sama internasional di lingkungan TNI.
1)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan sebagai
Penyelenggara:
a)
melaporkan
penyelenggaraan
kegiatan
kerja
sama
internasional di lingkungan TNI dengan Angkatan Bersenjata negara
lain dan organisasi internasional lainnya kepada Panglima TNI/Kas
Angkatan dengan tembusan Staf Umum dan Balakpus terkait; dan
b)
membuat laporan evaluasi hasil kegiatan kerja sama
internasional dan mengajukan saran-saran berkaitan dengan hasil
dan manfaat pelaksanaan kerja sama kepada Panglima TNI dengan
tembusan Staf Umum dan Balakpus terkait.
2)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan sebagai
Delegasi:
a)
melaporkan hasil pelaksanaan dan evaluasi kegiatan kerja
sama secara tertulis kepada Panglima TNI/Kas Angkatan dengan
tembusan kepada Staf Umum dan Balakpus terkait; dan
b)
bagi pelaksana kerja sama dalam bidang pendidikan, seminar,
course/trainning perlu melaksanakan paparan pelaksanaan tugas di
Mabes TNI di hadapan Aspers Panglima TNI/pejabat yang ditunjuk
dengan mengundang pejabat terkait.
3)
Staf Umum/Kotama/Balakpus Mabes TNI dan Angkatan Terkait:
a)
menerima dan mempelajari laporan pelaksanaan kerja sama
dengan Angkatan Bersenjata negara lain berkaitan dengan fungsinya;
dan
b)
membuat tanggapan dan saran terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan berkaitan dengan perumusan kebijakan pimpinan
dimasa yang akan datang dengan tembusan Staf Umum dan
Balakpus terkait.
28
16.
Hal-Hal Lain. Pelaksanaan kerja sama internasional TNI dalam kondisi khusus
yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali dan kemampuan para pihak, maka
berlaku ketentuan khusus dengan mempertimbangkan aspek hukum dan doktrin,
kepentingan politik, ekonomi dan anggaran.
a.
Aspek Hukum dan Doktrin. Apabila terjadi kendala atau hambatan yang
menyebabkan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional di lingkunganTNI
tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, maka
kegiatan tersebut dapat ditunda atau dialihkan untuk melaksanakan kegiatan lain
sesuai dengan persetujuan bersama berdasarkan pertimbangan aspek hukum dan
doktrin.
b.
Aspek Kepentingan Politik. Pelaksanaan kerja sama internasional di
lingkungan TNI dapat dilaksanakan dengan Angkatan Bersenjata negara lain,
dengan pertimbangan politik dalam rangka rekonsialisasi politik dan untuk
memelihara persahabatan.
c.
Aspek Ekonomi dan Anggaran.
Kegiatan kerja sama internasional di
lingkungan TNI dilaksanakan secara mendadak atau tidak melalui jalur perencanaan,
dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran dan
keuntungan ekonomi secara umum sedangkan untuk kegiatan kerja sama
internasional yang terprogram/terencana, namun karena kondisi keuangan yang tidak
memungkinkan maka kerja sama tersebut dapat dibatalkan atau dijadwal ulang
(reschedule).
BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
17.
Umum.
Penyelenggaraan kerja sama internasional di lingkungan TNI harus
bermanfaat, saling menguntungkan, dapat meningkatkan profesionalisme dan wawasan bagi
TNI. Oleh sebab itu dalam pelaksanaannya perlu adanya pengawasan dan pengendalian
guna menjamin efisiensi dan efektivitas serta berhasil guna dan berdaya guna.
18.
Pengawasan. Pengawasan dilaksanakan secara hierarkis mulai dari Panglima TNI
sampai dengan pejabat yang ditunjuk/ditugaskan sebagai penyelenggara/delegasi untuk
melaksanakan kerja sama sesuai fungsi/matra:
a.
Panglima TNI melaksanakan pengawasan secara menyeluruh terhadap
kegiatan kerja sama internasional di semua bidang yaitu intelijen, operasi dan latihan,
personel dan logistik yang dilaksanakan oleh Staf Umum/Balakpus/Angkatan sebagai
penyelenggara/delegasi.
b.
Kas Angkatan melaksanakan pengawasan secara menyeluruh terhadap kerja
sama internasional bidang teknis sesuai matra mulai tahap perencanaan sampai
dengan pengakhiran.
c.
Staf Umum/BalakpusTNI/Angkatan penyelenggara melaksanakan pengawasan
terhadap penyelenggara kerja sama internasional sesuai bidang masing-masing.
d.
Staf
Umum/BalakpusTNI/Angkatan sebagai
delegasi melaksanakan
pengawasan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing meliputi aspek
hukum, doktrin, manajemen dan operasional.
29
19.
Pengendalian.
a.
Panglima TNI melaksanakan pengendalian secara menyeluruh dalam kegiatan
kerja sama internasional mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan
sampai dengan tahap pengakhiran dibantu oleh para Asisten Panglima TNI sesuai
bidang masing-masing dan Kapuskersin TNI.
b.
Kas Angkatan melaksanakan pengendalian secara menyeluruh dalam kegiatan
kerja sama internasional bidang teknis sesuai matra mulai dari tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap pengakhiran dibantu oleh para Asisten
Kas Angkatan sesuai bidang masing-masing.
c.
Staf
Umum/Balakpus
TNI/Angkatan
penyelenggara
melaksanakan
pengendalian terhadap penyelenggaraan kerja sama internasional sesuai bidang
mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap
pengakhiran.
d.
Staf
Umum/BalakpusTNI/Angkatan sebagai
delegasi melaksanakan
pengendalian kegiatan kerja sama internasional yang telah diprogramkan mulai dari
tahap penyusunan rencana garis besar pelaksanaan sampai dengan tahap
pengakhiran.
e.
Satker/Balakpus TNI/Angkatan terkait melaksanakan pengendalian memulai
monitoring kegiatan kerja sama internasional mulai dari tahap penyusunan rencana
garis besar pelaksanaan sampai dengan tahap pengakhiran.
BAB VI
PENUTUP
20.
Keberhasilan.
Konsistensi untuk menaati ketentuan yang ada dalam Petunjuk
Administrasi ini akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan di dalam pelaksanaan kerja
sama internasional di lingkungan TNI .
21.
Penyempurnaan.
a.
Hal-hal yang dipandang perlu untuk penyempurnaan pelaksanaan dalam
Jukmin ini, agar disarankan kepada Panglima TNI melalui Dankodiklat TNI dengan
tembusan Kapuskersin TNI sesuai dengan mekanisme umpan balik.
b.
Hal-hal yang belum diatur didalam Jukmin ini yang terkait dengan Mabes
Angkatan akan diatur secara tersendiri oleh Kas Angkatan sesuai kebutuhan dengan
berpedoman kepada Jukmin yang dibuat dan dikeluarkan oleh Mabes TNI.
Kepala Puskersin TNI,
Paraf:
Sespuskersin :
Kapokli
:
Kabagtaud
:
Terta
Tatit Eko Witjaksono, S.E., M.Tr.(Han)
Laksamana Pertama TNI
Download