PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG TERHADAP PENDIDIKAN (Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) DisusunOleh : DARA RAHMITA DEWI NIM : 1110015000122 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 SURAT PBRNYATAAN KARYA TLI\{IAH Saya yang bertanda tangan di baivah ini: Nama : Dara Rahmita Dervi Nim :1110015000122 Tempat/Tgl.Lahir: Jakarta, 18 Agustus 1991 Jurusan : Pendidikan IPS/ Sosiologi Judul Skripsi : Persepsi lvlas1,3p3Lu1 Cina Bentenc l'erhadap Pendidikan Dengan ini menyatakan bahrva: 1. Skripsi ini merupakan hasil kan,a sendiri vans diajukan untuk nremenuhi salah satu persyaratan dalant memperoleh gelar Sarjana Strata (Sl) di Universitas Islarn Negeri Syarif I{idayatullah Jakarta. 2. Semua sumber )rang sava gunakan dalan-r penulisan Skripsi ini telah sava canlumkan sesuai dengart kelcntuan vang berlaku di Unii'ersitas Islan-i Negeri Sl,arif Llidayatullah .lakarta. J. Jika dikemudian hari terbukti bahri'a karl'a ini bukan hasil kary'a asli sal'a ataLr jiplakan dari karl'a orang lain. n-raka sava bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di ulN Syarif Hidal,atullah ,.- " rI ffi-EIE=RAI Jakarta, &,r'*4 TElVl.rP-lEL 'n FEd: -e- 'r 2014 'E----'r"-,--- 535D9ADF190015338 Dara Rahmita Deu'i NrM. 111001500012 PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG TERHADAP PENDIDIKAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial Di Susun Oleh: DARA RAHMITA DEWI NIM. 111001s000122 Dibawah Birnbingan: Dosen Pembimbing I Dosen Penrtrirnbing II fta Anissa \Yindarti. N(.Sc 6 199i02 1 002 NII'. 198208A2 201101 2 005 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERT SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 20ts ilt LSI\IBAR PEN GESAHAN PE]\{BIMBIN G SI(RI PSI Skripsi berjudul Pcrscpsi Masyarakat cina Bcnteng -ferhatrap Pendidikanyang disusun olelr Dara Rahrnita Dewi, NIM I 11001 500ar22, Jumsan Pendidikan Ips, Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan, universitas Islam Negeri Syaril'llidayatullnh Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasarr sesuai ketentuan yang ditetal:kan oleh fakultas. Jakarta, l7 Desember 2014 Yang nrengesahkan. Dosen Penrbirribing I Do.serr Pernbirnbing i I I -).,:.[ ( ltYt\ Anissa WLndarti. I\{.Sc NIP. 19700 6a6 139"702 1 002 NIP. 198208A22A1I01 2 00s LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul "Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan (Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang. Kota Tangerang)" disusun oleh Dara Rahmita Dewi, NIM: 1110015000122, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 15 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta, l5 Januari 2015 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. Iwan Purwanto. M.Pd. i NIP: 1 97304242008011012 S ekretaris (Sekretaris Jurusan /Prodi) tkl: Drs. Syaripulloh. M.Si. *!' NIP: I 96709092007 011033 Penguji I is-| ./.t- Dr. Iwan Purwanto. M.Pd. ls- .-..... NIP: 1 97304242008011012 Penguji II Drs. H. Nurochirh. MM NrP. 19590715 1984031003 Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, NIP: 1 9591 0201 986032001 v Tanda Tangan ABSTRAK DARA RAHMITA DEWI. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap pendidikan (Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang). SKRIPSI. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan, dan Peran Lembaga atau Istitusi Pendidikan. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukasari, kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dan snowball sampling. Istrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Pemerikasaan dan pengecekan data dalam menguji credibility and transferability. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi dokumentasi, teknik wawancara dan observasi. Setelah melakukan penelitian, hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan adalah masyarakat Cina Benteng sudah mengerti arti pendidikan yang sesungguhnya bahwa pendidikan penting dan wajib bagi semua kalangan hal ini didukung oleh peran lembaga atau institusi pendidikan sudah baik dan berperan aktif. Berdasarkan hasil penelitian, tinggi nya Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan memberikan dampak positif baik secara lapisan sosial dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Cina Benteng pada umunya dan taraf kehidupan masing-masing individu pada khususnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Cina Benteng memiliki persepsi yang baik terhadap pendidikan. Kata Kunci: Persepsi Masyarakat Cina Benteng, Pendidikan dan Peran Lembaga atau Istitusi Pendidikan vi ABSTRACT DARA RAHMITA DEWI. Public Perception About Cina Benteng Education. ESSAY. Jakarta : Department of Social Sciences Education Faculty of Tarbiya and Teaching Science State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014 This study aims to determine the perception of Cina Benteng Society about Education, and the Role of Institutions or Education Institution. This research was conducted in the village Sukasari, Tangerang. The research method is descriptive qualitative method. Sampling technique is Purposive sampling and snowball sampling. Instrument of research is interview and observation. Examination and checking of data in testing the credibility and transferability. Of this study using the technique of triangulation method, by adjusting the study documentation, interview and observation techniques. After doing some research, the results in this study is the perception of the Cina Benteng Society about Education is Cina Benteng Society has understood the true meaning of important education and priority for all people this is supported by the role of Institute or education institutions are already well and play an active role about educational process. Based on the results of the research, high perception of Cina Benteng society about education have a positive impact both social strata and improve Cina Benteng people's lives in general and standard living of each individual in particular. Therefore it can be concluded that the Cina Benteng Society has a good perception of education. Keywords: Cina Benteng Public Perceptions, Education and the Role of Institutions or Education Institution vii KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan”. Dalam proses penyusunan Skripsi, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril dan materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang berlipat ganda dan tak terhingga. 2. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS. 4. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS. 5. Dr.Muhammad Arif, M.Pd dan Anissa Windarti,M.Sc, selaku dosen pembimbing yang begitu sabar dalam membimbing saya, meluangkan banyak waktunya untuk memberikan ilmu, nasihat, pengarahan serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. 7. Kedua orang tuaku tercinta, Drs.C.Rukmana Ibrahim, SH,.MH. dan Iyen Eliyeni yang memberikan curahan kasih sayang dan senantiasa memberikan do’a serta dukungan baik secara moril maupun materil dan kakaku Rizki Aji Pamungkas yang memberikan semangat tiada henti serta ketiga adikku yang memberikan warna kehidupan Wahyuni Khairita Dewi, M.Rizki Maulana, dan Agnia Kamila Dewi. 8. Kepala Desa Sukasari Muhammad Zen, S.Sos beserta staf kelurahan yang dengan ramah membantu dalam proses penelitian ini. viii ix 9. Oey Tjin Eng selaku Humas dan Perpustakaan Boen Tek Bio, Terima kasih atas informasi dan telah bersedia memberikan waktunya untuk kelengkapan dan penyempurnaan dalam skripsi ini. 10. Teman-teman HMJ Pendidikan IPS Periode 2013-2014. Dede Nurlatifah, Riska Nurazizah, Nurwakhidah, Fauziah, Lita Jamalia, Anisa Yuni Tetiyani, Ibnu mustaqim, Arif Putranto, Hambali, Fathur Rahman, Via Oktaviani, Inayati Ma’rifah, serta Rahmawati Wulandari. Terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini. Dan teman-teman SosiologiAntropologi 2010,terima kasih atas semua kenangan yang kita lalui bersama. ATK Family terima kasih untuk segala nya. 11. Sahabat seperti keluargaku sendiri, terima kasih atas motivasi nya, telah menemani penulis dalam penelitian suka duka kita bersama, Desstia Loveacna, Yustia Umamah, Farida Hasanah, Mohammad Fakih, Husnul Khotimah, Fauziah Acuy, Ahmad Naufal, Fadli Hakim, Sofa fatia, Mimi, Ayah dan Opek. Semoga kekeluargaan yang terjalin tak lekang oleh waktu. 12. Keluarga CRMC, Terima kasih telah memberikan banyak warna dalam kehidupan dan pelajaran hidup Siti Ngaisah, M. Faishal Ramdhan, Arif Rahman Hakim, Ahmad Nashrullah, Neneng Suwartini, Ardi Muhammad Arsyad, Deli Wani Utami, Misbahudin. 13. Sahabat Tercinta Pinang Siskawati, Durratul Qonitat, Sartika Indriyani, Putri Andiyanti, Ilmar Rasundha, Yogi Hangryawan, Rizal Nur M.Taufik terima kasih telah menjadi tempat keluh kesah penulis serta Komunitas Pecinta Alam “Kutu Gunung Adventure”. 14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa dan bantuannya. Semoga mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin. Jakarta, 29 November 2014 Penulis DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................ iii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................ iv ABSTRAK ............................................................................................................ vi ABSTRACT ......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI......................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv BAB IPENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 7 D. Perumusan Masalah .................................................................................. 7 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8 BAB IIKAJIAN TEORI A. Hakikat Persepsi ........................................................................................ 9 1. Pegertian Persepsi .............................................................................. 9 2. Faktor-faktor persepsi ........................................................................ 12 B. Masyarakat Cina Benteng ......................................................................... 15 1. PegertianMasyarakat ............................................................................ 15 2. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk .............................................. 18 3. Sejarah Kedatangan dan Penyebutan Cina Benteng ............................. 19 4. Sistem Kekerabatan Masyarakat CinaBenteng .................................... 21 5. Mata PencaharianMasyarakat Cina ....................................................... 22 C. Hakikat Pendidikan ................................................................................. 23 1. PegertianPendidikan ............................................................................. 23 x xi 2. Fungsi Pendidikan ................................................................................ 26 3. Lembaga dan Institusi Pendidikan ........................................................ 27 D. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 30 E. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 33 BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian .................................................................... 34 B. Populasi dan Sampel ................................................................................. 35 C. Metode Penelitian ..................................................................................... 38 D. Sumber Pengumpulan Data ....................................................................... 38 E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ................................................ 38 1. Observasi ............................................................................................ 39 2. Wawancara ......................................................................................... 40 3. Dokumentasi ...................................................................................... 43 F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data .............................................. 43 BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Penelitian ......................................................................................... 49 1. Sejarah Masyarakat Cina Benteng ...................................................... 49 2. Potensi Budaya Masyarakat Cina Benteng ............................................................................................................. 56 3. Potensi Sarana dan Prsarana ............................................................... 57 B. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan ................................................................................................................... 59 C. Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ......................................................................................................................... 63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 72 B. Saran ......................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Jumlah Pendidikan Formal Milik Pemerintah di Desa Sukasari............... 55 Tabel 4.2 Jumlah Pendidikan Formal Milik Swasta di Desa Sukasari...................... 55 Tabel 4.3 Jumlah Pendidikan Non Formal di Desa Sukasari.................................... 56 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Instrumen Wawancara Lampiran 2 Hasil Wawancara Lampiran 3 Hasil Observasi Lampiran 4 Dokumentasi Lampiran 5 Surat-surat xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ............................................................. 34 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiongkok atau Chung-Kuo dalam Mandarin artinya negara tengah. Dalam Ensiklopedia, “nama lain baru menjadi popular sekitar abad ke-19 dan awal ke-20 terutama setelah lahirnya Republik Tiongkok tahun 1912. Peranakan Tionghoa sejak itu menyebut negeri leluhurnya “Tiongkok”.1 Sejak saat itu peranakan Tionghoa yang beranggapan bahwa peranakan Tionghoa yang sejak saat itu menyebutnya bahwa leluhurnya Tiongkok dan mengganggap Cina kurang sesuai, melainkan etnis Hakka/Khek, Tio Ciu, Hok Cia, Hokkien, dan Kanton. Etnis itulah yang meminta agar dirinya disebut etnis Tionghoa. Menurut tokoh adat setempat Oey Tjin Eng, “orang-orang Tionghoa mulai berdatangan ke nusantara pada abad ke sembilan, yaitu pada zaman dinasti Tang untuk berdagang dan mencari kehidupan baru. Pada tahun 399414 Fa Hian seorang pendeta dari Tiongkok mengunjungi pulau Jawa dalam perjalannya ke India”.2Migrasi orang Tionghoa ke Indonesia secara besarbesaran. Migrasi yang mencapai puncaknya pada abad kelima belas dan permulaan abad ke dua puluh. Merupakan bagian dari migrasi orang Tiongkok ke seluruh dunia. Dengan berbekal secarik kertas keterangan izin menetap dari pemerintahan Hindia Belanda. Orang Tionghoa bertekad dan berani mencoba mengadu nasib ke negeri baru yang menjadi tumpuan harapannya. Keterangan izin tersebut harus dibayar dan keturunan orang Tionghoa inilah yang menjadi produk sejarah. Berjumlah puluhan juta orang telah menjadi kenyataan yang tidak dapat diabaikan dan dihapuskan dan barangkali harus diterima dengan lapang dada sebagai bagian dari bangsa di setiap negara yang dihuninya. 1 Ensiklopedia Indonesia, Jilid 6, Jakarta : PT.Ichtar Baru, Van Hoeve, h.3561. 2 Oey Tjin Eng, Hasil wawancara mengenai proses masuk nya cina benteng ke Indonesia dan Tangerang. 1 2 Minoritas Tionghoa yang sulit dimengerti sejak permulaan sejarahnya di Indonesia sampai sekarang. Mungkin persoalannya karena sejarah itu belum cukup diselidiki dan diteliti secara mendalam. Dengan pendekatan terbuka lebar pada realitas dan bebas dari prasangka pro dan kontra tidak mudah tentunya. Karena hampir di mana saja, minoritas agak mudah dipermasalahkan disebabkan karena eksistensinya sebagai minoritas. Dalam Ensiklopedia Indonesia, “Tionghoa minoritas adalah peranakan Tionghoa yang hidup di Indonesia, merupakan minoritas yang heterogen dan kompleks”.3 Dan sulit sekali untuk minoritas untuk keluar dan membebaskan diri dari gambarannya, tentunya dipakai juga buat mayoritas, tetapi biasanya lebih manis, tergantung pada sumber nya yang berasal. Soal “minoritas“ agama, ras, etnis, atau kotak-kotakan apa saja biasanya diciptakan “mayoritas“ (dalam arti kekuasaan atau power bukan hanya jumlah orang) yang mencap menurut keperluan dan kepentingan yang menaruh klasifikasi itu, tapi sesegera definisi itu ke luar dan mulai beredar. Untuk mengerti evolusi minoritas, maka diperlukan mengerti sikap, tempat, dan kedudukan suatu minoritas. Tidak ada jalan lain terkecuali mendalami pengertian evolusi minoritas itu. Hal ini untuk membuat agar semakin jelas kompleksitas struktur, konflik dalam dan konflik luar. Hubungannya (dengan segala variasinya) dengan mayoritas (yang juga kompleks dan berbeda-beda), permulaan dan konsekuensi, serta perubahan definisinya sebagai minoritas. Salah satu minoritas tersebut adalah masyarakat Cina Benteng yaitu masyarakat yang menghuni kawasan sekitar sungai Cisadane, kota Tangerang. Melihat hal ini merupakan pekerjaan yang berat tersebut, bagi minoritas (dan mayoritas juga) terus saja digambarkan secara simplisitis. Menurut dongengdongeng biasa dan kasar, yang sering penuh dengan kebencian, hinaan dan sebagainnya yang dimaksudkan untuk mengisolasikan minoritas dan menghilangkan kemanusiaannya. Suatu hal yang pada inti nya adalah untuk membekukan terus status kelompok tersebut sebagai minoritas. 3 Ensiklopedia Indonesia, Jilid 6, Jakarta : PT.Ichtar Baru, Van Hoeve, h.3560. 3 Dilihat dari segi ekonomi masyarakat Cina Benteng menduduki kelas menengah. Kebanyakan dari Cina Benteng bekerja sebagai pedagang. Walaupun di bidang lain seperti pertanian, perikanan, atau pekerjaan yang professional. Dalam hal politik, pada umumnya mereka bersikap pasif. Kehidupan masyarakat cina perantauan menggambarkan fenomena ini. Meskipun berusaha mengikuti arus masyarakat setempat, kehidupan masyarakat Cina Benteng senantiasa dilandasi upaya memelihara tradisi yang diperoleh dari negara asalnya serta tetap memegang teguh kepercayaan yang masyarakat Cina Benteng yakini.Dan seiring berjalan nya waktu masyarakat Cina Benteng mengalami banyak fase pola pikir mengenai pendidikan. Hal ini sangat jauh berbeda dengan gambaran cara berpikir terhadap pendidikan yang dahulu lebih tidak peduli terhadap pendidikan, namun itu semua pudar kian kemari. Masyarakat Cina benteng sadar akan arti penting pendidikan bagi kaum minoritas. Berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dari beragam kebutuhan manusia tersebut semua memberikan dorongan dan motivasi tersendiri untuk berpikir, bertindak, dan berperilaku dan kebutuhan tersusun dari yang paling dasar hingga tingkat yang paling tinggi. Setiap kebutuhan yang paling bawah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk hidup yang tidak akan merasa puas dengan apa yang sudah didapat, kebutuhan tersebut berupa kebutuhan baik fisik, materi, dan psikis. Sebagai manusia yang berpikir, bertindak, dan bertingkah laku dan menjadikan pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar untuk didapatkan setiap manusia. Menjadikan suatu kewajiban yang harus dicapai oleh setiap manusia akan tetapi pandangan mengenai pendidikan jauh dari yang disoroti dari masyarakat Cina Benteng. Keberadaan etnis Cina sebagai etnis minoritas yang berada di Indonesia sering disorot secara umum dan menjadi pokok pembicaraan. Masyarakat ini memiliki karakteristik masing-masing yang dimiliki oleh masyarakat Cina Benteng. Sebagai contoh Cina Tangerang berbeda dengan etnis Cina yang 4 Tersebar dikawasan Indonesia Lainnya. Memiliki karakteristik yang berbeda, hal ini terbukti bahwa masyarakat Cina Benteng yang sampai saat ini mempertahankan kebudayaan yang berasal dari leluhur. Menurut Mumuh Muhsin, dalam buku Ziarah Budaya Kota Tangerang yang ditulis oleh mantan walikota Tangerang, Wahidin Halim, disebutkan “bahwa pada akhir tahun 1800 sejumlah orang Cina dipindahkan ke kawasan Pasar Baru, Tangerang dan sejak saat itu menyebar ke pedesaan pelosok Tangerang”.4Perbedaan ini biasa terjadi karena pengaruh kedatangan, seperti daerah asal, bahasa, pekerjaan, pendidikan, budaya, serta adat istiadat yang mereka huni di tempat yang baru. Rendahnya pendidikan dipandang kemiskinan. Karena rendahnya angka menjadi akar sebuah siklus partisipasi pendidikan dan tingginya angka pengangguran masyarakat dalam yang terdapat dalam masyarakat Cina Benteng. Merupakan dua masalah yang saling keterkaitan yang harus bisa diatasi untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Dengan adanya tingkat pendidikan yang masih rendah, amat sangat sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak yang sesuai dengan meningkatkan taraf ekonomi yang sebanding dengan kebutuhan. Hubungan ini akan terus menjadi suatu siklus yang akan terbelenggu oleh kemiskinan. Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup dalam konteks sosio budaya, oleh karena itu setiap masyarakat pluralistik di zaman modern senantiasa menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi kepentingan kelanjutan (regenerasi) dari masing-masing masyarakat yang bersangkutan. Pada sisi itulah diperlukan pendidikan, Pendidikan yang melampaui aturan didalam tata aturan keluarga untuk meningkatkan harkat dan kepribadian individu agar menjadi manusia yang lebih cerdas. 4 Mumuh Muhsin, Bunga Rampai Rona-rona Sejarah dan Budaya, (Bandung: Izda Prima, 2002), h.185 5 Anwar Arifin menambahkan dan memfokuskan definisi pendidikan yang terdapat dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.5 Karena teramat penting pendidikan bagi masyarakat terutama masyarakat Cina Benteng dalam hal ini. Pendidikan pun melakukan suatu perubahan di segala bidang. Hal ini juga disebabkan oleh kenyataan, bahwa lembaga pendidikan yang benar-benar berakar dalam masyarakat selalu turut serta karena terpengaruh oleh perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan ini bermula dari satu faktor kepentingan masyarakat untuk mengubah suatu kualitas kehidupannya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam pendidikan. Menekankan dimana pendidikan dalam rangka mencerdaskan anak bangsa dan mengarah kepada kehidupan bangsa yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia seutuhnya, yakni manusia yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang seimbang dan sesuai dengan tuntutan kehidupan pembangunan tanpa terkecuali masyarakat Cina benteng yang ingin menjadi bagian tersebut. Persepsi masyarakat Cina kini terhadap pendidikan digambarkan dengan masyarakat yang jauh lebih peduli terhadap pendidikan dan lebih mendominasi lebih mementingkan pendidikan dibandingkan dengan sektor lain jauh dari persepsi sebelumnya. Karena dengan jalur pendidikan masyarakat Cina Benteng berpaham akan mengangkat derajat dan martabat 5 Anwar Arifin, Paradigma baru pendidikan nasional: dalam Undang-undang Sisdiknas (N0.20 Tahun 2003), (Jakarta : Balai pustaka, 2005) , h.175. 6 melalui mobilitas sosial yang dialami dan mengangkat lapisan sosial di masyarakat pada umunya. Tingkat pendidikan masyarakat di Tangerang sudah mengalami peningkatan secara bertahap hal ini terbukti sudah banyak sekolah-sekolah dan Instansi pendidikan di Tangerang. Hal ini membuktikan bahwa warga Tangerang sadar akan arti penting pendiidkan untuk masa kini dan masa yang akan datang. Sadar akan arti penting pendidikan akan membawa kearah positif dimana menuju kepada kesejahteraan masyarakat demi meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik. Hal ini diperlukan adanya peran lembaga dan institusi pendidikan agar lebih terarah sebagai jembatan demi kemajuan pendidikan pada masyarakat Cina Benteng. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memilih untuk meneliti pelaksanaan Masyarakat Cina dan persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan. Yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah penelitian dengan berjudul “Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan(Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)“. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan Masyarakat Cina Benteng yang sadar akan arti penting pendidikan bagi kaum minoritas. Sehingga secara tidak langsung menjadi suatu acuan bagi masyarakat minoritas menjadi pendidikan suatu ladang bagi kesejahteraan kelangsungan hidup kaum minoritas. 2. Masyarakat Cina Benteng banyak mengalami kesenjangan hidup dan kesenjangan sosial disekitar lingkungannya menjadikan rendah nya motivasi akan arti penting pendidikan. 3. Adanya perbedaan persepsi pada masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan dari waktu ke waktu. 4. Peran Lembaga dan institusi pendidikan bagi masyarakat Cina Benteng 7 C. Pembatasan Masalah Agar pembatasan masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan, dan keterbatasan dana, pembatasan masalah dalam penelitian ini agar lebih fokus dan terarah. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan dibatasi pada: 1. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan. 2. Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Pada Masyarakat Cina Benteng D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan? 2. Bagaimana peran Lembaga dan Institusi Pendidikan pada masyarakat Cina Benteng? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan antara lain: 1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan 2. Untuk mengetahui lebih jelas peran lembaga dan institusi Pendidikan Pada Masyarakat Cina Benteng 8 F. Manfaat Penelitian Pada penelitian ini adapun manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis adalah manfaat yang diambil untuk mendapatkan teori baru tentang persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan sehingga dapat menambah wawasan berfikir untuk dapat dijadikan dasar bertindak bagi lembaga pendidikan dan masyarakat pada umunya, baik oleh penulis ini dan penulis lainnya. 2. Manfaat Praktis Yang dimaksud manfaat praktis pada penelitian ini adalah manfaat yang bisa secara langsung didapat oleh pihak terkait dalam penelitian ini yaitu masyarakat Cina benteng. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah studi yang turut mampu mengembangkan segala aspek kehidupan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan. 3. Bagi Lembaga, penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan dalam meningkatkan perkembangan pendidikan di wikayah Cina Benteng. 4. Bagi Penulis, penelitian ini dapat memberikan pengalaman, wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang sosiologi dan sejarah. BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Persepsi 1. Pengertian Persepsi Perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan berbagai macam pandangan dan asumsi masyarakat yang semakin berkembang. Dalam dunia pendidikan dan cara pandangan masyarakat tersebut dan persepsi masyarakat. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokan, memfokuskan, dan sebagainya yang selanjutnya diinterpretasi, persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organorgan bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak”.1 Dalam hal proses pencarian informasi yang dipahami tersebut maka persepsi dilakukan harus dimengerti oleh panca indera dan semua panca indera harus memahami nya dengan sangat baik agar terjadi berpikir tentang orang lain dengan baik dan seimbang sebagaimana kecenderungan memahami pengetahuan tentang orang lain dengan baik dan sejalan dengan mengetahui kehidupan sosial orang lain dengan lebih baik. Fattah Hanurawan menambahkan dan memfokuskan definisi persepsi adalah : Persepsi adalah sejenis aktivitas pengelolaan informal yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya, persepsi sosial individu merupakan proses pencapaian pengetahuan dan proses berpikir tentang orang lain, misal berdasarkan pada ciri fisik, kualitas, bahkan pada kepribadiannya. Individu membangun gambaran tentang orang lain dalam upaya menetapkan, memungkinkan, meramalkan, dan mampu mengelola dunia sosialnya. Dalam konteks ini, apabila seseorang memiliki pengetahuan tentang kecenderungan orang lain ia akan mudah 1 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum , ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.86. 9 10 memahami perilaku orang lain itu di masa lalu, masa sekarang, serta di masa yang akan datang.2 Melihat masyarakat dengan lingkungannya jelas bahwa dalam proses berpikir tentang orang lain dapat ditangkap dengan panca indera dan ciri fisik yang tampak dari luar yang dilihat secara langsung baik indera pendengaran, penglihatan, maupun peraba. sedemikian rupa langsung ditangkap oleh otak manusia dengan memhami perilaku baik dari segi perilaku yang bersifat dilakukan terus-menerus dengan dilakukan sewaktu-waktu bahkan hanya beberapa waktu diukur berdasarkan perputaran waktu. Menurut Abdul Rahman Saleh, “persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan pengindraan”.3 Bahwa persepsi kemampuan membedakan, mengelompokan, dan lebih memspesifikan perhatian terhadap satu objek rangsangan dan diterima dengan baik apa yang sudah dirangsang. Dalam proses pengelompokan persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek yang diterima.penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, dalam konteks ini disebut sebagai dunia persepsi agar menghasilkan suatu penginderaan yang bermakna. Banyak ahli Psikologi yang memaparkan pengertian tentang Persepsi, salah satunya adalah Rita L.Atkinson dan Richard C.Atkinson, “persepsi adalah proses di mana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan”.4 persepsi adalah proses penggabungan sensasi, fenomena persepsi dianggap tergantung pada 2 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1, 2010), h.34. 3 Abdul Rahman Saleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, ( Jakarta: Kencana, 2009), Ed.1.Cet.4, h.110. 4 Rita L.Atkinson dan Richard C.Atkinson, Pengatar Psikologi I, (Bandung: PT.Gelora Aksara Pratam, 1983), h.204. 11 proses yang lebih tinggi peringkatnya, jadi studi tentang persepsi sangat berkaitan dengan tentang proses kognitif, seperti ingatan dan berpikir. Irwanto menambahkan bahwa, “persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti”.5 Karena persepsi terjadi setelah suatu penginderaan, karena rasa manis dapat diinterpretasikan secara amat berbeda tergantung apa yang menjadi penyebabnya, dan dari konteks yang lebih luas (kebiasaan , selera, dan keinginan yang dimiliki). Akan tetapi proses yang diterima oleh rangsangan sangat penting artinya. Penginderaan ini lah yang membuat kita sadar akan adanya rangsangan. Menurut Brian Fellow yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ”persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi”.6 Makna pesan yang ditangkap oleh organisme baik dalam diri ataupun dalam otak harus dipelajari dengan baik, seseorang tidak lahir makna dari rasa gula itu manis melainkan harus membedakan dari rasa tersebut kemudian panca indra mempunyai andil dan berperan dalam mengartikan hal tersebut. Pendengaran juga mempunyai fungsi untuk meneruskan ke otak begitu pun dengan indra visual ataupun peraba. Dan memperolah kesadaran apa yang terjadi di sekeliling kita. Berdasarkan beberapa pengertian persepsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah kemampuan untuk menbedakan, mengelompokan, dan memfokuskan yang dijabarkan berdasarkan saat seseorang menerima stimulus dari orang lain dan dunia luar yang dirangkap berdasarkan organ-organ bantunya masuk kedalam otak. Persepsi merupakan merupakan keadaan dimana terhadap stimulus yang 5 Irwanto, Psikologi Umum, ( Jakarta : PT.Gramedia, 1989), h.71. Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2012), h.180. 6 12 diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, perasaan, pengalamanpengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Sebuah pengaruh dan kemampuan membedakan, mengelompokan serta memfokuskan lebih spesifik terhadap satu objek. Dan dengan diterima nya dengan baik oleh respon maka rangsangan itu telah baik pula. Proses penggabungan sensasi, fenomena persepsi dianggap tergantung pada proses yang lebih tinggi peningkatannya. Persepsi terjadi setelah suatu penginderaan, karena rasa manis dapat diinterpretasikan secara amat berbeda tergantung apa yang menjadi penyebabnya, dan dari konteks yang lebih luas (kebiasaan, selera, dan keinginan yang dimiliki). 2. Faktor – faktor Persepsi Banyak faktor yang berperan dalam persepsi menurut Fattah Hanurawan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial, menjelaskan bahwa “objek yang dipersepsi adalah Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian besar stimulus datang dari luar individu”.7Alat Indra, syaraf dan pusat susunan syaraf yaitu untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respon syaraf motoris. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah peristiwa sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. 7 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1, 2010), h.37. 13 a. Faktor Fungsional Yang Menentukan Persepsi Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal–hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai factor personal. Faktor- faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi latin disebut sebagai kerangka rujukan (frame of reference) yang mempengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya. Menurut Mc.David dan Hariri yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi menjelaskan bahwa, “para Psikologi menganggap konsep kerangka rujukan ini sangat berguna untuk menganalisis interpretasi spiritual dari peristiwa yang dialami”.8 b. Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi Faktor- faktor Struktural berasal dari sifat stimuli dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Menurut teori Gestalt yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat menjelaskan bahwa “bila kita mempersepsi keseluruhan. Kita sesuatu, tidak kita mempersepsi melihat sebagai suatu bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya”.9 Persepsi dilakukan secara keseluruhan tanpa terbagi-bagi dan bukan pula dilakukan hanya sebagian sebagaimana ketika dilakukan rangsangan maka yang lain merespon dan bagaimana dapat menafsirkan dari hasil respon tersebut ketika sistem yang dileburkan oleh rangsangan maka setiap sistem syaraf seluruhnya akan menerimanya. c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial Faktor Penerima yaitu Apabila seseorang mengamati orang lain yang menjadi objek sasaran persepsi dan mencoba untuk memahaminya, tidak dapat disangkal bahwa pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantara karakteristik kepribadian 8 Jalaludin Rahmat,Psikologi Komunikasi, ( Bandung: PT.Remaja Rosadakarya, 2005 ), h.90. 9 Ibid, h.151 14 utama itu adalah konsep diri, nilai, sikap, pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya. Fattah Hanurawan, lebih jauh menyatakan bahwa : Seseorang yang memiliki konsep diri (self concept) tinggi dan selalu merasa diri secara mental dalam keadaan sehat, cenderung melihat orang lain secara memberi semacam kerangka dalam diri seseorang untuk melakukan dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistik, dibandingkan dengan seseorang yang memiliki konsep diri rendah, nilai dan sikap seseorang tidak lagi memberi sumbangan bagi pendapat seseorang tentang orang lain. Orang yang memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi sosial yang berbeda dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi seseorang. Harapan-harapan sering kali penilaian terhadap orang lain ke arah tertentu.10 Dari berbagai pengertian diatas baik menurut para ahli maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pencarian informasi dengan menggunakan alat indera baik indera peraba, penglihatan, pendengaran dan sebagainya serta berfikir tentang orang lain dimana manusia dengan lingkungannya dan bagaimana individu menggambarkan terhadap orang lain baik dalam meramalkan mengamati dan mencirikan bagaimana gambaran orang lain tersebut dalam dunia sosial nya serta proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan dengan apa yang diterima stimulus oleh alat indra, kemudian ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan kemudian individu baru menyadari tentang seuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu dapat menyadari dapat mengerti tentang lingkungan yang ada di sekitarnya tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Sebagai proses yang diterimanya rangsangan melalui panca indra didahului oleh perhatian sehingga indivu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun yang terdapat dalam diri individu. 10 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1, 2010), h.37. 15 B. Masyarakat Cina Benteng 1. Pengertian Masyarakat Konsep mengenai masyarakat sudah sering kita dengar dan tidak asing lagi. Meskipun demikian secara mudah dapat diartikan bahwa masyarakat itu berarti sekumpulan warga namun banyak konsep masyarakat itu sendiri dan sangat sulit dipahami. Menurut Munandar Soelaeman, “dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul, adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur kekuatan lain”.11 Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia terkait dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi oleh orang lain. Melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respon positif dari orang lain. Menurut Koentjaraningrat, “masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi”.12 Setiap kesatuan manusia yang berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus dan dan adanya saling berinteraksi memang penyebab bahwa dari suatu kolektif manusia itu akan saling berinteraksi. Kemudian memungkinkan para warganya yang secara intensif dan aktif untuk berinteraksi dengan siklus yang terus berulang-ulang yang menjadikan potensi cara berinteraksi dengan potensi yang lebih tinggi. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi merupakan masyarakat, akan tetapi karena suatu 11 Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, ( Bandung: Penerbit Eresco, 1993), Cet ke- 6, h.63. 12 h.144. Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002), 16 masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat jika memiliki ikatan lain yang khusus contohnya, sekumpulan orang yang berkerumun di loket antrian konser biasanya kita anggap sebagai masyarakat, karena meskipun kadang-kadang berinteraksi tetapi hanya terbatas karena tidak mempunyai suatu ikatan yang khusus melainkan perhatian kepada tiket konser tersebut. Menurut S.Nasution, “masyarakat adalah sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia, masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang sangat besar maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya. Dua orang atau lebih dapat merupakan kelompok, tiap orang menjadi anggota keluarga yang terdiri atas ibu-ayah dan anak, dan sebagainya”.13 Dengan demikian masyarakat digambarkan terdiri atas kelompok dan meliputi seluruh umat manusia. Abu Ahmadi menuliskan pernyataan M.M. Djojodiguno di dalam bukunya mengenai definisi masyarakat, bahwa ”masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama anatara manusia dengan manusia”.14 Dengan demikian, masyarakat digambarkan yaitu sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan, tradisi, dan sikap perasaan yang sama dan khusus dalam kehidupan bersama yang selarasa dan seimbang. Sudah dipastikan bahwa setiap masyarakat memiliki kebudayaan, dengan nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat mengetahui apakah layak atau tidak, pantas atau tidak, baik atau seharusnya. Nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut dapat bersifat positif dan negatif, apabila positif yakni apa yang diinginkan dan negatif yakni apa yang tidak diinginkan, semisal soal kebersihan, kesopanan, atau penipuan dan kekerasan.kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial. 13 14 S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010), h.60. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Penerbit Bina Aksara 1988), h.96-97. 17 Koentjaraningrat, “menjabarkan kebudayaan berasal dari kata latin colore yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala daya upaya sserta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.”15 Menurut Soerjono Soekanto, “kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya”.16 Kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan masyarakat juga terbatas didalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat, disamping adat istiadat, ada kaidah-kaidah yang dinamakan peraturan (hukum) yang biasanya sengaja dibuat untuk mnegatur dan mempunyai sanksi tegas peraturan yang mewujudkan agar suatu keserasian dan meperhatikan halhal yang bersangkut-paut dengan keadaan dalam masyarakat tersebut. Menurut T.O. Ihromi, “kebudayaan merupakan hasil proses belajar, kebudayan merupakan cara berlaku yang dipelajari, kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis atau pewaris melalui unsur genetis. Perlu ditegaskan hal itu agar dapat dibedakan perilaku budaya dari manusia dan primat lain tingkah laku yang hampir selalu digerakan oleh naluri”.17 Setiap manusia dipengaruhi oleh insting dan naluri yang walaupun bukan termasuk bagian dari kebudayan, namun mempengaruhi kebudayaan. 15 Koentjaraningrat, Op.Cit., h.182 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.155. 17 T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Edisi 12, h.18. 16 18 2. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk Kota Tangerang terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat, tepatnya di sebelah Barat Kota Jakarta. Wilayah ini sekarang bukan lagi bagian Jawa barat melainkan Banten karena sejak tahun 1999 ketika Banten memisahkan diri dari Jawa Barat dan menjadi Provinsi Banten, Tangerang menjadi menjadi salah satu bagian wilayahnya.’ Menurut Mumuh Muhsin, “kota Tangerang terbagi atas 13 Kecamatan, yaitu Kecamatan Batu Ceper, Kecamatan Benda, Jatiuwung, Karang tengah, Cipondoh, Cibodas, Ciledug, Karawaci, Neglasari, periuk, Pinang, dan kecamatan Tangerang. Secara geografis Tangerang memiliki letak yang Strategis, karena berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Tangerang Selatan”.18 Sebagai daerah yang sedang berkembang, kota Tangerang mempunyai Visi dan Misi. Untuk mewujudkan visi pengembangan Kota Tangerang sebagai kota Industri dan perdagangan yang modern, sebagai tuntutan zaman pemerintah kota Tangerang harus menggerakkan dan mengarahkan Kota Tangerang yang mandiri baik dari sektor apapun. Visi kota Tangerang yaitu “menuju kota industri, perdagangan dan pemukiman yang ramah lingkungan dalam masyarakat yang ber-akhlaqulkarimah “. Misi adalah suatu kemauan yang kuat dengan memperhatikan kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan umum untuk mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada akhir dan kurun waktu tertentu yang menyiratkan tujuan-tujuan yang harus dicapai sebagai prasyarat terwujudnya visi. dari rumusan visi diatas, dapat diuraikan misi Kota Tangerang adalah : 1. Memulihkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publi 3. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan mewujudkan pemerintahan yang ramah lingkungan . 18 h.181 Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima), 19 Di kota Tangerang Inilah, terdapat tempat ibadah tertua Cina yang disebut Klenteng Boen Tek Bio.Terletak di Jalan Bakti No.4 Sukasari, Kecamatan Tangerang. Di sekitar kawasan itu juga terdapat tempat tinggal, pasar dan masyarakat Cina Benteng mendiami kawasan tersebut. keberadaan klenteng Boen Tek Bio, yang didirikan sekitar tahun 1684, ini sangat erat kaitannya dengan sejarah Kota Tangerang. Melihat sisi keagamaan yang dianut oleh masyarakat Tangerang, Khususnya masyarakat Cina Benteng, sangat variatif. Sama seperti keagamaan yang tersebar di daerah-daerah lainnya di Indonesia, agama islam menduduki jumlah penduduk yang mayoritas pemeluknya, sebanyak 10.948 jiwa. Dan penduduk agama Budha berada di peringkat kedua, sebanyak 5.949, termasuk khonghucu dan Tao di dalamnya. 3.Penyebutan Cina Benteng Masuknya orang Cina ke Indonesia sudah terjadi sejak abad ke 3 masehi dengan melalui jalur perdagangan. Kedatangan orang Cina secara besar-besaran terjadi pada abad ke 18 untuk mencari penghidupan yang lebih baik di luar Tiongkok. Mereka yang datang ke Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu Hokkian, Tio Chiu, Hakka, Hainan, dan Henghua.19 Menurut Mumuh Muhsin, “mendaratnya rombongan Halung di muara Cisadane sedikitnya membawa tujuh kepala keluarga dan membawa sekitar 100 orang berada di kapal karam itu. Rombongn ini kemudian menghadap Sanghyang Anggalarang untuk memohon pertolongan”.20 Gelombang kedua, kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang dalam buku “Nusa Jawa Silang Budaya“. pada tahun 1740 di bawah pimpinan Gubernur Jendral Andrian Valkenier telah terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat Cina, lebih dari 10.000 19 M.Iksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h.vii. 20 Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima), h.184. 20 orang Cina di benteng Belanda dibantai oleh Belanda, mereka adalah korban berbagai peraturan yang ruang geraknya dibatasi Belanda, mereka dituduh merencanakan pemberontakan dan ingin menghancurkan VOC(venenigde Oostindische Compagnie). Belanda berhasil memadamkan pemberontakan tersebut mengirimkan orangorang cina ke daerah Tangerang untuk bertani. Menurut Oey Tjin Eng, “Belanda mendirikan pemukiman bagi orang Cina pondok -pondok yang dikenal dengan nama: Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren, Pondok Kacang dan sebagainnya. di sekitar tegal Pasir atau Kali Pasir, Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal dengan nama petak Sembilan”.21 Perkampungan ini kemudian dengan bertambahnya waktu berkembang menjadi pusat perdangan dan telah menjadi bagian dari Kota Tangerang. Dan rencananya kawasan ini akan dijadikan sebagai Kota Wisata Tangerang oleh pemerintah Kota Tangerang. daerah ini terletak di sebelah Timur Sungai Cisadane, daerah pasar lama. berbicara mengenai sejarah Cina Benteng sulit dipisahkan dari kawasan Pasar lama karena sebagai suatu pemukiman pertama bagi masyarakat Cina Benteng di Tangerang. Persaingan perdangangan yang keras terjadi antara Banten dan Batavia (Jakarta saat ini). Di suatu pihak, kompeni Belanda mendesakkan keinginannya untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah kesultanan Banten. akan tetapi di pihak lain, sultan Banten sendiri mempertahankan sistem perdagangan bebas dan kedaulatan negara. Karena kerasnya persaingan itu, terjadilah konflik politik dan akhirnya terjadi konflik senjata. Dalam suasana konflik itulah, kawasan Tangerang terjadi daerah pertahanan dan merangkap sebagai medan pertempuran serta daerah rebutan antara Batavia dengan Banten. Kemudian Banten membangun benteng pertahanan di sebelah barat Sungai Cisadane dan pihak kompeni Belanda membangun benteng pertahan di sebelah timur Sungai Cisadane untuk menahan serbuan Banten yang hendak merebut kembali Batavia dari tangan Belanda. Benteng itu sekarang sudah rata dengan tanah. Akan 21 Pemaparan Oey Tjin Eng, yang merupakan keturunan Cina Benteng yang merupakan Humas sekaligus kepala Klenteng Boen Tek Bio. 21 tetapi sangat disayangkan tidak ada keterangan tahun berapa benteng tersebut didirikan. Itulah sebabnya m dahulu daerah Tangerang dikenal dengan nama “Benteng“ dan saat ini masih segelintir orang yang menyebutnya demikian. Jadi, Cina Benteng merupakan Masyarakat Cina yang tinggal di Benteng (Tangerang). Cina Benteng berbeda dengan Cina peranakan pada umunya yang berkulit putih. Cina Benteng memang sering diidentifikasikan dengan orang Cina yang berkulit Hitam atau gelap. Sehingga sulit dibedakan dengan “orang kampung“ Pribumi atau masyarakat lokal. 4. Sistem Kekerabatan Masyarakat Cina Benteng Menurut William A.Haviland, “para ahli Antropologi banyak memberi perhatian pada cara orang memberikan nama kepada sanak keluarga mereka dalam berbagai masyarakat”.22 Apa yang terungkap dalam peristilahan kekerabatan itusudah pasti dapat peroleh gambaran yang baik tentang struktur keluarga, hubungan-hubungan mana yang dianggap dekat atau jauh, dan kadang terlihat sikap terhadap hubungan yang mana yang dianggap penting.23 Koentjaraningrat menambahkan bahwa, kedudukan perempuan dahulu bagi orang Cina sangat rendah. pada masa waktu kecil, saudara lakilaki mereka memperlakukan mereka dengan sangat baik, tetapi pada waktu meningkat dewasa mereka dipingit dirumah. Setelah menikah, seorang perempuan harus tunduk kepada suaminya. mereka tidak mendapat bagian dalam kehidupan diluar rumah. Keadaan seperti itu sudah lama ditinggalkan. Seorang perempuan dapat mengikuti perkumpulan perkumpulan, sekolah dan dalam kehidupan ekonomi peranan pembantu suaminya dalam perdagangan memegang peranan penting dalam kehidupan mereka. Pada masa sekarang ini, wanita berhak mendapat harta yang sama dengan laki- laki dalam hal 22 William A.Haviland, Antropologi edisi keempat jilid 1, Jakarta : Erlangga , h.378 . Ibid , h. 380. 23 22 warisan. bahkan, kadang mendapat tugas untuk mengurus abu leluhurnya sehingga suami yang harus ikut tinggal dirumah orang tuanya. dengan naiknya kedudukan wanita, tidak ada lagi kecenderungan untuk memiliki anak laki- laki. Dalam sistem kekerabatan, masyarakat Cina Benteng menganut sistem patrilinear. Karena itu hubungan dengan kerabat pihak ayah lebih erat, tetapi perkembangan sekarang menunjukan hubungan antara keluarga pihak ibu sama eratnya dengan pihak ayah.24 Kedudukan perempuan dalam orang Cina sangat rendah pada zaman dahulu dan pada dasarnya lebih bangga jika memiliki anak laki-laki. 5. Mata Pencaharian Masyarakat Cina Benteng Sebagian besar masyarakat Cina di Indonesia sekarang memang hidup dari perdagangan dan hal ini suatu fakta terutama di Jawa. Dan diantaranya kebanyakan dari mereka adalah orang hokkian. Orang Hakka di Jawa dan Madura banyak yang menjadi pedagang, tetapi banyak juga menjadi pengusaha industri kecil. Di Sumatera orang Hokka bekerja di Pertambangan, sedangkan di Kalimantan Barat banyak yang menjadi petani. Keberadaan Cina Benteng menegaskan bahwa tidak semua orang Cina mempunyai posisi kuat dalam bidang ekonomi. Dengan keluguannya, mereka bahkan tidak punya akses politik yang mendukung posisinya di bidang ekonomi. Realitas Cina Benteng yang tinggal di pusat kekuasaan politik dan ekonomi menunjukan, masyarakat etnis cina sesungguhnya sama dengan etnis lainnya. Ada yang punya banyak uang, tetapi ada pula yang hidup dibawah garis kemiskinan, jika melihat di belakang bangunan kelenteng Boen Tek Bio, masih ada masyarakat Cina Benteng yang berprofesi menjadi nelayan tepatnya di sungai Cisadane, atau tukang becak yang penghasilannya tidak menentu tiap harinya sehingga sulit untuk menutupi semua kebutuhan. 24 Koentjaraningrat, manusia dan kebudayaan di Indonesia , cet ke – 22 , Jakarta : Djambatan, 2007 . h.364. 23 Jika ditambah lagi kalau melihat masyarakat Cina Benteng yang tinggal di daerah pesisir pantai khusus nya kawasan Tanjung Pasir dan Tanjung Kait masih terdapat masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan bahkan masih terdapat rumah mereka yang terbuat dari bilik bambu. Hal itu sangat berbeda dengan kehidupan di perkotaan, yang umunya berprofesi sebagai pedagang dan dapat dikategorikan sebagai kelas menengah. C. Hakikat Pendidikan 1.Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan suatu sarana sebagai usaha manusia dalam membina atau membimbing diri menuju kepribadian dan pengetahuan yang lebih baik. Banyak para ahli memaparkan pandangannya mengenai pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah mengajarkan peserta didik dalam menuju kedewasaan yang lebih baik. Pendidikan bersifat sarat nilai, karena masyarakat menentukan apa-apa yang akan dan tidak akan diteladani. Pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk mmenumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Menurut Yudi Latif, “selain itu, dalam pengertian yang umum, pendidikan juga diartikan dengan proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia lain dalam rangka pencapaian kedewasaan”.25 Pengertian sederhana dan umum tersebut tentu saja tidak berarti menyederhanakan persoalan pendidikan, karena sesungguhnya jika dilihat secara mendalam maka pendidikan adalah merupakan suatu proses yang sistematis, hierarkis, dan berkesinambungan dalam konteks pencapaian hasil yang diharapkan. 25 Yudi Latif, Menyemai karakter bangsa , budaya , kebangkitan berbasis kesasteraan. (Jakarta : Kompas Media Nusantara , 2009 ), h. 83. 24 Selain itu pendidikan dalam penegertian yang sempit ini juga berimplikasi pada lingkungan pendidikan dimana lingkungan pendidikan tidak berlangsung dimanapun dalam lingkugan hidup, tetapi di tempat tertentu yang telah ditentukan dan direkayasa secara sekolah, biasanya berbentuk kelas tempat belajar sebagai hasil rekayasa manusia, dan pendidikan merupakan rekayasa pengembangan kemampuan sebagai persiapan menjalankan tugas-tugas hidup dalam masyarakat. dalam pengertian sempit, bentuk pendidikan adalah terstruktur. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan merupakan lembaga formal yang diciptakan khusus untuk menyelenggrakan kegiatan pendidikan tertentu yang harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, yang secara teknis dikendalikan oleh guru. Peran guru dalam penyelenggaraan bentuk-bentuk kegiatan pendidikan adalah sentral. Guru mengendalikan penyelenggaraan bentuk-bentuk kegiatan pendidikan sejaka perencanaan samapai dengan penilaian pendidikan, sejak dari awal sampai akhir proses pendidikan. Dalam Pengertian yang luas menurut Muhibbin Syah, “pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.26 Berikut adalah pendapat para ahli mengenai pendidikan adalah sebagai berikut : a. 26 Langeveld Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pendewasaan itu, atau lebih tepat membantu cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. pengaruh ini datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditunjukan kepada orang yang belum dewasa.27 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT.Rosdakarya, 2009), h.10. Hasbullah, Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persad , 2008) h.2. 27 25 b. c. d. e. f. John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan – kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesame manusia. ia juga menyatakan bahwa “ Education is the process without end “, atau pendidikan itu adalah suatu proses tanpa akhir. Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu, tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.28 Hoogveld Mendidik ialah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawab nya sendiri. S.A.Branata, dkk pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya. Rosseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. Berdasarkan pendidikan pengertian diatas, secara substansial memiliki kesamaan pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses yang melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka pelestarian nilai-nilai dan budaya dan norma yang berkembang di masyarakat. Dari beberapa pendapatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses bimbingan, tuntunan dan pimpinan yang didalamnnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainnya. Tugas pendidikan adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tahap ke tahap kehidupan anak didik sampai mencapai titik kemampuan yang optimal, dari tidak mengerti sampai dengan mengerti 28 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar Ilmu Pendidikan & Dasar – dasar pelaksanaan pendidikan . ( Jakarta : UIN Jakarta press , 2006 ) h.1. 26 2. Fungsi Pendidikan Menurut Payne fungsi pendidikan itu ada 3 macam: a. Asimilasi dari tradisi-tradisi. Di sini mengakui bahwa asimilasi adalah merupakan hal yang penting. Payne menggambarkan proses asimilasi dari tradisi sebagai imitasi dan tekanan sosial. b. Pengembangan dari pola-pola sosial yang baru. Kalau ada masalahmasalah yang baru, maka perlu dopecahkan misalnya: masalah perkembangan penduduk, masalah urbanisasi, masalah pekerjaan, masalah penempatan wanita di dalam pekerjaan. c. Kreatifitas atau peranan yang bersifat membangun di dalam pendidikan. Kreatif adalah kemampuan pemikiran yang bersifat asli. Jadi ide-ide yang asli itu bersifat kreatif, ada kenyataan kemudian timbul ide yang asli.29 Fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan institusional. Arti dan tujuan struktural menuntut terwujudnya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses kependidikan baik dilihat dari segi vertikal maupun dilihat dari segi horizontal di mana faktor pendidikan dapat berfungsi secara interaksional (saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain). Arti dan tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi itu di lembagakan untuk lebih menjadi proses pendidikan berjalan secara konsisten dan berkesinambungan mengikuti kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang cenderug ke arah tingkat kemampuan yang optimal dan lebih baik. 29 Ibid, h.74. 27 3. Lembaga dan Institusi Pendidikan a. Pengertian Lembaga dan Institusi Pendidikan Menurut kamus Bahasa Indonesia, “lembaga adalah badan (Organisasi) yang tujuannya melakukan suatu peneyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.” Sedangkan institusi didalam kamus ini diartikan sebagai “sebagai lembaga; badan yang dilembagakan oleh undang-undang, adat atau kebiasaan (seperti perkumpulan, paguyuban, organisasi sosial, dsb); gedung tempat diselenggarakannya kegiatan perkumpulan atau organisasi”.30Jika kedua nya disatukan dan diartikan pada dasarnya kata institusi mengacu pada lembaga atau organisasi disini yang menjadi fokus utama adalah manusia yang ada didalamnya diikat oleh kegiatan tertentu. Dalam hal ini suatu lembaga merupakan perwujudan konkret dalam suatu ide atau perwujudan sistem atau pranata dalam masyarakat. Maka hal ini Lembaga tak dapat dipisahkan dari sebuah sistem yang konkret yang dapat terwujud jika didalamnya mau menjalankan roda atau sistem yang ada.memang hal ini benar adanya bahwa lembaga dan pranata menjadi kesatuan yang saling mendukung satu sama lain. b. Lembaga dan Institusi Pendidikan Lembaga pendidikan merupakan Jembatan Seseorang untuk mewujudkan impiannya bilamana pendidikan sebagai aset seseorang untuk mengemban dan mewujudkan hidup kearah yang lebih baik dan pada hakikat nya sebagai wadah sosialisasi nilai-nilai yang murni di masyarakat. Maka hal ini pranata pendidikan merupakan pranata yang penting dalam masyarakat. Manusia yang terdapat dalam institusi pendidikan tersebut diantaranya Tenaga Pengajar seperti: Guru, Dosen. Dan Tenaga Pendukung seperti Adminsitrasi, Pegawai, dsb. Yang paling penting adalah anak didik.anak didik menjadi komponen utama dalam pendidikan 30 Tim Penyusun (Deddy Sugono, dkk), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.1240. 28 sebab sebagai penggerak dan sebagai subjek maupun objek dalam pendidikan. Menurut Nasution, “belajar dari sejarah perkembangannya, lembaga pendidikan yang ada di Indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja.”31 Dalam Pendidikan Nasional, pendidikan dikelola oleh keluarga atas tanggung jawab sekolah dan masyarakat. Sehingga kemudian di masyarakat berkembang dengan baik dan signifikan dan memiliki peran yang berbdea-beda. Lembaga pendidikan yang pertama informal atau keluarga, dalam hal ini pembentukan karakter pertama adalah keluarga, kemudian formal atau sekolah yang lebih banyak pada penalaran murid, dan kemudian pendidikan nonformal atau masyarakat yang lebih menenakan pada karakter sosial yang terjadi di masyarakat. 1). Lembaga Pendidikan Formal Menurut Anwar Arifin, “Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.32Pendidikan berjenjang disini adalah pendidikan dasar untuk sekolah dasar, pendidikan menengah untuk tingkat sekolah mengengah pertama, dan pendidikan tinggi untuk sekolah menengah atas. Pendidikan yang diselenggrakan oleh sekolah atau perguruan tinggi yang pada fase pendidikan ini dengan cara sistematis dan bertingkat. Dengan ketentuan dan syarat yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dari berkembang secara efektif dan efisisen dari dan teruntuk masyarakat. Merupakan wadah yang berkewajiban kepada generasi muda untuk mendidik warga negara. 31 Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara) Cet.2, h.152. Anwar Arifin, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 32 h.176. 29 Lembaga pendidikan merupakan hasil dari karya yang riil berkat pranata atau institusi pendidikan dalam masyarakat. Menurut Koentjaraningrat, “pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan penerangan dalam hal ini pendidikan manusia bertujuan untuk menjadikan anggota masyarakat yang berguna adalah educational institutions”.33 Dalam hal ini, berarti institusi pendidikan merupakan sebuah lembaga atau organisasi yang fokus pada pengembangan pendidikan manusia yang ada didalamnya. Manusia yang terdapat dalam Institusi pendidikan diantaranya adalah tenaga pengajar (guru, dosen), tenaga pendukung seperti tenaga administrasi, tenaga kebersihan, tenaga kesehatan , tenaga keamanan, dan lainnya. Dan yang paling utama adalah anak didik ( siswa atau mahasiswa) karena komponen ini mempunyai fungsi sebagai penggerak suatu Institusi pendidikan, obyek dan sekaligus subyek. Menurut Nasution, “salah satu alasan pada zaman penjajahan adalah bahwa urusan penduduk selama ini diserahkan kepada raja masing-masing karena Belanda tidak ingin mengganggu adat istiadat setempat”.34Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang jalur pendidikan yang mempunyai jalur yang jelas, yang sesuai dan sistematis. Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi dalam ruang lingkup masyarakat. Sebagai jembatan generasi muda untuk mencapai pendidikan yang lebih baik. 2). Lembaga Pendidikan NonFormal Untuk mengahsilkan pendidikan yang lebih bermutu tidak hanya diraih di sekolah formal saja melainkan di lembaga nonformal. Menurut Anwar Arifin Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pendidikan nonformal diselenggrakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan 33 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi revisi 2009 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h.136. 34 S.Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h.22. 30 pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka ,mendukung pendidikan sepanjang hayat”.35 Dalam masyarakat pada umunya pendidikan nonformal berfungsi sebagai mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan dan keterampilan peserta didik. Dalam pendidikan nonformal diselenggrakan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan pengetahuan, kecakapan hidup, mengembangkan potensi, mengembangkan profesi, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 3). Lembaga Pendidikan Informal Dalam Pendidikan Informal tempat belajar dapat dimana saja dan kapan saja. Tidak ada persyaratan, tidak ada program yang berjenjang, dan tidak ada program yang direncanakan. Menurut Anwar Arifin Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 27 ayat (1) “kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”.36 Pendidikan informal ini terutama berlangsung ditengah keluarga dan adapula di lingkungan sekitar. Kegiatan pendidikan tanpa adanya organisasi yang ketat, tanpa adanya program yang berjenjang, dan tanpa adanya evaluasi. Pendidikan informal memberikan pengaruh kuat kepada kepribadian seseorang. D. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tentang Persepsi Masyarakat ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian terkait hal tersebut, diantaranya adalah: 1. Penelitian milik Tendi (2012) yang berjudul “Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Tentang Pendidikan Di Desa Andamui, Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat (Tinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan Abraham Maslow). Menyimpulkan bahwa mengetahui tingkat 35 36 Arifin, op. Cit., h. 189. Ibid, h. 190. 31 kesadaran masyarakat tentang pendidikan, seberapa jauh peran lembaga/institusi pendidikan, dan hirarki kebutuhan Abraham Maslow. Penelitian ini dilakukan di Desa Andamui, Ciwaru, Kuningan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling.Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji credibility dan transferabilitypenelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi dokumentasi, teknik wawancara, dan observasi. Tingkat kesadaran masyarakat tentang pendidikan masih rendah, peran lembaga/institusi pendidikan lainnya, dan persepsi masyarakat tentang pendidikan dari segi teori Maslow menunjukan bahwa pendidikan bukanlah bagian dari kebutuhan dasar.37 2. Penelitian milik Caerih Nurlinda Sari yang berjudul “Persepsi Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu terhadap pendidikan formal (penelitian deskriptif kualitatif di Desa Krimun, Losarang Kab.Indramayu). Menyimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi komunitas suku Dayak Hindu-Budha dengan menggunakan metode penelitian yang digunakan adalah pengambilan data adalah wawancara, angket dan observasi. Hasil penelitian menunjukan Persepsi Komunitas HinduBudha Segandu terhadap pendidikan formal adalah ditemukan konsep bahwa sikap kelompok aliran kepercayaaan yang dipimpin oleh Takimad Diningrat yang tidak mengharuskan komunitas dan anajnya bersekolah dengan alasan banyak orang pintar tapi tidak benar. Hasil perhitungan angket menunjukan prosentase 39.17% 37 Tendi, Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Tentang Pendidikan Di Desa Andamui, Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat (Tinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan Abraham Maslow), (Jakarta: Uin Press, 2012).,h.vi. 32 persepsi Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Segandu Pendidikan Formal ini termasuk kategori persepsi tidak baik.38 3. Penelitian milik Zainudin (2012) yang berjudul “Pemberdayaan Pendidikan Keluarga dalam membentuk kepribadian melalui komunikasi Islami (Studi Kasus di Semanggi I RT.003/03 Kel.Cempaka Putih, Ciputat Timur). Menyimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan studi eksploratori, mencoba menggali berbagai informasi mengenai keluarga sebagai institusi sosial pertama bagi individu dan konseptualisasi komunikasi islami dalam membentuk kepribadian anak dalam lingkungan keluarga. Ditinjau dari tempat karya ilmiah ini memakai metode penelitian lapangan/field research sehingga yang menajadi objek penelitiannya keluarga Semanggi I RT.003/03 Kelurahan Cempaka Putih-Ciputat Timur. Penelitian ini menggunakan data kualitatif pengamatan, wawancara, dan penelaahan sumber pustaka.dari hasil penelitian ditemukan beberapa metode komunikasi dalam lingkungan keluarga komunikasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.adapun dalam implementasinya dapat menggunakan metode qaulan sadidan, nasehat, cerita, dan diskusi sebagai bentuk komunikasi verbal. Adapun komunikasi nonverbal dapat dilakukan dengan metode teladan. Terdapat pengaruh pada kepribadian anak yang mana orang tua yang cakap dalam berkomunikasi memiliki anak-anak yang penurut, berani dan mudah bergaul. Sedangkan orang tua dengan komunikasi dalam pola asuh menguasai memiliki anak-anak yang penakut, kurang bergaul dan berprikebadian lemah.39 38 Chaerih Nurlinda Sari, Persepsi Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu terhadap pendidikan formal (penelitian deskriptif kualitatif di Desa Krimun, Losarang Kab.Indramayu), (Jakarta: 2012)., h.vi. 39 Zainudin, Pemberdayaan Pendidikan Keluarga dalam membentuk kepribadian melalui komunikasi Islami (Studi Kasus di Semanggi I RT.003/03 Kel.Cempaka Putih, Ciputat Timur), (Jakarta: 2012)., h.vi. 33 E. Kerangka Berfikir Pendidikan pada masyarakat minoritas merupakan hak kaum minorotas untuk mengenyam pendidikan sebagai hak warga negara untuk mendapatkan pengajaran, namun tidak lah mudah bagi masyarakat Cina Benteng dalam mempelajarinya dan masyarakat Cina Benteng butuh dorongan atau motivasi serta peran aktif seorang yang tanggap terhadap pendidikan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Cina Benteng hidup pada garis kemiskinan, selain alasannya kurang tanggap nya mereka terhadap pendidikan dan masih rendah nya mereka yang sadar akan arti penting nya pendidikan. Motivasi merupakan syarat yang mutlak demi terciptanya agar mendorong Masyarakat Cina Benteng untuk lebih tergerak dalam pendidikan khusus nya meningkatkan ekonomi mereka dengan adanya peningkatan Pendidikan. Untuk itu sebagai seorang yang sadar akan pendidikan baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat diharuskan mampu menjadi pendorong sekaligus pendobrak dan motivator yang ulung bagi peningkatan motivasi Masyarakat Cina Benteng. Gambar 2.1 KerangkaBerpikir Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Melihatbagaimanapartisipasidanpe rilaku masyarakat Cina Benteng menjalankan dan menanggapi sebuah pendidikan pada masa kini. Meliputikegiatan pendidikan Formal, NonFormal, dan Informal pada masyarakat Cina Benteng. Arti Penting Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan diDesa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kabupaten Tangerang. Karena desa ini dihuni oleh masyarakat Cina Benteng dan masyarakat yang memiliki perkapita rendah namun secara fisik terlihat sejahtera. Pendidikan masyarakat pun tidak terlalu tinggi, sehingga desa ini dianngap cocok untuk melakukan penelitian. Adapun tempat yang menjadi objek penelitian ini adalah Kelenteng Boen Tek Bio, yang beralamat di Jalan Bhakti No.14 Pasar Lama, Tangerang dan masyarakat Cina Benteng, yang beralamat di Jalan Kisamaun pasar lama, Tangerang. Ada beberapa hal yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut yaitu, alasan yang paling mendasar adalah bahwa kedua tempat tersebut cukup menarik perhatian bagi peneliti, sehingga lebih tertarik dalam meneliti dan Ingin mengetahui sejauh mana pandangan masyarakat cina benteng terhadap pendidikan. 2.Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai dari kegiatan pendahuluan, pelaksanaan, sampai kegiatan akhir penelitian. Peneliti datang langsung kelapangan dengan maksud untuk observasi, wawancara serta studi dokumentasi terhadap objek yang diteliti. Waktu yang dibutuhkan dalam proses penelitian adalah empat bulan mulai akhir Juni 2014 sampai dengan Oktober 2014, penelitian ini akan berakhir jika semua data telah cukup lengkap untuk diolah oleh penulis. Tetapi batas waktu tersebut masih bersifat tentatif, sehingga jika sewaktu-waktu masih memerlukan data, penulis dapat mengunjungi lokasi penelitian. 34 35 Adapun jadwal penelitian yang penulis buat agar penelitian ini dapat berlangsung lebih terarah. Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Kegiatan Juni 1 2 Juli 3 4 1 2 3 Agustus 4 1 2 3 September 4 1 2 3 4 Oktober 1 2 3 4 Izin di lokasi penelitian Observasi lokasi penelitian Penyusunan Bab 1-3 Pengumpulan data Pengolahan data dan Bab 4 Penarikan kesimpulan dan Bab 5 Penulisan Laporan B.Populasi dan Sampel penelitian Menurut Sugiyono, “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.1 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Cina Benteng yang berada di kawasan klenteng Boen Tek Bio, yang beralamat di Jalan Bhakti No.14 pasar lama, Tangerang. 1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 297 36 Sugiyono menambahkan bahwa, “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.2 Berdasarkan karakteristik yang dijelaskan diatas bahwa pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Menurut Sugiyono mengatakan bahwa, “puposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang suatu kondisi politi di suatu daerah, maka sumber datanya adalah orang yang ahli politik”.3 Sedangkan mengenai teknik snowball sampling, Sugiyono menguraikan bahwa, “snowball samplingadalah teknik penetuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar”.4 Dengan begitu, ketika menetukan sampel, mulamula memilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan orang tersebut belum bisa mendapatkan data yang lengkap, maka peneliti mencari orang lain yang dilihat lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan sebelumnya. Karena dalam penelitian ini, peneliti memadukan dua teknik penentuan sampel yakni teknik puposive sampling dan teknik snowball sampling. Maka objek penelitian teknik purposive sampling adalah hanya digunakan untuk kepala desa, sekretaris desa, dan humas klenteng Boen Tek Bio atau ahli sejarah wilayah setempat sedangkan teknik snowball sampling digunakan untuk memilih masyarakat Cina Benteng saja. Karena populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Cina Benteng yang berada di kawasan Klenteng Boen Tek Bio, yang beralamat di Jalan Bhakti No.14 pasar lama, Desa Sukasari, Kota Tangerang. Karena peneliti merasa sangat luas nya subjek penelitian maka peneliti mencoba mengkrucutkan masyarakat Cina Benteng ini dengan menjadi masyarakat Cina Benteng yang berada pada usia produktif yaitu antara usia 15 tahun hingga 64 tahun. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012) , cet. 7, h. 81 3 Sugiyono, op. Cit., h. 85 4 Ibid., h. 300 37 C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif kualitatif, yaitu metode yang menggambarkan bagaimana keadaan yang sebenarnya dari fenomena yang diteliti. Metode penelitian inimuncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang realitas atau kenyataan serta fenomena atau gejala sosial yang dipandang sebagi sesuatu yang utuh dan penuh makna. Menurut Sugiyono, “metode kualitatif ini sering disebut dengan penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif”.5 Penelitian deskriptif kualitatif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang aktual sebagaimana peneliti melakukan kegiatan penelitian. Deskripsi pada penelitian ini untuk menggambarkan persepsi masyarakat Cina benteng terhadap pendidikan. Menurut Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, “penelitian deskriptif sendiri adalah penelitian yang berusaha untuk menentukan pemecahan masalah yang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis data dan menginterpretasikannya”.6 Dalam hal studi kasus adalah analisa kehidupan sosial misalnya satu atau beberapa kelompok sosial, masyarakat, organisasi, atau individu. Studi kasus menggambarkan sebagai metode naturalisticdimana paling mengutamakan teknik observasi langsung dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus, dan dengan wawancara mendalam. Penelitian deskriptif 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012) , cet. 7, h. 14. 6 Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, Metodologi Penelitian,, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet. 1, h. 44. 38 kualitatif dengan menggunakan analisa kasus sering digunakan untuk mengenalkan masyarakat yang unik dan maslaha-masalah yang dihadapi yang sulit dihadapi sebuah masyarakat dan individu. D.Sumber Pengumpulan Data Dalam dunia penelitian, data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar keabsahan dan kekuatan sebuah penelitian, data merupakan bahan mentah berkaitan dengan fakta yang terdapat di lapangan, Adapun sebagai sumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sumber data primer Sumber data primer yang memberikan data langsung dalam penelitian ini. Adapun yang dimaksud dengan sumber data primer adalah , sumber data yang diperoleh dari kepala desa, humas klenteng Boen Tek Bio dan masyarakat Cina Benteng dengan wawancara dan observasi pada bagian yang berkaitan yang terdapat pada masyarakat Cina Benteng tersebut. 2. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari penelitian, namun berbeda dengan data primer, data sekunder adalah data yang diperoleh dari data-data yang sudah ada pada humas klenteng Boen Tek Bio hingga kepala Desa Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang seperti data kependudukan, Monografi kelurahan dan data dari klenteng Boen Tek Bio mengenai informasi terkait masyarakat Cina Benteng. E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Teknik merupakan alat bantu atau cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi data. adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 39 1. Observasi Langkah yang pertama adalah dalam pengumpulan data dengan menggunakan Observasi atau pengamatan, kegiatan observasi ini merupakan lagkah yang digunakan demi melengkapi data dengan cara terjun langsung ke masyarakat lalu mengamati masyarakat Cina benteng tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto “Observasi seringkali mengartikan sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seuluruh alat indra”.7 Pengumpulan data dengan menggunakan observasi ini merupakan langkah awal dari dua teknik pengumpulan data selanjutnya dalam penelitian ini. Hubungan antara ketiganya diperlukan dalam proses pemeriksaan atau pengecekan dan keabsahan data. Karena kevalidan data didapatkan dari lapangan sangat ditentukan oleh ketiga teknik pengumpulan data. Tabel 3.2Pedoman Observasi No Data yang Diperlukan 1 Kondisi Sosial Masyarakat Cina Benteng 2 Interaksi Sosial Masyarakat Beberapa Individu yang dijadikan sampel Cina Benteng Area Sekitar Klenteng Boen Lingkungan Sekitar Klenteng Boen Tek Tek Bio Bio 3 4 7 Agenda Masyarakat Cina Benteng Objek yang Diamati Lingkungan sekitar Tempat Masyarakat Cina Benteng tinggal Kegiatan rutin Masyarakat Cina Benteng Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik., (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.13, h.156. 40 5 Partisipasi warga Kegiatan warga saat agenda Masyarakat Cina Benteng 6 Partisipasi Warga dalam Pendidikan Pemanfaatan Klenteng Terhadap Interaksi Warga Pandangan warga mengenai pendidikan Arti Penting Pendidikan pada Masyarakat Cina Benteng Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal 7 8 rutin Kegiatan Warga dalam pemanfaatan Klenteng 2. Wawancara Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan.8 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan pemasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.9 Wawancara untuk keperluan penelitian berbeda dengan percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya dimaksudkan untuk memperoleh keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari seseorang (yang lazim disebut responden) dengan berbicara langsung dengan orang tersebut. Dengan demikian, wawancara berbeda dengan ngobrol, bercakap-cakap, dan 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik., (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.13, h.155. 9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta) , h.194. 41 beramah-tamah.10 Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan. Guna untuk menggali infomasi dari responden, peneliti akan menelaah terlebih dahulu hasil studi dokumentasi yang dilakukan. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur. Menurut Sugiyono, “wawancara terstruktur dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan”.11Selain menggunakan bantuan instrumen wawancara maka hal ini peneliti sebagai pedoman wawancara harus membawa instrumen wawancara dapat juga dibantu dengan handphone sebagai alat perekam suara dan gambar material lain agar yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka.Responden yang akan dipilih beserta jumlahnya, maka peneliti akan menyesuaikannya dengan mempertimbangkan kualifikasi dan kriteria responden tentunya yang sesuai dengan teknik purposive sampling. Lalu menentukan jumlahnya dengan kebutuhan kelengkapan data sebagaimana yang dilakukan dalam teknik snowball sampling. Kisi-kisi wawancara akan dilakukan serta yang disusun dengan mengembangkan dari dua variabel utama tujuan yang hendak dicapai degan mengidentifikasi variabel-variabel yang diteliti, menjabarkan variabel menjadi 10 dimensi-dimensi, mencari indikator dari setiap dimensi, Bagong suyanto dan sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kenacana, 2007). Ed.1,Cetakan ke-3, h.69. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kunatitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012). Cet.Ke-15, h.197. 42 mendeskripsikan kisi-kisi instrumen, merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen. Dengan 9 responden sebagaimana dituliskan di dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Dimensi Persepsi Masyarakat Cina Indikator Pendidikan Terakhir 10 kegiatan atau pekerjaan sehari-hari Benteng Pendapatan dan pengeluaran Terhadap Usaha untuk melanjutkan pendidikan Pendidikan Jumlah Usaha untuk menyekolahkan anak Pengaruh teman dan lingkungan sosial dalam pendidikan Budaya sosial belajar masyarakat Persepsi tentang pendidikan Persepsi personal mengenai pendidikan sebagai kebutuhan diantara yang lainnya Persepsi sosial mengenai posisi kebutuhan pendidikan dinatara yang lainnya Peran lembaga Pemaparan mengenai lembaga dan institusi dan Institusi pendidikan formal, nonformal, informal. Pendidikan Mengidentifikasi lembaga dan institusi pendidikan formal. Jarak tempuh antara lembaga dan institusi pendidikan formal. Kondisi lembaga dan institusi pendidikan formal, informal, nonformal. Peran dan pengaruh lembaga dan insitusi pendidikan formal, nonformal, informal terhadap individu 6 43 Peran dan pengaruh lembaga dan Institusi pendidikan formal, nonformal, informal terhadap masyarakat 3. Dokumentasi Langkah terakhir dalam melakukan pengumpulan data dengan metode dokumentasi mengenai profil masyarakat Cina Benteng berdasarkan datadata serta dokumen berdasarkan dari data yang di dapat dari pemerintahan Desa setempat dan klenteng Boen Tek Bio, serta sumber-sumber lainnya. oleh karena itu, langkah terakhir penelitian dilakukan dengan penelaahan data-data mengenai profil kawasan Masyarakat Cina Benteng, baik dari segi struktur sosial, perubahan sosial, data pendidikan, tradisi, budaya, mata pencaharian masyarakat Cina Benteng. Tabel 3.4 Pedoman Dokumentasi No Data yang Diperlukan Dokumen yang Dibutuhkan 1 Kependudukan Monografi 2 Kependidikan Daftar Jenjang Pendidikan Masyarakat Cina Benteng di Desa Sukasari. 3 Anggota Klenteng Boen Daftar anggota Klenteng Boen Tek Bio Tek Bio 4 Agenda kerja Klenteng Program Kerja Klenteng Boen Tek Bio Boen Tek Bio dan Masyarakat Cina Benteng 5 6 Bukti Kegiatan Klenteng Foto-foto kegiatan Klenteng Boen Tek Boen Tek Bio Bio Bukti kegiatan Foto-foto kegiatan Masyarakat Cina Masyarakat Cina Benteng Benteng 44 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Menurut Irawan Soehartono, “dalam pengumpulan data sudah dilakukan, maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis, dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah dengan melakukan “editing” ini berarti hasil wawancara harus diteliti satu per satu tentang kelengkapan pengisian dan jawaban dari responden”.12 Menurut Sugiyono, “pemeriksaan data atau editing adalah pemeriksaan dan meneliti kembali data yang telah terkumpul adalah langkah pertama tahap pengolahan data. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul tersebut baik sehingga segera dapat dipersiapkan untuk tahap analisis berikutnya”.13 Fungsi editing disini adalah bahwa apabila dalam wawancara apabila masih kurang lengkap dalam setiap pertanyaan yang dilontarkan satu per satu maka dari butir pertanyaan dan pernyataan yang tidak di jawab untuk mengatasinya meberikan dua alternatif yaitu dengan cara jika butir pertanyaan tidak terjawab bersifat acak, artinya tidak terpusat pada saru nomor tertentu saja.maka untuk mengisi butir diberikan nilai rata-rata dari semua nilai yang diisi oleh responden, Jika semua pertanyaan sudah dilontarkan dan diteliti, maka langkah selanjutnya adalah dengan pembuatan kode untuk pertanyaan. Menurut Irawan Soehartono, “Kesulitan akan dihadapi dalam membuat kode untuk pertanyaan terbuka. Dalam arti yang sebenarnya, kesulitannya bukan terletak pada pembuatan kodenya, melainkan dalam membuat penggolongan atas jawaban yang beraneka ragam”.14 12 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, ( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011), cet ke 1 s.d 7, h.89 13 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2002), h.93. 14 Soehartono, op. Cit., h.89. 45 Maka untuk mengetahui penggolongan kode nya yang perlu dilakukan adalah dengan mencatat penggolongan dari jawaban yang bervariasi dan dan diketahui terlebih dahulu berbagai macam variasinya. Setelah mengetahui variasi jawabannya, maka dibuat penggolongan jawaban tersebut. Dengan demikian pembuatan kode ditentukan dengan sebelum penelitian, langkah pertama dalam pembuatan kode adalah dengan mempelajari jawaban yang diberikan responden, kemudian memutuskan perlu tidaknya dibuat pengklasifikasian kategorisasi jawaban.langkah ini bertujuan setiap pertanyaan atau variabel, dan pemberian kode untuk setiap jawaban merupakan isisi pokok buku kode. Menurut Sugiyono, “Metode penelitian kualitatif ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas atau fenomena atau gejala. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, dan penuh makna”.15 Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara dengan responden, observasi yang telah dituliskan dalam lembar observasi lapangan, dokumentasi berupa foto-foto pada saat wawancara dan pengamatan pada saat observasi dilakukan dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut maka metode analisa yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data kemudian menyusun, menyajikan, baru kemudian menganalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut. Pada saat menganalisa data hasil observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti menganalisa pada data tersebut. Dalam proses analisis data, ada beberapa langkah pokok yang harus dilakukanyaitu: 15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.1. 46 1. Tahap persiapan Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah mengecek nama dan kelengkapan identitas dan kelengkapan identitas pengis, memeriksa dan mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi, instrument pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen barangkali ada yang terlepas atau sobek) dan mengecek macam-macam isian data. 2. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan mempermudah peneliti gambaran untuk yang lebih jelas, dan melakukan selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. pengumpulan data 16 3. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie chard, pictogram, dan sejenisnya.Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami.17 4. Penarikankesimpulandanverifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan 16 Sugiyono, MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung : Alfabeta, 2012), h.338. 17 Ibid. h.341. 47 kesimpulan yang kredibel.18 Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu konfigurasi gemini. Kesimpulan juga memproses dan meringkas agar lebih cepat lewat pemikiran peneliti. Serta bagaimana mencatat dari hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti. Peneliti harus dapat menarik kesimpulan secara jelas. Menurut Sugiyono, “ada empat kriteria dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengukur keabsahan data uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferbility, dependability, dan confirmability”.19Credibility yaitu kepercayaan, transferability yaitu keteralihan, dependability yaitu ketergantungan, dan confirmability yaitu kepastian. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode triangulasi, menurut Lexy J Meleong, trianggulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya”.20 Tujuan triangulasi data dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan. Trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode,21 artinya peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi data dengan sumber ini antara lain dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan key informan. 18 Ibid. h. 345. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 366. 20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002), h.178 21 Hudri, Said. “Keabsahan Data Instrumen Penelitian”, http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/keabsahan-data-instrumen-penelitian.html, 05 Oktober 2014 19 48 Trianggulasi data dilakukan dengan cara, pertama, membandingkan hasil pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya. Kedua, membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Membandingkan data hasil wawancara pertama dengan hasil wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan ini bukan masalah kesamaan pendapat, pandangan, pikiran semata-mata. Tetapi lebih penting lagi adalah bisa mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan. Pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data ini menunjukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada pengolahan data dan pengumpulan data. Pengujian triangulasi dengan strategi triangulasi metode dilakukan untuk mencapai keabsahan data dari penelitian deskripstif ini dengan credibility dan transferability. Dalam hal ini peneliti menggunakan ketiga teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi, wawancara, dan observasi sebagai penguji triangulasi metodenya. Hal ini akan menghasilkan penelitian yang bisa di pertanggung jawabkan validitasnya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Penelitian 1. Sejarah Masyarakat Cina Benteng Semenjak dasarwarsa kedua 1600-an antara Banten dan Batavia terjadi persaingan perdagangan. Pihak kompeni Belanda mempunyai keinginan untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah kesultanan Banten. Namun pihak lain, Sultan Banten sendiri mempertahankan sistem perdagangan bebas dan kedaulatan negara. Karena kerasnya persaingan itu, akhirnya berkembang mejadi konflik politik dan konflik senjata. Pada tahun 1652, konflik yang terjadi masih sebatas konflik senjata secara tertutup, konflik yang terjadi pada tahun 1659 konflik berubah menjadi perang terbuka. Dalam suasana konflik tersebut, kawasan Tangerang menjadi daerah pertahanan sekaligus medan pertempuran serta rebutan antara Banten dan Batavia. Dalam perkembangannya Banten membangun benteng pertahanan sebelah barat sungai Cisadane dan pihak kompeni Belanda membangun benteng pertahanan di sebelah timur sungai Cisadane. Oleh karena itu, dahulu daerah ini dikenal dengan nama benteng, baru kemudian dikenal muncul dengan nama Tangerang. Dengan mengarahkan serdadu kompeni secara besar-besaran, terutama serdadu sewaan yang bersasal dari kalangan nusantara sendiri. Akhirnya pada tahun 1809 kesultanan Banten dihapuskan, seluruh wilayahnya dimasukan ke wilayah pemerintahan Hindia Belanda, sejak saat itu, berakhirlah kedudukan Tangerang sebagai daerah tapal batas kuasa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Dalamhal initerjadi perubahan pemegang status pemegang daerah itu, yang semula berstatus sebagai daerah yang menjadi daerah perebutan antara Banten dan Batavia 49 50 merubah status menjadi daerah partikelir secara perseorangan perusahaan. Hal ini menimbulkan tuan tanah di daerah ini yang umunya terdiri atas orang Belanda dan orang Cina. Selain menguasai tanah atas orang Belanda dengan menguasai tanah garapannya dan lingkungannya. mereka juga menguasai penduduk yang bermukim di lahan itu. Akibat hal itu terjadi perdebatan yang mencolok antara tingkat kesejahteraan tuan tanah dengan tingkat kesejahteraan penduduk pribumi. Hal ini tuan tanah lebih berkuasa dibandingkan dengan pejabat pemerintahan. Situasi dan kondisi demikian membentuk struktur karakter masyarakat tersendiri dilingkungan tanah partikelir. Masalah pendidikan hampir tak tersentuh oleh masyarakat pribumi. pendidikan hanya diemban melalui segelintir orang saja, mereka belajar informal dari guru agama secara individual. Peran dan kedudukan orang Cina dan jawara dalam masyarakat Tangerang sangat berpengaruh besar dan banyak sebagian tanah dikuasi oleh masyarakat Cina Tangerang bahkan tanah milik tuan tanah Cina hampir tak terhitung jumlahnya disana. Pada umumnya masyarakat Cina Benteng mendiami tempat yang disebut kampung pecinan. Masyarakat Cina yang tinggal di Kota Tangerang cukup banyak, yaitu hampir seperempat dari jumlah penduduk Kota Tangerang. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila kebudayaan Cina mewarnai kebudayaan setempat. Hal ini dapat dilihat dari makanan khas, upacara adat, dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat kota Tangerang. Riwayat Cina Benteng yang didapat dari keterangan para terdahulu, katanya, di Tangerang. Menceritakan dahulu ada benteng yang letaknya di tepi sungai Cisadane. Fondasi benteng yang kini posisinya kira-kira di belakang plaza Tangerang sudah terendam air.dalam Ensiklopedi Van 51 Nederlands Indi memang ada keterangan yang menguatkan penuturan tersebut. Dijelaskan istilah benteng bersasl dari sebuah benteng yang dibangun Belanda di tepi sungai Cisadane. Untuk menahan serbuan Banten yang hendak merebut kembali Batavia dari tangan Belanda. Awal kehadiran orang Tionghoa di Tangerang. Kitab Layang Parahyang yang berbahasa sunda kuno mengisahkan pendaratan serombongan orang Tionghoa di pantai utara Tangerang dan bermukim di sana. Itu sebabnya di kawasan tersebut terdapat nama pangkalan atau teluk naga yang mengacu pada pertama kali kedatangan orang Tionghoa di Tangerang. Kisah lain, pada tahun 1740 terjadi pemberontakan besar masyarakat Tionghoa di Indonesia yang menyebabkan pembantaian sekitar 10.000 orang Tionghoa tak berdosa oleh Belanda, banyak diantara mereka pergi menyelamatkan diri ke Tangerang dan sekitarnya. Pemerintahan kolonial Belanda memang mencatat banyaknya tanah milik partikelir di kawasan tersebut. Bahkan hingga tahun 1940-an tanah milik para tuan Tioghoa masih tak terhitung jumlahnya. Meski orang luar menyeragamkan sebutan Cina Benteng untuk etnis Tionghoa di Tangerang. Di kalangan masyarakat Cina Benteng sendiri dikenal dengan istilah “benteng” dan “udik”. Sebutan Benteng mengacu untuk kawasan kota, sementara daerah luar kota disebut udik (selatan). Secara harfiah, udik (hulu sungai) merupakan lawan kata ilir (hilir sungai). Udik dapat pula bermakna selatan berlawanan dengan ilir atau utara sebab sungai Cisadane di Banten mengalir dari selatan ke utara. Namun prakteknya, istilah udik tidak saja diterapkan untuk tempat di selatan tapi juga di utara. Hal unik dari Masyarakat Cina Benteng yaitu karena mereka memiliki budaya yang khas tersendiri yang berbeda denga warga Cina pada umunya, masyarakat Cina Benteng telah mampu berkulturasi dan 52 beradaptasi dengan lingkungan dan kebudayaan lokal. Mereka tidak lagi menggunakan bahasa Cina, bahkan logatnya pun sudah sangat sunda pinggiran bercampur Betawi, tetapi meskipun begitu mereka mampu berakulturasi dan beradaptasi dengan penduduk, masyarakat Cina Benteng masih mempertahankan dan melestarikan adat istiadat nenek moyang mereka yang sudah ratusan tahun. Penampilan fisik “Cina Benteng” unik, karena kadang cukup sulit dibedakan dengan “orang pribumi”, setelah membuka percakapan dengan masyarakat Cina Benteng, barulah menyadari bahwa tengah berhadapan dengan orang Tionghoa. Apalagi perkawinan campur antar etnik kerap terjadi. Tak heran anak-anak masyarakat Cina Benteng sudah tidak kelihatan wajah asli cinanya. Umunya orang Cina Benteng mengidentifikasi diri sebagai orang Cina. Sedang etnik melayu atau pribumi (sunda) disekitarnya disebut dengan kampung. Namun hubungan antar etnik ini sangat baik. Harmonis dan rukun. Dikarenakan merasa tanah kelahirannya sama. Istilah “orang kampung” sendiri dimaksudkan sebagai orang yang punya kampung. Jadi sama sekali tidak mengandung arti peyoratif (melecehkan). Keistimewaan masyarakat Cina Benteng adalah kesetiaan pada tradisi leluhur. Arsitektur dan tata letak rumah masih mempertahankan nilai-nilai leluhurnya dari negeri Tiongkok. Hampir semua pakem model rumah Tiongkon masih diikuti. Termasuk penggunaan pasak sebagai pengganti paku. Meski tak semua rumah terbuat dari kayu. Ada yang dibuat dari bambu dengan teknik anyaman. Demikian pula tradisi yang masih dipertahankan adalah pelaksanaan upacara tradisional. Berbagai upacara yang di daerah lain sudah hilang atau tidak dilakukan lagi. Masih bisa disaksikan di sini yakni upacara perkawinan Ciotau . Upacara Ciotau sebenarnya merujuk pada inisiasi menuju kedewasaan. Dilakukan menjelang pernikahan 53 seseorang. Namun sekarang identik dengan perkawinan tradisional lengkap baik kostum maupun ritualnya. Seiring dengan semakin terbukanya Tangerang serbuan budaya luar pun makin gencar. Masyarakat Cina Benteng harus sedikit berkompromi dengan tuntutatn zaman. Banyak diantara masyarakat Cina Benteng yang mengirimkan anak-anaknya yang sudah lulus dari perguruan Tinggi atau akademi. Yang sudah lulus sekolah banyak yang bekerja di Jakarta. Karena jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja relarif dekat dan peluang kerja di Jakarta masih cukup banyak. Meski secara fisik sulit dibedakan dengan orang kampung (melayu atau pribumi). Upaya mempertahankannya identitas budaya etnik Cina masih tetap kuat. Sebutan Orang Cina atau “orang kampung’ memang lebih bersifat kultural yang membedakan mereka dengan kelompok etnik Tionghoa lainnya di Indonesia. Masyarakat Cina Benteng menganggap dirinya sebagai bagian dari kaum pribumi Tangerang karena di situlah kampung halamannya. Tempat dilahirkan dibesarkan dan sampai meninggal nanti. Selalu berseloroh Cina Benteng adalah bagian dari RRT, bukan Republik Rakyat Tionghoa akan tetapi Republik Rakyat Tangerang. Kawasan Cina Benteng ini terletak di Desa Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang, seduai dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang pembentukan Daerah Tingkat II Kotamadya Tangerang dan Peraturan Daerah Tahun 2000 tentang pembentukan 13 kecamatan. Kecamatan Tangerang terbagi menjadi 8 (delapan) kelurahan, salah satunya yaitu kelurahan Sukasari. Sampai dengan bulan Agustus 2014, kondisi kependudukan di wilayah Suksari berdasarkan pengelompokan sebagaimana dengan jumlah laki-laki adalah 9.057 dan Perempuan 9.881 Penduduk. 54 Kawasan Cina Benteng amat sangat berpotensi baik segi kebudayaan maupun potensi sumber daya manusia. Sebagai upaya peningkatan derajat masyarakat dalam bidang pendidikan, pemerintah kota Tangerang telah memprogram pembangunan gedung sekolah, mulai dari gedung SD, maupun SMP dan SMA atau SMK. Pemerataan pembangunan gedung sekolah dan alokasi anggran yang besar untuk bidang pendidikan ditujukan agar seluruh masyarakat kota Tangerang dapat merasakan dan mengeyam pendidikan secara murah dan tanpa menempuh lokasi yang jauh dari tempat tinggal peserta didik, tenaga pendidikan dan prasarana pendidikan, baik formal maupun nonformal yang berada di wilayah kelurahan Sukasari adalah: Tabel 4.1 Jumlah Pendidikan Formal Milik Pemerintah di Desa Sukasari No. Tingkat Milik Pemerintah Pendidikan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kelas Lokal Siswa Guru 1 SD 5 25 25 1332 78 2 MI - - - - - 3 SMP 1 - - - - 4 MTs - - - - - 5 SMA - - - - - 6 SMK 1 - - - - 7 MA - - - - - 8 SLB - - - - - 7 25 25 1332 78 Total 55 Tabel 4.2 Jumlah Pendidikan Formal Milik Swasta di Desa Sukasari No. Tingkat Milik Swasta Pendidikan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kelas Lokal Siswa Guru 1 SD 5 - - - - 2 MI - - - - - 3 SMP 4 - - - - 4 MTs - - - - - 5 SMA 4 - - - - 6 SMK 3 - - - - 7 MA - - - - - 8 SLB - - - - - Total 16 Jumlah Pendidikan nonformal di Desa Sukasari ini pun cukup banyak. Setidaknya ada beberapa Pendidikan nonformal yang dikembangkan di desa ini, dan secara berkesinambungan dengan digambarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Jumlah Pendidikan Non Formal di Desa Sukasari No. Jenis Pendidkan Jumlah Jumlah Peserta Didik Jumlah Tenaga Pendidik 1 Pondok - - - Pesantren 2 Kursus 8 - - 3 Bimbingan 3 - - Belajar 56 4 Balai Latihan Total - - - 11 2. Potensi Budaya Masyarakat Cina Benteng Di kalangan warga Cina Benteng , kelahiran anak, terutama anak laki-laki, merupakan satu hal yang sangat menggembirakan. Karena akan menjadi penerus marganya (she). Maka tak heran, sejak anak masih dalam kandungan banyak pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh sang ibu. Ibu hamil jika akan keluar rumah atau pergi jauh harus membawa gunting kecil, peniti, dan jarum, serta pisau dan benda tajam lainnya. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari gangguan makhluk halus yang jahat. Pantangan lain ibu adalah ibu hamil serta keluarganya tidak boleh membunuh atau menyiksa binatang, karena jika dilanggar maka anaknya akan cacat atau bahkan mati. Dibandingkan dengan masyarakat Tionghoa lainnya, masyarakat Cina Benteng masih melakukan upacara peringatan hari-hari besar secara lengkap. Ketaatan mereka pada tradisi leluhur, tercermin dari berbagai upacara yang masih dilakukan seperti perayaan tahun baru Imlek yaitu tahun baru penanggalan Cina, Upacara Ceng Beng, Upacara Toan, Upacara Cit Gwe, Peh Gwe, Cia Gwe, dan Cap Go meh. Apabila berbicara mengenai pembauran di Indonesia maka Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang merupakan contoh wujud keberhasilan akulturasi atau pembauran di Indonesia. Keberadaan Cina Benteng di Tangerang membentuk perpaduan budaya corak IndonesiaTionghoa yang unik dan sarat makna, secara ekonomi Cina Benteng adalah salah satu etnis Tionghoa yang bisa dikatakan miskin di Indonesia. Umunya bekerja sebagai buruh, petani, pedagang, nelayan, dan tukang. Secara sosial kelompok ini bisa menyatu dengan kaum pribumi, meski karena politik mereka mengalami kesenjangan sosial. 57 Dalam keseharian kelompok Cina Benteng memiliki keunikan di mana interaksi dan cara hidup sudah sangat mirip dengan kaum pribumi. Meski begitu menyerupai kaum pribumi, kelompok Cina Benteng tidak pernah menghilangkan beberapa tradisi leluhur seperti pada perayaan dan ritual-ritual. Pengaruh kehidupan masyarakat Cina Benteng yang utama adalah menyadarkan kaum Tionghoa melalui contoh keharmonisan yang sesungguhnya diharapkan oleh kedua belah pihak. Dengan melihat kisah Cina Benteng, maka anggapan negatif terhadap etnis Tionghoa dapat diredam, nilai-nilai positif yang mendidik dari Cina Benteng dapat diangkat. Kekukuhan Masyarakat Cina Benteng dalam mempertahankan Tradisi Leluhur merupakan aktualisasi penghargaan, penghormatan, sekaligus kekuatan akan leluhur mereka sekaligus sebagai kekuatan menjaga melinlugi dengan keserasian hidup dalam menghormati terhadap perbedaan pandangan beragama. Dalam hal budaya tepat disamping klenteng terdapat museum Benteng Heritage yang merupakan museum yang berindikasikan bahwa asal-muasal ataupun peninggalan masyarakat Cina Benteng terdapat di Kawasan Cina Benteng ini. Museum Benteng Heritage pun mendapat Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia), memang tak megah dan ketika orang mendatangi museum ini tidak mengira bahwa museum ini berada di tengah pasar, akan tetapi ketika memasuki kedalam museum kita akan disuguhi peninggalan masyarakat Cina Benteng dan peninggalan sejarah masa lalu yang melatarbelakangi asal muasal masyarakat asli Tangerang ini. 3. Potensi Sarana dan Prsarana Desa yang berada di tengah kota Tangerang dan berada di pinggir Sungai Cisadane, Sukasari memiliki kelebihan tersendiri dari segi sarana dan prasaranya. Desa ini bisa dikatakan desa yang berpotensi budaya tinggi ditengah hiruk-pikuk kota tangerang yang modern dengan segala 58 macam aspek nya. Desa ini memiliki jalan dalam bentuk aspal dan bisa dikatakan memiliki lingkungan yang cukup nyaman dan bersih. Untuk sarana dan prasarana peribadatan, Desa Sukasari memiliki 12 Masjid,7 Mushola, 4 Gereja, dan 7 Vihara, serta 1 Klenteng yaitu Klenteng Boen Tek Bio.Dari segi sarana dan prasarana kesehatan, desa ini masuk kategori baik dalam penunjang sarana kesehatan, terdapat Puskesmas yang memiliki 23 jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah kunjungan pasien 4.581 perbulan dengan bertambahnya akan pentingnya kesehatan bagi anak maka di desa ini terdapat Posyandu yang berjumlah 16 Posyandu dengan jumlah pengurus 80 orang. Selain sarana dan prasarana milik pemerintahan di desa ini terdapat sarana dan prsarana milik swasta terdapat poliklinik dengan jumlah 3 poliklinik, ditambah dengan praktek dokter di setiap sudut desa Sukasari berjumlah 23 praktek dokter dan penunjang sarana yaitu dengan adanya toko obat yang berjumlah 2 toko obat. Dalam upaya mendukung tingkat perekonomian masyarakat dan mendukung pemberdayaan ekonomi di wilayah Kelurahan Sukasari dan berkembang dunia usaha dan sarana pemasaran hasil produksi, antara lain terdapat Industri menengah dengan junlah 2, berbagai home industri demi meningkatkan perekonomian warga dengan jumlah 2 home industri, sarana penunjang penggerak perekoniam tak lepas dari peran pasar dalam sektor ekonomi yang berjumlah 1 dengan jumlah kios di pasar adalah 150 kios dan 237 toko ditambah 11 mini market. Mata pencaharian pada masyarakat di desa ini yaitu sebagai akuntan berjumlah 3 orang, apoteker berjumlah 4 orang, arsitek berjumlah 3 orang, bidan berjumlah 15 orang, buruh berjumlah 276 orang, guru berjumlah 131 orang, dokter berjumlah 25 orang, dosen berjumlah 14 orang, karyawan berjumlah 16 orang,belum atau tidak bekerja berjumlah 3.328 orang,karyawan swasta berjumlah 4.305 59 pedagang berjumlah 272 orang, ibu rumah tangga berjumlah 3.602 orang, pensiunan berjumlah 294 orang, perawat berjumlah 15 orang, TNI berjumlah 12 orang, wartawan berjumlah 11 orang, dan wiraswasta berjumlah 2.277 orang. Dapat disimpulkan masyarakat di desa ini bermata pencaharian dengan jumlah terbanyak sebagai karyawan swasta. B. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan Ketika kita membahas persepsi individu memang sangat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Maka yang harus dicari benang merah nya adalah nya bagaimana individu menyikapi pendidikan bagi dan untuk dirinya pribadi dan bagaimana cara pandanga individu tersebut terhadap pendidikan yang harus diterima dan diperoleh untuk nya itu khusus nya dan untuk masyarakat pada umunya. Terkait dengan kondisi pendidikan pada masyarakat Cina Benteng, Oey Tjin Eng ( Kepala Klenteng Boen Tek Bio) memaparkan sebuah kebenaran bahwa persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan pada masa kini masyarakat Cina Benteng sudah tergerak dan mementingkan pendidikan dibanding sektor yang lainnya. Sebagai contoh sudah banyak masyarakat Cina Benteng yang menjadi sarjana dan bahkan berprofesi sebagai Dokter, Insinyur, Pengacara, dan Akuntan.1 Secara tidak langsung, keterangan tersebut menyimpulkan bahwa kesadaran akan pendidikan pada masyarakat Cina Benteng sudah tinggi. Mardika Surya Tenggara menjabarkan pendapatnya mengenai hal ini “khusus untuk pendidikan sudah peduli dari orang tua pun peduli terhadap pendidikan dan mengedepankan pendidikan”2. Menambahkan satu indikator Oey Tjin Eng pun menambahkan “Pendidikan yang ditunjang pada masyarakat Cina Benteng sudah terbuka oleh pola pikir 1 Oey Tjin Eng, Kepala Klenteng Boen Tek Bio (Kepala perkumpulan keagamaan dan sosial Klenteng Boen Tek Bio), Wawancara Pribadi, Tangerang 19 September 2014. 2 Mardika Surya Tenggara, Warga Kalipasir (Ibu Rumah tangga yang berprofesi merangkap wiraswasta), Wawancara Pribadi, Tangerang 14 November 2014. 60 masyarakat”.3 Masyarakat kini jauh lebih terbuka dalam hal pola pikir mengenai pendidikan. Dari tahun ke tahun pun semakin meningkat jumlahnya.sudah terbukti dan banyak yang berhasil dengan ditunjang banyak terdapat sekolah di sekitar masyarakat Cina Benteng sebagai sarana dan prasarana penunjang pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Cina Benteng karena selain meingkatkan taraf hidup pendidikan pun sebagai peningkatan pelapisan sosial di masyarakat. Perkembangan pendidikan pada masyarakat Cina Benteng sudah menjadi prioritas utama di masyarakat, hal ini di paparkan oleh Titin warga Cina Benteng, “banyak sekolah yang terdapat di kawasan Cina Benteng dan lebih mengutamakan pendidikan dibandingkan berdagang karena dengan pendidikan mengangkat derajat keluarga”.4 Dalam setiap pengamatan yang dilakukan terlihat sudah banyak dan ramai jika pagi hari di jalan Kisamaun terlihat banyak anak-anak berseragam SD, SMP,SMA hendak berangkat sekolah. Hal ini terbukti bahwa lebih memilih meningkatkan taraf kehidupan melalui jalur pendidikan dibandingkan berdagang ataupun berwirausaha, karena lewat jalur akademis walaupun perlahan tapi pasti. Keramaian didominasi dengan anak SD,SMP, dan SMA, dan orangtua mereka mendidik mereka sejak kecil bahwa yang paling utama adalah mencari ilmu di jalur akademis bukan mencari materi di bidang wirausaha.mereka pun berpegang teguh bahwa belajar dapat dimana saja dan kapan saja akan tetapi harus memilih jalur akademis formal yaitu di sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan ilmua yang bermanfaat dan penerus bangsa yang lebih baik lagi. Sudah terbukti dan banyak yang berhasil dengan ditunjang banyak terdapat sekolah di sekitar masyarakat Cina Benteng sebagai 3 Oey Tjin Eng, Kepala Klenteng Boen Tek Bio (Kepala perkumpulan keagamaan dan sosial Klenteng Boen Tek Bio), Wawancara Pribadi, Tangerang 14 November 2014. 4 Titin, Warga Cirarap Desa Sukasari, Wawancara Pribadi , Tangerang 14 November 2014. 61 sarana dan prasarana penunjang pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup Masyarakat Cina Benteng karena selain meingkatkan taraf hidup pendidikan pun sebagai peningkatan pelapisan sosial di masyarakat. Perkembangan pendidikan pada masyarakat Cina Benteng sudah menjadi prioritas utama di masyarakat, hal ini di paparkan oleh Titin warga Cina Benteng, “banyak sekolah yang terdapat di kawasan Cina Benteng dan lebih mengutamakan pendidikan dibandingkan berdagang karena dengan pendidikan mengangkat derajat keluarga”.5 Dalam setiap pengamatan yang dilakukan terlihat sudah banyak dan ramai jika pagi hari di jalan Kisamaun terlihat banyak anak-anak berseragam SD, SMP,SMA hendak berangkat sekolah.hal ini terbukti bahwa mereka lebih memilih meningkatkan taraf kehidupan melalui jalur pendidikan dibandingkan berdagang ataupun berwirausaha, karena lewat jalur akademis walaupun perlahan tapi pasti.keramaian didominasi dengan anak SD,SMP, dan SMA, dan orangtua mendidik sejak kecil bahwa yang paling utama adalah mencari ilmu di jalur akademis bukan mencari materi di bidang wirausaha. Berpegang teguh bahwa belajar dapat dimana saja dan kapan saja akan tetapi harus memilih jalur akademis formal yaitu di sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan penerus bangsa yang lebih baik lagi. Dalam pandangan masyarakat Cina Benteng yang sudah mengedepankan pendidikan dibandingkan sektor apapun tetap saja berpegang teguh kepada budaya leluhur yang mereka anggap itu semua warisan budaya yang harus mereka jaga karena dengan menjaga kebudayaan leluur merupakan bagian dan tercermin mengekplorasi pendidikan, dengan adanya pendidikan maka setiap langkah dan kegiatan tidak mudah dipengaruhi dari pihak lain, dan tidak merugikan kalangan ini pada khususnya. 5 2014. Titin, Warga Cirarap Desa Sukasari, Wawancara Pribadi , Tangerang 14 November 62 Kegiatan masyarakat Cina Benteng di sektor ekonomi, yanga dalam hal ini berwirausaha baik di Pasar Lama dan tersebar di kawasan Tangerang serta kota besar lainnya khusus nya DKI Jakarta, sudah terlebih dahulu menyerap ke dalam sendi-sendi kehidupan mereka dan tradisi yang di pegang dari warisan leluhur mereka. Tradisi merantau dan berwirausaha ikut mengubah wajah kehidupan masyarakat Cina Benteng. tradisi ini pula yang membawa pemuda-pemuda bekerja secara produktif dan tidak menganggur. Walaupun sudah sebagian anak-anak masyarakat Cina Benteng mengeyam pendidikan wajib belajar 9 Tahun tapi yang bisa dan mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sangat minim, dikarenakan terbentur biaya menjadikan melanjutkan ke perguruan tinggi menjadi sedikit. Hambatan utama yang dihadapi adalah opini negatif dan kemiskinan tentang pendidikan dan kemiskinan. Ada pepatah yang mengatakan hanya si kaya yang dapat sekolah dan pintar. Kedua hal tersebut menghilangkan opini dalam masyarakat Cina Benteng yang bersikeras ingin melanjutkan sekolah karena terbentur biaya dan kesempatan demi memahami arti penting pendidikan dalam kehidupan. Meskipun pemerintah sudah memberlakukan wajib belajar 9 tahun dan membebaskan uang sekolah, dan bahkan pemerintah desa memberi kemudahan kepada Masyarakat , peningkatan sudah hampir merata yang meningkatkan pendidikan dalam jalur akademis.dengan diwujudkan secara nyata.namun hal ini timpang jika kemiskinan membuat banyak keluarga yang memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini mengingatkan bahwa sekolah tidak hanya membayar uang sekolah saja melainkan harus membeli seragam, menyemprunakan seragam, serta membeli buku dan alat-alat sekolah lainnya. 63 Segala kerumitan, kelemahan pandangan yang bersifat negatif, ini semua ditepis oleh masyarakat Cina Benteng yang ini dan bersungguhsungguh ingin menyekolahkan anak nya ke jenjang yang lebih tinggi. Berbagai cara dilakukan, dengan melakukan banyak usaha untuk menghilangkan steorotip bahwa hanya yang memiliki materi yang dapat sekolah dan pintar. Dengan usaha berdagang dan berwirausaha contoh nyata dari usaha peningkatan mutu pendidikan pada masyarakat Cina Benteng, kesadaran mengenai pendidikan pada masyarakat Cina Benteng dapat dikatan sudah tinggi, Ratna menambahkan “ selain di sekolah demi meningkatkan dan memhami pelajaran. Sudah banyak bimbingan belakar dan leas private di kawasan Cina Benteng, dan mereka berperan aktif mengikuti bimbingan belajar tersebut.”6 Hal ini membuktikan bahwa persepsi masyarakat Cina Benteng sudah mementingkan pendidikan, berbagai cara dilakukan demi kelancaran proses pendidikan. Dan sebagai langkah-langkah strategis yang dilakukan dari seluruh komponen yang menyadarkan masyarakat Cina Benteng agar lebih memahami dan lebih mengetahui sebenarnya arti penting pendidikan bagi masyarakat Cina Benteng. C. Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng Lembaga dan institusi pendidikan adalah merupakan suatu institusi pendidikan yang menawarkan pendidikan formal mulai dari jenjang prasekolah samapai jenjang perguruan tinggi, baik yang bersifat umum maupun khusus (misalnya sekolah agama atau sekolah luar biasa). Lembaga pendidikan juga merupakan sebuah institusi sosial yang menjadi agen sosialisasi lanjutan setelah lembaga keluarga. Dalam hal ini masyarakat Cina Benteng mengenal lembaga pendidikan yaitu: lembaga pendidikan keluarga, lembaga pendidikan 6 Ratna, Wiraswasta Masyarakat Cina Benteng, Wawancara Pribadi, Tangerang 14 November 2014. 64 sekolah, lembaga pendidikan lingkungan masyarakat. Ketiga lembaga ini mempengaruhi individu dalam perkembangan kehidupan sosial dalam masyarakat. a. Lembaga Pendidikan Keluarga Pendidikan keluarga adalah dapat dikatakan juga pendidikan masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari kesatuan-kesatuan masyarakat. Juga karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai dipersiapkan untuk kehidupan anak-anaknya kelak di masyarakat. Pendidikan keluarga mau tidak mau mengikuti derap langkah kemajuan masyarakat. Dengan demikian nampaklah adanya satu hubungan erat antara keluarga dengan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara dua subjek manusia (suami-istri). Berdasarkan asas cinta yang asasi ini dilahirkan sebagai generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina kehidupan sang anak. Orang tua mengabdi kepada sang anak atau mendidik anak-anaknya, motivasi pengabdian keluarga (orang tua) ini semata-mata demi cinta kasih yang kodrat. Didalam suasan cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur anak itu dalam tanggung jawab keluarga. Namun hal ini, tuntutan kehidupan memaksa banyak orang tua yang di luar jalur tersebut, contohnya sang ayah lebih memilih bekerja di luar kota demi kehidupan yang lebih layak, hal ini yang berperan aktif disini adalah sang ibu dalam mendidik anaknya seorang diri sehingga akhirnya peranan dan fugsi pokok keluarga tidak berjalan secara efektif, oleh karena itu banyak keluarga harus memutar otak agar anak nya lebih 65 berkembang. Uci menguraikan” ketika kepala keluarga lebih memilih mencari rezeki ke luar kota agar dapat menghidupi anak istrinya”. 7 Tak jarang terlihat keluarga ini berkumpul bersama-sama dalam suatu waktu kecuali disaat yang khusus dan spesial yang memang sudah ditentukan seperti saat pernikahan atau hari-hari besar.sehingga pada akhirnya peranan dan fungsi pokok keluarga tidak berjalan efektif, oleh karena itu banyak keluarga yang emmutar otak agar anak-anaknya menajdi lebih berkembang tanpa mengganggu rutinitas mereka mencari penghidupan yang lebih layak di tempat merantau. Dalam hal ini peranan ibu sangat penting dalam memberikan pemahaman dan pedoman kepada anak-anaknya terhadap pendidikan, dan arti sebuah pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya kelak. Berbagai macam jalan dan cara harus ditempuh oleh seorang ibu demi menekankan dan memberikan pengerahan kepada anak. Melalui pendekatan dan kasih sayang akan jauh lebih mendalam dan tertatam dalam pola pikir anak. Di kalangan masyarakat Tionghoa, khususnya Cina Benteng. Lingkungan sosial individu mulai terbentuk sejak masih dalam kandungan ibunya (kehamilan). Setelah kehamilan. Dilanjutkan kelahiran dan fase ini akan melewati masa bayi, anak-anak, remaja, menikah, tua dan mati. Keluarga merupakan struktur dasar sosial. Kewajiban seseorang bukan langsung untuk dirinya sendiri, bangsa dan negara. Dalam prakteknya keluarga merupakan tempat keamanan sosial individu. Tempat berlidung dari pengaruh luar dan hubungan kekeluargaan sangat erat sekali. Sehingga tantangan nilai dari luar sangat sedikit sekali pengaruhnya. Menjaga hubungan baik di dalam keluarga. 7 Uci, Wiraswasta, Wawancara Pribadi , Tangerang 14 November 2014. 66 b. Lembaga Pendidikan Sekolah Sekolah memegang peran penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pemebentukan pribadi dan karakter anak. Karena sekolah itu sengaja dibangun atau disediakan khusus untuk tempat pendidikan. Maka dapatlah ia kita golongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua sesudah keluarga. Lebih-lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagai ganti orang yang harus ditaati. Lembaga pendidikan sekolah berusaha meningkatkan dan mengubah persepsi masyarakat terhadap pendidikan dengan berbagai macam jalan yang ditempuh. Contohnya peran pihak SD adalah : memberikan pemahaman dan mempermudah akses melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, memberikan dan menyakurkan siswa agar mendorong mereka untuk berikeras dalam meraih mimpinya menjadi nyata. c. Lembaga Pendidikan Nonformal/ Masyarakat Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budaya. Masalah pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai sosial budaya yang ditunjang tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat di manapun berada. Tentu mempunyai karakteristik tersendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan karakteristik masyarakat lain, namun juga mempunyai norma-norma yang universal dengan masyarakat pada umunya. 67 Pendidikan ini mempunyai ciri-ciri yaitu, pedidikan ini diselenggarakan diluar sekolah, peserta didik perlu homogen, ada waktu belajar dan metode normal serta adanya evaluasi yang sistematis, isi pendidikan bersifat praktis dan khusus Untuk pendidikan masyarakat ini, terdapat 11 dalam media nya, dimana terdapat 8 tempat kursus, dan 3 tempat Bimbingan Belajar, dan sudah dikelola secara modern. Pendidikan masyarakat ini memberikan peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak, khususnya dalam bidang pemahaman anak. Menurut Rita, “pendidikan masyarakat ini sangat membantu bagi perkembangan anaknya”.8 Perkembangan zaman semakin maju menjadikan menurunnya moral dan etika anak, banyak faktor yang menajdikan rendahnya etika dan moral yang terjadi pada anak disebabkan karena faktor luar dan lingkungan dan semakin marak dan gencarnya pengaruh media sosial di tengah masyarakat, menjadikan lemah nya proses pendidikan dan pengaruh alat komunikasi menjadikan lemahnya minat belajar dan lemahnya motivasi belajar dikalangan anak-anak pada umunya, terguncangnya hal tersebut menjadikan kekhawatiran orang tua akan hal itu. Maka hal ini menjadikan oran tua memutar otak mencari langkah yang tepat untuk mendapatkan hal solusi yang terbaik. Ratna mengatakan, “sulit bagi kami sebagai orang tua untuk memotivasi anak-anak jika tidak di tambah dengan bimbingan belajar dan les”.9 Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan semangat dan motivasi pada anak agar semangat dalam mencari ilmu. Kegiatan positif ini terus menjadi pendorong dan penyemangat untuk anak baik di tengah-tengah masyarakat apapun 8 Rita, Wiraswasta Masyarakat Cina Benteng, Wawancara Pribadi, Tangerang 14 November 2014. 9 Ratna, Wiraswasta Masyarakat Cina Benteng, Wawancara Pribadi, tangerang 14 November 2014. 68 gencatan yang terjadi. Meskipun naik turun semangat nya akan terus berjalan sesuai dengan sistemnya. Pengaruh terkuat ada di sisi lain kehidupan masyarakat yaitu pergaulan. Lingkungan pergaulan memberikan dampak positif dan dampak negatif pada Masyarakat Cina Benteng. Terkait akan hal ini persepsi masyarakat Cina Benteng Terhadap pendidikan lingkungan pergaulan dalam masyarakat ini seharusnya terkonstruksi ulang pemahaman mendasarnya agar kemudian hari tidak ada kesalahan penegertian mengenai pendidikan dan bisa menghasilkan masyarakat yang lebih baik dan bernilai. Peran Lembaga sosial budaya di Masyarakat Cina Benteng sudah berjalan dengan baik dan mendorong kegiatan proses pendidikan di masyarakat. Untuk fasilitas penunjang kegiatan pendidikan dan budaya belajar masyarakat terdapat fasilitas bimbingan belajar dan fasilitas private guru datang kerumah dengan ini menunjang proses pendidikan. Dengan adanya penunjang akan semakin mendorong persepsi masyarakat terhadap pendidikan. Sudah sangat baik dan mementingkan pendidikan dan lebih mengerti arti penting pendidikan yang sesungguhnya. Dalam kegiatan belajar masyarakat sudah berjalan dengan baik demi meningkatkan pendidikan yang lebih baik. Maka hal ini ditunjang dengan Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan untuk sekarang maupun yang akan datang sudah sangat baik. Namun, Interaksi guru dengan Masyarakat Cina Benteng belum terlihat. Akan tetapi Interaksi yang trjadi sejauh antara guru dengan orangtua wali murid yang menyekolahkan anak nya di Lembaga pendidikan formal tersebut. Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah sudah cukup baik dan sejalan demi terciptanya kemajuan pendidikan yang diharapkan. Kegiatan guru dan murid di sekolah formal sudah tentu kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas dan kegiatan ekskul guna mengembangkan 69 potensi murid diluar jalur akademis. Dengan didukung fasilitas yang memadai demi terciptanya kegiatan ekskul. Dibandingkan dengan masyarakat Tionghoa lainnya, masyarakat Cina Benteng masih melakukan upacara peringatan hari-hari besar agama secara lengkap. Ketaatan masyarakat Cina Benteng terhadap tradisi leluhur, tercermin dari berbagai upacara yang masih dilakukan seperti perayaan tahun baru imlek yaitu tahun baru penanggalan Cina, upacara Ceng Beng, upacara toan ngu/pec-hun, upacara cit gwe, peh gwe, cap gwe, cia gwe, dan cap go meh. Dalam pendidikan non formal yang di dapat di klenteng yang dapat meningkatkan pengetahuan agama masyarakat Cina benteng yakni adanya upacara yang berkaitan hari-hari besar agama yaitu Tahun baru imlek (sincia). Pesta tahun baru imlek juga disebut sebagai pesta tahun baru musim semi. Masyarakat Cina Benteng merayakan pada tanggal 1 cin-gwe sampai tanggal 15 cia-gwe, yaitu pada saat dirayakan hari raya cap go meh. Beberapa pantangan dalam pelaksanaan tahun baru imlek adalah mereka dilarang menyapu rumah, lantai, dan membersihkan berbagai peralatan dapur. Konon katanya agar jangan sampai rezeki tersapu keluar dari rumah. Pembersihan rumah dan peralatan dapur boleh dilakukan sehari atau beberapa hari menjelang perayaan tahun baru imlek. Tradisi perayaan tahun baru imlek di berbagai daerah berbeda dengan perayaan imlek khusus nya di kawasan Cina benteng. Yaitu masyarakat Cina Benteng terdapat satu makanan khas yang disajikan yang berbeda yang terdapat didaerah lain yakni ikan bandeng. Ikan bandeng merupakan ikan yang wajib ada di peryaan tahun baru imlek, digunakans ebagai sesaji untuk arwah para leluhur. Sembahyang Sin Bengyaitu dilakukan pada tanggal 15 peh gweatau tanggal 15 bulan delapan imlek. Masyarakat Cina benteng melakukan sembahyang Sin Beng. Yakni sembahyang untuk para arwah leluhur, atau 70 di Indonesia dikenal dengan nama sembahyang kue Tiong Ciu Phia(kue pia). Kue pia ini berbentuk bundar seperti bulan purnama dan di tengahnya terdapat gambar kelinci merah. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa dalam rembulan ini ada seekor kelinci. Selain itu masyarakat Cina Benteng juga melakukan upacara Ceng Beng yakni melaksanakan ziarah dan mebersihkan makam para leluhur. Ceng Beng artinya bersih dan terang. Pada saat perayaan ceng beng, mereka dianjurkan membersihkan makan leluhur. Upacara ceng beng biasa disebut juga dengan the-coa. Perayaan ceng beng diperingati masyarakat Cina benteng setiap tanggal 5 april, atau dalam penanggalan Cina adalah tanggal 3 sha-gwee (bulan tiga imlek). Pada saat itu mereka melakukan ziarah ke makam orang tua atau leleuhurnya, sekaligus membersihkan makam. Tidak lupa mereka membawa makanan yang biasa disukai oleh leluhur yang sudah meninggal di masa hidupnya. Setelah membersihkan makam, dilanjutkan dengan sembahyang hio. Selesai sembahyang mereka menikmati makanan bersama, sebagai penghormatan pada leluhurnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara yang berkaitan dengan daur hidup dan hari-hari besar agama pada masyarakat Cina Benteng adalah masyarakat Cina Benteng seperti halnya masyarakat Tionghoa selalu melaksanakan doa dengan hio dan lilin. Dengan maksud agar doa yang dipanjatkan diterima oleh tuhan yang dilakukan di klenteng. Asap hio yang dinyalakan membumbung ke atas, hal ini menyiratkan bahwa doa yang dipanjatkan terbawa sampai ke atas dan diterima olehnya. Sebagaimana umunya, setiap masyarakat dapat terpelihara karena adanya penegndalian sosial yang mengatur ketertiban pola tingkah laku atau interaksi sosial warga masyarakat. Pengendalian sosial ini dapat terwujud dari sistem kepercayaan, nilai dan tata cara yang mengatur dan mengarahkan perilaku masyarakatnya secara tertib. Sistem pengendalian 71 sosial ini tercakup pengetahuan secara empiris dan non empiris. Pengetahuan non empiris dikaitkan dengan dunia gaib, kepercayaan, dan mitologi. Menyimak upacara yang dilakukan oleh masyarakat Cina Benteng. Maka akan dikemukakan dua hal penting yakni arti dan fungsi upacara pada kehidupan masyarakat Cina Benteng. Tidak bisa dipungkiri upacara memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat Cina Benteng karena tradisi turun temurun dari generasi sebelumnya yang diwariskan pada generasi berikutnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris mengenai Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan dan Peran lembaga dan Institusi Pendidikan terhadap Pendidikan Masyarakat Cina Benteng. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dipadukan dengan tiga teknik pengumpulan data untuk memperkuat tingkat validitas, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan adalah sudah mengalami peningkatan, sudah menekankan pendidikan dan lebih mengutamakan pendidikan dibandingkan dengan sektor yang lainnya tidak memilih berdagang dan lebih memilih akademis demi meningkatkan taraf hidupnya. 2. Peran lembaga dan Institusi Pendidikan yang dominan di tengahtengah Masyarakat Cina Benteng dalam Peran Lembaga Pendidikan Sekolah. Dalam sosialisasi pada masyarakat Cina Benteng bahwa untuk meningkatkan taraf kehidupan ditunjang melalui lembaga pendidikan sekolah yang membawa kehidupan mereka lebih baik lagi. Lembaga dan instituis lain juga turut mempengaruhi pandangan dasar masyarakat, walaupun pada akhirnya tetap saja lembaga pendidikan sekolah yang berperan aktif dan berpengrauh besar dalam kehidupan masyarakat Cina Benteng. B. Saran Ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan oleh pemerintah desa danMasyarakat Cina Benteng dalam upaya dan usahanya meningkatkan tingkat Pendidikan Masyarakat Cina Benteng, yaitu: 72 73 1. Dalam meningkatkan Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan dimulai dengan peningkatan kesejahteraan dan ekonomi. Karena bagaimanapun masalah kesejahteraan dan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat dalam meneruskan pendidikan Individu dan generasi selanjutnya. 2. Agar seluruh elemen masyarakat lebih memahami dan mengerti budaya atau tradisi dalam lingkungannya, maka hal yang paling utama dilakukan adalah dengan mensosialisasikan budaya belajar pada masyarakat Cina Benteng agar lebih baik dan peningkatan kesejahteraan dan ekonomi, jadi seluruh elemen masyarakat mendapat pemahaman yang sama mengenai pendidikan agar setiap anggota masyarakat bisa menunjukan dan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya dalam kehidupan dengan kesempatan yang sama diperoleh oleh seluruh masyarakat. 3. Masyarakat Cina benteng harus lebih meningkatkan perananya agar lebih mengembangkan sisi potensi bidang akademis yang dimiliki nya dan dapat meningkatkan tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan di wilayah Cina Benteng. Sehingga peranan masyarakat Cina Benteng ini antara lain berupa sarana dan prasarana, dan menjaga sarana dan prasarana, mejadi SDM dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan, pencipta lingkungan yang aman, serta dalam permasalahan sosial dapat terlaksana dengan baik serta partisipasi masyarakat membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kehidupan masyarakat Cina Benteng terlebih nya. 4. Peran pemerintah dalam hal ini tak terlepas demi kemajuan perkembangan masyarakat Cina benteng. Amat sangat diperlukan agar terciptanya persepsi yang jauh lebih baik dari berbagai pihak, baik masyarakat Cina Benteng maupun lembaga pendidikan formal dan pemerintah sendiri. Pemerintah berperan sangat penting dalam menjaga hubungan baik dan meningkatkan tingkat pendidikan pada masyarakat Cina Benteng. Masyarakat Cina benteng pun harus tetap 74 turut mendukung dan menjalankan peranannya demi terwujudnya kehidupan bangsa yang cerdas dan meningkatkan mobilitas sosial di kalangan masyarakat Cina Benteng serta kehidupan yang lebih baik pada masyarakat Cina Benteng sendiri. hal ini perlu adanya pengawasan dari pemerintah sendiri. 5. Peran lembaga dan institusi pendidikan pun mendukung demi terciptanya pendidikan yang lebih baik. Walaupun pada dasar nya masyarakat Cina Benteng sudah mengerti akan arti penting pendidikan. Untuk lembaga pendidikan formal yang berstatus sekolah swasta dan non formal membantu dari segi kualitas sesuai dengan taraf hidup masyarakat Cina benteng pada umunya agar terciptanya pendidikan di kawasan ini berjalan sesuai dengan sistem. DAFTAR PUSTAKA A.Haviland, William Antropologi edisi keempat jilid 1, Jakarta : Erlangga. Atkinson, Rita L. dan Richard C.Atkinson, Pengatar Psikologi I, (Bandung: PT.Gelora Aksara Pratam, 1983). Ahmadi,Abu. Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Penerbit Bina Aksara 1988). Arifin, Anwar. Paradigma baru pendidikan nasional: dalam Undang-undang Sisdiknas (N0.20 Tahun 2003), (Jakarta : Balai pustaka, 2005) Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik., (Jakarta: Rineka Cipta, 2006). Ensiklopedia Indonesia. Jilid 6 , Jakarta : PT.Ichtar Baru , Van Hoeve. Hanurawan, Fattah. Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1, 2010). Hasbullah. Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persad, 2008). Idris, Zahara. dasar-dasar kependidikan. (Padang:1981). Ihromi, T.O. Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006). Irwanto, Psikologi Umum, ( Jakarta : PT.Gramedia, 1989). Koentjaraningrat. manusia dan kebudayaan di Indonesia , cet ke-22 , Jakarta : Djambatan, 2007. Latif, Yudi. Menyemai karakter bangsa, budaya , kebangkitan berbasis kesasteraan.(Jakarta : Kompas Media Nusantara , 2009). Moleong, Lexy J. MA. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009). M.Arifin. Filsafat Pendidikan Islam . (Jakarta : Bumi Aksara , 1993 ). Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara) Cet.2. Nasution, S. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010), h.60. Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosadakarya, 2005). Rahman, Abdul Saleh.Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009). Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta). Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012). Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, ( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2011). Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012). Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar, ( Bandung: Penerbit Eresco, 1993). suyanto, Bagong dan sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kenacana, 2007). Tanggok, M.Iksan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006). Tim Penyusun (Deddy Sugono, dkk), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). Wirawan, Sarlito Sarwono. Pengantar Psikologi Umum , ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar Ilmu Pendidikan & Dasar – dasar pelaksanaan pendidikan . (Jakarta : UIN Jakarta press , 2006). Internet : Said, Hudri. “Keabsahan Data Instrumen Penelitian”, http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/keabsahan-data-instrumenpenelitian.html, 05 Oktober 2014. Nama Dara Rahmita Dewi NIM I I t00l 5000122 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Judul Skripsi PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG TERIIADAP PENDIDIKAN BAB No. Footnote I I Ensiklopedia Indonesia, Jilid 6, Jakarta PT.lchtar Baru, Van Hoeve, h.3561. 2 Oey !in Eng, Hasilu'cnlyancara mengenai proses nnsuk nya cina benteng ke Indonesia dan Tangerang. 3 4 II Referensi Paraf : Mumuh Muhsin, Bunga Rampai Rona-rona Sejarah dan Budaya, (Bandung: lzda Prima, 2002), h.t&5 Anrvar Arifin, Paradigma baru pendidikan nasional : dalam Undnag-undang Sisdiknas N0.20 Talrun 2003), (Jakarta: Balai pustak4 2005), h.175. Sarlito Wiralan Sanvono, Pengantar Psikologi Unntru, (Jakarta: Rajau,ali Pers, 2010), h.86. 2 Fattah Hanura\\,an, Psikologi v I ( d d ( So.sial, (Bandung: PT.l{emaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1, 2010). h.34. 3 4 5 6 1 Abdul Ralrman Saleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islaru, ( lakarta: Kencana, 2009), Ed.1 .Cet.4, h. I 10. Rita L.Atkinson dan Richard C.Atkinson, Pengatar Psikologi 1, (Bandung: PT.Gelora Aksara Pratam" 1983), h.204. lrwanto, Psikologi Untum, ( Jakarta : PT.Gramedia, 1989), h.71. Deddy Mulyana, Ilnru Komunikasi Suatu Pengantar, ( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,2012), h. I 80. + d d & ( Jalaludin Rahmat, Psikologi Kotnunikasi, ( Bandunq: PT.Remaia Rosadakarva. 2005 ). d h.l5 r. 8 I Fattah Hanurawan, Ptfkotogi Sos ial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-I,2010),h37. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasad Bandung: Penerbit Eresco, 1993), Cet ke- 6, h.63. l0 lt 12 d Koentj aran i gr at, P e n gant or I I m u A nt r op o I o g i, (Jakafta: Penerbit Rineka Cipta" ZO02\.h.144. S.Nasution, Sosiologi Pendidikon, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. 2010). h.60. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dosar, (Jakarta: Penerbit Bina Aksara 1988), h.96-97. l3 Koentjaraningrat, Op.Cit., t4 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajarvali Pers, 2012), t5 T.O. Ihromi, lokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2006), Edisi 12, h.18. l6 Munruh Muhsin, Bunga rarnpai rono-rona sejaroh dan budaya, (Bandung: Izda Prima), h. I 82 h.l8l r8 ( d (I ( h. I 55. l7 4 + d d M.lksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Aganru Tao, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h.r,ii. It4umulr Muhsin, Bungo rantpai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima), h. I 84. 19, d Pemaparan Oey'ljin Eng, yang merupakan keturunan Cina Benteng ke-8 dan merupakan Humas sekaligus kepala Klenteng Boen Tek Bio. 2A 2t 22 William A.Haviland, Antropologi edisi keentpat jilid /, Jakarta: Erlangga, h.378 tbid, h. 380. . d ( ( Koentjarani ngrat, manusia dan kebudayaan di Indonesia, cet ke -22 , Jakarta: Djambatan, 2007 .h.364. d 23 Yudi Latie Menyemai karakter ba"gs" budaya , , kebongkitan berbasis kesasteraan. (Jakarta: Kompas Media Nusantara , ZOA} ), h. 83. 24 25 Muhibbin Syah, Ps*o logi Pendidikan, (Bandung : PT.Rosdakarva. 2009). h. I 0. Hasbullah, Dasar - dasar llmu pendidil<arn. ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persad , 2008) h.2. 26 lliu Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar Pendidikan & Dasar - dasar pelal<sanaan pendidikan. ( Jakarta : UIN Jakarta press, 2006 ) h. l. 27 Ibid, h.74. 10 LO Tim Penyusun (Deddy Sugono, dkk), Kaitus luhurq 2008), hJ24A. 30 Nasution, Sej aral,t P endidiknn Indones ia, (Jakarta: Eumi Aksara) Cet.Z, h. I 52. 32 36 + 4 d ( Anwar Arifin, Paradigma Baru pendidikan Nasional, ( Jakarta: Balai Pustak4 2005), h. I 76. 3l ( ( Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: pusat 29 d ( Koentj aran i ngr at, P e n gont ar I I mu Antropologr, Edisi revisi 2009 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h.136. S.Nasution, Sej arah Pendidikan Indone; ia, (Jakarta: Bumi Aksara. 1995). h.22. JJ Arifin, op. Cit., h. 189. 34 Ibid, h. 190. 35. Tendi, Anolisis Tingkat Kesadaron Masyarakat Tentang Pendidikan Di Desa Andamui, Chuaru, Kuningan, Jswa Barat (Iinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan Abraham Maslow), (Jakarta: Uin press, 2012).,h.vi. c \ ( ( k;iu;itas Chaerih Nurlinda Sari, Persepsi Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu terhodap pendidikan formal (penelitian deskriptif kualitatif di Desa Krimun, Lo s arang Kab. Indrannyu), (J akarta: 2012)., 37 UI h.vi. Zainudin, Pemberdayaan Pendidikan Ke I uar ga dal am me mb e ntuk kep r i b adi an melalui komunikosi Islami (Studi Kasus di Semanggi I RT.003/03 Kel.Cempaka Putih, 9jputat Timur), (Jakarta: 2012)., h.vi. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantiratif, kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta), h. 14. Ibid, h.15. d d 2 3 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta), h.194. 5 l./ Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik., (lakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.l3, h.155. Bagong suyanto dan sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kenacana, ZA0T. Ed. l,Cetakan ke-3, h.69. 6 Sugil,ono, 7 Pendekatan Kwzatitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012). Cet.Ke-I5. h.I97. Sulrarsirni Arikunto, Prosedur Penelition Suatu pendekatan Praktr&., (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.13, h. 156. Me tode Penelitian t q + Pendidikan d d" B Irarvan Soehaftono, Metode Penelitian Sosial, ( o t0 lt Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 201l), cet ke I s.d 7, h.89 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikon, (pendekatan kuantitatif, kualitatil dan R&D), (Bandung: Alfabeta). h.93. Soehartono, op. Cit., h.89. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Eandung: A lfabeta, Z0 lZ), h.l l2 . q a ( ( Sugiyono, Me t o de P e n e I i t i anP en titatif, d i dikan P en d e kat an Ku an Kualitatif, RAD, (Alfabeta:Bandung :20 12), h. dan 33 8. 4 Ibid. h.345. leyT)inEng,[@ 2014 Muhammadz"n@ l4 November 2A14 Eman Sisu,an November 2014 Titin, \\/arvanca.a,ffi Ratna,Warvan@ 2014 Uci, Ami, Warvancara,tanffi Warvancara, tanggafi? NovGber 2014 Rita, Wa*,ancara, taffii Mahardika Surya Tenggu.a, Wu*an.*a^ tanggal I4 November 2014 Jakarta, 22 Desember 2014 DoseT Pernbimbing I --4 ll ,_t D\Mirhamad Arif, M.pd 19700606 1997A2 1 002 Nama Dara Rahmita Dewi NIM I r I00t5ooot22 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Judul Skripsi PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG TERHADAP ENDIDIKAN BAB No. Footnote I Referensi EnstKtopeola tndoneslE Jilid 6, Jakarta I Paraf : PT.Ichtar Bqru, Van Hoeve, h.3561. '7-4-.--' Oe1'Tjin Eng, Hasai utm?antcara mengenai 2 proses ntasuk nya cino benteng ke Indonesia dan Tangerang. a Munrulr N1uhsin, Bunga R;.tpoi Ron"_ro,la S_elllah dan Budaya. (Bandung: Izda prima, J ,--Z-.2 '2-"<-z 2002), h.lg5 Annar Arifin, Paradigma bari p"ndiaiko"- 4 I U nasional : dalam [Jndnag-undang Siscliknas qq 20 Tahun 2A0r, (Jakarta : Balai pustaka, 2005), h.175. lSarlitoWirawan@ Psikologi Untum, (Jakarta: Rajari,ali pers, I I zoro). h.86. 2 Fattah 4-,,r-. '1--z-'/ Hanurarvan, (Bandrrrrg: PT.Renraja Rosdakaiya Offset. l--. Cet. Ke-I, 2010), h.34. -u,. I 1- pW-: nbdul Rahrnan Saleh, Pengantar Dalam perspektif lilam, (Jakarta: Kencana,2909), Ed.l.Cet.4, h.l10. 4 RitaL.Atkinsonda@ Pengatar Psikologi I, (Bandung: pT.Gelora Aksara Pratam, 1983), h.204. 5 6 L.^-' Irrvanto, Psikalogi Umum, ( Jairrr:ta: PT.Gramedia, 1989), h.71. 'Z/'1.' DeddyMulyana, engantar, ( Bandung : pT.Remaja Rosdakarya, Z0l2), h. I g0. .7-r2.,' Im P 7 FZ.-. I - Jararuorn Kanmal psikologi Komunikasi, ( Bandung: PT.Remaja Rosidakarya, 2005 j, -ry Fattah Hanurawan, P s tka lo gi-Sos i at, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1,2010). h.37. Munandar Soelaeman, Sosdl DasarJ Bandung: Penerbit Eresco, 1993),Cet ke- 6, tt*i I I iiVnt, op o I o g i, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipt4 Z00D:h.144. Koentj aran i gr at, P e n g ant o, S.Nasution, Sos iologi p eiiAifa", eakartu Penerbit Bumi Aksar4 2010), h.60. Abu Ahmadi, Ilmu Sasial Dasar,llakarta: fuqbit Bina Aksara 1988). h.g6-97. Koentjaraningrat. Op.Cit., n. t gj Soejono Soekanto, Sostologi Suoru Pengantar, (Jakarta: Rajarvali pers, 2012), h. I 55. T.O. Ihromi , Pokok-pokok Antropolog Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Edisi I2, h.18. Mumuh Muhsin, Bunga rantpai iona-ro"a sejarah dan budaya, (Bandung: Izda prima), h.181 M.lksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agann Tao, {Jakarta: UIN Jakarta press, 2006), Cet. Ke-1, h.vii. 18 lMumuhMuhsii,@ sejarah dan budaya, (Bandung: Izda prima), h. I 84. Pemaparan Oey ljin Eng, yar,g rnerupakan keturunan Cina Benteng ke-S dan merupakan Humas sekaligus kepala Klenteng Boen Tek Bio. William A.Haviland, Antropologt edist keentpat jilid l, lakarta: Erlangga, h.37g . Ibid, h. 380. Koentjaraningrat, n anisia don kebuda1,aan di Indonesia, cet ke 22 , Jakarta : - 2007 .h.364. -'7--l-.'-at' Yudi Latif, Menyemai karatde;-ba"gsa 23 budaya (JuI-u* h. 83. ",n , , kebangkitan berbasis kesastiraan. : Kompas Media Nusantara ,2A0g ), 74< r'? rvrunrDDrn Syah, p s iko lo gi pe ndidikan, 'lr'l// (Bandung: PT.Rosdakarva- 2009)- h t0 --2 Hasbullah, DasarW ( Jakarta: PT.Raja Grafindo persad , 200g) t?.tv 25 h.2. 26 Zurinal Z dan Wahd i Sayui7*gonto, It*, Pendidikan & Dasor dasor peiaksanaan qerydjdikan. ( Jakarta : UIN Jakarta press, 2006 ) h.l. Ibid, h.74. 27 Y 4-.v pead@ ld TimPenyusun 29 Besar Bahasa Indanesia, (Jakarta: pusat Bahasa, 2008), h.l24A. Nasution, Sej arah pendidikan liilnes A, (Jakarta: Bumi Aksara) Cet.Z, h.l 52. 30 lAnwarArifin,p@ pustaka, lVa_sional, ( Jakarta: Balai I ./ .'/ 'L/'v ,'" L---/ --7 2005), I h.t76. _l 33 Koend aran i ng, at, F e, gart a, il rr*Antropologr, Edisi revisi 2009 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h.136. D.r\asurron, liel arah pendi dikan Indones ia (Jakarta: BumiAksara lg95) h ?? Arifin, op. Cit., h. 189. 34 Ibid, h. 190. 35 Tendi, AnalisisfW Masyarakat Tentang pendidikan Di Desa Andantui, Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat (Tinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan Abraham Maslow), (Jakarta: Uin press, 2012).,h.vi. 3I 32 36 I 1--'z<' t/-.r-t' .4.L-.' 4/ry', ChaerihNurlinda@ Suku Dayak Hindu-Budhq terhadap pendidikan i Bimi Segandu formal (penel itian deskripilf kuotitarif Desa Krintun, Losarang Kab. Indt"amayu), (Jakarta: Z0l2)., 4..'\/' ,.vr. Zainudin,Pe*beW 37 luarga dalam membentuk kepribadian melalui komunikosi Islant (Stidt Kasus di Ke Sgmanggi IU I RT.AU/O3 Kel.Cempaka Sugiy,ono, Metode .74 putih, @ (pendekatan kuantitatif, kual itatifi, dan R&D), (Bandung: Alfabeta) , h.14. - - Ibid h.l s -7-4< 2 J Dunarslrnl ArrKunto, prosedur penelitian Suatu pendekaton praktik., (lakarta: Rineka Cipta, 2A0q, Cet. 13, h. I 55. 4 .-o ""L-"- Dagong suyanto dan sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Altematif 4"-J Peadeliatan, (Jakarta: Kenacana, Ed. l,Cetakan ke-3, h.69. 6 -,/ , ouBryono, Metode penelitian pendidikan, (pendekaran kuantitatif, kualitatil dan R&D), (Bandung: Alfabeta) , h.194. 5 -L4/ Sugiyono, 2007). MM Pendekatan Kunatitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 20 l2). Cet.(e-15, 7 )unarslml AnKunto, Stratu pentle katan penelitian prakt*., (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),Cet. 13, 8 h- I 97. p rosedur h. 156. Iranan Soehartono,W, ( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, cet ke I 201l), l0 ll rugryono, Menruhami penelitian Kualitatif, 12 .'Lr"< /L/--v' Dugtyono, Me to d e P e n e I i t i anp e nd i d ikan p e nde kat anKuan riratif, / s.d 7, h.89 Dugryono, Metode penelitian pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta). h.93 oucnanono, op. Utt., h.99. 9 A-n Kualitarif, R&4 (Alfabeta:Bandung :Z0lZ),h.33 dan g. .-7-.a./ I3 Ibid. h.34t. l4 Ibid. h.34s. TV ..L./-7-/' ,L..L.'/ I \rey tJtn tng, wawancara, tanggal 7 Agustus 2 2014 Muhammad Zen, S.Sos, Waruancari, tanggal l4 November 2014 3 4 5 -EmanSis*anto,@ November 2014 Titin, Wawancara, tanggffi Ratna, -a/ ,4-.<.'/ ''1-t'? 4.,L,' 4,.- Wa*ancaia,@ 2014 aL,/-."2'/ _ 6 Uci , Wawancara, tanggal t4 Nwe.be. 2014 7 Ami , Warvancara, tanggal l4 Nor€mbe, 2014 4<< .-?_/1 8 Rita, Wawancara, tanggal l4 November 9 Mahardika Surya Tengga.a, W-wanca.4 tanggal 14 November 2014 20H . ,t-Z--v --L-t_, Jakafta, 22 Desember 2A14 Kajur Pendidikan IPS -"' ./-/ z-1--'-V/ 't Dr. Iw'an Purrvanto. li,{.Fd 19730424 200801 r 012 PEDOMAN OBSERVASI Penelitian Skripsi Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan (Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang) Disusun Oleh : DARA RAHMITA DEWI NIM : 1110015000122 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 OBSERVASI Mulailah kegiatan dengan ucapan basmalah. Identifikasi dan dipahami variabel penelitian, adapun beberapa variabel penelitian yang akan diteliti adalah: 1). Persepsi masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan 2). Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan. Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang peka terintegrasi secara masif. Rasakan, amati, dan dengarkan secara mendalam. Beberapa variabel dan sub variabel yang akan diamati, yaitu: 1. Pendidikan Masyarakat Cina Benteng Amatilah secara mendalam tingkat sosial dan budaya Masyarakat Cina Benteng! a. Pahami dan amati apa saja kegiatan pendukung baik secara sosial dan budaya masyarakat pada pendidikan! b. Sebutkan peran dan lembaga sosial dan budaya di maysarakat Cina Benteng! c. Adakah fasilitas penunjang kegiatan pendidikan dan budaya belajar masyarakat Cina Benteng! 2. Persepsi Masyarakat tentang Pendidikan Amati secara mendalam Persepsi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng! a. Identifikasi Persepsi Mengenai Pendidikan! b. Sebutkan persepsi masyarakat tentang kegiatan pendidikan dan belajar masyarakat! c. Amati dan teliti persepsi masyarakat mengenai pendidikan sekarang dan yang akan datang! 3. Peran Lembaga dan Institusi pendidikan Amati Interaksi Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat! a. Amati interaksi guru dengan masyarakat! b. Amati interaksi siswa dengan masyarakat! Amati dan teliti kegiatan guru dan siswa di sekolah non formal! a. Identifikasi guru/pengajar di sekolah non formal! b. Sebutkan kegiatan guru dan murid di sekolah non formal! c. Amati fasilitas sekolah non formal! Amati kegiatan guru dan siswa di sekolah formal! a. Identidfikasi kegiatan guru/pengajar di sekolah formal! b. Sebutkan kegiatan guru atau murid di sekolah formal! c. Amati fasilitas sekolah formal! Setelah selesai melakukan pengamatan, kemudian cek kembali data pengamatan yang telah dilakukan catat secara jelas. Dan akhiri dengan membaca hamdalah. Dara Rahmita Dewi (1110015000122) Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HASIL WAWANCARA Penelitian Skripsi Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan (Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang) Disusun Oleh : DARA RAHMITA DEWI NIM : 1110015000122 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 HASIL WAWANCARA A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Oey Tjin Eng Pekerjaan : Kepala Klenteng Boen Tek Bio Tempat Wawancara : Klenteng Boen Tek Bio B. Pertanyaan 1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ? Jawab: Untuk Bapak yang satu ini, beliau tidak akan memaparkan mengenai pendidikan yang pernah diemban nya, akan tetapi beliau amat sangat cerdas dan amat sangat menyukai membaca buku baik sejarah, ekonomi, pendidikan, dan terutama budaya. 2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ? Jawab : ya, sudah sangat baik dan dari Masyarakat Cina Benteng pun sudah banyak yang sadar akan penting nya pendidikan, pada saat ini Masyarakat Cina Benteng pun sudah banyak yang mementingkan pendidikan dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Sebagai contoh sudah banyak Masyarakat yang menjadi Sarjana dan berprofesi sebagai Dokter, Insinyur, Pengacara, dan Akuntan dsb. Hal ini tergambarkan bagaimana pola pikir Masyarakat Cina Benteng yang sudah maju mengenai pendidikan. 3. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Budaya Sosial Belajar Masyarakat ? Jawab : pada zaman yang semakin modern budaya belajar pada masyarakat sudah terjalin dengan baik dan terlaksana dengan baik, hal ini menjadikan satu kesatuan yang utuh, mereka beranggapan bahwa dengan belajar kita semua menjadi cerdas, dan kecerdasan dan mengusai ilmu pengetahuan dapat meningkatkan lapisan sosial di masyarakat. Mencari ilmu pengetahuan adalah sebagai tuntutan dan tantangan. 4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan? Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan? Jawab : saya mengetahui, dan sepetahuan saya. Bahwa lembaga pendidikan itu ada lembaga pendidikan keluarga itu yang paling mendasar dalam pembentukan karakter anak, lembaga pendidikan sekolah sebagai penunjang selain di keluarga, dan lembaga pendidikan masyarakat. 5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng? Jawab : menurut saya sudah baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang mendorong tergeraknya masyarakat untuk belajar dan menjalani proses pendidikan.dan sudah banyak sekolah di sekitar wilayah Cina Benteng ini, ada sekolah Kristen, sekolah Budha, sekolah Katolik, dan sekolah Negeri. 6. Bagaimana Peran dan Pengaruh Lembaga Pendidikan Kepada Individu? Jawab : berperan sangat baik dalam meningkatkan pola pikir individu. 7. Bagaimana Peran dan Pengaruh Lembaga Pendidikan Kepada Masyarakat? Jawab : berperan aktif dalam perkembangan masyarakat Cina Benteng khususnya. Dan dengan adanya lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan sebagai jembatan dalam meningkatkan kedudukan masyarakat Cina Benteng di mata masyarakat umunya. 8. Adakah harapan anda mengenai Lembaga atau Institusi Pendidikan untuk masa yang akan datang? Jawab: semoga pendidikan menjadi lebih baik lagi dan menjadikan pendidikan sebagai satu-satunya hal yang harus ditempuh dalam meningkatkan taraf hidup dan menjadikan landasan hidup. A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Mahardika Surya Tenggara Pekerjaan : Wiraswasta Tempat Wawancara : Fotokopi Halinah, Pasar Lama. B. Pertanyaan 1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ? Jawab: Pendidikan Terakhir Saya SMP. 2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ? Jawab : ya saya berpandangan bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam hidup dan dalam hal Masyarakat Cina Benteng pun sudah sadar akan pentingnya pendidikan. Dalam hal ini saya sangat pendidikan gratis dari pemerintah demi kemajuan bangsa, dan baik dalam orang tua saya pun sangat mementingkan pendidikan tapi hal ini tak sejalan dengan kondisi ekonomi keluarga saya yang lemah, menjadikan saya harus putus sekolah, dan saya hanya mengemban pendidikan Cuma sampai SMP. 3. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Budaya Sosial Belajar Masyarakat ? Jawab : sudah amat baik, budaya belajar di Masyarakat yang semakin maju, akan memudahkan dan memotivasi anak untuk terus belajar dan dengan ditambah sarana dan prasana khususnya perpustakaan akan semakin membantu dalam proses belajar, ditambah dengan budaya membaca akan semakin mudah ilmu yang didapat. 4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan? Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan? Jawab : saya mengetahui, yang saya ketahui hanya lembaga pendidikan sekolah, dengan sekolah seseorang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng? Jawab : menurut saya sudah baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang mendorong tergeraknya masyarakat untuk belajar dan menjalani proses pendidikan.dan sudah banyak sekolah di sekitar wilayah Cina Benteng ini, ada sekolah Kristen, sekolah Budha, sekolah Katolik, dan sekolah Negeri. 6. Bagaimana peran dan pengaruh lembaga pendidikan kepada sosial masyarakat? Jawab : berperan aktif bagi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng dan sejauh ini mendorong pola Pikir Masyarakat Cina Benteng yang lebih baik. 7. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang Akan Datang? Jawab : harapan saya kepada lembaga pendidikan agar sekolah di gratiskan dari pemerintah, agar semua masyarakat disini dapat bersekolah, bukan hanya yang mempunyai materi saja yang dapat sekolah. Dan semoga melalui jalur pendidikan generasi selanjutnya lebih baik lagi dan lebih cerdas. A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Titin Pekerjaan : Wiraswasta Tempat Wawancara : Kediaman Ibu Titin, Gg. Gula No.1. B. Pertanyaan 1. Bagaimana Ibu Memandang Pendidikan dan Seberapa Penting Pendidikan ? Jawab: Pendidikan adalah suatu keharusan yang saya tanamkan kepada anak saya, sehingga sudah saya budayakan dan saya tanamkan ketika anak saya sejak kecil, dan menurut saya pendidikan itu amat sangat penting. 2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ? Jawab : kalau menurut saya persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan sudah maju dan sudah menomorsatukan pendidikan, lebih banyak yang mementingkan dibandingkan dengan berdagang. Hal ini dikarenakan dengan pendidikan akan mengangkat derajat keluarga. 3. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Budaya Sosial Belajar Masyarakat ? Jawab : sudah amat baik, budaya belajar di Masyarakat sudah banyak masyarakat selain mencari ilmu di sekolah sudah banyak yang mencari ilmu dengan bimbingan belajar dan les private, karena jika tidak ditambah dengan hal ini maka akan tertinggal pelajaran di sekolah. 4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan? Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan? Jawab : saya mengetahui, yang saya ketahui hanya lembaga pendidikan sekolah saja. 5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng? Jawab : menurut saya sudah baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang mendorong tergeraknya masyarakat untuk belajar dan menjalani proses pendidikan.dan sudah banyak sekolah di sekitar wilayah Cina Benteng ini, ada sekolah Kristen, sekolah Budha, sekolah Katolik, dan sekolah Negeri. Dan ditambah ada sekolah yang bertaraf Internasional. 6. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang Akan Datang? Jawab : saya berharap agar pendidikan untuk masa yang akan datang agar lebih baik lagi, dan Lembaga Pendidikan lebih baik lagi serta Masyarakat lebih mengutamakan sekolah dibandingkan dengan harta, sekolah merupakan kewajiban dan jangan sampai ditinggal hanya karena alasan apapun , karena pendidikan merupakan jembatan untuk mencapai cita-cita. A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Ratna Pekerjaan : Wiraswasta Tempat Wawancara : Jl. Kisamaun No.46, Tangerang. B. Pertanyaan 1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ? Jawab: Pendidikan Terakhir Saya SMU 2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ? Jawab : ya saya berpendapat bahwa pendidikan pada masyarakat Cina Benteng sudah sadar akan arti penting pendidikan, sudah banyak yang sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Serta sudah banyak yang berperan aktif di masyarakat khusus nya karena pendidikan itu lah seseorang menjadi cerdas. 3. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Budaya Sosial Belajar Masyarakat ? Jawab : sudah baik, selain pendidikan sebagai kebutuhan mendasar dalam keluarga saya, saya tanamkan membaca buku sebagai budaya dan saya pun tahu kalau Masyarakat Cina Benteng sejak dahulu hobi membaca. 4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan? Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan? Jawab : saya mengetahui, sekolah salah satu nya. Selain itu keluarga karena keluarga merupakan pembentukan karakter pertama anak. Mau sejuah mana si anak terbentuk yang paling pertama adalah dalam keluarga. Disinilah saya memegang peran aktif untuk memberikan arahan kepada anak-anak saya untuk selalu belajar. 5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng? Jawab : menurut saya sudah baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang mendorong tergeraknya masyarakat untuk belajar, ya semakin bagus sekolah semakin mahal pula biaya nya hehehehe. 6. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang Akan Datang? Jawab : harapan saya kepada lembaga pendidikan agar sekolah di gratiskan dari pemerintah, menjadi lebih baik lagi dalam dunia pendidikan, berguna untuk semua dan agar anak-anak menjadi lebih cerdas lagi dan dapat memajukan Indonesia. A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Uci Sanusi Pekerjaan : Wiraswasta Tempat Wawancara : Damai Motor, Pasar Lama. B. Pertanyaan 1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ? Jawab: SD. 2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ? Jawab : Sudah sadar semua, sudah banyak Masyarakat Cina Benteng yang sekolah dan yang berpendidikan. 3. Usaha-usaha apa saja bapak dalam menyekolahkan anak? Jawab : saya akan selalu berusaha demi menyekolahkan, saya bekerja keras dan berdagang dalam menyekolahkan anak saya, demi menjadi seorang dokter saya berdagang dan selalu berpikiran positif dan selalu memotivasi anak saya. 4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan? Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan? Jawab : saya mengetahui, yang saya ketahui hanya lembaga pendidikan sekolah, dengan sekolah seseorang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng? Jawab : yang bagus jarang yang mahal banyak, karena kalau mahal belum tentu bagus. 6. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Institusi pendidikan di Wilayah Cina Benteng? Jawab : sudah banyak sekolah di kawasan ini, dan tinggal pilih sesuai dengan kemampuan hehehe. 7. Bagaimana peran dan pengaruh lembaga pendidikan kepada sosial masyarakat? Jawab : berperan sangat baik dan mendorong motivasi masyarakat. 8. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang Akan Datang? Jawab : harapan saya agar terdapat perubahan. Terutama dalam hal keamanan, ekonomi, agar lebih nyaman, lebih baik, dan semakin terdidik. Seharus nya ketika seseorang terdidik semakin berakhlak dan melainkan keadaan itu terbalik pada zaman sekarang semakin terdidik sesoerang semakin tidak sopan, seolah pribahasa pada semakin berisi semakin merunduk yang artinya semakin tinggi dan cerdas seseorang semakin bijaksana dan tidak sombong, hal ini sangat timpang. A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Rita Pekerjaan : Wiraswasta Tempat Wawancara : Wiraswasta B. Pertanyaan 1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ? Jawab: Pendidikan Terakhir Saya SMP. 2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ? Jawab : ya sudah baik, sudah banyak yang menyadari betapa penting nya pendidikan bagi kehidupan dan mengangkat derajat kehidupan seseorang. 3. Bagaimana Masyarakat Cina Benteng dalam menempuh Pendidikan dan bagaimana pula untuk menggapai pendidikan tersebut ? Jawab : tergantung bagaimana seseorang itu memandangnya, karena pendidikan itu wajib akan tetapi semua itu sama aja jika kita tidak memiliki kemampuan materi, pendidikan itu terhenti begitu saja. 4. Apa yang mendorong anda untuk menyekolahkan anak anda ? Jawab : saya ingin anak saya cerdas dan ingin menjadikan anak saya menggacapi citacitanya, tidak hanya seperti saya yang hanya sebagai pelayan toko. 5. Bagaimana peran dan pengaruh lembaga pendidikan kepada individu ? Jawab : menurut saya sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kepribadian masyarakat. A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Ami Pekerjaan : Karyawan. Tempat Wawancara : Toko pembina, Pasar Lama. B. Pertanyaan 1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ? Jawab: SMP. 2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ? Jawab : ya, sudah wajib berpendidikan dan sadar akan pendidikan pada Masyarakat Cina Benteng 3. Adakah Pengaruh dari luar dalam usaha meningkatkan pendidikan ? Jawab : dengan adanya dukungan lingkungan sekitar akan menjadikan lebih memperkuat keyakinan terhadap pendidikan. 4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan? Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan? Jawab : saya mengetahui, yang saya ketahui lembaga pendidikan sekolah dan keluarga saja. 5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng? Jawab : baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang bagus dan masyarakat sekitar sini jadi lebih terarah. 6. Bagaimana peran dan pengaruh lembaga pendidikan kepada sosial masyarakat? Jawab : berperan aktif dan bagus bagi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng dan sejauh ini sangat bagus. 8. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang Akan Datang? Jawab : harapan saya kepada lembaga pendidikan agar sekolah lebih berbobot dalam pendidikan karakter dan lebih berkualitas. HASIL OBSERVASI Penelitian Skripsi Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan (Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang) Disusun Oleh : DARA RAHMITA DEWI NIM : 1110015000122 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 HASIL OBSERVASI 1. Pendidikan Masyarakat Cina Benteng Amatilah secara mendalam tingkat sosial dan budaya Masyarakat Cina Benteng! a. Pengamatan tentang kegiatan pendukung baik secara sosial dan budaya Masyarakat pada Pendidikan. Hasil: Banyak sekolah di kawasan Masyarakat Cina Benteng, dan dalam hal budaya di Klenteng pun terdapat perpusatakaan dan terdapat Museum Benteng Heritage terdapat buku-buku bacaan dalam Museum ini. b. Pengamatan peran dan lembaga sosial dan budaya di Maysarakat Cina Benteng. Hasil: Peran dan Lembaga Sosial Budaya di Masyarakat Cina Benteng sudah berjalan dengan baik dan mendorong kegiatan proses pendidikan masyarakat. c. Pengamatan fasilitas penunjang kegiatan pendidikan dan budaya belajar Masyarakat Cina Benteng. Hasil: Untuk fasilitas penunjang terdapat bimbingan belajar dan fasilitas private yang dapat menunjang proses pendidikan. 2. Persepsi Masyarakat tentang Pendidikan Amati secara mendalam Persepsi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng! a. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan. Hasil: Pendidikan untuk Masyarakat Cina Benteng sudah sangat baik dan mementingkan pendidikan dan lebih mengerti arti penting pendidikan yang sesungguhnya. b. Persepsi Masyarakat tentang kegiatan pendidikan dan belajar masyarakat. Hasil: Dalam kegiatan belajar masyarakat sudah berjalan dengan baik demi meningkatkan pendidikan yang lebih baik. c. persepsi masyarakat mengenai pendidikan sekarang dan yang akan datang. Hasil : Persepsi Masyarakat Cina Benteng mengenai Pendidikan untuk sekarang dan yang akan datang sudah sangat baik . 3. Peran Lembaga dan Institusi pendidikan Amati Interaksi Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat! a. Pengamatan interaksi guru dengan masyarakat Cina Benteng. Hasil : Interaksi guru dengan Masyarakat Cina Benteng tidak terlihat, hanya saja interaksi ini sejauh antara orangtua murid (Masyarakat Cina Benteng) yang menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan formal tersebut. b. Pengamatan interaksi siswa dengan masyarakat. Hasil: Interaksi tidak terlihat, karena ketika semua siswa pulang ke rumah masingmasing semua kegiatan terhenti. Amati dan teliti kegiatan guru dan siswa di sekolah formal! a. Identifikasi kegiatan guru/pengajar di sekolah formal. Hasil : Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah sudah cukup baik dan serjalan dengan baik demi kemajuan pendidikan. b. Sebutkan kegiatan guru atau murid di sekolah formal. Hasil : Kegiatan guru dan murid di sekolah formal sudah tentu kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas dan kegiatan ekskul yang dilakukan pada hari sabtu. c. Pengamatan fasilitas sekolah formal. Hasil : Fasilitas sekolah formal yang terdapat pada wilayah ini sudah cukup lengkap, fasilitas ini antara lain: ruang kelas, lapangan olah raga, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, aula, masjid, ruang BK, ruang OSIS, ruang Ekstrakulikuler, ruang Kepala Sekolah, dan ruang Guru. Amati dan teliti kegiatan guru dan siswa di sekolah non formal! a. Identifikasi guru/pengajar di sekolah Non Formal. Hasil: Selain sekolah guru atau pengajar di sekolah nonformal berperan penting karena sebagai penunjang kegiatan siswa dalam belajar dan meningkatkan motivasi untuk terus belajar. b. Sebutkan kegiatan guru dan murid di sekolah Non formal. Hasil: Kegiatan belajar dan mengajar pada tempat bimbingan belajar pada umunya. c. Amati fasilitas sekolah Non Formal. Hasil: Fasilitas yang tersedia di sekolah Non Formal yaitu terdapat pengajar, ruangan ber AC, papan tulis, ATK dsb. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap pendidikan Kantor Pemerintahan Desa Sukasari Sekolah Kristen di Desa Sukasari Gambaran Tangerang tempo dulu Berbagai macam koleksi buku Cina Benteng Klenteng Boen Tek Bio merupakan klenteng tertua di Tangerang yang berumur lebih dari 3 abad Pembentukan karakter pertama Anak adalah orang tua dan Keluarga Museum Benteng Heritage merupakan warisan budaya masyarakat Cina Benteng Bapak Oey Tjin Eng yang merupakan penduduksAsli Tangerang Salah satu masyarakat Cina Benteng yang Sedang melakukan Ibadah Foto klenteng Boen Tek Bio Berdagang merupakan usaha-usaha untuk Menyekolahkan anak di kalangan masyarakat Cina Benteng Foto Wawancara dengan Masyarakat Asli tangerang Masyarakat Cina Benteng pada umunya lebih mementingkan pendidikan Berdagang merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk membiayai sekolah anak-anak masyarakat Cina Benteng Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan Beberapa masyarakat Sedang Berjualan di pasar lama DATA RESPONDEN Penelitian Skripsi “Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap pendidikan” Disusun Oleh : DARA RAHMITA DEWI NIM : 1110015000122 JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 Data Responden 1. Nama Umur : Oey Tjin Eng : 60 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl.Bhakti No.14, Tangerang 15118 No.Telp : 021- 5522168 dan 55773087 Status : Menikah 2. Nama Umur : Muhammad Zen, S.Sos : 45 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat :- No.Telp :- Status : Menikah 3. Nama Umur : Eman Siswanto, ST : 47 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat :- No.Telp :- Status : Menikah 4. Nama Umur : Mardika Surya Tenggara : 26 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl.Penggodokan Kidul No.20, Kotabumi Tangerang. No.Telp : 083815880247 Status : Menikah 5. Nama Umur : Rita : 36 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Unis Tangerang. No.Telp :- Status : Menikah 6. Nama Umur : Titin : 59 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl.Kisamaun Gg.Gula No.1, Tangerang No.Telp : 021- 5521529 Status : Menikah 7. Nama Umur : Ami : 31 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl.Kisamaun No.4, Tangerang. No.Telp :- Status : Belum Menikah 8. Nama Umur : Ratna : 60 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl.Kisamaun No.46, Tangerang. No.Telp :- Status : Menikah 9. Nama Umur : Uci Sanusi : 60 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl.Kisamaun No.46, Tangerang. No.Telp : 081284525777 Status : Menikah PERKT MPUL{N KEAGAT}IAA}{ DAN SOSL{L * BOEN TEK BIO " KECAMATAN KOTA TANGERANG DESA SUK,I.SARI l51 18 JLBhakti No.l 4. Tansera SURAT KETERANGAN NO: i Yang bertanda tangan di bawah ini q. Nqms ' Oew Tiin trno b. Jabatan : Humas iPem : & Perpustakaan Boen Tek Bio Dengan ini menerangkan bahwa: Nama lengkap : Dara Rahmita Dewi Jenis Kelarnin : Perempuan Tempat tanggal Iahir : JalartA Aiarnat lengkap Status Pendidikan : 18 Agusns 1991 Jl.Dewi sartika Gg.KH.TB.ismail Noer No.i9 Ciputat : Mahasiswi di Fahtltas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan r-l-^-J^ r-t-\r^----i /t fnr\ o-.^-i4rriJ^---r-t1^ltjluYvrrt.l} t$lalrr r\(,B{;rr \(Jrl\,, lJyi1rrr nruayaturrarr Jahar ra r r-i----:t-- NIIv{ :1110015000122 Telah melaksanakan kegiatan peneiitian di wilayah Masyaralrat Cina Benteng dengan judul peneiitian "Persepsi Masyarakai Cina tsenieng Terhadap Fendidikair". Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan seperlunya. Tangerang 28 November 2414 Lf.'*^^ rrgura LU o- -g rD^*"^+^l'^^€ B wrPqDt{scs I};^ D^^- .l^1. Dvwu lvh Drv , tr^r. r..,^7n,.,^ I AUrA tnrtuEMtru t l PEMERINTAH KOTA TAT{GERANG KECAMATAN TANGERANG Le el I lEr A LI A l.t 6 It ), A 6 ATD NE,LUrll tt t-I tt II c, TJ 1\ ,t c, FTFI Jt. M.T. Haryono No. 23 Telp/Fax: (021) 5526505 Sukasari Tangerang SURAT KETERANGAN Nomcr. A70 I 231 - SekrU XU I 2014 Berdasarkan surat permohonan Kementerian Agama UtN Jakarta FITK Nomor. Un.O1iF.1,KM.01.3/....12014 perihal Permohonan lzin Penelitian di Kelurahan Sukasari Kecarnatan Tangerang oleh : . : : Nama NIM Jurusan DATIA RAHMI'I'A DEWT 11 100015000122 Pendidikan IPS/Sosiologi-Antropologt Maka dengan ini Lurah Sukasari Kecamalan Tangerang menyatakan bahrva mahasisrvi dengan nama tersebut diatas telah melaksanakan Survey dan Penelitian di Kelurahan Sukasari Kecamalan Tangerang. Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Tangerang 23 Desemb€r 2014 KelN Qr"/ f;t -g k.\ ttlt20a2n KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK FORM (FR) Jl. lr. H. Juada No 95 Ciputat 15412 lodonesk No. Dokumen Tgl. Terbit : : No. Revisi: : Hal FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2010 O2 111 SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.01lF.1lKM.0l.3l. ....DA14 Larnp. : Outline/Proposal Hal : Permohonan Izin Penelitian Jakarta, November 20i,{ Kepada Yth. Kepala Desa Sukasari, Kota Tangerang di Tempat A s s al am u' al a ikum v, r.w b.. Dengan hormat kami sampaikan trahrva, Nama Dara Rahmita Dewi NiM 1110015000122 Jurusan Pendidikan IPS / Sosiologi Semester IX (Sembilan) Judul Skripsi Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan * Antropologi adalah benar mahasisrva/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menlusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasisrva tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. +^^ ---L^rl^rra y!rrrdlrdr A J Wass J^- l.^-:^ ^^*^ C^..i^-^ Uqrr J4rro \)d.u(raO. ^erJu alamu' alaikum y, r.wb. Tembusan: l. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan : Terbit : No. Revisi: : 02 Hal 1t1 KEMENTERIAN AGAMA No. UIN JAKARTA Tgl. FORM (FR) FITK Jt. lr. H Juanda ito 95 Ciputat 15412 tndorcsia Dokumen FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2010 SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.01/F.1/l(M.01. 3l .. ...t2014 Lu*p.'. Hal .lakarta- Nol'emher ?0.1 4 Outline/Proposal : Permohonan Izin Penelitian Kepada Yth. Kepala Klenteng Boen Tek Bio di Tempat As salamu' alaikum v, r.wb. Dengan hormat kami sampaikan bahrva, Nama Dara Rahmita Dcrvi NIM 1 Jurusan Pendidikan IPS / Sosiologi Semester IX (Sembilan) Judul Skripsi Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan r 1001 5000122 - A.nlropologi adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang men)rusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansilsekolah/madrasah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. ra. ---L^r:^,A\.6 p!rr,n!r.rr l[/a s s ,l^- rr-rju l.^-:^ usrr ^^'_^ C^..J^-^ ouirru J4suiniir l.^-: Kirili .,^^-t.^Ucapiian {^_:_^ ljiiih6 r.^^:L iiCSiir. al am u' al aikum w r.w b. Dekan Kajur Pendidikan IPS '^'o--, Tembusan: l. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan ,1 ',-"-/ BIODATA PENULIS Dara Rahmita Dewi terlahir pada 18 Agustus 1991 di Cimanggis Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipuatat Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan C.Rukmana Ibrahim SH, MH dan Iyen Eliyeni Hasnawati. Pendidikan diawali 1998 di MIN 1 Ciputat kelas 2 Pindah sekolah ke SDN No.88 Bengkulu setelah kelas 3 pindah ke SDN Ciputat IX Pada tahun 2000, kemudian melajutkan jenjang pendidikan menengah pertama pada tahun 2004 di MTsn Tangerang II Pamulang hingga tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan menengah atasnya di MAN 4 Model Jakarta hingga akhir lulus tahun 2010, setelah itu melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Hingga sekarang sejak tahun 2010, Tahun 2011 tidak hanya kuliah di UIN. Kuliah NonReguler di Universitas Muhammadiyah Tangerang Fakultas Hukum saat ini. Pengalaman organisasinya diawali dengan menjadi Kopasus Pramuka Gajah Mada. Kemudian di pendidikan memengah pertama menjadi bagian anggota Marching Band yang bernama Gita Cantika hingga saat ini. Ketika dalam bangku perkuliahan, tercatat telah aktif menjadi pengurus di ebberapa organisasi.menjadi Menteri Bidang Sosial di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Masa Jabatan 2012 hingga sekarang, Ketua Angkatan di Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi (FKMB) Jabodetabek Periode 2011-2012, Anggota Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR), Bendahara Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI) periode 20112012. Prestasi yang pernah diraihnya juara kelas di SD dan juara Basket tingkat sekolah dasar se-Kecamatan Ciputat. Pada jenjang pendidikan menengah, pernah menjadi juara I Lomba Puisi Tingkat Kecamatan Pamulang dan Juara Kelas dan pada tingkat pendidikan atas Juara Kelas dan pernah menjadi juara puisi tingkat SMA. Pengalaman kerjanya dimulai menjadi guru private di c&c, kemudian menjadi guru private di lingkungannya rumahnya. Selain itu, juga pernah mengajar di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Bidang Hukum dan kenotariatan digeluti dan melakukan pendalaman keilmuan hukum di Pengadilan Agama Cibadak serta Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Universitas Muhammadiyah Tangerang. Kini hari-harinya habiskan untuk bergelut di dunia pendidikan dan hukum dan tulis menulis, karena untuk mencapai keilmuan yang tinggi diperlukan kerja keras dan sadar bahwa dirinya bukanlah apa-apa, selalu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Menurutnya belajar tidak hanya di bangku sekolah saja atau di ruang kelas saja, belajar dapat dimana saja, di masyarakat sekalipun kita dapat belajar, belajar berempati, belajar bersosialisais, belajar lebih peka terhadap sesama, dan belajar lebih peduli terhadap orang lain. Yang harus diterapkan untuk masa kini dan masa yang akan datang adalah yang harus kita lawan adalah sikap apatis dan yang harus kita junjung adalah sikap peduli.demi keselarasan hidup terhadap sesama dan terhadap orang lain.