MINGGU, 24 APRIL 2016 Benteng Somba Opu Perisai Kota Gowa BERKUNJUNG ke Makassar, Benteng Fort Rotterdam masuk dalam daftar objek wisata yang wajib didatangi. Benteng yang berada di tengah kota ini selain mudah dijangkau. Rumah adat Lawu Oleh Ayudya Adhitya amun, selain Fort Rotterdam, masih ada satu lagi benteng yang juga menarik dikunjungi di Sulawesi Selatan, yakni Benteng Somba Opu. Benteng ini merupakan bukti kegigihan rakyat Makassar yang di pimpin Sultan Hasanuddin melawan penjajah Belanda saat itu. Benteng terkuat yang pernah dibangun di bumi Nusantara, ini berdiri N Sebagian benteng Somba Opu kokoh dan menjadi perisai kota Gowa dari serbuan musuh. Salah seorang ilmuwan Inggris bernama William Wallace, dalam laporannya menyebutkan, di antara benteng yang ada di bekas tanah penjajahan Belanda, Somba Opu yang dibangun kokoh dan kuat. Pernyataan Wallace bisa jadi benar. Sebab, begitu memasuki kawasan ini, akan segera terlihat tembok benteng yang kokoh yang menggambarkan sistem pertahanan yang sempurna. Tembok itu terbuat dari batu bata merah yang tebal sehingga sulit ditembus dan diruntuhkan. Benteng tersebut terletak di Jl Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Jaraknya sekitar enam kilometer sebelah selatan pusat Kota Makassar. Meskipun masih terlihat kokoh, namun wujudnya sudah tidak sempurna lagi. Yang tersisa tinggal beberapa dinding dan tiga buah bastion di sebelah barat daya, tengah, dan barat laut. Yang terakhir ini disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah ditempatkan sebuah meriam paling dahsyat yang dimiliki Indonesia. Meriam itu diberi nama Anak Makassar. Bobotnya mencapai 9.500 kg, dengan panjang 9 meter, dan diameter 4,14 cm. Wajar jika Benteng Somba Opu Rumah adat Majene merupakan pusat pertahanan karena saat itu wilayah ini merupakan pusat perdagangan utama dan pelabuhan untuk rempah-rempah hasil bumi. Di sini berkumpul para pedangang asing dari Eropa dan Negara Asia. Namun saat terjadi serbuan pasukan Belanda, benteng itu dihancurkan bersamaan dengan kalahnya Kerajaan Gowa pimpinan Sultan Hasanuddin. Sultan Gowa Benteng Sombu Opu dibangun pada 1525 oleh Sultan Gowa IX. Pada 1669, Belanda berhasil menaklukkan Gowa. Untuk menghindari munculnya pemberontak pribumi benteng itu dihancurkan hingga terendam ombak pasang. Posisi benteng ini memang berdekatan dengan laut. Pada 1980-an sisa benteng ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuwan. Pada 1990 dilakukan rekonstruksi sehingga tampak lebih baik. Pemerintah daerah terus berupaya untuk melestarikan Taman Mini Sulawesi Selatan JIKA di Jakarta ada Taman Mini Indonesia Indah yang merupakan miniatur Indonesia, di Kompleks Benteng Somba Opu terdapat Miniatur Sulawesi Selatan. Di sini, wisatawan bisa mengunjungi rumah tradisional suku-suku yang ada di propinsi itu, seperti rumah adat Soppeng, Sidrap, Luwu (etnis Bugis), Makassar, Gowa, Bulukumba, dan Selayar (etnis Makassar), serta Mamuju, Majene dan Mamasa (etnis Mandar). Menarik, rumah-rumah adat yang ada di kompleks Benteng Somba Opu lebih otentik dibanding yang ada di daerah asalnya, baik dilihat dari segi ukuran, maupun jenis kayu yang digunakan. Rumah adat dari daerah Sidenreng Rappang (Sidrap) dan Mandar (Sapo Mamunyu) di Somba Opu, misalnya, dibangun seperti ukuran aslinya yang besar.yang berukuran cukup besar, menggunakan tiangtiang kayu-kayu ulin berdiameter 70 ñ 80 cm yang didatangkan dari Kalimantan. Adapun Baruga Somba Opu yang merupakan rumah adat Makassar di tempat itu, ditopang lebih dari 200 tiang. Rumah adat ini merupakan satusatunya. Baruga Somba Opu rumah adat yang memesona. Rumah adat itu menempati areal cukup luas dan terdiri dari tiga bagian, yakni bangunan utama, selasar dan ruangan yang difungsikan sebagai kamar tidur. Lazimnya rumah tradisional di Sulawasi, Baruga Somba Opu berbentuk rumah panggung. Bagian atas digunakan untuk tempat tinggal, sedangkan bagian bawah dibiarkan kosong. Konstruksi panggung dibuat untuk menghindai hewan liar, seperti ular dan babi hutan, agar tak masuk ke dalam rumah. Tak Terawat Rumah adat yang di kompleks Benteng Somba Opu, rata-rata dihuni penjaga beserta keluarganya. Namun sayang, meski ditinggali, kondisi rumah tidak dirawat dengan baik. Sebagai contoh, rumah adat Tongkonan Toraja yang atapnya terlihat rusak, rumah adat Mamasa yang rusak di beberapa bagian, dan Baruga Somba Opu yang terkesan sejarah Benteng yang sangat menakjubkan dengan cara melakukan berbagai pemugaran bagian luar benteng. Seandainya tidak dihancurkan pasti di bagian atas benteng bisa dilalui pejalan kaki. Saat ini ketika berada di lokasi, sulit membayangkan bentuknya aslinya. Menurut peta yang ada di museum Makassar, bentuk benteng, segi empat, tinggi mencapai 8 meter, panjang sekitar 2 Km serta ketebalan dinding mencapai 4 meter. (11) Rumah adat Gowa kumuh. Kesan tak terawat juga terlihat dari sejumlah pagar kayu di depan rumah adat yang rusak, rumput liar yang tumbuh subur di banyak tempat, serta sejumlah papan petunjuk yang rusak. Setiap rumah adat dibangun dengan cara unik dengan arsitektur bangunan yang melukiskan filosofi budaya asal. Sebagai contoh, garis yang terdapat di rumah bagian depan atas rumah. Ada yang berjumlah tiga, ada yang berjumlah empat. Begitu pula ukir-ukiran penghias tiang, tiap daerah punya ciri khas. Kawasan Benteng Somba Opu, khususnya kompleks rumah adat Sulawesi Selatan perlu segera dibenahi agar lebih menarik perhatian pengunjung. Pengelola memang telah melengkapi objek wisata itu dengan fasilitas taman burung dan pusat permainan anak. Namun jika tidak diawasi, keberdaan fasilitas tersebut dikhawatirkan dapat merusak situs banteng. (11)