benzil violet 4b - Sentra Informasi Keracunan Nasional

advertisement
KARBON TETRAKLORIDA
CARBON TETRACHLORIDE
1. N a m a
Golongan
Halogen, alifatik.
Sinonim / Nama Dagang
Methane,
tetrachloro-;
Carbon
chloride
(CCl4);
Perchloromethane;
Tetrachloromethane; Benzinoform; Necatorina; R 10; R 10 (Refrigerant); RCRA
U211; UN 1846; STCC 4940320; CCl4; OHS04310; RTEECS FG4900000,
Tetrafinol; Univerm; Vermoestricid.
Nomor Identifikasi :
Nomor CAS
: 56-23-5
Nomor OHS
: 04310
Nomor RTECS
: FG4900000
Nomor EC (EINECS)
: 200-262-8
UN
: 1846
STCC
: 4940320
2. Sifat Fisika Kimia
Nama bahan
Karbon tetraklorida
Deskripsi
Bentuk cair, tidak berwarna, berbau khas, tidak dapat menyala. Berat molekul
153,82; Rumus molekul CCl4 ; Titik didih 77oC (171 F); Titik beku -23oC (-9 F);
Gravitasi spesifik (air=1): 1,5940; Kelarutan dalam air 0,08% @ 20oC; Dapat larut
dalam alkohol, benzen, kloroform, eter, karbon disulfida, petroleum eter, naphtha,
aseton, fixed & volatile oils.
Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya
Peringkat NFPA (Skala 0-4):
Kesehatan 0
= Tingkat keparahan sangat rendah
Kebakaran 0
= Tidak dapat terbakar
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
Klasifikasi EC:
T
= Beracun
N
= Berbahaya untuk lingkungan
Xn
= Berbahaya
R23/24/25
= Beracun bila terhirup, bersinggungan/kontak dengan
kulit, dan tertelan
R40
= Risiko karena pengaruh yang tidak dapat balik
R48/23
= Beracun: berbahaya karena kerusakan serius pada
kesehatan akibat pemaparan jangka panjang melalui
saluran pernafasan
R52/53
= Berbahaya
bagi
organisme
perairan,
dapat
menyebabkan efek yang merugikan jangka panjang di
lingkungan perairan
R59
= Berbahaya bagi lapisan ozon
S1/2
= Jaga pada posisi menghadap ke atas dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak
S23
= Jangan menghirup gas/asap/uap/spray (penamaan
yang layak ditunjukkan oleh produsen)
S36/37
= Pakai/kenakan pakaian dan sarung tangan pelindung
yang baik
S45
= Jika terjadi kecelakaan atau jika anda tidak sehat, jika
memungkinkan segera bawa ke dokter / rumah sakit /
puskesmas (perlihatkan label kemasan)
S59
= Konsultasi dengan produsen tentang informasi daur
ulang/recovery/recycling
S61
= Hindari/cegah pembuangan ke lingkungan. Rujukan
pada Lembar Data Keamanan/Instruksi Khusus
3. Penggunaan
Untuk pendingin; fumigasi atau pengasapan di pertanian; pemadam kebakaran;
cairan pembersih; penghilang noda; bahan pelarut untuk lemak, minyak, lilin,
karet, dll; bahan awal untuk pembuatan senyawa organik.
4. Identifikasi Bahaya
Risiko utama dan sasaran organ
Bahaya utama terhadap kesehatan: Depresi sistem saraf pusat, dicurigai sebagai
penyebab kanker (pada hewan)
Organ sasaran: Sistem saraf pusat, hati, ginjal.
Rute paparan
Paparan jangka pendek
Terhirup
Iritasi, gangguan pencernaan, sakit kepala, gejala mirip mabuk, kongesti paru,
efek pada otak, kejang, koma.
Kontak dengan kulit
Efek sama seperti pada paparan jangka pendek terhirup, ruam, gejala mirip
mabuk.
Kontak dengan mata
Tidak tersedia informasi.
Tertelan
Efek sama seperti pada paparan jangka pendek terhirup, gejala mirip mabuk,
kongesti paru.
Paparan jangka panjang
Terhirup
Efek sama seperti pada paparan jangka pendek terhirup, gangguan penglihatan,
kerusakan ginjal, kerusakan hati, efek reproduktif, kanker.
Kontak dengan kulit
Efek sama seperti pada paparan jangka pendek terhirup, kerusakan ginjal,
kerusakan hati.
Kontak dengan mata
Tidak tersedia informasi.
Tertelan
Kerusakan ginjal, kerusakan hati, kanker.
5. Stabilitas dan reaktivitas
Reaktivitas
: Stabil pada suhu dan tekanan normal
Kondisi yang harus
: Panas, nyala, percikan dan sumber nyala lain
dihindarkan
Tancampurkan
: Bahan yang dapat menyala, garam logam,
peroksida, halogen, bahan pengoksidasi, logam,
basa, amina
Karbon tetraklorida dengan
Allil alkohol
: Membentuk produk yang eksplosif
Alumunium oksida +
: Dengan adanya udara menimbulkan reaksi
kobalt + molibdenum
eksoterm
Alumunium triklorida
: Tancampurkan
Benzoil peroksida
: Tancampurkan
Benzoil peroksida dan
: Reaksi ledakan kuat
etilen
Boran
: Berpotensi menimbulkan reaksi ledakan jika
kontak
Bromin trifluorida
: Reaksi eksoterm
Kalsium disilida
: Kemungkinan meledak jika terbentur
Kalsium hipoklorit
: Meledak pada pemanasan
Klorin trifluorida
: Membentuk campuran yang eksplosif
Dimetilasetamid
: Reaksi eksoterm dengan peningkatan tekanan
atau reaksi kuat dengan adanya besi
Dimetilformamid
: Reaksi kuat dengan adanya besi atau pada suhu
di bawah 100oC
Dinitrogen tetraoksida
: Membentuk campuran yang sensitif terhadap
guncangan
Etilen
: Dapat membentuk campuran yang eksplosif
Flourin
: Reaksi kuat atau kemungkinan ledakan
Heksaklorosikloheksan
: Reaksi kuat
Logam
: Kemungkinan meledak pada pemanasan atau
benturan
Oksigen (cair)
: Reaksi ledakan kuat
Plastik, karet, dan
: Kemungkinan akan dirusak
pelapis
Kalium tert-butoksida
: Terbakar
Silanes (di-, tri-, tetra-)
: Reaksi eksoterm dengan kemungkinan ledakan
Silver perklorat dan
: Menghasilkan campuran yang eksplosif
hidrogen klorida
Trietildialuminium
: Membentuk produk yang sensitif terhadap panas
sesquiklorida
Tetraetilenpentamin
: Kemungkinan reaksi ledakan
Lilin (terbakar)
: Reaksi eksplosif
Bahaya dekomposisi
: Fosgen, senyawa terhalogenasi, oksida karbon
Polimerisasi
: Tidak terpolimerisasi
6. Penyimpanan

Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
standard yang berlaku.

Simpan terpisah dari bahan yang tancampurkan.

Hindarkan dari kerusakan fisik.

Simpan di tempat yang sejuk dan kering.

Simpan di tempat yang berventilasi baik.

Hindarkan panas, nyala, percikan api, dan sumber api lain.
7. Toksikologi
Toksisitas
Data pada manusia
TCL0 inhalasi-manusia 20 ppm; TDL0 oral-wanita 1800 mg/kg; TDL0 oral-pria
1700 mg/kg; LDL0 oral-pria 429 mg/kg; LCL0 inhalasi-manusia 1000 ppm;
TCL0 inhalasi-human 45 ppm/3 hari; TCL0 inhalasi-manusia 317 ppm/30
menit; LCL0 inhalasi-manusia 5 pph/5 menit; LDL0 rute tidak dilaporkan-pria
93 mg/kg.
Data pada hewan
Data iritasi:
4 mg kulit-kelinci iritasi sedang; 500 mg/24 jam kulit-kelinci iritasi sedang;
2200 µg/30 detik mata-kelinci iritasi sedang; 500 mg/24 jam mata-kelinci iritasi
sedang.
Data toksisitas:
LD50 oral-tikus (rat) 2350 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus (rat) 8000 ppm/4 jam; LD50
kulit-tikus (rat) 5070 mg/kg; LD50 intraperitoneal-tikus (rat) 1500 µL/kg; LDL0
intratrakeal-tikus (rat) 90 mg/kg; LD50 oral-tikus (mouse) 8263 mg/kg; LC50
inhalasi-tikus (mouse) 9526 ppm/8 jam; LD50 intraperitoneal-tikus (mouse) 572
mg/kg; LD50 subkutan-tikus (mouse) 31 gm/kg; LDL0 oral-anjing 1 gm/kg; LCL0
inhalasi-anjing 14620 ppm/8 jam; LD50 intraperitoneal-anjing 1500 mg/kg;
LDL0 intravena-anjing 125 mg/kg; LCL0 inhalasi-kucing 38110 ppm/2 jam;
LDL0 subkutan-kucing 300 mg/kg; LD50 oral-kelinci 5760 mg/kg; LD50 kulitkelinci >20 gm/kg; LDL0 intraperitoneal-kelinci 477 mg/kg; LDL0 subkutankelinci 3 gm/kg; LD50 intravena-kelinci 5840 mg/kg; LD50 oral-marmut 5760
mg/kg; LD50 kulit-marmut >9400 µL/kg; LD50 intraperitoneal-ayam 4497 mg/kg;
LCL0 inhalasi-katak 58 gm/m3; LD50 oral-mammalia 6 gm/kg; LC50 inhalasimammalia
34500 mg/m3; TDL0 oral-tikus (rat) 1200 mg/kg/12 minggu
intermittent; TDL0 oral-tikus (rat) 4197 µg/kg/28 hari intermittent; TDL0 oraltikus (rat) 400 mg/kg/10 hari intermittent; TCL0 inhalasi-tikus (rat) 41 mg/m3/4
jam-8 hari intermittent; TCL0 inhalasi-tikus (rat) 61 mg/m3/90 hari kontinyu;
TCL0 inhalasi-tikus (rat) 400 ppm/1 jam-46 hari intermittent; TCL0 inhalasitikus (rat) 200 ppm/7 jam-27 jam intermittent; TCL0 inhalasi-tikus (rat) 50
ppm/3 jam-8 minggu intermittent; TDL0 subkutan-tikus (rat) 31200 µL/kg/12
minggu intermittent; TDL0 oral-tikus (mouse) 8750 mg/kg/14 hari intermittent;
TDL0 oral-tikus (mouse) 1080 mg/kg/90 hari intermittent; TDL0 oral-anjing 636
gm/kg/16 hari intermittent; TCL0 inhalasi-anjing 515 mg/m3/8 jam-6 minggu
intermittent; TCL0 inhalasi-monyet 515 mg/m3/8 jam-6 minggu intermittent;
TCL0 inhalasi-monyet 61 mg/m3/90 hari kontinyu; TCL0 inhalasi-monyet 200
ppm/8 jam-46 minggu intermittent; TCL0 inhalasi-kelinci 515 mg/m3/8 jam-6
minggu intermittent; TCL0 inhalasi-kelinci 61 mg/m3/90 hari kontinyu; TCL0
inhalasi-kelinci 100 ppm/7 jam-30 minggu intermittent; TCL0 inhalasi-kelinci
100 ppm/m3/3 jam-35 minggu intermittent; TCL0 inhalasi-marmut 515 mg/m3/8
jam-6 jam intermittent; TCL0 inhalasi-marmut 61 mg/m3/90 hari kontinyu; TCL0
inhalasi-marmut 100 ppm/7 jam-33 minggu intermittent; TCL0 inhalasi-marmut
25 ppm/8 jam-46 minggu intermittent.
Karsinogenik
NTP: Diantisipasi sebagai karsinogen bagi manusia; IARC: Bukti pada manusia
tidak memadai, bukti pada hewan memadai, Group 2B – Kemungkinan
karsinogenik untuk manusia; ACGIH: A2 – Dicurigai sebagai karsinogen pada
manusia; TRGS 905: K 3
Karbon tetraklorida diujikan pada beberapa jenis hewan uji, yaitu mencit melalui
oral dan intratrakeal, tikus melalui oral, subkutan, inhalasi. Pada beberapa strain
mencit menimbulkan tumor hati, termasuk karsinoma hepatoseluler. Pada
beberapa strain tikus menimbulkan tumor hati jinak dan ganas; dan pada satu uji
injeksi subkutan, teramati peningkatan insiden adenokarsinoma kelenjar susu.
Data Tumorigenik
TDLo subkutan-tikus (rat) 15600 mg/kg-12 minggu intermittent; TDL0 minggu oraltikus (mouse) 4400 mg/kg-19 minggu intermittent; TDL0 parenteral-tikus (mouse)
305 gm/kg-30 minggu intermittent; TDL0 oral-hamster 9250 mg/kg-30 minggu
intermittent; TD oral-tikus (mouse) 12 gm/kg-88 hari intermittent; TD subkutantikus (rat) 100 gm/kg-25 minggu intermittent; TD subkutan-tikus (rat) 31 gm/kg-12
minggu intermittent; TD subkutan-tikus (rat) 182 gm/kg-70 minggu intermittent; TD
oral-tikus
(mouse) 8580 mg/kg-9 minggu intermittent; TD oral-tikus (mouse)
57600 mg/kg-12 minggu intermittent.
Data Mutagenik
Mutasi pada mikroorganisme – Salmonella typhimurium 20 µL/L (+S9); DNA
adduct – Escherichia coli 300 ppm; DNA repair – Escherichia coli 12500
ng/sumur; Phage inhibition capacity – Escherichia coli 200 µg/sumur; Mutasi pada
mikroorganisme – Aspergillus nidulans 5000 ppm (-S9); Konversi gen dan
rekombinasi miotik - Aspergillus nidulans 500 ppm; Hilangnya kromosom seks
dan non-disjungsi - Aspergillus nidulans 500 ppm; DNA adduct – tikus (rat)
intraperitoneal 367 µmol/kg; Kerusakan DNA – tikus (rat) subkutan 31 gm/kg
selama 12 minggu intermittent; Kerusakan DNA – hati tikus (rat) 3 mmol/L; Uji
mutasi lainnya – tikus (rat) intraperitoneal 100 mg/kg; Sintesis DNA tidak
terjadwal – tikus (rat) oral 1400 mg/kg; Uji mutasi lainnya – tikus (rat) oral 50
mg/kg; Analisis sitogenik – tikus (rat) subkutan 31 gm/kg selama 12 minggu
intermittent; DNA adduct – tikus (mouse) intraperitoneal 367 µmol/kg; DNA
adduct – hati tikus (mouse) 10 µmol; Kerusakan DNA – tikus (mouse) oral 335
µmol/kg; Kerusakan DNA – limfosit tikus (mouse) 6550 µmol/L; Sintesis DNA
tidak terjadwal – tikus (mouse) oral 100 mg/kg; Inhibisi DNA – tikus (mouse) oral
2 gm/kg; Transformasi morfologi – embrio hamster 500 µg/L; Hilangnya
kromosom seks dan non-disjungsi – paru hamster 1600 µmol/L; DNA adduct –
limfosit mammalia 1 mmol/L.
.
Data Reproduksi
TDL0 oral-tikus (rat) betina hamil 3 gm/kg selama 14 hari kontinyu; TCL0 inhalasitikus (rat) betina hamil 300 ppm/7 jam selama 6-15 hari kontinyu; TCL0 inhalasitikus (rat) betina hamil 250 ppm/8 jam selama 10-15 hari kontinyu; TDL0
intraperitoneal-tikus
(rat)
jantan
71500
mg/kg
selama
15
hari;
TDL0
intraperitoneal-tikus (rat) jantan 5 gm/kg selama 1 hari; TDL0 parenteral-tikus (rat)
betina hamil 2384 mg/kg selama 18 hari kontinyu.
Data Tambahan
Dapat menembus plasenta. Dapat diekskresikan pada air susu ibu. Alkohol dapat
meningkatkan efek toksik. Stimulan, seperti epinefrin, dapat menginduksi fibrilasi
ventrikuler.
Salah satu uji yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan risiko leukemia
pada anak-anak yang ayahnya bekerja di bidang yang terpapar pelarut
terklorinasi setelah anak tersebut lahir.
Informasi Ekologi
Toksik sedang bagi kehidupan perairan.
Toksisitas pada ikan
: LC50
(mortalitas)
(Pimephales
fathead
promelas)
minnow
43100
µg/L
selama 96 jam
Toksisitas pada
invertebrata
: EC50 (regenerasi) cacing pipih (Dugesia
japonica) 1500 µg/L selama 7 jam
Toksisitas pada alga
: EC10 (pertumbuhan populasi) alga hijau
(Haematococcus pluvialis) >136000 µg/L NR
jam
Toksisitas lain
: EC50 (teratogenisitas) katak leopard (Rana
pipiens) 900 µg/L selama 8 jam
8. Efek Klinis
Keracunan akut
Terhirup
Dapat menyebabkan iritasi. Terpapar 25-117 ppm bahan dapat menyebabkan
mual, sakit kepala, pusing, depresi, narkosis, dispepsia, penglihatan terbatas, dan
kerusakan hati. Pada paparan 1000-2000 ppm/60-90 menit dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran, koma, dan kematian. Kematian dapat disebabkan oleh
terganggunya pernafasan atau circulatory collapse, atau kadang-kadang fibrilasi
ventrikuler. Efek lain yang mungkin timbul adalah nyeri perut, diare, muntah,
hematemesis, kekacauan mental, hipotensi, dan konvulsi. Jika kematian tidak
terjadi dengan segera, periode simptomatik selama beberapa hari dapat diikuti
nekrosis ginjal dengan albuminuria, oliguria atau anuria, edema, edema paru, dan
uremia. Nekrosis hepatika dengan akumulasi lemak dapat terjadi dengan gejala
berupa mual, anoreksia, flatulance, muntah, sakit perut, kuning, dan perbesaran
serta pelunakan hati. Gagal hati dapat disertai dengan enselopati. Pada kasus
yang tidak fatal, fungsi hati dan ginjal dapat kembali normal. Organ lain yang
mungkin terpengaruh adalah pankreas, adrenal, testis, limpa, pituitari, dan tiroid.
Nekrosis hepatika, nefrosis, dan kematian terjadi pada peminum alkohol yang
terpapar bahan 250 ppm/15 menit; sakit kepala ringan dilaporkan terjadi pada
non peminum alkohol.
Kontak dengan kulit
Kontak dengan cairan bahan dapat menimbulkan nyeri yang jelas disertai
eritema, hiperemia, dan weal formation yang diikuti vesikasi, erupsi kulit.
Kemungkinan terserap melalui kulit untuk menimbulkan efek seperti pada
paparan akut terhirup.
Kontak dengan mata
Kontak dengan cairan bahan atau uapnya dapat menyebabkan iritasi ringan dan
transien serta luka konjungtival minor.
Tertelan
Dapat menimbulkan efek seperti pada paparan akut terhirup. Aspirasi dapat
menyebabkan edema paru primer. Dosis 40-48 mg/kg menimbulkan luka hati
pada hewan uji. Penelanan 1,5 mL bahan dapat menyebabkan kematian.
Keracunan kronik
Terhirup
Paparan berulang atau panjang dapat menyebabkan efek seperti pada paparan
akut terhirup. Efek lain antara lain anemia dan berbagai gangguan penglihatan,
seperti blind spots, spots before eyes, pandangan berkabut, restriksi bidang
warna yang dapat mengindikasikan neuritis optik atau atrofi. Juga telah
dilaporkan adanya tumor hati yang berhubungan dengan sirosis hati pada orang
yang terpapar bahan. Studi mortalitas pada pekerja laundry dan dry cleaning
yang terpapar karbon tertraklorida dan berbagai pelarut menunjukkan adanya
kanker pada sistem pernafasan, tumor hati, kanker serviks, dan leukemia. Pada
tikus, paparan inhalasi kronik menimbulkan tumor hati jinak dan ganas. Efek
reproduktif pada hewan uji yang dilaporkan antara lain fertilitas, embriotoksisitas,
fetotoksisitas, dan degenerasi epitel germinal testikuler sedang hingga kentara.
Kontak dengan kulit
Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan iritasi dan dermatitis
akibat aksi defatting pada kulit. Bahan toksik dapat diserap melalui kulit sehingga
menimbulkan efek seperti pada paparan kronik terhirup.
Kontak dengan mata
Tidak tersedia informasi.
Tertelan
Paparan berulang pada hewan uji menimbulkan perubahan hati dan ginjal, yaitu
tumor hati, termasuk karsinoma hepatoseluler pada beberapa strain mencit; dan
tumor hati jinak dan ganas pada tikus. Menurut hasil evaluasi RTECS, pemberian
bahan pada mencit melalui oral menimbulkan peningkatan insiden tumor kulit
neoplastik yang signifikan secara statistik. Pemberian bahan selama kehamilan
dapat menimbulkan toksisitas maternal, resorpsi pada fetus, tetapi bukan
teratogenisitas atau efek berat lain.
9. Pertolongan Pertama
Terhirup
Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu
gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Kontak dengan kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci
dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai
dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu
segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Kontak dengan mata
Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal
(NaCl 0,9%), selama 15-20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata
dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan
tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.
Tertelan
Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan
sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak
sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada
panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala
menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.
Catatan untuk dokter: Pertimbangkan kumbah lambung dan katartik.
10. Penatalaksanaan
Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
d. Jaga tekanan darah dengan memberikan larutan glukosa 5 % secara
intravena
e. Obati koma dan aritmia jika terjadi. Perhatian: Hindari penggunaan epinefrin
atau amina simpatomimetik lainnya karena dapat menginduksi atau
memperberat aritmia. Takiaritmia yang disebabkan oleh peningkatan
sensitivitas miokardial dapat diobati dengan propanolol, 1-2 mg IV untuk
orang dewasa, atau esmolol, 0,025-0,1 mg/kg/menit IV. Amati pasien
sekurangnya selama 4-6 jam setelah terpapar dan lebih lama lagi jika
simptomatik.
f.
Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30
menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin
diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam.
Anak-anak: 200-300 µg/kg BB
Dekontaminasi
a. Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
 Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan
miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
 Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur
perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk
setiap mata.
 Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
 Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
 Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
 Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)
 Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
 Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau
kertas secara lembut. Jangan digosok.
 Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
 Penolong
perlu
dilindungi
dari
percikan,
misalnya
dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati
untuk tidak menghirupnya.
 Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
c. Dekontaminasi saluran cerna
Berikan arang aktif secara oral jika kondisinya memungkinkan.
Pertimbangkan kumbah lambung jika penelanan bahan terjadi masih
dalam jangka waktu 60 menit.
11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri
Batas paparan karbon tetraklorida:
10 ppm OSHA TWA
25 ppm OSHA batas tertinggi
200 ppm OSHA puncak 5 menit/4 jam
2 ppm (12,6 mg/m3) OSHA TWA
5 ppm (31 mg/m3) ACGIH TWA (kulit)
10 ppm (63 mg/m3) ACGIH STEL
2 ppm (12,6 mg/m3) NIOSH direkomendasikan STEL 60 menit
65 mg/m3 (10 mL/m3) DFG MAK 4 kali/shift
2 ppm (13 mg/m3) UK OES TWA
Metode pengukuran: Carbon active tube; karbon disulfida; kromatografi gas
dengan deteksi ionisasi nyala; NIOSH III # 1003, terhalogenasi.
Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Pastikan
dipatuhinya batas paparan yang sudah ditentukan.
Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan. Sediakan kran
pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan
area kerja.
Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia.
Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia.
Respirator: Berdasarkan rujukan dari NIOSH dan/atau OSHA
Pada berbagai konsentrasi yang dapat dideteksi:
Berbagai alat pernafasan
yang dilengkapi masker wajah penuh dan
dioperasikan dalam mode memerlukan tekanan atau tekanan positif lainnya.
Berbagai respirator pemasok udara dengan masker wajah penuh dan
dioperasikan dalam bentuk yang memerlukan tekanan atau tekanan positif
lainnya yang dikombinasikan dengan escape supply yang terpisah.
Pelindung wajah untuk keluar dari sumber paparan (Escape):
Berbagai respirator pemurni udara yang dilengkapi masker wajah penuh dan
canister uap organik.
Berbagai tipe escape yang sesuai, dilengkapi alat pernafasan.
Sedangkan untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau sangat berbahaya bagi
kehidupan dan kesehatan:
Setiap alat pernafasan serba lengkap memiliki pelindung wajah penuh.
12. Manajemen Pemadam Kebakaran
Bahaya ledakan dan kebakaran: Bahaya kebakaran ringan. Karbon tetraklorida
tidak terbakar.
Media pemadam kebakaran: Bahan kimia kering, air, busa.
Kebakaran besar: Gunakan busa dan semprotan air.
Pemadaman Kebakaran: Pindahkan wadah dari daerah yang terbakar jika bisa
dilakukan tanpa adanya risiko. Jangan menyebarkan ceceran atau tumpahan
bahan dengan aliran air bertekanan tinggi. Buat saluran untuk pembuangan
lebih lanjut. Gunakan bahan pemadam di sekitar api.
13. Manajemen Tumpahan
Evakuasi daerah bahaya. Konsultasikan kepada ahlinya. Kumpulkan tumpahan
semampu mungkin lalu masukkan ke dalam wadah yang tertutup. Serap sisa
tumpahan dengan pasir atau absorben inert dan pindahkan ke tempat yang
aman. Jangan biarkan bahan kimia ini memasuki lingkungan
14. Daftar Pustaka
 Budavari, S. (Ed.). The Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals, Drugs,
and Biologicals. Twelfth Edition. Merck & Co., Inc. New Jersey. 1996. p. 297.
 OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville, 1997.
 Olson K.R., Poisoning & Drug Overdose, Fourth Edition, McGraw Hill
Companies, Inc., USA, 2004, p. 153-155.

Sittig, M. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens.
Third Edition. Noyes Publications. New Jersey. 1991.

http://monographs.iarc.fr/ENG/Classification/index.php
(Diunduh
Agustus
2010)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Disusun oleh:
Sentra Informasi Keracunan Nasional (SiKer Nas)
Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI
Tahun 2010
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Download