JURNAL IMPLIKASI HUKUM AKUISISI BADAN USAHA MILIK NEGARA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA Program Studi Ilmu Hukum Oleh MUH. IBNU JAUZI D1A 012 307 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2017 i ii IMPLIKASI HUKUM AKUISISI BADAN USAHA MILIK NEGARA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA Muhammad Ibnu Jauzi D1A012307 Fakultas Hukum Universitas Mataram ABSTRAK Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui akibat hukum dari tindakan pengambilalihan Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan peraturan perundang-undangan lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa BUMN yang diakuisisi (target company) tetap eksis sebagai anak perusahaan dari BUMN pengakuisisi (acquiring company) baik jenis kegiatan usaha tersebut sinergis maupun tidak dalam tingkatan produksi yang sama atau bidang kegiatan usaha yang berbeda dengan BUMN pengakuisisi. Akibat hukum pengambilalihan yaitu beralihnya pengendalian terhadap BUMN yang diambilalih kepada BUMN pengambilalih tetapi hal tersebut harus dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham, kreditor, dan karyawan serta asas persaingan usaha yang sehat dan asas kepentingan masyarakat. Katakunci : Akibat Hukum, Akuisisi, BUMN. "Legal Consequence of State Own Enterprise Acquisition in Accordance with Act No. 19 Year 2003 on State Enterprise or BUMN" Abstract This research was purposed to analyse the Legal Consequence of State Own Enterprise Acquisition in Accordance with Act No. 19 Year 2003 on State Enterprise or BUMN and the other rules. This is a normative legal reseach wich is using legislative approaach, conceptual approach and case approach. The research findings and discussion revealed that the acquired state enterprise is still exist as subsidiary of acquiring state enterprise or company whether it was between the sinergical businesses or in different level manufacturing and different field of business of state own company. The legal consequence of acquisition is a move of acquised state own enterprise control to the acquiring company and it legally requires the protection of the state own company interest, creditor, stockowner, official employee, fearness of business principle and public interest principle. Keywords : Legal consequence, Acqusition, BUMN. i I. Negara dalam PENDAHULUAN menyelenggarakan kemakmuran diusahakan dari berbagai sektor terutama dari pemerintah dalam perekonomian bagi rakyatnya dapat sektor ekonomi. Peran langsung Negara dikonkritisasi dengan adanya kegiatan usaha perusahaan perusahaan milik Negara yang dikenal dengan Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN.1 Menurut Pasal 1 Angka 1 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (di singkat BUMN) bahwa BUMN adalah Badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Pada umumnya, semua jenis dan macam BUMN harus berbentuk Perseroan Terbatas sehingga semua kegiatan usaha, susunan kepengurusan perusahaan, dan hal-hal yang menyangkut pertanggung jawaban ke dalam maupun ke luar perusahaan masih tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebelum diatur berbeda menurut aturan terbaru tentang BUMN. BUMN sebagai perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) juga merupakan badan usaha yang memiliki risiko pailit karena berada pada keadaan tidak mampu atau tidak mau membayar utang dan jika terdapat dua kreditur atau lebih dan minimal salah satunya sudah jatuh tempo. Selain masalah diatas BUMN juga berisiko mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan keberlangsungan kegiatan usaha BUMN atau masalah-masalah lainnya yang dapat merugikan investor. 1 Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara dalam Privatisasi BUMN, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 69 ii Ada banyak cara atau solusi untuk menyelesaikan permasalahan BUMN tersebut demi kemajuan dan keberlangsungan perusahaan tersebut, salah satunya dengan melalui akuisisi atau pengambilalihan perusahaan. Selain solusi di atas, terdapat banyak faktor ,motivasi, dan tujuan yang melatarbelakangi pengakuisisian sebuah perusahaan milik Negara. Namun yang menjadi permasalahan setelah terjadinya peristiwa hukum pengambilalihan BUMN adalah bagaimana implikasi hukum dari pengambilalihan itu sendiri terhadap perusahaan Negara yang diambil alih? Sedangkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara itu sendiri terutama tentang pengambilalihan BUMN yang mana dinyatakan dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap BUMN atau perseroan terbatas tersebut. Kata “dapat mengakibatkan” dalam Peraturan Pemerintah tersebut mengandung makna kaedah hukum perkenan2atau berisi kaedah hukum fakultatif yang sifatnya melengkapi, subsidair atau dispositif.3 Pada dasarnya, kalau diinterpretasikan secara a contrario berarti pengambilalihan BUMN bisa saja tidak mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perusahaan Negara tersebut sebagai salah satu implikasi hukum dari peristiwa hukum pengambilalihan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan akuisisi BUMN oleh 2 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar) , Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm. 32 3 Ibid iii BUMN lainnya dan 2. Bagaimana implikasi hukum akuisisi BUMN oleh BUMN lainnya. Penelitian ini bertujuan : a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan dari akuisisi BUMN oleh BUMN lainnya dan b. Untuk mengetahui bagaimana implikasi hukum dari akuisisi BUMN oleh BUMN lainnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Secara Akademis, untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Mataram b. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritisdalam bentuk sumbangan saran untuk perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan untuk bidang hukum bisnis pada khususnya yang berhubungan dengan implikasi hukum akuisisi BUMN oleh BUMN lainnya c. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai bahan referensi serta tambahan informasi bagi praktisi dan masyarakat tentang implikasi hukum akuisisi BUMN oleh BUMN lainnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan, konseptual dan kasus. Teknik pengumpulan bahan hukum yaitu dengan studi kepustakaan yaitu dengan menelaah buku-buku, artikel, karya tulis lainnya. Menggunakan data sekunder yang berupa bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah pengambilalihan BUMN, bahan hukum sekunder yaitu buku-buku atau referensi yang menjadi rujukan dalam penelitian. iv II. PEMBAHASAN Pengaturan Akuisisi BUMN oleh BUMN lainnya Pengambilalihan BUMN pada dasarnya identik dengan pengambilalihan perusahaan pada umumnya karena dilakukan dengan pengambilalihan saham perusahaan.4 Namun terdapat aspek-aspek yang berbeda antara status BUMN sebagai perusahaan milik negara yang eksistensinya diatur langsung oleh konstitusi dan perusahaan swasta pada umumnya. Hal tersebut memunculkan isu hukum tentang pengaturan tentang akuisisi BUMN yang masih mengacu pada Undang-Undang Perseroan Terbatas. Mengenai ketentuan hukum yang berlaku bagi perseroan, diatur pada Pasal 4 Perseroan Terbatas, yang berbunyi : “Terhadap perseroan berlaku undang – undang ini, anggaran dasar perseroan, dan ketentuan peraturan perundang undangan”.5 Berhubungan dengan pengambilalihan BUMN, Dasar hukum pengambilalihan adalah jual beli, dimana direksi perusahaan yang akan mengambilalih akan mengadakan jual beli dengan direksi perusahaan yang akan diambilalih mengenai hak milik atas saham perusahaan yang diambilalih. Perusahaan pengambilalih akan menerima hak milik atas saham perusahaan yang diambilalih, sedangkan saham perusahaan yang diambilalih menerima penyerahan hak atas sejumlah uang saham tersebut. 4 http://www.npslawoffice.com/pengambilalihan-perusahaan/ Diakses pada hari Kamis 7 April 2016 pukul 11.00 wita 5 Indonesia, Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No. 106 Tahun 2007, TLN No. 4756, Psl. 4 v Tindakan pengambilalihan baik itu pengambilalihan BUMN atau Perseroan secara umum mempunyai dasar hukum dalam berbagai peraturan perundangundangan yakni sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannya Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1998 Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas 2. Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 3. Undang-Undang No 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Pelaksananya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 4. Perundang-undangan di bidang perbankan selain UndangUndang Perbankan, terutama Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank. 5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Pasar Modal. Status BUMN sebagai perusahaan Negara yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara memposisikan BUMN sebagai badan hukum publik di mana adanya hubungan dengan kepentingan umum dan intervensi lembaga Negara dalam pendirian atau pengurusan BUMN khususnya dalam tindakan pengambilalihan. Sehingga mengenai tindakan pengambilalihan BUMN selain harus mengacu pada vi Peraturan PerUndang-Undangan di atas juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan peraturan pelaksanaannya dan Peraturan PerUndang-Undangan terkait yang menyangkut sisi hukum publik BUMN yang berkaitan dengan tindakan pengambilalihan BUMN. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 khususnya mengenai pengambilalihan diatur dengan peraturan pelaksana yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas. Namun setelah dirubahnya Undang-Undang tersebut dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 belum ada Peraturan Pemerintah yang diterbitkan sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tersebut. Dalam tatanan hukum positif dikenal adanya asas konkordansi yaitu asas penyerahan diri secara sukarela kepada suatu hukum karena belum adanya aturan yang baru yang mengatur mengenai hal tertentu.6 Asas tersebut pada umumnya tercantum dalam Pasal peralihan. Walaupun pengelolaan operasional BUMN tunduk pada Undang-Undang Perseroan Terbatas karena BUMN juga memiliki rezim privat sebagai korporasi, namun apakah tindakan pengambilalihan juga harus tunduk pada Undang-Undang Perseroan Terbatas yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Aturan Pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas. UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara tidak mengatur 6 http://pandangandaditiawarmansh.blogspot.co.id/2013/05/pengantar-hukumindonesia.html?=1 Diakses pada Hari Selasa 15 Maret 2016 vii secara detail tentang pengambilalihan di mana hanya diatur secara umum dalam Pasal 63 dan Pasal 65. Kemudian diatur lebih lanjut lagi dalam aturan pelaksanaannya tentang pengambilalihan yaitu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 Tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara, di dalam Pasal 9 dan 10 diatur secara umum mengenai tata cara pengambilalihan BUMN baik itu berbentuk Perum maupun berbentuk Persero dan selanjutnya secara lebih khusus dalam Pasal 11 dan Pasal 28 diatur tentang tata cara pengambilalihan Persero atau Perseron Terbatas diatur berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Perum tidak dapat serta merta diakuisisi oleh Persero melainkan melalui privatisasi terlebih dahulu atau dengan diubahnya bentuk badan hukum Perum menjadi Persero. Implikasi Hukum Akuisisi BUMN oleh BUMN lainnya Sebuah kasus pengambilalihan BUMN dapat kita gunakan sebagai bahan analisis bahwasanya bidang kegiatan usaha BUMN yang diakuisisi (target company) yang berbeda dengan kegiatan usaha BUMN pengakuisisi (acquiring company) tidak dapat menyebabkan pengambilalihan BUMN tersebut batal atau tidak dapat dilaksanakan, misalnya PT Balai Pustaka diambil alih PT Telkom yang dimana PT Telkom merupakan perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi dan informasi sedangkan PT Balai Pustaka bergerak di bidang percetakan. Namun hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam hal ini menteri dan viii presiden untuk menyetujui pengambilalihan BUMN setelah dikaji bersama dengan menteri keuangan atau menteri teknis dan pihak-pihak yang dipandang perlu dalam pengambilan keputusan pengambilalihan BUMN.7 Proses pengambilalihan perusahaan dilakukan dengan cara pembelian sebagian besar atau seluruhnya saham dari perusahaan perseroan yang diambil alih, maka pada umumnya akibat hukumnya bagi status perusahaan perseroan yang diambil alih yaitu beralihnya pengendalian perseroan tersebut sebesar saham yang dibeli oleh pihak yang mengambil alih.8 Status Perseroan yang diambilalih sendiri masih tetap berjalan seperti biasa, tetapi di bawah kendali perseroan pengakuisisi karena mayoritas suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dikuasai oleh perseroan pengakuisisi.9 Eksistensi dari perusahaan-perusahaan yang melakukan tindakan akuisisi akan tetap sah secara hukum namun hanya pemegang sahamnya yang beralih dari pemegang saham semula kepada pemegang saham yang mengambil alih. Karena tindakan pengambilalihan dilakukan dengan jual beli saham, maka akibat hukum terhadap status perusahaan PT (Perseroan Terbatas) itu sendiri adalah pengendalian dari perseroan tersebut beralih sebanyak saham yang diperjual belikan. Oleh karena itu, apabila suatu persentase saham diambil alih tetapi tidak mengakibatkan peralihan pengendalian, maka hal itu bukanlah pengambilalihan, melainkan hanya tindakan jual beli saham biasa. 7 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara, PP No. 43 Tahun 2005, LN No. 115 Tahun 2005, Psl. 9 8 H. Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, Erlangga, Jakarta, 2012, hlm. 110 9 Ibid ix Dengan beralihnya pengendalian dari perusahaan Negara yang diakuisisi tersebut, maka akan berpengaruh terhadap status pekerja pada perusahaan Negara yang bersangkutan. Berdasarkan Pasal 61 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa pada prinsipnya perjanjian kerja antara perusahaan dengan pekerja atau buruh tidak berakhir secara otomatis karena beralihnya hak atas perusahaan kecuali jika diperjanjikan lain dalam perjanjian peralihan perusahaan.10 Berdasarkan Pasal 63 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha akan berakhir apabila pihak pekerja itu sendiri yang tidak mau lagi bekerja sama dengan pemilik perusahaan yang baru atau sebaliknya dimana pihak pengusaha yang tidak mau lagi bekerja sama dengan pekerja yang lama. 11 Sebelum dilakukan tindakan pengambilalihan, Direksi BUMN yang akan melakukan tindakan pengambilalihan perlu mensosialisasikannya terlebih dahulu kepada karyawannya masing-masing.12 Apabila dikaji secara lebih detail dari Undang-Undang BUMN tersebut maka tindakan pengambilalihan akan terjadi dengan pertimbangan hukum yang memadai. Begitu pula sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara 10 I Wayan Sudiartha dan I Wayan Novy Purwanto, Akibat Hukum Pengambilalihan Perusahaan Atau Akuisisi Terhadap Status Perusahaan Maupun Status Pekerja Pada PT (Perseroan Terbatas), (makalah Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana), Bali, 2013, hlm 67 11 Indonesia, Undang-undang tentang Ketenagakerjaan, UU No. 13 Tahun 2003, LN No. 39 Tahun 2003, Psl. 63 12 Ibid x yang berbunyi:13 (1) Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan dengan memperhatikan: 1. kepentingan persero dan/atau Perum yang bersangkutan, pemegang saham minoritas, dan karyawan persero dan/atau Perum yang bersangkutan; 2. Asas persaingan usaha yang sehat dan asas kepentingan masyarakat. (2) Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan BUMN harus pula memperhatikan kepentingan kreditor. Lebih lanjut, kaitannya dengan pemegang saham dari BUMN yang melakukan tindakan pengambilalihan juga harus mengacu pada Pasal 104 Undang-Undang Perseroan Terbatas. Pemegang saham minoritas mempunyai hak untuk menjual sahamnya sesuai dengan harga yang wajar. Dalam hal hak tersebut tidak dapat terlaksana, maka pemegang saham minoritas dapat tidak menyetujui rencana penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan yang diajukan oleh Direksi dan melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 tersebut.14 Undang-Undang Perseroan Terbatas sendiri telah mengatur tentang hak kreditur untuk mengajukan keberatan terhadap rancangan pengambilalihan BUMN. Berdasarkan Pasal 127 ayat (7), selama penyelesaian keberatan kreditur tidak atau belum tercapai, pengambilalihan tidak dapat dilakukan.15 Kreditur BUMN yang melakukan tindakan pengambilalihan sebagai pihak ketiga juga mendapatkan perlindungan hukum dari akibat hukum berupa kerugian yang akan diderita oleh kreditur BUMN yang 13 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara, PP No. 43 Tahun 2005, LN No. 115 Tahun 2005, Psl. 7 14 Ibid 15 http://www.gultomlawconsultants.com/tata-cara-pengambilalihan-saham-akuisisipersereoan-terbatas-di-indonesia/# Diakses pada hari Minggu 29 Februari 2016 xi melakukan pengambilalihan. Dengan kata lain, perbuatan hukum tersebut melahirkan hak bagi kreditur untuk mengajukan keberatan terhadap rancangan pengambilalihan BUMN. Sebagai konsekuensi yuridisnya pengambilalihan BUMN tidak dapat dilaksanakan sebelum keberatan kreditur tersebut diselesaikan. xii III. PENUTUP Simpulan Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan pengambilalihan BUMN oleh BUMN lainnya memiliki dua dimensi sekaligus yaitu BUMN sebagai badan hukum publik yang diatur dengan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan peraturan pelaksanaannya, dan BUMN sebagai badan hukum privat yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaanya, Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan khususnya tentang pengambilalihan Bank dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Tindakan pengambilalihan BUMN masih memerlukan pengaturan lebih lanjut baik dalam Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Perundang-undangan lainnya. 2. Kegiatan usaha BUMN yang diakuisisi (target company) akan tetap eksis sebagai anak perusahaan dari BUMN pengakuisisi (acquiring company) baik jenis kegiatan usaha tersebut sinergis maupun tidak dalam tingkatan produksi yang sama atau bidang kegiatan usaha yang berbeda dengan BUMN pengakuisisi. Status hukum pekerja pada BUMN yang diambilalih tidak secara otomatis berakhir setelah pengambilalihan karena masih berlaku baginya asas-asas dalam hukum perjanjian dalam hal ini khususnya perjanjian kerja berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pengambilalihan BUMN juga harus memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas di mana pemegang saham dapat menjual sahamnya dengan harga yang apabila tidak setuju dengan tindakan pengambilalihan xiii tersebut. Kreditur BUMN yang melakukan tindakan pengambilalihan sebagai pihak ketiga juga mendapatkan perlindungan hukum dengan melahirkan hak bagi kreditur untuk mengajukan keberatan terhadap rancangan pengambilalihan BUMN dan sebagai konsekuensi yuridisnya, pengambilalihan BUMN tidak dapat dilaksanakan sebelum keberatan kreditur tersebut terselesaikan. Saran Saran-saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian dan pembahasan ini adalah: 1. Diharapkan adanya pengkajian lebih dalam lagi dari para praktisi hukum dan pemerintah terhadap pelaksanaan pengambilalihan BUMN oleh BUMN lainnya dengan mendasarkannya pada prinsip-prinsip hukum perusahaan dan konstitusi agar tidak dipengaruhi oleh kepentingan individu dan politik. Pembaharuan dalam hukum bisnis sangat dibutuhkan melalui lembaga legislatif khususnya berkaitan dengan tindakan pengambilalihan BUMN oleh BUMN lainnya dengan pembentukan instrumen hukum berupa peraturan perundang-undangan yang lebih memadai dan dapat mengikuti perkembangan hukum perusahaan saat ini. 2. Pemerintah atau lembaga negara yang berwenang hendaknya melakukan pengawasan atau kontrol terhadap tindakan pengambilalihan BUMN oleh BUMN lainnya secara menyeluruh yang berdasarkan pada demokrasi ekonomi dan semangat ideologi bangsa, karena akan berdampak terhadap hukum dan pengambilan kebijakan publik yang strategis. xiv DAFTAR PUSTAKA Buku-buku, Abdul .R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2005. Aminuddin, Hak Menguasai Negara dalam Privatisasi BUMN, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012. Amirudin dan Zainal Ashikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012. Anton A, Setyawan, “Beberapa Aspek dalam Merger dan Akuisisi”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 3, No. 1, April 2004. Apriyana, Hertu, Analisis Yuridis Terhadap Prinsip-Prinsip Pengelolaan Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, “(Tesis Universitas Sebelas Maret)”, Surakarta, 2008 Artati, Yudhiwati, Pengambilalihan Saham Perseroan Terbatas Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (Iuphhk), (Tesis Universitas Diponogoro), Semarang, 2010. Asyhadie, H. Zaeni dan Sutrisno, Budi, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, Erlangga, Jakarta, 2012 Baridwan, Anis, Good Corporate Governance: Aturan-Aturan Dalam Governing Mechanism, Seminar Sehari Fakultas Ekonomi UTY, 2003 C.S.T. Kansil, Christine, S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas Tahun 1995, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997. Gios Adhiyaksa ” Merger, Konsolidasi dan Akuisisi,” (Makalah) untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perbankan Fakultas Hukum Universitas Kuningan, 2014. Gregory, Holly J. dan Marsha, E. Simms, Pengelolaan Perusahaan, Apa dan Mengapa Hal Tersebut Penting, Makalah, OECD By The Bussines Sector Advisory Group On Corporate Governance, 2009 xv Fuadi, Munir, Pasar Modal Modern (tinjauan hukum), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001 Habib, Adji., Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan dalam Perseroan Terbatas, CV Mandar Maju, Bandung, 2003. Hadiningsih, Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Yogyakarta : Skripsi Universitas Islam Indonesia, 2007 Kurniawan, Hukum Perusahaan Karakteristik Badan Usaha Berbadab Hukum dan Tidak Berbadan Hukum Di Indonesia,Genta Publishing, Yogyakarta, 2014. Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar) , Liberty, Yogyakarta, 2007. Peraturan Perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara(LN RI No. 4297 Tahun 2003) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas(LN RI No. 106 Tahun 2007) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (LN No. 39 Tahun 2003) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (LN RI No. 82 Tahun 2011) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara(LN RI No. 115 Tahun 2005) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas (LN RI No. 40 Tahun 1998)