Bab I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Partai politik hadir ditengah-tengah masyarakat bertujuan untuk
mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan programprogram yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan
oleh suatu partai politik dalam sistem demokrasi untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan adalah ikut serta dalam pemilihan umum.1
Pemilihan Umum dewasa ini semakin menuju ke arah yang lebih baik demi
terwujudnya bangsa yang lebih terarah. Perubahan pola pemilihan
diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Perubahan-perubahan
peraturan yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan agar kehidupan
berdemokrasi dapat berjalan dengan adil dan bijaksana. Berjalannya
reformasi pemilihan Calon Legislatif, Presiden dan Wakil Presiden
dilakukan secara langsung. Seiring perubahan sistem tersebut, sistem-sistem
pemilihan di Indonesia tentu saja berubah mengikuti undang-undang yang
berlaku.
1
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hal.149
1
Pemilihan umum merupakan salah satu mekanisme demokratisasi di
negara Indonesia. Istilah “Demokrasi” sendiri sudah tidak asing bagi bangsa
ini namun secara teoritis makna demokrasi dapat dilihat berdasarkan dua
pemahaman yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara
empirik. Dalam pemahaman secara normatif, demokrasi merupakan sesuatu
yang secara idiil hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh negara, kita
mengenal ungkapan “pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat”. Ungkapan normatif tersebut biasanya diterjemahkan dalam
konstitusi pada masing-masing negara misalnya dalam UUD 1945 bagi
Pemerintahan Republik Indonesia. Sementara menurut Juan Linz demokrasi
empirik merupakan pemahaman dalam konteks ini seperti, mengizinkan kita
untuk mengamati apakah dalam suatu sistem politik pemerintahan
memberikan ruang gerak yang cukup bagi warga negaranya untuk
melakukan partisipasi guna memformulasikan preferensi politik mereka
melalui organisasi politik yang ada.2
Pemilihan umum atau Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.
Diselenggarakanya pemilu bertujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil
daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
2
Gaffar Afan. Politik Indonesia (Transisi menuju demokrasi). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.2005. Hal 3
2
sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Tiga kali pemilihan umum yang diselenggarakan secara demokratis
pada tahun 1999, 2004 dan 2009 telah menjadi tempat seleksi alam bagi
partai politik. Partai yang besar dan kuat akan tetap hidup sementara yang
kecil dan lemah akan tersingkir dengan sendirinya. Terbukti pada Pemilu
2004, dari puluhan partai politik yang ada, hanya beberapa partai politik
yang berhasil memenuhi ambisinya untuk memenangi pertarungan
perebutan kekuasaan,
yaitu Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKB, PPP,
PAN, PKS dan Partai Demokrat adalah tujuh partai politik yang berhasil
mendominasi peta politik nasional di badan legislatif.3 Dalam ranah
demokrasi, Partai Politik merupakan salah satu institusi instrumen penting
dari pelaksanaan sistem politik demokrasi yang modern. Demokrasi modern
mengandaikan
sebuah
sistem
yang
disebut
dengan
keterwakilan
(representativeness), baik keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan
seperti parlemen (DPD/DPRD) maupun keterwakilan aspirasi masyarakat
dalam
institusi
kepartaian.
Berbeda
dengan
demokrasi
langsung
sebagaimana dipraktekan Yunani Kuno, demokrasi modern sebagai
3
Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-2009, Jakarta: Buku
Kompas, 2004, hal 9, Diakses dari Jurnal Ilmu Pemerintahan, Hal : http//www.Fisipundip.ac.id pada 2
Oktober 2013
3
demokrasi tidak langsung membutuhkan media penyampaian pesan politik
kepada negara.4
Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai
tersebut melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi dari partai politik adalah
fungsi rekrutmen politik. Fungsi rekruitmen politik atau representasi politik
memegang peranan penting dalam sistem politik suatu negara karena proses
ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem
politik negara itu melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu,
tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik yang baik tergantung pada
kualitas rekruitmen politik. Ramlan Surbakti menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan rekrutmen politik adalah seleksi pemilihan dan
pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan
pada khususnya. Fungsi ini sangat penting bagi kelangsungan sistem politik
sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan
sistem politik akan terancam. Rekrutmen politik merupakan proses dimana
partai politik mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat
untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui organisasi–organisasi
massa dan yang melibatkan golongan tertentu, seperti golongan profesional
yang mencakup golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan
dan beberapa golongan lainnya yang berada dalam ruang lingkup
4
Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi: Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi di
Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal 1
4
kemasyarakatan. Maka tugas penting yang harus dilakukan oleh partai
politik pada umumnya yaitu melakukan rekrutmen calon anggota legislatif
guna untuk menetapkan calon-calon tersebut di lembaga legislatif baik
secara nasional atau regional. Calon Anggota Legislatif adalah seseorang
yang nantinya akan bertindak untuk mewakili partainya dalam lembaga
legislatif yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Untuk menjadi calon anggota legislatif, seseorang harus menjalani proses
rekrutmen calon anggota legislatif yang sudah ditetapkan oleh partai politik.
Pada tahun 2014, Partai Nasional Demokrat (NasDem) merupakan
salah satu dari 12 partai nasional yang akan ikut dalam pemilihan umum
pada tahun 2014. Partai Nasional Demokrat sebagai partai politik baru resmi
dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2011 di Hotel Mercure, Ancol
Jakarta. Sebagai partai baru agar mendapatkan status resmi sebagai badan
hukum, partai NasDem didaftarkan ke Kementrian Hukum dan Hak-hak
Asasi Manusia pada bulan Maret 2011. Kelahiran partai NasDem tidak bisa
dipisahkan lepas dari Visi dan Misi utama organisasi kemasyarakatan
Nasional Demokrat, yaitu mengalang Gerakan Perubahan Restorasi
Indonesia.
Restorasi
Indonesia
adalah
gerakan
memulihkan,
mengembalikan, serta memajukan fungsi pemerintahan Indonesia kepada
cita-cita Proklamasi 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia. Restorasi Indonesia yang diusung dan
5
akan terus dilakukan Partai NasDem mencakup empat kata kerja, sekaligus
“kata
kunci”
perjuangan
Partai
Nasdem,
yaitu
Memperbaiki,
Mengembalikan, Memulihkan, Mencerahkan.5
Partai NasDem adalah partai baru sehingga proses rekruitmen anggota
partai menjadi tujuan utama memperkuat internal partai, oleh karena itu
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem menargetkan sepuluh juta
anggota partai secara nasional tahun 2012. Setelah dinyatakan lolos
verifikasi oleh Kementerian Hukum dan HAM, Partai NasDem berencana
memperkuat basis kehadiran mereka di massa akar rumput, sehingga visi
merestorasi Indonesia yang diusung partai ini benar-benar tersampaikan dan
dimengerti masyarakat luas. Ketua Umum Partai NasDem Patrice Rio
Capella mengatakan, dalam waktu dekat partainya akan menyelesaikan
struktur partai hingga tingkat desa dan kelurahan. Target memiliki struktur
kepengurusan di sekitar 79 ribu desa se-Indonesia.
KONGRES I Partai NasDem yang digelar pada tanggal 25 sampai 26
Januari 2013 di Jakarta menjadi tonggak sejarah perjalanan Partai NasDem.
Berbagai keputusan penting dikeluarkan dalam kongres ini. Satu di
antaranya ialah memilih dan menetapkan Surya Paloh sebagai Ketua Umum
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem periode 2013-2018.
Keputusan tersebut diambil pada sidang pleno pertama tanggal 25
Januari 2013 sekitar pukul 23.00 WIB. Seluruh 33 Dewan Pimpinan
5
http://news.okezone.com/read/2011/11/11/339/528372/tiga-langkah-partai-nasdem-setelah-lolos-verifikasi,
diakses pada 28 Januari 2104
6
Wilayah (DPW), 497 Dewan Pimpinan Daerah (DPD), dan empat organisasi
sayap (Gerakan Massa Buruh, Liga Mahasiswa, Badan Avokasi Hukum,
dan Petani NasDem), bersatu suara mempercayakan Surya Paloh menjadi
nakhoda Partai NasDem selama lima tahun.6
Dalam Kongres tersebut juga memberi mandat penuh kepada Surya
Paloh untuk menyusun kepengurusan dan perangkat partai. Kepengurusan
tersebut baik dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sampai Dewan
Pengurus Daerah (DPD) untuk menetapkan strategi dan kebijakan guna
memenangi Pemilihan Umum Legislatif 2014. Salah satunya dengan
mengadakan rekrutmen calon anggota legislatif (caleg) dalam upaya
memenangi Pemilu 2014.
Ambisi Partai NasDem begitu menyita perhatian publik karena
kekuatannya di tingkat infrastruktur partai yang sudah mencapai 100 persen
cabang di tingkat Dewan Pengurus Wilayah (DPW). Salah satunya DPW
NASDEM di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai partai baru,
Partai Nasional Demokrat (NasDem) mengakui belum memiliki mesin
partai yang sempurna. Oleh karena itu salah satu upaya atau strategi yang
diusung adalah menjadikan seluruh bakal caleg sebagai mesin partai. DPW
NASDEM Provinsi DIY membekali caleg bukan hanya sebagai formalitas
tetapi sampai menjadi caleg untuk ditempatkan di setiap dapil. Hal ini
dilakukan karena ada beberapa kendala yang ditemui oleh DPW NasDem
6
http://forum.detik.com/showthread.php?p=27589048 diakses pada 28 Januari 2104
7
DIY dalam merekrut calon anggota legislator. Menurut Slamet Wasair
sebagai Staff Sekretariat dan Administrasi, ada beberapa tantangan yang
dihadapi diantaranya sebagai berikut7, pertama adalah Ketakutan dari calon
yang akan mendaftarkan diri karena biaya politik yang tinggi. Sedangkan
yang kedua adalah Motivasi dari para calon hanya ingin mencari pekerjaan
untuk memperkaya diri bukan murni untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.
Kedua tantangan tersebut menjadi masalah bagi DPW NasDem DIY
dalam merekrut calon anggota legislator. Dari penjelasan tersebut, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Strategi Partai NasDem
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Rekrutmen Calon Legislator
Menjelang Pemilu 2014.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Bagaimana Strategi Partai NASDEM DIY Dalam Rekrutmen Calon
Legislator Menjelang Pemilu 2014 ?
7
Dikutip dari wawancara dengan Slamet Wasair, Staff Sekretariat dan Administrasi di DPW NasDem DIY
pada 5 februari 2014 pukul 10.30 WIB di Kantor DPW NasDem Yogyakarta
8
C.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui serta memahami strategi partai NasDem
DIY dalam rekrutmen calon legislator menjelang Pemilu 2014.
2.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu :
a. Secara Teoritis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang partai
politik, khususnya DPW Partai NasDem Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam menerapkan strategi rekrutmen calon legislatif menjelang
pemilu 2014.
b. Secara Praktis
Sebagai bahan referensi bagi partai politik akan penerapan
strategi partai NasDem DIY dalam rekrutmen calon legislatif
menjelang pemilu 2014. Sehingga dapat menjadi refleksi dan korektif
dalam
menentukan
strategi
rekrutmen
politik
pemilu-pemilu
mendatang dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja partai
dalam menjalankan fungsi rekrutmen politik.
9
D.
Kerangka Dasar Teori
Kerangka teori adalah bagian yang terdiri dari uraian-uraian terkait
teori yang ada di dalam penelitian. Dalam penelitian, teori digunakan untuk
mendukung
dan
memecahkan
masalah
yang
muncul.
Menurut
Koentjaraningrat, Teori sebagai serangkai asumsi konsep, kontruk definisi
proposi dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.8 Sofian Effendi
dan Masri Singarimbun menyatakan bahwa Teori adalah sarana pokok
untuk mengungkapkan hubungan sistematis antar fenomena sosial maupun
alami yang hendak diteliti.9
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat kita ketahui bahwa teori
merupakan penjelasan mengenai perihal yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat untuk mendapatkan jalan keluar terbaiknya. Dalam suatu
permasalahan teori-teori ini memiliki hubungan yang sistemik yang
dijadikan pola pikir untuk mengambil suatu keputusan atas sebuah
permasalahan.
Kedudukan
teori
adalah
sebagai
landasan
untuk
mengkaji
permasalahan yang timbul. Teori yang jelas akan mempermudah
menemukan solusi atas setiap permasalahan. Dalam penelitian ini ada
beberapa teori yang digunakan untuk memudahkan suatu penelitian
mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan, yaitu :
8
9
Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. PT Gramedia, Hal 9
Sofyan Effendi, Unsur-Unsur Penelitian Ilmiah, LP3ES, Jakarta, 1985, hal 18.
10
1) Partai Politik
a.
Pengertian Partai Politik
Secara umum Partai politik adalah suatu kelompok
teroraganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik,
biasanya
dengan
cara
konstitusional
untuk
melaksanakan
programnya.10 Partai politik memiliki beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para pakar politik.
Berikut ini adalah definisi tentang partai politik oleh para
pakar politik yang akan diuraikan dibawah ini :
1)
Menurut Carl J. Fedrich menuliskan partai politik adalah “A
political Party is a group of human beigs, stably organizet
with the objective of securing or maintaining for its leader the
control of a government, with the father objective of giving to
members of the party, through such control ideal and material
and advantages”.
Maksudnya adalah sekelompok manusia yang terorganisir
yang stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan
10
pemerintahan
bagi
pimpinan
partai
dan,
Budiardjo Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) hal.403-404
11
berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.11
2)
Menurut Sigmund Neumann menuliskan partai politik adalah
A political party is the articulate organization of society’s
active politi-cal agents, those who are concerned with the
control of governemenal power and who compete for popular
support with another group or groups holding divergent
views.
Maksudnya adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang
berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu
golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda.12
3)
Menurut Giovanni Sartori
Partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti
pemilihan umum dan, melalui pemilihan itu, mampu
menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatanjabatan publik.13
11
Ibid hal.403-404
Syafiie, Inu Kencana & Azhari, Sistem Politik Indonesia. Bandung. Refika Aditama. Hal 78
13 Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Hal 404-405
12
12
4)
Menurut Richard W.Scoot
“Partai politik adalah organisasi
yang bagaimanapun
memiliki aturan formal dan tujuan yang juga formal. Namun
proses dimana mereka menjadi terlembagakan tidaklah
identik dengan bagaimana perkembangan partai dalam
terminolog partai yang bersifat organisasional semata”.
5)
Menurut Miriam Budiardjo
Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik-(biasanya)
dengan
cara
konstitusional-untuk
melaksanakan programnya.14
6) Ramlan Surbakti
Memberikan definisi bahwa partai politik merupakan
kelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil
yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu,
dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan
dalam pemerintahan melalui pemilu guna melaksanakan
alternatif kebijakan umum yang mereka susun.15 Alternatif
14
15
Budiardjo, op,cit. Hal 401
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. Grasindo. Hal 144
13
kebijakan umum yang disusun ini merupakan hasil pemaduan
berbagai
kepentingan
yang hidup
dalam
masyarakat,
sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan
guna melaksanakan kebijakan umum dapat melalui pemilu
dan cara-cara lain yang sah.
Sedangkan menurut UU No. 2 tahun 2011 tentang
perubahan atas UU No. 2 tahun 2008 tentang partai politik,
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
b.
Fungsi Partai Politik
Secara hakiki partai politik memiliki fungsi utama yaitu
mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan
program–program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.
Menurut UU No. 2 Tahun 2008, partai politik berfungsi sebagai
sarana :
14
1)
Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar
menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2)
Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.
3)
Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik
masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan
negara.
4)
Partisipasi politik warga negara Indonesia.
5)
Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik
melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan
kesetaraan dan keadilan gender.
Selain fungsi di atas tersebut, menurut Miriam Budiarjo
menguraikan bahwa partai politik dalam negara yang menganut
paham demokrasi mempunyai beberapa fungsi antara lain, yaitu :16
1)
Sarana Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah proses agregasi kepentingan
dan artikulasi kepentingan. Agregasi kepentingan adalah
proses untuk menampung dan menggabungkan pendapat dan
aspirasi orang lain yang senada. Kemudian artikulasi
16
Budiardjo, op,cit. Hal 405
15
kepentingan adalah proses pengloahan dan perumusan
pendapat dan aspirasi tersebut kedalam bentuk yang lebih
teratur.
Dalam melaksanakan fungsi ini, partai politik tidak
menyampaikan begitu saja segala informasi dari pemerintah
kepada masyarakat atau dari masyarakat kepada pemerintah,
tetapi merumuskan sedemikian rupa sehingga penerima
informasi (komunikan) dapat dengan mudah memahami dan
memanfaatkan.
Dengan
demikian,
segala
kebijakan
pemerintah yang biasanya dirumuskan dalam bahasa teknis
dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang dipahami oleh
masyarakat. Sebaliknya segala aspirasi, keluhan, dan tuntutan
masyarakat yang biasanya tidak terumuskan dalam bahasa
teknis dapat diterjemahkan oleh partai politik ke dalam
bahasa yang dapat dipahami oleh pemerintah. Jadi, proses
komunikasi politik antara pemerintah dan masyarakat dapat
berlangsung secara efektif melalui partai politik.17
2)
Sarana Sosialisasi Politik
Sosialisai politik adalah proses yang melaluinya
masyarakat menyampaikan “budaya politik” yaitu norma-
17
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. Grasindo. Hal 153
16
norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Melalui
fungsi
ini
para
anggota
masyarakat
memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik
yang berlangsung dalam masyarakat. Proses sosialisasi
politik berlangsung seumur hidup yang diperoleh baik secara
sengaja maupun tidak sengaja seperti berkembang mulai dari
keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman
orang dewasa, organisasi keagamaan, dan partai politik.
Selanjutnya terjadi sosialisasi nilai-nilai politik dari satu
generasi ke genarasi lainnya. Disinilah partai politik
memainkan peran sebagai sarana sosialisasi politik.
3)
Sarana Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilahan atau
seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang
untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik
pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.18
Fungsi ini sangat erat kaitannya dalam proses seleksi
kepemimpinan di dalam tubuh partai bahkan sampai
kepemimpinan nasional. Partai politik membutuhkan kaderkader
18
partai
yang
Ibid. Hal 150
17
bekerja
dengan
baik
untuk
memperjuangkan kepantingan partai. Apabila kader partai
sudah memiliki kompentensi kepemimpinan yang baik, maka
partai politik bisa turut aktif menyumbangkan kadernya
dalam mengisi kepemimpinan nasioanl. Rekrutmen politik
menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus
merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih
calon-calon pemimpin. Adapun cara untuk melakukan
rekrutmen politik seperti melalui kontak pribadi, persuasi
atau cara-cara lain.
4)
Sarana Pengatur Konflik
Konflik yang dimaksud di sini adalah dalam arti luas,
yaitu mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian
fisik antar-individu atau kelompok dalam masyarakat. Partai
politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk
mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihakpihak yang berkonflik, menampung dan memadukan pelbagai
aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik
dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan
perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa
keputusan politik.
Dalam kehidupan bermasyarakat perbedaan pendapat
merupakan suatu hal yang wajar. Namun dalam situasi
18
masyarakat yang juga heterogen sifatnya ini, perbedaan
pendapat terkadang menjadi pemantik timbulnya konflik.
Peran partai politik sangat diperlukan untuk mengatasi
permasalahan
ini.
Sekurang-kurangnya
mampu
untuk
mengatur konflik sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya
dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai dapat
menumbuhkan pengertian diantara mereka dan bersamaan
dengan itu juga meyakinkan pendukungnya. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa partai politik dapat menjadi
penghubung psikologis dan organisasional antara warga
negara dengan pemerintahnya. Dari keempat fungsi partai
tersebut masih ada fungsi lainnya, yang mana fungsi tersebut
lebih banyak dimengerti oleh khalayak umum disebut juga
sebagai fungsi utama partai politik, adapun fungsi tersebut
yaitu:19
a)
Mencari
dana
mewujudkan
mempertahankan
program-program
kekuasaan
yang
guna
disusun
berdasarkan ideologi tertentu.
b)
Mengumpulkan, mengorganisasi dan merumuskan
aspirasi rakyat untuk diperintahkan oleh sistem politik.
19
Riswanda Imawan, dalam Membedah Politik Orde Baru, CV. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997. Hal. 5
19
c)
Menempatkan wakil-wakil yang dipandang cukup
untuk mewujudkan aspirasi rakyat.
Partai politik juga berbeda dengan kelompok penekan
(pressure group) atau istilah yang lebih banyak dipakai dewasa ini,
kelompok kepentingan (interest group). Partai politik bertujuan
memperjuangkan suatu kepentingan dalam skala yang luas melalui
mekanisme pemilu, sedangkan kelompok penekan atau kelompok
kepentingan yang lain seperti kelompok profesi, kelompok adat,
organisasi
kemasyarakatan
hanya
mengejar
kepentingan-
kepentingan sesaat dalam ruang lingkup yang lebih kecil serta
melewati mekanisme politik formal seperti pemilu. Setiap manusia
pasti punya tujuan hidup, begitu juga dengan partai politik. Adapun
tujuan umum partai politik di Indonesia sebagai berikut :
a)
Mewujudkan cita – cita nasional bangsa Indonesia, sebagai
termaksud dalam pembukaan Undang – Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945.
b)
Mengembangkan
kehidupan
demokrasi
berdasarkan
Pancasila dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c)
20Indra
Mewujudkan kesejahtraan bagi seluruh rakyat Indonesia.20
Bastian, Akutansi Untuk LSM dan Partai Politik. (Jakarta.Erlangga.2007) Hal.154
20
Sedangkan
Tujuan
khusus
partai
politik
adalah
memperjuangkan cita – citanya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional.
c.
Tipologi Partai Politik
Tipologi partai politik adalah pengklasifikasian berbagai
partai politik berdasarkan kriteria tertentu, seperti asas dan
orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan.21
Ramlan Surbakti menguraikan tipologi partai politik berdasarkan
kriteria-kriteria sebagai berikut :22
1)
Asas dan Orientasi
Berdasarkan
asas
dan
orientasinya,
partai
politik
diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu : partai politik
pragmatis, partai politik doktriner, partai politik kepentingan.
Partai politik pragmatis adalah suatu partai yang mempunyai
program dan kegiatan yang tidak terikat kaku pada suatu
doktrin dan ideologi tertentu. Kemudian partai politik
doktriner adalah suatu partai politik yang memiliki sejumlah
program dan kegiatan konkret sebagai penjabaran ideologi.
Dan partai politik kepentingan adalah suatu partai politik
yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu,
21
22
Op,cit.. Hal 155
Ibid. Hal 155
21
seperti petani, buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidup
secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan.
2)
Komposisi dan Fungsi Anggota
Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : partai politik massa
atau lindungan dan partai politik kader. Partai politik massa
atau lindungan adalah partai politik yang mengandalkan
kekuatan pada keunggulan jumlah anggota dengan cara
memobilisasi
massa
sebanyak-banyaknya,
dan
mengembangkan diri sebagai pelindung bagi setiap kelompok
dalam masyarakat sehingga pemilihan umum dapat dengan
mudah dimenangkan, dan kesatuan nasional dapat dipelihara,
tetapi juga masyarakat dapat memobilisasi untuk mendukung
dan melaksanakan kebijakan tertentu. Partai ini seringkali
merupakan gabungan berbagai aliran politik yang sepakat
untuk berada dalam lindungan partai guna memperjuangkan
dan melaksanakan program-program yang pada umumnya
bersifat sangat umum. Partai politik kader adalah suatu partai
yang
mengandalkan
kualitas
keanggotaan,
keketatan
organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan
utama. Seleksi keanggotaan dalam partai kader biasanya
sangat ketat, yaitu melalui jenjang dan intensif, serta
22
penegakan disiplin partai yang konsisten dan tanpa pandang
bulu. Struktur organisasi partai ini sangat hirarkis sehingga
jalur perintah dan tanggung jawab sangat jelas.
3)
Basis Sosial dan Tujuan
Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat
tipe, yaitu partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan
sosial dalam masyarakat, partai politik yang beranggotakan
kelompok
kepentingan
tertentu,
partai
politik
yang
beranggotakan pemeluk agama tertentu dan partai politik
yang beranggotakan kelompok budaya tertentu. Menurut
tujuannya, partai politik dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
partai politik perwakilan kelompok, partai politik pembinaan
bangsa, partai politik mobilisasi.
d.
Sistem Kepartaian
Sistem Kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara
sejumlah partai politik dalam suatu sistem politik.
1)
Jumlah Partai
Pengolongan sistem kepartaian berdasarkan jumlah partai
dapat dikemukakan seperti berikut antara lain bentuk partai tunggal
(totaliter, otoriter, dan dominan), sistem dua partai dominan dan
bersaing, dan sistem banyak partai. Dalam negara yang
menerapkan bentuk partai tunggal totaliter terdapat satu partai yang
23
tak hanya memegang kendali atas militer dan pemerintahan tetapi
juga menguasai seluruh aspek kehidupan.23
Partai tunggal totaliter biasanya merupakan partai tunggal
doktriner dan diterapkan dinegara-negara komunis dan fasis.
Sedangkan partai tunggal otoriter adalah suatu sistem kepartaian
yang didalamnya terdapat lebih dari satu partai tetapi terdapat satu
partai besar yang digunakan oleh penguasa sebagai alat
memobilisasi
masyarakat
dan
mengesahkan
kekuasaannya
sedangkan partai-partai lain kurang dapat menampilkan diri karena
ruang gerak dibatasi penguasa. Partai ini diterapkan di negaranegara berkembang yang menghadapi masalah integrasi nasional
dan keterbelakangan ekonomi serta digunakan sebagai wadah
persatuan segala lapisan dan golongan masyarakat dan juga sebagai
alat memobilisasi masyarakat untuk mendukung kebijakan yang
dibuat penguasa. Partai Uni Nasional Afrika Tanzania (UNAT) dan
Partai Aksi Rakyat Singapura merupakan contoh partai otoriter.
Bentuk Partai Tunggal Dominan tetapi demokratis ialah suatu
sistem kepartaian yang didalamnya terdapat lebih dari satu partai
namun satu partai saja yang dominan (secara terus menerus
berhasil mendapatkan dukungan untuk berkuasa) sedangkan partaipartai lain tidak mampu menyaingi partai yang dominan, walaupun
23
Ibid. Hal 159
24
terdapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan dukungan
melalui pemilihan umum. Partai Liberal Demokrat di Jepang
merupakan contoh partai dominan tetapi demokratik karena
terdapat kompetisi antar fraksi didalam partai.24
Sistem dua partai bersaing merupakan suatu sistem
kepartaian yang di dalamnya terdapat dua partai yang bersaing
untuk mendapatkan dan mempertahankan kewenangan memerintah
melalui pemilihan umum. Sisitem ini terdapat pembagian antara
kedua partai yaitu partai-partai yang memenangkan pemilihan
umum menjadi partai yang memerintah, sedangkan partai yang
kalah dalam pemilihan umum berperan sebagai kekuatan oposisi
loyal dan melakukan kontrol atas partai yang menang dalam
pemilihan umum tetapi partai yang kalah tetap loyal terhadap
sistem politik. Sistem ini akan berkembang dengan baik apabila
terpenuhi tiga kondisi sebagai berikut:25
(1) Struktur masyarakat yang relatif homogen.
(2) Konsensus nilai (konsensu tentang prinsip-prinsip dasar
menyelenggarakan negara dan tujuan negara yang
fundamental).
24
25
Ibid. Hal 160
Ibid. Hal 161
25
(3) Mekanisme pengaturan dan penyelesaian konflik yang
telah melembaga.
Pembagian tugas diatas tersebut khusus berlaku dalam negara
yang menerapkan sistem kabinet parlementer. Sedangkan negara
yang menerapkan sistem kabinet presidensial pembagian tugas
tersebut justru akan berwujud satu partai memenangkan kursi
kepresidenan, semantara partai lain menguasai badan perwakilan
rakyat. Hal ini dapat dilihat di Amerika Serikat yaitu Presiden dari
Republik dan Kongres dari Demokrat. Negara yang menerapkan
sistem dua partai bersaing adalah negara Amerika (Partai Republik
dan Partai Demokrat) dan Australia (Partai Liberal dan Partai
Buruh).
Sistem banyak partai adalah suatu sistem yang terdiri atas
lebih dari dua partai yang dominan yang merupakan produk dari
struktur masyarakat yang majemuk, baik secara kultural maupun
secara sosial ekonomi. Setiap golongan dalam masyarakat
cenderung memelihara keterikatan dengan asal usul budayanya dan
memperjuangkan kepentingan melalui wadah politik tersendiri.
Dimana banyak partai yang bersaing untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum yang sering
terjadi adalah pemerintahan koalisi dengan dua atau lebih partai
yang secara bersama-sama dapat mencapai mayoritas di parlemen.
26
Biasanya kesepakatan diantara partai-partai yang berkoalisi
dilakukan dengan praktek tawar menawar dalam hal program dan
kedudukan menteri. Negara Belanda, Prancis, Jerman Barat, dan
Italia merupakan negara yang menerapkan sistem banyak partai.
2)
Jarak ideologi
Ilmuwan politik dari Italy Giovanni Sartori berpendapat lain
tentang sistem kepartaian yaitu penggolongan sistem kepartaian
bukan masalah jumlah partai, melainkan jarak ideologi diantara
partai-partai yang ada.26 Dimana penggolongan sistem partai
didasarkan atas jumlah kutub (polar), jarak diantara kutub-kutub itu
(polaritas), dan arah perilaku politiknya. Sartori mengklasifikasikan
sistem kepartaian menjadi 3 (tiga) yaitu pluraisme sederhana,
pluralisme moderat, dan pluralisme ekstrim. Berikut sistem
kepartaian menurut Sartori :27
Tabel 1. Sistem Kepartaian
26
27
Sistem Partai
Kutub
Polaritas
Arah
Pluralisme Sederhana
Bipolar
Tiadak Ada
Sentripetal
Pluralisme Moderat
Bipolar
Kecil
Sentripetal
Pluralisme Ekstrim
Multipoar
Besar
Sentrifugal
Ibid. Hal 162
Ibid. Hal 162
27
Bipolar adalah kegiatan aktual suatu sistem partai yang
bertumpu pada dua kutub, meskipun jumlah partai lebih dari dua
karena sistem kepartaian tidak memiliki perbedaan ideologi yang
tajam. Sedangkan dengan multipolar adalah sistem partai yang
bertumpu pada lebih dari dua kutub yang biasanya terdiri atas lebih
dari dua partai dan diantara kutub-kutub itu terdapat ideologi yang
tajam. Yang dimaksud dengan polarisasi yang besar adalah jarak
ideologi di antara kutub-kutub sangat jauh dimana yang satu
berideologi kiri (komunisme) dan yang lainnya berideologi kanan
(kapitalisme). Polarisasi ini merupakan indikator yang menunjukan
ketiadaan konsensus dasar mengenai asas dan tujuan masyarakatnegara yang hendak dituju.
Sentripetal adalah arah perilaku politik setiap partai menuju
ke pusat atau ke integrasi nasional. Sedangkan, sentrifugal adalah
arah perilaku politik setiap partai menjauhi pusat atau hendak
mengembangkan sistem tersendiri. Jika kecenderungan arah
perilaku partai menjauh pusat, gejala ini disebut sebagai proses
radikalisasi yang akan berakibat perpecahan yang tak teratasi.
Sebaliknya, jika kecenderungan arah perilaku partai mendekati
pusat (integrasi nasional) maka gejala ini disebut depolarisasi yang
pada gilirannya akan mencapai suatu konsensus sistem multipolar
28
cenderung bersifat sentrifugal.28 Sistem dua partai di Amerika
merupakan contoh sistem partai berupa pluralisme sederhana, yakni
bipolar (dua partai), tidak terpolaarisasi, dan sentripetal. Sistem
banyak partai di Belanda merupakan contoh sistem partai berupa
pluralisme moderat, yaitu bipolar (tiga atau empat partai sebagai
basis), polaritas kecil (proses depolarisasi), dan sentripetal.
Sedangkan untuk negara Italy mempunyai sistem kepartaian berupa
pluralisme ekstrim, yaitu multipolar (banyak partai), polaritas
sangat besar (polarisasi dan radikalisasi terjadi karena jarakm
ideologi di antara kutub-kutub sangat jauh, seperti komuis yang
kiri, neofasis yang kanan, sosialisasi yang kiri-kanan dan kristen
demokrat yang kanan tengah), dan sentrifugal.
Dari kedua jenis sistem kepartaian tersebut juga memiliki
kelebihan dan kelemahan. Sistem kepartaian yang berdasarkan
jumlah partai, kelebihannya memiliki daya generalisasi yang lebih
luas karena dapat diterapkan pada hampir semua negara.
Sedangkan kelemahannya terletak pada daya eksplanasi yang
kurang tajam khusunya dalam menjelaskan gejala ketidakstabilan.
Masalah ketidakstabilan politik merupakan contoh dari sistem ini
karena menerapkan system banyak partai.
Sebaliknya, sistem
kepartaian berdasarkan jarak ideologi di antara partai memiliki
28
Ibid. Hal 163
29
daya penjelasan yang lebih tajam khususnya dalam menjelaskan
gejala kestabilan dan ketidakstabilan politik.
2) Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi
partai politik. Tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik tergantung
pada kualitas rekruitmen politik. Fungsi ini sangat penting bagi
kelangsungan sistem politik karena tanpa elite yang mampu
melaksanakan peranannya maka kelangsungan hidup sistem politik
akan terancam. Rekrutmen politik pada esensinya adalah penyeleksian
individu-individu yang berbakat untuk menduduki jabatan politik atau
jabatan pemerintahan .29
Menurut Jack C. Plano rekrutmen politik adalah pemilihan orangorang untuk mengisi peranan dalam sistem sosial. Perekrutan politik
ditandai dengan terisinya posisi formal dan legal seperti Presiden,
pembuat undang-undang, begitu juga peranan yang kurang formal
misalnya pembujuk, aktivis partai ataupun propagandis.30 Sedangkan
definisi rekrutmen politik yang dipaparkan oleh Ramlan Surbakti
adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang
atau sekolompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam
29
30
Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty, 1982, hal. 46.
Jack. C Plano, Kamus Analisa Politik, Jakarta; Rajawali, 1985, hal.211.
30
sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.31
Dengan demikian maka rekrutmen politik sangat berhubungan terhadap
karier seseorang.
Partai politik memiliki cara tersendiri dalam melakukan
rekruitmen terutama dalam pelaksanaan sistem dan prosedural
rekruitmen yang dilakukan partai politik tersebut. Tak hanya itu proses
rekruitmen juga merupakan fungsi mencari dan mengajak orang-orang
yang memiliki kemampuan untuk turut aktif dalam kegiatan politik,
yaitu dengan cara menempuh berbagai proses penjaringan. Adapun cara
yang dilakukan untuk melakukan rekrutmen politik antara lain dengan
cara kontak-kontak pribadi, persuasi, dan juga dapat diusahakan dengan
cara menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader dengan
harapan di masa yang akan datang dapat menduduki jabatan politik
ataupun jabatan pemerintahan. Fungsi rekrutmen ini semakin besar
porsinya manakala partai politik merupakan partai tunggal seperti
dalam sistem politik totaliter atau manakala partai tersebut merupakan
partai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang
membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokratis.
31
Op,cit. Hal 150
31
Biasanya prosedur perekrutan yang dilaksanakan dan diterapkan
oleh masing-masing partai berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, tetapi terdapat suatu kecenderungan bahwa individu-individu
yang berbakat yang dicalonkan untuk menduduki jabatan politik
maupun jabatan pemerintahan mempunyai latar belakang yang sama,
yaitu bahwa mereka berasal dari kelas menengah atau kelas atas dan
kalaupun mereka berasal dari kelas bawah maka mereka merupakan
orang-orang yang telah memperoleh pendidikan yang memadai.32
Menurut Rahat dan Hazan 2001; Hazan 2006; Norris dalam Katz dan
Crotty 2006 sebagaimana yang dikutip didalam buku Sigit Pamungkas
menyatakan bahwa terdapat empat hal penting yang dapat menunjukan
bagaimana pengorganisasian partai politik dalam rekrutmen politik :33
1) Siapa kandidat yang dapat dinominasikan ?
2) Siapa yang menyeleksi ?
3) Dimana Kandidat di seleksi ?
4) Bagaimana kandidat diputuskan ?
Perlakuan terhadap keempat hal tersebut melahirkan model
pengelolaan partai antara pola-model inklusif vs eklusif, sentralistik vs
desentralistik, demokratis vs otoriter, dan titik tengah diantara
ekstrimitas-ekstrimitas
tersebut.
32
Terkait
siapa
kandidat
yang
Haryanto, Sistem Politik:Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty,1982,hal 47
Pamungkas Sigit, 2012, Partai Politik : Teori dan Praktek di Indonesia, Yogyakarta. Institute For
Democracy and Welfarism. Hal 94
33
32
dinominasikan dalam model inklusif adalah setiap pemilih dapat
menjadi kandidat partai. Sementara untuk model
eklusif terdapat
sejumlah kondisi yang membatasi hak pemilih untuk dapat ikut serta
dalam seleksi kandidat. Partai politik memberikan sejumlah persyaratan
tambahan diluar yang ditentukan negara. Regulasi negara biasanya
meletakkan persyaratan-persyaratan dasar bagi individu yang boleh
menominasikan diri, yaitu persyartan usia, kewarganegaraan, tempat
tinggal, kualifikasi literasi, batas deposit uang, jumlah dukungan dan
sebagainya.
Tabel 1.2 Kandidat yang diseleksi
Anggota partai
Model
Semua Warga Negara
Inklusif
Anggota Partai +
Anggota Partai
Eksklusif
Model penyeleksi kandidat dapat diklasifikasikan dalam sebuah
kontinum, sama seperti kontinum kandisasi, berdasarkan tingkat
inklusifitas dan eklusifitas. Pada titik ekstirm penyeleksi adalah sangat
inklusif adalah pemilih yang memiliki hak memilih pemilu. Dalam
ekstrim lainnya, selector sangat eklusif dimana kandidasi ditentukan
oleh pimpinan partai. Penyeleksi adalah lembaga yang menyeleksi
kandidat yaitu dapat berupa satu orang, beberapa atau banyak orang
sampai pada pemilih.
33
Tabel 1.3 Penyeleksi Kandidat
Penyeleksi
Model
Pemilih
Inklusif
Pimpinan Partai
Eksklusif
Sedangkan untuk menjawab dimana kandidat diseleksi ada dua
metode yaitu pertama, metode sentralistik adalah kandidat diseleksi
secara eksklusif oleh penyeleksi partai pada tingkat nasional tanpa
prosedur yang mengikutinya, seperti representasi teritorial atau
fungsional. Metode kedua adalah kandidat diseleksi secara eksklusif
oleh penyeleksi partai lokal atau kelompok sosial intra partai atau
kelompok-kelompok
seksional.
Desentralisasi
teritorial
adalah
penyeleksi lokal menominasikan kandidat partai yang diantaranya
dilakukan oleh pimpinan lokal, komite dari cabang sebuah partai,
semua anggota atau pemilih di sebuah distrik pemilihan. Desentralisasi
funsgsional adalah seleksi kandidat dilakukan oleh korporasi yang
kemudian memberikan jaminan representasi untuk representasi
kelompok-kelompok dagang, perempuan, minoritas, dan sebagainya.
Tabel 1.4 Kandidat diseleksi
Metode
Model
Terpusat
Sentralistik
Lokal
Desentralisasi
34
Memahami seleksi kandidat, bagaimana kandidat dinominasikan,
Rahat dan Hazan dalam buku Sigit pamungkas menyebutkan dua model
yang konfrontatif, yaitu34 pertama model pemilihan dan model
penunjukan. Dalam sistem pemilihan, penominasian kandidat adalah
melalui pemilihan diantaranya penyeleksi. Pada sistem pemilihan
murni, semua kandidat diseleksi melalui prosedur pemilihan tanpa
seorang penyeleksi pun dapat mengubah daftar komposisi. Sementara
dalam sistem penunjukan, penentuan kandidat tanpa menggunakan
pemilihan. Dalam sistem penunjukan murni, kandidat ditunjuk tanpa
membutuhkan persetujuan oleh agensi partai yang lain kecuali
penominasian oleh partai atau pemimpin partai.
Tabel 1.5 Kandidat diputuskan
Metode
Model
Demokratis
Pemilihan
Otoriter
Penunjukan
3) Pemilu (Pemilihan Umum)
a. Pengertian pemilu
Pembukaan Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun
1945 alinea keempat, antara lain menyatakan bahwa “kemerdekaan
kebangsaan Indonesia disusun dalam suatu Undang-undang Dasar
34
Ibid. Hal 100
35
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat”. Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa
“kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-undang Dasar”.
Makna dari kedaulatan berada ditangan rakyat adalah bahwa
rakyat memiliki kedaulatan, tanggungjawab, hak dan kewajiban
untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk
pemerintahan guna mengurus dan memilih wakil rakyat untuk
mengawasi
jalannya
pemerintahan.
Berdasarkan
berdasarkan
Undang-undang Dasar tersebut seluruh anggota DPR, DPD,
Presiden, dan Wakil Presiden, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota dipilih melalui pemilu yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun
sekali. Melalui Pemilu tersebut akan lahir lembaga perwakilan dan
pemerintahan yang demokratis.
Dalam Negara Republik Indonesia yang majemuk yang
berwawasan kebangsaan, partai poitik adalah saluran utama untuk
memperjuangkan kehendak masyarakat, bangsa dan negara sekaligus
sebagai sarana kaderisasi dan rekrutmen kepemimpinan nasional dan
penyelenggaraan negara. Oleh sebab itu, peserta pemilu untuk
memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik. Selain itu
36
untuk mengakomodasi aspirasi daerah, dipiihlah anggota DPD untuk
memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pesertanya
adalah perseorangan. Sesuai amanat reformasi, penyelenggaraan
pemilu harus dilaksanakan secara lebih berkualitas agar lebih
menjamin derajat kompetisi yang sehat, partisipatif, mempunyai
derajat keterwakilan yang lebih tinggi, dan memiliki mekanisme
pertanggungjawaban yang jelas.
Menurut Suryountoro mengemukakan pengertian pemilu
sebagai berikut :
Pemilu adalah suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga
negara Indonesia yang mempunyai hak pilih untuk memilih
wakil-wakilnya yang duduk dalam badan perwakilan rakyat,
yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi (DPRD Provinsi), dan Dewan
Perwakilan
Rakyat
Kabupaten/Kota
(DPRD
kabupaten/Kota).35
Sedangkan menurut Ali Moertopo, pengertian pemilu adalah
sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya
sesuai dengan asas yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu lembaga demokrasi
yang memilih anggota-anggotanya perwakilan rakyat dalam MPR,
35
Suryountoro, Pokok-pokok Pengertian Pemilu, Bina Mulya, Surabaya, 1976, hal 3
37
DPR, dan DPRD yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama
dengan pemerintah menetapkan politik dan jalannya pemerintahan
negara.36 Pengertian dan pemilihan umum juga dijelaskan dalam
pasal 1 (satu) Undang-undang No 8 Tahun 2012, bahwa:37

Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat
DaerahKabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesiaberdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya disingkat DPR,
adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
36
37
Ali Moertopo, Strategi Politik Nasional, Jakarta, CSIS, 1974, hal 61
Badan Kesbanglinmas Prov DIY ; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012, hal 10
38
dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Dewan Perwakilan Daerah selanjutnya disingkat DPD,
adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat
DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah
lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu.

Komisi Pemilihan Umum Provinsi selanjutnya disingkat
KPU Provinsi, adalah penyelenggara pemilu yang bertugas
melaksanakan pemilu di provinsi.

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya
disingkat KPU Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara
Pemilu
yang
bertugas
kabupaten/kota.
39
melaksanakan
Pemilu

Panitia Pemilihan Kecamatan, selanjutnya disebut PPK,
adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota
untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan atau
nama lain.

Panitia Pemungutan Suara, selanjutnya disebut PPS, adalah
panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk
menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa atau nama
lain/kelurahan.

Panitia Pemilihan Luar Negeri, selanjutnya disebut PPLN,
adalah
panitia
yang
dibentuk
oleh
KPU
untuk
menyelenggarakan Pemilu di luar negeri.

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, selanjutnya
disebut KPPS, adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS
untukmenyelenggarakan pemungutan suara di tempat
pemungutan suara.

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri,
selanjutnya disebut KPPSLN, adalah kelompok yang
dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan
suara ditempat pemungutan suara luar negeri.

Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disebut TPS, adalah
tempat dilaksanakannya pemungutan suara.
40

Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri, selanjutnya disebut
TPSLN, adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara
diluar negeri.

Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu,
adalah lembaga penyelnggara Pemilu yang bertugas
mengawasi penyelenggaraan Pemilu diseluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Badan Pengawasan Pemilu Provinsi, selanjutnya disebut
Bawaslu Provinsi adalah badan yang dibentuk oleh bawaslu
yang bertugas mengawasi penyelnggaraan pemilu Provinsi.

Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya
disebut Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah Panitia yang
dibentuk
oleh
Bawaslu
Provinsi
untuk
mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di kabupaten/kota.

Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, selanjutnya disebut
Panwaslu Kecamatan, adalah panitia yang dibentuk oleh
Panwaslu
Kabupaten/Kota
untuk
mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama
lain.

Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk
oleh Panwaslu Kecamatan yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di desa atau nama lain/kelurahan.
41

Pengawas Pemilu Luar Negeri adalah petugas yang
dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan
Pemilu diluar negeri.

Penduduk adalah warga negara indonesia yang berdomisili
di wilayah Republik Indonesia atau di luar negeri.

Warga negara indonesia adalah orang-orang bangsa
indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan Undang-undang sebagai warga negara.

Pemilih adalah warga negara indonesia yang telah genap
umur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah
kawin.

Peserta pemliu adalah partai politik untuk memilih anggota
DPR,DPRD
Provinsi,
DPRD
kabupaten/kota
dan
perseorangan untuk Pemilu anggota DPD.

Partai Politik Peserta Pemilu adalah partai politik yang telah
memenuhi persyaratan sebagau peserta pemilu.

Perseorangan peserta pemilu adalah perseorangan yang
telah memenuhi persyaratan sebagai peserta pemilu.

Kampanye pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk
menyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi,
dan program Peserta Pemilu.
42

Masa tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk
melakukan aktivitas kampanye.

Bilangan pembagi pemilihan bagi kursi DPR, selanjutnya
disingkat PBB DPR, adalah bilangan yang diperoleh dari
pembagian jumlah suara sah seluruh partai politik peserta
pemilu yang memenui ambang batas tertentu dari suara sah
secara nasional di satu daerah pemilihan dengan jumlah
kursi di suatu daerah pemilihan untuk menentukan jumlah
perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu.

Bilangan pembagi Pemilihan bagi Kursi DPRD, selanjutnya
BPP DPRD, adalah bilangan yang diperoleh dari pembagian
jumlah suara sah dengan jumlah kursi di suatu daerah
pemilihan untuk menentukan jumlah perolehan kursi Partai
Politik Peserta Pemilu dan terpilihnya anggota DPRD
provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil
rakyat dan wakil daerah serta untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka
mewujudkantujuan nasional sebagaimana diamanatkan Undangundang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu merupakan
salah satu bentuk perwujudan kedaulatan rakyatdan dimaksudkan
untuk menentukan siapa yang akan memegang pemerintahan negara
43
dalam jangka waktu tertentu, dan sekaligus merupakan kesempatan
untuk menyalurkan kepentingan-kepentingan warga negara terhadap
pemerintah guna mewujudkan tata kehidupan negara sebagaimana
dimaksudkan oleh Pancasila dan Undang-undangDasar Tahun 1945.
1) Asas Pemilihan Umum
Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-undang DasarNegara
Republik Indonesia Tahun 1945, pemilu dilaksanakansecara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pengertian asas
pemilu adalah :
 Langsung
Rakyat
sebagai
pemilih
memberikansuaranya
secara
mempunyai
langsung
hak
untuk
sesuai
dengan
negara
yang
kehendak hatinuraninya, tanpa perantara.
 Umum
Pada
dasarnya
semua
warga
memenuhipersyaratan sesuai dengan undang-undang ini
berhakmengikuti
pemilu.
Pemilihan
yang
bersifat
umummengandung makna menjamin kesempatan yang
berlakumenyeluruh bagi semua warga negara, tanpa
diskriminasiberdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis
kelamin,kedaerahan, pekerjaan, serta status sosial.
44
 Bebas
Setiap warga negara yang berhak memilih bebas
menentukanpilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari
siapapun. Di dalammelaksanakan haknya, setiap warga
negara dijaminkeamanannya, sehingga dapat memilih
sesuai dengankehendak hati nurani dan kepentingannya.
 Rahasia
Dalam
memberikan
suaranya,
pemilih
dijamin
bahwapilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun
dandengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya
padasurat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang
lainkepada siapapun suaranya diberikan.
 Jujur
Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara
pemilu,aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas
pemilu,pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak yang
terkaitharus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan
peraturanperundang-undangan.
 Adil
Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan
pesertaPemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas
darikecurangan pihak manapun.
45
2) Penyelenggaraan Pemilu
Sesuai
dengan
amanat
Undang-undang
Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 Pasal 22E ayat (5), “
pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan
umum yangbersifat nasional, tetap, dan mandiri”.
 Sifat ‘’Nasional” dimaksudkan bahwa KPU sebagai
penyelenggara
mencakup
seluruh
wilayah
Negara
KPU
sebagai
KesatuanRepublik Indonesia.
 Sifat
“Tetap”
dimaksudkan
bahwa
lembagamenjalankan tugasnya secara berkesinambungan,
meskipunkeanggotaannya dibatasi oleh masa jabatan
tertentu.
 Sifat “mandiri” dimaksudkan bahwa menyelenggarakan
dan melaksanakan pemilu, KPU bersifat mandiri dan
bebas dari pengaruh pihak manapun, disertai dengan
transparansi dan pertanggungjawaban yang luas sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Ada beberapa indikator untuk mengukur partisipasi masyarakat
dalam pemilihan umum, yaitu :
1.
Kesediaan untuk didaftar atau mendaftarkan diri sebagai
pemilih.
46
2.
Kesediaan untuk dicalonkan atau mencalonkan diri sebagai
anggota dewan.
3.
Kesediaan untuk mengikuti dan menghadiri kampanye.
4.
Kesediaan untuk mengikuti penghitungan suara.
5.
Kesediaan
untuk
mengikuti
pengumuman
hasil
penghitungan suara, dan
6.
Keterlibatannya dalam partai politik baik langsung maupun
tidak langsung.
Dapat dikatakan bahwa pemilihan umum merupakan suatu
sarana pemilihan yang dilaksanakan oleh warga negara untuk
menentukan atau memilih wakil-wakil (eksekutif dan legislatif)
mereka yang menduduki jabatan di pemerintahan dan sekaligus
merupakan kesempatan warga negara untuk menyalurkan aspirasi atau
keinginan-keinginannya kepada pemerintah.
b.
Sistem pemilu di Indonesia
Sistem pemilihan merupakan konsep yang berkaitan dengan
badan perwakilan rakyat karena salah satu fungsi pemilu adalah
mengatur prosedur seseorang untuk dipilih menjadi anggota badan
perwakilan rakyat atau menjadi kepala pemerintahan. Dengan
demikian mempelajari sistem pemilu dalam lingkup yang luas,
maka akan ditemui suatu sistem pemilu yang banyak ragamnya,
seperti pemilihan suara terbanyak, sistem pemilihan bertingkat, dan
47
mungkin masih banyak lagi sistem pemilu yang lainnya. Namun
didalam pembahasan pada penelitian ini, hanya mengacu pada
sistem pemilu yang diterapkan di Indonesia.
Sistem pemilihan Mekanis dan Sistem pemilihan Organis.
1) Sistem pemilihan Mekanis
Pengertian didalam sistem pemilihan mekanis, apabila
seseorang yang duduk di lembaga perwakilan melalui pemilu,
maka sifat perwakilan tersebut perwakilan politik (political
representation).
Secara umum perwakilan semacam ini mempunyai
kelemahan karena yang terpilih biasanya adalah orang
terpopuler karena reputasi politiknya tetapi belum tentu
menguasai bidang-bidang teknis pemerintahan, perekonomian,
dan sebagainya.
Dalam sistem mekanis, partai-partai mengorganisasikan
para pemilih, dan disinilah partai politik atau organisasi publik
berkembang baik menurut sistem satu partai, dua partai atau
banyak partai seperti yang dianut liberalisme, sosialisme,
maupun komunisme. Bedanya, negara-negara Liberalisme
mengutamakan individu-individu sebagai kesatuan otonom dan
memandang masyarakat sebagai suatu komplek hubunganhubungan antar individu yang bersifat kontraktual, sedangkan
48
sosialisme terutama mengutamakan totalis kolektif masyarakat,
dan mengecilkan peran individu-individu dalam totalis kolektif
ini.
Sistem pemilihan mekanis biasanya dilaksanakan dengan
dua sistem pemilu umumnya sistem pemilihan umum yang
berlaku dan sering digunakan terdiri atas dua macam antara
lain :38
a. Sistem Distrik (single member constituency)
Sistem distrik (dalam terminologi politik sering disebut
plural majority) adalah wilayah negara/pemerintahan yang
dibagi menjadi distrik pemilihan yang masing-masing diwakili
oleh satu wakil dan yang terpilih yang memperoleh suara
mayoritas.
Kelebihan sistem distrik adalah :
(1)Menghasilkan kondisi clear cut choice, suatu keadaan
dimana pemilih akan dengan sangat mudah memilih partai
politik yang ikut dalam pemilu, karena ada perbedaan yang
tajam sehingga pilihan menjadi sangat jelas. Pemilih
didorong untuk memilih salah satu diantara dua pilihan.
(2)Memudahkan terbentuknya satu sistem pemerintahan yang
tersiri dari satu partai yang menghasilkan satu kondisi
38
Bambang Eka C.W, Diktat Kuliah Pemilu dan Perilaku Politik, FISIPOL UMY
49
mayoritas. Sistem distrik akan mengakibatkan partai
mayoritas mendapat bonus kursi karena kondisi over
representation yang terjadi dalam situasi dimana jumlah
suara yang diperoleh secara nasional dimenangkan oleh
partai kurang dari jumlah kursi yang diperolehnya di
parlemen. Sedangkan under representation biasanya dialami
oleh partai kecil dimana jumlah suara yang diperoleh secara
nasional yang dimenangkan oleh partai lebih dari jumlah
kursi yang diperoleh dalam pemilu di parlemen.
(3)Meningkatkan koherensi (oposisi) dalam parlemen. Partai
oposisi lebih bermakna di sistem distrik dibandingkan
dengan sistem proporsioanal. Kedudukan yang sama dengan
partai pemerintah dan memperoleh kursi yang sama
diparlemen untuk dapat mengontrol pemerintah mendorong
fusi partai secara alamiah bukan oleh regulasi dari
pemerintah.
(4)Partai-partai didorong untuk menghasilkan sebuah integritas
yang didasarkan pada perluasan basis partai politik tersebut,
sehingga berbagai elemen masyarakat biasanya menjadi
basis partai politik bukan pada isu-isu fragmentasi sosial
(primordialisme). Dorongan terhadap partai terjadi akibat
50
ada kecenderungan membuat dua partai besar tersebut
bersifat terbuka.
(5)Menghasilkan suatu pemerintahan yang lebih stabil
dibanding dengan proposional apalagi jika dipadu dengan
sistem pemilihan Presiden secara langsung.
(6)Akan mengeluarkan partai-partai ekstreem (cenderung
berdasarkan ideologi) dari parlemen kecuali partai-partai
minoritas ekstreem tersebut terkonsentrasi dalam satu
wilayah.
(7)Hubungan antara konstituen dengan anggota parlemen
menjadi sangat kuat karena satu anggota konstituen
mewakili satu wilayah geografis yang sangat jelas.
(8)Memungkinkan pemilih memilih orang-orang populer di
wilayahnya bukan partai politik.
(9)Memungkinkan calon non partai bisa memenangkan
pemilu.
Sedangkan kelemahan sistem distrik adalah
(1)Mengabaikan partai-partai minoritas dari representasi yang
adil.
(2)Cenderung mengecualikan kelompok minoritas (tidak
mempunyai kesempatan represntasi politik di parlemen).
51
(3)Mempersulit perwakilan kaum perempuan di parlemen
dikarenakan dominasi kandidat kaum laki-laki sehingga
terdapat sindrom di masyarakat.
(4)Mendorong
munculnya
perkembangan
partai
politik
berdasarkan klien, etnis, wilayah yang menyebabkan
terjadinya perpecahan yang tajam di masyarakat, kondisi
geografis yang mempertajam adanya separatis.
(5)Anggota parlemen lebih terkonsentrasi perhatiannya pada
kepentingan daerah pemilihan bukan kepentingan nasional.
(6)Akan menghasilkan sisa suara ((wasted votes) yang sangat
besar karean sisa suara yang diperoleh oleh satu partai di
satu wilayah tidak mungkin dilimpahkan kedaerah lain
sehingga sisitem distrik mempunyai kecenderungan bahwa
pemilu tidak bermakna.
(7)Cenderung tidak responsif terhadap perubahan opini publik
jadi pola-pola konsentrasi dukungan terhadap sebuah partai
mengakibatkan
suatu
partai
dapat
secara
eksklusif
mengendalikan pemerintahan sehingga ia tidak dapat
memerlukan koalisi, namun tidak dapat diubah hingga
pemilu berikutnya.
(8)Sangat ternuka dengan manipulasi batas-batas electoral
(pemilu) yang sangat tidak fear yang biasanya disebut
52
dengan istilah Gerry Mandering , artinya membagi wilayah
menjadi
kantong-kantong
konsentrasi
yang
sangat
menuntungkan partai.
b. Sistem proporsional ( sistem perwakilan berimbang/member
multy constituency)
Sistem proporsional adalah sistem pemilu dimana
kursi yang tersedia di parlemen pusat untuk diperebutkan
dalam suatu pemilu,dibagikan kepada partai-partai atau
golongan politik yang turut dalam pemilihan sesuai dengan
sumbangan suara yang diperolehnya dalam pemilihan yang
bersangkutan. Dalam sistem ini mempunyai keuntungan
yang besar yaitu bersifat representatif dalam arti bahwa
setiap suara turut diperhitungkan dan parktis tidak ada suara
yang hilang.
Kelebihan dari sistem proporsional adalah :
(1)Cenderung
menghasikan
perwakilan
politik
yang
beragam dimana kelompok minoritas akan mendapatkan
keuntungan mempunyai wakil dalam pemilu.
(2)Perwakilan perempuan lebih mudah diperoleh dan lebih
mudah untuk ditingkatkan karena adanya political mind.
(3)Terbentuknya sistem pemerintahan yang efisien dan
memungkinkan terjadinya power sharing diantara partai
53
politik karena sangat sulit menghasilkan mayoritas
pemerintahan tunggal.
(4)Memfasilitasi perwakilan dari partai-partai minoritas
untuk bisa masuk dalam parlemen.
(5)Mendorong partai-partai menampilkan daftar kandidat
yang bersifat inklusif dan mempunyai diversifikasi sosial
yang tinggi.
(6)Membuat
kelompok-kelompok
minoritas
mungkin
mempunnyai kesempatan wakil di parlemen karena
dalam
sistem
ini
partai
biasanya
cenderung
mencantumkan tokoh-tokoh minoritas untuk menarik
dukungan masyarkat.
(7)Mencegah terjadinya separarisme di daerah karena
kelompok minoritas mempunyai kesempatan.
Sedangkan kerugian sistem proporsional adalah
(1)Pemerintah biasanya berbentuk koalisi dan kelemahan
dari koalisi adalah ketidakstabilan koalisi sangat
tergantung pada koalisi.
(2)Terjadinya
fragmentasi
partai
politik
(cenderung
terpecah belah) karena setiap dalam partai politik
mungkin dapat kursi di parlemen dengna sangat mudah
jika ia membentuk partai baru.
54
(3)Sistem proposional menghasilkan perwakilan yang
lemah, dimana hubungan wakil rakyat dengan pemilih
lemah sangat mungkin rakyat tidak mengenal wakil yang
dipilihnya karena yang dipilih adalah partai (peranan
partai lebih dominan)
(4)Mengakibatkan sistem perhitungan suara rumit sehingga
biaya penyelenggaraan jauh lebih mahal.
(5)Fusi partai politik harus dilakukan dengan pemaksaan
dari electoral treshold (jumlah suara minimal yang harus
diperoleh oleh suatu partai dalam pemilu untuk bisa ikut
dalam pemilu selanjutnya).
2) Sistem pemilihan Organis
Sistem ini memandang rakyat sebagai sejumlah individuindividu yang hidup bersama-sama dalam beraneka ragam
perseketuan hidup yang meliputi :
a. Persekutuan hidup gecalogis (berdasarkan keturunan)
rumah tangga.
b. Persekutuan hidup territorial (berdasarkan tempat
tinggal) desa, kota, daerah.
c. Persekutuan hidup fungsional spesial, cabang industri.
d. Lapisan-lapisan
sosial
pedagang, majikan.
55
:
buruh,
tani,
nelayan,
e. Lembaga-lembaga
sosial
:
universitas,
institut,
sekolah tinggi dan akademi.
Dari kelima keanekaragaman persekutuan hidup dapat
dijelaskan bahwa, rakyat sebagai sejumlah individu-individu
yang hidup secara bersamaan dalam keanekaragaman warna
persekutuan rakyat juga dipandang sebagai suatu organisme
atas organ-organ yang memiliki kedudukan dan fungsi tertentu.
Persekutuan hidup inilah yang menjadi hak untuk mengutus
wakil-wakil kepada badan perwakilan rakyat.
Dalam sistem oraganis, partai-partai atau oraganisasi
politik
tidak
perlu
dikembangkan,
karena
pemilihan
diselengarakan dan dipimpin oleh masing-masing persekutuan
hidup dalam lingkungan sendiri. Badan perwakilan adalah
bersifat badan perwakilan kepentingan-kepentingan khusus
persekutuan hidup yang biasa disebut dewan komparatif.
Pemilu pada masa orde baru sampai dengan era reformasi
pemilihan dilakukan dengan sistem proporsional tertutup. Dimana
kursi yang tersedia diparlemen pusat diperebutkan dan dibagi kepada
partai—partai atau golongan politik yang turut dalam pemilihan
tersebut sesuai dengan perolehan suara yang diperoleh. Dalam
pemilihan yang dilakukan pada masa itu, kita tidak mengetahui siapa
yang akan menjadi wakil terpilih yang menduduki jabatan. Dan pada
56
pemilu 2004 digunakan sistem proposional terbuka, pada dasarnya
sama dengan sistem pemilu sebelumnya, yang membedakan antara
sistem proporsional tertutup dengan sistem proporsional terbuka pada
dasarnya yaitu para wakil dari partai politik atau golongan politik
yang mengikuti pemilu dipilih secara langsung siapa yang menjadi
wakil dari partai politik atau golongan tersenut. Demikian juga dengan
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan secara langsung
oleh rakyat.39
E.
Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional diharapkan dapat memberikan gambaran secara
jelas mengenai konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian untuk
menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian atau batasan istilah yang
ada dalam pokok masalah penelitian. Agar tidak menimbulkan kerancunan
pengertian perlu ditegaskan batasan konsep yang digunakan dalam
penelitian ini, Adapun definisi konsepsional pada penulisan ini adalah :
1.
Partai Politik adalah suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok
orang yang mempunyai cita-cita, tujuan, dan orientasi yang sama,
yang berusaha untuk memperoleh dukungan dari rakyat dalam rangka
mempertahankan atau memperoleh kekuasaan untuk mengendalikan
atau mengontrol jalannya roda pemerintahan serta melaksanakan
program-programnya yang telah ditetapkan.
39
Menuju pemilu Transformatif, IRE Press, Yogyakarta, 2004, hal 39.
57
2.
Rekrutmen Politik adalah Proses dimana partai politik melakukan
pemilihan, seleksi, dan pengangkatan seseorang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah
pada khususnya.
3.
Pemilu (pemilihan umum) adalah proses rekruitmen politik yang
demokratis dengan tujuan memilih wakil rakyat dan wakil daerah
serta membentuk pemerintahan yang demokratis, yang dilaksanakan
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
F.
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana mengukur variabel-variabel. Sedangkan variabel adalah suatu
karakteristik yang mempunyai variasi/ukuran/score.40 Untuk mengetahui
bagaimana strategy DPW partai NasDem DIY dalam rekrutmen calon
legislator menjelang pemilu 2014, maka definisi Operasional yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah :
A. Strategi partai NasDem dalam rekrutmen calon anggota legislator
menjelang pemilu 2104 adalah
1. Siapa kandidat yang dapat dinominasikan ?
- Inklusif (Setiap pemilih dapat menjadi kandidat partai)
- Eksklusif (Membatasi hak pemilih ikut dalam seleksi kandidat atau
hanya kandidat dalam partai yang dapat mengikuti seleksi kandidat
40
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofyan. 1987. Metode Penelitian. Jakarta. LP3ES. Hal 46
58
dengan
memberikan
sejumlah
persyaratan
tambahan
yang
ditentukan negara.
2. Siapa yang menyeleksi ?
- Jenjang
struktur
partai
pada
masing-masing
tingkatan
(DPP,DPW,DPD)
3. Dimana Kandidat di seleksi ?
- Kandidat diseleksi di tingkatan jenjang struktur partai masingmasing (DPP,DPW,DPD)
4. Bagaimana kandidat diputuskan ?
- Pemilihan : semua kandidat diseleksi melalui prosedur pemilihan.
- Penunjukan : semua kandidat hanya ditunjuk oleh pimpinan partai
tanpa melalui proses seleksi.
G.
Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan data diskritif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik
(utuh). Tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
suatu keutuhan.41 Bahwa dalam penelitian ini penulis mencoba melihat
41
Lexy J Moleong, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal : 135
59
dan mengamati bagaimana Partai Nasional Demokrat (NasDem) DIY
menerapkan startegi rekrutmen calon legislatif menjelang pemilu 2104
untuk mendapatkan calon legislaitf yang berkualitas. Dengan hasil
deskritif (kata-kata/penjelasan) yang penulis coba bahas melalui datadata yang diperoleh dari data primer : wawancara, data sekunder :
literature, hasil penelitian ilmiah, artikel-artikel, koran dan media cetak
dan elektronik lainnya.
2.
Unit Analisis Data
Unit analisis data dalam mengumpulkan data yang digunakan
adalah di kantor DPW Partai Nasional Demokrat (NasDem) Daerah
Istimewa Yogyakarta, mengingat data-data dan informasi ini tersedia Di
kantor DPW NasDem DIY.
3.
Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data dan informasi yang didapat dari sebuah
keterangan pihak-pihak yang terkait dan berkompeten terhadap
masalah yang akan diteliti.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai bukubuku, artikel-artikel ilmiah, catatan-catatan, koran dan dokumen
lainnya yang punya keterkaitan dengan tema penelitian.
60
4.
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah tehnik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta dalam penulisan penelitian ini. Adapun
dalam pengumpulan data penulisannya ini kami lakukan berbagai cara
yaitu :
a.
Wawancara
Wawancara dalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu (Surakhmad, 1994).42
Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan
oleh Denzin dan Guba (2001),43 antara lain mengkonstruksi
mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;
merekonstruksi kebulatan-kebulatan ; memverifikasi sebagai
yang telah diharapkan untuk dialami pada massa yang akan
datang memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi
yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan
manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan
42
Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Alfabeta, hal.92
Lihat Agus Salim (Penyunting), (2001), Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (dari Denzin Guba dan
Penerapannya), Tiara Wacana, Yogyakarta, hal.39
43
61
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan anggota.
Dalam penelitian ini ada beberapa responden yang
penulis perlukan guna mendapat informasi tentang strategi
partai NasDem DIY dalam rekrutmen calon legislator
menjelang Pemilu 2014. Adapun responden yang penulis
wawancarai yaitu :
Tabel 2. Daftar Responden Wawancara
No
Jenis Responden
Jumlah
1.
Pengurus DPW NasDem DIY 2014
1 Orang
2.
Tim Penjaringan Caleg DPW NasDem DIY 2014
1 Orang
3.
Caleg DPW NasDem DIY 2014
2 Orang
Jumlah
b.
4 Orang
Dokumentasi (Literatur)
Dokumentasi adalah salah satu cara pengumpulan data
dengan mengumpulkan informasi mengenai hal-hal atau
variable. Data dokumentasi biasanya dipergunakan dalam
penelitian sejarah, akan tetapi arti penting data dokumentasi
sebagai sumber data yang diperlukan bagi setiap penelitian,
maka dokumentasi tidak hanya dipergunakan bagi penelitian
62
sejarah saja, tetapi juga dalam ilmu social (Surakhmad,
1994).
Penulisan penelitian ini melalui berbagai literatur,
peraturan
perundang-undangan,
dokumen-dokumen,
mengambil data dari wawancara dan lain sebagainya.
5.
Tehnik Analisa Data
Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tehnik analisa kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih
menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif
serta pada analisis pada terhadap dinamika hubungan antar fenomena
yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti
bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan
data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian
hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian
melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.44
44
Saifuddin Azwar, 1997. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 40.
63
Download