BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik hadir ditengah-tengah masyarakat bertujuan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan programprogram yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan adalah ikut serta dalam pemilihan umum.1 Pemilihan Umum dewasa ini semakin menuju ke arah yang lebih baik demi terwujudnya bangsa yang lebih terarah. Perubahan pola pemilihan diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Perubahan-perubahan peraturan yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan agar kehidupan berdemokrasi dapat berjalan dengan adil dan bijaksana. Berjalannya reformasi pemilihan Calon Legislatif, Presiden dan Wakil Presiden dilakukan secara langsung. Seiring perubahan sistem tersebut, sistem-sistem pemilihan di Indonesia tentu saja berubah mengikuti undang-undang yang berlaku. 1 Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hal.149 1 Pemilihan umum merupakan salah satu mekanisme demokratisasi di negara Indonesia. Istilah “Demokrasi” sendiri sudah tidak asing bagi bangsa ini namun secara teoritis makna demokrasi dapat dilihat berdasarkan dua pemahaman yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik. Dalam pemahaman secara normatif, demokrasi merupakan sesuatu yang secara idiil hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh negara, kita mengenal ungkapan “pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Ungkapan normatif tersebut biasanya diterjemahkan dalam konstitusi pada masing-masing negara misalnya dalam UUD 1945 bagi Pemerintahan Republik Indonesia. Sementara menurut Juan Linz demokrasi empirik merupakan pemahaman dalam konteks ini seperti, mengizinkan kita untuk mengamati apakah dalam suatu sistem politik pemerintahan memberikan ruang gerak yang cukup bagi warga negaranya untuk melakukan partisipasi guna memformulasikan preferensi politik mereka melalui organisasi politik yang ada.2 Pemilihan umum atau Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Diselenggarakanya pemilu bertujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional 2 Gaffar Afan. Politik Indonesia (Transisi menuju demokrasi). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.2005. Hal 3 2 sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tiga kali pemilihan umum yang diselenggarakan secara demokratis pada tahun 1999, 2004 dan 2009 telah menjadi tempat seleksi alam bagi partai politik. Partai yang besar dan kuat akan tetap hidup sementara yang kecil dan lemah akan tersingkir dengan sendirinya. Terbukti pada Pemilu 2004, dari puluhan partai politik yang ada, hanya beberapa partai politik yang berhasil memenuhi ambisinya untuk memenangi pertarungan perebutan kekuasaan, yaitu Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKB, PPP, PAN, PKS dan Partai Demokrat adalah tujuh partai politik yang berhasil mendominasi peta politik nasional di badan legislatif.3 Dalam ranah demokrasi, Partai Politik merupakan salah satu institusi instrumen penting dari pelaksanaan sistem politik demokrasi yang modern. Demokrasi modern mengandaikan sebuah sistem yang disebut dengan keterwakilan (representativeness), baik keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan seperti parlemen (DPD/DPRD) maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian. Berbeda dengan demokrasi langsung sebagaimana dipraktekan Yunani Kuno, demokrasi modern sebagai 3 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-2009, Jakarta: Buku Kompas, 2004, hal 9, Diakses dari Jurnal Ilmu Pemerintahan, Hal : http//www.Fisipundip.ac.id pada 2 Oktober 2013 3 demokrasi tidak langsung membutuhkan media penyampaian pesan politik kepada negara.4 Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai tersebut melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi dari partai politik adalah fungsi rekrutmen politik. Fungsi rekruitmen politik atau representasi politik memegang peranan penting dalam sistem politik suatu negara karena proses ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik yang baik tergantung pada kualitas rekruitmen politik. Ramlan Surbakti menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan rekrutmen politik adalah seleksi pemilihan dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi ini sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam. Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai politik mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui organisasi–organisasi massa dan yang melibatkan golongan tertentu, seperti golongan profesional yang mencakup golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan beberapa golongan lainnya yang berada dalam ruang lingkup 4 Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi: Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal 1 4 kemasyarakatan. Maka tugas penting yang harus dilakukan oleh partai politik pada umumnya yaitu melakukan rekrutmen calon anggota legislatif guna untuk menetapkan calon-calon tersebut di lembaga legislatif baik secara nasional atau regional. Calon Anggota Legislatif adalah seseorang yang nantinya akan bertindak untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Untuk menjadi calon anggota legislatif, seseorang harus menjalani proses rekrutmen calon anggota legislatif yang sudah ditetapkan oleh partai politik. Pada tahun 2014, Partai Nasional Demokrat (NasDem) merupakan salah satu dari 12 partai nasional yang akan ikut dalam pemilihan umum pada tahun 2014. Partai Nasional Demokrat sebagai partai politik baru resmi dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2011 di Hotel Mercure, Ancol Jakarta. Sebagai partai baru agar mendapatkan status resmi sebagai badan hukum, partai NasDem didaftarkan ke Kementrian Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia pada bulan Maret 2011. Kelahiran partai NasDem tidak bisa dipisahkan lepas dari Visi dan Misi utama organisasi kemasyarakatan Nasional Demokrat, yaitu mengalang Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia. Restorasi Indonesia adalah gerakan memulihkan, mengembalikan, serta memajukan fungsi pemerintahan Indonesia kepada cita-cita Proklamasi 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Restorasi Indonesia yang diusung dan 5 akan terus dilakukan Partai NasDem mencakup empat kata kerja, sekaligus “kata kunci” perjuangan Partai Nasdem, yaitu Memperbaiki, Mengembalikan, Memulihkan, Mencerahkan.5 Partai NasDem adalah partai baru sehingga proses rekruitmen anggota partai menjadi tujuan utama memperkuat internal partai, oleh karena itu Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem menargetkan sepuluh juta anggota partai secara nasional tahun 2012. Setelah dinyatakan lolos verifikasi oleh Kementerian Hukum dan HAM, Partai NasDem berencana memperkuat basis kehadiran mereka di massa akar rumput, sehingga visi merestorasi Indonesia yang diusung partai ini benar-benar tersampaikan dan dimengerti masyarakat luas. Ketua Umum Partai NasDem Patrice Rio Capella mengatakan, dalam waktu dekat partainya akan menyelesaikan struktur partai hingga tingkat desa dan kelurahan. Target memiliki struktur kepengurusan di sekitar 79 ribu desa se-Indonesia. KONGRES I Partai NasDem yang digelar pada tanggal 25 sampai 26 Januari 2013 di Jakarta menjadi tonggak sejarah perjalanan Partai NasDem. Berbagai keputusan penting dikeluarkan dalam kongres ini. Satu di antaranya ialah memilih dan menetapkan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem periode 2013-2018. Keputusan tersebut diambil pada sidang pleno pertama tanggal 25 Januari 2013 sekitar pukul 23.00 WIB. Seluruh 33 Dewan Pimpinan 5 http://news.okezone.com/read/2011/11/11/339/528372/tiga-langkah-partai-nasdem-setelah-lolos-verifikasi, diakses pada 28 Januari 2104 6 Wilayah (DPW), 497 Dewan Pimpinan Daerah (DPD), dan empat organisasi sayap (Gerakan Massa Buruh, Liga Mahasiswa, Badan Avokasi Hukum, dan Petani NasDem), bersatu suara mempercayakan Surya Paloh menjadi nakhoda Partai NasDem selama lima tahun.6 Dalam Kongres tersebut juga memberi mandat penuh kepada Surya Paloh untuk menyusun kepengurusan dan perangkat partai. Kepengurusan tersebut baik dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sampai Dewan Pengurus Daerah (DPD) untuk menetapkan strategi dan kebijakan guna memenangi Pemilihan Umum Legislatif 2014. Salah satunya dengan mengadakan rekrutmen calon anggota legislatif (caleg) dalam upaya memenangi Pemilu 2014. Ambisi Partai NasDem begitu menyita perhatian publik karena kekuatannya di tingkat infrastruktur partai yang sudah mencapai 100 persen cabang di tingkat Dewan Pengurus Wilayah (DPW). Salah satunya DPW NASDEM di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai partai baru, Partai Nasional Demokrat (NasDem) mengakui belum memiliki mesin partai yang sempurna. Oleh karena itu salah satu upaya atau strategi yang diusung adalah menjadikan seluruh bakal caleg sebagai mesin partai. DPW NASDEM Provinsi DIY membekali caleg bukan hanya sebagai formalitas tetapi sampai menjadi caleg untuk ditempatkan di setiap dapil. Hal ini dilakukan karena ada beberapa kendala yang ditemui oleh DPW NasDem 6 http://forum.detik.com/showthread.php?p=27589048 diakses pada 28 Januari 2104 7 DIY dalam merekrut calon anggota legislator. Menurut Slamet Wasair sebagai Staff Sekretariat dan Administrasi, ada beberapa tantangan yang dihadapi diantaranya sebagai berikut7, pertama adalah Ketakutan dari calon yang akan mendaftarkan diri karena biaya politik yang tinggi. Sedangkan yang kedua adalah Motivasi dari para calon hanya ingin mencari pekerjaan untuk memperkaya diri bukan murni untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Kedua tantangan tersebut menjadi masalah bagi DPW NasDem DIY dalam merekrut calon anggota legislator. Dari penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Strategi Partai NasDem Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Rekrutmen Calon Legislator Menjelang Pemilu 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana Strategi Partai NASDEM DIY Dalam Rekrutmen Calon Legislator Menjelang Pemilu 2014 ? 7 Dikutip dari wawancara dengan Slamet Wasair, Staff Sekretariat dan Administrasi di DPW NasDem DIY pada 5 februari 2014 pukul 10.30 WIB di Kantor DPW NasDem Yogyakarta 8 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memahami strategi partai NasDem DIY dalam rekrutmen calon legislator menjelang Pemilu 2014. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu : a. Secara Teoritis Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang partai politik, khususnya DPW Partai NasDem Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menerapkan strategi rekrutmen calon legislatif menjelang pemilu 2014. b. Secara Praktis Sebagai bahan referensi bagi partai politik akan penerapan strategi partai NasDem DIY dalam rekrutmen calon legislatif menjelang pemilu 2014. Sehingga dapat menjadi refleksi dan korektif dalam menentukan strategi rekrutmen politik pemilu-pemilu mendatang dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja partai dalam menjalankan fungsi rekrutmen politik. 9 D. Kerangka Dasar Teori Kerangka teori adalah bagian yang terdiri dari uraian-uraian terkait teori yang ada di dalam penelitian. Dalam penelitian, teori digunakan untuk mendukung dan memecahkan masalah yang muncul. Menurut Koentjaraningrat, Teori sebagai serangkai asumsi konsep, kontruk definisi proposi dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.8 Sofian Effendi dan Masri Singarimbun menyatakan bahwa Teori adalah sarana pokok untuk mengungkapkan hubungan sistematis antar fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti.9 Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat kita ketahui bahwa teori merupakan penjelasan mengenai perihal yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat untuk mendapatkan jalan keluar terbaiknya. Dalam suatu permasalahan teori-teori ini memiliki hubungan yang sistemik yang dijadikan pola pikir untuk mengambil suatu keputusan atas sebuah permasalahan. Kedudukan teori adalah sebagai landasan untuk mengkaji permasalahan yang timbul. Teori yang jelas akan mempermudah menemukan solusi atas setiap permasalahan. Dalam penelitian ini ada beberapa teori yang digunakan untuk memudahkan suatu penelitian mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan, yaitu : 8 9 Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. PT Gramedia, Hal 9 Sofyan Effendi, Unsur-Unsur Penelitian Ilmiah, LP3ES, Jakarta, 1985, hal 18. 10 1) Partai Politik a. Pengertian Partai Politik Secara umum Partai politik adalah suatu kelompok teroraganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya.10 Partai politik memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar politik. Berikut ini adalah definisi tentang partai politik oleh para pakar politik yang akan diuraikan dibawah ini : 1) Menurut Carl J. Fedrich menuliskan partai politik adalah “A political Party is a group of human beigs, stably organizet with the objective of securing or maintaining for its leader the control of a government, with the father objective of giving to members of the party, through such control ideal and material and advantages”. Maksudnya adalah sekelompok manusia yang terorganisir yang stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan 10 pemerintahan bagi pimpinan partai dan, Budiardjo Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) hal.403-404 11 berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.11 2) Menurut Sigmund Neumann menuliskan partai politik adalah A political party is the articulate organization of society’s active politi-cal agents, those who are concerned with the control of governemenal power and who compete for popular support with another group or groups holding divergent views. Maksudnya adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.12 3) Menurut Giovanni Sartori Partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatanjabatan publik.13 11 Ibid hal.403-404 Syafiie, Inu Kencana & Azhari, Sistem Politik Indonesia. Bandung. Refika Aditama. Hal 78 13 Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Hal 404-405 12 12 4) Menurut Richard W.Scoot “Partai politik adalah organisasi yang bagaimanapun memiliki aturan formal dan tujuan yang juga formal. Namun proses dimana mereka menjadi terlembagakan tidaklah identik dengan bagaimana perkembangan partai dalam terminolog partai yang bersifat organisasional semata”. 5) Menurut Miriam Budiardjo Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik-(biasanya) dengan cara konstitusional-untuk melaksanakan programnya.14 6) Ramlan Surbakti Memberikan definisi bahwa partai politik merupakan kelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilu guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun.15 Alternatif 14 15 Budiardjo, op,cit. Hal 401 Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. Grasindo. Hal 144 13 kebijakan umum yang disusun ini merupakan hasil pemaduan berbagai kepentingan yang hidup dalam masyarakat, sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan kebijakan umum dapat melalui pemilu dan cara-cara lain yang sah. Sedangkan menurut UU No. 2 tahun 2011 tentang perubahan atas UU No. 2 tahun 2008 tentang partai politik, Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Fungsi Partai Politik Secara hakiki partai politik memiliki fungsi utama yaitu mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program–program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Menurut UU No. 2 Tahun 2008, partai politik berfungsi sebagai sarana : 14 1) Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2) Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat. 3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara. 4) Partisipasi politik warga negara Indonesia. 5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. Selain fungsi di atas tersebut, menurut Miriam Budiarjo menguraikan bahwa partai politik dalam negara yang menganut paham demokrasi mempunyai beberapa fungsi antara lain, yaitu :16 1) Sarana Komunikasi Politik Komunikasi politik adalah proses agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan. Agregasi kepentingan adalah proses untuk menampung dan menggabungkan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Kemudian artikulasi 16 Budiardjo, op,cit. Hal 405 15 kepentingan adalah proses pengloahan dan perumusan pendapat dan aspirasi tersebut kedalam bentuk yang lebih teratur. Dalam melaksanakan fungsi ini, partai politik tidak menyampaikan begitu saja segala informasi dari pemerintah kepada masyarakat atau dari masyarakat kepada pemerintah, tetapi merumuskan sedemikian rupa sehingga penerima informasi (komunikan) dapat dengan mudah memahami dan memanfaatkan. Dengan demikian, segala kebijakan pemerintah yang biasanya dirumuskan dalam bahasa teknis dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang dipahami oleh masyarakat. Sebaliknya segala aspirasi, keluhan, dan tuntutan masyarakat yang biasanya tidak terumuskan dalam bahasa teknis dapat diterjemahkan oleh partai politik ke dalam bahasa yang dapat dipahami oleh pemerintah. Jadi, proses komunikasi politik antara pemerintah dan masyarakat dapat berlangsung secara efektif melalui partai politik.17 2) Sarana Sosialisasi Politik Sosialisai politik adalah proses yang melaluinya masyarakat menyampaikan “budaya politik” yaitu norma- 17 Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. Grasindo. Hal 153 16 norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui fungsi ini para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses sosialisasi politik berlangsung seumur hidup yang diperoleh baik secara sengaja maupun tidak sengaja seperti berkembang mulai dari keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman orang dewasa, organisasi keagamaan, dan partai politik. Selanjutnya terjadi sosialisasi nilai-nilai politik dari satu generasi ke genarasi lainnya. Disinilah partai politik memainkan peran sebagai sarana sosialisasi politik. 3) Sarana Rekrutmen Politik Rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilahan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.18 Fungsi ini sangat erat kaitannya dalam proses seleksi kepemimpinan di dalam tubuh partai bahkan sampai kepemimpinan nasional. Partai politik membutuhkan kaderkader 18 partai yang Ibid. Hal 150 17 bekerja dengan baik untuk memperjuangkan kepantingan partai. Apabila kader partai sudah memiliki kompentensi kepemimpinan yang baik, maka partai politik bisa turut aktif menyumbangkan kadernya dalam mengisi kepemimpinan nasioanl. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Adapun cara untuk melakukan rekrutmen politik seperti melalui kontak pribadi, persuasi atau cara-cara lain. 4) Sarana Pengatur Konflik Konflik yang dimaksud di sini adalah dalam arti luas, yaitu mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar-individu atau kelompok dalam masyarakat. Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihakpihak yang berkonflik, menampung dan memadukan pelbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik. Dalam kehidupan bermasyarakat perbedaan pendapat merupakan suatu hal yang wajar. Namun dalam situasi 18 masyarakat yang juga heterogen sifatnya ini, perbedaan pendapat terkadang menjadi pemantik timbulnya konflik. Peran partai politik sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Sekurang-kurangnya mampu untuk mengatur konflik sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai dapat menumbuhkan pengertian diantara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa partai politik dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasional antara warga negara dengan pemerintahnya. Dari keempat fungsi partai tersebut masih ada fungsi lainnya, yang mana fungsi tersebut lebih banyak dimengerti oleh khalayak umum disebut juga sebagai fungsi utama partai politik, adapun fungsi tersebut yaitu:19 a) Mencari dana mewujudkan mempertahankan program-program kekuasaan yang guna disusun berdasarkan ideologi tertentu. b) Mengumpulkan, mengorganisasi dan merumuskan aspirasi rakyat untuk diperintahkan oleh sistem politik. 19 Riswanda Imawan, dalam Membedah Politik Orde Baru, CV. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997. Hal. 5 19 c) Menempatkan wakil-wakil yang dipandang cukup untuk mewujudkan aspirasi rakyat. Partai politik juga berbeda dengan kelompok penekan (pressure group) atau istilah yang lebih banyak dipakai dewasa ini, kelompok kepentingan (interest group). Partai politik bertujuan memperjuangkan suatu kepentingan dalam skala yang luas melalui mekanisme pemilu, sedangkan kelompok penekan atau kelompok kepentingan yang lain seperti kelompok profesi, kelompok adat, organisasi kemasyarakatan hanya mengejar kepentingan- kepentingan sesaat dalam ruang lingkup yang lebih kecil serta melewati mekanisme politik formal seperti pemilu. Setiap manusia pasti punya tujuan hidup, begitu juga dengan partai politik. Adapun tujuan umum partai politik di Indonesia sebagai berikut : a) Mewujudkan cita – cita nasional bangsa Indonesia, sebagai termaksud dalam pembukaan Undang – Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. b) Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. c) 20Indra Mewujudkan kesejahtraan bagi seluruh rakyat Indonesia.20 Bastian, Akutansi Untuk LSM dan Partai Politik. (Jakarta.Erlangga.2007) Hal.154 20 Sedangkan Tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita – citanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional. c. Tipologi Partai Politik Tipologi partai politik adalah pengklasifikasian berbagai partai politik berdasarkan kriteria tertentu, seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan.21 Ramlan Surbakti menguraikan tipologi partai politik berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :22 1) Asas dan Orientasi Berdasarkan asas dan orientasinya, partai politik diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu : partai politik pragmatis, partai politik doktriner, partai politik kepentingan. Partai politik pragmatis adalah suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tidak terikat kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu. Kemudian partai politik doktriner adalah suatu partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan konkret sebagai penjabaran ideologi. Dan partai politik kepentingan adalah suatu partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu, 21 22 Op,cit.. Hal 155 Ibid. Hal 155 21 seperti petani, buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidup secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan. 2) Komposisi dan Fungsi Anggota Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : partai politik massa atau lindungan dan partai politik kader. Partai politik massa atau lindungan adalah partai politik yang mengandalkan kekuatan pada keunggulan jumlah anggota dengan cara memobilisasi massa sebanyak-banyaknya, dan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi setiap kelompok dalam masyarakat sehingga pemilihan umum dapat dengan mudah dimenangkan, dan kesatuan nasional dapat dipelihara, tetapi juga masyarakat dapat memobilisasi untuk mendukung dan melaksanakan kebijakan tertentu. Partai ini seringkali merupakan gabungan berbagai aliran politik yang sepakat untuk berada dalam lindungan partai guna memperjuangkan dan melaksanakan program-program yang pada umumnya bersifat sangat umum. Partai politik kader adalah suatu partai yang mengandalkan kualitas keanggotaan, keketatan organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama. Seleksi keanggotaan dalam partai kader biasanya sangat ketat, yaitu melalui jenjang dan intensif, serta 22 penegakan disiplin partai yang konsisten dan tanpa pandang bulu. Struktur organisasi partai ini sangat hirarkis sehingga jalur perintah dan tanggung jawab sangat jelas. 3) Basis Sosial dan Tujuan Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, partai politik yang beranggotakan kelompok kepentingan tertentu, partai politik yang beranggotakan pemeluk agama tertentu dan partai politik yang beranggotakan kelompok budaya tertentu. Menurut tujuannya, partai politik dibagi menjadi tiga tipe, yaitu : partai politik perwakilan kelompok, partai politik pembinaan bangsa, partai politik mobilisasi. d. Sistem Kepartaian Sistem Kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik dalam suatu sistem politik. 1) Jumlah Partai Pengolongan sistem kepartaian berdasarkan jumlah partai dapat dikemukakan seperti berikut antara lain bentuk partai tunggal (totaliter, otoriter, dan dominan), sistem dua partai dominan dan bersaing, dan sistem banyak partai. Dalam negara yang menerapkan bentuk partai tunggal totaliter terdapat satu partai yang 23 tak hanya memegang kendali atas militer dan pemerintahan tetapi juga menguasai seluruh aspek kehidupan.23 Partai tunggal totaliter biasanya merupakan partai tunggal doktriner dan diterapkan dinegara-negara komunis dan fasis. Sedangkan partai tunggal otoriter adalah suatu sistem kepartaian yang didalamnya terdapat lebih dari satu partai tetapi terdapat satu partai besar yang digunakan oleh penguasa sebagai alat memobilisasi masyarakat dan mengesahkan kekuasaannya sedangkan partai-partai lain kurang dapat menampilkan diri karena ruang gerak dibatasi penguasa. Partai ini diterapkan di negaranegara berkembang yang menghadapi masalah integrasi nasional dan keterbelakangan ekonomi serta digunakan sebagai wadah persatuan segala lapisan dan golongan masyarakat dan juga sebagai alat memobilisasi masyarakat untuk mendukung kebijakan yang dibuat penguasa. Partai Uni Nasional Afrika Tanzania (UNAT) dan Partai Aksi Rakyat Singapura merupakan contoh partai otoriter. Bentuk Partai Tunggal Dominan tetapi demokratis ialah suatu sistem kepartaian yang didalamnya terdapat lebih dari satu partai namun satu partai saja yang dominan (secara terus menerus berhasil mendapatkan dukungan untuk berkuasa) sedangkan partaipartai lain tidak mampu menyaingi partai yang dominan, walaupun 23 Ibid. Hal 159 24 terdapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan dukungan melalui pemilihan umum. Partai Liberal Demokrat di Jepang merupakan contoh partai dominan tetapi demokratik karena terdapat kompetisi antar fraksi didalam partai.24 Sistem dua partai bersaing merupakan suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat dua partai yang bersaing untuk mendapatkan dan mempertahankan kewenangan memerintah melalui pemilihan umum. Sisitem ini terdapat pembagian antara kedua partai yaitu partai-partai yang memenangkan pemilihan umum menjadi partai yang memerintah, sedangkan partai yang kalah dalam pemilihan umum berperan sebagai kekuatan oposisi loyal dan melakukan kontrol atas partai yang menang dalam pemilihan umum tetapi partai yang kalah tetap loyal terhadap sistem politik. Sistem ini akan berkembang dengan baik apabila terpenuhi tiga kondisi sebagai berikut:25 (1) Struktur masyarakat yang relatif homogen. (2) Konsensus nilai (konsensu tentang prinsip-prinsip dasar menyelenggarakan negara dan tujuan negara yang fundamental). 24 25 Ibid. Hal 160 Ibid. Hal 161 25 (3) Mekanisme pengaturan dan penyelesaian konflik yang telah melembaga. Pembagian tugas diatas tersebut khusus berlaku dalam negara yang menerapkan sistem kabinet parlementer. Sedangkan negara yang menerapkan sistem kabinet presidensial pembagian tugas tersebut justru akan berwujud satu partai memenangkan kursi kepresidenan, semantara partai lain menguasai badan perwakilan rakyat. Hal ini dapat dilihat di Amerika Serikat yaitu Presiden dari Republik dan Kongres dari Demokrat. Negara yang menerapkan sistem dua partai bersaing adalah negara Amerika (Partai Republik dan Partai Demokrat) dan Australia (Partai Liberal dan Partai Buruh). Sistem banyak partai adalah suatu sistem yang terdiri atas lebih dari dua partai yang dominan yang merupakan produk dari struktur masyarakat yang majemuk, baik secara kultural maupun secara sosial ekonomi. Setiap golongan dalam masyarakat cenderung memelihara keterikatan dengan asal usul budayanya dan memperjuangkan kepentingan melalui wadah politik tersendiri. Dimana banyak partai yang bersaing untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum yang sering terjadi adalah pemerintahan koalisi dengan dua atau lebih partai yang secara bersama-sama dapat mencapai mayoritas di parlemen. 26 Biasanya kesepakatan diantara partai-partai yang berkoalisi dilakukan dengan praktek tawar menawar dalam hal program dan kedudukan menteri. Negara Belanda, Prancis, Jerman Barat, dan Italia merupakan negara yang menerapkan sistem banyak partai. 2) Jarak ideologi Ilmuwan politik dari Italy Giovanni Sartori berpendapat lain tentang sistem kepartaian yaitu penggolongan sistem kepartaian bukan masalah jumlah partai, melainkan jarak ideologi diantara partai-partai yang ada.26 Dimana penggolongan sistem partai didasarkan atas jumlah kutub (polar), jarak diantara kutub-kutub itu (polaritas), dan arah perilaku politiknya. Sartori mengklasifikasikan sistem kepartaian menjadi 3 (tiga) yaitu pluraisme sederhana, pluralisme moderat, dan pluralisme ekstrim. Berikut sistem kepartaian menurut Sartori :27 Tabel 1. Sistem Kepartaian 26 27 Sistem Partai Kutub Polaritas Arah Pluralisme Sederhana Bipolar Tiadak Ada Sentripetal Pluralisme Moderat Bipolar Kecil Sentripetal Pluralisme Ekstrim Multipoar Besar Sentrifugal Ibid. Hal 162 Ibid. Hal 162 27 Bipolar adalah kegiatan aktual suatu sistem partai yang bertumpu pada dua kutub, meskipun jumlah partai lebih dari dua karena sistem kepartaian tidak memiliki perbedaan ideologi yang tajam. Sedangkan dengan multipolar adalah sistem partai yang bertumpu pada lebih dari dua kutub yang biasanya terdiri atas lebih dari dua partai dan diantara kutub-kutub itu terdapat ideologi yang tajam. Yang dimaksud dengan polarisasi yang besar adalah jarak ideologi di antara kutub-kutub sangat jauh dimana yang satu berideologi kiri (komunisme) dan yang lainnya berideologi kanan (kapitalisme). Polarisasi ini merupakan indikator yang menunjukan ketiadaan konsensus dasar mengenai asas dan tujuan masyarakatnegara yang hendak dituju. Sentripetal adalah arah perilaku politik setiap partai menuju ke pusat atau ke integrasi nasional. Sedangkan, sentrifugal adalah arah perilaku politik setiap partai menjauhi pusat atau hendak mengembangkan sistem tersendiri. Jika kecenderungan arah perilaku partai menjauh pusat, gejala ini disebut sebagai proses radikalisasi yang akan berakibat perpecahan yang tak teratasi. Sebaliknya, jika kecenderungan arah perilaku partai mendekati pusat (integrasi nasional) maka gejala ini disebut depolarisasi yang pada gilirannya akan mencapai suatu konsensus sistem multipolar 28 cenderung bersifat sentrifugal.28 Sistem dua partai di Amerika merupakan contoh sistem partai berupa pluralisme sederhana, yakni bipolar (dua partai), tidak terpolaarisasi, dan sentripetal. Sistem banyak partai di Belanda merupakan contoh sistem partai berupa pluralisme moderat, yaitu bipolar (tiga atau empat partai sebagai basis), polaritas kecil (proses depolarisasi), dan sentripetal. Sedangkan untuk negara Italy mempunyai sistem kepartaian berupa pluralisme ekstrim, yaitu multipolar (banyak partai), polaritas sangat besar (polarisasi dan radikalisasi terjadi karena jarakm ideologi di antara kutub-kutub sangat jauh, seperti komuis yang kiri, neofasis yang kanan, sosialisasi yang kiri-kanan dan kristen demokrat yang kanan tengah), dan sentrifugal. Dari kedua jenis sistem kepartaian tersebut juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Sistem kepartaian yang berdasarkan jumlah partai, kelebihannya memiliki daya generalisasi yang lebih luas karena dapat diterapkan pada hampir semua negara. Sedangkan kelemahannya terletak pada daya eksplanasi yang kurang tajam khusunya dalam menjelaskan gejala ketidakstabilan. Masalah ketidakstabilan politik merupakan contoh dari sistem ini karena menerapkan system banyak partai. Sebaliknya, sistem kepartaian berdasarkan jarak ideologi di antara partai memiliki 28 Ibid. Hal 163 29 daya penjelasan yang lebih tajam khususnya dalam menjelaskan gejala kestabilan dan ketidakstabilan politik. 2) Rekrutmen Politik Rekrutmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi partai politik. Tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik tergantung pada kualitas rekruitmen politik. Fungsi ini sangat penting bagi kelangsungan sistem politik karena tanpa elite yang mampu melaksanakan peranannya maka kelangsungan hidup sistem politik akan terancam. Rekrutmen politik pada esensinya adalah penyeleksian individu-individu yang berbakat untuk menduduki jabatan politik atau jabatan pemerintahan .29 Menurut Jack C. Plano rekrutmen politik adalah pemilihan orangorang untuk mengisi peranan dalam sistem sosial. Perekrutan politik ditandai dengan terisinya posisi formal dan legal seperti Presiden, pembuat undang-undang, begitu juga peranan yang kurang formal misalnya pembujuk, aktivis partai ataupun propagandis.30 Sedangkan definisi rekrutmen politik yang dipaparkan oleh Ramlan Surbakti adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekolompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam 29 30 Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty, 1982, hal. 46. Jack. C Plano, Kamus Analisa Politik, Jakarta; Rajawali, 1985, hal.211. 30 sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.31 Dengan demikian maka rekrutmen politik sangat berhubungan terhadap karier seseorang. Partai politik memiliki cara tersendiri dalam melakukan rekruitmen terutama dalam pelaksanaan sistem dan prosedural rekruitmen yang dilakukan partai politik tersebut. Tak hanya itu proses rekruitmen juga merupakan fungsi mencari dan mengajak orang-orang yang memiliki kemampuan untuk turut aktif dalam kegiatan politik, yaitu dengan cara menempuh berbagai proses penjaringan. Adapun cara yang dilakukan untuk melakukan rekrutmen politik antara lain dengan cara kontak-kontak pribadi, persuasi, dan juga dapat diusahakan dengan cara menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader dengan harapan di masa yang akan datang dapat menduduki jabatan politik ataupun jabatan pemerintahan. Fungsi rekrutmen ini semakin besar porsinya manakala partai politik merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter atau manakala partai tersebut merupakan partai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokratis. 31 Op,cit. Hal 150 31 Biasanya prosedur perekrutan yang dilaksanakan dan diterapkan oleh masing-masing partai berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, tetapi terdapat suatu kecenderungan bahwa individu-individu yang berbakat yang dicalonkan untuk menduduki jabatan politik maupun jabatan pemerintahan mempunyai latar belakang yang sama, yaitu bahwa mereka berasal dari kelas menengah atau kelas atas dan kalaupun mereka berasal dari kelas bawah maka mereka merupakan orang-orang yang telah memperoleh pendidikan yang memadai.32 Menurut Rahat dan Hazan 2001; Hazan 2006; Norris dalam Katz dan Crotty 2006 sebagaimana yang dikutip didalam buku Sigit Pamungkas menyatakan bahwa terdapat empat hal penting yang dapat menunjukan bagaimana pengorganisasian partai politik dalam rekrutmen politik :33 1) Siapa kandidat yang dapat dinominasikan ? 2) Siapa yang menyeleksi ? 3) Dimana Kandidat di seleksi ? 4) Bagaimana kandidat diputuskan ? Perlakuan terhadap keempat hal tersebut melahirkan model pengelolaan partai antara pola-model inklusif vs eklusif, sentralistik vs desentralistik, demokratis vs otoriter, dan titik tengah diantara ekstrimitas-ekstrimitas tersebut. 32 Terkait siapa kandidat yang Haryanto, Sistem Politik:Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty,1982,hal 47 Pamungkas Sigit, 2012, Partai Politik : Teori dan Praktek di Indonesia, Yogyakarta. Institute For Democracy and Welfarism. Hal 94 33 32 dinominasikan dalam model inklusif adalah setiap pemilih dapat menjadi kandidat partai. Sementara untuk model eklusif terdapat sejumlah kondisi yang membatasi hak pemilih untuk dapat ikut serta dalam seleksi kandidat. Partai politik memberikan sejumlah persyaratan tambahan diluar yang ditentukan negara. Regulasi negara biasanya meletakkan persyaratan-persyaratan dasar bagi individu yang boleh menominasikan diri, yaitu persyartan usia, kewarganegaraan, tempat tinggal, kualifikasi literasi, batas deposit uang, jumlah dukungan dan sebagainya. Tabel 1.2 Kandidat yang diseleksi Anggota partai Model Semua Warga Negara Inklusif Anggota Partai + Anggota Partai Eksklusif Model penyeleksi kandidat dapat diklasifikasikan dalam sebuah kontinum, sama seperti kontinum kandisasi, berdasarkan tingkat inklusifitas dan eklusifitas. Pada titik ekstirm penyeleksi adalah sangat inklusif adalah pemilih yang memiliki hak memilih pemilu. Dalam ekstrim lainnya, selector sangat eklusif dimana kandidasi ditentukan oleh pimpinan partai. Penyeleksi adalah lembaga yang menyeleksi kandidat yaitu dapat berupa satu orang, beberapa atau banyak orang sampai pada pemilih. 33 Tabel 1.3 Penyeleksi Kandidat Penyeleksi Model Pemilih Inklusif Pimpinan Partai Eksklusif Sedangkan untuk menjawab dimana kandidat diseleksi ada dua metode yaitu pertama, metode sentralistik adalah kandidat diseleksi secara eksklusif oleh penyeleksi partai pada tingkat nasional tanpa prosedur yang mengikutinya, seperti representasi teritorial atau fungsional. Metode kedua adalah kandidat diseleksi secara eksklusif oleh penyeleksi partai lokal atau kelompok sosial intra partai atau kelompok-kelompok seksional. Desentralisasi teritorial adalah penyeleksi lokal menominasikan kandidat partai yang diantaranya dilakukan oleh pimpinan lokal, komite dari cabang sebuah partai, semua anggota atau pemilih di sebuah distrik pemilihan. Desentralisasi funsgsional adalah seleksi kandidat dilakukan oleh korporasi yang kemudian memberikan jaminan representasi untuk representasi kelompok-kelompok dagang, perempuan, minoritas, dan sebagainya. Tabel 1.4 Kandidat diseleksi Metode Model Terpusat Sentralistik Lokal Desentralisasi 34 Memahami seleksi kandidat, bagaimana kandidat dinominasikan, Rahat dan Hazan dalam buku Sigit pamungkas menyebutkan dua model yang konfrontatif, yaitu34 pertama model pemilihan dan model penunjukan. Dalam sistem pemilihan, penominasian kandidat adalah melalui pemilihan diantaranya penyeleksi. Pada sistem pemilihan murni, semua kandidat diseleksi melalui prosedur pemilihan tanpa seorang penyeleksi pun dapat mengubah daftar komposisi. Sementara dalam sistem penunjukan, penentuan kandidat tanpa menggunakan pemilihan. Dalam sistem penunjukan murni, kandidat ditunjuk tanpa membutuhkan persetujuan oleh agensi partai yang lain kecuali penominasian oleh partai atau pemimpin partai. Tabel 1.5 Kandidat diputuskan Metode Model Demokratis Pemilihan Otoriter Penunjukan 3) Pemilu (Pemilihan Umum) a. Pengertian pemilu Pembukaan Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat, antara lain menyatakan bahwa “kemerdekaan kebangsaan Indonesia disusun dalam suatu Undang-undang Dasar 34 Ibid. Hal 100 35 yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat”. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar”. Makna dari kedaulatan berada ditangan rakyat adalah bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggungjawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna mengurus dan memilih wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Berdasarkan berdasarkan Undang-undang Dasar tersebut seluruh anggota DPR, DPD, Presiden, dan Wakil Presiden, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dipilih melalui pemilu yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. Melalui Pemilu tersebut akan lahir lembaga perwakilan dan pemerintahan yang demokratis. Dalam Negara Republik Indonesia yang majemuk yang berwawasan kebangsaan, partai poitik adalah saluran utama untuk memperjuangkan kehendak masyarakat, bangsa dan negara sekaligus sebagai sarana kaderisasi dan rekrutmen kepemimpinan nasional dan penyelenggaraan negara. Oleh sebab itu, peserta pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik. Selain itu 36 untuk mengakomodasi aspirasi daerah, dipiihlah anggota DPD untuk memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pesertanya adalah perseorangan. Sesuai amanat reformasi, penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan secara lebih berkualitas agar lebih menjamin derajat kompetisi yang sehat, partisipatif, mempunyai derajat keterwakilan yang lebih tinggi, dan memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang jelas. Menurut Suryountoro mengemukakan pengertian pemilu sebagai berikut : Pemilu adalah suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk dalam badan perwakilan rakyat, yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi (DPRD Provinsi), dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota (DPRD kabupaten/Kota).35 Sedangkan menurut Ali Moertopo, pengertian pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sesuai dengan asas yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu lembaga demokrasi yang memilih anggota-anggotanya perwakilan rakyat dalam MPR, 35 Suryountoro, Pokok-pokok Pengertian Pemilu, Bina Mulya, Surabaya, 1976, hal 3 37 DPR, dan DPRD yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara.36 Pengertian dan pemilihan umum juga dijelaskan dalam pasal 1 (satu) Undang-undang No 8 Tahun 2012, bahwa:37 Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesiaberdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya disingkat DPR, adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud 36 37 Ali Moertopo, Strategi Politik Nasional, Jakarta, CSIS, 1974, hal 61 Badan Kesbanglinmas Prov DIY ; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012, hal 10 38 dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dewan Perwakilan Daerah selanjutnya disingkat DPD, adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu. Komisi Pemilihan Umum Provinsi selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pemilu di provinsi. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat KPU Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara Pemilu yang bertugas kabupaten/kota. 39 melaksanakan Pemilu Panitia Pemilihan Kecamatan, selanjutnya disebut PPK, adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan atau nama lain. Panitia Pemungutan Suara, selanjutnya disebut PPS, adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa atau nama lain/kelurahan. Panitia Pemilihan Luar Negeri, selanjutnya disebut PPLN, adalah panitia yang dibentuk oleh KPU untuk menyelenggarakan Pemilu di luar negeri. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, selanjutnya disebut KPPS, adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untukmenyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri, selanjutnya disebut KPPSLN, adalah kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan suara ditempat pemungutan suara luar negeri. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disebut TPS, adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara. 40 Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri, selanjutnya disebut TPSLN, adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara diluar negeri. Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah lembaga penyelnggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Badan Pengawasan Pemilu Provinsi, selanjutnya disebut Bawaslu Provinsi adalah badan yang dibentuk oleh bawaslu yang bertugas mengawasi penyelnggaraan pemilu Provinsi. Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah Panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Provinsi untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di kabupaten/kota. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatan, adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama lain. Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa atau nama lain/kelurahan. 41 Pengawas Pemilu Luar Negeri adalah petugas yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu diluar negeri. Penduduk adalah warga negara indonesia yang berdomisili di wilayah Republik Indonesia atau di luar negeri. Warga negara indonesia adalah orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai warga negara. Pemilih adalah warga negara indonesia yang telah genap umur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Peserta pemliu adalah partai politik untuk memilih anggota DPR,DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota dan perseorangan untuk Pemilu anggota DPD. Partai Politik Peserta Pemilu adalah partai politik yang telah memenuhi persyaratan sebagau peserta pemilu. Perseorangan peserta pemilu adalah perseorangan yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta pemilu. Kampanye pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk menyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu. 42 Masa tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk melakukan aktivitas kampanye. Bilangan pembagi pemilihan bagi kursi DPR, selanjutnya disingkat PBB DPR, adalah bilangan yang diperoleh dari pembagian jumlah suara sah seluruh partai politik peserta pemilu yang memenui ambang batas tertentu dari suara sah secara nasional di satu daerah pemilihan dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan untuk menentukan jumlah perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu. Bilangan pembagi Pemilihan bagi Kursi DPRD, selanjutnya BPP DPRD, adalah bilangan yang diperoleh dari pembagian jumlah suara sah dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan untuk menentukan jumlah perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu dan terpilihnya anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkantujuan nasional sebagaimana diamanatkan Undangundang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu merupakan salah satu bentuk perwujudan kedaulatan rakyatdan dimaksudkan untuk menentukan siapa yang akan memegang pemerintahan negara 43 dalam jangka waktu tertentu, dan sekaligus merupakan kesempatan untuk menyalurkan kepentingan-kepentingan warga negara terhadap pemerintah guna mewujudkan tata kehidupan negara sebagaimana dimaksudkan oleh Pancasila dan Undang-undangDasar Tahun 1945. 1) Asas Pemilihan Umum Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, pemilu dilaksanakansecara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pengertian asas pemilu adalah : Langsung Rakyat sebagai pemilih memberikansuaranya secara mempunyai langsung hak untuk sesuai dengan negara yang kehendak hatinuraninya, tanpa perantara. Umum Pada dasarnya semua warga memenuhipersyaratan sesuai dengan undang-undang ini berhakmengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umummengandung makna menjamin kesempatan yang berlakumenyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasiberdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,kedaerahan, pekerjaan, serta status sosial. 44 Bebas Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukanpilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalammelaksanakan haknya, setiap warga negara dijaminkeamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengankehendak hati nurani dan kepentingannya. Rahasia Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwapilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dandengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya padasurat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lainkepada siapapun suaranya diberikan. Jujur Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu,aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu,pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak yang terkaitharus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturanperundang-undangan. Adil Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan pesertaPemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas darikecurangan pihak manapun. 45 2) Penyelenggaraan Pemilu Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 Pasal 22E ayat (5), “ pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yangbersifat nasional, tetap, dan mandiri”. Sifat ‘’Nasional” dimaksudkan bahwa KPU sebagai penyelenggara mencakup seluruh wilayah Negara KPU sebagai KesatuanRepublik Indonesia. Sifat “Tetap” dimaksudkan bahwa lembagamenjalankan tugasnya secara berkesinambungan, meskipunkeanggotaannya dibatasi oleh masa jabatan tertentu. Sifat “mandiri” dimaksudkan bahwa menyelenggarakan dan melaksanakan pemilu, KPU bersifat mandiri dan bebas dari pengaruh pihak manapun, disertai dengan transparansi dan pertanggungjawaban yang luas sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ada beberapa indikator untuk mengukur partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, yaitu : 1. Kesediaan untuk didaftar atau mendaftarkan diri sebagai pemilih. 46 2. Kesediaan untuk dicalonkan atau mencalonkan diri sebagai anggota dewan. 3. Kesediaan untuk mengikuti dan menghadiri kampanye. 4. Kesediaan untuk mengikuti penghitungan suara. 5. Kesediaan untuk mengikuti pengumuman hasil penghitungan suara, dan 6. Keterlibatannya dalam partai politik baik langsung maupun tidak langsung. Dapat dikatakan bahwa pemilihan umum merupakan suatu sarana pemilihan yang dilaksanakan oleh warga negara untuk menentukan atau memilih wakil-wakil (eksekutif dan legislatif) mereka yang menduduki jabatan di pemerintahan dan sekaligus merupakan kesempatan warga negara untuk menyalurkan aspirasi atau keinginan-keinginannya kepada pemerintah. b. Sistem pemilu di Indonesia Sistem pemilihan merupakan konsep yang berkaitan dengan badan perwakilan rakyat karena salah satu fungsi pemilu adalah mengatur prosedur seseorang untuk dipilih menjadi anggota badan perwakilan rakyat atau menjadi kepala pemerintahan. Dengan demikian mempelajari sistem pemilu dalam lingkup yang luas, maka akan ditemui suatu sistem pemilu yang banyak ragamnya, seperti pemilihan suara terbanyak, sistem pemilihan bertingkat, dan 47 mungkin masih banyak lagi sistem pemilu yang lainnya. Namun didalam pembahasan pada penelitian ini, hanya mengacu pada sistem pemilu yang diterapkan di Indonesia. Sistem pemilihan Mekanis dan Sistem pemilihan Organis. 1) Sistem pemilihan Mekanis Pengertian didalam sistem pemilihan mekanis, apabila seseorang yang duduk di lembaga perwakilan melalui pemilu, maka sifat perwakilan tersebut perwakilan politik (political representation). Secara umum perwakilan semacam ini mempunyai kelemahan karena yang terpilih biasanya adalah orang terpopuler karena reputasi politiknya tetapi belum tentu menguasai bidang-bidang teknis pemerintahan, perekonomian, dan sebagainya. Dalam sistem mekanis, partai-partai mengorganisasikan para pemilih, dan disinilah partai politik atau organisasi publik berkembang baik menurut sistem satu partai, dua partai atau banyak partai seperti yang dianut liberalisme, sosialisme, maupun komunisme. Bedanya, negara-negara Liberalisme mengutamakan individu-individu sebagai kesatuan otonom dan memandang masyarakat sebagai suatu komplek hubunganhubungan antar individu yang bersifat kontraktual, sedangkan 48 sosialisme terutama mengutamakan totalis kolektif masyarakat, dan mengecilkan peran individu-individu dalam totalis kolektif ini. Sistem pemilihan mekanis biasanya dilaksanakan dengan dua sistem pemilu umumnya sistem pemilihan umum yang berlaku dan sering digunakan terdiri atas dua macam antara lain :38 a. Sistem Distrik (single member constituency) Sistem distrik (dalam terminologi politik sering disebut plural majority) adalah wilayah negara/pemerintahan yang dibagi menjadi distrik pemilihan yang masing-masing diwakili oleh satu wakil dan yang terpilih yang memperoleh suara mayoritas. Kelebihan sistem distrik adalah : (1)Menghasilkan kondisi clear cut choice, suatu keadaan dimana pemilih akan dengan sangat mudah memilih partai politik yang ikut dalam pemilu, karena ada perbedaan yang tajam sehingga pilihan menjadi sangat jelas. Pemilih didorong untuk memilih salah satu diantara dua pilihan. (2)Memudahkan terbentuknya satu sistem pemerintahan yang tersiri dari satu partai yang menghasilkan satu kondisi 38 Bambang Eka C.W, Diktat Kuliah Pemilu dan Perilaku Politik, FISIPOL UMY 49 mayoritas. Sistem distrik akan mengakibatkan partai mayoritas mendapat bonus kursi karena kondisi over representation yang terjadi dalam situasi dimana jumlah suara yang diperoleh secara nasional dimenangkan oleh partai kurang dari jumlah kursi yang diperolehnya di parlemen. Sedangkan under representation biasanya dialami oleh partai kecil dimana jumlah suara yang diperoleh secara nasional yang dimenangkan oleh partai lebih dari jumlah kursi yang diperoleh dalam pemilu di parlemen. (3)Meningkatkan koherensi (oposisi) dalam parlemen. Partai oposisi lebih bermakna di sistem distrik dibandingkan dengan sistem proporsioanal. Kedudukan yang sama dengan partai pemerintah dan memperoleh kursi yang sama diparlemen untuk dapat mengontrol pemerintah mendorong fusi partai secara alamiah bukan oleh regulasi dari pemerintah. (4)Partai-partai didorong untuk menghasilkan sebuah integritas yang didasarkan pada perluasan basis partai politik tersebut, sehingga berbagai elemen masyarakat biasanya menjadi basis partai politik bukan pada isu-isu fragmentasi sosial (primordialisme). Dorongan terhadap partai terjadi akibat 50 ada kecenderungan membuat dua partai besar tersebut bersifat terbuka. (5)Menghasilkan suatu pemerintahan yang lebih stabil dibanding dengan proposional apalagi jika dipadu dengan sistem pemilihan Presiden secara langsung. (6)Akan mengeluarkan partai-partai ekstreem (cenderung berdasarkan ideologi) dari parlemen kecuali partai-partai minoritas ekstreem tersebut terkonsentrasi dalam satu wilayah. (7)Hubungan antara konstituen dengan anggota parlemen menjadi sangat kuat karena satu anggota konstituen mewakili satu wilayah geografis yang sangat jelas. (8)Memungkinkan pemilih memilih orang-orang populer di wilayahnya bukan partai politik. (9)Memungkinkan calon non partai bisa memenangkan pemilu. Sedangkan kelemahan sistem distrik adalah (1)Mengabaikan partai-partai minoritas dari representasi yang adil. (2)Cenderung mengecualikan kelompok minoritas (tidak mempunyai kesempatan represntasi politik di parlemen). 51 (3)Mempersulit perwakilan kaum perempuan di parlemen dikarenakan dominasi kandidat kaum laki-laki sehingga terdapat sindrom di masyarakat. (4)Mendorong munculnya perkembangan partai politik berdasarkan klien, etnis, wilayah yang menyebabkan terjadinya perpecahan yang tajam di masyarakat, kondisi geografis yang mempertajam adanya separatis. (5)Anggota parlemen lebih terkonsentrasi perhatiannya pada kepentingan daerah pemilihan bukan kepentingan nasional. (6)Akan menghasilkan sisa suara ((wasted votes) yang sangat besar karean sisa suara yang diperoleh oleh satu partai di satu wilayah tidak mungkin dilimpahkan kedaerah lain sehingga sisitem distrik mempunyai kecenderungan bahwa pemilu tidak bermakna. (7)Cenderung tidak responsif terhadap perubahan opini publik jadi pola-pola konsentrasi dukungan terhadap sebuah partai mengakibatkan suatu partai dapat secara eksklusif mengendalikan pemerintahan sehingga ia tidak dapat memerlukan koalisi, namun tidak dapat diubah hingga pemilu berikutnya. (8)Sangat ternuka dengan manipulasi batas-batas electoral (pemilu) yang sangat tidak fear yang biasanya disebut 52 dengan istilah Gerry Mandering , artinya membagi wilayah menjadi kantong-kantong konsentrasi yang sangat menuntungkan partai. b. Sistem proporsional ( sistem perwakilan berimbang/member multy constituency) Sistem proporsional adalah sistem pemilu dimana kursi yang tersedia di parlemen pusat untuk diperebutkan dalam suatu pemilu,dibagikan kepada partai-partai atau golongan politik yang turut dalam pemilihan sesuai dengan sumbangan suara yang diperolehnya dalam pemilihan yang bersangkutan. Dalam sistem ini mempunyai keuntungan yang besar yaitu bersifat representatif dalam arti bahwa setiap suara turut diperhitungkan dan parktis tidak ada suara yang hilang. Kelebihan dari sistem proporsional adalah : (1)Cenderung menghasikan perwakilan politik yang beragam dimana kelompok minoritas akan mendapatkan keuntungan mempunyai wakil dalam pemilu. (2)Perwakilan perempuan lebih mudah diperoleh dan lebih mudah untuk ditingkatkan karena adanya political mind. (3)Terbentuknya sistem pemerintahan yang efisien dan memungkinkan terjadinya power sharing diantara partai 53 politik karena sangat sulit menghasilkan mayoritas pemerintahan tunggal. (4)Memfasilitasi perwakilan dari partai-partai minoritas untuk bisa masuk dalam parlemen. (5)Mendorong partai-partai menampilkan daftar kandidat yang bersifat inklusif dan mempunyai diversifikasi sosial yang tinggi. (6)Membuat kelompok-kelompok minoritas mungkin mempunnyai kesempatan wakil di parlemen karena dalam sistem ini partai biasanya cenderung mencantumkan tokoh-tokoh minoritas untuk menarik dukungan masyarkat. (7)Mencegah terjadinya separarisme di daerah karena kelompok minoritas mempunyai kesempatan. Sedangkan kerugian sistem proporsional adalah (1)Pemerintah biasanya berbentuk koalisi dan kelemahan dari koalisi adalah ketidakstabilan koalisi sangat tergantung pada koalisi. (2)Terjadinya fragmentasi partai politik (cenderung terpecah belah) karena setiap dalam partai politik mungkin dapat kursi di parlemen dengna sangat mudah jika ia membentuk partai baru. 54 (3)Sistem proposional menghasilkan perwakilan yang lemah, dimana hubungan wakil rakyat dengan pemilih lemah sangat mungkin rakyat tidak mengenal wakil yang dipilihnya karena yang dipilih adalah partai (peranan partai lebih dominan) (4)Mengakibatkan sistem perhitungan suara rumit sehingga biaya penyelenggaraan jauh lebih mahal. (5)Fusi partai politik harus dilakukan dengan pemaksaan dari electoral treshold (jumlah suara minimal yang harus diperoleh oleh suatu partai dalam pemilu untuk bisa ikut dalam pemilu selanjutnya). 2) Sistem pemilihan Organis Sistem ini memandang rakyat sebagai sejumlah individuindividu yang hidup bersama-sama dalam beraneka ragam perseketuan hidup yang meliputi : a. Persekutuan hidup gecalogis (berdasarkan keturunan) rumah tangga. b. Persekutuan hidup territorial (berdasarkan tempat tinggal) desa, kota, daerah. c. Persekutuan hidup fungsional spesial, cabang industri. d. Lapisan-lapisan sosial pedagang, majikan. 55 : buruh, tani, nelayan, e. Lembaga-lembaga sosial : universitas, institut, sekolah tinggi dan akademi. Dari kelima keanekaragaman persekutuan hidup dapat dijelaskan bahwa, rakyat sebagai sejumlah individu-individu yang hidup secara bersamaan dalam keanekaragaman warna persekutuan rakyat juga dipandang sebagai suatu organisme atas organ-organ yang memiliki kedudukan dan fungsi tertentu. Persekutuan hidup inilah yang menjadi hak untuk mengutus wakil-wakil kepada badan perwakilan rakyat. Dalam sistem oraganis, partai-partai atau oraganisasi politik tidak perlu dikembangkan, karena pemilihan diselengarakan dan dipimpin oleh masing-masing persekutuan hidup dalam lingkungan sendiri. Badan perwakilan adalah bersifat badan perwakilan kepentingan-kepentingan khusus persekutuan hidup yang biasa disebut dewan komparatif. Pemilu pada masa orde baru sampai dengan era reformasi pemilihan dilakukan dengan sistem proporsional tertutup. Dimana kursi yang tersedia diparlemen pusat diperebutkan dan dibagi kepada partai—partai atau golongan politik yang turut dalam pemilihan tersebut sesuai dengan perolehan suara yang diperoleh. Dalam pemilihan yang dilakukan pada masa itu, kita tidak mengetahui siapa yang akan menjadi wakil terpilih yang menduduki jabatan. Dan pada 56 pemilu 2004 digunakan sistem proposional terbuka, pada dasarnya sama dengan sistem pemilu sebelumnya, yang membedakan antara sistem proporsional tertutup dengan sistem proporsional terbuka pada dasarnya yaitu para wakil dari partai politik atau golongan politik yang mengikuti pemilu dipilih secara langsung siapa yang menjadi wakil dari partai politik atau golongan tersenut. Demikian juga dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan secara langsung oleh rakyat.39 E. Definisi Konsepsional Definisi konsepsional diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian atau batasan istilah yang ada dalam pokok masalah penelitian. Agar tidak menimbulkan kerancunan pengertian perlu ditegaskan batasan konsep yang digunakan dalam penelitian ini, Adapun definisi konsepsional pada penulisan ini adalah : 1. Partai Politik adalah suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai cita-cita, tujuan, dan orientasi yang sama, yang berusaha untuk memperoleh dukungan dari rakyat dalam rangka mempertahankan atau memperoleh kekuasaan untuk mengendalikan atau mengontrol jalannya roda pemerintahan serta melaksanakan program-programnya yang telah ditetapkan. 39 Menuju pemilu Transformatif, IRE Press, Yogyakarta, 2004, hal 39. 57 2. Rekrutmen Politik adalah Proses dimana partai politik melakukan pemilihan, seleksi, dan pengangkatan seseorang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. 3. Pemilu (pemilihan umum) adalah proses rekruitmen politik yang demokratis dengan tujuan memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta membentuk pemerintahan yang demokratis, yang dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur variabel-variabel. Sedangkan variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai variasi/ukuran/score.40 Untuk mengetahui bagaimana strategy DPW partai NasDem DIY dalam rekrutmen calon legislator menjelang pemilu 2014, maka definisi Operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : A. Strategi partai NasDem dalam rekrutmen calon anggota legislator menjelang pemilu 2104 adalah 1. Siapa kandidat yang dapat dinominasikan ? - Inklusif (Setiap pemilih dapat menjadi kandidat partai) - Eksklusif (Membatasi hak pemilih ikut dalam seleksi kandidat atau hanya kandidat dalam partai yang dapat mengikuti seleksi kandidat 40 Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofyan. 1987. Metode Penelitian. Jakarta. LP3ES. Hal 46 58 dengan memberikan sejumlah persyaratan tambahan yang ditentukan negara. 2. Siapa yang menyeleksi ? - Jenjang struktur partai pada masing-masing tingkatan (DPP,DPW,DPD) 3. Dimana Kandidat di seleksi ? - Kandidat diseleksi di tingkatan jenjang struktur partai masingmasing (DPP,DPW,DPD) 4. Bagaimana kandidat diputuskan ? - Pemilihan : semua kandidat diseleksi melalui prosedur pemilihan. - Penunjukan : semua kandidat hanya ditunjuk oleh pimpinan partai tanpa melalui proses seleksi. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data diskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik (utuh). Tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.41 Bahwa dalam penelitian ini penulis mencoba melihat 41 Lexy J Moleong, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal : 135 59 dan mengamati bagaimana Partai Nasional Demokrat (NasDem) DIY menerapkan startegi rekrutmen calon legislatif menjelang pemilu 2104 untuk mendapatkan calon legislaitf yang berkualitas. Dengan hasil deskritif (kata-kata/penjelasan) yang penulis coba bahas melalui datadata yang diperoleh dari data primer : wawancara, data sekunder : literature, hasil penelitian ilmiah, artikel-artikel, koran dan media cetak dan elektronik lainnya. 2. Unit Analisis Data Unit analisis data dalam mengumpulkan data yang digunakan adalah di kantor DPW Partai Nasional Demokrat (NasDem) Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingat data-data dan informasi ini tersedia Di kantor DPW NasDem DIY. 3. Jenis Data a. Data Primer Data primer adalah data dan informasi yang didapat dari sebuah keterangan pihak-pihak yang terkait dan berkompeten terhadap masalah yang akan diteliti. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai bukubuku, artikel-artikel ilmiah, catatan-catatan, koran dan dokumen lainnya yang punya keterkaitan dengan tema penelitian. 60 4. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data adalah tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data dan fakta dalam penulisan penelitian ini. Adapun dalam pengumpulan data penulisannya ini kami lakukan berbagai cara yaitu : a. Wawancara Wawancara dalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Surakhmad, 1994).42 Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Denzin dan Guba (2001),43 antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan ; memverifikasi sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada massa yang akan datang memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan 42 Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Alfabeta, hal.92 Lihat Agus Salim (Penyunting), (2001), Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (dari Denzin Guba dan Penerapannya), Tiara Wacana, Yogyakarta, hal.39 43 61 memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Dalam penelitian ini ada beberapa responden yang penulis perlukan guna mendapat informasi tentang strategi partai NasDem DIY dalam rekrutmen calon legislator menjelang Pemilu 2014. Adapun responden yang penulis wawancarai yaitu : Tabel 2. Daftar Responden Wawancara No Jenis Responden Jumlah 1. Pengurus DPW NasDem DIY 2014 1 Orang 2. Tim Penjaringan Caleg DPW NasDem DIY 2014 1 Orang 3. Caleg DPW NasDem DIY 2014 2 Orang Jumlah b. 4 Orang Dokumentasi (Literatur) Dokumentasi adalah salah satu cara pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi mengenai hal-hal atau variable. Data dokumentasi biasanya dipergunakan dalam penelitian sejarah, akan tetapi arti penting data dokumentasi sebagai sumber data yang diperlukan bagi setiap penelitian, maka dokumentasi tidak hanya dipergunakan bagi penelitian 62 sejarah saja, tetapi juga dalam ilmu social (Surakhmad, 1994). Penulisan penelitian ini melalui berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, mengambil data dari wawancara dan lain sebagainya. 5. Tehnik Analisa Data Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisa kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis pada terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.44 44 Saifuddin Azwar, 1997. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 40. 63