e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK Ni Luh Sudariyanti 1, A. A. Gede Agung 2, Ni Ketut Suarni 3 1 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan 3 Jurusan Bimbingan Konseling Email : [email protected]@[email protected] Abstrak Perkembangan kognitif kelompok B ditemukan bahwa masih sangat rendah dengan rata-rata perkembangan 56,8%. Hal ini diduga karena proses pembelajaran masih berpusat pada guru, kurangnya pemanfaatan media, serta kurangnya keterlibatan anak secara langsung dalam pengenalan sains. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B Semester II TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Lingkungan Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 20 orang anak. Pengumpulan data di penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriftif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dengan media lingkungan pada siklus I sebesar 63,12% yang berada pada kategori rendah dan pada siklus II meningkat sebesar 85,6% yang berada pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dengan menggunakan media lingkungan sebesar 22,48%. Kata-kata kunci: CTL, perkembangan kognitif, media lingkungan Abstract Cognitive development was found that group B is still very low with an average of 56.8% growth. This is presumably because the learning process is centered on teachers, lack of use of the media, as well as the lack of direct involvement in the introduction of children's science. Therefore, this study aims to improve the cognitive development of children in group B Semester II TK Kuta Badung District of Trustees of the State through the application of learning models Contextual Teaching and Learning (CTL) Assisted Environmental Media Academic Year 2013/2014. This research is Classroom Action Research (CAR), which is conducted in two cycles. The subjects were as many as 20 children. Collecting data in this study carried out by the method of observation. Data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of the data analysis showed that an increase in cognitive development with the environment in the first cycle of 63.12% which is at the low category and the second cycle increased by 85.6% which is at the high category. So it can be concluded that an increase in cognitive development environment using the medium of 22.48%. Key words: CTL, cognitive development, environmental media e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan perubahan zaman. Begitu pula perkembangan ilmu pengetahuan pada dunia pendidikan menuntut perubahan sistem pendidikan nasional, supaya masyarakat khususnya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan zaman saat ini dan yang akan datang. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk taman kanak-kanak merupakan titik berat pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada kurun waktu yang akan datang. Pendidikan anak usia dini (PAUD), pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu lembaga pendidikan untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial emosional. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan baik kordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan emosi, kecerdasan jamak (multiple intelegensi) dan kecerdasan spiritual. Menurut pasal 1 ayat 14 Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pengertian kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan (Depdiknas,2007:3). Menurut Piaget (dalam Hetherington & Parke, 1975) “kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitarnya, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi. Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca indranya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sebagai makhluk Tuhan yang harus memperdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Berdasarkan pendapat Piaget, maka pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitif pada anak seperti agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman utuh dan komprehensif, agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah dialaminya, agar anak mampu mengembangkan pemikiranpemikirannya dalam rangka menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya, agar anak memahami berbagi symbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya, agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi secara melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah (percobaan). Proses pembelajaran di kelas anak usia dini tidak terlepas dari bagaimana peran guru dalam menciptakan suasana e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) belajar, strategi pembelajaran, media, model pembelajaran yang digunakan. Antara guru yang membelajarkan harus tercipta korelasi yang efektif dan efisien agar proses pembelajaran pada anak dapat berlangsung dengan baik. Mills (1989:4) berpendapat bahwa: “model” adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang yang bertindak berdasarkan model itu. Hal itu merupakan interprensi atas hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh beberapa sistem. Di samping penggunaan modelmodel pembelajaran yang baik di kelas, pendekatan pembelajaranpun juga tidak kalah penting yang harus diperhatikan oleh guru anak usia dini dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran juga ada strategi pembelajaran yang merupakan cara guru dalam mengatur, mengintregasikan semua urutan kegiatan pembelajaran di kelas serta mengorganisasikan tema-tema yang diajarkan dengan media, waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Menurut teori Piaget (Hetherington & Parke, 1975) salah satu model pembelajaran yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh seorang guru pada umumnya adalah dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL). Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas kelompok B di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung. Pada tanggal 25 Pebruari 2014, bahwa hambatan yang sering ditemui ataupun dihadapi guru dalam pembelajaran pengenalan sains yang berlangsung masih belum mencapai tingkat perkembangan kemampuan anak terutama kemampuan kognitif anak. Hambatan yang sering ditemui dan dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran ini adalah penerapan model pembelajaran yang sama yang dipergunakan oleh guru dan dalam pembelajaran sains yang masih berpusat pada guru sehingga perhatian anak menjadi tidak fokus, karena anak tidak diajak terlibat langsung di dalamnya. Anak-anak harus diajarkan bagaimana merasakan, mengalami, dan mencoba, karena kegiatan ini akan memacu kreativitas anak. Anak juga akan belajar untuk berani mencoba. Dan minimnya pemanfaatan media yang ada untuk mendukung proses kegiatan pembelajaran sehingga anak menjadi kurang kreatif dalam mengikuti pembelajaran yang berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif anak, dimana kriteria persentase perkembangan kognitif hanya mencapai 56,8% yaitu berada pada kategori rendah. Dari data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kognitif anak pada TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung perlu ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas, terungkap permasalahan perlu dibahas dan dicarikan jalan keluarnya yang berkaitan dengan rendahnya perkembangan kognitif sehingga menuntut pembelajaran yang aktif dan berkaitan dengan dunia nyata untuk dapat meningkatkan kemampuan anak dengan menerapkan model dan media yang tepat. Sehingga kami memilih Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (TCL) berbantuan Media Lingkungan. Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraian di atas maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Lingkungan untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak Kelompok B Semester II TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Nurhadi (dalam Rusman, 2012:189) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Jonhson (dalam Rusman, 2012:189) CTL memungkinkan siswa e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lajut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru. Pembelajaran CTL hendaknya berdasarkan masalah, inquiri, tugas/proyek, dan berdasarkan kelompok. Untuk mencapai kompetensi tersebut maka guru hendaknya melakukan langkah-langkah antara lain tahap persiapan (pengantar, memilih tema, mengorganisir siswa, membuat perencanaan), tahap pelaksanaan (tahap bekerja, tahap persentasi, penutup). Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang terbaik, karena semua model pembelajaran memiliki kelebihan. Begitu pula halnya dengan model pembelajaran CTL memiliki kelebihan. Kelebihan model pembelajaran CTL yaitu pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada anak karena model pembelajaran CTL menganut aliran kontruktivisme dimana siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Menurut Heinich, Molenda dan Russel (dalam Badru Zaman 2005:44) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, pengantar. Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Banyak ragam media pembelajaran yang membantu dan memperjelaskan materi ajar seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai (1989) yang menyatakan bahwa beberapa jenis media yang digunakan dalam proses pengajaran tersebut antara lain media grafis (grafika), gambar fotografi sebagai media pengajaran, media proyeksi yang terdiri dari OHP dan slide serta film strip, media audio (dengar), media tiga dimensi, lingkungan sebagai media pembelajaran. Menurut Sadiman dkk (1996) yang menyatakan bahwa: membagi jenis media ditinjau dari karakteristiknya dibagi menjadi tiga yaitu: Media grafis yaitu yang termasuk media visual, media grafis ini terdiri dari foto, sketsa, diagram, grafik, kartun, poster, peta dan papan panel. Media audio berkaitan dengan indera pendengaran, media ini terdiri dari radio, alat perekam magnetic, laboratorium bahasa, dan tape recorder. Media proyeksi diam, media ini hampir sama dengan media grafis hanya saja pada media ini pesan baru diterima setelah diproyeksikan di projector. Adapun yang termasuk media ini adalah film bingkai, tranfaran, projector dan microfis. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia serta perilakunya serta makhluk hidup lainya. Dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar, yakni lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan (Sudjana, 2002). Lingkungan merupakan media yang sangat dekat dengan kehidupan anak. Lingkungan akan membantu anak dalam proses kegiatan pembelajaran” (Sudjana, 1989). Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan lingkungan sebagai media belajar adalah anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca indranya untuk berkomunikasi dengan lingkungan, penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada situasi yang sebenarnya, menanamkan sikap agar memiliki rasa menyayangi terhadap lingkungan sekitar, dapat menumbuhkan antusiasme anak untuk lebih giat dan gemar belajar dan dapat menumbuhkan aktivitas belajar anak. Menurut Santosudarmo (dalam Sutama, 2003), terdapat beberapa e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses pembelajaran, diantaranya menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan, kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa sehingga meningkatkan motivasi belajar, hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya dan bersifat alami, bahanbahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktualse hingga kebenarannya lebih akurat, kegiatan belajar lebih konfrehensif dan lebih aktif, dapat diterapkan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, pembuktian, mendemonstrasikan, menguji fakta dan lain sebagainya, lingkungan beraneka ragam sehingga memungkinkan berbagai sumber belajar (social, alam, buatan), siswa dapat lebih memahami dan menghayati aspekaspek kehidupan yang ada dilingkungan, sehingga dapat membentuk pribadi yang dapat memiliki kecakapan menghadapi lingkungan (live skill). Menurut Neisser (1976) istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Jadi cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Menurut Kohier “kognitif merupakan kemampuan individu untuk memecahkan suatu masalah melalui pengkondisian dengan adanya stimulasi sehingga terjadi respon”. Menurut Atkinson “kognitif merupakan kemampuan ingat mengingat yang terdiri dari 3 tahapan yaitu: enconding (memasukkan pesan dalam ingatan), storage stage ( tahap penyimpanan), retrievel stage (tahap mengingat kembali)”. Selanjutnya Piaget (dalam Woolfolk,1995) “membagi tahapan perkembangan ke dalam empat tahap yaitu sensori motor (dari lahir – 2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), formal operasional (11-15 tahun)”. Bagi Piaget “tahap adalah periode waktu di mana pikiran dan perilaku anak dalam beberapa situasi merupakan refleksi atau pantulan dari tipe struktur mental tertentu yang mendasarinya”. METODE Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B semester II pada bulan Maret dan April 2014 TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang disesuaikan dengan kalender pendidikan.Yang menjadi subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang yaitu laki-laki berjumlah 9 orang dan perempuan berjumlah 11 orang. Objek dalam penelitian ini adalah model contextual teaching and learning (CTL) berbantuan media lingkungan dan perkembangan kognitif anak TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B Semester II TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Lingkungan, Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Agung, (2012) menyatakan bahwa: “PTK merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan serta bertujuan untuk mengembangkan keterampilanketerampilan baru atau cara pendekatan baru dalam pemecahan masalah secara langsung pada program pembelajaran yang sedang berjalan”. Menurut Arikunto, (2010) menjelaskan bahwa: pengertian PTK secara sistematis adalah 1) penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodelogi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati, 2) tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dalam PTK gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik, 3) kelas adalah tempat e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dimana terdapat kelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama. Tujuan dari Tindakan Kelas (PTK) yaitu untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak melalui penggunaan media limgkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan dua siklus. Metode yang digunakan di penelitian ini yaitu observasi dan alat pengumpulan datanya dengan menggunakan lembar observasi. “Metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung 2012). Tabel: 1 Instrumen Penelitian Perkembangan Kognitif Anak No Variabel Perkembangan Kognitif Tabel: 2 Pedoman Penskoran No Tanda 1 **** 2 *** 3 ** 4 * (Permendiknas No. 58, 2009) Indikator (Ciri-Cirinya) 1. Mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika warna dicampur. 2. Mencoba dan menceritakan tentang benda yang bisa terapung dan tenggelam 3. Mencoba dan menceritakan tentang kasar halus benda. 4. Mengungkapkan asal mula terjadinya sesuatu. Makna Bekembang Sangat Baik Berkembang Sesuai Harapan Mulai Berkembang Belum Berkembang Skor 4 3 2 1 Keterangan dari kolom yaitu, (BSB) Berkembang Sangat Baik ( **** ), BSH (Berkembang sesuai Harapan) ( *** ),MB (Mulai Berkembang ) ( ** ), BB (Belum Berkembang) ( * ) Penelitian ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif, dan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2010). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya kemampuan anak dalam mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran setelah diterapkan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berbantuan media Lingkungan yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Tabel 3 Pedoman Konversi PAP Skala Lima Perkembangan Kognitif Anak Persentase Kriteria Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak (%) 90 – 100 Sangat Tinggi 80 – 89 Tinggi 65 – 79 Sedang 55 – 64 Rendah 0 – 54 Sangat Rendah Sumber (Modifikasi dari Agung, 2010 ) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamata Kuta Badung. Penelitian ini dilaksanakan 2 bulan dari bulan Maret sampai bulan April 2014. Data perkembangan kognitif pada penelitian siklus 1 disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan model contextual teaching and learning (CTL) dengan bantuan media lingkungan sekitar pada kegiatan perkembangan kognitif dengan menggunakan 4 indikator. Masing-masing indicator yang muncul dalam proses pembelajaran akan diberi skor. M=10,1 Mo=Me=10 Gambar 1 Perkembangan siklus I Grafik tentang Kognitif Anak pada Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo=Me<M (10=10<10,1). Modus sama dengan Median, Median lebih kecil dari Mean sehingga disimpulkan bahwa sebaran skor perkembangan kognitif anak kelompok B pada anak Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Kuta pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan menentukan tingkat pekembangan kognitif anak pada kelompok B dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebagai berikut. PAP skala lima nilai M % = 63,12% seperti yang terlihat pada tabel 3.5 M % berada pada tingkat penguasaan 55-64% yang berarti perkembangan kognitif anak pada kelompok B pada siklus I berada pada kriteria rendah. Sedangan sebelum penelitian ini dilakukan rata-rata perkembangan kognitif adalah 56,8 % dan berada pada kategori rendah. Dengan demikian terjadi peningkatan perkembangan kognitif sebesar 6,32%. Di siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I yaitu dilaksanakan selama 4 kali pertemuan dan langsung melakukan evaluasi. Pada penelitian siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), Modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) M=13,7 Gambar 2 Perkembangan Siklus II Me=14 Mo = 16 Grafik tentang Kognitif Anak pada Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo>Me>M (16>14>13,7). Modus lebih besar dari Median, Median lebih besar dari Mean sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor perkembangan kognitif pada anak kelompok B pada anak TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Untuk menentukan tingkat pekembangan kognitif anak pada kelompok B dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebagai berikut. Dari nilai M % = 85,6% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 3.5 M% berada pada tingkat penguasaan 80 – 89% yang berarti bahwa perkembangan kognitif anak pada kelompok B pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Sedangkan penelitian pada siklus I rata-rata perkembangan kognitif adalah 63,12 % dan berada pada kategori rendah. Dengan demikian terjadi peningkatan perkembangan kognitif sebesar 22,48%. Hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif diperoleh ratarata persentase perkembangan kognitif anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung semester II pada siklus I sebesar 63,12% rata-rata persentase perkembangan kognitif anak kelompok B pada siklus II 85,6%, sehingga menunjukan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar 22,48% berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dengan bantuan media lingkungan dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung, oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Pembahasan Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning berbantuan media lingkungan ternyata dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis perkembangan kognitif anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif pada siklus I sebesar 63,12% yang menunjukkan perkembangan kognitif dalam pengenalan sains pada anak berada pada kriteria rendah, namun mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 85,6% yang menunjukkan perkembangan kognitif dalam pengenalan sains berada pada kriteria tinggi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berbantuan media lingkungan sangat efektif untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam pengenalan sains pada anak kelompok B semester II TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung. Dilihat sebelum proses pembelajaran anak belum mampu mengikuti kegiatan pembelajaran pengenalan sains dengan baik. Ciri-ciri perkembangan anak setelah diterapkan model pembelajaran CTL adalah anak menjadi aktif, anak dapat memanfaatkan panca indranya secara optimal, menanamkan sikap giat dan gemar belajar, anak dapat lebih memahami kegiatan pembelajaran karena anak terlibat langsung di dalamnya. Hal ini e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) berkaitan dengan teori Jonhson “model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru”. Didukung oleh hasil penelitian Wardana (2013) yang menyatakan bahwa Pembelajaran Kontekstual berpengaruh Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas IV SD Gugus V Dr. Soetomo Tahun Pelajaran 2012/2013. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam pengenalan sains setelah menggunakan media lingkungan pada anak kelompok B semester II TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat rata-rata perkembangan kognitif pada siklus I sebesar 63,12% dengan kategori rendah dan mengalami peningkatan mencapai 85,6% dengan kategori tinggi pada siklus II. Dengan demikian terjadi peningkatan perkembangan kognitif dalam pengenalan sains sebesar 22,48%. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang di dapat dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran yaitu Kepada guru, disarankan lebih kreatif dan inovatif dalam menyiapkan media pembelajaran dan metode pembelajaran disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga suasana pembelajaran akan menyenangkan, Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar mampu memberikan suatu informasi mengenai model dan media pembelajaran yang nantinya dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien, dan inovatif, Kepada peneliti lain, Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai bahan informasi untuk mengembangkan penelitian sejenis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Taman Kanak-kanak. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. -------, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Penddikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2009 tentang kurikulum. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI. Depdiknas. 2000. Petunjuk Penilaian Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas. Dumyati. 2012. Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran Keuntungan dan Kelemahan Lingkungan. Tersedia pada communitypba12.blogspot.com/20 12/04/lingkungan-sebagai-mediapembelajaran.html (diakses tanggal 3 oktober 2013). Jamaris, Martini. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Maimunah. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva press e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Oemar, Hamalik. 1986. Media Pendidikan Cetakan ke-7. Bandung. PT Citra Aditya Bakti. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Cetakan ke-2. Jakarta: Rajawali pers. Sadiman, Arief, S, dkk. 1990. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta: Sari Pustaka Pendidikan. Sutama, I Nyoman. 2003. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Kelas V SD No. 3 Tukad Mungga. Penelitian PTK. (Tidak Diterbitkan). Yamin, H. Martinis & Jamilah Sabri Sanan. 2013. Panduan PAUD. Ciputat: Gaung Persada Press Group. Yuliani Nurani Sujiono, dkk. 2005. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. Zaman, Badru. dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka.