penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning (ctl)

advertisement
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN UNTUK
MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
Ni Luh Sudariyanti 1, A. A. Gede Agung 2, Ni Ketut Suarni 3
1
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
2
Jurusan Teknologi Pendidikan
3
Jurusan Bimbingan Konseling
Email : [email protected]@[email protected]
Abstrak
Perkembangan kognitif kelompok B ditemukan bahwa masih sangat rendah dengan rata-rata
perkembangan 56,8%. Hal ini diduga karena proses pembelajaran masih berpusat pada guru, kurangnya
pemanfaatan media, serta kurangnya keterlibatan anak secara langsung dalam pengenalan sains. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B
Semester II TK Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung melalui penerapan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Lingkungan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek
penelitian ini adalah sebanyak 20 orang anak. Pengumpulan data di penelitian ini dilakukan dengan
metode observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriftif dan
metode analisis deskriftif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
perkembangan kognitif dengan media lingkungan pada siklus I sebesar 63,12% yang berada pada
kategori rendah dan pada siklus II meningkat sebesar 85,6% yang berada pada kategori tinggi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dengan menggunakan media
lingkungan sebesar 22,48%.
Kata-kata kunci: CTL, perkembangan kognitif, media lingkungan
Abstract
Cognitive development was found that group B is still very low with an average of 56.8% growth. This is
presumably because the learning process is centered on teachers, lack of use of the media, as well as
the lack of direct involvement in the introduction of children's science. Therefore, this study aims to
improve the cognitive development of children in group B Semester II TK Kuta Badung District of
Trustees of the State through the application of learning models Contextual Teaching and Learning (CTL)
Assisted Environmental Media Academic Year 2013/2014. This research is Classroom Action Research
(CAR), which is conducted in two cycles. The subjects were as many as 20 children. Collecting data in
this study carried out by the method of observation. Data were analyzed using descriptive statistical
analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of the data analysis showed that an
increase in cognitive development with the environment in the first cycle of 63.12% which is at the low
category and the second cycle increased by 85.6% which is at the high category. So it can be concluded
that an increase in cognitive development environment using the medium of 22.48%.
Key words: CTL, cognitive development, environmental media
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mengalami kemajuan yang
sangat pesat seiring dengan perubahan
zaman. Begitu pula perkembangan ilmu
pengetahuan pada dunia pendidikan
menuntut perubahan sistem pendidikan
nasional, supaya masyarakat khususnya
anak mampu bersaing dan menyesuaikan
diri dengan perubahan dan perkembangan
zaman saat ini dan yang akan datang.
Peningkatan kualitas pada berbagai jenis
dan jenjang pendidikan termasuk taman
kanak-kanak
merupakan
titik
berat
pembangunan pendidikan pada saat ini
dan pada kurun waktu yang akan datang.
Pendidikan anak usia dini (PAUD),
pada hakikatnya adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk
memfasilitasi
pertumbuhan
dan
perkembangan anak secara menyeluruh
atau menekankan pada pengembangan
seluruh
aspek
kepribadian
anak.
Pendidikan anak usia dini memberi
kesempatan
untuk
mengembangkan
kepribadian anak, oleh karena itu lembaga
pendidikan untuk anak usia dini perlu
menyediakan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan
berbagai
aspek
perkembangan yang meliputi nilai-nilai
agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa
dan sosial emosional. Pendidikan anak usia
dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan
pendidikan
yang
menitikberatkan pada peletakan dasar
kearah pertumbuhan dan perkembangan
baik kordinasi motorik (halus dan kasar),
kecerdasan emosi, kecerdasan jamak
(multiple intelegensi) dan kecerdasan
spiritual. Menurut pasal 1 ayat 14 Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
menyatakan:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun, yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani, agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pengertian kognitif adalah suatu
proses berpikir berupa kemampuan untuk
menghubungkan,
menilai
dan
mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga
dimaknai sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah atau untuk mencipta
karya
yang
dihargai
dalam
suatu
kebudayaan (Depdiknas,2007:3).
Menurut Piaget (dalam Hetherington
& Parke, 1975) “kognitif adalah bagaimana
anak beradaptasi dan menginterpretasikan
objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”.
Piaget
memandang
bahwa
anak
memainkan peran aktif di dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas, anak
tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya
walaupun proses berpikir dan konsepsi
anak mengenai realitas telah dimodifikasi
oleh
pengalamannya
dengan
dunia
sekitarnya, namun anak juga aktif
menginterpretasikan informasi yang ia
peroleh dari pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan
dan konsepsi.
Pada dasarnya pengembangan
kognitif dimaksudkan agar anak mampu
melakukan eksplorasi terhadap dunia
sekitar melalui panca indranya, sehingga
dengan pengetahuan yang didapatnya
tersebut anak akan dapat melangsungkan
hidupnya dan menjadi manusia yang utuh
sebagai makhluk Tuhan yang harus
memperdayakan apa yang ada di dunia ini
untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Berdasarkan pendapat Piaget, maka
pentingnya
guru
mengembangkan
kemampuan kognitif pada anak seperti agar
anak mampu mengembangkan daya
persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat,
dengar, dan rasakan, sehingga anak akan
memiliki
pemahaman
utuh
dan
komprehensif, agar anak mampu melatih
ingatannya terhadap semua peristiwa dan
kejadian yang pernah dialaminya, agar
anak mampu mengembangkan pemikiranpemikirannya
dalam
rangka
menghubungkan suatu peristiwa dengan
peristiwa lainnya, agar anak memahami
berbagi symbol-simbol yang tersebar di
dunia sekitarnya, agar anak mampu
melakukan penalaran-penalaran baik yang
terjadi secara melalui proses alamiah
(spontan) ataupun melalui proses ilmiah
(percobaan).
Proses pembelajaran di kelas anak
usia dini tidak terlepas dari bagaimana
peran guru dalam menciptakan suasana
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
belajar, strategi pembelajaran, media,
model pembelajaran yang digunakan.
Antara guru yang membelajarkan harus
tercipta korelasi yang efektif dan efisien
agar proses pembelajaran pada anak dapat
berlangsung dengan baik. Mills (1989:4)
berpendapat bahwa: “model” adalah bentuk
reprensentasi akurat, sebagai proses aktual
yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok
orang
yang
bertindak
berdasarkan model itu. Hal itu merupakan
interprensi atas hasil observasi dan
pengukuran yang diperoleh beberapa
sistem. Di samping penggunaan modelmodel pembelajaran yang baik di kelas,
pendekatan pembelajaranpun juga tidak
kalah penting yang harus diperhatikan oleh
guru anak usia dini dalam pembelajaran di
kelas. Dalam pembelajaran juga ada
strategi pembelajaran yang merupakan
cara
guru
dalam
mengatur,
mengintregasikan semua urutan kegiatan
pembelajaran
di
kelas
serta
mengorganisasikan
tema-tema
yang
diajarkan dengan media, waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran,
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Menurut teori Piaget (Hetherington &
Parke,
1975)
salah
satu
model
pembelajaran yang sering digunakan dalam
kegiatan pembelajaran oleh seorang guru
pada
umumnya
adalah
dengan
menerapkan
model
pembelajaran contextual
teaching
and
learning (CTL).
Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan dengan guru kelas
kelompok B di Taman Kanak-kanak Negeri
Pembina Kecamatan Kuta Badung. Pada
tanggal 25 Pebruari 2014, bahwa hambatan
yang sering ditemui ataupun dihadapi guru
dalam pembelajaran pengenalan sains
yang berlangsung masih belum mencapai
tingkat perkembangan kemampuan anak
terutama kemampuan kognitif
anak.
Hambatan
yang sering ditemui dan
dihadapi oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran ini adalah penerapan model
pembelajaran yang
sama
yang
dipergunakan oleh guru dan dalam
pembelajaran sains yang masih berpusat
pada guru sehingga perhatian anak menjadi
tidak fokus, karena anak tidak diajak terlibat
langsung di dalamnya. Anak-anak harus
diajarkan
bagaimana
merasakan,
mengalami, dan mencoba, karena kegiatan
ini akan memacu kreativitas anak. Anak
juga akan belajar untuk berani mencoba.
Dan minimnya pemanfaatan media yang
ada untuk mendukung proses kegiatan
pembelajaran sehingga anak menjadi
kurang
kreatif
dalam
mengikuti
pembelajaran yang berdampak
pada
rendahnya kemampuan kognitif anak,
dimana kriteria persentase perkembangan
kognitif hanya mencapai 56,8% yaitu
berada pada kategori rendah.
Dari data tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa perkembangan
kognitif anak pada TK Negeri Pembina
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung perlu
ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas,
terungkap permasalahan perlu dibahas dan
dicarikan jalan keluarnya yang berkaitan
dengan rendahnya perkembangan kognitif
sehingga menuntut pembelajaran yang aktif
dan berkaitan dengan dunia nyata untuk
dapat meningkatkan kemampuan anak
dengan menerapkan model dan media
yang tepat. Sehingga kami memilih Model
Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning
(TCL)
berbantuan
Media
Lingkungan.
Berdasarkan
latar
belakang
sebagaimana diuraian di atas maka
dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan
judul
Penerapan
Model
Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning
(CTL)
Berbantuan
Media
Lingkungan
untuk
Meningkatkan
Perkembangan
Kognitif
Pada
Anak
Kelompok B Semester II TK Negeri
Pembina Kecamatan Kuta Badung Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Nurhadi (dalam Rusman, 2012:189)
pembelajaran
kontekstual
(contextual
teaching and learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang dapat membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
Menurut Jonhson (dalam Rusman,
2012:189) CTL memungkinkan siswa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
menghubungkan
isi
mata
pelajaran
akademik dengan konteks kehidupan
sehari-hari untuk menemukan makna. CTL
memperluas konteks pribadi siswa lebih
lajut melalui pemberian pengalaman segar
yang akan merangsang otak guna menjalin
hubungan baru untuk menemukan makna
yang baru.
Pembelajaran
CTL
hendaknya
berdasarkan masalah, inquiri, tugas/proyek,
dan
berdasarkan
kelompok.
Untuk
mencapai kompetensi tersebut maka guru
hendaknya melakukan langkah-langkah
antara lain tahap persiapan (pengantar,
memilih tema, mengorganisir siswa,
membuat
perencanaan),
tahap
pelaksanaan
(tahap
bekerja,
tahap
persentasi, penutup).
Pada dasarnya tidak ada model
pembelajaran yang terbaik, karena semua
model pembelajaran memiliki kelebihan.
Begitu pula halnya dengan model
pembelajaran CTL memiliki kelebihan.
Kelebihan model pembelajaran CTL yaitu
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman
belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengkorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa
materi
itu
berfungsi
secara
fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak akan mudah
dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada anak karena model pembelajaran
CTL menganut aliran kontruktivisme
dimana siswa dituntut untuk menemukan
sendiri pengetahuannya.
Menurut Heinich, Molenda dan Russel
(dalam Badru Zaman 2005:44) kata media
berasal dari bahasa latin medius yang
secara harfiah berarti tengah, perantara,
pengantar. Media merupakan perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan.
Banyak ragam media pembelajaran
yang membantu dan memperjelaskan
materi ajar seperti yang dikemukakan oleh
Sudjana dan Rivai (1989) yang menyatakan
bahwa beberapa jenis media yang
digunakan dalam proses pengajaran
tersebut antara lain media grafis (grafika),
gambar
fotografi
sebagai
media
pengajaran, media proyeksi yang terdiri dari
OHP dan slide serta film strip, media audio
(dengar), media tiga dimensi, lingkungan
sebagai media pembelajaran.
Menurut Sadiman dkk (1996) yang
menyatakan bahwa: membagi jenis media
ditinjau dari karakteristiknya dibagi menjadi
tiga yaitu: Media grafis yaitu yang termasuk
media visual, media grafis ini terdiri dari
foto, sketsa, diagram, grafik, kartun, poster,
peta dan papan panel. Media audio
berkaitan dengan indera pendengaran,
media ini terdiri dari radio, alat perekam
magnetic, laboratorium bahasa, dan tape
recorder. Media proyeksi diam, media ini
hampir sama dengan media grafis hanya
saja pada media ini pesan baru diterima
setelah diproyeksikan di projector. Adapun
yang termasuk media ini adalah film
bingkai, tranfaran, projector dan microfis.
Lingkungan merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda dan keadaan
makhluk hidup termasuk didalamnya
manusia serta perilakunya serta makhluk
hidup lainya. Dari semua lingkungan
masyarakat yang dapat digunakan dalam
proses pendidikan dan pengajaran secara
umum dapat dikategorikan menjadi tiga
macam
lingkungan
belajar,
yakni
lingkungan
sosial,
lingkungan
alam,
lingkungan buatan (Sudjana, 2002).
Lingkungan merupakan media yang
sangat dekat dengan kehidupan anak.
Lingkungan akan membantu anak dalam
proses kegiatan pembelajaran” (Sudjana,
1989). Adapun manfaat yang dapat
diperoleh dari penggunaan lingkungan
sebagai media belajar adalah anak dapat
mengalami secara langsung dan dapat
mengoptimalkan potensi panca indranya
untuk berkomunikasi dengan lingkungan,
penggunaan lingkungan memungkinkan
terjadinya proses belajar yang lebih
bermakna sebab anak dihadapkan pada
situasi yang sebenarnya, menanamkan
sikap agar memiliki rasa menyayangi
terhadap
lingkungan
sekitar,
dapat
menumbuhkan antusiasme anak untuk
lebih giat dan gemar belajar dan dapat
menumbuhkan aktivitas belajar anak.
Menurut
Santosudarmo
(dalam
Sutama,
2003),
terdapat
beberapa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
mempelajari lingkungan dalam proses
pembelajaran, diantaranya menghemat
biaya, karena memanfaatkan benda-benda
yang telah ada di lingkungan, kegiatan
belajar
lebih
menarik
dan
tidak
membosankan
siswa
sehingga
meningkatkan motivasi belajar, hakikat
belajar akan lebih bermakna sebab siswa
dihadapkan dengan situasi dan keadaan
yang sebenarnya dan bersifat alami, bahanbahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih
faktualse hingga kebenarannya lebih
akurat, kegiatan belajar lebih konfrehensif
dan lebih aktif, dapat diterapkan berbagai
cara seperti mengamati, bertanya atau
wawancara,
pembuktian,
mendemonstrasikan, menguji fakta dan lain
sebagainya, lingkungan beraneka ragam
sehingga memungkinkan berbagai sumber
belajar (social, alam, buatan), siswa dapat
lebih memahami dan menghayati aspekaspek kehidupan yang ada dilingkungan,
sehingga dapat membentuk pribadi yang
dapat memiliki kecakapan menghadapi
lingkungan (live skill).
Menurut
Neisser (1976) istilah
cognitive berasal dari kata cognition yang
padanannya knowing, berarti mengetahui.
Jadi cognition (kognisi) adalah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Menurut Kohier “kognitif merupakan
kemampuan individu untuk memecahkan
suatu masalah melalui pengkondisian
dengan adanya stimulasi sehingga terjadi
respon”.
Menurut
Atkinson
“kognitif
merupakan kemampuan ingat mengingat
yang terdiri dari 3 tahapan yaitu: enconding
(memasukkan pesan dalam ingatan),
storage stage ( tahap penyimpanan),
retrievel stage (tahap mengingat kembali)”.
Selanjutnya Piaget (dalam Woolfolk,1995)
“membagi tahapan perkembangan ke
dalam empat tahap yaitu sensori motor
(dari lahir – 2 tahun), pra operasional (2-7
tahun), operasional konkret (7-11 tahun),
formal operasional (11-15 tahun)”. Bagi
Piaget “tahap adalah periode waktu di
mana pikiran dan perilaku anak dalam
beberapa situasi merupakan refleksi atau
pantulan dari tipe struktur mental tertentu
yang mendasarinya”.
METODE
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
pada anak kelompok B semester II pada
bulan Maret dan April 2014 TK Negeri
Pembina Kecamatan Kuta Badung Tahun
Pelajaran 2013/2014 yang disesuaikan
dengan kalender pendidikan.Yang menjadi
subjek penelitian ini adalah anak-anak
kelompok
B
TK
Negeri
Pembina
Kecamatan
Kuta Kabupaten Badung,
tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah
20 orang yaitu laki-laki berjumlah 9 orang
dan perempuan berjumlah 11 orang. Objek
dalam penelitian ini adalah model
contextual teaching and learning (CTL)
berbantuan
media
lingkungan
dan
perkembangan kognitif anak TK Negeri
Pembina Kecamatan Kuta Badung. Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan
perkembangan kognitif anak kelompok B
Semester II TK Negeri Pembina
Kecamatan
Kuta
Badung
melalui
penerapan
model
pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Berbantuan Media Lingkungan, Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini tergolong penelitian
tindakan kelas (PTK). Agung, (2012)
menyatakan bahwa: “PTK merupakan
penelitian yang bersifat aplikasi (terapan),
terbatas, segera, dan hasilnya untuk
memperbaiki
dan
menyempurnakan
program pembelajaran yang sedang
berjalan
serta
bertujuan
untuk
mengembangkan
keterampilanketerampilan baru atau cara pendekatan
baru dalam pemecahan masalah secara
langsung pada program pembelajaran yang
sedang berjalan”.
Menurut
Arikunto,
(2010)
menjelaskan bahwa: pengertian PTK
secara sistematis adalah 1) penelitian
adalah kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan atau
metodelogi tertentu untuk menemukan data
akurat tentang hal-hal yang dapat
meningkatkan mutu objek yang diamati, 2)
tindakan adalah gerakan yang dilakukan
dengan sengaja dan terencana dengan
tujuan tertentu. Dalam PTK gerakan ini
dikenal dengan siklus-siklus kegiatan untuk
peserta didik, 3) kelas adalah tempat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
dimana terdapat kelompok peserta didik
yang dalam waktu bersamaan menerima
pelajaran dari guru yang sama. Tujuan dari
Tindakan Kelas (PTK) yaitu untuk
meningkatkan perkembangan kognitif anak
melalui penggunaan media limgkungan
sekitar. Penelitian ini menggunakan dua
siklus.
Metode
yang
digunakan
di
penelitian ini yaitu observasi dan alat
pengumpulan
datanya
dengan
menggunakan lembar observasi. “Metode
observasi adalah suatu cara memperoleh
data
dengan
jalan
mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara
sistematis tentang sesuatu objek tertentu”
(Agung 2012).
Tabel: 1 Instrumen Penelitian Perkembangan Kognitif Anak
No
Variabel
Perkembangan
Kognitif
Tabel: 2 Pedoman Penskoran
No
Tanda
1
****
2
***
3
**
4
*
(Permendiknas No. 58, 2009)
Indikator (Ciri-Cirinya)
1. Mencoba dan menceritakan tentang apa yang
terjadi jika warna dicampur.
2. Mencoba dan menceritakan tentang benda yang
bisa terapung dan tenggelam
3. Mencoba dan menceritakan tentang kasar halus
benda.
4. Mengungkapkan asal mula terjadinya sesuatu.
Makna
Bekembang Sangat Baik
Berkembang Sesuai Harapan
Mulai Berkembang
Belum Berkembang
Skor
4
3
2
1
Keterangan dari kolom yaitu, (BSB) Berkembang Sangat Baik ( **** ), BSH (Berkembang
sesuai Harapan) ( *** ),MB (Mulai Berkembang ) ( ** ), BB (Belum Berkembang) ( * )
Penelitian ini menggunakan dua
metode analisis data yaitu, metode analisis
statistik deskriptif, dan metode deskriptif
kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif
ialah suatu cara pengolahan data yang
dilakukan dengan jalan menyusun secara
sistematis dalam bentuk angka-angka atau
persentase, mengenai suatu objek yang
diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan
umum” (Agung, 2010). Metode analisis
deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk
menentukan tingkatan tinggi rendahnya
kemampuan
anak
dalam
mengklasifikasikan benda berdasarkan
warna, bentuk dan ukuran setelah
diterapkan model pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) berbantuan
media Lingkungan yang dikonversikan ke
dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP)
skala
lima.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Tabel 3 Pedoman Konversi PAP Skala Lima Perkembangan Kognitif Anak
Persentase
Kriteria Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak
(%)
90 – 100
Sangat Tinggi
80 – 89
Tinggi
65 – 79
Sedang
55 – 64
Rendah
0 – 54
Sangat Rendah
Sumber (Modifikasi dari Agung, 2010 )
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis
Penelitian ini dilaksanakan di
Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Kecamata Kuta Badung. Penelitian ini
dilaksanakan 2 bulan dari bulan Maret
sampai
bulan
April
2014.
Data
perkembangan kognitif pada penelitian
siklus 1 disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, menghitung (M),
median (Md), modus (Mo), grafik polygon
dan membandingkan rata-rata atau mean
dengan PAP skala lima. Dari hasil
observasi yang dilaksanakan pada saat
penerapan model contextual teaching and
learning (CTL) dengan bantuan media
lingkungan
sekitar
pada
kegiatan
perkembangan
kognitif
dengan
menggunakan 4 indikator. Masing-masing
indicator yang muncul dalam proses
pembelajaran akan diberi skor.
M=10,1
Mo=Me=10
Gambar
1
Perkembangan
siklus I
Grafik
tentang
Kognitif Anak pada
Berdasarkan perhitungan dan
grafik polygon di atas terlihat Mo=Me<M
(10=10<10,1). Modus sama dengan
Median, Median lebih kecil dari Mean
sehingga disimpulkan bahwa sebaran skor
perkembangan kognitif anak kelompok B
pada anak Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina Kecamatan Kuta pada siklus I
merupakan kurva juling positif. Dengan
menentukan tingkat pekembangan kognitif
anak pada kelompok B dapat dihitung
dengan membandingkan rata-rata persen
(M%) dengan kriteria Penilaian Acuan
Patokan (PAP) skala lima sebagai berikut.
PAP skala lima nilai M % = 63,12% seperti
yang terlihat pada tabel 3.5 M % berada
pada tingkat penguasaan 55-64% yang
berarti perkembangan kognitif anak pada
kelompok B pada siklus I berada pada
kriteria rendah. Sedangan sebelum
penelitian
ini
dilakukan
rata-rata
perkembangan kognitif adalah 56,8 % dan
berada pada kategori rendah. Dengan
demikian
terjadi
peningkatan
perkembangan kognitif sebesar 6,32%.
Di siklus II juga dilakukan sama
seperti siklus I yaitu dilaksanakan selama
4 kali pertemuan dan langsung melakukan
evaluasi. Pada penelitian siklus II disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
menghitung mean (M), median (Me),
Modus (Mo), grafik polygon dan
membandingkan rata-rata atau mean
dengan model PAP skala lima.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
M=13,7
Gambar
2
Perkembangan
Siklus II
Me=14
Mo = 16
Grafik
tentang
Kognitif Anak pada
Berdasarkan perhitungan dan
grafik polygon di atas terlihat Mo>Me>M
(16>14>13,7). Modus lebih besar dari
Median, Median lebih besar dari Mean
sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebaran skor perkembangan kognitif pada
anak kelompok B pada anak TK Negeri
Pembina Kecamatan Kuta Badung pada
siklus II merupakan kurva juling negatif.
Untuk menentukan tingkat pekembangan
kognitif anak pada kelompok B dapat
dihitung dengan membandingkan rata-rata
persen (M%) dengan kriteria Penilaian
Acuan Patokan (PAP) skala lima sebagai
berikut.
Dari nilai M % = 85,6% yang
dikonversikan kedalam PAP skala lima,
seperti yang terlihat pada tabel 3.5 M%
berada pada tingkat penguasaan 80 –
89% yang berarti bahwa perkembangan
kognitif anak pada kelompok B pada siklus
II berada pada kriteria tinggi. Sedangkan
penelitian pada siklus I rata-rata
perkembangan kognitif adalah 63,12 %
dan berada pada kategori rendah. Dengan
demikian
terjadi
peningkatan
perkembangan kognitif sebesar 22,48%.
Hasil analisis statistik deskriptif dan
analisis deskritif kuantitatif diperoleh ratarata persentase perkembangan kognitif
anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung
semester II pada siklus I sebesar 63,12%
rata-rata
persentase
perkembangan
kognitif anak kelompok B pada siklus II
85,6%, sehingga menunjukan adanya
peningkatan
rata-rata
persentase
perkembangan kognitif anak dari siklus I
ke siklus II sebesar 22,48% berada pada
kategori
tinggi.
Berdasarkan
hasil
penelitian dan uraian diatas menunjukan
bahwa penerapan model pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL)
dengan bantuan media lingkungan dapat
meningkatkan perkembangan kognitif
anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Kecamatan Kuta Badung,
oleh karenanya strategi pembelajaran
yang demikian perlu dilakukan secara
intensif dan berkelanjutan.
Pembahasan
Penyajian hasil penelitian di atas
memberikan gambaran bahwa dengan
penerapan
model
pembelajaran
contextual
teaching
and
learning
berbantuan media lingkungan ternyata
dapat
meningkatkan
perkembangan
kognitif anak. Hal ini dapat dilihat dari
analisis perkembangan kognitif anak
dapat diuraikan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif
diperoleh
rata-rata
persentase
perkembangan kognitif pada siklus I
sebesar 63,12% yang menunjukkan
perkembangan kognitif dalam pengenalan
sains pada anak berada pada kriteria
rendah, namun mengalami peningkatan
pada siklus II sebesar 85,6% yang
menunjukkan
perkembangan
kognitif
dalam pengenalan sains berada pada
kriteria tinggi. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL)
berbantuan media lingkungan sangat
efektif untuk meningkatkan perkembangan
kognitif dalam pengenalan sains pada
anak kelompok B semester II TK Negeri
Pembina Kecamatan Kuta Badung. Dilihat
sebelum proses pembelajaran anak belum
mampu mengikuti kegiatan pembelajaran
pengenalan sains dengan baik. Ciri-ciri
perkembangan anak setelah diterapkan
model pembelajaran CTL adalah anak
menjadi aktif, anak dapat memanfaatkan
panca
indranya
secara
optimal,
menanamkan sikap giat dan gemar
belajar, anak dapat lebih memahami
kegiatan pembelajaran karena anak
terlibat langsung di dalamnya. Hal ini
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
berkaitan dengan teori Jonhson “model
pembelajaran contextual teaching and
learning (CTL) adalah memungkinkan
siswa menghubungkan isi mata pelajaran
akademik dengan konteks kehidupan
sehari-hari untuk menemukan makna.
CTL memperluas konteks pribadi siswa
lebih
lanjut
melalui
pemberian
pengalaman
segar
yang
akan
merangsang
otak
guna
menjalin
hubungan baru untuk menemukan makna
yang baru”. Didukung oleh hasil penelitian
Wardana (2013) yang menyatakan bahwa
Pembelajaran Kontekstual berpengaruh
Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan
Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas IV
SD Gugus V Dr. Soetomo Tahun
Pelajaran 2012/2013.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dari
pembahasan maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut penerapan model
pembelajaran contextual teaching and
learning (CTL) dapat meningkatkan
perkembangan kognitif dalam pengenalan
sains setelah menggunakan media
lingkungan pada anak kelompok B
semester
II
TK Negeri
Pembina
Kecamatan Kuta Badung Tahun Pelajaran
2013/2014. Hal ini dapat dilihat rata-rata
perkembangan kognitif pada siklus I
sebesar 63,12% dengan kategori rendah
dan mengalami peningkatan mencapai
85,6% dengan kategori tinggi pada siklus
II. Dengan demikian terjadi peningkatan
perkembangan kognitif dalam pengenalan
sains sebesar 22,48%.
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan yang di dapat dalam
penelitian
ini,
dapat
dikemukakan
beberapa saran yaitu Kepada guru,
disarankan lebih kreatif dan inovatif dalam
menyiapkan media pembelajaran dan
metode pembelajaran disesuaikan dengan
tema pembelajaran, sehingga anak lebih
tertarik dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran
sehingga
suasana
pembelajaran
akan
menyenangkan,
Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar
mampu memberikan suatu informasi
mengenai model dan media pembelajaran
yang nantinya dapat digunakan dalam
proses
pembelajaran,
sehingga
pembelajaran berlangsung secara efektif,
efisien, dan inovatif, Kepada peneliti lain,
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini diharapkan dapat digunakan oleh
peneliti lain sebagai bahan informasi untuk
mengembangkan penelitian sejenis untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di
Taman Kanak-kanak.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Undiksha.
-------,
2010.
Metodologi Penelitian
Pendidikan. Singaraja: Undiksha.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad,
Azhar.
2011.
Media
Pembelajaran.
Jakarta:
PT
Rajagrafindo Persada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
Peraturan
Menteri
Penddikan
Nasional
Republik Indonesia
Nomor 58 Th 2009 tentang
kurikulum.
Jakarta:
Direktorat
Pembinaan TK dan SD Ditjen
PNFI.
Depdiknas. 2000. Petunjuk Penilaian
Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Depdiknas.
Dumyati. 2012. Lingkungan Sebagai
Media Pembelajaran Keuntungan
dan
Kelemahan
Lingkungan.
Tersedia
pada
communitypba12.blogspot.com/20
12/04/lingkungan-sebagai-mediapembelajaran.html
(diakses
tanggal 3 oktober 2013).
Jamaris, Martini. 2003. Perkembangan
dan Pengembangan Anak Usia
Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Maimunah. 2011. Pendidikan Anak Usia
Dini. Jogjakarta: Diva press
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Oemar, Hamalik. 1986. Media Pendidikan
Cetakan ke-7. Bandung. PT Citra
Aditya Bakti.
Rusman.
2012.
Model-model
Pembelajaran:
Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Cetakan
ke-2. Jakarta: Rajawali pers.
Sadiman, Arief, S, dkk. 1990. Media
Pendidikan
Pengertian
Pengembangan dan Pemanfaatan.
Jakarta: Sari Pustaka Pendidikan.
Sutama, I Nyoman. 2003. Pemanfaatan
Lingkungan
Sekolah
Sebagai
Media
Pembelajaran
Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar IPA
Kelas V SD No. 3 Tukad Mungga.
Penelitian PTK. (Tidak Diterbitkan).
Yamin, H. Martinis & Jamilah Sabri Sanan.
2013. Panduan PAUD. Ciputat:
Gaung Persada Press Group.
Yuliani Nurani Sujiono, dkk. 2005. Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Zaman, Badru. dkk. 2005. Media dan
Sumber
Belajar.
Jakarta:
Universitas Terbuka.
Download