BUKU PUTIH SANITASI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam menentukan tingkat kesehatan maupun kesejahteraan hidup masyarakat, sanitasi dapat dijadikan acuan. Sanitasi dalam tataran operasional berkaitan dengan aspek lain dari kehidupan manusia. Sanitasi melibatkan beberapa komponen besar dan memiliki cakupan yang luas. Oleh karena itu pembangunan sanitasi di Indonesia dijalankan bersama dan terkoordinir dari semua tingkatan mulai dari pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM, sektor swasta dan didukung oleh lembaga donor lainnya. Sanitasi juga merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan, dalam pengembangan kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, meliputi jenis pelayanan berdasarkan indikator kinerja dan target tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Pelayanan yang mengacu pada SPM tersebut seperti : Sumber Daya Air, Air Minum, Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan) dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan. Institusi atau lembaga yang menangani aspek pembangunan sanitasi, dengan ruang lingkup air limbah, persampahan dan drainase, serta dilengkapi dengan penyediaan air bersih, masih berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi. Tumpang tindih pembangunan sanitasi oleh institusi berjalan secara terpisah. Fakta ini membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. POKJA SANITASI KAB LEMBATA I - 1 BUKU PUTIH SANITASI Kondisi yang lebih buruk apabila bahkan ternyata terdapat aspek sanitasi yang masih “bolong” atau belum tertangani oleh siapapun. Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu “rencana besar” yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatan maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi. Berbagai upaya untuk meningkatkan akses sanitasi masyarakat atau PHBS selama ini sering mengalami hambatan,sehingga cakupan sanitasi layak kab Lembata (Riskesdas 2010) cukup rendah (± 23.15%) kemudian pola hidup komunitas masyarakat yang jauh dari harapan, sering terjadinya wabah penyakit menular seperti diare,dll. Selain itu data sanitasi layak dari tahun 2010 – 2012 ialah 23,15% ,29,94%,dan 2012 60,76% Untuk maksud sinergisitas dalam pembangunan sanitasi maka dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) sanitasi, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Semua elemen kepentingan terlibat, baik unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dibawah tanggung jawab Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kelompok Kerja Sanitasi (Pokja) kabupaten Lembata dibentuk, Pokja ini secara umum bertugas untuk menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lembata tahun 2013. Pokja sanitasi Kabupaten Lembata secara struktural dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Lembata Nomor 361 Tanggal 14 Agustus 2012,yang terdiri atas : Pelindung/Pengarah, Ketua Pokja,Tim Pengarah, Tim Teknis/Pelaksana, dan Sekretariat. Mengingat aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang terkait langsung dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun yang tidak terkait langsung seperti yang berhubungan dengan kehumasan, sosialisasi maupun investasi, maka Pokja sanitasi ini diperkuat oleh anggota tim yang terdiri dari berbagai SKPD, seperti Bappeda, DPU, Dinkes, POKJA SANITASI KAB LEMBATA I - 2 BUKU PUTIH SANITASI Badan Pemberdayaan Masyarakat pemerintah desa,Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup,serta bagian Humas dan Protokol,Kesra Setda Lembata. 1.2. LANDASAN GERAK Sanitasi dapat dipahami sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersiha lingkungan yang sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi dalam kerangka detail memiliki ruang lingkup gerakan pada 3 sub sektor, yaitu : 1. Air Limbah 2. Persampahan 3. Drainase. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Lembata adalah sebagai berikut: 1. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir. 2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem : a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. b. Pengelolaan Of Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat. 3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan. 5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah Lembata untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur dalam. Dalam kerangka Visi dan Misi Kabupaten Lembata Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) memiliki korelasi dalam rangka mewujudkan sanitasi Kabupaten Lembata yang terkait erat dengan Kesehatan dengan memaksimalkan penanganan sampah, drainase, limbah, dan air minum. POKJA SANITASI KAB LEMBATA I - 3 BUKU PUTIH SANITASI Visi dan Misi Bupati / Kepala Daerah terpilih Kabupaten Lembata 2012 – 2017 yang berpedoman pada Visi dan Misi Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Provinsi NTT, dengan memetakan akar masalah, berdasarkan situasi dan kondisi konteks lokal Pemerintah Kabupaten Lembata, maka ditetapkan Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah yakni : ’’ Terwujudnya Lembata yang Mandiri dan Produktif Berbasis Potensi dalam Perspektif Tata Ruang’’ Untuk mewujudkan uraian Visi yang telah ditetapkan tertuang dalam Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lembata tahun 2011 – 2016 yakni: 1. Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah; 2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 3. Recovery Ekonomi Wilayah; 4. Peningkatan Pendapatan Daerah; 5. Percepatan Pembangunan Infrastruktur; 6. Penataan Ruang Berwawasan Lingkungan 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Potret kondisi sanitasi Kabupaten Lembata merupakan isi Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lembata. Buku Putih merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena buku putih sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait di dalam pokja dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lembata menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Lembata, yang akan menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten Lembata dalam manajemen kegiatan sanitasi. Kelompok Kerja (pokja) sanitasi telah melakukan analisis situasi dengan mengakses data-data untuk lakukan pemetaan sanitasi Lembata. Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi ditingkat kota. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Lembata. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaan dilakukan dengan rencana tindak atau aksi dilapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat (NGO dan NGS lokal), level kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi POKJA SANITASI KAB LEMBATA I - 4 BUKU PUTIH SANITASI sangat bergantung pada program tersebut. Perlu juga melakukan kegiatan berupa studi pasar untuk mengetahui permintaan atau kebutuhan masyarakat. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan juga dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu direncanakan benar. Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah. 1.4. METODOLOGI Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini, yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sumber Data a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta. b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat. Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing masing dinas/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta, nara sumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil dan tokoh masyarakat. 2. Pengumpulan Data Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program POKJA SANITASI KAB LEMBATA I - 5 BUKU PUTIH SANITASI yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. 1.5 DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA 1.5.1. POSISI BUKU PUTIH Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi kabupaten Lembata. Buku Putih Sanitasi Lembata diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis terhadap kondisi sanitasi yang dalam perannya sejajar dengan dokumen daerah lainnya di tingkat kabupaten seperti RPJPD,RPJMD,Renstra dan RTRW Rencana pembangunan sanitasi kabupaten dikembangkan atas dasar rumusan – rumusan hasil kajian yang diuraikan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2013 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. 1.5.2. DASAR HUKUM Kegiatan pengembangan sanitasi di Kabupaten Lembata, didasarkan pada peraturan dan produk hukum yang meliputi : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, 3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, 6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, 7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, 9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup POKJA SANITASI KAB LEMBATA I - 6 BUKU PUTIH SANITASI 11. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, 13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, 16. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, 17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, 18. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, 19. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, 20. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, 21. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, 22. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, 23. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan, 24. Peraturan pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, 25. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang, 26. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, 27. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, 28. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Pengeloaan Sumber Daya Air, 29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Penyusunan Pola Sumber Daya Air, 30. Permendagri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan, 31. Pergub no 10 tahun 2012 tentang Pembangunan air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Provinsi Nusa tenggara Timur POKJA SANITASI KAB LEMBATA I - 7 BUKU PUTIH SANITASI 32. Peraturan Daerah Kabupaten Lembata Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lembata tahun 2011 – 2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Lembata Tahun 2011 Nomor 14. POKJA SANITASI KAB LEMBATA I - 8