4073

advertisement
PENGELOLAAN RESIKO TINGGI TERJADINYA SYOK
HIPOVOLEMIK PADA ANAK R DENGAN DENGUE HEMORAGIC
FEVER (DHF) DI RSUD AMBARAWA
Ni Putu Mery Listyana Dewi1, Ana Puji Astuti2, Siti Haryani3
123
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Syok hipovolemik adalah dimana suatu sindrom klinik dengan tanda
berupa
hipotensi, takikardi, kulit dingin, pucat basah, sianosis perifer,
hiperventilasi perubahan status mental dan penurunan produksi urine. Untuk
mencegah terjadinya syok salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah
memenuhi cairan tubuh. Cairan tubuh merupakan komponen utama yang paling
banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yang berfungsi untuk mempelancar
peredaran darah dan menurunkan suhu tubuh. Tujuan penulisan ini untuk
mengetahui pengelolaan resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik pada pasien
dengan Dengue Hemoragic Fever di RSUD Ambarawa.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa
perawatan pasien kebutuhan cairan tubuh. Resiko tinggi terjadinya syok
hipovolemik dilakukan selama 3 hari pada An. R. teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi
dan pemeriksaan penunjang. Implementasi yang telah dilakuakn adalah
memonitor TTV, dan tanda” perdarahan, mempertahankan kebutuhan cairan
tubuh pasien, memberikan obat anti perdarahan.
Hasil pengelolaan didapatkan perdarahan sudah berkurang dan tidak
menyebabkan komplikasi lain akibat dari adanya syok pada pasien.
Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkaan prinsip selalu
memenuhi kebutuhan cairan pada pasien.
Kata kunci: syok hipovolemik
Kepustakaan: 24 (2000-2014)
baik sebagai penyakit endemik
maupun epidemik. Hasil studi
epidemiologi menunjukan bahwa
DHF lebih sering menyerang
kelompok usia balita sampai dengan
anak usia 15 tahun serta tidak
ditemukan
dalam
perbedaan
signifikan hal kerentanan terhadap
serangan dengue antar gender. KLB
dengue biasanya terjadi di daerah
PENDAHULUAN
Penyakit
DHF
(Dengue
Hemoragic Fever) atau yang sering
disebut demam berdarah oleh orang
awam merupakan salah satu penyakit
menular yang dapat menimbulkan
KLB (Kejadian Luar Biasa)/wabah.
Penyakit DHF ditemukan nyaris di
seluruh belahan dunia terutama di
negara-negara tropis dan subtropis
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
2
endemik dan berkaitan dengan
datangnya musim penghujan. Hal
tersebut akan menyebabkan aktivitas
vector dengue yang justru terjadi
pada musim penghujan. DHF
merupakan
penyakit
yang
disebabkan oleh karena virus Dengue
yang termasuk golongan albovirus
melalui gigit nyamuk Aedes Aegypti
betina (Hidayat, 2006). Virus itu
menyebabkan
gangguan
pada
pembuluh darah kapiler dan pada
sistem pembekuan darah, apabila
tidak
cepat
ditangani
dapat
menimbulkan syok hipovolemik dan
menyebabkan kematian. Penyakit
DHF memiliki manifestasi klinis
seperti demam tinggi selama 5-7
hari, perdarahan terutama perdarahan
bawah kulit: petekie, mual, muntah,
tidak ada nafsu makan, diare,
konstipasi, nyeri otot, tulang sendi,
abdomen, nyeri pada ulu hati, sakit
kepala dan pembengkakan sekitar
mata (Suriadi, 2006). Infeksi virus
dengue
ini
terus
mengalami
peningkatan prevalensi. Di Indonesia
pada tahun 2012, jumlah penderita
DHF yang dilaporkan sebanyak
90,245 kasus dengan jumlah
kematian 816 orang (Incidence
Rate/Angka kesakitan= 37,11 per
100.000 penduduk dan CFR=
0,90%). Terjadi peningkatan jumlah
kasus pada tahun 2012 dibandingkan
tahun 2011 sebesar 53 per 100.000
penduduk,dengan
demikian
Indonesia telah mencapai target
Renstra 2012 (Depkes RI 2012).
Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35
kabupaten/kota
sudah
pernah
terjangkit penyakit DBD. Angka
kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD
di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2012
sebesar
19,29/100.000
penduduk,
meningkat
bila
dibandingkan
tahun
2011(15,27/100.000 penduduk) dan
masih dalam target nasional yaitu
<20/100.000penduduk (Dinkes Jawa
Tengah, 2012). Tingginya angka
kesakitan DHF disebabkan karena
adanya iklim tidak stabil dan curah
hujan cukup banyak pada musim
penghujan yang merupakan sarana
perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegipty yang cukup potensial. Dari
uraian diatas dapat dilihat kejadian
DHF meningkat, akibat yang
ditimbulkan dari penyakit DHF
perdarahan dibawah kulit apabila
tidak cepat untuk ditangani akan
menyebabkan syok hipovolemik dan
kematian. Sehingga penulis tertarik
untuk mengambil judul Pengelolaan
Resiko Tinggi Terjadinya Syok
Hipovolemik pada An. R dengan
Dengue Hemoragic Fever di Ruang
Anggrek RSUD Ambarawa.
METODE PENGELOLAAN
Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu
pendekatan yang sistematis untuk
mendapatkan informasi serta data
yang
selengkap-lengkapnya
mengenai klien baik secara subyektif
maupun obyektif. Dalam pengkajian
resiko tinggi terjadinya syok
hipovolemik, yang dapat dilakukan
yaitu: menanyakan riwayat kesehatan
dahulu, adakah perdarahan sewaktu
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
3
BAB dan BAK, terdapat petekie,
trombosit turun.
Tindakan Keperawatan
Intervensi keperawatan yang
dilakukan
untuk
mengurangi
terjadinya resiko tinggi syok
hipovolemik pada An. R dengan
intervensi pertama monitor tandatanda perdarahan, dan tanda-tanda
vital. Intervensi kedua monitor
penurunan jumlah jumlah trombosit,
Hb dan Ht. intervensi ketiga
anjurkan anak untuk mengurangi
beraktifitas, istirahat yang cukup.
Intervensi keempat pertahankan
kebutuhan cairan tubuh. Dan
intervensi kelima memberikan obat
anti perdarahan.
Hasil Pengelolaan
Implementasi pada An. R
sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan, yaitu mengobservasi
tanda-tanda vital, mengobservasi
tanda perdarahan, mengobservasi
penurunan trombosit, Hb, Ht,
menganjurkan utuk mengurangi
aktifitas, istirahat yang cukup,
memberikan pendidikan kesehatan
tentang kebutuhan cairan tubuh,
menganjurkan untuk memenuhi
kebutuhan
cairan
tubuh
dan
memberikan obat anti perdarahan
kalnex.
Pembahasan
An. R mengalami resiko
tinggi terjadinya syok hipovolemik
pada DHF grade II sehingga penulis
melakukan tindakan mengobservasi
tanda-tanda
vital
rasionalnya
pengukuran
tanda-tanda
vital
memberikan data untuk menentukan
status kesehatan klien lazim (data
dasar), seperti respon terhadap stress
fisik dan psikologis, terapi medis dan
keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Mengobservasi
tanda-tanda
perdarahan
rasionalnya
untuk
mencegah terjadinya perdarahan
yang lebih lanjut. Berikutnya
merupakan implementasi yang ke
tiga adalah memberikan obat anti
perdarahan
rasionalnya
adalah
pemberian obat kalnex sesuai
indikasi dokter akan membantu
dalam mengurangi perdarahan yang
terjadi (Kimia Farma, 2010).
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang kebutuhan cairan pada anak,
rasionalnya agar keluarga klien
mengetahui kebutuhan cairan yang
dapat diberikan kepada anaknya
setiap
harinya.
Menganjurkan
memenuhi cairan tubuh berikan jus
jambu
biji
merah
untuk
meningkatkan
trombosit
klien,
rasionalnya buah jambu biji merah
mengandung nilai gizi yang paling
menonjol adalah vitamin C, bahkan
terbaik dari buah-buahan tropika
lainnya. Jambu biji mengandung
vitamin C 2-9 kali lebih banyak dari
pada buah jeruk. Vitamin C
mempunyai banyak fungsi di dalam
tubuh, antara lain sebagai ko-enzim
dank o-faktor. Fungsi vitamin C
berkaitan dengan erat dengan
pembentukan
kolagen,
sintesis
kartinin yang berperan dalam
pengangkutan asam lemak rantai
panjang, meningkatkan serapan dan
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
4
metabolism zat besi dan absorpsi
kalsium, serta menguatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi,
termasuk virus dengue. Hal inilah
yang menyrbabkan buah jambu biji
dapat membantu mengatasi penyakit
DBD. Menganjurkan klien untuk
banyak istirahat rasionalnya adalah
untuk mengurangi metabolisme
tubuh
yang
menyebabkan
perdarahan, karena menurut Smeltzer
& Bare (2001) pada keadaan syok,
sel-sel tidak mendapat pasokan darah
yang adekuat, kekurangan oksigen
dan nutrien. kolaborasi dengan tim
medis dalam pemeriksaan darah
ulang, rasionalnya: mengidentifikasi
kebutuhan
terhadap
perubahan
program pengobatan (Doenges,
2000).
Kesimpulan
Hasil pengelolaan yang
penulis lakukan selama 2 hari
perdarahan dapat berkurang dengan
hasil ayah klien mengatakan warna
urin klien sudah kekuningan, warna
feses kuning dengan data obyektif
petekie di seluruh tubuuh sudah
berkurang, perdarahan pada gusi
berkurang, trombosit: 144 ribu, CRT
< 2 detik, suhu: 36oC, Nadi:
78x/menit, RR: 18x/menit, TD:
70/50mmHg. Sehubungan dengan
hal tersebut disarankan bagi RSUD
Ambarawa meningkatkan wawasan
perawat dalam management
pengelolaan resiko terjadinya syok
hipovolemik pada DHF dan
meningkatkan pendidikan kesehatan
pada klien dan keluarga agar
mengerti masalah penyakit yang
dialami dan bagaimana cara
pencegahanya.
Daftar Pustaka
Balai penelitian tanaman buah
tropika. 2008. Tanaman yang
Berkhasiat
Mengatasi
Demam
Berdarah, diakses pada tanggal 11
mei
2014.
http://balitsa.litbang.deptan.go.id,
pdf.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku
Saku Diagnose Keperawatan. Edisi
8. Jakarta: ECG.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku
Saku Diagnose Keperawatan. Jakarta
: ECG.
Depkes. 2012. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, diakses pada
tanggal 20 april 2014. http://
www.depkes.go.id/downloads profil
kesehatan provinsi 2012/13. pdf
Doenges, Marlynn. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : ECG.
Dorland.
1998.
Kamus
Saku
Kedokteran Dorland. Jakarta : ECG.
Hadinegoro, dkk. 2006. Tata
Laksana Demam Berdarah Dengue
di Indonesia. Edisi 4. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republic
Indonesia.
Halstead. 2004. Dalam penelitian
Raihan Factor Prognosis Terjadinya
Syok Pada Demam Berdarah
Dengue. Saripediatria, diakses pada
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
5
tanggal
11
mei
2014.
http://saripediatri.idai.or.id, pdf
perawat dan bidan).
Salemba Medika.
Hasan, Rusepno. 2005. Ilmu
Kesehatan Anak 3. Jakarta :
Infomedia.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental
Keperawatan. Edisi 4. Volume 1.
Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz, Alimul. 2005.
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental
Keperawatan. Edisi 4. Volume 2.
Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz, Alimul. 2006.
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Schwartz, M. William. 2005.
Pedoman Klinis Pediatrik. Jakarta :
EGC.2
Kimia Farma. 2010. Antibiotik, Anti
Perdarahan
<http.//www.Kimiafarma.co.id
> (diakses pada hari Senin 21
April 2014 pukul 20.00 WIB)
Suriadi dan Yuliani. 2006. Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Kiswari. 2014. Buku Hematologi dan
Transfusi. Jakarta. Erlangga.
Masrial,
Khadir.2010.
Analisa
Epidemologi
Penyakit
Demam
Berdarah
Dengue
Melalui
Pendekatan Spasial Temporal Dan
Hubungan Factor Iklim Kota
Padang 2008-2010, diakses pada
tanggal
11
mei
2014.
http://publikasi.dinus.ac.id.5171340-1-pb. pdf
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak
Sakit. Edisi 2. Jakarta : ECG
Nursalam.
2005.
Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak (untuk
Jakarta
:
Smeltzer, C.S dan Bare G.B. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Volume 1. Jakarta. EGC.
Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu
Penyakit Anak Diagnosa dan
Penatalaksanaan. Jakarta : Salemba
Medika.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar
Konsep Dasar Keperawatan Anak.
Jakarta : EGC
Wijayaningsih, Kartika, Sari. 2013.
Buku Asuhan Keperawatan. Jakarta.
Trans Info Media
Wong, Donna L. 2004. Pedoman
Klinis
Keperawatan
Pediatric.
Jakarta : EGC
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download