PENGELOLAAN RESIKO TINGGI TERJADINYA SYOK HIPOVOLEMIK PADA ANAK R DENGAN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) DI RSUD AMBARAWA Ni Putu Mery Listyana Dewi1, Ana Puji Astuti2, Siti Haryani3 123 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Syok hipovolemik adalah dimana suatu sindrom klinik dengan tanda berupa hipotensi, takikardi, kulit dingin, pucat basah, sianosis perifer, hiperventilasi perubahan status mental dan penurunan produksi urine. Untuk mencegah terjadinya syok salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah memenuhi cairan tubuh. Cairan tubuh merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yang berfungsi untuk mempelancar peredaran darah dan menurunkan suhu tubuh. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik pada pasien dengan Dengue Hemoragic Fever di RSUD Ambarawa. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien kebutuhan cairan tubuh. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik dilakukan selama 3 hari pada An. R. teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Implementasi yang telah dilakuakn adalah memonitor TTV, dan tanda” perdarahan, mempertahankan kebutuhan cairan tubuh pasien, memberikan obat anti perdarahan. Hasil pengelolaan didapatkan perdarahan sudah berkurang dan tidak menyebabkan komplikasi lain akibat dari adanya syok pada pasien. Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkaan prinsip selalu memenuhi kebutuhan cairan pada pasien. Kata kunci: syok hipovolemik Kepustakaan: 24 (2000-2014) baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologi menunjukan bahwa DHF lebih sering menyerang kelompok usia balita sampai dengan anak usia 15 tahun serta tidak ditemukan dalam perbedaan signifikan hal kerentanan terhadap serangan dengue antar gender. KLB dengue biasanya terjadi di daerah PENDAHULUAN Penyakit DHF (Dengue Hemoragic Fever) atau yang sering disebut demam berdarah oleh orang awam merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)/wabah. Penyakit DHF ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropis dan subtropis 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 2 endemik dan berkaitan dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut akan menyebabkan aktivitas vector dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh karena virus Dengue yang termasuk golongan albovirus melalui gigit nyamuk Aedes Aegypti betina (Hidayat, 2006). Virus itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, apabila tidak cepat ditangani dapat menimbulkan syok hipovolemik dan menyebabkan kematian. Penyakit DHF memiliki manifestasi klinis seperti demam tinggi selama 5-7 hari, perdarahan terutama perdarahan bawah kulit: petekie, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi, nyeri otot, tulang sendi, abdomen, nyeri pada ulu hati, sakit kepala dan pembengkakan sekitar mata (Suriadi, 2006). Infeksi virus dengue ini terus mengalami peningkatan prevalensi. Di Indonesia pada tahun 2012, jumlah penderita DHF yang dilaporkan sebanyak 90,245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 37,11 per 100.000 penduduk dan CFR= 0,90%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 sebesar 53 per 100.000 penduduk,dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2012 (Depkes RI 2012). Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 19,29/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2011(15,27/100.000 penduduk) dan masih dalam target nasional yaitu <20/100.000penduduk (Dinkes Jawa Tengah, 2012). Tingginya angka kesakitan DHF disebabkan karena adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup potensial. Dari uraian diatas dapat dilihat kejadian DHF meningkat, akibat yang ditimbulkan dari penyakit DHF perdarahan dibawah kulit apabila tidak cepat untuk ditangani akan menyebabkan syok hipovolemik dan kematian. Sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul Pengelolaan Resiko Tinggi Terjadinya Syok Hipovolemik pada An. R dengan Dengue Hemoragic Fever di Ruang Anggrek RSUD Ambarawa. METODE PENGELOLAAN Pengkajian Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mendapatkan informasi serta data yang selengkap-lengkapnya mengenai klien baik secara subyektif maupun obyektif. Dalam pengkajian resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik, yang dapat dilakukan yaitu: menanyakan riwayat kesehatan dahulu, adakah perdarahan sewaktu Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 3 BAB dan BAK, terdapat petekie, trombosit turun. Tindakan Keperawatan Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya resiko tinggi syok hipovolemik pada An. R dengan intervensi pertama monitor tandatanda perdarahan, dan tanda-tanda vital. Intervensi kedua monitor penurunan jumlah jumlah trombosit, Hb dan Ht. intervensi ketiga anjurkan anak untuk mengurangi beraktifitas, istirahat yang cukup. Intervensi keempat pertahankan kebutuhan cairan tubuh. Dan intervensi kelima memberikan obat anti perdarahan. Hasil Pengelolaan Implementasi pada An. R sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan, yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, mengobservasi tanda perdarahan, mengobservasi penurunan trombosit, Hb, Ht, menganjurkan utuk mengurangi aktifitas, istirahat yang cukup, memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan cairan tubuh, menganjurkan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan memberikan obat anti perdarahan kalnex. Pembahasan An. R mengalami resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik pada DHF grade II sehingga penulis melakukan tindakan mengobservasi tanda-tanda vital rasionalnya pengukuran tanda-tanda vital memberikan data untuk menentukan status kesehatan klien lazim (data dasar), seperti respon terhadap stress fisik dan psikologis, terapi medis dan keperawatan (Potter & Perry, 2005). Mengobservasi tanda-tanda perdarahan rasionalnya untuk mencegah terjadinya perdarahan yang lebih lanjut. Berikutnya merupakan implementasi yang ke tiga adalah memberikan obat anti perdarahan rasionalnya adalah pemberian obat kalnex sesuai indikasi dokter akan membantu dalam mengurangi perdarahan yang terjadi (Kimia Farma, 2010). Memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan cairan pada anak, rasionalnya agar keluarga klien mengetahui kebutuhan cairan yang dapat diberikan kepada anaknya setiap harinya. Menganjurkan memenuhi cairan tubuh berikan jus jambu biji merah untuk meningkatkan trombosit klien, rasionalnya buah jambu biji merah mengandung nilai gizi yang paling menonjol adalah vitamin C, bahkan terbaik dari buah-buahan tropika lainnya. Jambu biji mengandung vitamin C 2-9 kali lebih banyak dari pada buah jeruk. Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, antara lain sebagai ko-enzim dank o-faktor. Fungsi vitamin C berkaitan dengan erat dengan pembentukan kolagen, sintesis kartinin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang, meningkatkan serapan dan Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 4 metabolism zat besi dan absorpsi kalsium, serta menguatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, termasuk virus dengue. Hal inilah yang menyrbabkan buah jambu biji dapat membantu mengatasi penyakit DBD. Menganjurkan klien untuk banyak istirahat rasionalnya adalah untuk mengurangi metabolisme tubuh yang menyebabkan perdarahan, karena menurut Smeltzer & Bare (2001) pada keadaan syok, sel-sel tidak mendapat pasokan darah yang adekuat, kekurangan oksigen dan nutrien. kolaborasi dengan tim medis dalam pemeriksaan darah ulang, rasionalnya: mengidentifikasi kebutuhan terhadap perubahan program pengobatan (Doenges, 2000). Kesimpulan Hasil pengelolaan yang penulis lakukan selama 2 hari perdarahan dapat berkurang dengan hasil ayah klien mengatakan warna urin klien sudah kekuningan, warna feses kuning dengan data obyektif petekie di seluruh tubuuh sudah berkurang, perdarahan pada gusi berkurang, trombosit: 144 ribu, CRT < 2 detik, suhu: 36oC, Nadi: 78x/menit, RR: 18x/menit, TD: 70/50mmHg. Sehubungan dengan hal tersebut disarankan bagi RSUD Ambarawa meningkatkan wawasan perawat dalam management pengelolaan resiko terjadinya syok hipovolemik pada DHF dan meningkatkan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga agar mengerti masalah penyakit yang dialami dan bagaimana cara pencegahanya. Daftar Pustaka Balai penelitian tanaman buah tropika. 2008. Tanaman yang Berkhasiat Mengatasi Demam Berdarah, diakses pada tanggal 11 mei 2014. http://balitsa.litbang.deptan.go.id, pdf. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnose Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: ECG. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnose Keperawatan. Jakarta : ECG. Depkes. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, diakses pada tanggal 20 april 2014. http:// www.depkes.go.id/downloads profil kesehatan provinsi 2012/13. pdf Doenges, Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : ECG. Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : ECG. Hadinegoro, dkk. 2006. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Edisi 4. Jakarta : Departemen Kesehatan Republic Indonesia. Halstead. 2004. Dalam penelitian Raihan Factor Prognosis Terjadinya Syok Pada Demam Berdarah Dengue. Saripediatria, diakses pada Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 5 tanggal 11 mei 2014. http://saripediatri.idai.or.id, pdf perawat dan bidan). Salemba Medika. Hasan, Rusepno. 2005. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta : Infomedia. Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 1. Jakarta : EGC. Hidayat, Aziz, Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika. Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC. Hidayat, Aziz, Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika. Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatrik. Jakarta : EGC.2 Kimia Farma. 2010. Antibiotik, Anti Perdarahan <http.//www.Kimiafarma.co.id > (diakses pada hari Senin 21 April 2014 pukul 20.00 WIB) Suriadi dan Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta : EGC. Kiswari. 2014. Buku Hematologi dan Transfusi. Jakarta. Erlangga. Masrial, Khadir.2010. Analisa Epidemologi Penyakit Demam Berdarah Dengue Melalui Pendekatan Spasial Temporal Dan Hubungan Factor Iklim Kota Padang 2008-2010, diakses pada tanggal 11 mei 2014. http://publikasi.dinus.ac.id.5171340-1-pb. pdf Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : ECG Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Jakarta : Smeltzer, C.S dan Bare G.B. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 1. Jakarta. EGC. Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta : Salemba Medika. Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Wijayaningsih, Kartika, Sari. 2013. Buku Asuhan Keperawatan. Jakarta. Trans Info Media Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo