5328

advertisement
ARTIKEL
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN KEKURANGAN CAIRAN PADA An. A DENGAN DHF (DENGUE HAEMORAGIC
FEVER) DI RUANG EDELWEISS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Oleh:
LAILI ULFA HIDAYATI
0131727
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN KEKURANGAN CAIRAN PADA An. A DENGAN DHF (DENGUE HAEMORAGIC
FEVER) DI RUANG EDELWEISS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Laili Ulfa Hidayati1, Siti Haryani2, Eka Adimayanti3
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
123
[email protected]
ABSTRAK
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh karena virus
dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit
ini lebih dikenal dengan sebutan demam berdarah dengue.
Kekurangan volume cairan pada anak DHF ini dapat disebabkan oleh adanya perpindahan
cairan intravaskular ke ekstravaskular akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan untuk itu
tujuan penulisan ini memberikan gambaran tentang Pengelolaan Kekurangan Volume Cairan pada
An. I dengan Dengue Haemoragic Fever di ruang Edellweiss RSUD Pandan Arang Boyolali.
Metode yang digunakan untuk memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam
memenuhi kekurangan cairan. Pengelolaan kebutuhan cairan dilakukan selama 2 hari pada An. I
dengan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara dan
pemeriksaan fisik.
Hasil pengelolaan didapatkan pasien mau minum sedikit-sedikit, mukosa bibir tidak kering
dan pasien lebih segar dari sebelumnya, balance cairan +67,6cc.
Saran bagi perawat di rumah sakit diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
secara maksimal, serta dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat teliti dalam tindakan
khususnya pada pasien kekurangan volume cairan dengan DHF.
Kata kunci
Kepustakaan
: Kekurangan volume cairan, Dengue Haemoragic Fever
: 31 (2005-2015)
LATAR BELAKANG
Kesehatan
yang
baik
atau
kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana
tidak hanya bebas dari penyakit. Sehat
bukanlah suatu pengetahuan ilmiah yang
dapat di peroleh atau suatu benda suatu
bagian tubuh, atau suatu fungsi tubuh
seperti pendengaran, penglihatan, atau
pernafasan. Sehat adalah suatu keadaan
dimana seseorang mendefinisikannya sesuai
dengan nilai yang ada pada dirinya (Potter
dan Perry, 2005).
Salah satu kesehatan yang penting
untuk diperhatikan adalah kesehatan pada
anak yang kemungkinan besar rentan akan
penyakit. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (OKD) kesehatan anak ialah suatu
keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
yang komplet dan bukan semata-mata
terbebas dari penyakit (Wong, 2009).
Pada
anak
akan
mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang
bertahap, menurut Suriadi dan Yuliani
(2010) pertumbuhan dan perkembangan
adalah suatu proses yang berlangsung terusmenerus pada sebagian segi dan saling
keterkaitan, dan terjadi pada individu
samasa hidupnya. Pada anak usia 8 tahun
dalam perkembangan psikososial anak yang
dikemukakan oleh Freud dalam tahapan
latent adalah kepuasan anak mulai
terintegrasi, anak masuk dalam fase
pubertas dan berhadapan langsung pada
tuntutan sosial seperti suka hubungan
dengan
kelompoknya
atau
sebaya.
Perkembangan psikososial anak yang
dikemukanan Erick Erickson pada anak usia 8
tahun ialah anak-anak belajar berkompetisi
dan bekerjasama dengan orang lain dan
mereka juga mempelajari aturan-aturan
(Ridha, 2014).
Pada anak usia 8 tahun adalah usia
sekolah, adapun karakteristik dari anak usia
8 tahun atau usia sekolah lebih mampu
menggunakan otot-otot kasar daripada otototot halus, misalnya loncat tali, batmiton,
dan pada akhir sekolah motorik halus lebih
berkurang, anak laki-laki lebih aktif dari pada
anak perempuan. Pada anak usia sekolah
juga mencari lingkungan yang lebih luas
sehingga cenderung sering pergi dari rumah
hanya untuk bermain dengan teman, saat ini
sekolah juga sangat berperan dalam
membentuk kepribadian anak, disekolah
anak harus berinteraksi dengan orang lain
selain keluarganya, sehingga peran guru
sangatlah penting. Pertumbuhan fisik pada
anak usia sekolah ialah berat badan
meningkat 2-3kg/tahun, tinggi badan
meningkat 6-7cm/tahun (Ridha, 2014).
Seperti yang sudah dijelaskan
tentang pengertian kesehatan umum dan
kesehatan anak di atas, seseorang yang
sehat bisa di katakan sakit dengan sebabsebab tertentu. Sesorang bisa dikatakan
sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatan
terganggu.
Misalnya sakit demam berdarah
(Dengue Haemoragic Fever/DHF). Demam
dengue/DF
dan
demam
berdarah
dengue/DBD
(Dengue
Haemoragic
Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma
yang
ditandai
dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo
Aru, dkk 2012).
Syok adalah kondisi kritis akibat
penurunan mendadak dalam aliran darah
yang melalui tubuh. Tubuh manusia
membutuhkan
keseimbangan
antara
pemasukan dan pengeluaran cairan (Potter
dan Perry, 2005). Jika terjadi syok maka yang
dapat dilakukan adalah rehidrasi, yaitu
pengembalian cairan tubuh yang telah hilang
akibat syok dan renjatan.
Virus dengue, merupakan masalah
kesehatan global. Dalam tiga dekade
terakhir terjadi peningkatan angka kejadian
penyakit tersebut di berbagai negara yang
dapat menimbulakan kematian kurang dari
1%. Penyakit dengue terutama ditemukan di
daerah tropis dan subtropis dengan sekitar
2,5 milyar penduduk yang mempunyai resiko
untuk terjangkit penyakit ini. Diperkirakan
setiap tahun sekitar 50 juta manusia
terinfeksi virus dengue yang 500.000
diantaranya memerlukan rawat inap, dan
hampir 90% dari pasien rawat inap adalah
anak-anak. Asia Tenggara dengan jumlah
penduduk sekitar 1,3 milyar merupakan
daerah edemis, Indonesia bersama dengan
Bangladesh, India, Maladewa, Myanmar, Sri
Lanka, Thailand dan Timor Leste termasuk
kedalam katagori A (endemik tinggi). Di
negara
tersebut
penyakit
dengue
merupakan alasan utama rawat inap dan
salah satu penyebab utama kematian pada
anak (Hadinegoro, Moedjito & Chairulfatah,
2014).
METODE PENGELOLAAN PENGKAJIAN
Pengkajian atau tahap pengumpulan
data merupakan dasar manajemen asuhan
keperawatan yang kegiatannya ditujukan
untuk mengumpulkan informasi mengenai
klien. Informasi tersebut akan menunjukkan
kebutuhan dan masalah kesehatan serta
asuhan yang dibutuhkan klien terutama
dalam kasus ini adalah dalam melakukan
pengelolaan kebutuhan cairan pada pasien
DHF. Pengkajian ini diawali dengan
pengumpulan data melalui anamnesa
meliputi Nama, jenis kelamin, umur, agama,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis, pekerjaan, nama penanggu jawab,
alamat, dan hubungan dengan klien.
HASIL
Untuk mengatasi masalah tersebut
implentasi
yang
dilakukan
adalah
mengobservasi keadaan umum pasien,
membina hubungan saling percaya, mngukur
tanda-tanda vital, mmemonitor tanda-tanda
dehidrasi, mengobservasi intake dan output
cairan, menganjurkan banyak minum,
memberikan pendidikan kesehatan tentang
kebutuhan cairan pada anak yang harus
terpenuhi (1400ml/hari), dan berkolaborasi
dalam pemberian obat.
PEMBAHASAN
Menurut
Wilkhinson
(2014),
pengkajian (pengumpulan data) adalah
langkah awal dalam berfikir kritis dan
pengambilan keputusan yang menghasilkan
diagnosis
keperawatan.
Pengkajian
dilakukan pada hari Rabu tanggal 13 April
2016 di ruang Edelweiss 2C RSUD Pandan
Arang
Boyolali
dengan
metode
Allowanamnesa
dan
Autoanamnesa.
Identitas An. I yaitu usia 8 tahun, alamat
Bandung Wonosegoro Boyolali, agama Islam
dengan diagnosa medis Dengue Haemoragic
Fever (DHF). Pada riwayat penyakit, yang
perlu diketahui pertama kali adalah keluhan
utama. Keluhan utama ialah alasan utama
kenapa anak dibawa ke rumah sakit (Wong,
2009). Saat dikaji ibu pasien mengatakan
anaknya tidak mau makan dan tidak mau
minum, yang dapat mengakibatkan klien
tidak terpenuhinya cairan dan kebutuhan
nutrisi tidak terpenuhi. Menurut Potter dan
Perry (2005) cairan merupakan kebutuhan
yang wajib terpenuhi untuk tubuh manusia,
untuk keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran cairan, sedangkan nutrisi
merupakan kebutuhan esensial, walaupun
tubuh dapat bertahan tanpa makanan lebih
lama dari pada tanpa cairan. Proses
metabolik tubuh mengontrol pencernaan,
menyimpan zat makanan dan mengeluarkan
produk sampah.
Setelah dijelaskan pada pengkajian
diatas diagnosa yang dapat diambil menurut
penulis adalah kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif. Diagnosa keperawatan ialah keputusan
klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan
yang aktual dan potensial, atau proses
kehidupan (Potter dan Perry, 2010). Adapun
tujuan
dari
perumusan
diagnosa
keperawatan untuk mecapai hasil yang
maksimal.
Rencana tindakan keperawatan
dengan menetapkan intervensi keperawatan
2x24jam yang bertujuan agar kebutuhan
volume cairan terpenuhi dengan kriteria
hasil: tidak ada tanda-tanda dehidrasi, kulit
dan mukosa tidak kering. intervensinya yaitu
monitor ttv, monitor tanda-tanda dehidrasi,
observasi intake dan output cairan, anjurkan
pasien banyak minum, memberikan penkes
tentang kebutuhan cairan dan kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian
terapeutik
Implementasi dilakukan selama 2
hari yaitu mengobservasi keadaan umum
pasien, membina hubungan saling percaya,
mngukur tanda-tanda vital, mmemonitor
tanda-tanda
dehidrasi,
mengobservasi
intake dan output cairan, menganjurkan
banyak minum, memberikan pendidikan
kesehatan tentang kebutuhan cairan pada
anak yang harus terpenuhi (1400ml/hari),
dan berkolaborasi dalam pemberian obat.
KESIMPULAN
Hasil evaluasi ini didapatkan data
yaitu data subjektif keluarga pasien
mengatakan anaknya susah untuk minum,
dan data objektifnya didapatkan hasil intake
cairan 634,6 cc, output cairan 732cc, total
balance ciran yaitu -107,4cc. Hal ini
menunjukkan
bahwa
pasien
belum
mengalami perbaikan status kesehatan
karena
dari
hasil
evaluasi
diatas
menunjukkan kekurangan volume cairan
belum teratasi dan lanjutkan intervensi
monitor tanda-tanda vital, monitor tandatanda dehidrasi, lakukan penghitungan
balance cairan setiap 8 jam dan berikan
penkes tentang kebutuhan cairan pada anak.
SARAN
Pembaca
Setelah membaca karya tulis ilmiah
yang berjudul “Pengelolaan Kekurangan
cairan pada An. i dengan DHF di ruang
Edelweiss RSUD Pandan Arang Boyolali”
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menambah wawasan tentang
kejadian DHF dan penanganan DHF.
Diharapkan perawat atau tenaga
kesehatan lebih mendalami tentang kasus
kekurangan volume cairan dalam memenuhi
kebutuhan cairan.
Kasim, Fauzi. (2014). ISO Informasi
Spesialist Obat Indonesia. Jakarta:
ISFI
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian. (2011). Tumbuh
Kembang & Terapi Bermain Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Black, Hawk. (2014). Keperawatan
Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk
Hasil Yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta:
Salemba Medika
Carpenito, L. J & Moyet. (2007).
Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 10. Jakarta: EGC
Christanto. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran.
Jakarta:
Media
Acsulapius
Data Rekam Medik RSUD Pandan
Arang
Boyolali.
(2013-2015).
Penyakit DHF pada Anak.
Dinkes
Jateng
(2013).
Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2013. Semarang Dinas Kesehatan Jawa
Tengah,
http://www.dinkesjateng.go.id/profil-kesehatan.jateng2013pdf
Diakses pada hari Kamis 19 April 2016 pukul
10.30 WIB
Fida dan Maya. (2012). Pengantar
Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D. Medika
Hadinegoro, S.R, Moedjito I &
Chairulfalah A. (2014). Pedoman Diagnosis
dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada
Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia
Hidayat. A. Aziz Alimul. (2008).
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A.A Alimul & Uliyah, M.
(2014). Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Kholid, Ahmad. (2012). Promosi
Kesehatan.
Jakarta:
PT
Rajagrafindo Persada
Kusyati, E. Dkk. (2006). Keterampilan
dan Proses Laboratorium. Jakarta:
EGC
Marmi, S. ST & Raharjo. (2012).
Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Mubarak, W. I., & Chayatin, N.
(2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:
EGC
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak
Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC
Nurarif & Hardhi. (2015). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: EGC
Nursalam, Susilanungrum. R.,
Utami. S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi
Dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Potter, Patricia A & Perry, Anne
Griffin. (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A & Perry, Anne
Griffin. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik.
Volume 1. Jakarta: EGC
Pranata, E.A. (2013). Manajemen
Cairan & Elektrolit. Jogjakarta: Nuha Medika
Rampengan, T. H. (2008). Penyakit
Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC
Ridha, Nabiel H. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Anak. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar
Riyadi, S & Suharsono. (2010).
Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.
Jogjakarta: Gosyen Publishing
Wahyuningsih,
Esty.
(2009).
Pengkajian Pediatrik. Jakarta: EGC
Setiawan, Doni. Dkk. (2014).
Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang.
Jogjakarta: Nuha Medika
Wilkhinson, J.M. & Nanci, R.A.
(2014). Buku Saku Diagnosa Keperawatan
dengan Diagnosa NANDA, Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Soegijanto,
Soegeng.
(2006).
Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 1 &
2. Jakarta: EGC
Suriadi & Yuliani, Rita. (2010).
Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Jakarta: Sagung Seto
Download