ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN KEKURANGAN CAIRAN PADA An. A DENGAN DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER) DI RUANG EDELWEISS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Oleh: LAILI ULFA HIDAYATI 0131727 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 PENGELOLAAN KEKURANGAN CAIRAN PADA An. A DENGAN DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER) DI RUANG EDELWEISS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Laili Ulfa Hidayati1, Siti Haryani2, Eka Adimayanti3 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran 123 [email protected] ABSTRAK Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh karena virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan demam berdarah dengue. Kekurangan volume cairan pada anak DHF ini dapat disebabkan oleh adanya perpindahan cairan intravaskular ke ekstravaskular akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan untuk itu tujuan penulisan ini memberikan gambaran tentang Pengelolaan Kekurangan Volume Cairan pada An. I dengan Dengue Haemoragic Fever di ruang Edellweiss RSUD Pandan Arang Boyolali. Metode yang digunakan untuk memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kekurangan cairan. Pengelolaan kebutuhan cairan dilakukan selama 2 hari pada An. I dengan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara dan pemeriksaan fisik. Hasil pengelolaan didapatkan pasien mau minum sedikit-sedikit, mukosa bibir tidak kering dan pasien lebih segar dari sebelumnya, balance cairan +67,6cc. Saran bagi perawat di rumah sakit diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara maksimal, serta dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat teliti dalam tindakan khususnya pada pasien kekurangan volume cairan dengan DHF. Kata kunci Kepustakaan : Kekurangan volume cairan, Dengue Haemoragic Fever : 31 (2005-2015) LATAR BELAKANG Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit. Sehat bukanlah suatu pengetahuan ilmiah yang dapat di peroleh atau suatu benda suatu bagian tubuh, atau suatu fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, atau pernafasan. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang mendefinisikannya sesuai dengan nilai yang ada pada dirinya (Potter dan Perry, 2005). Salah satu kesehatan yang penting untuk diperhatikan adalah kesehatan pada anak yang kemungkinan besar rentan akan penyakit. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (OKD) kesehatan anak ialah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang komplet dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit (Wong, 2009). Pada anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang bertahap, menurut Suriadi dan Yuliani (2010) pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu proses yang berlangsung terusmenerus pada sebagian segi dan saling keterkaitan, dan terjadi pada individu samasa hidupnya. Pada anak usia 8 tahun dalam perkembangan psikososial anak yang dikemukakan oleh Freud dalam tahapan latent adalah kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau sebaya. Perkembangan psikososial anak yang dikemukanan Erick Erickson pada anak usia 8 tahun ialah anak-anak belajar berkompetisi dan bekerjasama dengan orang lain dan mereka juga mempelajari aturan-aturan (Ridha, 2014). Pada anak usia 8 tahun adalah usia sekolah, adapun karakteristik dari anak usia 8 tahun atau usia sekolah lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otototot halus, misalnya loncat tali, batmiton, dan pada akhir sekolah motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif dari pada anak perempuan. Pada anak usia sekolah juga mencari lingkungan yang lebih luas sehingga cenderung sering pergi dari rumah hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah juga sangat berperan dalam membentuk kepribadian anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya, sehingga peran guru sangatlah penting. Pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah ialah berat badan meningkat 2-3kg/tahun, tinggi badan meningkat 6-7cm/tahun (Ridha, 2014). Seperti yang sudah dijelaskan tentang pengertian kesehatan umum dan kesehatan anak di atas, seseorang yang sehat bisa di katakan sakit dengan sebabsebab tertentu. Sesorang bisa dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatan terganggu. Misalnya sakit demam berdarah (Dengue Haemoragic Fever/DHF). Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue Haemoragic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo Aru, dkk 2012). Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui tubuh. Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran cairan (Potter dan Perry, 2005). Jika terjadi syok maka yang dapat dilakukan adalah rehidrasi, yaitu pengembalian cairan tubuh yang telah hilang akibat syok dan renjatan. Virus dengue, merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tersebut di berbagai negara yang dapat menimbulakan kematian kurang dari 1%. Penyakit dengue terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis dengan sekitar 2,5 milyar penduduk yang mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit ini. Diperkirakan setiap tahun sekitar 50 juta manusia terinfeksi virus dengue yang 500.000 diantaranya memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari pasien rawat inap adalah anak-anak. Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 milyar merupakan daerah edemis, Indonesia bersama dengan Bangladesh, India, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste termasuk kedalam katagori A (endemik tinggi). Di negara tersebut penyakit dengue merupakan alasan utama rawat inap dan salah satu penyebab utama kematian pada anak (Hadinegoro, Moedjito & Chairulfatah, 2014). METODE PENGELOLAAN PENGKAJIAN Pengkajian atau tahap pengumpulan data merupakan dasar manajemen asuhan keperawatan yang kegiatannya ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai klien. Informasi tersebut akan menunjukkan kebutuhan dan masalah kesehatan serta asuhan yang dibutuhkan klien terutama dalam kasus ini adalah dalam melakukan pengelolaan kebutuhan cairan pada pasien DHF. Pengkajian ini diawali dengan pengumpulan data melalui anamnesa meliputi Nama, jenis kelamin, umur, agama, alamat, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, pekerjaan, nama penanggu jawab, alamat, dan hubungan dengan klien. HASIL Untuk mengatasi masalah tersebut implentasi yang dilakukan adalah mengobservasi keadaan umum pasien, membina hubungan saling percaya, mngukur tanda-tanda vital, mmemonitor tanda-tanda dehidrasi, mengobservasi intake dan output cairan, menganjurkan banyak minum, memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan cairan pada anak yang harus terpenuhi (1400ml/hari), dan berkolaborasi dalam pemberian obat. PEMBAHASAN Menurut Wilkhinson (2014), pengkajian (pengumpulan data) adalah langkah awal dalam berfikir kritis dan pengambilan keputusan yang menghasilkan diagnosis keperawatan. Pengkajian dilakukan pada hari Rabu tanggal 13 April 2016 di ruang Edelweiss 2C RSUD Pandan Arang Boyolali dengan metode Allowanamnesa dan Autoanamnesa. Identitas An. I yaitu usia 8 tahun, alamat Bandung Wonosegoro Boyolali, agama Islam dengan diagnosa medis Dengue Haemoragic Fever (DHF). Pada riwayat penyakit, yang perlu diketahui pertama kali adalah keluhan utama. Keluhan utama ialah alasan utama kenapa anak dibawa ke rumah sakit (Wong, 2009). Saat dikaji ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan dan tidak mau minum, yang dapat mengakibatkan klien tidak terpenuhinya cairan dan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Menurut Potter dan Perry (2005) cairan merupakan kebutuhan yang wajib terpenuhi untuk tubuh manusia, untuk keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran cairan, sedangkan nutrisi merupakan kebutuhan esensial, walaupun tubuh dapat bertahan tanpa makanan lebih lama dari pada tanpa cairan. Proses metabolik tubuh mengontrol pencernaan, menyimpan zat makanan dan mengeluarkan produk sampah. Setelah dijelaskan pada pengkajian diatas diagnosa yang dapat diambil menurut penulis adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Diagnosa keperawatan ialah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial, atau proses kehidupan (Potter dan Perry, 2010). Adapun tujuan dari perumusan diagnosa keperawatan untuk mecapai hasil yang maksimal. Rencana tindakan keperawatan dengan menetapkan intervensi keperawatan 2x24jam yang bertujuan agar kebutuhan volume cairan terpenuhi dengan kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda dehidrasi, kulit dan mukosa tidak kering. intervensinya yaitu monitor ttv, monitor tanda-tanda dehidrasi, observasi intake dan output cairan, anjurkan pasien banyak minum, memberikan penkes tentang kebutuhan cairan dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapeutik Implementasi dilakukan selama 2 hari yaitu mengobservasi keadaan umum pasien, membina hubungan saling percaya, mngukur tanda-tanda vital, mmemonitor tanda-tanda dehidrasi, mengobservasi intake dan output cairan, menganjurkan banyak minum, memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan cairan pada anak yang harus terpenuhi (1400ml/hari), dan berkolaborasi dalam pemberian obat. KESIMPULAN Hasil evaluasi ini didapatkan data yaitu data subjektif keluarga pasien mengatakan anaknya susah untuk minum, dan data objektifnya didapatkan hasil intake cairan 634,6 cc, output cairan 732cc, total balance ciran yaitu -107,4cc. Hal ini menunjukkan bahwa pasien belum mengalami perbaikan status kesehatan karena dari hasil evaluasi diatas menunjukkan kekurangan volume cairan belum teratasi dan lanjutkan intervensi monitor tanda-tanda vital, monitor tandatanda dehidrasi, lakukan penghitungan balance cairan setiap 8 jam dan berikan penkes tentang kebutuhan cairan pada anak. SARAN Pembaca Setelah membaca karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengelolaan Kekurangan cairan pada An. i dengan DHF di ruang Edelweiss RSUD Pandan Arang Boyolali” diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan tentang kejadian DHF dan penanganan DHF. Diharapkan perawat atau tenaga kesehatan lebih mendalami tentang kasus kekurangan volume cairan dalam memenuhi kebutuhan cairan. Kasim, Fauzi. (2014). ISO Informasi Spesialist Obat Indonesia. Jakarta: ISFI DAFTAR PUSTAKA Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Anak. Jakarta: Salemba Medika Black, Hawk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika Carpenito, L. J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC Christanto. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Acsulapius Data Rekam Medik RSUD Pandan Arang Boyolali. (2013-2015). Penyakit DHF pada Anak. Dinkes Jateng (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Semarang Dinas Kesehatan Jawa Tengah, http://www.dinkesjateng.go.id/profil-kesehatan.jateng2013pdf Diakses pada hari Kamis 19 April 2016 pukul 10.30 WIB Fida dan Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D. Medika Hadinegoro, S.R, Moedjito I & Chairulfalah A. (2014). Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Hidayat. A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A.A Alimul & Uliyah, M. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika Kholid, Ahmad. (2012). Promosi Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Kusyati, E. Dkk. (2006). Keterampilan dan Proses Laboratorium. Jakarta: EGC Marmi, S. ST & Raharjo. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC Nurarif & Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: EGC Nursalam, Susilanungrum. R., Utami. S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta: Salemba Medika Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik. Volume 1. Jakarta: EGC Pranata, E.A. (2013). Manajemen Cairan & Elektrolit. Jogjakarta: Nuha Medika Rampengan, T. H. (2008). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC Ridha, Nabiel H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Riyadi, S & Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Jogjakarta: Gosyen Publishing Wahyuningsih, Esty. (2009). Pengkajian Pediatrik. Jakarta: EGC Setiawan, Doni. Dkk. (2014). Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang. Jogjakarta: Nuha Medika Wilkhinson, J.M. & Nanci, R.A. (2014). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Diagnosa NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC Soegijanto, Soegeng. (2006). Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 1 & 2. Jakarta: EGC Suriadi & Yuliani, Rita. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto