STUDI KASUS TATALAKSANA TERAPI CAIRAN PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUANG FLAMBOYAN RST Dr. SOEDJONO MAGELANG TAHUN 2016 Sukeni1), Priyanto1), dan Umi Aniroh1) Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo 1) ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by dengue virus (Arbovirus) that enter the body through the bite of the Aedes mosquito aegypty. The prevalence cases of dengue hemorrhagic fever in Indonesia in 2014 were 71 668 patients and 641 of them died. The objective this research is to determine the fluid therapy management on pediatric patients with dengue hemorrhagic fever at flamboyan ward of RST Dr. Soedjono Magelang. The design of this research was descriptive qualitative with case study. The sample were children diagnosed with dengue fever (DHF), 3 patients were given fluid intervention by nurses. Observation and interviews were used to get the data. The results show that clinical condition of patients with dengue hemorrhagic fever experience fever, vomiting, increased body temperature, red spots, and emerging signs to shock. Nursing diagnosis is deficient fluid volume related to the failure of regulatory mechanisms. Nursing actions performed are monitoring vital signs, monitoring fluid intake and output, examination of skin turgor, wear thin clothes, give drink at 1500 ml/day and give cristaloid RL Fluid. Patients evaluation, two patients have improved condition with signs lower fever, no vomiting, improve skin turgor, improve vital sign, and one patient entered the ICU because of shock condition. Nurses should have role on nursing intervention especially treatment of patients with DHF in hospital. Keywords : Dengue fever, Fluid Management ABSTRAK Demam berdarah (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arboovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Prevalensi kasus demam berdarah di Indonesia pada tahun 2014 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tatalaksana pemberian terapi cairan pada pasien anak demam berdarah dengue di ruang Flamboyan RST Dr. Soedjono Magelang. Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan case study. Sample yang digunakan adalah anak yang terdiagnosis demam berdarah yang berjumlah 3 orang yang dilakukan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan oleh perawat. Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini kondisi klinis pasien demam berdarah mengalami demam, muntah, suhu tubuh meningkat, ptekie, dan muncul tanda syok, diagnosa keperawatan utama adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu monitor TTV, monitor intake dan output cairan, pemeriksaan turgor kulit, kompres air hangat, memakai pakaian tipis, memberikan minum ± 1500 ml /hari, dan memberikan cairan kristaloid RL. Evaluasi pasien 2 pasien membaik dengan tanda panasnya turun, tidak muntah, turgor kulit membaik, TTV normal dan 1 pasien masuk ruang ICU karena kondisi syok. Perawat hendaknya mampu berperan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya perawatan pasien demam berdarah (DHF) yang di rawat di Rumah Sakit. Kata kunci : Demam berdarah, Kebutuhan cairan PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue sampai saat ini merupakan masalah kesehatan di negara tropis termasuk di Indonesia. DBD dapat terjadi melalui infeksi primer dengue, lebih sering melalui infeksi sekunder. Peningkatan infeksi sekunder ini disebabkan adanya dependent antibody- enhancement,yaitu antibodi serotipe pertama meningkat dengan adanya infeksi serotipe kedua. Demam Berdarah Dengue dapat mengancam jiwa terutama anak-anak di bawah 16 tahun di daerah endemik dengue flavivirus (Lardo, 2013). Angka kejadian demam berdarah dengue di Indonesia pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia (Depkes, 2015). Morbiditas dan mortalitas demam berdarah dengue (DBD), yang dilaporkan beberapa Negara bervariasi. Hal ini karena beberapa faktor, seperti status umur penduduk, kepadatan vector, tingkat pengebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue, dan kondisi meterologis, sedangkan faktor lain yang ikut kemungkinan mempengaruhi pola penyakit adalah pertumbuhan populasi urban yang cepat, kepadatan yang berlebih, dan kurangnya upaya pengendalian nyamuk (Sodikin, 2012). Patogenesis utama yang menyebabkan kematian pada hampir seluruh pasien DBD adalah syok karena kebocoran plasma. Penanganan yang tepat dan sedini mungkin terhadap pasien presyok dan syok merupakan faktor penting yang menentukan hasil pengobatan. Oleh karena itu penilaian yang akurat terhadap risiko syok merupakan kunci penting menuju tatalaksana yang adekuat, mencegah syok, dan perdarahan (Raihan, 2010). Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat simtomatis. ditujukan suportif dan Penatalaksanaan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratories (Chen, 2009). Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien demam RST Dr. Soedjono Magelang berdarah yang diberikan tindakan merupakan rumah sakit Tk. II di pemberian cairan yang dilakukan Wilayah kota Magelang. Salah satu oleh perawat dengan jumlah sampel ruang yang memberikan pelayanan sebanyak 3 orang. perawatan pada anak adalah Ruang Pengumpulan data yang berasal Flamboyan. Berdasarkan data 10 dari wawancara dan observasi studi besar penyakit rawat inap di Ruang dokumentasi Flamboyan demam berdarah dengue pemenuhan kebutuhan cairan pasien menduduki posisi ke 3, sebesar 7% DHF, penyusunan rumusan masalah pada bulan Juli 2015 dan meningkat kebutuhan pada bulan Agustus 2015 sebesar pembuatan tujuan dan kriteria hasil 11%. Berdasarkan studi pendahuluan dalam pemenuhan kebutuhan cairan yang tertarik pasien DHF, penyusunan intervensi melihat bagaimana tatalaksana terapi pemenuhan kebutuhan cairan pasien cairan pada pasien anak demam DHF, berdarah dengue di ruang flamboyan pemenuhan kebutuhan cairan pasien RST Dr. Soedjono Magelang. DHF dan metode evaluasi yang METODOLOGI PENELITIAN dilakukan perawat. dilakukan peneliti Penelitian ini adalah penelitian studi kualitatif. Penelitian tentang cairan bentuk Analisa pengkajian pasien DHF, implementasi data menggunakan yang teori induksi dan reduksi data. Teori digunakan yaitu penelitian kualitatif induksi peneliti harus memfokuskan deskriptif. perhatiannya Penelitian kualitatif pada data yang deskriptif adalah berupa penelitian dilapangan sehingga segala sesuatu dengan metode atau pendekatan studi tentang teori kasus (case study) (Moleong, 2010). dengan penelitian Penelitian telah dilakukan pada penting. Reduksi tanggal 10-17 Januari 2016 di Ruang Analisis data Flamboyan Dr. Soedjono Magelang. berlangsung proses yang berhubungan menjadi data dalam tak adalah penelitian bersamaan dengan pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui reduksi Penyusunan tujuan, kriteria hasil data, penyajian data, dan verifikasi dan implementasi merujuk pada (Dharma, 2011). NIC HASIL PENELITIAN Classification dan NOC (Nursing Hasil studi kasus yang dilakukan Outcomes Classification). dalam tatalaksana pemberian cairan (Nursing 4. Implementasi pasien DBD meliputi : Bentuk 1. Pengkajian kebutuhan cairan dilakukan Tanda awal Intervention implementasi yang perawat dalam mengalami tatalaksana pemenuhan kebutuhan kekurangan cairan akibat proses cairan pada pasien DHF dalam evaporasi tindakan (hipertermi) dengan keperawatan sesuai keluhan panas, mual dan muntah, dengan SOP yang ada. Tetapi dari pada Rumah Sakit belum ada bentuk integumen turgor kulit menurun, mukosa bibir kering dan tatalaksana keluar keringat banyak, perubahan pathway) tekanan darah, peningkatan nadi, DHF. trombosit tidak normal, balance 5. Evaluasi cairan menunjukkan negatif dan Perawat pasien lemah. dengan bentuk SOAP. Dalam 2. Cara Merumuskan masalah Merumuskan masalah baku (clinical penatalaksanaan melakukan dari evaluasi evaluasi perawat menanyakan keluhan yang dirasakan, keperawatan dengan pendekatan melakukan pemeriksaan fisik dan NANDA (2015). Masalah yang monitoring TTV serta balance muncul dari ke 3 pasien yang cairan. dilakukan berhubungan pengkajian perawat adalah volume cairan dengan kegagalan oleh kekurangan perawat mekanisme dengan 3. Penyusunan intervensi analisis dengan kritis kondisi pasien dalam kebutuhan cairan berhubungan regulasi tubuh. Untuk masih dokter berkonsultasi sebagai penanggung jawab dari pasien. Menurut PEMBAHASAN Rampengan dalam Kondisi klinis pasien diawali Andriani (2014) bahwa pada DBD dengan adanya keluhan demam, yang derajat I dan II jenis cairan yang yang dirasakan rata-rata meningkat diberikan adalah kristaloid berupa setiap hari. Hal ini menujukkan RL/Asering/NaCl 0,9 % dan untuk adanya penurunan daya tahan tubuh DBD derajat III dan IV diberikan pasien. Menurut pendapat Pusparini cairan (2004) bila seseorang memunyai gelofusin/gelofundin, plasma darah daya tahan tubuh yang baik dan virus atau bila syok tetap terjadi diberikn dengue yang menyerang bukan tipe kombinasi virus yang ganas maka derajat Penggunaan penyakit tatalaksana DBD aman dan efektif. yang dideritanya tidak tinggal seperti kristaloid dan kristaloid dalam berat, namun sebaliknya apabila daya Beberapa tahan tubuhnya rendah dapat menjadi dilaporkan berat bahkan mematikan. penggunaan kristaloid adalah edema, Penatalaksaan yang dilakukan pada pasien dengan DBD pemberian berhubungan asidosis samping terkait laktat, yang dengan instabilitas hemodinamik dan hemokonsentrasi. Pada Kristaloid memiliki waktu bertahan dasarnya terapi DBD adalah bersifat yang singkat di dalam pembuluh suportif darah. dan cairan. efek kolid. simtomatis. Pemberian larutan ringer Penatalaksanaan dituujukkan untuk laktat (RL) secara bolus (20 ml/kg menggantikan BB) akibat kehilangan kebocoran cairan plasma akan menyebabkan efek dan penambahan volume vaskular hanya memberikan terapi substitusi dalam waktu yang singkat sebelum komponen darah bilamana didistribusikan ke seluruh diperlukan. Dalam pemberian terapi kompartemen interstisial dengan cairan hal terpenting yang perlu perbandingan 1 : 3, sehingga dari 20 dilakukan adalah pemantauan baik ml bolus tersebut dalam waktu satu secara klinis maupaun laoratorium jam hanya 5 ml yang tetap berada (Chen, et al, 2009). dalam ruang intravaskular dan 15 ml masuk ke dalam ruang interstisial pada diagnosa NANDA. Dalam (Chen, et al, 2009). penyusuan tujuan, kriteria hasil, Sedangkan cairan koloid mengandung zat-zat dengan berat molekul tinggi seperti protein atau polimer glukosa. Cairan koloid dan intervensi perawat merujuk pada NOC dan NIC. 3. Evaluasi dilakukan dengan metode SOAP yang terdiri dari menjaga tekanan onkotik koloid keluhan plasma dan sebagian besar tetap berdasarkan berada di intravaskular, sedangkan masalah, cairan kristaloid cepat seimbang dan lanjutan. Evaluasi yang dilakukan terdistribusi ke seluruh rongga cairan perawat hanya berifat simultan ekstraseluler. tidak setiap tindakan perawat Koloid sering didasarkan pada larutan kristaloid sehingga mengandung elektrolit, namun air dan memiliki komponen tambahan zat koloid yang tidak bebas berdifusi melintasi membran semipermeabel (Black & Hawks, 2014). KESIMPULAN 1. Hasil pengkajian kebutuhan cairan pada pasien DHF yang dilakukan oleh perawat dari ketiga pasien menunjukkan adanya tanda dan gejala seperti panas, demam, mual, muntah nadinya meningkat, tekanan darahnya turun, turgor kulit menurun, akral dingin dan mengitung balance cairan. 2. Dalam perumusan keperawatan, perawat diagnosa merujuk dari subjek, objek, dan hasil analisa perencanaan melakukan evaluasi. DAFTAR PUSTAKA Andriani, et al (2014). Kajian Penatalaksanaan Terapi Peengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Penderita Anak yang Menjalani Perawatan di RSUP Prof. DR. R. D Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi - Unsrat. Vol 3 No. 2. Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. (Edisi 8). St. Louis: Elsevier. Inc Chen, Kie et al (2009). Diagnosis danTerapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue. Medicinus. Vol 22. Chen, Pohan, and Sinto. (2009). Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue. Medicinus, Scientific Journal Of Pharmaceutical Development and Medical Application. Vol. 22, No.1, Edisi Maret - Mei 2009; P: 3-7. Christianty. (2013). Perbandingan Pulihnya Syok pada Sindrom Syok Dengue Memakai Ringer Laktat dan Natrium Laktat Hipertonik. MKB, Volume 45 No. 3, September 2013; P: 135-140. Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Republik Indonesia. DepKes, RI.,(2005). Pedoman Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Hammond SN, Balmaseda A, Pere z L, T ellez Y, Saborio SI, Mercado JC, Videa E, et al. (2005). Differences in dengue severity in infants, children, and adults in a 3 – year hospitalbased study in Nicaragua. Am. J. Trop. Med. Hyg.; 73(6): 1063 – 70. Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3). Hidayat. (2008). Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakart a: Salemba Medika. Karyanti. (2014). Demam Berdarah Dengue dalam Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius. Lardo. (2013). Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue dengan Penyulit. CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013, P: 656-660. Ngastiyah. (2012). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Nursalam. (2005). Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika. Raihan. (2012). Faktor Prognosis Terjadinya Syok pada Demam Berdarah Dengue. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010; P: 4752. Satari. (2008). Demam Berdarah, Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Puspa Swara. Setiawan, S. (2011). Analisis FaktorFaktor Resiko Terjadinya Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUP Persahabatan dan RSUD Budhi Asih. Jurnal Keperawatan Indonesia. Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soegijanto. (2012). Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga University press. Supartini. (2004). Buku Ajar :Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta EGC Tallo. (2013). Kejadian Perdarahan Masif Pada Pasien Sindrom Syok Dengue Dihubungkan Dengan Jumlah Leukosit, Trombosit, Dan Kadar Hematokrit. JIKA, Vol. I, No. 2, Juni 2013; P: 64-73. Tantracheewathorn T , T antracheewathron S (2007). Risk factors of dengue shock syndrome in children. J Med Assoc Thai; 90(2): 272 – 277. Wijaya Prasetya Ika. (2006). Syok Hipovolemik. Editor : Sudoyo Aru, dkk. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta : Nuha Medika.