Penggunaan Istilah Binatang dalam Metafora Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin Noviana Laurencia Fakultas Sastra, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstract Metaphor is a common thing we encounter in everyday language use, because the metaphor is also a way of human thinking. Humans often use animal metaphors to define the appearance, behavior, character, or morals of a person. Basically, humans have thought the same concept to judge about something. However, because of the historical background, culture, customs and different environments, the introduction of something can be different, this causes a difference in the use of metaphor. This research uses contrastive analysis to show the similarities and differences of animal metaphors usages and their cultural meanings in Indonesian and Chinese languages. Keywords: I. Indonesian, Chinese language, animal metaphors Pendahuluan Metafora bukan hanya semata-mata merupakan salah satu jenis gaya bahasa, metafora juga merupakan cara berpikir manusia. Manusia biasa berpikir dengan melihat kemiripan satu pengalaman dengan yang lain, karena ini penggunaan metafora dalam kegiatan berbahasa merupakan hal yang wajar. Dalam linguistik kognitif, metafora merupakan suatu kegiatan dimana manusia memanfaatkan pengalaman masing-masing, konsep lain atau gambar lain untuk menjelaskan sesuatu. Lakoff dan Johnson mendefinisikan metafora sebagai alat untuk memahami sesuatu (target domain) yang dirasa asing dengan menggunakan hal lain yang lebih akrab (source domain). Metafora adalah “konseptual” dimana source domain dipetakan ke target domain. Metafora yang menggunakan istilah binatang pada umumnya merupakan analogi atau perbandingan sifat-sifat binatang yang menyerupai sifat manusia. Namun, selain itu metafora ini juga memperbandingan bagian tubuh dan tingkah laku binatang dengan manusia. Manusia pada dasarnya memiliki pandangan yang sama tentang suatu objek, karena itu dalam bahasa yang berbeda pun kita bisa menemukan penggunaan metafora yang sama. Namun karena adanya latar belakang sejarah, kebudayaan, adat-istiadat dan lingkungan yang berbeda, pengenalan terhadap sesuatu bisa saja berbeda, hal ini menyebabkan perbedaan dalam penggunaan metafora. Walaupun Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin memiliki banyak persamaan dalam pemilihan kata yang digunakan sebagai metafora, namun terdapat cukup banyak perbedaan dalam kedua bahasa ini saat menggunakan istilah binatang dalam metafora. Tulisan ini akan membahas persamaan dan perbedaan penggunaan istilah binatang dalam metafora Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin. 34 Penggunaan Istilah Binatang dalam Metafora Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin (Noviana Laurencia) II. Persamaan dan Perbedaan Penggunaan Istilah Binatang dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, persamaan penggunaan istilah binatang dalam menyatakan suatu makna dalam metafora Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin sebagai berikut. Makna malas nakal bebas lambat baik di luar, licik di dalam tampangnya seram, tapi sebenarnya tidak menakutkan hubungan yang tidak cocok berubah-ubah porsi makan sedikit wanita yang galak disalahkan atas kesalahan yang tidak diperbuat pengetahuannya dangkal Tabel I Makna Sama, Objek Sama Bahasa Indonesia malas seperti babi nakal seperti monyet bebas seperti burung lambat seperti siput serigala berbulu domba Bahasa Mandarin 像猪一样懒 像猴子一样调皮 像小鸟一样自由 像蜗牛一样慢 披着羊皮的狼 anjing menyalak tidak akan menggigit seperti anjing dengan kucing berubah-ubah seperti bunglon makannya seperti kucing macan betina kambing hitam 吠犬不咬人 seperti katak di bawah tempurung 井底之蛙 如同猫狗相遇 性格多变像变色龙 猫儿食 母老虎 替罪羊 Dalam penggunaan metafora Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia, pemilihan istilah binatang dipengaruhi oleh kebudayaan setempat, karena itu terdapat beberapa perbedaan di antara kedua bahasa ini. Berikut adalah perbedaan-perbedaan yang pemilihan istilah binatang sebagai objek metafora dalam menyatakan suatu makna yang sama. Makna cerdik bodoh cepat jelek berani tenaganya besar rajin licik kerjanya berat Tabel II Makna Sama, Objek berbeda Bahasa Indonesia Bahasa Mandarin secerdik kancil 像猴子一样聪明 (cerdik seperti kera) otak udang 猪脑子 (otak babi) segesit kijang 像兔子一样快 (segesit kelinci) jelek seperti monyet 丑如癞蛤蟆 (jelek seperti kodok) berani seperti banteng 勇猛如虎 (berani seperti harimau) tenaganya seperti kuda 力大如牛 (tenaganya seperti kerbau) rajin seperti semut 像蜜蜂一样忙碌 (rajin seperti lebah) licin seperti belut 像狐狸一样狡猾 (licik seperti rubah) kerjanya seperti kuda 像老黄牛一样地工作 (kerjanya seperti kerbau) 35 Zenit Volume 1 Nomor 1 April 2012 Tabel II Makna Sama, Objek berbeda (Lanjutan) Bahasa Indonesia Bahasa Mandarin seperti cacing kepanasan 像热锅上的蚂蚁 (seperti semut dalam kuali panas) takut seperti kucing dibawakan lidi 惊弓之鸟 (seperti burung yang dikelilingi busur panah) pelit pelitnya seperti kepiting batu 铁公鸡 (ayam jantan dari besi) kehilangan pegangan seperti anak ayam kehilangan 树倒猢狲散 induknya (pohon tumbang, kera terceraiberai) dalam bahaya lepas dari mulut harimau, jatuh ke 出了狼窝,又入虎口 mulut buaya (keluar dari sarang serigala, masuk ke sarang harimau) menurut saja seperti kerbau dicocok hidung 应声虫 (seperti cacing dalam perut) wajahnya baik tapi hatinya ular berkepala dua 笑面虎 jahat (harimau tertawa) pria yang suka buaya darat 色狼 memperdaya wanita (serigala berwarna) seperti memberi bunga pada kera 对牛弹琴 melakukan sesuatu untuk (memainkan seruling untuk seseorang yang tidak tahu kerbau) menghargai pemberian orang lain Makna tidak tenang menertawakan orang lain padahal diri sendiri lebih buruk berpura-pura sedih udang hendak mengatai ikan air mata buaya 乌鸦笑猪黑 (burung gagak menertawakan babi) 猫哭耗子 (kucing menangisi tikus) III. Pemilihan Istilah Binatang dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin Berikut ini merupakan beberapa jenis binatang yang sering digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan sifat manusia, serta makna yang dimiliki. 1. Anjing: dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Mandarin, “anjing” memiliki makna konotasi yang kurang baik, orang-orang sering menghubungkan “anjing” dengan sesuatu yang menjijikan atau orang jahat. Dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Mandarin, “anjing” sering digunakan untuk memaki orang lain. 2. Babi: Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin menggunakan “babi” untuk melambangkan malas, rakus, kotor. Dalam Bahasa Mandarin, “babi” juga identik dengan bodoh. Sementara itu, dalam Bahasa Indonesia tidak bermakna demikian. 3. Monyet: pintar, cerdik, tidak bisa diam, nakal, dan iseng merupakan sifat dasar yang dimiliki “monyet”. Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin sama-sama menggunakan binatang ini untuk menggambarkan seseorang yang nakal, tidak bisa diam, iseng, dan cerdik. Dalam Bahasa Indonesia, ada istilah “cinta monyet”, karena dalam benak orang Indonesia, “monyet” identik dengan anak kecil yang lucu. Tapi dalam Bahasa Indonesia, “monyet” juga identik dengan jelek/ buruk rupa, sedangkan dalam Bahasa Mandarin “monyet” identik dengan lucu dan menawan. 4. Kambing: identik dengan lemah, penurut. Dalam Bahasa Indonesia ada istilah “kambing hitam”, dalam Bahasa Mandarin juga ditemukan istilah yang mirip, yaitu “替罪羊” atau “kambing penanggung dosa”. Dalam Bahasa Indonesia masih ada istilah seperti “kelas kambing”, “kambing congek”, dsb. 36 Penggunaan Istilah Binatang dalam Metafora Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin (Noviana Laurencia) 5. Kerbau: identik dengan bodoh, misalnya dalam Bahasa Indonesia ada istilah “seperti kerbau dicucuk hidung” untuk melambangkan seseorang yang bodoh dan mengikut orang lain saja. Sedangkan dalam Bahasa Mandarin ada istilah “蠢笨如牛” atau “dungu seperti kerbau”. 6. Banteng: identik dengan kuat. Di dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah “tenaganya seperti banteng”. Bahasa Mandarin memiliki istilah “强壮如牛” atau “kuat seperti banteng”, “banteng” dalam Bahasa Mandarin juga berarti hebat, misalnya “这个人很牛” atau “orang ini sangat banteng”, artinya adalah orang ini sangat hebat. 7. Macan: melambangan keberanian, kuat, disegani, dan sebaginya. Dalam Kebudayaan Bangsa Indonesia dan China, “macan” merupakan raja dari seluruh binatang. Oleh karena ini perumpamaan yang menggunakan binatang ini sangat banyak, dan terdapat kemiripan dalam kedua bahasa ini. Misalnya saja “母老虎” atau “macan betina” untuk menggambarkan wanita yang galak. Untuk melambangkan seseorang yang tampak luar terlihat galak dan menyeramkan tapi sebenarnya tidak bisa apa-apa, Bahasa Indonesia memakai istilah “macan ompong”, sedangkan Bahasa Mandarin memakai istilah “纸老虎” atau “macan kertas”. 8. Kuda: dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin, “kuda” identik dengan rajin, kuat, tahan banting. Misalnya dalam Bahasa Indonesia ada istilah “kuda hitam”, “tenaga kuda”. Sedangkan dalam Bahasa Mandarin ada istilah “老马识途” atau “kuda tua kenal jalan”, “龙马精神” atau “semangat naga dan kuda”. 9. Buaya: identik dengan galak, merupakan binatang yang tidak memiliki air mata. Dalam Bahasa Indonesia ada istilah “air mata buaya” untuk menggambarkan seseorang yang berpura-pura menangis untuk mencari simpati orang lain. Selain itu masih ada istilah “buaya darat” untuk menggambarkan pria yang suka memperdaya wanita. Dalam Bahasa Mandarin tidak ditemukan metafora yang menggunakan “buaya”. 10. Naga: sebagai simbol dari masyarakat China yang menganggap bahwa mereka adalah keturunan naga, “naga” identik dengan dewa dan kekuatan, sedangkan dalam Bahasa Indonesia, “naga” berkonotasi kurang baik, misalnya “mulutnya bau naga”. IV. Simpulan Saat kita mempelajari bahasa lain khususnya bahasa asing, maka kita juga harus mempelajari kebudayaan bangsa tersebut. Memahami dan menguasai fenomena suatu bahasa dari perspektif budaya akan membantu kita untuk berkomunikasi lintas budaya, yang merupakan tujuan dari pembelajaran bahasa asing. Dari perbandingan di atas, kita bisa melihat walaupun terdapat banyak persamaan dan kemiripan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin saat menggunakan peristilahan binatang dalam metafora, namun terdapat juga perbedaan yang tidak sedikit. Jika kita tidak hati-hati dalam menggunakan metafora dalam berkomunikasi lintas budaya, bukan tidak mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman. Daftar Pustaka Borong, Huang. 2006. Xiandai Hanyu. Beijing: Penerbit Gaodeng Jiaoyu. Jiong, Chen. 2001. Zhongguo Wenhua Xiucixue. Nanjing: Penerbit Jiangsu Guji. Lakoff, G. and Johnson, M. 1980. Metaphors We Live. By. Chicago: University of Chicago Press. Ruiming, Wu. 2001. Yindunixiya Yuyan Wenhua Yanjiu. Beijing: Penerbit Junshi Yiwen. 37