Edisi-4-2013-Selingan-Maryata-TANDA SALIB2: Gambar G:-0

advertisement
Penemuan Tanda Salib di Lingkungan Yahudi dan Yunani
Tanda Salib….untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan
Yahudi suatu kebodohan” (1Kor 1:23f), namun tanda itu ditemukan dalam dua lingkungan itu.
Bagaimana memahami hal ini? Mari ikuti penjelasan Josef kardinal Ratzinger. (penerj.)
Pada tahun 1873, di Gunung Olif, ditemukan pahatan tanda salib pada makam Yunani dan
Yahudi yang diperkirakan dari era Yesus. Tak dapat dielakkan bahwa tanda itu berhubungan dengan
orang-orang kristen paling awal. Sekitar tahun 1945, penemuan dari abad I M makin meningkat.
Penemuan-penemuan itu menegaskan pandangan bahwa mereka itu jemaat kristen dari abad I.
Sebaliknya, hal ini harus diakui bahwa tanda-tanda salib muncul dari lingkungan Yahudi. Bagaimana kita
mencerna hal itu secara logis? Kuncinya ditemukan dalam penglihatan nabi Yehezkiel, Tuhan berkata
kepada utusanNya yang berjubah linen, yang membawa batu bertulis … "Berjalanlah dari tengahtengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena
segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana."(9:df).
Dalam malapetaka mengerikan yang segera datang, mereka yang tidak berkomplot dengan
dunia dosa, toh, menderita karena dosa demi namaTuhan, dimeteraikan dengan huruf akhir abjad
Ibrani, Taw, yang dituliskan dalam bentuk salib (T atau + atau X). Tanda Taw, yang senyata memiliki
bentuk salib, memeteraikan kepemilikan TUHAN. Sesuai dengan kerinduan manusia yang menderita
demi TUHAN dan menempatkannya di bawah perlindungan khusus dari Allah. E. Dinkler menunjukkan
bahwa tanda kultis- di tangan maupun di dahi- dipraktekkan dalam PL dan juga dikenal baik pada masa
PB. Wahyu 7:1-8 yang mengangkat ide dasar dari penglihatan Yehezkiel. Penemuan di makam dalam
kaitan dengan teks-teks itu, membuktikan bahwa dalam kurun waktu tertentu, dalam Yudaisme tanda
Taw merupakan tanda suci yang telah tersebar - tanda pengakuan iman pada Allah Israel dan sekaligus
tanda pengharapan dalam perlindungannya. Dinkler meringkas penemuannya: bahwa pada Taw yang
berbentuk salib, “sebuah pengakuan iman secara menyeluruh diringkas dalam satu tanda; pada banyak
kenyataannya mereka yakin dalam tanda itu dan berharap atasnya”, lanjutnya, “dibaca pada gambar
yang kelihatan, tetapi gambar itu lebih daripada sekedar refleksi, senyatanya tanda ini memiliki
kekuatan yang menyelamatkan bagi orang yang berharap padanya” (hal. 24). Sejauh kami mengerti,
orang kristen tidak pertama-tama mengambil simbol orang Yahudi soal salib, tetapi mereka
menemukan tanda Salib dari dalam iman mereka dan memahami di dalamnya suatu rangkuman dari
seluruh imannya. Namun, penglihatan Yehezkiel tentang keselamatan Taw, dengan seluruh tradisinya,
tidak berkaitan dengan orang kristiani yang kemudian, atas Pribadi yang akan datang. Apakah arti tanda
misteri ini “tidak berselubungkan” sekarang? (bdk. 2 Kor. 3:18). Bukankah sekarang menjadi jelas bagi
mereka yang ditandai dan sumber kekuatannya? Mampukah mereka mengerti bahwa di dalam
semuanya ini ada nubuat dari salib Jesus Kristus, yang telah mengubah Taw ke dalam kekuatan yang
menebus?
Para Bapa Gereja yang hidup dalam budaya Yunani terpengaruh langsung oleh penemuan lain.
Dalam tulisan Plato, mereka menemukan ide yang lebih hebat tentang tanda salib yang termaktub pada
kosmos. (bdk. Timaeus 34ab dan 36bc). Plato mengambil bentuk tradisi Phytagoras, yang memiliki
hubungan dengan tradisi Timur Kuno. Pertama, ada pernyataan astronomis tentang dua gerakan besar
dari bintang-bintang yang sangat diakrabi dalam astronomi kuno: ecliptic dan garis orbit bumi.
Keduanya berpotongan dan membentuk huruf Chi, abjad Yunani yang dituliskan dalam bentuk salib
(seperti X). Tanda salib ini dipahatkan diatas seluruh kosmos. Kemudian Plato mengikuti tradisi yang
lebih kuno, berkaitan dengan tanda Tuhan; Demiurge (dewa pesolek) yang merentangkan jiwa dunia ke
seluruh alam semesta. St. Yustinus Martir (165), filsuf pertama kelahiran Palestina, satu di antara para
Bapa Gereja yang secara tak sengaja bertemu dengan teks Platonis ini, tanpa ragu menghubungkannya
dengan doktrin Trinitaris dan tindakannya dalam sejarah penebusan dalam pribadi Yesus Kristus. Ia
memahami gagasan Demiurge dan roh dunia sebagai pertanda dari misteri Allah dan Bapa - tanda yang
diperlukan untuk membenarkan pengertian Plato akan roh jiwa dunia, yang baginya merujuk pada
kedatangan Logos, Anak Allah. Lalu dia dapat mengatakan bahwa bentuk dari salib merupakan tanda
teragung bagi keallahan Logos; tanpa tanda ini tak ada ciptaan (bdk. I Apol. 55). Salib dari Golgota
merupakan antisipasi susunan jagad raya sendiri. Piranti penyiksaan - tempat Tuhan wafat- ditorehkan
ke dalam susunan semesta. Kosmos bicara kepada kita dari salib, dan salib memberikan jawaban pada
kita tentang teka-teki kosmos. Inilah kunci sesungguhnya untuk membaca realitas. Sejarah dan Kosmos
milik bersama-sama. Ketika kita membuka mata, kita dapat membaca pesan Kristus dalam bahasa
semesta, dan sebaliknya. Tuhan menjamin kita akan mengerti pesan penciptaan.
Lebih lanjut Yustinus menyatakan, “nubuat salib” ini dalam Plato, yang menampakkan hubungan
antara kosmos dan sejarah, merupakan salah satu ide paling dasar dari Teologi Patristika (Bapa Gereja).
Harusnya hal ini telah menjadi satu penemuan besar para bapa guna mendapati bahwa para filsuf, yang
merangkum dan menafsirkan tradisi paling kuno, telah bicara dari salib sebagai segel yang tercetak
dalam semesta. St. Ireneus dari Lyons (200), pendiri sejati teologi sistematis dalam corak yang paling
katolik, dalam Demonstration of the Apostolic Preaching, mengatakan bahwa yang disalibkan adalah
benar-benar Sabda Tuhan Yang Mahakuasa, yang masuk dalam semesta dengan kehadiran yang tak
kelihatan. Karenanya, Dia merengkuh seluruh dunia, mencakup keluasan dan panjangnya, ketinggian
dan kedalaman, karena lewat Sabda dari Allah segalanya dibimbing dalam keselarasan. Dan Anak Allah
disalibkan di dalam mereka, karena dalam bentuk salib, dia distempelkan di atas segalanya (I,3). Teks
dari Bapa Gereja mengandung kutipan biblis yang sangat penting bagi teologi biblis dari salib. Surat
Paulus pada jemaat Efesus mendesak kita untuk didasarkan pada kasih, sehingga bersama-sama dengan
para santo-santa, kita “semoga memiliki kekuatan untuk mengerti bersama seluruh para kudus,
memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya dan mengetahui cinta Kristus
yang melampaui segala pengetahuan”(Ef 3:I8f). Santo Agustinus memiliki tafsiran yang mengagumkan
atas paragraf penting Paulus ini. Agustinus memahaminya sebagai kehadiran dimensi-dimensi
kehidupan manusia dan mengacu pada bentuk Kristus yang disalibkan, yang lengan-Nya memeluk dunia,
dan yang jalan-Nya mencapai ke dalam jurang bawah tanah dan naik ke tempat tertinggi tempat Tuhan
berada (bdk. De doctrina christiana 2,42,62; Corpus Christianorum 32, 75f). Hugo Rahner menggabungkan
teks-teks para Bapa yang paling bagus berkaitan pada misteri kosmis Salib. Ada dua teks lagi; Lactantius
(d.c.325) menulis: “Dalam kisah sengsara-Nya, Tuhan merentangkan kedua tangannya dan memeluk
bola dunia sebagai suatu tanda bahwa masa depan semua bangsa, dari terbitnya matahari hingga
terbenamnya, akan dikumpulkan di bawah sayap-Nya” (81). Seorang penulis Yunani abad IV,
mempertentangkan antara Salib dengan penyembahan pada matahari. Menurutnya: Matahari telah
ditaklukkan oleh Salib. “Lihatlah, manusia, yang menciptakan matahari dalam surga dapat memberikan
perintah, sekarang disoroti dengan terang sinar dari Salib dan dalam baptisan dinyalakan.” Kemudian
penulis itu mengutip kata-kata St. Ignatius dari Antiokhia (d.c.110) yang melukiskan Salib sebagai jalan
menuju surga. Dan, lanjutnya, “O sungguh agung kebijaksanaan ini! O salib, Engkaulah jalan ke surga!
Salib yang telah ditancapkan ke bumi- dan Lihatlah, berhala dikalahkan. Tuhan menggunakan kayu untuk
mencapai kemenangan.” (87f) .
Dalam wacana eskatologisnya, Yesus menyatakan bahwa pada akhir zaman “tanda Anak
Manusia” akan nampak dalam surga (Mat. 24:30). Mata iman sekarang dimampukan untuk mengenali
tanda yang telah dipahatkan di kosmos dan iman akan Sang Penebus yang tersalib telah ditegaskan
oleh Kosmos sejak permulaan. Pada waktu yang sama, orang-orang Kristen menyadari bahwa jejak-jejak
sejarah keagamaan dipertemukan dalam Kristus, yang pengharapannya diungkapkan dalam berbagai
gambar yang berbeda tapi tertuju padanya.
(Diterjemahkan oleh P. Maryata dari The Spirit of The Liturgy, hal 178-183)
Download