Perang Salib, Sejarah Kelam Kekristenan Tentara Salib Perang Salib, satu di antara dua hal yang paling sering dipakai untuk menyerang Gereja Katolik. Satu hal yang lain ada Inkuisisi. Sering penyerang mengutip fakta sejarah separuh-separuh, sedang mereka yang diserang tidak tahu fakta sejarah sama sekali. Mari kita kali ini melihat masalah Perang Salib secara umum. Sebenarnya Perang Salib itu apa? Perang Salib sering digambarkan sebagai usaha orang Kristen Eropa untuk menduduki tanah Islam, yaitu Timur Tengah. Orang Islam sendiri digambarkan sebagai pihak yang cinta damai. Ini adalah gambaran yang salah. Secara historis, sebagian daerah Timur Tengah adalah tanah Kristen. Meski propaganda Islam mengatakan bahwa agama Islam adalah agama damai, kenyataannya tidak demikian. Islam berkembang melalui peperangan. Pada saat kelahiran Islam pada abad ketujuh, Muhammad memimpin perang di Jazirah Arab. Pasukan Arab Islam menghadapi dua kerajaan besar dunia waktu itu yang saling berperang, Byzantium dan Persia. Byzantium didominasi oleh Kristen sedang Persia oleh Zoroaster. Kerajaan Persia berhasil ditaklukkan dan terserap ke dominasi Islam. Zoroaster sekarang tinggal dijalankan oleh sejumlah kecil keluarga. Sekarang tujuan invasi Islam tinggal satu yaitu Byzantium. Seluruh tentara Byzantium di Timur Tengah dikalahkan oleh tentara Arab Islam pada 636 dan Yerusalem jatuh pada tahun 638. Invasi Islam Pada abad kedelapan, bangsa Arab, sambil membawa Islam, telah menaklukkan seluruh Afrika Utara, yang sebelumnya didiami orang Kristen. Penduduk Afrika Utara, bangsa Berber, yang sebelumnya Kristen sekarang menjadi Islam. Bahkan tentara Berber Islam pada tahun 711 telah mendarat di daratan Spanyol atas nama Kekhalifahan Umayyad (Arab) dan menghancurkan pasukan Kristen Visigoth. Pada tahun 712 mereka telah mencapai jantung Semenanjung Iberia. Pada tahun 730, tentara Berber Islam (ditambah tentara Arab Islam yang datang belakangan) ini telah memasuki jantung Perancis. Mereka akhirnya dapat ditahan oleh Charles Martel di Pertempuran Tours (Poitiers) pada tahun 732. Bataille de Poitires, oleh Charles de Steuben Perhatikan Salib tegak berdiri Kisah penaklukan dunia oleh bangsa Islam tidak berhenti di sana. Pada abad kedelapan, bangsa Islam telah menguasai Sisilia (bagian Italia sekarang) dan beberapa pulau Mediterania. Pada abad kesebelas, dunia Islam dipimpin oleh bangsa Turki (Kekhalifahan Ottoman), yang telah menaklukkan Asia Kecil (Republik Turki sekarang), yang juga merupakan daerah Kristen. Semua daerah Kristen ini (kecuali Spanyol dan Perancis) adalah wilayah Byzantium dulunya. Kerajaan Byzantium yang dulunya luas sekarang hanya tersisa sedikit. Bahkan Kerajaan Byzantium sekarang menghadapi masalah besar yaitu tentara Islam yang berkemah di luar ibukota Constantinople. Penguasa Constantinople meminta bantuan kepada kerajaan Eropa lainnya. Paus Urban II menjawab pada Konsili Clermont 1095 dengan meminta para ksatria Eropa untuk membantu Byzantium. Inilah yang menjadi Perang Salib. Perang salib bukanlah usaha Paus yang gila kuasa untuk menyerang kaum lemah lembut cinta damai. Perang Salib adalah usaha bangsa Kristen Eropa untuk bertahan dari gempuran Islam, yang dalam 400 tahun telah berhasil menguasai 2/3 tanah Kristen dan mengeringkan 3/5 Patriarchate (Alexandria, Antiokhia, Yerusalem). Wilayah Kekhalifahan Ottoman, pada saat kejayaannya Tentara Salib sendiri sering digambarkan sebagai tentara yang haus kekayaan, ketenaran dan popularitas. Para pemimpin Tentara Salib katanya adalah anak bangsawan kedua atau ketiga, yang tidak memiliki tanah dan kuasa karena mereka bukan ahli waris. Tujuan mereka bergabung dengan Tentara Salib adalah demi mendapatkan gelar, kuasa, kekayaan dan tanah. Kenyataannya berbeda jauh. Pemimpin Tentara Salib adalah para raja suatu kerajaan atau putra mahkota. Tujuan mereka bersifat spiritual. Mereka bergabung dengan Tentara Salib sebagai tanda penitensi dan peziarahan. Gereja Katolik sendiri memberikan para Tentara Salib indulgensi peziarah. Banyak di antara mereka rela menggadaikan tanah milik mereka demi membiayai pengadaan pasukan dan artileri yang tidak sedikit. Banyak di antara mereka akhirnya pulang dalam keadaan miskin. Tujuan Perang Salib ada dua. Pertama membantu Gereja Timur menangkal serangan Islam, sebagaimana yang mereka minta. Kedua, menguasai Yerusalem lagi yang telah ditaklukkan oleh Islam sehingga orang Kristen dapat berziarah dengan aman. Ketika berada di bawah kekuasaan tentara Arab Islam, bangsa Kristen tetap diberi kebebasan menjalankan ziarah ke Yerusalem (kecuali saat kekuasaan Kalifah Hakim si Gila, yang menghancurkan gereja dan menganiaya orang Yahudi dan Kristen). Hal ini berbeda saat dunia Islam dipimpin oleh bangsa Turki (Kekhalifahan Ottoman). Mereka menutup kota Yerusalem. Orang Kristen dilarang berziarah. Tentara Salib tidak pernah berniat menduduki Jazirah Arab, rumah kelahiran Islam. Ini menandakan bahwa Perang Salib murni bersifat bertahan. St. Bernard de Clairvaux, Preaching for Crusade, pelukis tidak diketahui Perang Salib adalah perang. Ini berarti pasti ada pembunuhan dan aneka tindakan brutal lainnya. Meski bukan tujuan utama, Tentara Salib tidak menolak jarahan tetapi penjarahan adalah suatu tindakan lazim dalam perang meski sampai kini. Perang Salib juga tidak ditujukan untuk menyerang kaum Yahudi meski pada kenyataannya beberapa daerah Yahudi diserang. Atas kejadian, ini Paus, para uskup dan pengkhotbah (mis. St. Bernard) jelas-jelas mengutuknya. Korban di pihak Yahudi dapat dianggap sebagai “collateral damage” yang pasti terjadi di setiap perang