Document

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PT. PPA Consultants adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang layanan
jasa konsultansi yang banyak menangani proyek-proyek pemerintah di sektor pertanian,
kehutanan, irigasi dan sumberdaya air, pengembangan wilayah, pendidikan, kesehatan,
dan teknik sipil. Adapun ruang lingkup layanan jasa konsultansi yang diberikan
diantaranya pengembangan dan penguatan kelembagaan, pelatihan, pengembangan
sumberdaya manusia, capacity building, monitoring dan evaluasi, manajemen dan
formulasi proyek, studi, survey, detail design, serta appraisal/assessment.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1978 di Jakarta dan sejak tahun 1990
teregistrasi di Asia Development Bank (ADB), The World Bank (WB), dan beberapa
lembaga keuangan (funding agency) luar negeri lainnya sebagai perusahaan jasa
konsultansi internasional. Dengan demikian, PPA Consultants dapat mengikuti
pelelangan proyek-proyek internasional sebagai lead firm. Sampai dengan saat ini sudah
26 proyek yang dimenangkan dalam lelang proyek internasional di mana PPA
Consultants sebagai lead firm. Secara keseluruhan jumlah proyek yang telah dikerjakan
sampai dengan Mei 2010 ada 403 buah.
Proyek-proyek yang dikerjakan PPA Consultants pada umumnya proyek-proyek
pemerintah Indonesia yang didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), pinjaman luar negeri (loan) dari berbagai lembaga keuangan seperti Asian
Development Bank (ADB), The World Bank (WB), Japan Bank for International
Cooperation (JBIC), United States Agency for International Development (USAID), The
International Fund for Agricultural Development (IFAD), dan lembaga keuangan luar
negeri lainnya.
Pada saat ini PPA Consultants mempekerjakan 72 orang staf dan karyawan serta
memiliki jaringan kerjasama yang luas dengan para tenaga ahli multi disiplin, nasional
maupun internasional. Dalam kesehariannya, perusahaan ini dipimpin oleh seorang
Direktur Utama dibantu oleh Direktur Pertanian dan Pengembangan Sosial, Direktur
Teknik dan Industri, serta Direktur Keuangan dan Administrasi. Masing-masing direktur
membawahi 3-5 orang manajer.
Pada mulanya, perusahaan ini bernama PT. Pusat Pengembangan Agribisnis dengan
fokus pekerjaan layanan jasa konsultansi di sektor pertanian, seperti tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, irigasi dan sumberdaya air,
serta pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan petani. Dalam perkembangannya,
bidang yang ditangani merambah ke sektor non-pertanian. Oleh karena itu, pada tahun
2008 namanya diubah menjadi PT. PPA Consultants untuk mempermudah di dalam
mengikuti pelelangan proyek-proyek non-pertanian.
Melebarnya bidang layanan dari pertanian ke non pertanian lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu menurunnya jumlah proyek di Kementerian
Pertanian dan berkurangnya peluang untuk mendapatkannya karena persaingan dengan
perusahaan jasa konsultansi lokal maupun asing semakin ketat. Hal inilah yang
mendorong untuk memperluas bidang layanan jasa konsultansi. Berhubung perluasan
bidang layanan jasa konsultansi tersebut hanya berdasar peluang yang ada tanpa
membekali diri terlebih dahulu dengan kompetensi yang dibutuhkan, maka dalam
mengikuti pelelangan pekerjaan sering menemui kesulitan.
Sebagai contoh, sepanjang tahun 2008 dan 2009 PPA Consultants telah
mamasukkan 127 buah Expression Of Intents (dokumen prakualifikasi) untuk mengikuti
pelelangan berbagai macam pekerjaan, yang ter-shortlist (lulus prakualifikasi) sebanyak
47,2%. Artinya, PPA Consultants mendapat kesempatan mengikuti proses pelelangan
tahap berikutnya dengan menyampaikan proposal untuk 60 buah pekerjaan yang
ditawarkan pengguna jasa. Dari 60 buah proposal yang disampaikan, yang menang di
dalam proses pelelangan sebesar 43,3% atau 26 buah proyek.
Penanganan bidang layanan yang terlalu beragam tanpa mempersiapkan
kompetensi yang dibutuhkan juga dapat menimbulkan biaya tinggi karena pada proyekproyek yang bukan kompetensinya akan timbul inefisiensi dalam mendapatkan maupun
pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, sepanjang tahun 2008 dan 2009 PPA Consultants
memperoleh pendapatan proyek (omset) sebesar Rp 110,5 miliar lebih, sedangkan beban
proyeknya mencapai 82% sehingga diperoleh laba kotor 18%. Sementara itu beban usaha
(pemasaran, beban umum dan administrasi) yang harus dikeluarkan mencapai 10% dari
omset, sehingga laba usaha yang diperoleh relatif kecil, yaitu sekitar 8%.
Kesulitan dalam memenangkan pelelangan pekerjaan di bidang yang baru
dimasuki, antara lain disebabkan oleh tidak adanya perencanaan strategik yang memadai.
Menurut David (2003), ada beberapa alasan perusahaan tidak membuat perencanaan
strategik, yaitu: (i) lemah dengan sistem reward, ketika perusahaan mendapatkan
keberhasilan lupa memberikan insentif yang memadai kepada karyawan; (ii) waste of
time, beberapa perusahaan memandang bahwa membuat perencanaan adalah membuangbuang waktu percuma karena hasilnya tidak dapat dijual; (iii) adanya kepentingan
pribadi, adanya perencanaan strategik justru dianggap ancaman karena tidak dapat
berbuat bebas untuk kepentingan pribadi; (iv) terlalu mahal, beberapa perusahaan
memandang bahwa penyusunan perencanaan strategik terlalu mahal; (v) terlalu percaya
diri, karena banyak mengalami keberhasilan maka menjadi terlalu percaya diri dan tidak
membutuhkan perencanaan strategik.
Sementara itu, Wheelen & Hunger (2006) berpendapat bahwa dengan adanya
perencanaan strategik akan membawa manfaat bagi perusahaan berupa visi dan misi
menjadi lebih jelas, sasaran yang hendak dicapai menjadi lebih fokus, dan adanya
peningkatan kesadaran bahwa perubahan lingkungan di luar perusahaan berlangsung
dengan cepat sehingga dapat diantisipasi lebih awal.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam menjalankan bisnis layanan jasa konsultansi, ruang lingkup yang ditawarkan
PPA Consultants mengalami dinamika. Antara tahun 1978 – 1989 banyak bergerak di
bidang pertanian, transmigrasi, kehutanan, pembangunan perdesaan, dan pemberdayaan
masyarakat. Kemudian pada era 1990 – 1999 mulai merambah ke bidang pendidikan dan
antara tahun 2000 – 2010 memperluas cakupan ke bidang perindustrian dan enjiniring
khususnya teknik sipil.
Apabila dicermati, ruang lingkup layanan jasa konsultansi yang ditawarkan oleh
PPA Consultants tergantung kepada adanya peluang proyek yang ditawarkan pemerintah.
Untuk mendapatkan peluang proyek-proyek non pertanian, PPA Consultants lebih
mengandalkan tenaga ahli outsourcing dan berasosiasi dengan perusahaan yang dinilai
kompeten. Kondisi semacam ini tentu tidak menjamin berlangsungnya usaha yang
berkelanjutan karena perusahaan tidak memiliki kompetensi yang dapat diandalkan di
dalam suatu persaingan usaha.
Di era globalisasi, masuknya perusahaan jasa konsultansi asing ke dalam negeri
tidak dapat dihindarkan. Di dalam Keppres No. 80 tahun 2003 Pasal 42 disebutkan bahwa
perusahaan asing dapat mengikuti lelang proyek pengadaan jasa konsultansi di Indonesia
yang nilainya di atas Rp 5 miliar. Dengan demikian, untuk mendapatkan proyek jasa
konsultansi dari Pemerintah Indonesia yang nilainya di atas Rp 5 miliar, perusahaan jasa
konsultansi dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan jasa konsultansi luar
negeri. Pada pertengahan tahun 2007, Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia pada
saat itu, menegaskan bahwa sesuai peraturan yang ada konsultan asing tidak dapat
dilarang masuk ke Indonesia jika memang qualified. Untuk itu, disarankan agar para
konsultan Indonesia meningkatkan kapasitasnya sehingga mampu bersaing dengan
konsultan asing.
Dengan demikian semakin jelas bahwa untuk menghadapi persaingan layanan jasa
konsultansi tidak bisa hanya mengandalkan peluang dan insting bisnis semata, akan tetapi
harus diprediksi seperti apa bisnis layanan jasa konsultansi di masa yang akan datang
kemudian mempersiapkan diri mulai sekarang agar dapat disongsong dengan baik.
Penelitian tentang arsitektur strategik ini dapat memberikan solusi kepada PPA
Consultants atas permasalahan yang sedang dihadapi. Agar didapatkan hasil yang
optimal, langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi bidang-bidang layanan
jasa konsultansi yang dinilai strategis, baik yang sudah dikerjakan maupun yang belum,
kemudian menetapkan dua alternatif industri masa depan. Selanjutnya, untuk masingmasing industri masa depan tersebut dirancang dua alternatif arsitektur strategik dan
pihak manajemen diminta memilih salah satu yang dinilai paling memberikan manfaat
yang dapat dijadikan sebagai core business.
Dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, rumusan permasalahan di dalam
penelitian ini adalah:
a.
Kelompok bidang layanan jasa konsultansi apa saja yang dinilai strategis dan
kelompok bidang strategis mana yang akan ditetapkan sebagai dua alternatif industri
masa depan?
b.
Bagaimana industry foresight dan prakiraan konvergensi industri untuk setiap
alternatif industri masa depan tersebut?
c.
Bagaimana perancangan dua alternatif arsitektur strategik untuk setiap industri masa
depan tersebut dan bagaimana memilihnya salah satu untuk core business PPA
Consultants?
d.
Bagaimana gap kompetensi antara yang dimiliki PPA Consultants pada saat ini
dengan yang dibutuhkan pada perancangan arsitektur strategik terpilih dan
bagaimana penjabarannya ke dalam rencana tindakan?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi kelompok bidang layanan jasa konsultansi yang dinilai strategis
dan menetapkan dua alternatif industri masa depan.
b.
Menganalisis industry foresight dan prakiraan konvergensi industri untuk setiap
alternatif industri masa depan yang telah ditetapkan.
c.
Merancang dua alternatif arsitektur strategik untuk setiap alternatif industri masa
depan dan memilihnya salah satu untuk dijadikan core business PPA Consultants.
d.
Menganalisis gap kompetensi antara yang dimiliki PPA Consultants saat ini dengan
yang dibutuhkan pada perancangan arsitektur strategik terpilih dan menjabarkannya
ke dalam rencana tindakan.
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB
Download