Paper Title (use style: paper title)

advertisement
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009
STRATEGI SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN KECINTAAN KESENIAN
REOG PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 PONOROGO
Wahyu Eka Nurdiansyah
11040254031 (PPKn, FISH, UNESA) [email protected]
Listyaningsih
0020027505 (PPKn, FISH, UNESA) [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dan kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam proses
menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kesenian reog. Penelitian ini, dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ponorogo
dengan subjek penelitian adalah guru sebanyak lima orang dan siswa sebanyak 50 orang dari SMA Negeri 1
Ponorogo. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket dan wawancara. Berdasarkan
tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui strategi sekolah dan kendala yang dihadapi berikut hasil yang didapat.
Strategi yang dilaksanakan sekolah yaitu: (1) melalui strategi muatan lokal, siswa menjadi antusias terhadap
kesenian reog sehingga memiliki kepedulian, rasa bangga terhadap kesenian reog. (2) melalui ekstrakurikuler
reog, para pembimbing juga telah melaksanakan kegiatan dengan baik, para guru memberikan praktek reog
dengan baik, memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa memiki kesadaran untuk melestarikan reog.
Serta di temukan beberapa kendala dalam proses menumbuhkan kecintaan reog yaitu kurangnya kelengkapan
peralatan, kurangnya pendanaan.
Kata kunci : strategi sekolah, kesenian reog.
Abstract
This study aims to determine strategies and constraints faced by the school in the process fosters a love of the
arts students reog. This study, conducted at SMAN 1 Ponorogo the study sample was a teacher as much as five
people and as many as 50 students of SMAN 1 Ponorogo. The data collection techniques is by using
questionnaires and interviews. Based on the research objectives, namely, to determine strategies and obstacles
for the school follows the results obtained. For the results of the strategy being pursued schools namely: (1)
through local content strategy, students become enthusiastic about art reog so with compassion, a sense of pride
to the art of reog. (2) through extracurricular reog, tutors have also been conducting well, teachers provide reog
good practice, providing motivation to students so that students have an awareness to preserve reog. As well as
find some obstacles in the process of growing love reog ie lack of complete equipment, a lack of funding.
Keywords: school strategies, art of reog
berbagai penjuru arah. Karena globalisasi menyajikan
kemudahan di segala bidang. Seperti di bidang
komunikasi, Kemajuan globalisasi dipercepat dengan
adanya internet yang dapat mempermudah komunikasi
antar manusia yang terhalang jarak dan waktu yang jauh.
Demikianpula yang terjadi dengan perkembangan
kebudayaan yang mengalami perubahan karena dampak
globalisasi.
Salah satu kebudayaan seni di Jawa Timur yang
terkena dampak adanya globalisasi adalah Reog
Ponorogo. Reog Ponorogo yang merupakan salah satu
karya seni pertunjukan tradisional telah menjadi pusat
perhatian masyarakat, baik lokal, nasional maupun
internasional dan merupakan salah satu karya seni budaya
yang memiliki kekuatan menjadi identitas budaya
nasional. Seni pertunjukan ini merupakan teater rakyat
yang biasa dipentaskan dalam acara-acara prosesi di
tempat atau arena terbuka. Seni pertunjukan ini sangat
terkenal di daerah Ponorogo dan memiliki pengaruh yang
kuat bahkan sampai ke luar daerah Jawa Timur. Oleh
karena itu, Reog Ponorogo yang memiliki nilai-nilai
kultural yang khas dan telah diwariskan secara turun
temurun perlu dipelihara dan dilestarikan agar dapat tetap
memiliki eksistensi sebagai identitas budaya lokal
maupun nasional.
PENDAHULUAN
Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat
bernilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu
daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu
bangsa atau daerah. Kebudayaan yang ada akan
memperkokoh kehidupan bernegara yang membuat
semakin solid suatu negara. Kebudayaan merupakan
warisan leluhur yang memiliki keunikan serta tidak sama
di setiap tempat di Indonesia. Indonesia yang begitu luas
membuat kebudayaan yang ada begitu beragam dari
Sabang sampai dengan Merauke.
Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang
memiliki kebudayaan yang unik dan beragam. Salah satu
kebudayaan di bidang kesenian yaitu Reog yang berasal
dari Ponorogo. Reog merupakan kesenian yang unik dan
merupakan ciri khas dari Ponorogo. Reog menjadi
kesenian ciri khas dari Ponorogo karena selain berasal
dari Ponorogo juga menjadi simbol dari masyarakat
Ponorogo. Reog menjadi simbol masyarakat Ponorogo
karena merupakan hasil dari cipta rasa dan karya para
pendahulu leluhur masyarakat Ponorogo.
Adanya globalisasi seperti sekarang ini, membawa
banyak dampak atau pengaruh terhadap kebudayaan.
Globalisasi menyebabkan dengan mudahnya kebudayaan
asing masuk ke Indonesia melalui berbagai cara serta
`
Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo
Kesenian Reog ditempatkan menjadi bagian tak
terpisahkan
dalam
sistem
religi
masyarakat
pendukungnya. Mengikuti pendapat Geertz (1963:73),
yang mengelompokkan masyarakat ke dalam tiga
golongan besar berdasarkan varian budayanya yaitu
abangan, santri, dan priyayi, maka dapat dikatakan bahwa
pendukung Reog adalah golongan abangan. Secara
kultural, kelompok ini masih mempertahankan unsurunsur budaya pra-Islam, animisme, dinamisme, dan
dicampur dengan unsur-unsur kebudayaan Hindu /
Budha. Masyarakat tetap ingin mempertahankan kesenian
itu seperti yang diajarkan dan diwariskan oleh para
pendahulunya.
Reog Ponorogo merupakan seni pertunjukan
tradisional yang unik, pada reog terdapat salah satu
bagian pementasan yang menampilkan Dhadhak Merak,
dimana pemain atau senimannya harus mampu
memanggul Barongan yang sangat berat dengan
menggigit Barongan atau kepala Singa. Hal tersebut
merupakan sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh
setiap orang dan oleh karena itu memerlukan pemikiran
tersendiri untuk melakukan regenerasi seniman/pemain
Reog secara keseluruhan. Tahun 2007 di bulan
Nopember, Pemerintah Malaysia mengklaim kesenian
Reog berasal dari negara mereka. Hal itu diumumkan
melalui situs web resminya (Soemarto, 2014:23). Hal
tersebut dapat terjadi karena semakin sedikitnya minat
warga masyarakat untuk melestarikan Reog. Seperti
halnya jenis kesenian tradisional lainnya yang tersebar di
wilayah Indonesia yang semakin ditinggalkan generasi
muda, pada saat ini sebagian besar seniman yang
mementaskan kesenian Reog adalah generasi tua. Dengan
demikian regenerasi dan peremajaan (rejuvenasi)
seniman Reog menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan oleh berbagai pihak demi menjaga
keberlangsungan seni pertunjukan tradisional tersebut.
Seni pertunjukan tradisional tidak sekedar diciptakan
dan dinikmati saja melainkan perlu dilindungi dan
dilestarikan. Perlindungan atas seni pertunjukan
tradisional adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
menjaga keberlangsungann seni tersebut agar tidak
mengalami kemandegan dan kepunahan. Seni
pertunjukan tradisional merupakan salah bentuk cara
komunikasi yang penting dan berfungsi sebagai jembatan
dialog antara hamba dan Sang Pencipta, antara
masyarakat dan pemuka adat, dan antara sesama manusia.
Reog, misalnya, adalah salah satu kesenian tradisi yang
sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu
kebatinan yang kuat, serta di dalamnya mengandung
ajaran moral dan sekaligus kritik terhadap kekuasaan
yang korup.
Pengembangan seni pertunjukan tradisional Reog
Ponorogo sebagai aset budaya nasional belum dilakukan
secara maksimal. Hal itu terjadi karena masih ada
beberapa hambatan yang harus diselesaikan oleh
pemegang kekuasaaan atau pemerintah. Selain itu juga
adanya perbedaan disetiap daerah menyangkut
banyaknya kisah asal-usul dan bentuk pertunjukan Reog.
Di samping persoalan tersebut, juga terdapat
kecenderungan menurunnya minat dan motivasi generasi
muda untuk menjaga kelestarian reog.
Selanjutnya, ada sebuah kontroversi terjadi pada
Tahun 2007 di bulan November. Kesenian reog Ponorogo
digemparkan dengan adanya pernyataan dari pemerintah
Malaysia. Melalui website Pemerintah Malaysia
mengklaim kesenian reog Ponorogo adalah kesenian
yang berasal dari Malaysia. Malaysia menggunakan nama
kesenian tersebut dengan istilah “Barong Malaysia”. Hal
ini sangat mungkin terjadi karena para imigran asal
Indonesia (Ponorogo) mengembangkan kesenian reog
Ponorogo di daerah baru bagi mereka yaitu Malaysia.
Imigran itu ingin melestarikan kesenian yang benar-benar
adi luhung yang dimilikinya dari bumi Ponorogo
(Soemarto, 2014:23).
Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan
penyelesaian masalah yang tepat agar tidak terulang lagi.
Berbagai cara dilakukan agar kelestarian Reog tetap
terjaga. Seperti yang dilakukan di rumah maupun di
sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat atau
media yang baik dalam menerapkan strategi-strategi
untuk menumbuhkan kecintaan kesenian Reog itu.
Melalui pendidikan di sekolah membantu menumbuhkan,
mendewasakan dan mengembangkan berbagai macam
potensi yang dalam diri manusia seperti kemampuan
akademis, talenta kemampuan fisik, relasional, atau daya
seni.
Salah satu sekolah di Ponorogo yang memiliki rasa
tanggung jawab untuk melestarikan kesenian Reog
adalah SMA Negeri 1 Ponorogo. Karena sekolah tersebut
memiliki kesungguhan dalam melestarikan kesenian
Reog. Kesungguhan sekolah dalam menumbuhkan
kecintaan terhadap kesenian reog ditunjukkan dari
lengkapnya sarana prasarana sekolah yang memadai, juga
didukung oleh staf yang berkompeten di bidangnya
khususnya di bidang kesenian Reog. Siswa di SMA
Negeri 1 Ponorogo juga memiliki semangat yang cukup
tinggi dalam hal melestarikan kebudayaan.
Selain itu sekolah ini memiliki ektrakurikuler Reog
sebagai
sarana
dalam
mengembangkan Reog.
Ektrakurikuler tersebut terbentuk karena adanya
keinginan sekolah untuk menumbuhkan kecintaan
terhadap Reog kepada siswa. Ekstrakurikuler merupakan
pendidikan yang dilakukan diluar jam pelajaran, yang
bertujuan membentuk potensi, bakat, dan minat siswa.
Sekolah selain mengadakan ekstrakurikuler juga
menerapkan muatan lokal Reog yang diajarkan kepada
siswa. Mulok Reog merupakan pelajaran yang menitik
beratkan agar siswa memahami tentang kesenian reog itu
sendiri. Sehingga menjadikan sekolah ini menarik untuk
diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut yang
mendasari keinginan peneliti untuk meneliti strategi
sekolah dalam menumbuhkan kecintaan kesenian reog
pada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo dapat dirumuskan
2 permasalahan yaitu bagaimana strategi sekolah dalam
menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian reog dan apa
saja kendala yang dihadapi sekolah dalam menumbuhkan
995
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009
kecintaan kesenian reog terhadap siswa di SMA Negeri 1
Ponorogo.
Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini akan
dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh
beberapa peneliti diantaranya : Pada penelitian pertama
“Strategi Warok Ponorogo di Era Global“ memfokuskan
Strategi yang dilakukan oleh salah satu pemeran warok
dalam menjaga eksistensi warok di era globalisasi.
Strategi yang dilakukan dalam hal ekonomi, sosial, dan
budaya. Segala upaya dilakukan oleh warok agar tetap
ada di lingkungan masyarakat, karena semakin besarnya
pengaruh globalisasi sehingga mengancam keberadaan
warok. Pada penelitian kedua, “Strategi Meningkatkan
Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus
Globalisasi” memfokuskan tentang Strategi yang
digunakan budaya lokal untuk bertahan menghadapi arus
globalisasi. Sehingga dibutuhkan strategi yang tepat agar
budaya lokal tidak semakin tergerus oleh budaya asing
dan secara perlahan berpotensi melenyapkan. Strategi
yang bisa dijalankan adalah pembangunan jati diri bangsa
untuk memperkokoh identitas kebangsaan, pemahaman
falsafah budaya kepada seluruh kalangan masyarakat,
penerbitan peraturan daerah yang melindungi budaya
lokal, dan memanfaatkan teknologi informasi untuk
mengenalkan budaya lokal ke masyarakat.
Strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa
Yunani, strategos. Adapun strategos dapat diterjemahkan
sebagai ‘ komandan militer’ pada zaman demokrasi
Athena. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk
kepentinganmiliter saja tetapi kemudian berkembang ke
berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olah
raga (misalnya sepak bola dan tenis), catur ekonomi,
pemasaran, perdagangan, manajemen strategi dan lainlain. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di
dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang
sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksaan gagasan secara
rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik
untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan
dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih
sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada
umumnya orang sering kali mencampur adukan ke dua
kata tersebut.
Selanjutnya, pemerintah menjadikan pembangunan
karakter sebagai salah satu program prioritas
pembangunan
yang
tertuang
dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun
2005-2025. Dalam upaya pembentukan karakter sesuai
dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya
dilakukan di lingkungan rumah, melainkan juga di
sekolah. Kemudian, hal tersebut dijabarkan pada Panduan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2010). Pada panduan
itu tercantum panduan pendidikan 18 karakter kepada
siswa yang dilakukan di sekolah. Salah satu dari 18
karakter tersebut adalah karakter cinta tanah air. Bentuk
karakter cinta tanah air di SMA Negeri 1 Ponorogo
adalah melalui kesenian reog. Berdasarkan Panduan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2010). Proses
menumbuhkan kecintaan terhadap reog dilakukan
melalui: (1) integrasi melalui muatan lokal, merupakan
kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Panduan Pelaksaaan Pendidikan Karakter (2010). Di
SMA Negeri 1 Ponorogo integrasi muatan lokal
dilakukan melalui pelajaran muatan lokal reog. Dalam
pembelajaran muatan lokal reog ini terdapat beberapa
tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan ini guru membuat
rancangan dalam pembelajaran muatan lokal reog. Pada
tahap ini berisi tentang tujuan serta indikator-indikator
dalam melaksanakan proses pembelajran. Kemudian
tahap pelaksanaan, pada tahap ini guru melaksanakan
pengajaran sesuai dengan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah disusun terlebih dahulu. Selanjutnya dalam
pembelajaran muatan lokal reog dilaksanakan progam
evaluasi hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan
oleh siswa. (2) melalui pengembangan diri merupakan
kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran. Salah satu
kegiatan pengembangan diri adalah melalui kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler pada siswa
merupakan kegiatan pendidikan di luar pelajaran untuk
membantu pengembangan siswa sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara khusus di selenggarakan oleh
pendidik yang memiliki kemampuan dan kewenangan di
sekolah (Kemendikbud, 2010). Di SMA Negeri 1
Ponorogo salah satu kegiatan ekstrakurikuler untuk
menumbuhkan
kecintaan
reog
adalah
dengan
ekstrakurikuler reog. Ekstrakurikuler ini berguna sebagai
sarana mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
perkembangan siswa. Ekstrakurikuler reog ini
menekankan kepada kemampuan gerak siswa dalam
menari serta penghayatan terhadap reog.
Reog Ponorogo adalah salah satu wujud kesenian
yang muncul dari hasil budaya, yang tumbuh dan
berkembang di Ponorogo. Sebuah tontonan yang
berbentuk drama tari dan diiringi bunyi musik
tradisional/daerah setempat yang disebut gamelan. Tokoh
utamanya adalah raja Kelono Sewandono dengan
patihnya yang bernama Bujang Ganong. Dua tokoh inilah
Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo
yang menjadi sumber ceritera kesenian reog Ponorogo.
Kesenian ini sangat akrab dan membudaya bagi warga
Ponorogo dimanapun mereka berada walau mereka
sampai diluar negeri (Soemarto, 2014:25).
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di
masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok, namun
salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita
tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi
kerajaan pada masa Bhre Kerthabumi, Raja Majapahit
terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu
murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit
yang berasal dari Tiongkok selain itu juga murka kepada
rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat
bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.
Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan
perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada
anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu
kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda
ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan
Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil
untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki
Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog,
yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kerthabumi dan
kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng
Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal
menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng
berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singo
Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk
Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak
hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan
pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari
atas segala gerak-geriknya.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah
cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri
Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan
ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan
Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan
dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya
Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian
hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki
ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan
tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan
Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya,
para penari dalam keadaan "kerasukan" saat
mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti
apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai
warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya
Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang
terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara
turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun
menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang
awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan
yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental
dan hukum adat yang masih berlaku.
Tokoh-tokoh pada reog terdiri dari, jathil adalah
prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam
seni
Reog.
Jathilan merupakan
tarian
yang
menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang
sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh
penari di mana antara penari yang satu dengan yang
lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian
dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan
ekspresi atau greget sang penari. Jathilan ini pada
mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas
ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak
tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980an penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan
alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan
pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada
halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis
gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu)
dan irama ngracik (Soemarto, 2014:45).
Warok yang berasal dari kata wewarah adalah orang
yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan
perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang
sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah).
Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu
memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain
tentang hidup yang baik. Warok iku wong kang wus
purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa
(Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku
hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin). Warok
merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat
Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang
diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus.
Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog
yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam
unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang
yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
Barongan (Dadak Merak) merupakan peralatan tari
yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo.
Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau
(caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan
ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak,
kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat
menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak
sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian
manik - manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru
warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris
dan tempat menuliskan identitas group reog.
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang
raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan
berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai
Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang
997
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009
tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka
tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi
dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak
tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah
Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian
indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan
Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan
mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang
menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga
Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak
sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri
sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu tunggu oleh penonton khususnya anak-anak. Bujang
Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang
cekatan, berkesadaran keras, cerdik, jenaka dan sakti.
Kecintaan Kesenian Reog Pengertian Kecintaan
terhadap Kesenian reog “Kecintaan Kesenian reog adalah
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap kesenian reog.
Kecintaan terhadap kesenian reog yaitu mengenal dan
mencintai terhadap kesenian reog sehingga selalu
berusaha untuk melestarikan daripada kelangsungan reog
itu sendiri. Sehingga diharapkan setiap warga di
Ponorogo khusunya untuk memelihara, melestarikan,
mencintai dan senantiasa menjaga keberlangsungan
kesenian reog ini.
Perilaku sikap cinta terhadap kesenian reog yaitu
dengan turut peduli terhadap kesenian reog, merasa
bangga dengan kesenian reog, serta ikut untu
melestarikan kesenian reog di tengah semakin banyaknya
kesenian yang masuk dari luar. Indikator dari cinta
terhadap reog adalah dengan berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kecintaan, kepedulian, dan
penghargaan terhadap kesenian reog Ponorogo.
Teori Belajar Sosial Observasional Bandura Menurut
Bandura dalam (Nursalim, 2007:58) tingkah laku
manusia lebih banyak dipelajari melalui modelling atau
imitasi dari pada melalui pengajaran langsung. Peniruan
dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap
perilaku model (orang yang ditiru), hal ini disebut
“observational learning” atau pembelajaran melalui
pengamatan. Bandura dalam (Nursalim, 2007:57)
menyebutkan empat proses yang mempengaruhi belajar
obsevasional, yaitu proses attensional, proses retensional,
proses pembentukan perilaku, dan proses motivasional.
Selanjutnya tentang pengertian dari ke empat proses
dalam mempengaruhi belajar observasional, yaitu:
Proses Attensional, sebelum sesuatu dapat dipelajari
dari model, model itu harus diamati terlebih dahulu.
Bandura menganggap belajar adalah proses yang terus
berlangsung, tetapi dia menunjukkan bahwa hanya yang
diamati sajalah yang dapat dipelajari. Menurut Bandura,
orang akan lebih memilih model yang lebih mampu
dalam meraih hasil yang bagus dari pada model yang
sering gagal. Sehingga, dalam proses atensional,
karakteristik model juga akan mempengaruhi sejauh
mana mereka akan diperhatikan.
Proses retensional, agar informasi yang sudah
diperoleh dari observasi bisa berguna, informasi itu harus
diingat atau disimpan. Informasi disimpan secara
simbolis melalui dua cara, secara imajinal (imajinatif)
dan secara verbal. Menurut Bandura, simbol-simbol yang
disimpan secara imajinatif adalah gambaran tentang halhal yang dialami model, yang dapat diambil dan
dilaksanakan lama sesudah belajar observasional terjadi.
Jenis simbiolisasi yang kedua adalah verbal. Sebagian
proses kognitif mengatur perilaku terutama adalah
konseptual dari pada imajinal. Setelah informasi
disimpan secar kognitif, ia dapat diambil kembali,
diulangi dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar
observasional terjadi.
Proses pembentukan perilaku, proses produksi
menentukan sejauh mana hal-hal yang telah dipelajari
akan diterjemahkan ke dalam tindakan atau performa.
Seseorang mungkin mempelajari sesuatu secara kognitif
namun dia tak mampu menerjemahkan informasi itu ke
dalam perilaku karena ada keterbatas. Misalnya,
perangkat gerak otot yang dibutuhkan untuk respon
tertentu tidak tersedia atau karena orang belum dewasa,
cedera, atau sakit parah.
Proses motivasional dalam teori Bandura yaitu,
penguatan memiliki dua fungsi utama. Pertama, Bandura
menciptakan ekspektasi dalam diri bahwa jika mereka
bertindak seperti model yang dilihatnya diperkuat untuk
altivitas tertentu, maka mereka akan diperkuat juga.
Kedua, Bandura bertindak sebagai insentif untuk
menerjemahkan belajar ke kinerja. Apa yang dipelajari
melalui observasi akan tetap tersimpan sampai pengamat
itu punya alasan untuk menggunakan informasi itu.
Skema Berpikir penelitian ini adalah saat ini Reog
Ponorogo yang asli dari Ponorogo mulai luntur oleh
adanya globalisasi. Globalisasi yang saat ini terjadi
membawa pengaruh yang cukup besar terhadap remaja di
Indonesia. Siswa lebih memilih kebudayaan baru karena
menurut mereka lebih bagus dan lebih menarik. Oleh
karena adanya peristiwa tersebut, perlu adanya suatu
usaha untuk mengembalikan lagi kelestarian dari seni
yang ada. Upaya dalam menumbuhkan kecintaan Reog
dilakukan dengan strategi atau cara yang digunakan
dalam mencapai tujuan agar kelestarian kesenian reog
dapat terjaga. Penerapan strategi tersebut dapat dilakukan
diberbagai tempat seperti di rumah, sekolah, maupun di
lingkungan masyarakat. Namun pada penelitian ini
menggunakan sekolah sebagai sarana atau tempat untuk
mengamati. Strategi sekolah yang digunakan dalam
Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo
menumbuhkan kecintaan Reog tersebut. Sekolah dipilih
karena sekolah memiliki struktur organisasi yang jelas,
dimana terdapat Kepala Sekolah, Wakasek kesiswaan
serta guru pembimbing Reog yang saling bersinergi.
Berdasarkan teori belajar sosial observasional dari
Bandura yaitu proses attensional, siswa dituntut untuk
menyukai kegiatan sekolah yang berhubungan dengan
Kesenian Reog, sehingga siswa akan lebih mudah dalam
menerima pelajaran maupun ekstrakurikuler Reog. Proses
retensional, pada proses ini siswa diharapkan selalu ikut
dan sungguh-sungguh dalam pelajaran muatan lokal
Reog dan rutin datang dalam kegiatan ekstrakurikuler
reog. Proses pembentukan perilaku, pada proses ini siswa
diharapkan mampu melakukan praktek atau tidakan dari
apa saja yang telah dipelajari dari muatan lokal maupun
ekstrakurikuler reog. Siswa yang mengikuti kegiatan
yang dilakukan oleh sekolah yang berhubungan dengan
kesenian reog pasti akan dengan mudah melakukannya.
Terakhir adalah proses motivasional, pada proses ini
siswa yang mampu melaksanakan praktek dengan baik
pasti akan mendapat penilaian yang baik dari guru
pembimbing. Dengan adanya motivasi tersebut maka
para siswa akan lebih rajin dan bersemangat dalam
melakukan kegiatan kesenian Reog.
peneliti kemudian ditarik suatu kesimpulan. Adapun
variabel dalam penelitian ini adalah strategi sekolah
dalam menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kesenian
reog. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan variabel
pada penelitian ini yaitu strategi sekolah dalam
menumbuhkan kecintaan reog kepada siswa di SMA
Negeri 1 Ponorogo. Strategi yang dilakukan sekolah
adalah melalui pembelajaran muatan lokal reog, kegiatan
ekstrakurikuler reog, serta budaya sekolah dengan
pembiasaan-pembiasaan
yang
sering
dilakukan.
Pembelajaran muatan lokal reog merupakan kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.
Selanjutnya, kegiatan ekstrakurikuler reog merupakan
kegiatan diluar jam belajar sekolah sebagai upaya sekolah
untuk lebih memaksimalkan potensi siswa. Adapun juga
budaya sekolah merupakan hal-hal pembiasaan yang
dilakukan oleh seluruh warga sekolah yang dilakukan
secara terus menerus.
Dalam penelitian ini, instrumen penelitiannya adalah
angket, wawancara. Lembar angket, data angket
digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomer satu
yaitu Bagaimana strategi yang dilakukan sekolah dalam
menumbuhkan kecintaan kesenian Reog pada siswa di
SMA Negeri 1 Ponorogo.
Pedoman Wawancara digunakan untuk memberikan
penjelasan yang lebih detail bagian-bagian dari angket.
Data dari wawancara digunakan untuk manjawab
rumusan masalah yang telah dibuat. Untuk menjawab
rumusan masalah nomer dua yaitu kendala apa saja yang
dihadapi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan
kesenian Reog pada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
wawancara yang diberikan kepada narasumber.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mengetahui strategi sekolah dalam menumbuhkan
kecintaan siswa terhadap reog di SMA Negeri 1
Ponorogo, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo.
Penelitian ini menggunakan teknik untuk mendapatkan
data yang relevan dan valid yaitu sebagai berikut : (1)
angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada
responden mengenai hal-hal yang ingin diketahui
peneliti, Arikunto (2006:164). Pada penelitian ini
menggunakan angket terbuka, dimana didalam angket
tersebut sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih. Angket ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana strategi sekolah dalam
menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian reog kepada
siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo, Kecamatan Jenangan,
Kabupaten Ponorogo. (2) Wawancara adalah dialog yang
dilakukan pewawancara utnuk memperoleh informasi
dari terwawancara, Arikunto (2006:104). Pada penelitian
ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan suatu metode penelitian
yang menggambarkan atau melukiskan suatu keadaan
tertentu secara terperinci dan dianalisis secara statistik
(Arikunto, 2006:279). Metode yang digunakan deskriptif
kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari jawaban
responden terhadap angket yang diberikan. Kemudian
data tersebut dikuantitatifkan atau diangkakan. Setelah
diperoleh angka kemudian dibandingkan dengan jumlah
yang diharapkan, sehingga dapat dipresentasekan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi
sekolah dalam menumbuhkan kecintaan Reog kepada
siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo.
Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 1
Ponorogo yang beralamat di Jalan Budi Utomo Nomer 1
Jenangan, Ponorogo, Jawa Timur. Waktu penelitian yang
dilaksanakan selama pengajuan judul pada Oktober 2014
akhir sampai selesai penyusunan skripsi ini. Subjek
Penelitian yang menjadi subjek penelitian adalah guru
serta siswa dari SMA Negeri 1 Ponorogo. Guru yang
menjadi subjek penelitian adalah guru mulok dan guru
pembimbing ekstrakurikuler reog yang berjumlah lima
orang. Adapun siswa yang menjadi subjek adalah siswa
SMA Negeri 1 Ponorogo yang mengikuti ekstrakurikuler
reog di sekolah.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
999
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009
terbuka, dimana para subyeknya mengetahui sedang
diwawancarai dan mengetahui maksud dari wawancara
tersebut. Teknik ini digunakan untuk melengkapi data
yang dihasilkan dari angket. Wawancara ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana strategi sekolah dalam
menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian Reog kepada
siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo. (3) dalam penelitian
ini,
dokumentasi
yang
digunakan
merupakan
dokumentasi yang berasal dari SMA Negeri 1 Ponorogo,
Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo tentang
ektrakurikuler reog maupun mulok reog. Dokumentasi
berupa foto kegiatan, maupun file-file lain yang
berhubungan dengan kegiatan sekolah khususnya yang
berhubungan dengan reog. Data ini digunakan untuk
mendukung dalam menjawab rumusan masalah.
Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif dalam bentuk prosentase.
Kemudian, hasil prosentase akan dinarasikan atau
dideskriptifkan melalui kualitatif. Teknik analisis
deskriptif
kualitatif
merupakan
sebuah
teknik
pengelolaan data, dimana jawaban yang diperoleh dari
angket pada tiap-tiap responden akan diberi nilai,
Cresswel (2009: 178). Hasil angket dari masing-masing
responden akan diprosentasekan. Rumus prosentasi yaitu
sebagai berikut :
Keterangan :
P = Hasil akhir dalam persentase
= Jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket
= Jumlah seluruh nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Strategi
yang
dilakukan
Sekolah
dalam
Menumbuhkan Kecintaan Kesenian Reog pada Siswa
di SMA Negeri 1 Ponorogo
Strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan kesenian
reog pada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo,
dilaksanakan melalui beberapa strategi yaitu, (1) melalui
mata pelajaran yang dimasukkan dalam muatan lokal
reog. (2) melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan reog
pada siswa dilaksanakan melalui pembelajaran muatan
lokal reog yang diberikan guru kepada siswa di kelas.
Penelitian yang telah dilakukan mendapatkan hasil
tentang startegi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan
reog terhadap siswa dalam proses pembelajaran muatan
lokal reog di kelas, yang dilaksnakan oleh guru muatan
local reog. Penelitian yang sudah dilaksanakan
menunjukkan hasil yang dijelaskan dalam tabel seperti
berikut :
Tabel 1 Materi Pembelajaran Muatan Lokal Reog
Jawaban
No
Pernyataan
Ya
Tidak
%
%
Guru menjelaskan tentang
sejarah reog, pemain dalam 100%
1
0
kesenian reog kepada siswa
2
3
4
5
Guru menyampaikan materi
kesenian reog sesuai dengan
buku materi
Guru menggunakan media
pembelajaran
untuk
menyampaikan materi reog
kepada siswa
Guru mengalami kesulitan
dalam menyampaikan media
pembelajaran
dalam
menerangakan materi kepada
siswa
Guru menggunakan media
gambar untuk menjelaskan
reog sebagai upaya menarik
minat siswa terhadap reog
100%
0
100%
0
0
100%
100%
0
Sumber: Data Primer
Tabel di atas menjelaskan tentang materi
pembelajaran mulok di kelas. Item nomer satu guru
menjelaskan tentang sejarah reog, pemain dalam kesenian
reog kepada siswa. Pada pelaksananaanya semua guru
melaksanakan item tersebut. Item nomer dua, guru
menyampaikan materi kesenian reog sesuai dengan buku
materi, guru menggunakan media pembelajaran untuk
menyampaikan materi reog kepada siswa. Materi yang
disampaikan kepada siswa seperti pembahasan sejarah
reog, pemain dalam reog, alat-alat musik yang
digunakan, serta nilai-nilai yang terkandung dalam
kesenian reog. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
yang diungkapkan oleh bapak Gatot :
“Materi yang disampaikan saat pembelajaran yaa
tidak jauh-jauh dari reog mas, Kan ini muatan
lokal reog, jadi materi yang disampaikan kepada
murid yaa seperti sejarah reog, siapa saja pemain
reog, alat musik apa saja yang digunakan, terus
reog itu mengajarkan nilai-nilai apa saja”.(14
Mei 2016).
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Hariadi yang
menuturkan apa saja materi yang diajarkan kepada siswa:
“Kalau ngomongin materi yang diajarkan,
pastinya yaa tentang reog. Mulok ini diajarkan
kan karena pentingnya kesenian daerah kita toh
mas. Kalau saya mengajar yang saya ajarkan apa
itu yang namanya reog, bagaiman asal mula
Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo
terbentuknya, gimana perkembangan reog
sekarang, dan juga alat-alat apa saja yang
digunakan untuk bermain reog”. (14 Mei 2016).
Dalam proses pembelajaran diperlukan metode yang
dapat membuat siswa lebih cepat dalam memahami
materi yang diajarkan. Proses tersebut seperti dengan
mengguakan media-media yang dapat memacu kreatifitas
dan yang menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian
reog. Seperti menggunakan media gambar, menggunakan
replika perlengkapan reog, atau menggunkan video
pementasan reog. Hal tersebut bertujuan untuk membuat
siswa tertarik dan dapat menumbuhkan rasa cinta
terhadap kesenian reog. Pemilihan media belajar tersebut
yang memudahkan siswa agar mudah menyerap materi
ajar. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Gatot seperti
di bawah ini :
“Memilih media pembelajaran yang akan
digunakan itu kadang bikin ribet mas, kan apa
yang dibutuhkan belum tentu ada. Seperti
menggunakan gambar, kalau gambar sich mudah
tinggal cari di internet. Kalau mau seperti patung
yang agak sulit, kan harus beli dulu. Jadi kalau
saya mengajar ke siswa, kadang saya
menggunakan media yang mudah-mudah saja,
seperti kadang memakai gambar, kadang
memakai video”.(14 Mei 2016).
Hal yang hampir sama juga diutarakan oleh
Bapak Hariadi :
“Kalau saya menggunakan media pembelajaran
yang ada saja mas, yaaa pakai gambar kalau ada.
Saya jarang memakai media pembelajaran, saya
lebih sering menyruh mereka menyaksikan atau
mencari sendiri di luar sana. Kan kalau seperti
itu mereka akan merasa bagaimana asyiknya,
jadi mereka akan tetap ingat denga reog syukursyukur mau melestarikan kesenian reog”.(14 Mei
2016).
Proses pembelajaran mulok yang dilaksanakan oleh
guru mulok, mereka menggunakan media pembelajaran
untuk mempermudah proses pengajaran kepada siswa.
Media pembelajaran yang digunakan mudah untuk
didapatkan, hal itu dimaksudkan agar siswa dapat juga
untuk memiliki media yang digunakan oleh guru. Dalam
proses pembelajaran menggunakan media juga tidak
didapat kesulitan dalam mengajar. Hal tersebut membuat
para siswa lebih tertarik dalam kesenian reog.
Strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan reog
pada siswa dilaksanakan melalui pelaksaan pembelajaran
muatan lokal reog yang diberikan guru kepada siswa di
kelas. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada
guru tentang startegi dalam menumbuhkan kecintaan
reog terhadap siswa dalam proses pelaksaan
pembelajaran muatan lokal reog di kelas, menunjukkan
hasil yang dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 2 Pelaksanaan Pembelajaran Mulok Reog terhadap
siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo
Jawaban
No
Pernyataan
Ya
Tidak
%
%
Guru menyampaikan materi
reog secara terperinci dan jelas
1
100%
0
agar siswa lebih mudah dalam
memahami kesenian reog
Siswa
antusias
setelah
2
bapak/ibu
menggunakan 100%
0
media pembelajaran tersebut
Guru memberikan kuis kepada
siswa sebagai evaluasi agar
3
100%
0
siswa lebih memahami materi
reog
Guru lebih senang mengajar
4
dengan metode ceramah untuk 100%
0
menyampaikan materi reog
Guru menghimbau siswa
5
untuk
menyaksikan 100%
0
pementasan reog yang ada
Guru
memberi
motivasi
kepada
siswa
agar
6
100%
0
menumbuhkan rasa kecintaan
terhadap kesenian reog
Guru menjelaskan tentang
7
pentingnya untuk melestarikan 100%
0
kesenian reog kepada siswa
Guru menyampaikan materi
dengan sabar dan sungguh8
100%
0
sungguh sebagai perwujudan
nilai-nilai reog
Guru menemukan kesulitan
dalam
menyampaikan
9
0
100%
pentingnya kesenian reog
kepada siswa
Sumber: Data Primer
Tabel menunjukkan tentang pelaksanaan mulok di
kelas, dalam pelaksanaan mulok terdiri dari sepuluh item.
Item nomer satu tentang penyampaian materi yang
terperinci sebagai upaya agar siswa lebih memahami
materi ajar. Pada item tersebut seluruh guru telah
melaksanakan item tersebut. Media yang digunakan juga
membuat siswa menjadi antusias, terdapat pada item
nomer dua. menyatakan hal tersebut telah dilaksaankan.
Item ke tiga yaitu tentang guru memberi motivasi kepada
siswa agar menumbuhkan rasa kecintaan terhadap
kesenian reog, seluruh guru melaksanakannya.
Selanjutnya sebagai upaya dalam melaksanakan
1001
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009
pembelajaran yang menyenangkan di kelas, guru
melaksanakan beberapa kegiatan yang mengundang
keterlibatan siswa sebagai upaya yang digunakan untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidan
membosankan. Hal tersebut dilakukan agar siswa paham
materi yang diajarkan dan dapat menumbuhkan kecintaan
mereka terhadap kesenian reog.
Seperti yang
diungkapkan oleh bapak Gatot :
“Upaya yang saya lakukan agar tercipta suasana
yang menyenangkan dan siswa merasa senang
dengan materi yang diajarkan adalah dengan
membuat materi yang diajarkan menjadi ringan.
Tidak terlalu mengajar dengan suasana tegang,
mengalir dan cair. Sehingga di kelas itu ada
kehidupan, mksudnya klo giliran saya Tanya
mereka bisa menjawab gitu”.(14 Mei 2016).
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hariadi,
beliau menjelaskan bahwa :
“Untuk
menciptakan
suasana
yang
menyenangkan dan siswa merasa senang diajar
oleh guru, saya memperlakukan semua siswa
semua. Jadi tidak ada yang iri dengan yang lain.
Selain itu sering juga saya kasih guyonanguyonan yang saya gunakan juga sebagai contoh
untuk menerangkan kepada siswa. Selain
siswanya ngerti juga terbentuk suasana yang
menyenangkan”.(14 Mei 2016).
Selanjutnya penjelasan yang diutarakan oleh bapak
Nade yaitu hampir sama dengan bapak Gatot dan Bapak
Hariadi :
“Sebagaimana tugas seorang guru, saya akan
berusaha yang terbaik agar siswa dapat mengerti
serta paham, sebelum saya mengajar saya akan
meingatkan kepada siswa untuk saling
membantu. Sehingga dengan begitu siswa akan
memahami dan dapat terlaksana kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan. Siswa dapat
kosentrasi dan guru dapat menyalurkan ilmu
yang diberikan kepada siswa”.(14 Mei 2016).
Selanjutnya kegiatan guru dalam memotivasi siswa
agar mereka memiliki atau tumbuh jiwa kepedulian
terhadap reog. Pada tabel di atas menujukkan bahwa
seluruh guru memberikan motivasi kepada siswa. Hal
tersebut juga dijelaskan oleh guru-guru mulok,
bagaimana upaya seorang guru dalam memberikan
motivasi atau memotivasi siswa agar memiliki semangat
dalam belajar kesenian reog. Dalam hal ini seorang guru
berupaya dengan segala kemampuan untuk memotivasi
siswa agar tumbuh rasa semangat belajar. Seperti yang
diungkapkan oleh bapak gatot berikut ini :
“Cara memotivasi saya ke siswa sebenarnya
biasa saja, tidak terlalu bagaimana-bagaimana,
kan kalau terlalu gimana gitu dikira lebay toh
mas. Maka dari itu saya cukup mengingatkan
mereka untuk selalu belajar serta semangat
dalam mengenal dan memahami kesenian reog.
Biasanya setiap ada pelajaran mulok gitu saya
sesipin sedikit ceramah atau sekedar nasehat saja
mas”.(14 Mei 2016).
Bapak Hariadi selaku guru moluk mengungkapkan
hal yang senada dengan Bapak Gatot, hal tersebut
diungkapkan juga seperti ini :
“Untuk memotivasi siswa sebagai upaya
menumbuhkan semangat belajar, saya cuma
memberi nasehat saja kepada mereka. Tidak ada
kiat khusus, cuma menasehati seperti guru yang
lain. Siswa disini pasti paham dan dan mengerti
apa yang saya maksud dan harapkan pada
mereka. Mereka Cuma perlu diarahkan saja,
tidak perlu yang aneh-aneh”.(14 Mei 2016).
Selanjutnya hal yang hampir sama juga diutarakan
guru mulok yang ketiga yaitu bapak Nade, beliau
mengatakan bahwa :
“Kalau sebagai guru, saya jarang untuk terusterusan memberikan motivasi kepada siswa. Saya
hanya memberikan nasehat untuk belajar
kesenian reog. jarang-jarang mas kalau ngasih
motivasi, paling juga seperlunya saja klo buat
siswa. Kan sebagai siswa sudah tanggung jawab
mereka untuk belajar”.(14 Mei 2016).
Kemudian strategi sekolah sebagai upaya untuk
membuat siswa dapat memahami kesenian reog dan
tumbuh rasa cinta terhadap kesenian reog, para guru di
sekolah ini memiliki cara. Dalam mengajar mereka
menggunakan metode yang mudah dipahami oleh siswa,
menggunakan contoh yang memudahkan siswa untuk
mengerti dan memberikian nasehat yang pada intinya
membuat siswa lebih mengenal terhadap kesenian reog.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang diutarakan
oleh bapak Gatot :
“Yang saya lakukan sebagai guru agar siswa
siswa memahami reog dengan cara memberikan
pemahaman materi dengan teliti dan membuat
siswa lebih mudah untuk menyerap materi reog
dengan cara yang sederhana. Sedangkan untuk
membuat siswa lebih mau untuk peduli dengan
kesenian reog, saya hanya menasehati mereka.
Kalau di kelas saya sering bercerita atau
mendongeng tentang reog, yang intinya saya
mengajak siswa untuk mau mencari tahu reog itu
seperti apa”.(14 Mei 2016).
Kemudian pernyataan yang hampir sama disampaikan
oleh bapak Hariadi yaitu :
“Kalau saya lebih memilih memberikan mereka
penjelasan tentang reog terlebih dahulu,
kemudian saya suruh mereka belajar sendiri. Kan
Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo
kalau seperti itu siswa akan membuat siswa
berusaha untuk lebih berpikir sendiri. Kan kalau
kegiatan itu dilakukan secara berulang-ulang,
siswa nanti akan memahami sendiri dan dengan
sendirinya juga mereka akan tumbuh kepedulian
terhadap reog”.(14 Mei 2016).
Begitu juga hal yang sama diutarakan oleh bapak
Nade :
“Memahami reog itu susah-susah gampang, perlu
adanya kesadaran yang untuk bisa. Ada siswa
yang disampaikan materi dengan mudah dapat
memahami, tapi tak jarang juga ada yang sulit
menangkap. Sehingga perlu kesabaran guru agar
siswa lebih mudah menangkap apa yang
dimaksud. Selain itu juga sering saya
memberikan mereka kata-kata yang sekiranya
dapat membuat mereka lebih mau mengenal dan
peduli kepada reog”.(14 Mei 2016).
Selanjutnya merupakan hasil angket tentang guru
menyampaikan pentingnya nilai-nilai kesenian reog
kepada siswa. Keseluruhan guru menjelaskan pentingnya
kesenian reog kepada siswa. Selanjutnya seluruh guru
juga menyampaikan, nilai-nilai yang terkandung pada
kesenian reog. Hal trsebut juga dijelaskan oleh guru-guru
mulok, bahwa kesenian reog merupakan seni tradisional
yang mengajarkan tentang nilai-nilai kerja keras, kerja
sama, disiplin serta sungguh-sungguh. Sebagai guru
menjadi tanggung jawab agar siswa mereka paham dan
mengerti nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian reog
tersebut. Selain mengerti diharapkan siswa juga memiliki
atau tumbuh rasa tersebut. Beberapa contoh hal-hal yang
dilakukan oleh guru seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Gatot:
“Misalnya untuk membuat mereka kerjasama,
saya bikin saja kelompok beberapa anak.
Kemudian mereka diberikan tugas untuk saling
berkomunikasi dan bekerjasama satu dengan
yang lain. Dari hal tersebut kan nantinya siswa
akan mengerti betapa pentingnya nilai-nilai yang
diajarkan, yaa tentunya dengan menjelaskan
maksud dari kegiatan mereka setelah usai
kegiatan itu”.(14 Mei 2016).
Sedangkan Bapak Hariadi menjelaskan bahwa,
“Untuk menciptakan atau menumbuhkan nilainilai yang terkandung dalam reog, saya sering
menjelaskan kepada mereka kalau reog itu
seperti ini gitu lhoo. Kalau yang untuk
menumbuhkan itu saya jelaskan dan memberikan
nasehat-nasehat seperti yang ada di tv mas. Biar
siswa itu lebih terinspirasi”.(14 Mei 2016).
Kemudian bagaimana respon siswa setelah
dilaksanakan pembelajaran mulok menjadi item
selanjutnya yang menjadi analisis. Respon yang diberikan
siswa yang menjadi lebih peduli dan mau mendalami
kesenian reog. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak
Gatot seperti ini:
“Siswa menjadi lebih antusias setelah
melaksanakan pembelajaran mulok dikelas. Nilai
mereka juga sudah melebihi KKM yang telah
ditentukan. Selain itu mereka juga merasa senang
saat pembelajaran, tidak terlalu tegang dan
membuat jenuh. Saat belajar di kelas tak jarang
ada siswa yang bertanya juga apabila belum
paham dengan materi”.(14 Mei 2016).
Selanjutnya menurut Bapak Hariadi adalah:
“Karena sejak awal kegiatan ini dimaksudkan
agar siswa lebih mengenal dan memahami reog,
jarang dari mereka yang tidak masuk kelas. Hal
ini selain pembelajaran yang santai dan tidak
terlalu berat, mereka meras senang dan dan tidak
terbebani walaupun ada tugas. Mereka
mengerjakan tepat waktu tugas yang saya
diberikan”.(14 Mei 2016).
Strategi dalam menumbuhkan kecintaan reog kepada
siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo yang selanjutnya
adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler reog. Kegiatan
ekstrakurikuler reog dilaksanakan sebagai salah satu
strategi sekolah agar siswa tumbuh kencintaan terhadap
reog. Adapun hasil angket pertanyaan kepada guru akan
dijelaskan pada tabel seperti berikut:
Tabel 3 Praktek Kegiatan Ekstrakurikuler Reog
Jawaban
No
Pernyataan
Ya
Tidak
%
%
Guru melaksanakan praktek
menari sesuai dengan buku
1
100%
0
pedoman
kegiatan
ekstrakurikuler
Guru
lebih
senang
menerangkan gerakan tari
2
dengan ceramah daripada
0
100%
memberikan contoh gerakan
dalam ekstra
Guru menggunakan media
untuk mempermudah dalam
3
melaksanakan praktek tari 100%
0
kepada siswa dalam kegiatan
ekstra
Guru menggunakan media
pembelajaran yang mudah
4
diperoleh sehingga siswa mau 100%
0
memliki dan lebih antusias
dalam mempraktekkan sendiri
5
Siswa menjadi antusias setelah 100%
0
1003
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009
guru menggunakan media
dalam menerangkan gerakan
tari saat ekstra reog
Guru menggunakan media
video tari untuk menjelaskan
gerakan tari reog agar siswa
6
100%
0
lebih mudah dalam mengenal
macam-macam gerakan tari
reog
Sumber: Data Primer
Tabel
menjelaskan
tentang
kegiatan
yang
dilaksanakan saat kegiatan ekstrakurikuler reog. Item
nomer satu yaitu guru melaksanakan praktek menari
sesuai dengan buku pedoman kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam kegiatan ekstrakurikuler reog, kegiatan yang
dilaksanakan adalah seperti berlatih reog atau praktek
menari reog. Hal tersebut seperti yang diutarakan oleh
Ibu Endah :
“Kegiatan yang dilakukan setiap ekstra seperti
berlatih menari reog, berlatih gerakan reog yang
benar, dan berlatih memainkan alat musik
sebagai pengiring dalam menari reog mas. Jadi
tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan,
pokoknya yaa latihan menari saja sampai benar
semua gerakannya”.(16 Mei 2016).
Selanjutnya item yang kedua yaitu guru lebih senang
menerangkan gerakan tari dengan ceramah daripada
memberikan contoh gerakan dalam ekstra. Item tersebut
mendapat presentase 100% guru menyatakan tidak atau
ke dua guru tidak melaksanakn. Dalam proses
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler reog yang
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ponorogo. Dalam proses
pelaksanaan ekstra, guru membimbing siswa agar
melaksanakan latihan tari dengan baik. Guru
mengajarkan kepada siswa cara menari yang benar,
memberikan contoh tarian yang benar terlebih dahulu
kepada siswa. Dengan begitu siswa akan cepat
memahami dan memiliki kepedulian terhadap kesenian
reog, hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Bapak
Gatot :
“Dalam ekstra kita tidak memberikan perlakuan
formal seperti pembelajaran di kelas, kalau
ekstra ada mengajarnya tapi sekedar memberikan
contoh gerakan tari, mengamati apakah siswa
sudah mampu menari dengan benar, dan apakah
siswa sudah mengerti dan bisa menari dengan
baik. Intinya dalam kegiatan ekstra, fokusnya
siswa bisa menari dengan benar dan siswa
memiliki kepedulian dengan reog”.(16 Mei
2016).
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Endah :
“Mengajar ekstra yaa seperti biasa mas, ini
siswanya rata-rata sudah bisa menari dan
memang pengen lebih handal untuk menari, jadi
saat ekstra saya hanya memberikan contoh
gerakan yang benar saja. Siswanya juga sudah
paham, mungkin kalau ada yang dimodifikasi
atau ada gerakan yang ditambah saja baru ada
fokus sedikit”.(16 Mei 2016).
Dalam proses kegiatan ekstrakurikuler reog, guru
menggunakan media pembelajaran dalam proses kegiatan
ekstra. Hal tersebut dilakukakan sebagai upaya agar
siswa lebih mudah dalam menangkap materi serta lebih
bisa mengembangkan pemahaman mereka terhadap reog.
Media yang digunakan berupa video yang menampilkan
pentas tari kesenian reog. dengan menyaksikan video
siswa dapat lebih mudah paham terhadap kesenian reog.
Strategi selanjutnya yang dilaksanakan sekolah dalam
menumbuhkan kecintaan siswa terhadap reog adalah
dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler reog.
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada guru
ekstrakurikuler reog dijelaskan dalam tabel seperti di
bawah ini :
Tabel 4 Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Reog
Jawaban
No
Pernyataan
Ya
Tidak
%
%
Guru menghimbau siswa
untuk mempraktekkan lagi
1
100%
0
gerakan tari yang diberikan
kepada siswa di rumah
Guru
memberi
motivasi
kepada
siswa
untuk
2
menumbuhkan
kecintaan 100%
0
terhadap kesenian reog saat
ekstra reog
Guru memotivasi siswa untuk
bersungguh-sungguh,
3
disiplin,dan
kerja
keras 100%
0
sebagai perwujudan nilai-nilai
kesenian reog
Guru menghimbau siswa agar
siswa sering menyaksikan
4
100%
0
pentas reog atau video
rekaman reog
Guru
menyampaikan
5
pentingnya
melestarikan 100%
0
kesenian reog kepada siswa
Guru menjelaskan akronim
reog yang mengajarkan tentag
6
100%
0
nilai-nilai kerja keras, disiplin,
kerjasama, dsb
Sumber: Data Primer
Tabel menjelaskan tentang pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler reog. Item pada tabel di atas yaitu tentang
Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo
guru memberi motivasi kepada siswa untuk
menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian reog saat
ekstra reog, guru menyatakan melaksanakan kegiatan
tersebut. Selanjutnya bagaimana guru memberikan
motivasi kepada siswa lebih lanjut dijelaskan seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Endah berikut :
“Siswa yang ikut ekstra biasa sudah akrab
dengan saya, dengan sudah akrabnya itu jadi
mudah memberikan nasehat kepada mereka. Yaa
sekedar sharing-sharing saja bagaimana reog
sekarang ini, jadi sekaligus memberikan motivasi
kepada mereka. Selain itu juga saat latihan saya
mengajarkan mereka untuk disiplin, dan
sungguh-sungguh dalam berlatih. Kan itu
sebenarnya nilai-nilai yang ada pada reog”.(16
Mei 2016).
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak
Gatot :
“Untuk memotivasi siswa sebagai upaya
menumbuhkan semangat belajar, saya cuma
memberi nasehat saja kepada mereka. Tidak
ada kiat khusus, cuma menasehati seperti
guru yang lain. Siswa disini pasti paham dan
dan mengerti apa yang saya maksud dan
harapkan pada mereka. Mereka Cuma perlu
diarahkan saja, tidak perlu yang anehaneh”.(16 Mei 2016).
Proses kegiatan ekstra yang menyenangkan adalah
salah cara yang baik sebagai upaya agar siswa lebih bisa
menegenal dan dapat menumbuhkan kecintaan mereka
terhadap reog. Karena kegiatan yang menyenangkan
dapat membuat kesan yang baik kepada siswa, sehingga
pada akhirnya mereka memiliki rasa bangga terhadap
kesenian reog. Adapun beberapa cara yang dilakukan oleh
guru supaya kegiatan ekstra dapat menyenangkan. Seperti
pelaksanaan yang santai, tidak terlalu formal seperti di
kelas, namun guru tetap sabar dalam melatih siswa. Hal
tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Endah
seperti dibawah :
“Untuk
menciptakan
suasana
yang
menyenangkan dalam kegiatan ekstra, biasanya
dilakukan dengan santai. Sehingga ekstranya
dapat berjalan dengan menyenangkan. Santai
disini bukan santai yang malas-malasan mas,
tapi juga tetep serius”.(16 Mei 2016).
Berdasarkan hasil penelitian kepada pembimbing
ekstrakurikuler reog, dijelasakan bahwa dalam kegiatan
pelaksanaan ekstra guru memberikan motivasi kepada
siswa tentang reog. Para guru menghimbau untuk siswa
lebih sungguh-sungguh untuk berlatih reog, hal tersebut
ditunjukkan agar siswa lebih memahami dang mengerti
kesenian reog. Dalam hal tersebut guru berupaya
menciptakan kegiatan ekstra yang meneyenangkan
dengan pelaksanaan yang santai namun tetap
bertanggung jawab. Pada tabel menjelaskan tentang guru
yang yang menyampaikan tentang pentingnya kesenian
reog tersebut. Dijelaskan bahwa kedua guru atau
presentase sebesar 100% menyampaikan pentingnya
kesenian reog kepada siswa, Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Ibu Endah :
“Reog itu penting mas, dari dulu sampai
sekarang reog itu kesenian yang penting untuk
dijaga kelestariannya. Saya sering memberikan
nasehat kepada mereka, mungkin mereka sampai
bosan mas. Reog kan selain sebagai warisan
budaya, juga dapat menjadi identitas yang
membagakan bagi masyarakat Ponorogo”.(16
Mei 2016).
Menurut para guru pembimbing ektrakurikuler reog,
mereka telah menyampaikan pentingnya kesenian reog
kepada siswa. Para guru menasehati mereka pentingnya
kesenian reog untuk dilestarikan dewasa ini. Para guru
sudah menasehati para siswa untuk lebih peduli dan
bangga kepada reog walau kegiatan tersebut dilaksanakan
jarang-jarang saja. Guru kesenian reog menjelaskan
bahwa reog yang merupakan kebanggaan masyarakat
Ponorogo perlu adanya regenerasai. Selanjutnya kegiatan
ekstrakurikuler yaitu guru menjelaskan kepada siswa
tentang akronim reog yang menjelaskan tentang nilai-nilai
reog. Ke dua guru tersebut menyatakan bahwa mereka
melaksnakan hal tersebut kepada para siswa. Hal tersebut
juga diungkapkan oleh ibu Endah :
“Reog merupakan kesenian yang mengajarkan
tentang kedisiplinan, kerjasama. Kami para guru
menjelaskan kepada mereka hal tersebut, saya
sampaikan ke siswa ketika istirahat saat selesai
latihan. Hal itu saya lakukan karena pentingnya
reog serta untuk membuat mereka lebih giat
untuk berlatih reog”.(16 Mei 2016).
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak
Gatot :
“Saya kadang memberikan nasehat kepada
meraka agar lebih rajin untuk berlatih reog.
Untuk menjadi seniman reog, mereka harus
disiplin untuk rajin berlatih reog. Reog itu bagus
untuk ditekuni, siswa harus kerja keras dan
disiplin untuk bisa menjadi menari reog dengan
baik”.(16 Mei 2016).
Selanjutnya berdasarkan dari kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan, siswa menjadi lebih aktif dan mereka
mulai bangga dengan kesenian reog yang merupakan
kesenian asli dari Ponorogo. Mereka yang ikut ekstra
semakin giat untuk berlatih. Selain itu mereka juga
memakai baju-baju yang bernuansa reog setiap berlatih.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Endah:
1005
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009
“Anak-anak sekarang menjadi lebih giat kalau
berlatih, mereka mulai sadar bahwa kesenian
reog dewasa ini semakin penting untuk
dilestarikan. Setiap berlatih mereka biasanya
datang tepat waktu, yaa walau kadang ada satu
dua yang datangnya terlambat. Tapi hal tersebut
tidak menjadi hambatan. Intinya banyak dari
mereka setelah berlatih reog berkali-kali menjadi
lebih peduli dan bangga terhadap kesenian
reog”.(16 Mei 2016).
Aspek selanjutnya dari pembahasan strategi sekolah
dalam menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kesenian
reog adalah respon siswa terhadap strategi yang telah
dilakukan sekolah. Angket yang diberikan kepada siswa
digunakan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana
kepedulian, rasa bangga terhadap reog, dan siswa
mempunyai keinginan untuk melestarikan kesenian reog.
Selanjutnya hasil dari angket akan dijelaskan dalam
bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 5 Respon Siswa terhadap Strategi Sekolah dalam
Menumbuhkan Kecintaan Reog
Jawaban
No
Pernyataan
Ya
Tidak
%
%
Siswa senang diajar materi
muatan lokal reog dan mulai
1
90%
10%
tumbuh rasa peduli terhadap
kesenian reog
Siswa menjadi lebih tertarik
untuk peduli dengan kesenian
2
94%
6%
reog dengan materi mulok
yang terperinci
Siswa mendapat himbauan
dari guru untuk belajar materi
3
86%
14%
maupun berlatih tari reog di
rumah
Siswa lebih antusias apabila
guru
menerangkan
menggunakan
media
4
pembelajaran seperti dengan
80%
20%
gambar atau video saat
pelajaran mulok maupun ektra
Siswa
sering
mendapat
motivasi dari guru agar lebih
5
94%
6%
mengerti dan memahami
kesenian reog
Siswa
setelah
mengikuti
pelajaran mulok reog menjadi
6
90%
10%
ingin lebih mendalami reog
dan melestarikannya
Siswa menjadi bersemangat
untuk mempelajari kesenian
7
reog setelah guru memotivasi 86%
14%
anda
untuk
melestarikan
kesenian reog
Siswa ingin menjadi seniman
reog
setelah
mengetahui
8
70%
30%
pentingnya kesenian reog
melalui pelajaran mulok
Sumber: Data Primer
Tabel menjelaskan tentang rasa kepedulian siswa
terhadap kesenian reog setelah mereka mengikuti mulok
reog dan ekstrakurikuler reog. Hal tesebut ditunjukkan
pada item nomer satu, yaitu siswa merasa senang dengan
materi yang diajarkan oleh guru mereka, 90%
menyatakan senang dengan materi dan sisanya siswa
tidak terlalu senang dengan materi reog yang diajarkan.
Item selanjutnya siswa merasa. Item berikutnya adalah
himbauan dari guru untuk menyaksikan pementasan
kesenian reog yang digelar di tempat lain. Pada item
tersebut sebanyak 100% siswa mendapat himbauan
tersebut dari guru mereka. Dengan semakin mereka
memahami, mengerti kesenian reog, serta nilai-nilai yang
ada pada reog. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan
salah satu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
reog yaitu Fitria :
“Materi yang diajarkan saat mulok sangat
menarik, dan dapat membuat tertarik untuk
mendalaminya. Saya suka hal-hal yang
berhubungan dengan history, apalagi ini reog
yang menurut saya itu seni yang bagus. Saya
sering belajar-belajar sendiri di rumah,
browsing tentang bagaimana sejarah reog yang
lain. Yaa saya menjadi suka reog karena ada
materi-materi reog yang menarik itu mas”.(17
Mei 2016).
Proses pembelajaran mulok reog maupun
ekstrakurikuler reog yang mengajarkan tentang kesenian
reog membuat para siswa lebih bisa memahami reog. Para
guru yang sering menghimbau siswa untuk menyaksikan
kesenian reog membuat mereka lebih tertarik terhadap
reog. Selain itu, materi yang diajarkan juga membuat rasa
penasaran para siswa menjadi tumbuh. Para guru juga
memberikan himbauan agar siswa lebih bisa memahami
reog di rumah. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
adanya mulok maupun ektrakurikuler reog, banyak
diantara siswa mulai tertarik dan memiliki kepedulian
untuk lebih mengenal kesenian reog.
Aspek selanjutnya adalah rasa bangga siswa
terhadap kesenian reog. Pada tabel di atas juga
menjelaskan tentang rasa bangga siswa terhadap kesenian
reog. Hal tersebut ditunjukkan dengan rasa antusias siswa
apabila dalam pembelajaran yang dilaksanakan dalam
Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo
pelajaran muatan lokal reog guru menggunakan media
pembelajaran
berupa
gambar
maupun dengan
menggunakan video. 80% siswa menyatakan mereka
senang dengan kegiatan tersebut. Item selanjutnya adalah
mereka atau siswa merasa terkesan dengan materi yang
disampaikan oleh guru mereka.. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Dini :
“Saya senang mas diajar materi tentang reog,
materinya seru berhubungan dengan sejarah
bagaimana reog itu terbentuk. Ternyata reog
itu bunyak banyak versi, itu yang bikin
menarik. Jadi membuat penasaran sekaligus
bangga, di kota kami ternyata ada kesenian
yang menarik untuk dipelajari”.(17 Mei 2016).
Proses pembelajaran muatan lokal reog sudah
berjalan dengan baik, karena para siswa telah memiliki
antusias yang baik dengan kesenian reog. Pembelajaran
yang membahas tentang materi reog berhubungan
dengan sejarah reog telah membangkitkan rasa ingin tahu
serta ras kepedulian terhadap reog. Mereka merasa
bangga dengan kesenian reog yang merupakan kesenian
asli dari Ponorogo. Aspek selanjutnya pada tabel di atas
adalah memiliki keinginan untuk melestarikan kesenian
reog. Seperti yang diungkapkan oleh Fitria yaitu salah
satu siswa berikut ini :
“Pada dasarnya saya memang suka menari
mas, makanya saya ikut ekstra reog. Disini
saya bisa menyalurkan hobi tari saya dan bisa
belajar menari dengan benar. Kalau ada
kesempatan saya ingin menjadi penari,
kalaupun tidak saya bisa berbagi ilmu dengan
yang lain. Melestariakn kesenian reog itu
penting mas, masak kalah dengan kebudayaan
seperti dari korea. Jelas-jelas reog lebih
menarik, walaupun lebih ribet”(17 Mei 2016).
Dijelaskan bahwa yaitu setelah para siswa mendapat
pelajaran muatan lokal reog dan ekstrakurikuler memliki
keinginan untuk melestarikan kesenian tersebut.
Sebanyak 90% siswa menyatakan hal tersebut baik untuk
dilaksanakan, sedangkan sisanya yaitu 10% siswa tidak
terlalu mempunyai keinginan untuk melestarikan
kesenian reog. Selanjutnya item siswa menjadi memiliki
semangat untuk lebih mendalami dan mengerti kesenian
reog. Pada item tersebut sebanyak 86% orang siswa
menyatakan hal tersebut atau ingin mendalami kesenian
reog. Hal tersebut menjelaskan bahwa siswa sudah
tumbuh keinginan untuk melestarikan kesenian reog serta
lebih mendalami kesenian reog.
Pembahasan
Menurut Bandura dalam (Nursalim, 2007:57)
menyebutkan ada empat proses yang mempengaruhi
belajar obsevasional, yaitu proses attensional, proses
retensional, proses pembentukan perilaku, dan proses
motivasional. Proses attensional (memperhatikan). Pada
strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan siswa
terhadap reog, proses attensional terdapat pada
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal reog di kelas.
Proses ini terjadi saat guru menerangkan materi belajar
kepada siswa saat kegiatan atau pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Siswa kemudian memperhatikan
dengan seksama materi yang disampaikan oleh guru.
Proses retensional (mengingat). Proses ini terjadi
pada saat pelaksanaan muatan lokal di berlangsung di
kelas. Siswa akan di berikan oleh guru pengajar tentang
materi yang berkaitan dengan muatan lokal yaitu reog.
Pada saat pembelajaran informasi yang didapat dari guru
akan diingat oleh siswa. Selain dalam pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal reog. Proses motivasional.
Proses ini terbentuk pada saat berlangsungnya kegiatan
muatan lokal reog. Guru memberikan motivasi berupa
wejangan-wejangan atau nasehat yang membuat siswa
menjadi tergerak hatinya dalam lebih memahami
kesenian reog. Dalam memotivasi siswa, guru
menggunakan kata-kata yang menginspiratif bagi siswa.
Hal tersebut akan membuat siswa akan lebih mudah
tumbuh kecintaan kepada reog.
Melalui kegiatan pelaksanaan ekstrakurikuler Strategi
sekolah melalui kegiatan pelaksanaan ekstrakurikuler
reog yang berhubungan dengan proses attensional pada
pelaksanakan kegiatan ektrakurikuler reog. Seperti, guru
pembimbing reog mengajarkan siswa gerak tari yang
benar kepada siswa peserta ekstra reog. Siswa yang
memperhatikan gerakan yang diajarkan oleh guru, akan
cepat menerima dan mudah untuk dipraktekkan dalam
latihan ekstrakurikuler reog. Namun, apabila ada siswa
yang kurang fokus pada saat di sampaikan materi, tentu
siswa tersebut akan kesulitan. proses retensional juga
terjadi saat pelaksanaan ektrakurikuler reog. Guru
pembimbing akan memberikan atau mengajarkan
gerakan-gerakan kepada siswa peserta ekstra. Peserta
ekstra akan mengingat setiap gerakan yang diajarkan
kepada mereka oleh guru pembimbing mereka masingmasing.
Proses retensional sangat baik untuk diperhatikan,
karena dengan mengingat para siswa akan dengan mudah
untuk menjalankan proses evaluasi yang bertujuan untuk
mengambil hasil dari proses pembelajaran mulok serta
hasil pelaksanaan ekstrakurikuler. Proses pembentukan
perilaku. Proses ini terbentuk pada saat siswa
melaksanakan latihan ektrakurikuler reog di sekolah.
Penilaian atau evaluasi yang dilaksanakan untuk strategi
sekolah melalui ekstrakurikuler reog merupakan suatu
pembentukan perilaku untuk menumbuhkan kecintaan
siswa terhadap kesenian reog. dengan melaksanakan
penilian secara simulasi pementasan, siswa akan lebih
1007
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009
cepat memahami reog serta akan tumbuh kecintaan
terhadap reog.
Selain saat pelaksanaan pembelajaran muatan lokal
reog, proses motivasional juga terjadi saat pelaksanaan
ekstrakurikuler reog berlangsung. Bagi siswa yang
memiliki kemampuan lebih, mereka akan diikut sertakan
dalam lomba kesenian reog yang akan diikuti oleh
sekolah. Hal semacam itu akan membuat siswa akan
lebih giat berlatih seni reog. Karena merupakan suatu
prestasi yang membanggakan apabila dapat mewakili
nama sekolah dalam suatu perlombaan.Strategi sekolah
yang mencakup muatan lokal, ekstrakurikuler reog telah
dilakukan para guru sebagai upaya untuk menumbuhkan
kecintaan siswa terhadap reog.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi
menumbuhkan kecintaan reog di SMA Negeri 1
Ponorogo. Kendala yang dihadapi dalam menumbuhkan
kecintaan reog kepada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo
terdiri dari penyusunan RPP muatan lokal, minat siswa
dalam kesenian reog, kelengkapan yang dimiliki sekolah,
dan jalannya budaya sekolah. Seperti penuturan bapak
Gatot serta Bapak Hariadi jawaban untuk kendala tentang
penyusunan RPP menurut bapak Gatot dan Bapak
Hariadi bahwa dalam penyusunan RPP tidak banyak
kendala yang dihadapi, karena sekolah memiliki guruguru yang berpengalaman dan sekolah bekerja sama
dengan universitas sebagai upaya untuk saling bertukar
pemikiran. Dijelaskan lebih lanjut, kendala yang dihadapi
adalah dalam hal pendanaan. Pendanaan yang digunakan
untuk sarana akomodasi.
Kendala yang selanjutnya adalah antusias siswa
terhadap reog khususnya dalam pelaksanaan muatan
lokal reog serta pelaksanaan ekstrakurikuler reog.
Penjelasan narasumber untuk antusias siswa dalam
pelaksanaan muatan lokal, siswa di SMA Negeri 1
Ponorogo mendapatkan nilai rata-rata yang cukup baik
dalam penilaian akhir dari pembelajaran. Pada
pelaksanaan antusias siswa dalam pelaksanaan
ekstrakurikuler reog, peserta yang ikut juga sudah cukup
baik. Hasil dari esktra reog juga sangat membanggakan,
karena mendapatkan juara pada pagelaran FRN.
Kendala yang dihadapi selanjutnya dalam hal
kelengkapan peralatan reog. Sekolah masih kekurangan
perlengkapan untuk mendukung jalannya pelaksanaan
ekstra. Perlengkapan yang dimiliki masih digunakan
secara bergantian, walaupun tidak tidak terlalu
menggangu namun akan membuang waktu dalam
pelaksanaan. Budaya sekolah merupakan salah satu hal
yang penting, di SMA Negeri 1 Ponorogo begitu
konsisten dalam pelaksanaan budaya sekolah. Mereka
memiliki ketentuan agar setiap warga sekolah utuk
menjalankan dengan baik.
Kendala sekolah selanjutnya adalah tentang wadah
yang diberikan oleh sekolah dan pemerintah, dalam hal
ini kedua instansi tersebut mendukung dengan adanya
reog. Bangunan berupa aula yang dibangun oleh sekolah
dapat digunakan oleh siswa setiap saat. Siswa
menggunakan aula tersebut setiap ada kegiatan ektra.
Selain untuk kegiatan ekstra, aula tersebut juga
digunakan untuk berlatih siswa. Siswa berlatih untuk
kegiatan perlombaan yang mereka ikuti. Pemerintah juga
turut melaksanakan pelestarian terhadap kesenian reog di
Ponorogo. Narasumber menjelaskan bahwa, pemerintah
Ponorogo juga mendukung dengan membentuk
paguyuban reog. Paguyuban tersebut menjadi wadah
untuk menyatukan para seniman reog yang ada di
Ponorogo. Dengan adanya paguyuban reog, pemerintah
dapat membuat progam-progam yang bertujuan untuk
tetap melestarian kesenian reog.
Kendala selanjutnya adalah tentang budaya sekolah,
hasil wawancara angket yang menyatakan bahwa seluruh
warga sekolah sudah menjalankan budaya sekolah
dengan baik. Warga sekolah yang terdiri guru, staf
sekolah, maupun siswa saling bekerja sama untuk
mewujudkannya. Mereka menjalankan kerja bakti untuk
membersihkan sekolah setiap minggunya. Selain itu,
mereka juga saling mengingatkan agar selalu memnjaga
kebersihan yang telah mereka semua pelihara.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini
adalah : Strategi yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 1
Ponorogo dalam
menumbuhkan kecintaan siswa
terhadap reog melalui (1) muatan lokal. Muatan lokal
mengajarkan materi reog tentang sejarah, para pemain
reog yang disampaikan dalam proses pembelajaran di
kelas. Pelaksanaan pembelajaran mulok membuat siswa
menjadi memiliki rasa kepedulian terhadap kesenian
reog. Hal tersebut dikarenakan guru memiliki cara
masing-masing untuk menarik minat siswa. (2) melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pelaksanaan praktek
menari reog yang diajarkan guru menarik minat siswa
untuk mau lebih mendalami reog. Para siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler reog menjadi antusias dengan
kegiatan ekstra reog. Strategi yang dilaksanakan tersebut
bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan reog pada
siswa. Sekolah telah berupaya dalam melaksanakan
setiap kegiatan yang dapat menciptakan rasa peduli,
bangga, serta memiliki kesadaran untuk melestarikan
terhadap kesenian reog Ponorogo. Kendala yang dihadapi
sekolah dalam menumbuhkan kecintaan reog yaitu,
kurangnya akomodasi dalam penyusunan RPP muatan
lokal, antusias siswa yang masih kurang, kurangnya
kelengkapan yang dimiliki oleh sekolah, kerjasama
Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo
pemerintah dengan sekolah, budaya sekolah yang sudah
mendukung terlaksananya pelestarian reog.
Saran
Siswa hendaknya lebih menghargai segala hasil
kebudayaan lokal, karena merupakan warisan yang
sangat berharga. Siswa yang merupakan generasi muda,
harus lebih mencintai kesenian tradisional ketimbang
budaya asing yang belum tentu baik. Kesenian tradisional
tidak akan bertahan apabila generasi mudanya tidak
memiliki kesadaran untuk tetap melestarikannya.
Program-progam sekolah yang menjurus kepada
pelestarian kebudayaan sebaiknya tetap dipertahankan,
karena bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai keberagaman lokal mereka. Sekolah melalui
guru untuk tetap bersemangat dalam menjalankan
pembelajaran yang menyangkut kegiatan reog ini. Guru
juga harus memotivasi siswa agar selalu memiliki
semangat yang tinggi dalam setiap kegiatan kesenian
reog. Diperlukan kesinambungan antar lembaga yang
terkait untuk saling bekerja sama dalam mewujudkan
kelestarian kesenian reog itu. Sekolah selain terus fokus
untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran, juga
meningkatkan kelengkapan peralatan reog yang tentunya
sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan.
http://www.reogponorogo.com. di akses pada 12 Maret
2015
http://www.detiknews.com/read/2007/11/26/110130/857
411/10/berang-reog-ponorogo-dijiplakmahasiswabakar-bendera-malaysiapagelaran-seni. di akses
pada 12 Maret 2015
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta :
Rineka Cipta
Creswell, W. John. 2009. Research Design. Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif & Mixed. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi dalam
Masyarakat Jawa.(terj.). Jakarta. PT Dunia Pustaka
Jaya.
Mapson, Lisa Clare. 2010. Kesenian, Identitas, dan Hak
Cipta: Kasus ‘Pencurian’ Reog Ponorogo. Malang:
fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas
Muhammadiyah Malang.
Mubah, A. Safril. 2011. Strategi Meningkatkan Daya
Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus
Globalisasi. Surabaya: fakultas ilmu sosial dan ilmu
politik Universitas Airlangga.
Nursalim,
Mochamad,
dkk.
2007.
Psikologi
Pendidikan.Surabaya: Unesa University Press.
Soemarto. 2014. Menelusuri Perjalan Reog Ponorogo.
Ponorogo. CV. Kotareog Media
Sumber Internet
1009
Download