Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009 STRATEGI SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN KECINTAAN KESENIAN REOG PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 PONOROGO Wahyu Eka Nurdiansyah 11040254031 (PPKn, FISH, UNESA) [email protected] Listyaningsih 0020027505 (PPKn, FISH, UNESA) [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dan kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam proses menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kesenian reog. Penelitian ini, dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ponorogo dengan subjek penelitian adalah guru sebanyak lima orang dan siswa sebanyak 50 orang dari SMA Negeri 1 Ponorogo. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket dan wawancara. Berdasarkan tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui strategi sekolah dan kendala yang dihadapi berikut hasil yang didapat. Strategi yang dilaksanakan sekolah yaitu: (1) melalui strategi muatan lokal, siswa menjadi antusias terhadap kesenian reog sehingga memiliki kepedulian, rasa bangga terhadap kesenian reog. (2) melalui ekstrakurikuler reog, para pembimbing juga telah melaksanakan kegiatan dengan baik, para guru memberikan praktek reog dengan baik, memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa memiki kesadaran untuk melestarikan reog. Serta di temukan beberapa kendala dalam proses menumbuhkan kecintaan reog yaitu kurangnya kelengkapan peralatan, kurangnya pendanaan. Kata kunci : strategi sekolah, kesenian reog. Abstract This study aims to determine strategies and constraints faced by the school in the process fosters a love of the arts students reog. This study, conducted at SMAN 1 Ponorogo the study sample was a teacher as much as five people and as many as 50 students of SMAN 1 Ponorogo. The data collection techniques is by using questionnaires and interviews. Based on the research objectives, namely, to determine strategies and obstacles for the school follows the results obtained. For the results of the strategy being pursued schools namely: (1) through local content strategy, students become enthusiastic about art reog so with compassion, a sense of pride to the art of reog. (2) through extracurricular reog, tutors have also been conducting well, teachers provide reog good practice, providing motivation to students so that students have an awareness to preserve reog. As well as find some obstacles in the process of growing love reog ie lack of complete equipment, a lack of funding. Keywords: school strategies, art of reog berbagai penjuru arah. Karena globalisasi menyajikan kemudahan di segala bidang. Seperti di bidang komunikasi, Kemajuan globalisasi dipercepat dengan adanya internet yang dapat mempermudah komunikasi antar manusia yang terhalang jarak dan waktu yang jauh. Demikianpula yang terjadi dengan perkembangan kebudayaan yang mengalami perubahan karena dampak globalisasi. Salah satu kebudayaan seni di Jawa Timur yang terkena dampak adanya globalisasi adalah Reog Ponorogo. Reog Ponorogo yang merupakan salah satu karya seni pertunjukan tradisional telah menjadi pusat perhatian masyarakat, baik lokal, nasional maupun internasional dan merupakan salah satu karya seni budaya yang memiliki kekuatan menjadi identitas budaya nasional. Seni pertunjukan ini merupakan teater rakyat yang biasa dipentaskan dalam acara-acara prosesi di tempat atau arena terbuka. Seni pertunjukan ini sangat terkenal di daerah Ponorogo dan memiliki pengaruh yang kuat bahkan sampai ke luar daerah Jawa Timur. Oleh karena itu, Reog Ponorogo yang memiliki nilai-nilai kultural yang khas dan telah diwariskan secara turun temurun perlu dipelihara dan dilestarikan agar dapat tetap memiliki eksistensi sebagai identitas budaya lokal maupun nasional. PENDAHULUAN Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah. Kebudayaan yang ada akan memperkokoh kehidupan bernegara yang membuat semakin solid suatu negara. Kebudayaan merupakan warisan leluhur yang memiliki keunikan serta tidak sama di setiap tempat di Indonesia. Indonesia yang begitu luas membuat kebudayaan yang ada begitu beragam dari Sabang sampai dengan Merauke. Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki kebudayaan yang unik dan beragam. Salah satu kebudayaan di bidang kesenian yaitu Reog yang berasal dari Ponorogo. Reog merupakan kesenian yang unik dan merupakan ciri khas dari Ponorogo. Reog menjadi kesenian ciri khas dari Ponorogo karena selain berasal dari Ponorogo juga menjadi simbol dari masyarakat Ponorogo. Reog menjadi simbol masyarakat Ponorogo karena merupakan hasil dari cipta rasa dan karya para pendahulu leluhur masyarakat Ponorogo. Adanya globalisasi seperti sekarang ini, membawa banyak dampak atau pengaruh terhadap kebudayaan. Globalisasi menyebabkan dengan mudahnya kebudayaan asing masuk ke Indonesia melalui berbagai cara serta ` Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo Kesenian Reog ditempatkan menjadi bagian tak terpisahkan dalam sistem religi masyarakat pendukungnya. Mengikuti pendapat Geertz (1963:73), yang mengelompokkan masyarakat ke dalam tiga golongan besar berdasarkan varian budayanya yaitu abangan, santri, dan priyayi, maka dapat dikatakan bahwa pendukung Reog adalah golongan abangan. Secara kultural, kelompok ini masih mempertahankan unsurunsur budaya pra-Islam, animisme, dinamisme, dan dicampur dengan unsur-unsur kebudayaan Hindu / Budha. Masyarakat tetap ingin mempertahankan kesenian itu seperti yang diajarkan dan diwariskan oleh para pendahulunya. Reog Ponorogo merupakan seni pertunjukan tradisional yang unik, pada reog terdapat salah satu bagian pementasan yang menampilkan Dhadhak Merak, dimana pemain atau senimannya harus mampu memanggul Barongan yang sangat berat dengan menggigit Barongan atau kepala Singa. Hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang dan oleh karena itu memerlukan pemikiran tersendiri untuk melakukan regenerasi seniman/pemain Reog secara keseluruhan. Tahun 2007 di bulan Nopember, Pemerintah Malaysia mengklaim kesenian Reog berasal dari negara mereka. Hal itu diumumkan melalui situs web resminya (Soemarto, 2014:23). Hal tersebut dapat terjadi karena semakin sedikitnya minat warga masyarakat untuk melestarikan Reog. Seperti halnya jenis kesenian tradisional lainnya yang tersebar di wilayah Indonesia yang semakin ditinggalkan generasi muda, pada saat ini sebagian besar seniman yang mementaskan kesenian Reog adalah generasi tua. Dengan demikian regenerasi dan peremajaan (rejuvenasi) seniman Reog menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh berbagai pihak demi menjaga keberlangsungan seni pertunjukan tradisional tersebut. Seni pertunjukan tradisional tidak sekedar diciptakan dan dinikmati saja melainkan perlu dilindungi dan dilestarikan. Perlindungan atas seni pertunjukan tradisional adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga keberlangsungann seni tersebut agar tidak mengalami kemandegan dan kepunahan. Seni pertunjukan tradisional merupakan salah bentuk cara komunikasi yang penting dan berfungsi sebagai jembatan dialog antara hamba dan Sang Pencipta, antara masyarakat dan pemuka adat, dan antara sesama manusia. Reog, misalnya, adalah salah satu kesenian tradisi yang sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat, serta di dalamnya mengandung ajaran moral dan sekaligus kritik terhadap kekuasaan yang korup. Pengembangan seni pertunjukan tradisional Reog Ponorogo sebagai aset budaya nasional belum dilakukan secara maksimal. Hal itu terjadi karena masih ada beberapa hambatan yang harus diselesaikan oleh pemegang kekuasaaan atau pemerintah. Selain itu juga adanya perbedaan disetiap daerah menyangkut banyaknya kisah asal-usul dan bentuk pertunjukan Reog. Di samping persoalan tersebut, juga terdapat kecenderungan menurunnya minat dan motivasi generasi muda untuk menjaga kelestarian reog. Selanjutnya, ada sebuah kontroversi terjadi pada Tahun 2007 di bulan November. Kesenian reog Ponorogo digemparkan dengan adanya pernyataan dari pemerintah Malaysia. Melalui website Pemerintah Malaysia mengklaim kesenian reog Ponorogo adalah kesenian yang berasal dari Malaysia. Malaysia menggunakan nama kesenian tersebut dengan istilah “Barong Malaysia”. Hal ini sangat mungkin terjadi karena para imigran asal Indonesia (Ponorogo) mengembangkan kesenian reog Ponorogo di daerah baru bagi mereka yaitu Malaysia. Imigran itu ingin melestarikan kesenian yang benar-benar adi luhung yang dimilikinya dari bumi Ponorogo (Soemarto, 2014:23). Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan penyelesaian masalah yang tepat agar tidak terulang lagi. Berbagai cara dilakukan agar kelestarian Reog tetap terjaga. Seperti yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat atau media yang baik dalam menerapkan strategi-strategi untuk menumbuhkan kecintaan kesenian Reog itu. Melalui pendidikan di sekolah membantu menumbuhkan, mendewasakan dan mengembangkan berbagai macam potensi yang dalam diri manusia seperti kemampuan akademis, talenta kemampuan fisik, relasional, atau daya seni. Salah satu sekolah di Ponorogo yang memiliki rasa tanggung jawab untuk melestarikan kesenian Reog adalah SMA Negeri 1 Ponorogo. Karena sekolah tersebut memiliki kesungguhan dalam melestarikan kesenian Reog. Kesungguhan sekolah dalam menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian reog ditunjukkan dari lengkapnya sarana prasarana sekolah yang memadai, juga didukung oleh staf yang berkompeten di bidangnya khususnya di bidang kesenian Reog. Siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo juga memiliki semangat yang cukup tinggi dalam hal melestarikan kebudayaan. Selain itu sekolah ini memiliki ektrakurikuler Reog sebagai sarana dalam mengembangkan Reog. Ektrakurikuler tersebut terbentuk karena adanya keinginan sekolah untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Reog kepada siswa. Ekstrakurikuler merupakan pendidikan yang dilakukan diluar jam pelajaran, yang bertujuan membentuk potensi, bakat, dan minat siswa. Sekolah selain mengadakan ekstrakurikuler juga menerapkan muatan lokal Reog yang diajarkan kepada siswa. Mulok Reog merupakan pelajaran yang menitik beratkan agar siswa memahami tentang kesenian reog itu sendiri. Sehingga menjadikan sekolah ini menarik untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut yang mendasari keinginan peneliti untuk meneliti strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan kesenian reog pada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo dapat dirumuskan 2 permasalahan yaitu bagaimana strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian reog dan apa saja kendala yang dihadapi sekolah dalam menumbuhkan 995 Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009 kecintaan kesenian reog terhadap siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo. Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya : Pada penelitian pertama “Strategi Warok Ponorogo di Era Global“ memfokuskan Strategi yang dilakukan oleh salah satu pemeran warok dalam menjaga eksistensi warok di era globalisasi. Strategi yang dilakukan dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya. Segala upaya dilakukan oleh warok agar tetap ada di lingkungan masyarakat, karena semakin besarnya pengaruh globalisasi sehingga mengancam keberadaan warok. Pada penelitian kedua, “Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi” memfokuskan tentang Strategi yang digunakan budaya lokal untuk bertahan menghadapi arus globalisasi. Sehingga dibutuhkan strategi yang tepat agar budaya lokal tidak semakin tergerus oleh budaya asing dan secara perlahan berpotensi melenyapkan. Strategi yang bisa dijalankan adalah pembangunan jati diri bangsa untuk memperkokoh identitas kebangsaan, pemahaman falsafah budaya kepada seluruh kalangan masyarakat, penerbitan peraturan daerah yang melindungi budaya lokal, dan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengenalkan budaya lokal ke masyarakat. Strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos. Adapun strategos dapat diterjemahkan sebagai ‘ komandan militer’ pada zaman demokrasi Athena. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentinganmiliter saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olah raga (misalnya sepak bola dan tenis), catur ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi dan lainlain. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampur adukan ke dua kata tersebut. Selanjutnya, pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Dalam upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di lingkungan rumah, melainkan juga di sekolah. Kemudian, hal tersebut dijabarkan pada Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2010). Pada panduan itu tercantum panduan pendidikan 18 karakter kepada siswa yang dilakukan di sekolah. Salah satu dari 18 karakter tersebut adalah karakter cinta tanah air. Bentuk karakter cinta tanah air di SMA Negeri 1 Ponorogo adalah melalui kesenian reog. Berdasarkan Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2010). Proses menumbuhkan kecintaan terhadap reog dilakukan melalui: (1) integrasi melalui muatan lokal, merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Panduan Pelaksaaan Pendidikan Karakter (2010). Di SMA Negeri 1 Ponorogo integrasi muatan lokal dilakukan melalui pelajaran muatan lokal reog. Dalam pembelajaran muatan lokal reog ini terdapat beberapa tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan ini guru membuat rancangan dalam pembelajaran muatan lokal reog. Pada tahap ini berisi tentang tujuan serta indikator-indikator dalam melaksanakan proses pembelajran. Kemudian tahap pelaksanaan, pada tahap ini guru melaksanakan pengajaran sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun terlebih dahulu. Selanjutnya dalam pembelajaran muatan lokal reog dilaksanakan progam evaluasi hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh siswa. (2) melalui pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran. Salah satu kegiatan pengembangan diri adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler pada siswa merupakan kegiatan pendidikan di luar pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus di selenggarakan oleh pendidik yang memiliki kemampuan dan kewenangan di sekolah (Kemendikbud, 2010). Di SMA Negeri 1 Ponorogo salah satu kegiatan ekstrakurikuler untuk menumbuhkan kecintaan reog adalah dengan ekstrakurikuler reog. Ekstrakurikuler ini berguna sebagai sarana mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan siswa. Ekstrakurikuler reog ini menekankan kepada kemampuan gerak siswa dalam menari serta penghayatan terhadap reog. Reog Ponorogo adalah salah satu wujud kesenian yang muncul dari hasil budaya, yang tumbuh dan berkembang di Ponorogo. Sebuah tontonan yang berbentuk drama tari dan diiringi bunyi musik tradisional/daerah setempat yang disebut gamelan. Tokoh utamanya adalah raja Kelono Sewandono dengan patihnya yang bernama Bujang Ganong. Dua tokoh inilah Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo yang menjadi sumber ceritera kesenian reog Ponorogo. Kesenian ini sangat akrab dan membudaya bagi warga Ponorogo dimanapun mereka berada walau mereka sampai diluar negeri (Soemarto, 2014:25). Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kerthabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kerthabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog. Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singo Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya. Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku. Tokoh-tokoh pada reog terdiri dari, jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari. Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980an penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik (Soemarto, 2014:45). Warok yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik. Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin). Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin. Barongan (Dadak Merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang 997 Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009 tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran. Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu tunggu oleh penonton khususnya anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkesadaran keras, cerdik, jenaka dan sakti. Kecintaan Kesenian Reog Pengertian Kecintaan terhadap Kesenian reog “Kecintaan Kesenian reog adalah bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap kesenian reog. Kecintaan terhadap kesenian reog yaitu mengenal dan mencintai terhadap kesenian reog sehingga selalu berusaha untuk melestarikan daripada kelangsungan reog itu sendiri. Sehingga diharapkan setiap warga di Ponorogo khusunya untuk memelihara, melestarikan, mencintai dan senantiasa menjaga keberlangsungan kesenian reog ini. Perilaku sikap cinta terhadap kesenian reog yaitu dengan turut peduli terhadap kesenian reog, merasa bangga dengan kesenian reog, serta ikut untu melestarikan kesenian reog di tengah semakin banyaknya kesenian yang masuk dari luar. Indikator dari cinta terhadap reog adalah dengan berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kecintaan, kepedulian, dan penghargaan terhadap kesenian reog Ponorogo. Teori Belajar Sosial Observasional Bandura Menurut Bandura dalam (Nursalim, 2007:58) tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modelling atau imitasi dari pada melalui pengajaran langsung. Peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru), hal ini disebut “observational learning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura dalam (Nursalim, 2007:57) menyebutkan empat proses yang mempengaruhi belajar obsevasional, yaitu proses attensional, proses retensional, proses pembentukan perilaku, dan proses motivasional. Selanjutnya tentang pengertian dari ke empat proses dalam mempengaruhi belajar observasional, yaitu: Proses Attensional, sebelum sesuatu dapat dipelajari dari model, model itu harus diamati terlebih dahulu. Bandura menganggap belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukkan bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari. Menurut Bandura, orang akan lebih memilih model yang lebih mampu dalam meraih hasil yang bagus dari pada model yang sering gagal. Sehingga, dalam proses atensional, karakteristik model juga akan mempengaruhi sejauh mana mereka akan diperhatikan. Proses retensional, agar informasi yang sudah diperoleh dari observasi bisa berguna, informasi itu harus diingat atau disimpan. Informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara, secara imajinal (imajinatif) dan secara verbal. Menurut Bandura, simbol-simbol yang disimpan secara imajinatif adalah gambaran tentang halhal yang dialami model, yang dapat diambil dan dilaksanakan lama sesudah belajar observasional terjadi. Jenis simbiolisasi yang kedua adalah verbal. Sebagian proses kognitif mengatur perilaku terutama adalah konseptual dari pada imajinal. Setelah informasi disimpan secar kognitif, ia dapat diambil kembali, diulangi dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar observasional terjadi. Proses pembentukan perilaku, proses produksi menentukan sejauh mana hal-hal yang telah dipelajari akan diterjemahkan ke dalam tindakan atau performa. Seseorang mungkin mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tak mampu menerjemahkan informasi itu ke dalam perilaku karena ada keterbatas. Misalnya, perangkat gerak otot yang dibutuhkan untuk respon tertentu tidak tersedia atau karena orang belum dewasa, cedera, atau sakit parah. Proses motivasional dalam teori Bandura yaitu, penguatan memiliki dua fungsi utama. Pertama, Bandura menciptakan ekspektasi dalam diri bahwa jika mereka bertindak seperti model yang dilihatnya diperkuat untuk altivitas tertentu, maka mereka akan diperkuat juga. Kedua, Bandura bertindak sebagai insentif untuk menerjemahkan belajar ke kinerja. Apa yang dipelajari melalui observasi akan tetap tersimpan sampai pengamat itu punya alasan untuk menggunakan informasi itu. Skema Berpikir penelitian ini adalah saat ini Reog Ponorogo yang asli dari Ponorogo mulai luntur oleh adanya globalisasi. Globalisasi yang saat ini terjadi membawa pengaruh yang cukup besar terhadap remaja di Indonesia. Siswa lebih memilih kebudayaan baru karena menurut mereka lebih bagus dan lebih menarik. Oleh karena adanya peristiwa tersebut, perlu adanya suatu usaha untuk mengembalikan lagi kelestarian dari seni yang ada. Upaya dalam menumbuhkan kecintaan Reog dilakukan dengan strategi atau cara yang digunakan dalam mencapai tujuan agar kelestarian kesenian reog dapat terjaga. Penerapan strategi tersebut dapat dilakukan diberbagai tempat seperti di rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Namun pada penelitian ini menggunakan sekolah sebagai sarana atau tempat untuk mengamati. Strategi sekolah yang digunakan dalam Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo menumbuhkan kecintaan Reog tersebut. Sekolah dipilih karena sekolah memiliki struktur organisasi yang jelas, dimana terdapat Kepala Sekolah, Wakasek kesiswaan serta guru pembimbing Reog yang saling bersinergi. Berdasarkan teori belajar sosial observasional dari Bandura yaitu proses attensional, siswa dituntut untuk menyukai kegiatan sekolah yang berhubungan dengan Kesenian Reog, sehingga siswa akan lebih mudah dalam menerima pelajaran maupun ekstrakurikuler Reog. Proses retensional, pada proses ini siswa diharapkan selalu ikut dan sungguh-sungguh dalam pelajaran muatan lokal Reog dan rutin datang dalam kegiatan ekstrakurikuler reog. Proses pembentukan perilaku, pada proses ini siswa diharapkan mampu melakukan praktek atau tidakan dari apa saja yang telah dipelajari dari muatan lokal maupun ekstrakurikuler reog. Siswa yang mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh sekolah yang berhubungan dengan kesenian reog pasti akan dengan mudah melakukannya. Terakhir adalah proses motivasional, pada proses ini siswa yang mampu melaksanakan praktek dengan baik pasti akan mendapat penilaian yang baik dari guru pembimbing. Dengan adanya motivasi tersebut maka para siswa akan lebih rajin dan bersemangat dalam melakukan kegiatan kesenian Reog. peneliti kemudian ditarik suatu kesimpulan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kesenian reog. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan variabel pada penelitian ini yaitu strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan reog kepada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo. Strategi yang dilakukan sekolah adalah melalui pembelajaran muatan lokal reog, kegiatan ekstrakurikuler reog, serta budaya sekolah dengan pembiasaan-pembiasaan yang sering dilakukan. Pembelajaran muatan lokal reog merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Selanjutnya, kegiatan ekstrakurikuler reog merupakan kegiatan diluar jam belajar sekolah sebagai upaya sekolah untuk lebih memaksimalkan potensi siswa. Adapun juga budaya sekolah merupakan hal-hal pembiasaan yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah yang dilakukan secara terus menerus. Dalam penelitian ini, instrumen penelitiannya adalah angket, wawancara. Lembar angket, data angket digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomer satu yaitu Bagaimana strategi yang dilakukan sekolah dalam menumbuhkan kecintaan kesenian Reog pada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo. Pedoman Wawancara digunakan untuk memberikan penjelasan yang lebih detail bagian-bagian dari angket. Data dari wawancara digunakan untuk manjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Untuk menjawab rumusan masalah nomer dua yaitu kendala apa saja yang dihadapi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan kesenian Reog pada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara yang diberikan kepada narasumber. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan siswa terhadap reog di SMA Negeri 1 Ponorogo, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini menggunakan teknik untuk mendapatkan data yang relevan dan valid yaitu sebagai berikut : (1) angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden mengenai hal-hal yang ingin diketahui peneliti, Arikunto (2006:164). Pada penelitian ini menggunakan angket terbuka, dimana didalam angket tersebut sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Angket ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian reog kepada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. (2) Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara utnuk memperoleh informasi dari terwawancara, Arikunto (2006:104). Pada penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu metode penelitian yang menggambarkan atau melukiskan suatu keadaan tertentu secara terperinci dan dianalisis secara statistik (Arikunto, 2006:279). Metode yang digunakan deskriptif kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap angket yang diberikan. Kemudian data tersebut dikuantitatifkan atau diangkakan. Setelah diperoleh angka kemudian dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan, sehingga dapat dipresentasekan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan Reog kepada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo. Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Ponorogo yang beralamat di Jalan Budi Utomo Nomer 1 Jenangan, Ponorogo, Jawa Timur. Waktu penelitian yang dilaksanakan selama pengajuan judul pada Oktober 2014 akhir sampai selesai penyusunan skripsi ini. Subjek Penelitian yang menjadi subjek penelitian adalah guru serta siswa dari SMA Negeri 1 Ponorogo. Guru yang menjadi subjek penelitian adalah guru mulok dan guru pembimbing ekstrakurikuler reog yang berjumlah lima orang. Adapun siswa yang menjadi subjek adalah siswa SMA Negeri 1 Ponorogo yang mengikuti ekstrakurikuler reog di sekolah. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh 999 Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009 terbuka, dimana para subyeknya mengetahui sedang diwawancarai dan mengetahui maksud dari wawancara tersebut. Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang dihasilkan dari angket. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian Reog kepada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo. (3) dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan merupakan dokumentasi yang berasal dari SMA Negeri 1 Ponorogo, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo tentang ektrakurikuler reog maupun mulok reog. Dokumentasi berupa foto kegiatan, maupun file-file lain yang berhubungan dengan kegiatan sekolah khususnya yang berhubungan dengan reog. Data ini digunakan untuk mendukung dalam menjawab rumusan masalah. Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dalam bentuk prosentase. Kemudian, hasil prosentase akan dinarasikan atau dideskriptifkan melalui kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif merupakan sebuah teknik pengelolaan data, dimana jawaban yang diperoleh dari angket pada tiap-tiap responden akan diberi nilai, Cresswel (2009: 178). Hasil angket dari masing-masing responden akan diprosentasekan. Rumus prosentasi yaitu sebagai berikut : Keterangan : P = Hasil akhir dalam persentase = Jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket = Jumlah seluruh nilai HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Strategi yang dilakukan Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Kesenian Reog pada Siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo Strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan kesenian reog pada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo, dilaksanakan melalui beberapa strategi yaitu, (1) melalui mata pelajaran yang dimasukkan dalam muatan lokal reog. (2) melalui kegiatan ekstrakurikuler. Strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan reog pada siswa dilaksanakan melalui pembelajaran muatan lokal reog yang diberikan guru kepada siswa di kelas. Penelitian yang telah dilakukan mendapatkan hasil tentang startegi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan reog terhadap siswa dalam proses pembelajaran muatan lokal reog di kelas, yang dilaksnakan oleh guru muatan local reog. Penelitian yang sudah dilaksanakan menunjukkan hasil yang dijelaskan dalam tabel seperti berikut : Tabel 1 Materi Pembelajaran Muatan Lokal Reog Jawaban No Pernyataan Ya Tidak % % Guru menjelaskan tentang sejarah reog, pemain dalam 100% 1 0 kesenian reog kepada siswa 2 3 4 5 Guru menyampaikan materi kesenian reog sesuai dengan buku materi Guru menggunakan media pembelajaran untuk menyampaikan materi reog kepada siswa Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan media pembelajaran dalam menerangakan materi kepada siswa Guru menggunakan media gambar untuk menjelaskan reog sebagai upaya menarik minat siswa terhadap reog 100% 0 100% 0 0 100% 100% 0 Sumber: Data Primer Tabel di atas menjelaskan tentang materi pembelajaran mulok di kelas. Item nomer satu guru menjelaskan tentang sejarah reog, pemain dalam kesenian reog kepada siswa. Pada pelaksananaanya semua guru melaksanakan item tersebut. Item nomer dua, guru menyampaikan materi kesenian reog sesuai dengan buku materi, guru menggunakan media pembelajaran untuk menyampaikan materi reog kepada siswa. Materi yang disampaikan kepada siswa seperti pembahasan sejarah reog, pemain dalam reog, alat-alat musik yang digunakan, serta nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian reog. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh bapak Gatot : “Materi yang disampaikan saat pembelajaran yaa tidak jauh-jauh dari reog mas, Kan ini muatan lokal reog, jadi materi yang disampaikan kepada murid yaa seperti sejarah reog, siapa saja pemain reog, alat musik apa saja yang digunakan, terus reog itu mengajarkan nilai-nilai apa saja”.(14 Mei 2016). Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Hariadi yang menuturkan apa saja materi yang diajarkan kepada siswa: “Kalau ngomongin materi yang diajarkan, pastinya yaa tentang reog. Mulok ini diajarkan kan karena pentingnya kesenian daerah kita toh mas. Kalau saya mengajar yang saya ajarkan apa itu yang namanya reog, bagaiman asal mula Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo terbentuknya, gimana perkembangan reog sekarang, dan juga alat-alat apa saja yang digunakan untuk bermain reog”. (14 Mei 2016). Dalam proses pembelajaran diperlukan metode yang dapat membuat siswa lebih cepat dalam memahami materi yang diajarkan. Proses tersebut seperti dengan mengguakan media-media yang dapat memacu kreatifitas dan yang menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian reog. Seperti menggunakan media gambar, menggunakan replika perlengkapan reog, atau menggunkan video pementasan reog. Hal tersebut bertujuan untuk membuat siswa tertarik dan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kesenian reog. Pemilihan media belajar tersebut yang memudahkan siswa agar mudah menyerap materi ajar. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Gatot seperti di bawah ini : “Memilih media pembelajaran yang akan digunakan itu kadang bikin ribet mas, kan apa yang dibutuhkan belum tentu ada. Seperti menggunakan gambar, kalau gambar sich mudah tinggal cari di internet. Kalau mau seperti patung yang agak sulit, kan harus beli dulu. Jadi kalau saya mengajar ke siswa, kadang saya menggunakan media yang mudah-mudah saja, seperti kadang memakai gambar, kadang memakai video”.(14 Mei 2016). Hal yang hampir sama juga diutarakan oleh Bapak Hariadi : “Kalau saya menggunakan media pembelajaran yang ada saja mas, yaaa pakai gambar kalau ada. Saya jarang memakai media pembelajaran, saya lebih sering menyruh mereka menyaksikan atau mencari sendiri di luar sana. Kan kalau seperti itu mereka akan merasa bagaimana asyiknya, jadi mereka akan tetap ingat denga reog syukursyukur mau melestarikan kesenian reog”.(14 Mei 2016). Proses pembelajaran mulok yang dilaksanakan oleh guru mulok, mereka menggunakan media pembelajaran untuk mempermudah proses pengajaran kepada siswa. Media pembelajaran yang digunakan mudah untuk didapatkan, hal itu dimaksudkan agar siswa dapat juga untuk memiliki media yang digunakan oleh guru. Dalam proses pembelajaran menggunakan media juga tidak didapat kesulitan dalam mengajar. Hal tersebut membuat para siswa lebih tertarik dalam kesenian reog. Strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan reog pada siswa dilaksanakan melalui pelaksaan pembelajaran muatan lokal reog yang diberikan guru kepada siswa di kelas. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada guru tentang startegi dalam menumbuhkan kecintaan reog terhadap siswa dalam proses pelaksaan pembelajaran muatan lokal reog di kelas, menunjukkan hasil yang dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 2 Pelaksanaan Pembelajaran Mulok Reog terhadap siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo Jawaban No Pernyataan Ya Tidak % % Guru menyampaikan materi reog secara terperinci dan jelas 1 100% 0 agar siswa lebih mudah dalam memahami kesenian reog Siswa antusias setelah 2 bapak/ibu menggunakan 100% 0 media pembelajaran tersebut Guru memberikan kuis kepada siswa sebagai evaluasi agar 3 100% 0 siswa lebih memahami materi reog Guru lebih senang mengajar 4 dengan metode ceramah untuk 100% 0 menyampaikan materi reog Guru menghimbau siswa 5 untuk menyaksikan 100% 0 pementasan reog yang ada Guru memberi motivasi kepada siswa agar 6 100% 0 menumbuhkan rasa kecintaan terhadap kesenian reog Guru menjelaskan tentang 7 pentingnya untuk melestarikan 100% 0 kesenian reog kepada siswa Guru menyampaikan materi dengan sabar dan sungguh8 100% 0 sungguh sebagai perwujudan nilai-nilai reog Guru menemukan kesulitan dalam menyampaikan 9 0 100% pentingnya kesenian reog kepada siswa Sumber: Data Primer Tabel menunjukkan tentang pelaksanaan mulok di kelas, dalam pelaksanaan mulok terdiri dari sepuluh item. Item nomer satu tentang penyampaian materi yang terperinci sebagai upaya agar siswa lebih memahami materi ajar. Pada item tersebut seluruh guru telah melaksanakan item tersebut. Media yang digunakan juga membuat siswa menjadi antusias, terdapat pada item nomer dua. menyatakan hal tersebut telah dilaksaankan. Item ke tiga yaitu tentang guru memberi motivasi kepada siswa agar menumbuhkan rasa kecintaan terhadap kesenian reog, seluruh guru melaksanakannya. Selanjutnya sebagai upaya dalam melaksanakan 1001 Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009 pembelajaran yang menyenangkan di kelas, guru melaksanakan beberapa kegiatan yang mengundang keterlibatan siswa sebagai upaya yang digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidan membosankan. Hal tersebut dilakukan agar siswa paham materi yang diajarkan dan dapat menumbuhkan kecintaan mereka terhadap kesenian reog. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Gatot : “Upaya yang saya lakukan agar tercipta suasana yang menyenangkan dan siswa merasa senang dengan materi yang diajarkan adalah dengan membuat materi yang diajarkan menjadi ringan. Tidak terlalu mengajar dengan suasana tegang, mengalir dan cair. Sehingga di kelas itu ada kehidupan, mksudnya klo giliran saya Tanya mereka bisa menjawab gitu”.(14 Mei 2016). Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hariadi, beliau menjelaskan bahwa : “Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan siswa merasa senang diajar oleh guru, saya memperlakukan semua siswa semua. Jadi tidak ada yang iri dengan yang lain. Selain itu sering juga saya kasih guyonanguyonan yang saya gunakan juga sebagai contoh untuk menerangkan kepada siswa. Selain siswanya ngerti juga terbentuk suasana yang menyenangkan”.(14 Mei 2016). Selanjutnya penjelasan yang diutarakan oleh bapak Nade yaitu hampir sama dengan bapak Gatot dan Bapak Hariadi : “Sebagaimana tugas seorang guru, saya akan berusaha yang terbaik agar siswa dapat mengerti serta paham, sebelum saya mengajar saya akan meingatkan kepada siswa untuk saling membantu. Sehingga dengan begitu siswa akan memahami dan dapat terlaksana kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Siswa dapat kosentrasi dan guru dapat menyalurkan ilmu yang diberikan kepada siswa”.(14 Mei 2016). Selanjutnya kegiatan guru dalam memotivasi siswa agar mereka memiliki atau tumbuh jiwa kepedulian terhadap reog. Pada tabel di atas menujukkan bahwa seluruh guru memberikan motivasi kepada siswa. Hal tersebut juga dijelaskan oleh guru-guru mulok, bagaimana upaya seorang guru dalam memberikan motivasi atau memotivasi siswa agar memiliki semangat dalam belajar kesenian reog. Dalam hal ini seorang guru berupaya dengan segala kemampuan untuk memotivasi siswa agar tumbuh rasa semangat belajar. Seperti yang diungkapkan oleh bapak gatot berikut ini : “Cara memotivasi saya ke siswa sebenarnya biasa saja, tidak terlalu bagaimana-bagaimana, kan kalau terlalu gimana gitu dikira lebay toh mas. Maka dari itu saya cukup mengingatkan mereka untuk selalu belajar serta semangat dalam mengenal dan memahami kesenian reog. Biasanya setiap ada pelajaran mulok gitu saya sesipin sedikit ceramah atau sekedar nasehat saja mas”.(14 Mei 2016). Bapak Hariadi selaku guru moluk mengungkapkan hal yang senada dengan Bapak Gatot, hal tersebut diungkapkan juga seperti ini : “Untuk memotivasi siswa sebagai upaya menumbuhkan semangat belajar, saya cuma memberi nasehat saja kepada mereka. Tidak ada kiat khusus, cuma menasehati seperti guru yang lain. Siswa disini pasti paham dan dan mengerti apa yang saya maksud dan harapkan pada mereka. Mereka Cuma perlu diarahkan saja, tidak perlu yang aneh-aneh”.(14 Mei 2016). Selanjutnya hal yang hampir sama juga diutarakan guru mulok yang ketiga yaitu bapak Nade, beliau mengatakan bahwa : “Kalau sebagai guru, saya jarang untuk terusterusan memberikan motivasi kepada siswa. Saya hanya memberikan nasehat untuk belajar kesenian reog. jarang-jarang mas kalau ngasih motivasi, paling juga seperlunya saja klo buat siswa. Kan sebagai siswa sudah tanggung jawab mereka untuk belajar”.(14 Mei 2016). Kemudian strategi sekolah sebagai upaya untuk membuat siswa dapat memahami kesenian reog dan tumbuh rasa cinta terhadap kesenian reog, para guru di sekolah ini memiliki cara. Dalam mengajar mereka menggunakan metode yang mudah dipahami oleh siswa, menggunakan contoh yang memudahkan siswa untuk mengerti dan memberikian nasehat yang pada intinya membuat siswa lebih mengenal terhadap kesenian reog. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang diutarakan oleh bapak Gatot : “Yang saya lakukan sebagai guru agar siswa siswa memahami reog dengan cara memberikan pemahaman materi dengan teliti dan membuat siswa lebih mudah untuk menyerap materi reog dengan cara yang sederhana. Sedangkan untuk membuat siswa lebih mau untuk peduli dengan kesenian reog, saya hanya menasehati mereka. Kalau di kelas saya sering bercerita atau mendongeng tentang reog, yang intinya saya mengajak siswa untuk mau mencari tahu reog itu seperti apa”.(14 Mei 2016). Kemudian pernyataan yang hampir sama disampaikan oleh bapak Hariadi yaitu : “Kalau saya lebih memilih memberikan mereka penjelasan tentang reog terlebih dahulu, kemudian saya suruh mereka belajar sendiri. Kan Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo kalau seperti itu siswa akan membuat siswa berusaha untuk lebih berpikir sendiri. Kan kalau kegiatan itu dilakukan secara berulang-ulang, siswa nanti akan memahami sendiri dan dengan sendirinya juga mereka akan tumbuh kepedulian terhadap reog”.(14 Mei 2016). Begitu juga hal yang sama diutarakan oleh bapak Nade : “Memahami reog itu susah-susah gampang, perlu adanya kesadaran yang untuk bisa. Ada siswa yang disampaikan materi dengan mudah dapat memahami, tapi tak jarang juga ada yang sulit menangkap. Sehingga perlu kesabaran guru agar siswa lebih mudah menangkap apa yang dimaksud. Selain itu juga sering saya memberikan mereka kata-kata yang sekiranya dapat membuat mereka lebih mau mengenal dan peduli kepada reog”.(14 Mei 2016). Selanjutnya merupakan hasil angket tentang guru menyampaikan pentingnya nilai-nilai kesenian reog kepada siswa. Keseluruhan guru menjelaskan pentingnya kesenian reog kepada siswa. Selanjutnya seluruh guru juga menyampaikan, nilai-nilai yang terkandung pada kesenian reog. Hal trsebut juga dijelaskan oleh guru-guru mulok, bahwa kesenian reog merupakan seni tradisional yang mengajarkan tentang nilai-nilai kerja keras, kerja sama, disiplin serta sungguh-sungguh. Sebagai guru menjadi tanggung jawab agar siswa mereka paham dan mengerti nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian reog tersebut. Selain mengerti diharapkan siswa juga memiliki atau tumbuh rasa tersebut. Beberapa contoh hal-hal yang dilakukan oleh guru seperti yang diungkapkan oleh Bapak Gatot: “Misalnya untuk membuat mereka kerjasama, saya bikin saja kelompok beberapa anak. Kemudian mereka diberikan tugas untuk saling berkomunikasi dan bekerjasama satu dengan yang lain. Dari hal tersebut kan nantinya siswa akan mengerti betapa pentingnya nilai-nilai yang diajarkan, yaa tentunya dengan menjelaskan maksud dari kegiatan mereka setelah usai kegiatan itu”.(14 Mei 2016). Sedangkan Bapak Hariadi menjelaskan bahwa, “Untuk menciptakan atau menumbuhkan nilainilai yang terkandung dalam reog, saya sering menjelaskan kepada mereka kalau reog itu seperti ini gitu lhoo. Kalau yang untuk menumbuhkan itu saya jelaskan dan memberikan nasehat-nasehat seperti yang ada di tv mas. Biar siswa itu lebih terinspirasi”.(14 Mei 2016). Kemudian bagaimana respon siswa setelah dilaksanakan pembelajaran mulok menjadi item selanjutnya yang menjadi analisis. Respon yang diberikan siswa yang menjadi lebih peduli dan mau mendalami kesenian reog. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Gatot seperti ini: “Siswa menjadi lebih antusias setelah melaksanakan pembelajaran mulok dikelas. Nilai mereka juga sudah melebihi KKM yang telah ditentukan. Selain itu mereka juga merasa senang saat pembelajaran, tidak terlalu tegang dan membuat jenuh. Saat belajar di kelas tak jarang ada siswa yang bertanya juga apabila belum paham dengan materi”.(14 Mei 2016). Selanjutnya menurut Bapak Hariadi adalah: “Karena sejak awal kegiatan ini dimaksudkan agar siswa lebih mengenal dan memahami reog, jarang dari mereka yang tidak masuk kelas. Hal ini selain pembelajaran yang santai dan tidak terlalu berat, mereka meras senang dan dan tidak terbebani walaupun ada tugas. Mereka mengerjakan tepat waktu tugas yang saya diberikan”.(14 Mei 2016). Strategi dalam menumbuhkan kecintaan reog kepada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo yang selanjutnya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler reog. Kegiatan ekstrakurikuler reog dilaksanakan sebagai salah satu strategi sekolah agar siswa tumbuh kencintaan terhadap reog. Adapun hasil angket pertanyaan kepada guru akan dijelaskan pada tabel seperti berikut: Tabel 3 Praktek Kegiatan Ekstrakurikuler Reog Jawaban No Pernyataan Ya Tidak % % Guru melaksanakan praktek menari sesuai dengan buku 1 100% 0 pedoman kegiatan ekstrakurikuler Guru lebih senang menerangkan gerakan tari 2 dengan ceramah daripada 0 100% memberikan contoh gerakan dalam ekstra Guru menggunakan media untuk mempermudah dalam 3 melaksanakan praktek tari 100% 0 kepada siswa dalam kegiatan ekstra Guru menggunakan media pembelajaran yang mudah 4 diperoleh sehingga siswa mau 100% 0 memliki dan lebih antusias dalam mempraktekkan sendiri 5 Siswa menjadi antusias setelah 100% 0 1003 Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009 guru menggunakan media dalam menerangkan gerakan tari saat ekstra reog Guru menggunakan media video tari untuk menjelaskan gerakan tari reog agar siswa 6 100% 0 lebih mudah dalam mengenal macam-macam gerakan tari reog Sumber: Data Primer Tabel menjelaskan tentang kegiatan yang dilaksanakan saat kegiatan ekstrakurikuler reog. Item nomer satu yaitu guru melaksanakan praktek menari sesuai dengan buku pedoman kegiatan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan ekstrakurikuler reog, kegiatan yang dilaksanakan adalah seperti berlatih reog atau praktek menari reog. Hal tersebut seperti yang diutarakan oleh Ibu Endah : “Kegiatan yang dilakukan setiap ekstra seperti berlatih menari reog, berlatih gerakan reog yang benar, dan berlatih memainkan alat musik sebagai pengiring dalam menari reog mas. Jadi tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan, pokoknya yaa latihan menari saja sampai benar semua gerakannya”.(16 Mei 2016). Selanjutnya item yang kedua yaitu guru lebih senang menerangkan gerakan tari dengan ceramah daripada memberikan contoh gerakan dalam ekstra. Item tersebut mendapat presentase 100% guru menyatakan tidak atau ke dua guru tidak melaksanakn. Dalam proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler reog yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ponorogo. Dalam proses pelaksanaan ekstra, guru membimbing siswa agar melaksanakan latihan tari dengan baik. Guru mengajarkan kepada siswa cara menari yang benar, memberikan contoh tarian yang benar terlebih dahulu kepada siswa. Dengan begitu siswa akan cepat memahami dan memiliki kepedulian terhadap kesenian reog, hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Gatot : “Dalam ekstra kita tidak memberikan perlakuan formal seperti pembelajaran di kelas, kalau ekstra ada mengajarnya tapi sekedar memberikan contoh gerakan tari, mengamati apakah siswa sudah mampu menari dengan benar, dan apakah siswa sudah mengerti dan bisa menari dengan baik. Intinya dalam kegiatan ekstra, fokusnya siswa bisa menari dengan benar dan siswa memiliki kepedulian dengan reog”.(16 Mei 2016). Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Endah : “Mengajar ekstra yaa seperti biasa mas, ini siswanya rata-rata sudah bisa menari dan memang pengen lebih handal untuk menari, jadi saat ekstra saya hanya memberikan contoh gerakan yang benar saja. Siswanya juga sudah paham, mungkin kalau ada yang dimodifikasi atau ada gerakan yang ditambah saja baru ada fokus sedikit”.(16 Mei 2016). Dalam proses kegiatan ekstrakurikuler reog, guru menggunakan media pembelajaran dalam proses kegiatan ekstra. Hal tersebut dilakukakan sebagai upaya agar siswa lebih mudah dalam menangkap materi serta lebih bisa mengembangkan pemahaman mereka terhadap reog. Media yang digunakan berupa video yang menampilkan pentas tari kesenian reog. dengan menyaksikan video siswa dapat lebih mudah paham terhadap kesenian reog. Strategi selanjutnya yang dilaksanakan sekolah dalam menumbuhkan kecintaan siswa terhadap reog adalah dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler reog. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada guru ekstrakurikuler reog dijelaskan dalam tabel seperti di bawah ini : Tabel 4 Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Reog Jawaban No Pernyataan Ya Tidak % % Guru menghimbau siswa untuk mempraktekkan lagi 1 100% 0 gerakan tari yang diberikan kepada siswa di rumah Guru memberi motivasi kepada siswa untuk 2 menumbuhkan kecintaan 100% 0 terhadap kesenian reog saat ekstra reog Guru memotivasi siswa untuk bersungguh-sungguh, 3 disiplin,dan kerja keras 100% 0 sebagai perwujudan nilai-nilai kesenian reog Guru menghimbau siswa agar siswa sering menyaksikan 4 100% 0 pentas reog atau video rekaman reog Guru menyampaikan 5 pentingnya melestarikan 100% 0 kesenian reog kepada siswa Guru menjelaskan akronim reog yang mengajarkan tentag 6 100% 0 nilai-nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dsb Sumber: Data Primer Tabel menjelaskan tentang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler reog. Item pada tabel di atas yaitu tentang Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo guru memberi motivasi kepada siswa untuk menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian reog saat ekstra reog, guru menyatakan melaksanakan kegiatan tersebut. Selanjutnya bagaimana guru memberikan motivasi kepada siswa lebih lanjut dijelaskan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Endah berikut : “Siswa yang ikut ekstra biasa sudah akrab dengan saya, dengan sudah akrabnya itu jadi mudah memberikan nasehat kepada mereka. Yaa sekedar sharing-sharing saja bagaimana reog sekarang ini, jadi sekaligus memberikan motivasi kepada mereka. Selain itu juga saat latihan saya mengajarkan mereka untuk disiplin, dan sungguh-sungguh dalam berlatih. Kan itu sebenarnya nilai-nilai yang ada pada reog”.(16 Mei 2016). Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Gatot : “Untuk memotivasi siswa sebagai upaya menumbuhkan semangat belajar, saya cuma memberi nasehat saja kepada mereka. Tidak ada kiat khusus, cuma menasehati seperti guru yang lain. Siswa disini pasti paham dan dan mengerti apa yang saya maksud dan harapkan pada mereka. Mereka Cuma perlu diarahkan saja, tidak perlu yang anehaneh”.(16 Mei 2016). Proses kegiatan ekstra yang menyenangkan adalah salah cara yang baik sebagai upaya agar siswa lebih bisa menegenal dan dapat menumbuhkan kecintaan mereka terhadap reog. Karena kegiatan yang menyenangkan dapat membuat kesan yang baik kepada siswa, sehingga pada akhirnya mereka memiliki rasa bangga terhadap kesenian reog. Adapun beberapa cara yang dilakukan oleh guru supaya kegiatan ekstra dapat menyenangkan. Seperti pelaksanaan yang santai, tidak terlalu formal seperti di kelas, namun guru tetap sabar dalam melatih siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Endah seperti dibawah : “Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kegiatan ekstra, biasanya dilakukan dengan santai. Sehingga ekstranya dapat berjalan dengan menyenangkan. Santai disini bukan santai yang malas-malasan mas, tapi juga tetep serius”.(16 Mei 2016). Berdasarkan hasil penelitian kepada pembimbing ekstrakurikuler reog, dijelasakan bahwa dalam kegiatan pelaksanaan ekstra guru memberikan motivasi kepada siswa tentang reog. Para guru menghimbau untuk siswa lebih sungguh-sungguh untuk berlatih reog, hal tersebut ditunjukkan agar siswa lebih memahami dang mengerti kesenian reog. Dalam hal tersebut guru berupaya menciptakan kegiatan ekstra yang meneyenangkan dengan pelaksanaan yang santai namun tetap bertanggung jawab. Pada tabel menjelaskan tentang guru yang yang menyampaikan tentang pentingnya kesenian reog tersebut. Dijelaskan bahwa kedua guru atau presentase sebesar 100% menyampaikan pentingnya kesenian reog kepada siswa, Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibu Endah : “Reog itu penting mas, dari dulu sampai sekarang reog itu kesenian yang penting untuk dijaga kelestariannya. Saya sering memberikan nasehat kepada mereka, mungkin mereka sampai bosan mas. Reog kan selain sebagai warisan budaya, juga dapat menjadi identitas yang membagakan bagi masyarakat Ponorogo”.(16 Mei 2016). Menurut para guru pembimbing ektrakurikuler reog, mereka telah menyampaikan pentingnya kesenian reog kepada siswa. Para guru menasehati mereka pentingnya kesenian reog untuk dilestarikan dewasa ini. Para guru sudah menasehati para siswa untuk lebih peduli dan bangga kepada reog walau kegiatan tersebut dilaksanakan jarang-jarang saja. Guru kesenian reog menjelaskan bahwa reog yang merupakan kebanggaan masyarakat Ponorogo perlu adanya regenerasai. Selanjutnya kegiatan ekstrakurikuler yaitu guru menjelaskan kepada siswa tentang akronim reog yang menjelaskan tentang nilai-nilai reog. Ke dua guru tersebut menyatakan bahwa mereka melaksnakan hal tersebut kepada para siswa. Hal tersebut juga diungkapkan oleh ibu Endah : “Reog merupakan kesenian yang mengajarkan tentang kedisiplinan, kerjasama. Kami para guru menjelaskan kepada mereka hal tersebut, saya sampaikan ke siswa ketika istirahat saat selesai latihan. Hal itu saya lakukan karena pentingnya reog serta untuk membuat mereka lebih giat untuk berlatih reog”.(16 Mei 2016). Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Gatot : “Saya kadang memberikan nasehat kepada meraka agar lebih rajin untuk berlatih reog. Untuk menjadi seniman reog, mereka harus disiplin untuk rajin berlatih reog. Reog itu bagus untuk ditekuni, siswa harus kerja keras dan disiplin untuk bisa menjadi menari reog dengan baik”.(16 Mei 2016). Selanjutnya berdasarkan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, siswa menjadi lebih aktif dan mereka mulai bangga dengan kesenian reog yang merupakan kesenian asli dari Ponorogo. Mereka yang ikut ekstra semakin giat untuk berlatih. Selain itu mereka juga memakai baju-baju yang bernuansa reog setiap berlatih. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Endah: 1005 Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009 “Anak-anak sekarang menjadi lebih giat kalau berlatih, mereka mulai sadar bahwa kesenian reog dewasa ini semakin penting untuk dilestarikan. Setiap berlatih mereka biasanya datang tepat waktu, yaa walau kadang ada satu dua yang datangnya terlambat. Tapi hal tersebut tidak menjadi hambatan. Intinya banyak dari mereka setelah berlatih reog berkali-kali menjadi lebih peduli dan bangga terhadap kesenian reog”.(16 Mei 2016). Aspek selanjutnya dari pembahasan strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kesenian reog adalah respon siswa terhadap strategi yang telah dilakukan sekolah. Angket yang diberikan kepada siswa digunakan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana kepedulian, rasa bangga terhadap reog, dan siswa mempunyai keinginan untuk melestarikan kesenian reog. Selanjutnya hasil dari angket akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah ini: Tabel 5 Respon Siswa terhadap Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog Jawaban No Pernyataan Ya Tidak % % Siswa senang diajar materi muatan lokal reog dan mulai 1 90% 10% tumbuh rasa peduli terhadap kesenian reog Siswa menjadi lebih tertarik untuk peduli dengan kesenian 2 94% 6% reog dengan materi mulok yang terperinci Siswa mendapat himbauan dari guru untuk belajar materi 3 86% 14% maupun berlatih tari reog di rumah Siswa lebih antusias apabila guru menerangkan menggunakan media 4 pembelajaran seperti dengan 80% 20% gambar atau video saat pelajaran mulok maupun ektra Siswa sering mendapat motivasi dari guru agar lebih 5 94% 6% mengerti dan memahami kesenian reog Siswa setelah mengikuti pelajaran mulok reog menjadi 6 90% 10% ingin lebih mendalami reog dan melestarikannya Siswa menjadi bersemangat untuk mempelajari kesenian 7 reog setelah guru memotivasi 86% 14% anda untuk melestarikan kesenian reog Siswa ingin menjadi seniman reog setelah mengetahui 8 70% 30% pentingnya kesenian reog melalui pelajaran mulok Sumber: Data Primer Tabel menjelaskan tentang rasa kepedulian siswa terhadap kesenian reog setelah mereka mengikuti mulok reog dan ekstrakurikuler reog. Hal tesebut ditunjukkan pada item nomer satu, yaitu siswa merasa senang dengan materi yang diajarkan oleh guru mereka, 90% menyatakan senang dengan materi dan sisanya siswa tidak terlalu senang dengan materi reog yang diajarkan. Item selanjutnya siswa merasa. Item berikutnya adalah himbauan dari guru untuk menyaksikan pementasan kesenian reog yang digelar di tempat lain. Pada item tersebut sebanyak 100% siswa mendapat himbauan tersebut dari guru mereka. Dengan semakin mereka memahami, mengerti kesenian reog, serta nilai-nilai yang ada pada reog. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan salah satu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler reog yaitu Fitria : “Materi yang diajarkan saat mulok sangat menarik, dan dapat membuat tertarik untuk mendalaminya. Saya suka hal-hal yang berhubungan dengan history, apalagi ini reog yang menurut saya itu seni yang bagus. Saya sering belajar-belajar sendiri di rumah, browsing tentang bagaimana sejarah reog yang lain. Yaa saya menjadi suka reog karena ada materi-materi reog yang menarik itu mas”.(17 Mei 2016). Proses pembelajaran mulok reog maupun ekstrakurikuler reog yang mengajarkan tentang kesenian reog membuat para siswa lebih bisa memahami reog. Para guru yang sering menghimbau siswa untuk menyaksikan kesenian reog membuat mereka lebih tertarik terhadap reog. Selain itu, materi yang diajarkan juga membuat rasa penasaran para siswa menjadi tumbuh. Para guru juga memberikan himbauan agar siswa lebih bisa memahami reog di rumah. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya mulok maupun ektrakurikuler reog, banyak diantara siswa mulai tertarik dan memiliki kepedulian untuk lebih mengenal kesenian reog. Aspek selanjutnya adalah rasa bangga siswa terhadap kesenian reog. Pada tabel di atas juga menjelaskan tentang rasa bangga siswa terhadap kesenian reog. Hal tersebut ditunjukkan dengan rasa antusias siswa apabila dalam pembelajaran yang dilaksanakan dalam Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo pelajaran muatan lokal reog guru menggunakan media pembelajaran berupa gambar maupun dengan menggunakan video. 80% siswa menyatakan mereka senang dengan kegiatan tersebut. Item selanjutnya adalah mereka atau siswa merasa terkesan dengan materi yang disampaikan oleh guru mereka.. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Dini : “Saya senang mas diajar materi tentang reog, materinya seru berhubungan dengan sejarah bagaimana reog itu terbentuk. Ternyata reog itu bunyak banyak versi, itu yang bikin menarik. Jadi membuat penasaran sekaligus bangga, di kota kami ternyata ada kesenian yang menarik untuk dipelajari”.(17 Mei 2016). Proses pembelajaran muatan lokal reog sudah berjalan dengan baik, karena para siswa telah memiliki antusias yang baik dengan kesenian reog. Pembelajaran yang membahas tentang materi reog berhubungan dengan sejarah reog telah membangkitkan rasa ingin tahu serta ras kepedulian terhadap reog. Mereka merasa bangga dengan kesenian reog yang merupakan kesenian asli dari Ponorogo. Aspek selanjutnya pada tabel di atas adalah memiliki keinginan untuk melestarikan kesenian reog. Seperti yang diungkapkan oleh Fitria yaitu salah satu siswa berikut ini : “Pada dasarnya saya memang suka menari mas, makanya saya ikut ekstra reog. Disini saya bisa menyalurkan hobi tari saya dan bisa belajar menari dengan benar. Kalau ada kesempatan saya ingin menjadi penari, kalaupun tidak saya bisa berbagi ilmu dengan yang lain. Melestariakn kesenian reog itu penting mas, masak kalah dengan kebudayaan seperti dari korea. Jelas-jelas reog lebih menarik, walaupun lebih ribet”(17 Mei 2016). Dijelaskan bahwa yaitu setelah para siswa mendapat pelajaran muatan lokal reog dan ekstrakurikuler memliki keinginan untuk melestarikan kesenian tersebut. Sebanyak 90% siswa menyatakan hal tersebut baik untuk dilaksanakan, sedangkan sisanya yaitu 10% siswa tidak terlalu mempunyai keinginan untuk melestarikan kesenian reog. Selanjutnya item siswa menjadi memiliki semangat untuk lebih mendalami dan mengerti kesenian reog. Pada item tersebut sebanyak 86% orang siswa menyatakan hal tersebut atau ingin mendalami kesenian reog. Hal tersebut menjelaskan bahwa siswa sudah tumbuh keinginan untuk melestarikan kesenian reog serta lebih mendalami kesenian reog. Pembahasan Menurut Bandura dalam (Nursalim, 2007:57) menyebutkan ada empat proses yang mempengaruhi belajar obsevasional, yaitu proses attensional, proses retensional, proses pembentukan perilaku, dan proses motivasional. Proses attensional (memperhatikan). Pada strategi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan siswa terhadap reog, proses attensional terdapat pada pelaksanaan pembelajaran muatan lokal reog di kelas. Proses ini terjadi saat guru menerangkan materi belajar kepada siswa saat kegiatan atau pelaksanaan pembelajaran di kelas. Siswa kemudian memperhatikan dengan seksama materi yang disampaikan oleh guru. Proses retensional (mengingat). Proses ini terjadi pada saat pelaksanaan muatan lokal di berlangsung di kelas. Siswa akan di berikan oleh guru pengajar tentang materi yang berkaitan dengan muatan lokal yaitu reog. Pada saat pembelajaran informasi yang didapat dari guru akan diingat oleh siswa. Selain dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal reog. Proses motivasional. Proses ini terbentuk pada saat berlangsungnya kegiatan muatan lokal reog. Guru memberikan motivasi berupa wejangan-wejangan atau nasehat yang membuat siswa menjadi tergerak hatinya dalam lebih memahami kesenian reog. Dalam memotivasi siswa, guru menggunakan kata-kata yang menginspiratif bagi siswa. Hal tersebut akan membuat siswa akan lebih mudah tumbuh kecintaan kepada reog. Melalui kegiatan pelaksanaan ekstrakurikuler Strategi sekolah melalui kegiatan pelaksanaan ekstrakurikuler reog yang berhubungan dengan proses attensional pada pelaksanakan kegiatan ektrakurikuler reog. Seperti, guru pembimbing reog mengajarkan siswa gerak tari yang benar kepada siswa peserta ekstra reog. Siswa yang memperhatikan gerakan yang diajarkan oleh guru, akan cepat menerima dan mudah untuk dipraktekkan dalam latihan ekstrakurikuler reog. Namun, apabila ada siswa yang kurang fokus pada saat di sampaikan materi, tentu siswa tersebut akan kesulitan. proses retensional juga terjadi saat pelaksanaan ektrakurikuler reog. Guru pembimbing akan memberikan atau mengajarkan gerakan-gerakan kepada siswa peserta ekstra. Peserta ekstra akan mengingat setiap gerakan yang diajarkan kepada mereka oleh guru pembimbing mereka masingmasing. Proses retensional sangat baik untuk diperhatikan, karena dengan mengingat para siswa akan dengan mudah untuk menjalankan proses evaluasi yang bertujuan untuk mengambil hasil dari proses pembelajaran mulok serta hasil pelaksanaan ekstrakurikuler. Proses pembentukan perilaku. Proses ini terbentuk pada saat siswa melaksanakan latihan ektrakurikuler reog di sekolah. Penilaian atau evaluasi yang dilaksanakan untuk strategi sekolah melalui ekstrakurikuler reog merupakan suatu pembentukan perilaku untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kesenian reog. dengan melaksanakan penilian secara simulasi pementasan, siswa akan lebih 1007 Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 03 Nomor 04 Tahun 2016, 994 - 1009 cepat memahami reog serta akan tumbuh kecintaan terhadap reog. Selain saat pelaksanaan pembelajaran muatan lokal reog, proses motivasional juga terjadi saat pelaksanaan ekstrakurikuler reog berlangsung. Bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih, mereka akan diikut sertakan dalam lomba kesenian reog yang akan diikuti oleh sekolah. Hal semacam itu akan membuat siswa akan lebih giat berlatih seni reog. Karena merupakan suatu prestasi yang membanggakan apabila dapat mewakili nama sekolah dalam suatu perlombaan.Strategi sekolah yang mencakup muatan lokal, ekstrakurikuler reog telah dilakukan para guru sebagai upaya untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap reog. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi menumbuhkan kecintaan reog di SMA Negeri 1 Ponorogo. Kendala yang dihadapi dalam menumbuhkan kecintaan reog kepada siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo terdiri dari penyusunan RPP muatan lokal, minat siswa dalam kesenian reog, kelengkapan yang dimiliki sekolah, dan jalannya budaya sekolah. Seperti penuturan bapak Gatot serta Bapak Hariadi jawaban untuk kendala tentang penyusunan RPP menurut bapak Gatot dan Bapak Hariadi bahwa dalam penyusunan RPP tidak banyak kendala yang dihadapi, karena sekolah memiliki guruguru yang berpengalaman dan sekolah bekerja sama dengan universitas sebagai upaya untuk saling bertukar pemikiran. Dijelaskan lebih lanjut, kendala yang dihadapi adalah dalam hal pendanaan. Pendanaan yang digunakan untuk sarana akomodasi. Kendala yang selanjutnya adalah antusias siswa terhadap reog khususnya dalam pelaksanaan muatan lokal reog serta pelaksanaan ekstrakurikuler reog. Penjelasan narasumber untuk antusias siswa dalam pelaksanaan muatan lokal, siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo mendapatkan nilai rata-rata yang cukup baik dalam penilaian akhir dari pembelajaran. Pada pelaksanaan antusias siswa dalam pelaksanaan ekstrakurikuler reog, peserta yang ikut juga sudah cukup baik. Hasil dari esktra reog juga sangat membanggakan, karena mendapatkan juara pada pagelaran FRN. Kendala yang dihadapi selanjutnya dalam hal kelengkapan peralatan reog. Sekolah masih kekurangan perlengkapan untuk mendukung jalannya pelaksanaan ekstra. Perlengkapan yang dimiliki masih digunakan secara bergantian, walaupun tidak tidak terlalu menggangu namun akan membuang waktu dalam pelaksanaan. Budaya sekolah merupakan salah satu hal yang penting, di SMA Negeri 1 Ponorogo begitu konsisten dalam pelaksanaan budaya sekolah. Mereka memiliki ketentuan agar setiap warga sekolah utuk menjalankan dengan baik. Kendala sekolah selanjutnya adalah tentang wadah yang diberikan oleh sekolah dan pemerintah, dalam hal ini kedua instansi tersebut mendukung dengan adanya reog. Bangunan berupa aula yang dibangun oleh sekolah dapat digunakan oleh siswa setiap saat. Siswa menggunakan aula tersebut setiap ada kegiatan ektra. Selain untuk kegiatan ekstra, aula tersebut juga digunakan untuk berlatih siswa. Siswa berlatih untuk kegiatan perlombaan yang mereka ikuti. Pemerintah juga turut melaksanakan pelestarian terhadap kesenian reog di Ponorogo. Narasumber menjelaskan bahwa, pemerintah Ponorogo juga mendukung dengan membentuk paguyuban reog. Paguyuban tersebut menjadi wadah untuk menyatukan para seniman reog yang ada di Ponorogo. Dengan adanya paguyuban reog, pemerintah dapat membuat progam-progam yang bertujuan untuk tetap melestarian kesenian reog. Kendala selanjutnya adalah tentang budaya sekolah, hasil wawancara angket yang menyatakan bahwa seluruh warga sekolah sudah menjalankan budaya sekolah dengan baik. Warga sekolah yang terdiri guru, staf sekolah, maupun siswa saling bekerja sama untuk mewujudkannya. Mereka menjalankan kerja bakti untuk membersihkan sekolah setiap minggunya. Selain itu, mereka juga saling mengingatkan agar selalu memnjaga kebersihan yang telah mereka semua pelihara. PENUTUP Simpulan Simpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Strategi yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Ponorogo dalam menumbuhkan kecintaan siswa terhadap reog melalui (1) muatan lokal. Muatan lokal mengajarkan materi reog tentang sejarah, para pemain reog yang disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan pembelajaran mulok membuat siswa menjadi memiliki rasa kepedulian terhadap kesenian reog. Hal tersebut dikarenakan guru memiliki cara masing-masing untuk menarik minat siswa. (2) melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pelaksanaan praktek menari reog yang diajarkan guru menarik minat siswa untuk mau lebih mendalami reog. Para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler reog menjadi antusias dengan kegiatan ekstra reog. Strategi yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan reog pada siswa. Sekolah telah berupaya dalam melaksanakan setiap kegiatan yang dapat menciptakan rasa peduli, bangga, serta memiliki kesadaran untuk melestarikan terhadap kesenian reog Ponorogo. Kendala yang dihadapi sekolah dalam menumbuhkan kecintaan reog yaitu, kurangnya akomodasi dalam penyusunan RPP muatan lokal, antusias siswa yang masih kurang, kurangnya kelengkapan yang dimiliki oleh sekolah, kerjasama Strategi Sekolah dalam Menumbuhkan Kecintaan Reog di SMA Negeri 1 Ponorogo pemerintah dengan sekolah, budaya sekolah yang sudah mendukung terlaksananya pelestarian reog. Saran Siswa hendaknya lebih menghargai segala hasil kebudayaan lokal, karena merupakan warisan yang sangat berharga. Siswa yang merupakan generasi muda, harus lebih mencintai kesenian tradisional ketimbang budaya asing yang belum tentu baik. Kesenian tradisional tidak akan bertahan apabila generasi mudanya tidak memiliki kesadaran untuk tetap melestarikannya. Program-progam sekolah yang menjurus kepada pelestarian kebudayaan sebaiknya tetap dipertahankan, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai keberagaman lokal mereka. Sekolah melalui guru untuk tetap bersemangat dalam menjalankan pembelajaran yang menyangkut kegiatan reog ini. Guru juga harus memotivasi siswa agar selalu memiliki semangat yang tinggi dalam setiap kegiatan kesenian reog. Diperlukan kesinambungan antar lembaga yang terkait untuk saling bekerja sama dalam mewujudkan kelestarian kesenian reog itu. Sekolah selain terus fokus untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran, juga meningkatkan kelengkapan peralatan reog yang tentunya sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan. http://www.reogponorogo.com. di akses pada 12 Maret 2015 http://www.detiknews.com/read/2007/11/26/110130/857 411/10/berang-reog-ponorogo-dijiplakmahasiswabakar-bendera-malaysiapagelaran-seni. di akses pada 12 Maret 2015 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Creswell, W. John. 2009. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif & Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa.(terj.). Jakarta. PT Dunia Pustaka Jaya. Mapson, Lisa Clare. 2010. Kesenian, Identitas, dan Hak Cipta: Kasus ‘Pencurian’ Reog Ponorogo. Malang: fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Muhammadiyah Malang. Mubah, A. Safril. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi. Surabaya: fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Airlangga. Nursalim, Mochamad, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan.Surabaya: Unesa University Press. Soemarto. 2014. Menelusuri Perjalan Reog Ponorogo. Ponorogo. CV. Kotareog Media Sumber Internet 1009