[Type the document title] KAJIAN OBYEK ARSITEKTUR JAWA TIMUR (Kec. Jetis Kab, Ponorogo) 1. Pembahasan Umum Rumah Tradisional Jawa Berdasarkan pandangan hidup orang Jawa bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh alam semesta, atau dalam lingkup yang lebih terbatas dari pengaruh lingkungan sekitarnya, maka keberadaan rumah bagi orang Jawa harus mempertimbangkan hubungan tersebut. Joglo sebagai salah satu simbol kebudayaan masyarakat Jawa, merupakan media perantara untuk menyatu dengan Tuhan (kekuatan Ilahi) sebagai tujuan akhir kehidupan (sangkan paraning dumadi), berdasar pada kedudukan manusia sebagai seorang individu, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Nilai filosofis Joglo merepresentasikan etika Jawa yang menuntut setiap orang Jawa untuk memiliki sikap batin yang tepat, melakukan tindakan yang tepat,mengetahui tempat yang tepat (dapat menempatkan diri) dan memiliki pengertian yang tepat dalam kehidupan 9lihat pada gambar 1.1). Gambar 1.1 : Rumah Bagi Orang Jawa Kabupaten Ponorogo, terletak antara : 111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut. Wilayah ini berbatasan dengan : Sebelah utara : Kabupaten Madiun, Magetan dan Nganjuk. Sebelah Timur : Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek. Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan. Sebelah Barat : Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Jawa Tengah). Syahfitri (0851-62) 1 [Type the document title] Mata pencarian penduduk di kota Ponorogo sebagian besar adalah sebagai petani karena berdekatan dengan pegunungan. Pertanian merupakan sector perekonomian terbesar di daerah ini, dengan prosentasi 70% sebagai petani, 25% sebagai pedagang, dan 5% lain-lain. Serta Agama yang dianut oleh mayoritas penduduk adalah Agama Islam, namun Agama Islam di Ponorogo masih bercanpur dengan tradisi kejawen. Misalnya : ritual Batara Kathong dan ritual Telaga Ngebel. Di Ponorogo terdapat rumah tradisional Jawa yang disebut Rumah Sinom-an dan Rumah Doro Gepak. Rumah Sinom-an adalah rumah yang memiliki 8 tiang, sementara Rumah Doro Gepak adalah Rumah yang memiliki 4 tiang, masing-masing memiliki ukuran antar tiang 3 m. Jika dilihat dari banyaknya tiang yang terdapat pada rumah ini, dapat dikatagorikan bahwa rumah ini merupakan jenis Rumah Doro Gepak, karena pada bagian tengah rumah ini menggunakan 4 tiang soko guru (Lihat pada gambar 1.2). Gambar 1.2 : Jumlah Tiang Soko Guru Letak rumah yang menjadi objek pembahasan ini adalah rumah tradisional yang berada di daerah Kutu Wetan kecamatan Jetis, kabupaten Ponorogo. Pada umumnya bentuk bangunan di Jawa Timur bagian barat (seperti di Ngawi, Madiun, Magetan, dan Ponorogo) memiliki kemiripan dengan bentuk bangunan di Jawa Tengahan (Surakarta). Bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki bentuk joglo, limasan (daragepak), srontongan (empyak setangkep). Lihat pada gambar 1.3 sebagai berikut. Syahfitri (0851-62) 2 [Type the document title] Limasan Kampung Joglo Tajug Gambar 1.3 : Type Bentuk Bangunan Jawa 2. Elemen Arsitektural Makna dan Tektonika Pada fasade rumah tradisional Ponorogo, menggunakan pintu Gebyog yang memakai material kayu jati, sesuai dengan ketentuan norma-norma falsafah jawa, namun jika ditelaah pada saat ini kayu jati merupakan material kayu yang kuat, tahan lama serta mudah dirawat. sehingga menguntungkan pemilik rumah. Yang dimaksud dengan gebyog adalah pintu rumah yang lebar serta. kerangka Gebyog menyatu dengan konstruksi bangunan. Gebyog memberikan rasa sejuk disiang hari , dan hangat di malam hari. Gebyog yang di gunakan untuk Omah Limasan (dalem) dibuat dengan motif ukiran Kudus, buatan baru dari kayu tua atau lama. Pintu Gebyog Gambar 2.2 : Fasade Rumah Tradisional Kec. Jetis, Kab. Ponorogo Terdapat ukiran pada bagian atas pintu gandhok, menurut simbol tradisional Jawa, ornament tersebut merupakan ukiran lung-lungan. Sesuai dengan arti harafiah kata Syahfitri (0851-62) 3 [Type the document title] “lung” sendiri yang berarti batang tumbuhan yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir. Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin,buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber penghidupan dimuka bumi (Lihat gambar 2.3). Gambar 2.3 : Ornament Ukiran lung-lung Pintu gandhok adalah pintu tanpa menggunakan daun pintu, hanya menggunakan gorden untuk penutupnya dan berfungsi sebagai penghubung antara omah njero (senthong) dengan sebuah lumbung . Nama Gandhok diambil dari nama sebuah ruang (gandhok). Lihat gambar 2.4. Gambar 2.4 : Pintu Gandok Pembayangan, penahanan terik matahari langsung diterima oleh atap dari bahan genteng, melalui celah-celah masuklah sinar matahari menerangi di dalam ruang. Hal ini akan menghangatkan ruang di pagi hari, namun ketika hari mulai siang terasa ruangan menjadi panas karena tidak adanya plafon kecuali hanya di sector guru saja. Ketebalan di dinding yang mengelilingi ruang dan terangkainya masa ruang menyulitkan angin untuk berembus meniup menjadikan panasnya ruang di siang hari. Syahfitri (0851-62) 4 [Type the document title] Gambar 2.5 : Potongan Bangunan B 3. Karakteristik Bentuk dan Ruang Arsitektur Rumah tradisional yang berada di daerah Kutu Wetan kecamatan Jetis, kabupaten Ponorogo ini jika dilihat dari bentuk atapnya, rumah ini termasuk rumah Limasan. Karena rumah ini, memiliki luasan rumah yang memanjang, serta jarak antar tiang soko guru (sebagai konstruksi utama bangunan) dengan kerangka atapnya memiliki tinggi ± 3m. Selain itu, jika dilihat dari segi jenis ruangnya, rumah ini memiliki beberapa jenis ruang yang memang dimiliki oleh setiap rumah jenis Limasan. Ruang-ruang tersebut ialah regol, langgar, pendhopo, pringgitan, ndalem, pawon, kandang, dan lumbung. Lihat gambar 3.1 berikut ini. Gambar 3.1 : Rumah Tradisional Kec. Jetis, Kab. Ponorogo Syahfitri (0851-62) 5 [Type the document title] Orientasi, omah tradisional di Ponorogo selalu menghadap ke arah utara atau selatan, dengan arah memanjang (molo) membujur ke arah timur dan barat, sehingga bagian yang memajang sedikit terkena sinar matahari, dan dapat menerima tiupan angin lebih banyak. Hal ini sesuai dengan ketentuan pengatasan terhadap pengaruh iklim, bila ditinjau disetiap masa ruang pendopo, pringgitan dan ndalem. Namun posisi ke tiga ruangan ini saling berimpit di tambah dengan pawon, sehingga menjadi satu masa yang membujur ke arah selatan dan utara. Gambar 3.2 : Denah Rumah Tradisional Kec. Jetis, Kab. Ponorogo 4. Keunikan Obyek Arsitektur Yang membedakan antara rumah tradisional lainnya adalah adanya pintu gebyog dan pintu gandok , yang berarti batang tumbuhan yang masih muda, bunga dan daun yang distilir, merupakan ciri lain merupakan keunikan bagi rumah tradisional Ponorogo. Syahfitri (0851-62) Ponorogo dengan rumah tradisional selain itu terdapat ukiran lung-lungan simbol ini berupa tangkai, buah, dari rumah tradisional Ponorogo. Dan 6