Dinamika Kelompok Pertemuan 8

advertisement
PERISTIWA DALAM KELOMPOK
Pembahasan mengenai peristiwa dalam kelompok meliputi peristiwa-peristiwa
yang pasti terjadi apabila dua orang atau lebih berada dalam sebuah kelompok, antara lain:
1) komunikasi; 2) kerjasama; 3) konflik; 4) umpan balik; 5) saling percaya; 6) keterbukaan;
7) realisasi diri; 8) saling ketergantungan; 9) kelompok yang efektif atau yang kurang efektif.
Peristiwadiatas ter jadi karena adanya interaksi antara berbagai bentuk perilaku
yang ditampilkan oleh setiap individu terhadap individu lain dalam kelompok tersebut.
KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan sarana penghubung antara dua individu, merupakan proses
yang unik dan turut menentukan apakah seorang berhasil atau kurang berhasil dalam
menempuh karir kehidupannya. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan hasil
belajar dari lingkungan budaya, dimana seorang individu dilahir, kemudian tumbuh berkembang sesuai dengan pengalaman hidup yang ditempuh selama proses pengasuhan
oleh orang tua sampai tumbuh dewasa oleh masyarakat dilingkungannya.
Kita dapat menyaksikan bahwa gaya berkomunikasi individu-individu yang berasal dari
etnis yang berbeda akan berbeda pula. Dari sini kita dapat mengambil suatu pemahaman bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan produk budaya, merupakan keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar dari lingkungan kebudayaannya.
Istilah komunikasi, berasal dari kata communicare (b.Latin) yang berarti menjadikan ssuatu milik bersama, kemudian communis, yang secara harpiah berarti milik bersama,
dalam hal ini gagasan pikiran seseorang, melalui proses komunikasi disampaikan kepada orang lain yang menjadi lawan bicaranya. Apabila diterima, dimengerti dan disetujui, maka gagasan itu menjadi milik bersama dari orang-orang yang terlibat dalam
proses tersebut.
Secara konseptual terhimpun lebih dari 98 definisi komunikasi (Dance, 1970), yang
masing-masing dilatarbelakangi oleh berbagai perspektif, yaitu: mekanistis, sosiologistis
dan psikologistis (Rakhmat, 1986).
Secara mekanistis, komunikasi diartikan sebagai:
Suatu proses dua arah yang menghasilkan transmisi informasi dan pengertian
antara masing-masing individu yang terlibat (Kossen, 1986).
Secara psikologistis, komunikasi diartikan sebagai:
Suatu proses,dimana seorang individu (komunikator) mentrans-misikan stimuli
(biasanya verbal) untuk memodifikasi perilaku individu lain (audience) (Hovland et al,
1953).
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 67
Secara Sosiologistis, komunikasi diartikan sebagai:
Suatu proses, dimana seseorang memberikan tafsiran terhadap perilaku
orang lain (yang berwujud dalam bentuk ucapan, gerak gerik badaniah atau sikap),
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang lain tersebut (Soekanto, 1994).
Wilbur Schramm dalam bukunya How Commnunication work menyatakan bahwa:
Bilamana kita melakukan komunikasi, itu artinya kita mencoba membagi informasi, ide, gagasan atau suatu sikap tertentu kepada orang lain.
Schramm lebih menyoroti komunikasi dari segi tujuannya: agar ide atau gagasan yang
kita miliki, dimiliki juga oleh orang lain.
Secara Antropologis, komunikasi dipahami sebagai salah satu bentuk perilaku individu
dalam rangka memenuhi kebutuhan berinteraksi dengan manusia lainnya, dengan
mengacu kepada pengetahuan sebelumnya tentang cara berinteraksi (Munir, 2004).
 Hubungan antar manusia terbentuk melalui pesan yang disampaikannya lewat perilaku, baik verbal (melalui ucapan atau tulisan) maupun non-verbal (m elalui gerakan
organ tubuh).
 Dikemukakan pula bahwa perilaku, untuk dapat disebut sebagai pesan harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1. Diobservasi oleh seseorang;
2. Mengandung makna.
 Dengan kata lain bahwa setiap perilaku yang dapat diartikan atau diberi makna adalah
suatu pesan, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja ataupun tidak disengaja.
 Dengan demikian, secara antropologistis, komunikasi dapat didefinisikan sebagai:
Suatu peristiwa yang terjadi apabila makna diberikan kepada suatu perilaku tertentu.
 Jadi pendekatan antropologi terhadap peristiwa komunikasi berfokus pada pemberian
makna oleh seseorang kepada perilaku orang lain, baik verbal maupun non-verbal.
Akhirnya, pandangan apapun yang melatarbelakangi pengertian tentang komunikasi,
pada dasarnya individu yang melakukan komunikasi, dengan pesan yang disengaja dan
disadarinya, mengharapkan tercapainya kesamaan pandangan atau pengertian terhadap
isi pesan yang disampaikan, sebagai tujuan dari proses komunikasi.
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 68
Ruang Lingkup Analisis Komunikasi
Dalam analisis komunikasi, ruang lingkup yang dipelajari meliputi: 1) struktur sosial
komunikan; 2) nilai kebenaran ucapan; 3) susunan kata-kata sehubungan dengan suasana
percakapan; 4) latar belakang kebudayaan; 5) kepribadian komunikan (Adiwoso,1992).
Struktur Sosial
Struktur Sosial, terbentuk antara lain oleh adanya perbedaan status sosial diantara
warga masyarakat, berpengaruh terhadap pola-pola komunikasi, karena pada kenyataannya tidak sedikit diantara ucapan bahasa yang layak bila digunakan dalam pembicaraan antar individu dari status sosial yang sama, ternyata kurang layak digunakan
apabila percakapan itu terjadi diantara individu-individu yang berbeda status sosialnya.
Jadi seorang yang ingin berkomunikasi perlu memperhatikan dengan siapa ia sedang
berbicara, agar ucapannya sesuai dengan status sosial lawan bicaranya.
Filosofis dari suatu ucapan
Filosofis atau nilai kebenaran dari suatu ucapan terkait dengan kondisi yang mendukung dan menolak kebenaran dari ucapan itu, meliputi kondisi lingkungan fisik dan
sosial ketika ucapan itu disampaikan.
Hal ini perlu dipertimbangkan apabila seseorang mendapat informasi dari orang lain,
apakah informasi yang didengarnya memiliki nilai-nilai kebenaran, baik ditinjau dari segi
peraturan ataupun adat-istiadat yang berlaku.
Linguistic dari ucapan
Linguistic menyangkut susunan kata-kata yang diucapkan dalam hubungannya dengan
suasana percakapan yang sedang berlangsung. Susunan kata-kata ini terkait juga
dengan struktur kalimat dari sistem bahasa yang berlaku di masyarakat tertentu.
Apabila seseorang sedang menyampaikan suatu ucapan, maka kebenaran dari ucapan
tersebut hendaklah dinilai dari suasana yang sedang dialami oleh pengirim pesan, apakah suasana percakapan sedang serius atau sedang bercanda, sedang senang atau
sedang susah. Bagaimana struktur kalimatnya (DM atau MD atau struktur lainnya).
Anthropologis orang yang terlibat
Anthropologis menyangkut latar belakang kebudayaan orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi, menyangkut makna yang dimaksud oleh pembicara dari ucapan yang
disampaikannya, menurut kebudayaannya, dan makna yang diberikan oleh penerima
terhadap ucapan yang diterimanya, menurut kebudayaannya.
Hal ini perlu dipertimbangkan apabila seseorang sedang berkomunikasi dengan orangorang yang berasal dari etnis yang berbeda, jangan sampai perbedaan makna bisa
membuat salah pengertian terhadap apa yang dikomunikasikan.
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 69
Psychologis orang yang sedang berkomunikasi.
Psychologis, menyangkut kepribadian orang-orang yang sedang berkomunikasi. Mengenai ke kepribadian ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
 Apa yang memotivasi seseorang untuk menyampaikan pesannya;
 Apa yang dapat diinterpretasikan penerima pesan, terkait dengan kepribadiannya.
Perlu dipertimbangkan apabila anda sedang berkomunikasi dengan seseorang, menyangkut kondisi psikologisnya, ketika ia sedang berkomunikasi dengan anda.
Bagan Ruang Lingkup Komunikasi
Anthropology
(tinjauan budaya)
Linguistic (penggunaan bahasa)
Psychology
(kepribadian)
Analisis
Komunikasi
Sociology
(struktur sosial)
Philosophy (nilainilai kebenaran)
Komponen yang terlibat dalam Komunikasi
Sebagai suatu proses, komunikasi dimungkinkan terjadinya oleh adanya beberapa
komponen yang terlibat di dalamnya, yaitu: 1) personal; 2) pesan; 3) media. Ketiga komponen ini berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi.
Bagan Proses Komunikasi
(sebagai proses 2 arah)
pengirim-1
penerima-1
pesan
media
umpan balik
penerima-2
pengirim-2
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 70
Komponen Personal
Komponen personal, meliputi komunikator sebagai pengirim pesan dan komunikate sebagai penerima pesan. Dalam melakukan proses komunikasi ini kedua pihak yang terlibat tersebut masing-masing dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melekat dalam dirinya, antara lain: 1) sikap; 2) emosi; 3) kepercayaan; 4) kebiasaan; 5) kemauan.
 Sikap, merupakan kecenderungan bertindak, berpikir, merasakan dan mempersepsi
terhadap suatu obyek, gagasan, situasi atau nilai tertentu. Sikap memberikan motivasi
bagi seseorang untuk berperilaku tertentu, relatif lebih menetap, mengandung aspek
evaluatif, timbulnya dari pengalaman masa lalu sebagai hasil belajar dari lingkungan
budaya, bukan dibawa lahir.
 Emosi, merupakan wujud dari adanya kegoncangan organisme, disertai gejala-gejala
yang menunjukkan kesadaran, perilaku dan proses fisiologis. Fungsi emosi sebagai
pembangkit enersi (semangat), pembawa informasi dalam komunikasi interpersonal,
dan sebagai sumber informasi tentang keberhasilan dan kegagalan diri.
 Kepercayaan, bersumber dari pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan (Solomon,
1959), termasuk dalam komponen kognitif menyangkut aspek intelektual, seperti
rasa yakin terhadap benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman
dan intuisi (Kohler,1978).
 Kebiasaan untuk bertindak sesuatu termasuk dalam komponen konatif, menyangkut
aspek volisional (kemauan). Setiap orang mempunyai kebiasaan berbeda dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan ini memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan.
 Kemauan adalah: 1) keinginan yang kuat dalam diri individu untuk mencapai tujuannya; 2) berdasarkan pengetahuan tentang cara-cara yang diperlukan untuk mencapai
tujuan; 3) dipengaruhi oleh kecerdasan; 4) dengan pengeluaran enersi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Bersumber dari lima faktor personal diatas, dapatlah dipahami jika sering kita temui dalam pergaulan sehari-hari, ada orang yang mampu menjadi pembicara atau pendengar
yang efektif, sebaliknya ada pula orang yang tidak mampu menjadi pembicara ataupun
pendengar yang efektif.
Pembicara yang efektif
Seorang pembicara atau pengirim pesan yang efektif haruslah memenuhi beberapa
kriteria: 1) menyenangkan; 2) bersahabat; 3) menimbulkan pengertian; 4) menimbulkan
perubahan sikap; 5) menimbulkan tindakan yang sesuai (Tubbs dan Moss, 1974, dalam
Rakhmat, 1986):
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 71
1. Menyenangkan
Apa yang dibicarakan menyenangkan lawan bicaranya. Dia hanya berbicara
tentang substansi (isi pembicaraan) yang ia yakin diperlukan oleh lawan bicaranya. Ia
tidak akan membicarakan sesuatu yang diyakini bisa menimbulkan ketidaksenangan
lawan bicaranya. Kalau terpaksa menginformasikan sesuatu yang tidak menyenangkan,
maka ia akan memodifikasinya sedemikian rupa untuk meminimalkan ketidaksenangan.
2. Bersahabat
Gaya bicaranya selalu menimbulkan rasa persahabatan yang lebih akrab bagi
lawan bicaranya, dan tidak pernah menimbulkan ketegangan. Hal ini terkait dengan kemampuan komunikasi secara verbal dan non-verbal
3. Menimbulkan pengertian
Mengemukakan sesuatu secara singkat, jelas serta dengan bahasa dan istilah
yang ia yakin bisa dimengerti oleh lawan bicaranya. Untuk itu, ia selalu memberi kesempatan lawan bicaranya untuk memberikan umpan balik atau minta klarifikasi atas kekurang-jelasan pembicaraannya. Artinya pembicara yang efektif tidak hanya nyerocos
sendiri, tanpa memberi kesempatan pendengarnya untuk minta klarifikasi dan umpan
balik atas apa yang didengarnya.
4. Menimbulkan perubahan sikap
Mampu mendorong dan meyakinkan lawan bicaranya, sehingga terjadi perubahan sikap, dari sikap yang semula menolak menjadi menerima isi pembicaraannya.
5. Menimbulkan tindakan yang sesuai
Mampu mendorong, mengarahkan dan membimbing lawan bicaranya untuk dapat
melakukan tindakan yang sesuai dengan isi pesan.
Pendengar yang efektif
Ada sepuluh kaidah yang perlu diikuti apabila ingin menjadi seorang pendengar yang
efektif (Moss Assosiates Ltd, 1998), yaitu :
1. Hindari bicara ketika mendengar seseorang sedang berbicara
Anda tidak dapat “mendengar” sambil bicara, dan jika anda bicara berarti anda tidak
belajar sesuatu apapun dari apa yang disampaikan orang lain.
2. Jaga perasaan si pembicara pada situasi yang nyaman
Doronglah pembicara untuk menyampaikan pikirannya, hargailah perasa-annya. Jika
terpaksa memotong pembicaraannya, ucapkanlah: “maaf, saya mengganggu anda”. Ide
anda bagus, apa yang bisa kita lakukan selanjutnya.
3. Perlihatkan minat anda untuk mendengarkannya
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 72
Pandangi dan berbuatlah dengan penuh perhatian. Tunjukkan bahwa anda sedang
mendengarkannya, mengangguk dan berilah tanda dorongan dengan ucapan: “ya, saya
mengerti apa yang anda maksudkan”.
4. Hilangkan segala sesuatu yang menggangu
Bebaskan lingkungan dari gangguan komunikasi. Tutup pintu, matikan radio, jangan
disambil dengan mengerjakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pembicaraan atau mondar-mandir, kesana-kemari.
5. Berbuatlah empati terhadap pembicara
Cobalah menempatkan perasaan anda sebagai diri si pembicara dan me-lihat
sesuatu dari sudut pandang si pembicara. Mengapa ia berkata dan berbuat seperti apa
yang diucapkannya? Apa alasannya? Apa yang sesungguhnya, yang ia ingin katakan
dan kerjakan ?
6. Bersabarlah
Perhitungkan waktu yang cukup untuk mendengarkannya, apabila anda membuat
janji untuk bertemu dengannya. Jangan selalu melihat ke arloji jika sedang mendengarkan pembicaraannya. Kurangi keinginan menginterupsi pembicaraannya.
7. Kontrol emosi Anda
Jika anda emosi, maka anda tidak akan dapat mendengar sebagaimana mestinya,
dan anda akan memperoleh kesan dan makna yang salah dari apa yang diucapkan si
pembicara.
8. Kurangi sanggahan dan kritik
Ajukan pertanyaan sesuai dengan yang anda inginkan, namun jangan bersifat menyerang si pembicara. Cobalah untuk minta pembicara menjelaskan: “mengapa anda mengatakan itu? Apakah hal-hal seperti itu benar-benar anda rasakan? Apakah anda mempunyai fakta-fakta untuk mendukung pernyataan tersebut?”
9. Ajukan pertanyaan-pertanyaan
Pertanyaan yang anda ajukan, disamping menunjukkan bahwa anda mendengar dan
memperhatikannya, juga menjadi dorongan bagi si pembicara. Ajukan pertanyaan untuk
minta penjelasan tambahan, yang bersifat eksploratif, seperti: “mengapa anda meyakini
hal itu?”. Ini akan membantu anda untuk mengembangkan sebuah topik baru. Suatu hal
yang sangat berarti apabila anda bisa belajar dari sebuah pertanyaan yang bagus.
10. Kesimpulan, pengulangan dan pantulan
Simpulkan dari waktu ke waktu, apa yang anda pikirkan dari ucapan si pembicara
dan ulangi kata-katanya. Pengulangan dan penguatan kembali pesan, disamping membantu si pendengar, juga anda akan ingat lebih lama.
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 73
Komponen Pesan
Pesan Komunikasi, merupakan perwujudan dari gagasan yang ada dalam pikiran seseorang, disampaikan dalam bentuk lambang, baik verbal maupun nonverbal. Lambang
verbal dari pesan adalah bahasa, untuk dapat memahaminya kita harus memiliki
(Miller,1974 dalam Rakhmat, 1986):
1. Pengetahuan fonologis atau pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa itu,
seperti membedakan bunyi "th" dalam kata the dengan bunyi "th" dalam kata think;
2. Pengetahuan sintaksis, yaitu pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat;
3. Pengetahuan secara leksikal, yaitu mengenai arti kata atau gabungan kata-kata,
misalnya arti "pukul" dengan "pukul-rata", "take" dengan "take into";
4. Pengetahuan konseptual tentang dunia di sekitar kita dan dunia yang kita bicarakan,
sebab banyak istilah yang berlaku dalam suatu bidang tertentu, tidak dapat diberlakukan dalam bidang lain;
5. Sistem kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.
Lima langkah penting dalam menyusun pesan, yaitu;
1. Attention (perhatian), artinya untuk dapat mempengaruhi orang, kita harus bisa merebut perhatiannya;
2. Need (kebutuhan), artinya kita perlu merangsang atau menciptakan kebutuhan orang
akan pesan yang akan disampaikan;
3. Satisfaction (pemuasan), artinya pesan yang disampaikan hendaknya dapat memuaskan kebutuhan penerima pesan;
4. Visualization (gambar nyata), artinya gambarkan dalam pikirannya mengenai keuntungan apa yang akan didapatnya apabila ia menerapkan gagasan dalam pesan kita,
atau kerugian apa yang akan diperolehnya apabila tidak menerapkan gagasan dalam
pesan kita;
5. Action (tindakan), maksudnya kita perlu memberikan dorongan agar ia bertindak sesuai dengan isi pesan.
Pesan yang Efektif, harus memenuhi kriteria 5 C (Kanani et al, 1984)
1. Clear, pesan harus jelas :
 Pesan harus direncanakan terlebih dahulu, apa tujuannya dan apa yang kita inginkan untuk dikerjakan oleh penerima pesan,
 Gunakan kata-kata yang sederhana dan kita yakini bahwa penerima pesan mudah
mengertikannya dan dapat melaksanakannya,
 Bantulah penerima pesan untuk memperoleh gambaran dalam pikirannya tentang
apa yang harus dikerjakannya,
 Ulangi jika perlu,
 Beri kesempatan untuk umpan balik pesan.
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 74
2. Concise, pesan harus ringkas :
 Pesan direncanakan sesingkat mungkin agar mudah diingat dan mudsh di-ulang
oleh penerima pesan.
 Pilih kata-kata yang penting-penting saja.
 Hindari kata-kata yang tidak relevan dengan isi pesan dan membingungkan.
3. Complete, pesan harus lengkap :
Pesan harus dapat memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan yang diperlukan, seperti:
 apa yang harus dikerjakan,
 bagaimana mengerjakannya,
 siapa yang harus mengerjakannya,
 kapan harus dikerjakan,
 dimana harus dikerjakan.
4. Convincing, pesan harus meyakinkan :
 Pesan disampaikan dengan cara dan suara yang terkesan penuh percaya diri dan
tindakan yang harus dilaksanakan adalah sesuatu yang benar.
 Jika perlu, berikan alasan mengapa harus dikerjakan dengan cara seperti itu, karena orang biasanya bereaksi dengan lebih baik, jika mereka tahu mengapa
sesuatu harus dikerjakan, apalagi jika mereka melihat bahwa dengan mengerjakan
pekerjaan dengan cara seperti itu, akan memberikan keuntungan bersama bagi
dirinya dan orang lain.
 Pesan harus membuat penerima pesan yakin akan kemampuan pengirim pesan
5. Capable of being carried out, pesan harus dapat dan mudah dilaksanakan:
 Pesan dalam bentuk perintah tugas, harus praktis dan mampu dikerjakan, sesuai
dengan fisik dan pengetahuan penerima pesa.
 Pesan yang tak jelas alasannya dan tak praktis akan mengarah pada frustasi dan
bahkan tak dipatuhi oleh penerima pesan, dengan hasil negatif.
 Perlu pengetahuan mengenai penerima pesan, tentang apa yang mereka dapat
dan tak dapat kerjakan.
 Jangan terlalu menilai rendah kecerdasan dan inisiatif bawahan: banyak pegawai
bisa menerima dengan baik tugas-tugas yang memberikan tang-gung jawab dan
kewenangan yang lebih besar.
 Tetapi mereka akan membutuhkan semua informasi yang mungkin dapat anda
berikan kepada mereka, dan mereka bisa juga membutuhkan wewenang untuk mengajak orang lain membantu mereka untuk melaksanakan tugas bersama.
 Pendelegasian wewenang perlu dibuat tertulis untuk menghindari resiko dari ketidak-taatan penerima pesan, apabila anda minta mereka mengerjakan sesuatu tugas.
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 75
Di rumah sakit, dokter atau perawat sering menggunakan berbagai istilah yang tidak dipahami oleh
pasien dan keluarganya, karena tidak ter-sedia perbendaharaan istilah-istilah tersebut di dalam benak
mereka. Pada-hal, merupakan hak pasien untuk memperoleh penjelasan mengenai apa yang mereka
derita.
Wujud pesan
Wujud pesan merupakan bentuk pesan yang dipilih oleh pengirm pesan menyangkut kode maupun
isi pesan, baik unsur-unsurnya maupun strukturnya. Wujud pesan ini merupakan keputusan yang dibuat
oleh pengi-rim pesan mengenai bagaimana cara sebaik-baiknya menyampaikan mak-sudnya dalam bentuk
pesan, yang diperkirakan dapat membuat komunikasi-nya menjadi efektif. Cara dalam memilih perwujudan
pesan ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian pengirim pesan. Kemungkinan besar, setiap orang tidak
sama dalam memutuskan pilihan mengenai wujud pesan ini.
Wujud pesan bisa dalam bentuk verbal, berupa bahasa lisan atau tertulis atau dalam bentuk nonverbal, melalui gerakan tubuh atau kode-kode lain.
Kata-kata merupakan salah satu wujud isi pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan, dan
hanya bisa dimengerti oleh penerima pesan apa-bila di dalam benak pikirannya terdapat perbendaharaan
mengenai arti kata tersebut, karena sesungguhnya sebuah kata tidak mempunyai arti yang mut-lak. Sebuah
kata bukanlah bendanya, akan tetapi ia hanyalah sebuah lam-bang yang mewakili benda, kemungkinan
berbeda antara satu etnis dengan etnis lainnya. Karena itu, apabila muncul keraguan dan ingin mengetahui
de-ngan pasti arti kata dari seorang pembicara adalah dengan menanyakan apa yang dimaksudkannya
dengan pesannya tersebut (Kossen, 1986). Ini-lah yang disebut proses umpan balik.
Sebagaimana dikemukakan diatas, bahwa penerima pesan akan dapat memahami isi pesan
dengan sempurna apabila ia memiliki pengeta-huan tentang: a) fonologis; b) sintaksis; c) leksikal; d)
konseptual tentang dunia di sekitar kita dan dunia yang kita bicarakan; e) sistem kepercayaan untuk menilai
apa yang kita dengar. Namun dalam interaksi sehari-hari, per-syaratan ini bukan menjadi tanggung-jawab
penerima pesan, akan tetapi pengirim pesanlah yang harus menyesuaikan pesan yang disampaikannya
dengan kemampuan si penerima pesan agar bisa dimengertinya.
Apa yang perlu diperhatikan dalam Pengiriman Pesan?
Agar pesan yang akan disampaikan bisa dan mudah dimengerti, ma-ka pengirim pesan perlu
membatasi ruang lingkup pesan yang disampaikan, karena kebebasan berkomunikasi (verbal maupun nonverbal) selalu diba-tasi oleh berbagai faktor, antara lain: waktu, kondisi ruang, faktor fisik dan psikologis
penerima pesan:
1. Waktu, sangat berpengaruh terhadap efektivitas penerimaan pesan. Ada pesan yang efektif bila disampaikan di
waktu tengah malam, namun belum tentu efektif bila disampaikan di pagi hari atau siang hari.
2. Kondisi Ruang, meliputi luas, kesejukan dan arsitekturnya cukup berpe-ngaruh terhadap efektivitas
penerimaan pesan.
3. Kondisi Fisik dan Psikologis penerima pesan, sangat berpengaruh terha-dap penerimaan isi pesan.
Apakah si penerima pesan sedang segar atau sedang lelah, sedang senang dan rileks atau sedang
banyak masalah, akan berpengaruh terhadap efektivitas penerimaan pesan.
Mengapa pesan mungkin tidak dimengerti?
yang:
Sebagian besar pesan disampaikan lewat kata-kata, sedangkan kata-kata meruapakan sesuatu
1. Bisa mempunyai banyak arti.
2. Bersifat lokalis, mempunyai arti sesuai bahasa daerah atau etnis setempat.
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 76
3. Bisa mengalami perkembangan arti selama dalam perjalanan masa.
4. Adanya pengembangan kata atau istilah-istilah baru.
5. Adanya perbedaan dalam nada pengucapan dapat merubah arti kata.
Komponen Media
Media Komunikasi adalah sarana atau alat yang memungkinkan pro-ses komunikasi bisa berlangsung. Penting bagi kita untuk memilih media yang tepat dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi.
Berbagai media komunikasi antara lain:
1. Udara, dengan molekul-molekul eter didalamnya. Biasanya digunakan untuk komunikasi tatap muka
jarak dekat.
2. Air atau zat cair, dengan molekul-molekul H2O didalamnya dan lain se-bagainya.
3. Benda-benda padat, seperti logam dengan molekul-molekul didalam-nya.
4. Alat-alat elektronik, dengan elektron didalamnya, seperti: Sound Sys-tem Radio, TV, Film, Video.
5. Media cetak, seperti surat kabar, majalah, buletin, leaflet, surat.
Efektivitas Komunikasi
Efektivitas komunikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: 1) faktor personal atau
kepribadian (Mc Dougal, 1908); 2) faktor situasional (Ross, 1908).
Faktor personal, yang ikut mempengaruhi efektivitas komunikasi adalah kepribadian pengirim dan
penerima pesan masing-masing, terdiri dari faktor sosiobiologis dan sosiopsikologis.
Aliran Sosiobiologis (Wilson,1975) memandang segala kegiatan individu bersumber dari struktur
biologisnya, seperti: 1) aturan-aturan yang sudah terprogram secara genetis dalam jiwa manusia, seperti
kecerdasan, kemampuan sensasi dan emosi; 2) sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan proses
pengolahan informasi dalam jiwa manusia; 3) sistem hormonal, selain mempengaruhi mekanisme biologis,
seperti kebutuhan akan maka-nan/minuman, istirahat, seksual dan kesehatan yang baik, juga mempengaruhi proses psikologis, seperti adanya instink (Rakhmat,1986). Kondisi ini berpengaruh terhadap efektivitas
komunikasi.
Aliran Sosio-psikologis memandang karakteristik perilaku manusia dalam berkomunikasi
dipengaruhi oleh faktor sosiopsikologis, yaitu: 1) kom-ponen afektif, menyangkut aspek emosional, seperti
motif ingin tahu, kom-petensi, cinta, harga diri dan identitas diri, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan
makna kehidupan, pemanfaatan potensi diri, sikap dan emosi; 2) kom-ponen kognitif, menyangkut aspek
intelektual, seperti kepercayaan dan ke-yakinan benar-salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman
dan intu-isi (Kohler,1978). Kepercayaan, dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan
(Solomon, 1959); 3) komponen konatif, menyangkut aspek voli-sional, seperti kebiasaan dan kemauan.
Faktor situasional, yang ikut mempengaruhi efektivitas komunika-si, meliputi: 1) aspek-aspek
obyektif dari lingkungan; 2) lingkungan psikoso-sial seperti yang kita persepsikan; 3) stimuli, yang
mendorong dan memper-teguh perilaku (Sampson,1976:13-14; Rakhmat, 1986: 54-56).
Aspek obyektif dari lingkungan, meliputi: a) faktor ekologis, ternyata sangat mempengaruhi gaya
hidup dan perilaku manusia termasuk perilaku komunikasi, seperti suhu ruangan. Berdasarkan pengalaman
empiris ternya-ta, suhu ruangan, cukup berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi; b) faktor rancangan
dan arsitektural, ternyata dapat mempengaruhi pola dan intensitas komunikasi diantara orang-orang yang
ada di dalamnya. Ada de-sain ruangan yang dapat mendorong orang untuk berinteraksi, ada pula yang
menyebabkan orang menghindari interaksi (Osmond,1957; Sommer, 1969); c) faktor temporal, berpengaruh
pula terhadap intensitas komunikasi. Ucapan yang disampaikan pada pagi hari bisa memberikan makna
yang lain bila disampaikan pada tengah malam. Jadi, efektivitas komunikasi bukan sa-ja dipengaruhi oleh
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 77
tempat dimana komunikasi itu terjadi, tetapi juga kapan mereka berkomunikasi; d) faktor suasana perilaku,
berpengaruh pula terha-dap efektivitas komunikasi, khususnya bila isi pesan tidak sesuai dengan suasana
yang ada; e) faktor teknologi, cukup besar pengaruhnya terhadap efektivitas komunikasi, bahkan Marshall
Mc Luhan (1964) menunjukkan bah-wa peranan teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media
komuni-kasi. Misalnya, seseorang menyampaikan pidato di dalam sebuah ruangan besar dan penuh
pengunjung, tanpa bantuan teknologi komunikasi (penge-ras suara), kurang mendapat perhatian
pengunjung; f) faktor sosial, meru-pakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola komunikasi, seperti
struk-tur sosial masyarakat: ningrat-jelata, kaya-miskin, manajer-karyawan; ulama -awam, karakteristik
populasi seperti usia, kecerdasan, jenis kelamin.
Lingkungan psikososial yang kita persepsi, seperti lingkungan tem-pat tinggal, kantor dan
organisasi, yang lazim disebut iklim, mempengaruhi perilaku komunikasi. Dalam sebuah organisasi, iklim
psikososial mengarah-kan persepsi orang tentang kebebasan individu, tingkat keakraban, penga-wasan,
kesempatan maju, sangat mempengaruhi perilaku komunikasi orang yang ada di dalamnya.
Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku, merupakan si-tuasi yang mempengaruhi
kelayakan berperilaku tertentu, termasuk komu-nikasi, seperti penggunaan sebuah kata yang
“kasar/jorok/tabu”, di kalangan masyarakat tertentu, akan tetapi “biasa-biasa” saja bagi masyarakakat lain.
Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif, paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu: 1) kesenangan; 2) hubungan
sosial yang baik; 3) pengertian; 4) pengaruh pada sikap; 5) tindakan yang sesuai (Tubbs dan Moss,1974,
dalam Rakhmat, 19-86). Upaya untuk mencapai kelima kategori diatas menjadi tanggung-jawab bersama
antara pengirim dan penerima pesan.
Menimbulkan kesenangan
Munculnya kesenangan pada awal komunikasi sangat terkait de-ngan materi pesan yang
dikirimkan maupun umpan baliknya. Kalau materi pesan cocok dengan kebutuhan dan/atau tidak
bertentangan dengan nilai dan norma yang dianut oleh pihak-pihak yang berkomunikasi, maka si pene-rima
pesan atau penerima umpan balik terlebih dahulu akan merasa senang berkomunikasi. Pengetahuan
tentang kecocokan dan kesesuaian isi pesan didapat melalui umpan balik yang diberikan oleh penerima
pesan. Oleh ka-rena itu komunikasi yang efektif haruslah merupakan proses dua arah, di-mana kedua
belah pihak yang terlibat dalam komunikasi harus menghindari isi pesan atau ucapan yang tidak disenangi
oleh pihak lain.
Menimbulkan hubungan sosial yang baik
Munculnya hubungan sosial yang baik dipengaruhi oleh gaya bicara kedua pihak yang
berkomunikasi. Hal ini terkait dengan kemampuan ber-komunikasi secara verbal dan nonverbal untuk
menciptakan rasa senang dan persahabatan serta suasana emosi yang mendukung penerimaan pe-san.
Oleh karena itu siapapun yang berperan sebagai komunikate (penerima pesan) dalam proses komunikasi
dua arah, hendaklah dia menjadi seorang pendengar yang efektif.
Menjadi pendengar yang efektif ini sangat penting dalam proses komunikasi, karena: 1) setiap
orang merasa penting dimata orang lain; 2) orang akan berprestasi lebih baik lagi, bila ia tahu bahwa orang
lain mende- ngarkan pendapat dan saran-sarannya; 3) merupakan kesempatan yang baik sekali untuk
menyerap sebanyak mungkin keahlian dan pengalaman pembicara, sebagai bahan belajar; 4) perhatian
yang diberikan terhadap ke-luhan2 kecil dari pembicara, akan mencegah berkembangnya menjadi kelu-han
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 78
besar; 5) bagi seorang atasan, mendengar sebanyak mungkin dari ba-wahan akan mendapatkan masukan
yang penting sebagai bahan pengam-bilan keputusan; 6) sifat tergesah-gesah dalam menanggapi
pembicaraan dan pengambilan keputusan akan kehilangan wibawa dan penghormatan dari bawahan; 7)
upaya untuk menjadi pendengar yang efektif ini sekaligus melatih diri untuk menata waktu seefisien
mungkin ditengah kesibukannya; 8) menjadi pendengar yang efektif sekaligus melatih seseorang untuk memusatkan perhatian penuh pada pembicara; 9) kebiasaan mendengarkan orang lain memberikan gambaran
tentang sifat-sifat kepribadian, seperti ke-ras kepala, empati; 10) merupakan suatu kesempatan untuk
memulai mem-perbaiki kebiasaan buruk, yaitu ketidakmampuan untuk mendengarkan orang lain (ibid).
Menimbulkan pengertian
Bahasa sebagai salah satu unsur dan produk kebudayaan manusia yang paling utama, bisa
berbentuk verbal (ucapan atau tulisan) dan bisa berbentuk non-verbal (gerakan-gerakan tubuh atau bagian
dari organ tu-buh). Dengan bahasa orang bisa mengerti apa yang diinginkan. Apabila de-ngan penggunaan
bahasa tertentu menyebabkan orang lain tidak mengerti apa yang dimaksud, maka komunikasi tersebut
tidak efektif. Oleh karena itu dalam komunikasi hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) guna-kan
bahasa yang dimengerti oleh penerima pesan; 2) hindari istilah-istilah yang mungkin asing bagi penerima
pesan; 3) bicaralah sesuatu yang bisa ditangkap oleh kemampuan berpikir penerima pesan; 4) kemukakan
pesan komunikasi secara singkat, jelas, terfokus dan terukur pencapaiannya.
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menginter-pretasikan suatu pesan atau
informasi yang diterimanya. Ia akan bereaksi terhadap pesan yang diterimanya sesuai dengan hasil
interpretasinya, yang bersumber dari pengetahuan kebudayaan yang dimilikinya, yaitu pengeta-huan
sebelumnya mengenai hal-hal yang terkait dengan isi pesan. Oleh ka-rena itu proses komunikasi dua arah
menjadi sangat penting untuk mengu-kur apakah interpretasi penerima pesan terhadap pesan, sudah
sesuai de-ngan apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Jika belum, maka pengi-rim pesan perlu
menjelaskan kembali isi pesannya.
Berpengaruh pada sikap
Sikap, merupakan kecenderungan seseorang untuk menginterpre-tasikan sesuatu dan bertindak
atas dasar hasil interpretasi yang diciptakan-nya. Sikap seseorang terhadap suatu objek dibentuk oleh
pengetahuan bu-dayaannya, antara lain berupa nilai-nilai yang diyakini, norma-norma yang dianut, adatistiadat serta seluruh komponen kebudayaan lainnya. Oleh ka-rena itu untuk dapat mempengaruhi sikap
seseorang, pesan perlu disam-paikan secara perlahan, berulang-ulang dengan memperlihatkan keuntungan dan kerugiannya bila mengadopsi atau tidak mengadopsi isi pesan, dan hindari konfrontasi terhadap
sikap lawan bicara.
Menimbulkan tindakan yang sesuai
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan dari penerima pesan, yang sesuai dengan isi pesan yang
dimaksud oleh pengirim pesan. Apabila tindakan tersebut tidak sesuai dengan isi pesan, maka pengirim
pesan perlu melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri, apakah ia sudah menyampai-kan pesan yang
menyenangkan penerima pesan, dengan cara yang menim-bulkan persahabatan serta dengan kata-kata
yang dimengerti penerima pe-san. Kalau belum, maka pengirim pesan perlu lebih meningkatkan lagi keterampilannya dalam berkomunikasi.
Corak-corak Komunikasi
Kepribadian, disamping ditentukankan oleh faktor bawaan sejak la-hir, juga tumbuh berkembang
oleh pengaruh lingkungan kebudayaan dima-na ia dibesarkan, dan diperkuat oleh pengaruh faktor
situasional yang se-cara terus menerus dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang selanjutnya
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 79
membentuk sikap dan menetap lama dalam diri seseorang. Variasi yang be-ragam dari faktor personal dan
situasional ini menyebabkan timbulnya orien-tasi nilai yang berbeda-beda antar satu individu dengan
individu lainnya, dan selanjutnya memberikan dampak pada terbentuknya corak tersendiri dalam
berkomunikasi.
Kanani dan kawan-kawan (1984) menyebutkan empat orientasi nilai yang dimiliki individu dalam
berkomunikasi, yaitu: 1) Orientasi pada tindakan (action); 2) Orientasi pada proses (process); 3) Orientasi
pada manusia (people); 4) Orientasi pada gagasan (idea).
Corak-1: Orientasi Tindakan
Individu yang berorientasi pada tindakan, dalam kehidupan sehari- harinya cenderung cepat
bertindak terhadap sesuatu hal (action), senang bekerja (doing), berusaha keras untuk mencapai hasil
(achieving), menyukai peningkatan kinerja (improving), segera memecahkan masalah yang sedang
dihadapi (solving problems). Kata kuncinya adalah what, mereka sering ber-tanya tentang apa?
Dalam berkomunikasi, mereka banyak berbicara mengenai: hasil kerja, tujuan yang akan dicapai,
kinerja pribadi dan kelompok, produktivitas, efisiensi, tanggung-jawab, umpan balik, pengalaman,
tantangan, pencapai-an tujuan, perubahan, keputusan-keputusan.
Dalam proses pembicaraan, mereka pada umumnya bersifat mem-bumi (pragmatis), langsung (to
the point), tidak sabar (impatient), tegas de-ngan keputusannya (decisive), cepat melompat/berpindah dari
satu gagasan (yang telah selesai) ke gagasan lainnya, tampak energik dan memberikan tantangan kepada
orang lain.
Corak-2: Orientasi Proses
Individu yang berorientasi pada proses, dalam kesehariannya cen-derung melihat dan bertolak dari
fakta-fakta, pengorganisasian dan struktu-risasi pekerjaan, pengembangan strategi dan taktik. Kata
kuncinya adalah how, mereka sering bertanya tentang bagaimana?
Dalam berkomunikasi, mereka banyak berbicara mengenai: fakta, prosedur, perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, pengetesan, uji-coba, pengamatan, analisis, perincian, bukti.
Dalam proses pembicaraan, umumnya mereka berbicara sistematis, logis, faktual, hati-hati, sabar,
tidak emosional, terkesan bertele-tele.
Corak-3: Orientasi Manusia
Individu yang berorientasi pada manusia, dalam kesehariannya cen-derung berfokus pada proses
sosial yang terjadi dalam hubungan antar ma-nusia, interaksi, komunikasi, kerja tim, motivasi. Kata
kuncinya adalah who, mereka sering bertanya tentang siapa?
Dalam berkomunikasi, mereka banyak berbicara mengenai: manu-sia, kebutuhan, motivasi,
kerjasama, komunikasi, perasaan, semangat tim, pengertian, pengembangan diri, kepekaan diri,
kesadaran, kepercayaan, nilai-nilai, harapan-harapan, hubungan-hubungan.
Dalam proses pembicaraan, mereka pada umumnya bersifat spon-tan, empati/merasakan
perasaan orang lain, hangat, subjektif, emosional, pengertian, sensitif.
Corak-4: Orientasi Gagasan
Individu yang berorientasi pada gagasan/ide dalam kesehariannya cenderung senang pada
konsep-konsep, teori-teori, inovasi, kreativitas, pe-rubahan-perubahan, hal-hal yang baru. Kata kuncinya
adalah why, mereka sering bertanya tentang mengapa?
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 80
Dalam berkomunikasi, mereka banyak berbicara mengenai konsep, inovasi, kreativitas,
kesempatan dan kemugkinan-kemungkinnan lain, ranca-ngan global, masalah-masalah baru yang muncul
dilapangan, saling keter-gantungan, cara-cara/metoda-metoda baru, peningkatan, masalah-masalah,
potensi, alternatif.
Dalam proses pembicaraan, mereka pada umumnya terlihat imaji-natif, kharismatik, tapi sulit
dimengerti. Mereka selalu berpusat pada dirinya sendiri dan tidak realistis, namun mereka termasuk
golongan orang-orang yang kreatif, kaya dengan gagasan, serta bersifat provokatif.
Mengurangi kemungkinan gagalnya komunikasi
1. Janganlah menganggap bahwa setiap orang mengetahui apa yang anda bicarakan.
2. Janganlah menganggap bahwa setiap orang mengerti apa yang dibicara-kan oleh seseorang, tanpa
mengajukan pertanyaan kepada mereka guna memastikannya.
Mengapa arti kata mungkin tidak dimengerti?
1. Kata mempunyai banyak arti.
2. Setiap budaya mempunyai bahasa tersendiri, artinya: kata mempunyai arti kedaerahan (regional
meanings)
3. Kata-kata mengalami perkembangan arti kata yang baru dalam perjala-nan masa (new meanings).
4. Pengembangan kata atau istilah-istilah baru (new words).
5. Perbedaan dalam nada pengucapan dapat merubah arti kata.
Baderel Munir, Dinamika Kelompok 81
Download