HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR BAYI DENGAN

advertisement
HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR BAYI DENGAN KEJADIAN
ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SAKINAH KABUPATEN
MOJOKERTO
ASIROTUL MA’RIFAH, Sheila Novrelia J.
Prodi DIII Kebidanan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
ABSTRACT
Indonesia's commitment to achieve the MDGs reflects the state's commitment to the welfare
its people while contributing to the welfare of the world community. The main causes of the
death in the first week of life was complications during pregnancy and childbirth as asphyxia.
Risk factors associated with the occurrence of asphyxia one of which was LBW. This study
aims to determine the relationship between birth weight with neonatal asphyxia events in
Sakinah Mojokerto 2014. The design of the study was an analytic cross sectional correlation.
The population in this study were all newborns in Sakinah Islamic Hospital Mojokerto in
July-August 2014 as many as 41 babies. The sampling technique used was consecutive
sampling. Number of samples are 30. The results showed that the majority of babies are born
with normal birth weight is 66.7%, that most respondents did not got birth asphyxia, as many
as 63.3%. Results of analysis using Spearman's rho test results obtained ρ value (0.001) <α
(0.05) which means that H0 is rejected and H1 is accepted, it means there is a relationship
between birth weight infants with neonatal asphyxia at birth mother in Sakinah Islamic
Hospital Mojokerto in 2014.
More normal birth weight of the newborn, more possible for baby not to be asphyxia,
because low birth weight baby has not have mature body function thus baby can not breath
spontaneously and get asphyxia.
Keywords: birth weight, asphyxia, newborn
sudah
PENDAHULUAN
Komitmen
Indonesia
untuk
mendekati
kematian
neonatal
Meskipun
dua
pertiga
(Alisjahbana
demikian,
angka
dkk,
mencapai tujuan MDGs mencerminkan
2011).
komitmen negara untuk menyejahterakan
kematian neonatal di Indonesia masih
rakyatnya sekaligus menyumbang pada
cukup tinggi. Penyebab utama kematian
kesejahteraan masyarakat dunia. MDGs
pada minggu pertama kehidupan adalah
yang ke empat adalah penurunan angka
komplikasi
kehamilan
dan
angka
persalinan
kematian bayi, yang menjadi target MDGs
1
seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi
berat lahir rendah (Suradi dkk, 2010).
Studi pendahuluan yang dilakukan
pada tanggal 2 April 2014 di RSI Sakinah
Laporan kesehatan dunia pada
Kabupaten Mojokerto didapatkan hasil
tahun 2010 menunjukkan bahwa kematian
jumlah persalinan yang terjadi pada bulan
anak usia di bawah 5 tahun 10%
Maret 2014 sebanyak 71 persalinan. Bayi
disebabkan
yang dilahirkan 9 bayi (12,7%) tergolong
(WHO,
oleh
2013).
asfiksia
neonatorum
laporan
bayi berat lahir rendah (BBLR), dan 62
Survey Demografi Kesehatan Indonesia
bayi (87,3%) tergolong bayi berat lahir
(SDKI) tahun 2012 diestimasikan bahwa
normal (BBLN). Kejadian asfiksia yang
kematian neonatal di Indonesia sebesar 19
terjadi sebanyak 11 kasus (15,5%) (Rekam
per 1.000 kelahiran hidup. Kematian
Medik RSI Sakinah, 2014).
neonatal
Berdasarkan
menyumbang
setengahnya
sedangkan
kematian
jika
lebih
bayi
dari
(59,4%),
dibandingkan
Penyebab utama kematian neonatus
berhubungan
secara
intrinsik
dengan
dengan
kesehatan ibu dan perawatan yang diterima
angka kematian balita, kematian neonatal
sebelum, selama dan setelah melahirkan
menyumbangkan 47,5% (Kemenkes RI,
(Suradi dkk, 2010). Menurut Trisnaratih
2013).
Kesehatan
bahwa faktor risiko yang berhubungan
Provinsi Jawa timur, kematian neonatal
dengan terjadinya asfiksia adalah faktor
pada tahun 2012 di Jawa Timur 27,38%
biomedis ibu (paritas, status gizi, anemia,
disebabkan karena asfiksia neonatorum.
pemeriksaan kehamilan, hamil dengan
Angka kematian bayi di Kota Mojokerto
komplikasi, hamil dengan penyakit dan
pada tahun 2012 dilaporkan sebesar 25,54
riwayat obstetri) dan faktor biomedis janin
per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim,
(BBLR, kelainan letak, kelainan bawaan
2013).
dan gangguan tali pusat), jadi bukan
Berdasarkan
Profil
2
karena faktor proses persalinan (Widaryati
kehamilan resiko tinggi yang ditemukan
dkk, 2009).
dapat
Asfiksia
dilakukan
rujukan,
mengakibatkan
melakukan pertolongan persalinan dengan
terjadinya gangguan sistem saraf pusat
baik, melakukan perawatan ibu dan bayi
meliputi odema otak, serangan mendadak,
baru lahir dengan baik sehingga dapat
perdarahan
memperkecil resiko terjadinya asfiksia
meliputi
dapat
segera
otak;
kelainan
jantung
nekrosis
musculus
papilari-
neonatorum (Manuaba, 2010).
trikuspid transien dan syok kardiogenik;
Berdasarkan uraian di atas peneliti
kelainan paru meliputi sindrom aspirasi
tertarik
cairan (mekoneum maupun cairan jernih),
tentang hubungan antara berat badan lahir
defisiensi
hipertensi
dengan kejadian asfiksia neonatorum di
pulmonal persisten; kelainan ginjal yaitu
Rumah Sakit Islam Sakinah Kabupaten
nekrosis tubulus ginjal; kelainan pada
Mojokerto tahun 2014.
adrenal
METODE PENELITIAN
surfaktan,
yaitu
dan
perdarahan
disertai
insufisiensi adrenal; kelainan hati meliputi
untuk
Dalam
melakukan
penelitian
penelitian
ini
adalah
gagal hati dan peningkatan kadar enzim;
hubungan antara berat badan lahir dengan
enterokolitis
hipoglisemia,
kejadian asfiksia neonatorum di RSI
hipokalsemia, dan gangguan pembekuan
Sakinah Kabupaten Mojokerto. Populasi
darah (Manuaba, 2010).
dalam penelitian ini adalah semua bayi
nekrotikans,
Bidan sebagai tenaga medis di lini
terdepan
harus
mampu
baru lahir di RSI Sakinah Kabupaten
memberikan
Mojokerto pada tanggal 19-26 Juli dan
pertolongan persalinan sehingga dapat
tanggal 1-9 Agustus 2014 sejumlah 48
mecapai well baby born dan well health
bayi.
mother sehingga bidan perlu melakukan
menggunakan
pengawasan
sampling, caranya adalah dengan cara
kehamilan
sehingga
Sampling pada penelitian ini
teknik
consecutive
3
mengambil yang sesuai dengan kriteria
1-9 Agustus 2014. Analisis hubungan
penelitian dalam kurun waktu tertentu
berat badan lahir dengan kejadian asfiksia
sampai jumlah sampel yang ditentukan
neonatorum
terpenuhi. Sampel yang digunakan dalam
Spearman Rho karena skala data yang
penelitian ini adalah sebagian bayi baru
akan dianalisis adalah skala ordinal untuk
lahir
variabel bebas dan skala ordinal untuk
di
RSI
Sakinah
RSI
Sakinah
dengan
Kabupaten Mojokerto pada tanggal 19-26
variabel
Juli dan tanggal 1-9 Agustus 2014
dengan menggunakan SPSS for Windows.
sejumlah 30 bayi.
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini
tergantung,
menggunakan uji
kemudian
diolah
instrumen berupa timbangan bayi untuk
Tabel 3 Tabel silang hubungan antara
mengukur berat badan bayi dan observasi
berat badan lahir bayi dengan asfiksia
Apgar dicatat dalam lembar observasi.
neonatorum pada ibu bersalin di RSI
Lokasi penelitian ini dilakukan di RSI
Sakinah Kabupaten Mojokerto pada
Sakinah dilaksanakan mulai bulan Februari
tanggal 19 Juli-9 Agustus 2014
sampai dengan Juli 2014.
Sedangkan
pengambilan data awal dilakukan pada
bulan Februari 2014. Penelitian dilakukan
sebanyak 2 sesi, yaitu sesi pertama pada
Asfiksia
berat
f
%
1
11,1
0
0
Asfiksia
sedang
f
%
6 66,7
4 20,0
Tidak
asfiksia
f
%
2
33,3
16 80,0
f
9
20
%
100
100
0
0
1
100
1
100
1
3,3
10 33,3 19
Sumber: Data primer penelitian tahun 2014
6,3,3
30
Asfiksia
BBL
BBLR
BBLN
Bayi
besar
0
0
tanggal 19-26 Juli dan sesi kedua tanggal
PEMBAHASAN
(66,7%), 9 bayi (30%) BBLR, dan 1 bayi
Berat badan lahir bayi di RSI Sakinah
besar (3,3%).
Kabupaten Mojokerto tahun 2014
Tabel 1 dapat diinterpretasikan
Berat lahir merupakan indikator
untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan,
bahwa sebagian besar bayi lahir dengan
kesehatan
jangka
panjang
dan
berat badan lahir normal yaitu 20 orang
pengembangan psikososial. Berat lahir
4
Total
100
juga
mencerminkan
perkembangan
pemeliharaan
kualitas
pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
dan
sehingga tidak terpantau kesehatan ibu dan
intrauterine
kesehatan
mencakup
janin,
usia
kehamilan
yang
belum
pelayanan kesehatan yang diterima oleh
mencapai aterm sehingga pertumbuhan
ibu semala kehamilannya (Kosim dkk,
bayi dalam rahim belum optimal dan lahir
2009). Faktor yang secara langsung atau
dengan berat rendah .
internal mempengaruhi berat bayi lahir
antara
lain
umur
langsung
bahwa sebagian besar ibu bersalin berumur
mempengaruhi berat badan lahir bayi
20-35 tahun yaitu 19 orang (63,3%) ,
antara lain umur ibu hamil, jarak kelahiran,
responden yang berumur lebih dari 35
paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu
tahun sebanyak 8 orang (26,7%), dan yang
hamil,
kurang dari 20 tahun sebanyak 3 orang
pemeriksaan
ibu,
Tabel 5.1 dapat diinterpretasikan
kehamilan,
dan
penyakit pada saat kehamilan, dan faktor
(10%).
yang mempengaruhi berat bayi lahir secara
Umur ibu erat kaitannya dengan
tidak langsung/eksternal meliputi kondisi
berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur
lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat
16 tahun merupakan kehamilan berisiko
sosial ekonomi ibu hamil (Rochjati, 2008;
tinggi, 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan
Depkes, 2009; Wiknjosastro, 2009).
dengan kehamilan pada wanita yang cukup
Bayi
yang dilahirkan sebagian
umur. Pada umur yang masih muda,
besar normal karena ibu berada pada usia
perkembangan organ-organ reproduksi dan
reproduksi sehat untuk terjadi kehamilan
fungsi fisiologinya belum optimal. Selain
dan persalinan, ibu dalam kondisi yang
itu emosi dan kejiwaannya belum cukup
sehat. Bayi yang dilahirkan dengan berat
matang, sehingga pada saat kehamilan ibu
badan lahir rendah disebabkan oleh banyak
tersebut
faktor, diantaranya adalah usia ibu hamil,
kehamilannya secara sempurna dan sering
belum
dapat
menanggapi
5
terjadi komplikasi. Selain itu semakin
diketahui
muda usia ibu hamil, maka akan terjadi
mengakibatkan aliran darah ke jaringan
bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan
berkurang. Menurunnya aliran darah ke
dan bayi lahir ringan (Rochjati, 2011).
plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
Ibu dengan usia yang masih sangat
penyebabnya.
Hal
tersebut
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama,
muda (kurang dari 20 tahun) saat terjadi
pertumbuhan
janin
kehamilan, meningkatkan resiko pada
(Wiknjosastro, 2009).
terganggu
selama kehamilan, persalinan, dan setelah
Menurut peneliti, bayi yang lahir
persalinan, karena organ reproduksi ibu
dengan berat badan normal salah satunya
belum optimal. Sedangkan ibu
yang
dipengaruhi oleh faktor bahwa ibu tidak
terjadi
mengalami pre eklampsia. Sedangkan pada
penurunan fungsi organ reproduksi yang
ibu yang mengalami pre eklampsia dimana
dapat menyebabkan bayi lahir sebelum
terjadi gangguan aliran darah ke janin yang
waktunya sehingga pertumbuhan dalam
menyebabkan gangguan fungsi plasenta
rahimbelum optimal termasuk pencapaian
dimana darah ini berfungsi membawa
berat badan waktu dilahirkan.
nutrisi ke janin melalui plasenta, jika
berusia
lebih
dari
35
tahun
Tabel 5.2 dapat diinterpretasikan
terjadi
gangguan
maka
nutrisi
yang
bahwa hampir seluruh ibu bersalin tidak
diterima janin menjadi tidak adekuat
mengalami pre eklampsia yaitu sebanyak
akibatnya pertumbuhan janin terganggu
23 orang (76,7%), 5 orang (16,7%)
dan lahir dengan berat badan lahir rendah.
mengalami pre eklampsia ringan, dan 2
Tabel 5.6 dapat diinterpretasikan
orang (6,6%) mengalami pre eklampsia
bahwa usia kehamilan ibu bersalin saat
berat.
melahirkan adalah aterm yaitu 19 orang
Pada pasien preeklampsia terjadi
hemokonsentrasi
yang
masih
(63,3%), 8 orang (26,7%) melahirkan bayi
belum
6
preterm, dan 3 bayi (10%) melahirkan bayi
postterm.
Tabel 2 dapat diinterpretasikan
bahwa
Bayi yang lahir kurang bulan
sebagian
besar
responden
melahirkan bayi tidak asfiksia yaitu 19
memiliki organ dan alat-alat tubuh yang
orang
belum berfungsi normal untuk bertahan
melahirkan bayi dengan asfiksia sedang,
hidup
dan 1 orang (3,3%) melahirkan bayi
diluar
rahim.
Pognosis
bayi
prematur tergantung dari berat ringannya
(63,3%),
10
orang
(33,3%)
dengan asfiksia berat.
masalah perinatal, misalnya masa gestasi
Asfiksia bayi baru lahir disebabkan
(makin muda masa gestasi maka makin
oleh berbagai faktor antara lain keadaan
tinggi angka kematian) (Saifuddin, 2009).
ibu meliputi pre-eklampsi dan eklampsi,
Menurut peneliti, berat badan lahir
perdarahan abnormal (plasenta previa dan
bayi yang normal atau makrosomia juga
solusio plasenta), partus lama atau partus
dipengaruhi oleh
usia kehamilan yang
macet, demam selama persalinan, infeksi
telah mencapai usia aterm atau cukup
berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), dan
bulan dimana bayi telah mampu hidup di
kehamilan post matur (kehamilan 42
luar rahim dengan oragan yang telah
minggu atau lebih); keadaan tali pusat
berfungsi sempurna. Sedangkan bayi yang
meliputi lilitan tali pusat, tali pusat
lahir preterm membuat pertumbuhan dan
pendek, simpul tali pusat, dan prolaspsus
perkembangan
optimal
tali pusat; serta keadaan bayi meliputi bayi
sehingga sehingga lahir dengan berat
prematur (sebelum 37 minggu kehamilan),
badan lahir rendah.
persalinan sulit (letak sungsang, bayi
Asfiksia neonatorum pada bayi baru
kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
lahir
forseps), kelainan congenital, dan air
di
RSI
bayi
belum
Sakinah
Mojokerto tahun 2014
Kabupaten
ketuban bercampur mekonium (warna
7
kehijuan) (Wiknjosastro, 2009; Saifuddin,
terjadi pada bayi adalah preeklampsia yang
2009;Oxorn, 2010;Mochtar, 2010).
dialami oleh ibu pada saat hamil, karena
Tabel 5.2 dapat diinterpretasikan
karena pada penderita pre eklampsia
bahwa hampir seluruh ibu bersalin tidak
terjadi vasospasme pembuluh darah yang
mengalami pre eklampsia yaitu sebanyak
menyebabkan kurangnya pasokan oksigen
23 orang (76,7%), 5 orang (16,7%)
pada bayi sehingga dapat membuat bayi
mengalami pre eklampsia ringan, dan 2
lahir
orang (6,6%) mengalami pre eklampsia
pasokan oksigen ini akan membuat janin
berat.
tidak
Pada pasien preeklampsia terjadi
hemokonsentrasi
diketahui
yang
masih
penyebabnya.
Pasien
sebelum
dapat
waktunya,
bernafas
kurangnya
secara
spontan
sehingga terjadi asfiksia neonatorum.
belum
Tabel 5.3 dapat diinterpretasikan
ini
bahwa hampir seluruh ibu bersalin tidak
mengalami pergeseran cairan dari ruang
mengalami
intravaskuler
kehamilan yaitu 29 orang (96,7%), dan 1
ke
ruang
interstisial.
Kejadian ini diikuti dengan kenaikan
orang
hematokrit, peningkatan protein serum,
abnormal.
edema
yang
(3,3%)
abnormal
mengalami
saat
perdarahan
menyebabkan
Perdarahan abnormal pada ibu
berkurangnya volume plasma, viskositas
bersalin yang seringkali terjadi adalah
darah meningkat dan waktu peredaran
plasenta previa dan solusio plasenta.
darah
tersebut
Pertukaran gas antara ibu dan janin
mengakibatkan aliran darah ke jaringan
dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
berkurang
Apabila terjadi gangguan mendadak pada
tepi
dapat
perdarahan
meningkat.
dan
Hal
terjadi
hipoksia
(Wiknjosastro, 2009).
Menurut
peneliti,
plasenta maka akan terjadi asfiksia janin
salah
satu
(Mochtar, 2010).
penyebab dari asfiksia neonatorum yang
8
Menurut peneliti, lepasnya placenta
secara
mendadak
menyebabkan
kekurangan pasokan oksigen. Hal ini
perdarahan abnormal pada ibu, akan
menyebabkan oksigen yang sampai ke
dengan
bayi juga berkurang sehingga bayi lahir
cepat
yang
lama hingga ibu mengalami kelelahan dan
juga
memutus
rantai
penyaluran oksigen dari ibu ke janin,
dalam kondisi asfiksia.
dalam kondisi ini, bayi akan mendadak
mengalami
hipoksia
atau
Tabel 5.5 dapat diinterpretasikan
kekurangan
bahwa sebagian besar bayi lahir dengan
oksigen, sehingga saat bayi lahir tidak
kondisi tali pusat yang baik yaitu 21 bayi
dapat bernafas secara spontan karena
(70,0%), 6 bayi (20%) bayi dengan lilitan
kurangnya pasokan oksigen dalam paru.
tali pusat dan 3 bayi (10%) bayi dengan
Tabel 5.4 dapat diinterpretasikan
bahwa
hampir
seluruh
ibu
tali pusat menumbung. Gangguan aliran
bersalin
darah dapat ditemukan pada keadaan tali
mengalami lama persalinan normal yaitu
pusat menumbung, melilit leher, kompresi
28 orang (93,3%), dan 2 orang (6,7%)
tali pusat antara jalan lahir dan janin
dengan partus lama.
(Saifuddin, 2009).
Bila persalinan lama, dapat
menimbulkan
komplikasi
baik
Menurut peneliti, adanya lilitan tali
pusat menyebabkan leher bayi mengalami
terhadap ibu maupun bayi, dan dapat
kompresi
meningkatkan angka kematian ibu dan
menumbung
dapat
mengakibatkan
bayi (Mochtar, 2010).
terganggunya
aliran
darah
Menurut
membuat
ibu
peneliti,
partus
menggunakan
lama
pasokan
oksigen untuk keperluan meneran dan
memperkuat
power
ibu
pembuluh
dan
juga
darah
tali
pusat
umbilikus
yang
dalam
dan
menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin.
untuk
Tabel 5.6 dapat diinterpretasikan
mengeluarkan bayi dalam waktu yang
bahwa usia kehamilan ibu bersalin saat
9
melahirkan adalah aterm yaitu 19 orang
secara spontan dan juga fungsi jantung
(63,3%), 8 orang (26,7%) melahirkan bayi
yang belum berfungsi normal sehingga
preterm, dan 3 bayi (10%) melahirkan bayi
tidak dapat memompa darah dengan
postterm.
normal dan warna kulit menjadi biru
Keadaan bayi lahir hidup sebelum
karena sirkulasi darah belum terjadi secara
usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung
sempurna yang menyebabkan bayi menjadi
dari hari pertama haid terakhir). Bayi yang
asfiksia.
lahir kurang bulan memiliki organ dan
Tabel 5.7 dapat diinterpretasikan
alat-alat tubuh yang belum berfungsi
bahwa hampir seluruh ibu bersalin dengan
normal untuk bertahan hidup diluar rahim.
kondisi ketuban jernih yaitu 23 orang
Pognosis bayi prematur tergantung dari
(76,7%), dan 7 orang (23,3%) dengan
berat
ketuban bercampur mekoneum.
ringannya
masalah
perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda mas
Pada
kondisi
stres
di
dalam
gestasi maka makin tinggi angka kematian.
kandungan, misalnya akibat kekurangan
Terutama
kadar oksigen, bayi akan mengeluarkan
dijumpai
disebabkan
kelainan
asfiksia,
pneumonia,
kranial,
dan
oleh
seringnya
komplikasi
seperti
perdarahan
hipoglikemia
intra
(Saifuddin,
2009).
mekonium sehingga tercampur dengan
cairan amnion
2009).
Menurut
Salah
satu
penyebab
(air ketuban) (Yasmin,
peneliti,
bayi
yang
asfiksia
mengeluarkan mekoneum pasti mengalami
karena bayi lahir preterm sehingga organ
asfiksia, karena bayi mengalami stress
dan system organnya belum berkembang
dalam kandungan, mekoneum merupakan
dan berfungsi secara sempurna. Hal ini
kotoran bayi yang apabila terhisap lagi
termasuk organ pernafasan dan sirkulasi,
oleh bayi saat masih di dalam kandungan,
sehingga bayi lahir tidak dapat menangis
maka dapat menyumbat saluran pernafasan
10
bayi sehingga saat lahir bayi tidak dapat
periodik (periodic breathing) dan apnea
bernafas
yang disebabkan oleh pusat pernafasan di
secara
spontan
yang
menyebabkan asfiksia neonatorum.
medulla belum matur.
Akibat sistem
Hubungan antara berat badan lahir
pernafasan yang belum matur inilah yang
bayi dengan asfiksia neonatorum pada
menyebabkan bayi lahir dengan asfiksia
ibu bersalin di RSI Sakinah Kabupaten
(Wiknjosastro, 2009).
Bayi yang lahir dengan berat badan
Mojokerto tahun 2014
Tabel 3 dapat diinterpretasikan
normal
atau
lebih
dapat
mengalami
bahwa 66,7% bayi BBLR mengalami
asfiksia jika mengalami lilitan tali pusat
asfiksia sedang, 80% bayi BBLN tidak
dan lahir lewat bulan, karena pada bayi
mengalami asfiksia dan 100% bayi besar
yang lahir lebih dari 42 minggu, maka
tidak mengalami asfiksia.
sistem
Hasil uji Spearman’s Rho dapat
pencernaan
sehingga
bayi
telah
akan
sempurna
mengeluarkan
diinterpretasikan hasil ρ value = 0,001 atau
mekoneum
kurang dari α = 0,05 yang berarti bahwa
menyebabkan bayi mengalami asfiksia bila
H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada
ketuban terhisap oleh bayi.
dalam
ketuban
yang
hubungan antara berat badan lahir bayi
Bayi dengan berat lahir lebih dari
dengan asfiksia neonatorum pada ibu
4000 gram seringkali menjadi penyulit
bersalin
persalinan
di
RSI
Sakinah
Kabupaten
Mojokerto tahun 2014.
Penyakit
karena
kesulitan
melewati
panggul sehingga diperlukan persalinan
pernafasan
dengan tindakan. Persalinan dengan forcep
yang sering diderita bayi dengan berat
menyebabkan adanya tekanan pada kepala
lahir
penyakit
yang bisa menekan pusat-pusat vital pada
membran hialin dan aspirasi pneumonia.
medula oblongata dan hal tersebut dapat
Di samping itu sering timbul pernafasan
menyebabkan asfiksia. Persalinan cesarea
lebih
gangguan
rendah
adalah
11
adalah kelahiran bayi melalui abdomen
sebagian besar bayi lahir dengan berat
dan insisi uterus. Persalinan cesarea dipilih
badan lahir normal yaitu 66,7%.
karena
2.
indikasi
distres
janin,
posisi
Kejadian asfiksia neonatorum pada
sungsang, distosia, dan persalinan cesarea
bayi baru lahir di RSI Sakinah Kabupaten
sebelumnya.
bisa
Mojokerto pada tanggal 19 Juli-9 Agustus
dilakukan pada kejadian plasenta previa,
2014 bahwa sebagian besar responden
solutio plasenta, gawat janin, letak lintang.
melahirkan
Yang mana hal tersebut berpengaruh
63,3%.
terhadap pernapasan bayi.
3.
Tindakan
cesarea
bayi
tidak
asfiksia
yaitu
Ada hubungan antara bayi baru
Bayi dengan berat badan lahir
lahir dengan kejadian asfiksia neonatorum
rendah yang tidak mengalami asfiksia
di RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto pada
karena komponen Apgar skor ada 5 yaitu
tanggal 19 Juli-9 Agustus 2014. Semakin
warna kulit, denyut jantung, refleks,
normal berat badan bayi yang dilahirkan,
aktivitas bayi, dan pernafasan. Jadi bayi
maka bayi semakin tidak asfiksia.
BBLR yang tidak asfiksia ini karena tidak
SARAN
bernafas
1.
spontan,
tapi
nilai
untuk
Diharapkan
Responden
untuk
komponen yang lain baik, sehingga tidak
berusaha mencari informasi dengan cara
termasuk dalam asfiksia sedang mapun
bertanya langsung pada tenaga kesehatan,
berat.
melalui media massa (Koran, majalah,
televisi),
maupun
internet
sebanyak-
KESIMPULAN
banyaknya terutama dari tenaga kesehatan
1.
tentang pencegahan asfiksia neonatorum
Berat badan lahir bayi di RSI
Sakinah
Kabupaten
Mojokerto
pada
tanggal 19 Juli-9 Agustus 2014 bahwa
untuk kehamilan berikutnya.
2.
Diharapkan
meningkatkan
bidan
kemampuan
untuk
dan
sikap
12
profesional dalam melakukan manajemen
kebidanan dengan bayi baru lahir serta
10.
Kosim, M.S, dkk. 2010. Buku Ajar
Neonatologi. Jakarta: Bagian Penerbitan
IDAI.
bagaimana melakukan penangan asfiksia
bayi lahir agar bisa selamat dan sehat.
11.
Manuaba,
Kebidanan
IBG.
Penyakit
2010.
Kandungan
Ilmu
dan
Keluarga untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
1.
Alisjahbana,dkk. 2012. Laporan
Pencapaian
Tujuan
Pembangunan
Millenium di Indonesia 2011. Jakarta:
Bappenas.
2.
S.
2012.
Prosedur
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Dinkes
Jatim.
Profil
2012. Surabaya : Departemen Kesehatan
Provinsi Jawa Timur.
Hidayat, A.A, 2009.
Metode
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock, E. 2013. Pertumbuhan
dan
Perkembangan
Anak.
Jakarta:
Erlangga.
2010.
Asuhan
Persalinan Normal dan Inisisasi Menyusui
Dini. Jakarta: JNPKKR
&
T.
2010.
Kasdu, D. 2009. Solusi Problem
Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Sehat
9.
Kemenkes. 2013. Profil Kesehatan
Indonesia
2010.
Sinopsis
14.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
15.
Oxorn, H. 2010. Ilmu Kebidanan
Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta:
Yayasan Essential Medika
Potter & Perry. 2010. Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC.
17.
Rochjati,
P.
2011.
Skrining
Airlangga University Press.
18.
Saifuddin, A.B, dkk. 2009. Buku
Tahun
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
19.
Suradi, R, dkk. 2010. Pencegahan
Dan Penatalaksanaan Asfiksia Bayi Baru
Nugraha,
Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika
8.
R.
Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
JNPK-KR.
Joseph
Mochtar,
Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya:
5.
7.
13.
16.
Penelitian Keperawatan & Teknik Analisis
6.
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Cipta.
2013.
Kesehatan Provinasi Jawa Timur tahun
4.
Manuaba, IBG. 2010. Pengantar
Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
Arikunto,
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
3.
12.
2012.
Departemen Kesehatan RI.
Jakarta:
Lahir. Jakarta: HTA
20.
WHO. 2013 .World Health Profile
of 2012. Tersedia dari (www.who.int).
Diakses pada tanggal 15 Februari 2014.
21.
Widaryati, dkk. 2009. Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Asifiksia
pada Bayi Baru Lahir di Ruang Perinatal
13
RS Dr Moewardi Surakarta. Jurnal Ilmu
23.
Keperawatan Indonesia.
Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta:
22.
Wiknjosastro,
H.
2009.
Ilmu
Wong, DL. 2009.
Buku Ajar
EGC
Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
14
Download