BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator sosial yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan kematian bayi dan untuk melihat status kesehatan ibu dan anak (Kosim. M, 2003). Di seluruh dunia, 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama yang disebabkan komplikasi BBLR. Kurang lebih 99% kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini/deteksi dini dan pengobatan tepat pada antenatal (Leonardo, 2008). Berdasarkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 23% seluruh kematian neonatus disebabkan oleh asfiksia neonatorum dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Asfiksia neonatorum merupakan penyebab ketiga kematian setelah prematur dan infeksi (Arixs, 2006). Indonesia pada saat ini masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya dalam bidang kesehatan. Hal ini tampak dari masih tingginya angka kematian neonatal. Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menyebutkan penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia (27%) yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah BBLR. 1 Berdasarkan penelitian di Kota Cirebon yang dilakukan oleh Ella tahun 20042005 di Puskesmas, bahwa dari 44.000 kelahiran hidup setiap tahunnya, 500 bayi (2,1%) diantaranya mengalami kematian neonatal dan sebanyak 260 (28,8% kematian tersebut diakibatkan oleh asfiksia (Depkes, 2004). Sama halnya dengan Sumatera Utara, angka kematian bayi 166.500 dan yang menderita Asfiksia sebanyak 43.956 bayi (26,4%) (Dinkes Medan, 2008). Kematian neonatal dini lebih banyak disebabkan secara intrinsik dengan kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah persalinan. Demikian halnya dengan asfiksia neonatorum pada umumnya disebabkan oleh manajamen persalinan yang tidak sesuai dengan standar dan kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Kurangnya asupan kalori dan nutrisi pada saat masa kehamilan juga dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia. Hampir tiga per empat dari semua kematian bayi baru lahir dapat dicegah apabila ibu mendapatkan nutrisi yang cukup, pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga kesehatan yang profesional (Leonardo, 2008). Angka kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh asfiksia masih tinggi, oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan resusitasi segera setelah lahir untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Di negara maju ataupun negara berkembang tersedia sarana resusitasi dasar dan tenaga kesehatan yang kurang terampil melakukan resusitasi bayi. 2 Padahal resusitasi dasar yang efektif dapat mencegah kematian bayi baru lahir dengan asfiksia sampai 3/4-nya (Wayan, 2006). Di Indonesia dilakukan berbagai upaya dalam menurunkan angka kematian BBL diakibatkan asfiksia salah satunya dengan cara melakukan suatu pelatihan keterampilan resusitasi kepada para tenaga kesehatan agar lebih terampil dalam melakukan resusitasi dan menganjurkan kepada masyarakat ataupun ibu khususnya, agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan (Dinkes Medan, 2008). Berdasarkan survey pendahuluan dari Medical Record RSU. Dr. F. L. Tobing Sibolga tahun 2008, bayi baru lahir dengan asfiksia sebanyak 130 bayi (22,76%) dari 571 persalinan spontan maupun sectio Caecarea dan sebanyak 30 bayi (23,1%) yang meninggal diakibatkan asfiksia berat terutama pada bayi yang lahir prematur. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui “Gambaran kasus Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di RSU.Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran kasus bayi baru lahir dengan asfiksia di RSU. Dr. F. L. Tobing Sibolga tahun 2008?”. 3 C. Tujuan Penelitian C.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kasus bayi baru lahir dengan asfiksia di RSU. Dr. F. L. Tobing Sibolga tahun 2008. C.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kasus bayi baru lahir dengan asfiksia bayi baru lahir dengan asfiksia bayi baru lahir dengan asfiksia berdasarkan klasifikasi asfiksia. 2. Untuk mengetahui kasus berdasarkan usia kehamilan. 3. Untuk mengetahui kasus berdasarkan penyulit/komplikasi selama kehamilan dan persalinan. 4. Untuk mengetahui kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berdasarkan jenis persalinan. D. Manfaat Penelitian D.1. Bagi Pendidikan Akbid Nauli Husada Sibolga Sebagai bahan bacaan mahasiswa Akbid di perpustakaan dan sebagai bahan masukan bagi peneliti dimasa yang akan datang. 4 D.2. Bagi Rumah Sakit Umum Dr. F.L. Tobing Sibolga Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya tentang asfiksia. D.3. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan dan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Kebidanan. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Asfiksia Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi (Muhammad, 2007). Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur setelah lahir lahir atau beberapa saat setelah lahir dan dapat menimbulkan komplikasi (Bagus I, 2005). B. Etiologi dan Faktor Predisposisi Asfiksia neonatorum terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persdiaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Dangguan ini dapat disebabkan secara menahun dalam kehamilan dan mendadak dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dap[at berupa gizi ibu yang buruk dan penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung. Towel (1996), menggolongkan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari : 1. Faktor Ibu 6 - Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilisasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesia dalam sehingga akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. - Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan kekurangan pengaliran O2 ke plasenta dan janin. Misalnya : gangguan kontraksi uterus (hipotermi, tetani uterus akibat penyakit/obat), hipotensi mendadak pada ibu akibat perdarahan, hipertensi akibat penyakit eklampsi. 2. Faktor Placenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi placenta. Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta misalnya : solusi placenta, perdarahan placenta dan placenta previa. 3. Faktor Fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir. 4. Faktor Neonatus Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena : 7 - Pemakaian obat anastesi/analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. - Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial kelainan kongenital pada bayi misalnya : hernia diafragma atresia, hipoplasia paru. 5. Faktor Persalinan - Partus lama - Partus dengan tindakan (SC, Vakum Ekstraksi) (Sarwono, 1999). C. Klasifikasi Pembagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan nilai apgar score yaitu : 1. Asfiksia berat Apgar score 0-3, bayi memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian O2 terkendali. 2. Asfiksia sedang Apgar score 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian O2 sampai bayi dapat bernafas normal kembali. 3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-10). Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa (Mochtar R, 1998). 8 Tabel C.1. Penilaian Apgar Score Tanda Apperance Score 1 2 Tubuh kemerahan, Tubuh dan ekstremitas 0 Biru pucat (warna kulit) Pulse ekstremitas biru kemerahan Tidak ada ≤100 x/i ≥ 100 x/i Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan (Denyut nadi) Grimace (refleks) Activity kuat dan menagis Lumpuh Gerakan lemah Gerakan aktif Tidak ada Lambat Teratur, menangis kuat (tonus otot) Respiratory (usaha bernafas) (Mochtar R, 1998). D. Tanda dan Gejala Apnoe Primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromus culas menurun. Apnoe Sekunder : Apabila asfiksia pernafasan berlanjut, megap-megap bayi yang menunjukkan dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah ((Mochtar R, 1998). 9 E. Diagnosa Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin antara lain : 1. Denyut jantung janin Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 x/i, selama his frekuensi ini biasa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi sampai di bawah 100 x/i diluar his dan lebihlebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. 2. Mekonium dalam air ketuban Pada presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan terus menimbulkan kewaspadaan. Adanya meokinum air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan, biasanya hal ini dapat dilakukan dengan mudah. 3. Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Contoh darah janin. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun di bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis (Mochtar R, 1998). 10 F. Patogenisis 1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 itu terus berlangsung, maka nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah rangsangan dari nesosimpatikus. Denyut jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang. 2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam hipoksia : - Jika DJJ normal dan ada mekonium, maka janin mulai hipoksia. - Jika DJJ >100 x/i dan ada mekonium, maka janin sedang hipoksia. - Jika DJJ <100 x/i dan ada mekonium, maka janin dalam keadaan gawat. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa, kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat (Mochtar R, 1998). G. Penanganan 1. Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain) bersihkan mulut dan jalan nafas. 11 2. Lakukan resusitas dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg dan dapat juga dilakukan pernafasan dari mulut ke mulut, masase jantung. 3. Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar. 4. Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2 mg. 5. Berikan transfusi darah via tali pusat untuk memberikan glukosa (Mochtar R, 1998). Tujuan Penanganan 1. Untuk mengurangi angka mortalitas dan angka morbiditas 2. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi 3. Untuk membatasi gejala lain setelah mengalami asfiksia. H. Komplikasi Komplikasi pada bayi baru lahir akibat asfiksia meliputi : - Cerebral palsy - Retardasi mental - Gangguan belajar Apabila asfiksia ini tidak ditangani dengan mengakibatkan kematian (Mochtar R, 1998). 12 baik, maka akan BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dengan judul “Gambaran kasus bayi baru lahir dengan asfiksia di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008”. Variabel Independent Variabel Dependent 1. Klasifikasi Asfiksia 2. Usia Kehamilan 3. Penyulit / Komplikasi saat kehamilan dan persalinan 4. Jenis persalinan Bayi baru lahir Dengan asfiksia B. Defenisi Operasional 1. Klasifikasi asfiksia Klasifikasi asfiksia adalah penggolongan asfiksia menurut apgar score, kategori : a. Asfiksia berat (Apgar Score 0-3) b. Asfiksia sedang (Apgar Score 4-6) c. Asfikisa ringan (Apgar Score 7-9) Skala ukur : Ordinal 2. Usia Kehamilan 13 Usia kehamilan adalah lamanya bayi dalam kandungan yang dimulai dafri konsepsi sampai proses persalinan, dengan kategori : a. Prematur (28 – 37 minggu) b. Aterm (38 – 40 minggu) c. Post Aterm (> 42 minggu) Skala ukur : Interval 3. Penyulit/komplikasi saat kehamilan dan persalinan Penyulit/komplikasi saat kehamilan dan persalinan adalah keadaan yang dialami ibu pada saat hamil dan bersalin. Kategori : a. Solutio plasenta b. Partus lama c. Lilitan tali pusat d. Tali pusat menumbung Skala ukur : Nominal 4. Jenis Persalinan Jenis persalinan adalah tindakan mengeluarkan bayi dalam rahim. Kategori : a. Sectio Caesarea (SC) b. Spontan Skala ukur : Nominal 14 apa yang dilakukan untuk C. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu mengetahui gambaran kasus bayi baru lahir dengan Asfiksia di Rumah Sakit Umum Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008. D. Lokasi Penelitian D.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga dengan alasan adanya sampel yang mencukupi dan juga lokasi penelitian dekat dengan domisili peneliti sehinggga mudah dijangkau dan terdapat kasus asfiksia pada bayi baru lahir. D.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2009. No. Kegiatan 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Maret 2 3 4 1 April 2 3 Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Persiapan Ujian Ujian Proposal Perbaikan proposal Pengumpulan Data Analisa Data Konsultasi laporan Penelitian Seminar hasil penelitian Perbaikan KTI Penggandaan Hasil KTI 15 4 1 Bulan Mei 2 3 4 1 Juni 2 3 4 1 Juli 2 3 4 E. Populasi dan Sampel E.1. Populasi Dalam penelitian ini adalah semua bayi baru lahir yang mengalami asfiksia di RSU. Dr. F.L. Tobing Periode 2008 sebanyak 130 bayi. E.2. Sampel penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. F. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data F.1. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari medical record RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga. F.2. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan mengambil data dari Medical Record bayi yang mengalami asfiksia mulai dari Januari – Desember 2008 di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga, kemudian mengisi sesuai lembar pengumpulan data. 16 G. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa data G.1. Tehnik Pengolahan Data Data yang terkumpul diolah secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing Pengecekan data-data yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan pada pengumpulan data akan diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang. b. Coding Pemberian kode dengan angka pada data yang terkumpul untuk mempermudah memasukkan data ke dalam tabel. c. Tabulating Mempermudah analisa data dan pengolahan data serta mempermudah dalam proses pengambilan kesimpulan, maka data dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi. G.2. Analisa data Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan mempresentasekan data yang terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian menggunakan teori dan kepustakaan yang ada. 17 18 LEMBAR PENGUMPULAN DATA Klasifikasi Asfiksia No. No. RM Asfiksia berat Asfiksia sedang Asfiksia ringan Penyulit/Komplikasi Saat Kehamilan dan persalinan Usia Kehamilan 28-37 minggu 38-40 minggu >42 minggu 19 Solutio plasenta Partus lama Lilitan tali pusat Jenis Persalinan Tali pusat SC menumbung Spontan Ket. DAFTAR PUSTAKA Arixs, 2006, Asfiksia Neonatorum, Jakarta Manuaba, IB, 1999, Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berancana Untuk Pendidikan Bidan, EGC : Jakarta Cuningham F, dkk, 2002, Obstetri Williams, EGC : Jakarta Leonardo, 2008, Asfiksia Pada BBL, Jakarta Mochtar R, 1998, Sinobsis Obstetri, Jilid 1, EGC : Jakarta Mohammad, 2007, Neonatus Dengan Asfiksia, Jakarta Notoadmodjo, 1997, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta _____, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta _____, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta Sarwono, 1999, Ilmu Kebidanan, Prawirohardjo : Jakarta Wayan, 2006, Asfiksia, Jakarta 20 Yayasan Bina Pustaka Sarwono