Hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir (Di RSUD dr. R. Koesma Tuban) The Relationship Of Post Date Pregnancy And The Incident of Asphyxia Neonatorum (In RSUD Dr. R. Koesma Tuban) Erna Eka Wijayanti STIKES NU TUBAN ABSTRAK Kehamilan lewat waktu adalah salah satu kehamilan yang beresiko karena dapat menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya. Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban ternyata kejadian kehamilan lewat waktu ada 48 dari 282 persalinan dan didapatkan 15 bayi baru lahir dengan skor APGAR rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan desain penelitian cross sectional. Populasinya adalah seluruh ibu yang melahirkan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada bulan Mei – Juni 2010. Sampelnya sebanyak 32 orang. Tehnik pengambilan sample yang digunakan adalah simple random sampling. Instrumen yang digunakan melalui lembar observasi. Sedangkan uji penelitian ini menggunakan uji koefisien phi dilanjutkan uji student t dengan dk = n-2 dan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan 12 orang mengalami kehamilan lewat waktu, 8 bayi (66,6%) tidak mengalami asfiksia dan 4 bayi (33,3%) mengalami asfiksia. Sedangkan 20 orang yang tidak mengalami kehamilan lewat waktu 20 bayi (100%) tidak mengalami asfiksia. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan nilai rØ = 0,487 dan < 0,05 dengan tingkat hubungan sedang, sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak artinya ada hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Diharapkan bagi bidan, untuk lebih teliti dalam menentukan usia kehamilan. Tetapi jika telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan bidan harus tetap siaga pada reabilitas TP tersebut, sehingga kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat dikurangi. Kata kunci : kehamilan lewat waktu, asfiksia bayi baru lahir ABSTRACT AKI and AKB are big problems in the development country. This is causedby the less of society’s understanding that pregnancy is something risky. One of the risk is post date pregnancy, this case can cause many risks and the higher complication either for mothers or the baby who had beenborn couldhave asphyxia. The purpose of the study is to find out the relationship of post date pregnancy and the incident of asphyxia neonatorum. The type of the study used was analitycal correlation with the study design of cross sectional. The population sample was all of mothers in labour process in RSUD Dr. R. Koesma Tuban in May – June 2010. the sample was 32 people. The sample taking technique used was consecutive sampling. The instrument taking used was performed through observation. Meanwhile this study test was used phi coefficient test and the continued with student t test with dk = n – 2 and α = 0,05. The study used found 12 people had post date pregnancy, 66% had no asphyxia neonatorum and 33,3% had asphyxia neonatorum. Presicely 20 people had no post date pregnancy 100% had no asphyxia neonatorum. After the statistical test was carried out, the score of rØ = 0,487 and ρ < 0,05 with the medium level of relationship, therefore it could be concluded that H0 was rejected, which means that there was relationship of post date pregnancy and the incident of asphyxia neonatorum in RSUD Dr. R. Koesma Tuban. It is recommented for midwifes to be more cautions in determining the age of the pregnancy. Nevertheles, when the age of the pregnancy has been determined within the last trimester or based on the data which seem to be not dependable, midwifes must keep being alert for postdate realities so that the incident of the asphyxia neonatorum can be minimized. Key words : post date pregnancy, asphyxia neonatorum PENDAHULUAN Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko. Dimana usia kehamilannya telah mencapai 42 minggu lengkap atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas. Dan pada persalinan lewat waktu angka mortalitas dan morbiditasnya sangat tinggi bila dibandingkan dengan kehamilan normal.1 Tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim tergantung pada fungsi penting plasenta yaitu sebagai respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi tersebut terganggu, maka janin seperti “tercekik”. Dalam kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami proses penuaan sehingga fungsinya akan menurun atau berkurang. Menurunnya fungsi plasenta ini akan berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi mulai kekurangan asupan gizi dan persediaan oksigen dari ibunya. Selain itu cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau. Sehingga cairan dapat terhisap masuk ke dalam paruparu dan menyumbat pernafasan bayi . Janin juga dapat lahir dengan berat badan yang berlebih. Ketika lahir bayi akan memiliki kulit yang kering, pecah-pecah, mengelupas, keriput, serta kuku jari yang panjang dan rambut yang lebat. Verniks yang membungkus tubuhnya pun sedikit. Bayi akan tampak seperti kekurangan gizi karena berkurangnya jumlah lemak di bawah.1 Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu ialah 30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan, dan 15% post natal. Penyebab utama kematian perinatal ialah hipoksia dan aspirasi mekonium. Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemi, polisitemia, dan kelainan neurologik.2 Di Indonesia angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 10,4 – 12 % apabila diambil batas waktu 42 minggu dan 3,4 – 4 % apabila diambil batas waktu 43 minggu. Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin.3 Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi dibandingkan kehamilan cukup bulan. Data itu menunjukkan angka kematian dalam kehamilan cukup bulan 1 – 2 %, sedangkan dalam kehamilan lewat waktu mencapai 57%.1 Berdasarkan survey awal yang dilakukan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban didapatkan data persalinan lewat waktu mulai bulan Oktober sampai Desember 2009 sejumlah 48 atau 17,02% dari 282 persalinan. Pada kehamilan lewat waktu dengan usia kehamilan mencapai 42 minggu sebesar 72,91% dari 48 persalinan dan usia kehamilan mencapai 43 minggu sebesar 27,03% dari 48 persalinan. Dari 282 persalinan didapatkan 15 atau 5,31% bayi baru lahir dengan skor apgar yang rendah, 9 diantaranya memiliki skor apgar 4-6 dan 6 diantaranya memiliki skor apgar 0-3. Sebagian besar bayi lahir tanpa masalah. Akan tetapi pada kehamilan dengan komplikasi kelahiran dapat menjadi proses yang bermasalah untuk janin. Salah satunya yaitu bayi mengalami asfiksia. Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor APGAR yang rendah sebagai manisfestasi hipoksi berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi. Dilaporkan dari 8,1 juta kematian bayi dunia, 48% adalah kematian neonatus.4 Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta serta keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan akan berjalan baik. Untuk menentukan usia kehamilan lewat waktu harus diketahui umur kehamilan dengan tepat. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Hubungan kehamilan lewat waktu (post date) dengan kejadian asfikaia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban”. METODE PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini merupakan jenis studi analitik korelasional yang mengkaji hubungan kehamilan lewat waktu dengan asfiksia bayi baru lahir. Desain penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan Cross Sectional, yaitu pendekatan dalam penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel bebas dan variabel tergantung hanya dilakukan satu kali dan pada satu saat. Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu yang melahirkan di ruang VK bersalin di RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada bulan Mei - Juni 2010 sebanyak 309 orang. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu yang melahirkan di ruang VK bersalin di RSUD Dr.R.Koesma Tuban yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian menjadi besar sample yaitu sebanyak 32 orang. HASIL PENELITIAN Jumlah Kehamilan Lewat Waktu Tabel 1. Distribusi Kehamilan Lewat Waktu di RSUD dr. R. Koesma Tuban pada Bulan Mei – Juni 2010. Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 32 orang yang melahirkan sebagian besar orang tidak mengalami kehamilan lewat waktu yaitu 20 orang (62,5%). Jumlah Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Tabel 2 Distribusi Jumlah Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD dr. R. Koesma Tuban pada bulan Mei-Juni 2010. Sumber : Hasil observasi di RSUD Dr. R. Koesma Tuban, asfiksia pada bayi baru lahir pada kehamilan lewat waktu Dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari 32 bayi baru lahir hampir seluruhnya bayi tidak mengalami asfiksia yaitu 28 bayi (87,5%). Hubungan Kehamilan Lewat Waktu dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban bulan Mei – Juni 2010 Tabel 3. Hubungan antara Kehamilan Lewat Waktu dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban bulan Mei – Juni 2010. Dari tabel 3 di atas dapat dijelaskan dari 32 orang yang melahirkan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban, yang mengalami kehamilan lewat waktu dengan sebagian besar bayi tidak mengalami asfiksia yaitu 8 bayi (66,6%). Sedangkan yang tidak mengalami kehamilan lewat waktu seluruhnya bayi tidak mengalami asfiksia yaitu 20 bayi (100%). ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dengan menggunakan uji Koefisien Korelasi didapatkan nilai rØ = 0,487 dengan tingkat hubungan sedang. Setelah itu dilanjutkan dengan uji student t dan didapatkan nilai t hitung= 3,053 dan t tabel = 2,042. sehingga t hitung > t tabel artinya H0 ditolak, yang menunjukkan terdapat hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada bulan Mei – Juni 2010. ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dengan menggunakan uji Koefisien Korelasi didapatkan nilai rØ = 0,487 dengan tingkat hubungan sedang. Setelah itu dilanjutkan dengan uji student t dan didapatkan nilai t hitung= 3,053 dan t tabel = 2,042. sehingga t hitung > t tabel artinya H0 ditolak, yang menunjukkan terdapat hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada bulan Mei – Juni 2010. PEMBAHASAN 1. Identifikasi Jumlah Kehamilan Lewat Waktu Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 32 orang yang melahirkan sebagian besar orang tidak mengalami kehamilan lewat waktu yaitu 20 orang (62,5%). Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko. Dimana usia kehamilannya telah mencapai 42 minggu lengkap atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas. Menjelang persalinan terjadi penurunan hormon progesterone, peningkatan oksitosin serta peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat. Prostaglandin telah dibuktikan berperan paling penting dalam menimbulkan kontraksi uterus.2 Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan dapat dianggap memanjang pada usia kehamilan 41 minggu karena angka morbiditas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia kehamilan 40 minggu. Namun kurang lebih 18% kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu dan 7-11% akan memanjang hingga 42 minggu. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas.3 Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi dibandingkan kehamilan cukup bulan. Data itu menunjukkan angka kematian dalam kehamilan cukup bulan 1–2 %, sedangkan dalam kehamilan lewat waktu mencapai 57%.1 Perbedaan yang lebar disebabkan dalam menentukan usia kehamilan. 10% ibu lupa akan tanggal haid terakhir di samping sukar menentukan secara tepat saat ovulasi. Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus Naegele, tetapi selain pengaruh faktor tersebut masih ada faktor kesalahan perhitungan dan faktor janin. Kini dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat, terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu sehingga penyimpangan hanya 1 minggu.2 Dari hasil penelitian diatas bahwa ibu bersalin di RSUD Dr. R. Koesma Tuban sebagian besar tidak mengalami kehamilan lewat waktu hal ini dikarenakan ibu dapat menentukan hari pertama haid terakhir dengan tepat sehingga untuk menentukan usia kehamilan pun dapat diketahui dengan pasti. Namun demikian masih ada ibu bersalin yang mengalami kehamilan lewat waktu hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman ibu hamil bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang beresiko. Diagnosis yang baik hanya dapat dibuat kalau ibu memeriksakan diri sejak permulaan kehamilan. Oleh karena itu bidan harus lebih teliti dalam menentukan usia kehamilan disamping ibu hamil tidak boleh menganggap pemeriksaan kehamilan adalah hal yang sepele. Serta ibu dianjurkan selalu mengingat hari pertama haid terakhir sehingga dapat menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. 2. Identifikasi Jumlah Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari 32 bayi baru lahir hampir seluruhnya bayi tidak mengalami asfiksia yaitu 28 bayi (87,5%). Asfiksia Neonatorum ialah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak segera bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, hal ini disebabkan oleh hipoksi janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Penilaian sesaat setelah bayi baru lahir ini perlu dilakukan untuk menilai keadaan bayi tersebut secara menyeluruh sehingga dapat ditentukan secara cepat apakah bayi memerlukan tindakan medis segera. Skor APGAR dihitung pada menit pertama dan menit kelima dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir dengan menggunakan lima kriteria sederhana. Kelima kriteria tersebut terdiri dari Appearance (warna kulit), Pulse rate (frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsangan), Activity (tonus otot), dan Respiration (pernafasan). Setiap penilaian diberi angka nol, satu dan dua. Dari hasil penilaian tersebut dijumlahkan dan akan menghasilkan angka nol sampai 10. Jika didapatkan hasil skor APGAR 7-10 (vigorous baby) bayi dianggap normal dan tidak memerlukan tindakan medis segera, skor APGAR 4-6 (mild moderat) bayi mengalami asfiksi sedang dimana bayi memerlukan tindakan medis segera, dan skor APGAR 0-3 bayi mengalami asfiksia berat dimana bayi memerlukan tindakan medis yang lebih intensif.5 Dari hasil penelitian diatas penilaian sesaat setelah bayi baru lahir ini perlu dilakukan untuk menilai keadaan bayi tersebut secara menyeluruh sehingga dapat ditentukan secara cepat apakah bayi memerlukan tindakan medis segera. Dengan penanganan yang cepat dan tepat dapat mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul dikemudian hari. Namun demikian hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup sempurna tanpa gejala sisa. 3. Hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Dari tabel 3 di atas dapat dijelaskan dari 32 orang yang melahirkan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban, yang mengalami kehamilan lewat waktu dengan sebagian besar bayi tidak mengalami asfiksia yaitu 8 bayi (66,6%). Sedangkan yang tidak mengalami kehamilan lewat waktu seluruhnya bayi tidak mengalami asfiksia yaitu 20 bayi (100%). Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dengan menggunakan uji Koefisien Korelasi didapatkan nilai rØ = 0,487 dengan tingkat hubungan sedang. Setelah itu dilanjutkan dengan uji student t dan didapatkan nilai t hitung= 3,053 dan t tabel = 2,042. sehingga t hitung > t tabel artinya H0 ditolak, yang menunjukkan terdapat hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada bulan Mei – Juni 2010. Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko. Dimana usia kehamilannya telah mencapai 42 minggu lengkap atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas. Tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim tergantung pada fungsi penting plasenta yaitu sebagai respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi tersebut terganggu, maka janin seperti “tercekik”. Dalam kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami proses penuaan sehingga fungsinya akan menurun atau berkurang. Menurunnya fungsi plasenta ini akan berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi mulai kekurangan asupan gizi dan persediaan oksigen dari ibunya. Selain itu cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau. Sehingga cairan dapat terhisap masuk ke dalam paruparu dan menyumbat pernafasan bayi. Janin juga dapat lahir dengan berat badan yang berlebih. Sebagian besar bayi lahir tanpa masalah. Akan tetapi pada kehamilan dengan komplikasi dapat menjadi proses yang bermasalah untuk janin. Salah satunya yaitu bayi mengalami asfiksia. Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor APGAR yang rendah sebagai manisfestasi hipoksi berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.6 Pada persalinan kehamilan lewat waktu pada dasarnya dilakukan terminasi kehamilan. Di FKUI induksi partus dilakukan dengan pemasangan balon kateter Foley ke dalam kanalis servikalis dan bila setelah 24 jam belum partus spontan dilakukan infus oksitosin dan amniotomi : cara terakhir ini mempunyai keberhasilan 84% partus pervaginam dan hanya 4,6% yang mengalami asfiksia. Induksi dengan oksitosin dapat dilakukan bila serviks telah matang dan bila perlu dilakukan amniotomi. Prostaglandin E dapat pula dipakai untuk mematangkan serviks. Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama terjadi pada persalinan, sehingga memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi. Pada penelitian ini dapat kita ketahui bahwa terdapat hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta serta keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan akan berjalan baik. Untuk menentukan usia kehamilan lewat waktu harus diketahui umur kehamilan dengan tepat. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan ibu hamil dapat mengetahui pentingnya melakukan pemeriksaan diri sejak permulaan kehamilan. Dan bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan diharapkan lebih teliti dalam menentukan usia kehamilan. Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postdate diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Tetapi jika telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan bidan harus tetap siaga pada reabilitas TP tersebut, sehingga kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat dikurangi. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Jumlah kehamilan lewat waktu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban adalah sebanyak 12 orang. 2. Jumlah asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban yang dilahirkan dari ibu yang mengalami kehamilan lewat waktu sebanyak 4 bayi. 3. Ada hubungan antara kehamilan lewat waktu dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. R. Koesma Tuban. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hasnah Siregar. Memulai Persalinan. Rabu, 14 Januari 2009. http://www.google.com Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta, 2002. Varney, H. dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EEC, Jakarta, 2007. Zhukma. Asfiksia Neonatorum. 11 Juni 2009. http://www.google.com Paisal. Skor Apgar Menilai Bayi dengan Cepat. Mei 2007. http://www.google.com Zhukma (2009). Asfiksia Neonatorum. 11 Juni 2009. http://www.google.com