HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO YULIANDARI PRASETYA NINGRUM 1212010051 SUBJECT: Tekanan Darah, Ibu, Asfiksia Neonatorum DESCRIPTION: Asfiksia neonatorum merupakan bayi baru lahir dengan risiko tinggi karena memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi atau menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Salah satu faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum adalah faktor keadaan ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tekanan darah pada ibu hamil dengan kejadian asfiksia neonatorum. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional dengan rancang bangun cross sectional. Variabel independen adalah tekanan darah pada ibu hamil dan variabel dependen adalah asfiksia neonatorum. Populasi adalah 26 bayi yang lahir di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto pada tanggal 4 Juni-8 Juli 2015 dengan sampel sebanyak 26 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan uji Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai tekanan darah normal yaitu sebanyak 19 responden (73,1%) dan sebagian besar bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum yaitu sebanyak 14 responden (53,8%). Analisa hasil dengan uji Spearman Rho diperoleh hasil perhitungan dengan nilai signifikan ρ value (0,003) < α (0,05) maka H1 diterima dengan demikian ada hubungan tekanan darah pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Ada hubungan tekanan darah pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu tentang pencegahan hipertensi dan asfiksia neonatorum serta melaksanakan resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum. ABSTRACT Neonatal asphyxia occurs in newborns with a high risk because it has a greater likelihood of dying or becoming severely during neonatal period. One of the factors that cause neonatal asphyxia is the state of maternal factors, namely hypertension in pregnancy. The purpose of this study was to determine the relationship between blood pressure in pregnant women and the incidence of neonatal asphyxia. This type of research is analytic research correlational with cross sectional design. The independent variable was the blood pressure of pregnant women and the dependent variable was neonatal asphyxia. The population was 26 babies born at RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto from 4 June-8 July 2015 with a sample of 26 respondents. The sampling technique used was accidental sampling. Data was collected by using primary data and secondary data. Data was analyzed by using Spearman Rho test. 1 The results suggest that most mothers had normal blood pressure, i.e. 19 respondents (73.1%) and most babies do not experience neonatal asphyxia, i.e.14 respondents (53.8%). Analysis of the results by using Spearman Rho test results suggest that the calculation of significant value ρ value (0,003) <α (0.05) then H1 is accepted thus no relationship between mother's blood pressure and neonatal asphyxia at RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. There’s a relation between mothers’ blood pressure and the incidence of neonatal asphyxia. Health workers, especially nurses, are expected to be more active in providing health education on the prevention of maternal hypertension and neonatal asphyxia and carrying out resuscitation in newborns with neonatal asphyxia. Keywords: Blood Pressure, Mother, Asphyxia Neonatorum Contributor : 1. Siti Rachmah, SKM., M.MKes. 2. Mohammad Nur Firdaus, S.Kep.Ns. Date : 1 Juli 2015 Type Material : Laporan Penelitian Edentifier :- Right : Open Document SUMMARY : Latar Belakang Asfiksia neonatorum termasuk dalam bayi baru lahir dengan bayi risiko tinggi karena memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi atau menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Asfiksia neonatorum terjadi ketika bayi tidak cukup menerima oksigen sebelumnya, selama atau setelah kelahiran (Depkes. RI, 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum adalah faktor keadaan ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan. Risiko terjadinya asfiksia neonatorum pada ibu yang mengalami hipertensi lebih besar. Penyakit hipertensi yang diderita akan mempengaruhi janin karena meningkatknya tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya hambatan pembuluh darah perifer akan mengakibatkan sirkulasi utero-plasenta kurang baik, keadaan ini menimbulkan gangguan lebih berat terhadap insufiensi plasenta dan berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin, gangguan pernafasan (Gilang, 2012). Angka kematian bayi menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia diantaranya asfiksia (27%), BBLR (29%). (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Berdasarkan data BPS 2011 penyebab kematian bayi di Jawa Timur 19% disebabkan oleh asfiksia (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto pada tanggal 7 April 2015 didapatkan bahwa pada Tahun 2014 terdapat 482 persalinan, dari jumlah tersebut terdapat 22 kejadian asfiksia (59,4%) dari 37 kejadian tekanan darah tinggi pada ibu dan terdapat 3 bayi yang meninggal karena asfiksia neonatorum (Medical Record RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, 2014). Faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain faktor keadaan ibu (usia ibu, hipertensi pada kehamilan, pendarahan antepartum, demam selama persalinan infeksi berat, kehamilan postdate, amnionitis, anemia dan paritas), faktor keadaan bayi (bayi 2 prematur, berat bayi lahir, kelainan bawaan dan air ketuban bercampur mekonium), faktor plasenta (lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan prolapsus tali pusat) dan faktor neonatus (pemakaian obat analgesi/anastesi yang berlebihan dan trauma persalinan) dan faktor persalinan. Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan fetus. Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dan kelahiran mati, hal ini disebabkan karena preeklampsia dan eklampsiapada ibu akan menyebabkan pengapuran di daerah plasenta. Sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya pengapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Gilang, 2012). Menurut Winkjosastro, vasokonstriksi pembuluh darah mengakibatkan kurangnya suplai darah ke plasenta sehingga terjadi hipoksia janin. Akibat lanjut dari hipoksia janin adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida sehingga terjadi asfiksia neonatorum. Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kemudian disusul dengan pernapasan teratur dan tangisan bayi. Proses perangsangan pernapasan ini dimulai dari tekanan mekanik dada pada persalinan, disusul dengan keadaan penurunan tekanan oksigen arterial dan peningkatan tekanan karbondioksida arterial, sehingga sinus karotikus terangsang terjadinya proses bernapas. Bila mengalami hipoksia akibat suplai oksigen ke plasenta menurun karena efek hipertensi dan proteinuria sejak intrauterine, maka saat persalinan maupun pasca persalinan beresiko asfiksia (Gilang, 2012). Untuk mengurangi Angka Kematian Bayi (AKB) akibat dari asfiksia diharapkan tenaga kesehatan atau perawat dapat berperan aktif dalam melakukan promotif dengan memberikan pendidikan/pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan pada ibu hamil, mencegah terjadinya hipertensi dalam kehamilan sehingga dapat mengurangi kejadian asfeksia neonatorum dan mengurangi angka kematian bayi. Institusi kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya pada penanganan gawat darurat seperti asfiksia neononatorum dengan penyediaan alat resusitasi pada setiap persalinan termasuk jenis persalinan spontan, selain itu ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan kehamilan secara tertatur dan lengkap sehingga komplikasi yang dialami oleh ibu bisa dideteksi sedini mungkin dan bila ditemukan komplikasi obstetric tindakan rujukan dapat segera dilakukan (Mutianingsih, 2014). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan tekanan darah pada ibu hamil dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelasional dengan pencekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada ibu dan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah asfiksia neonatorum. Populasi kasus penelitian ini adalah seluruh ibu dan bayi yang lahir di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto pada tanggal 4 Juni-8 Juli 2015 sebanyak 26 orang dengan sampel sebanyak 26 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Pengambilan data dilakukan di RSU DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto pada tanggal 4 Juni-8 Juli 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan data primer dengan melakukan observasi yang diproses melalui APGAR skor pada bayi untuk memperoleh data asfiksia neonatorum dan data sekunder melalui study dokumentasi dari catatan rekam medik untuk mengetahui tekanan darah pada ibu. Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tensimeter dan lembar observasi untuk mengukur tekanan 3 darah pada ibu dan APGAR skor untuk mengukur asfiksia neonatorum. Analisa data menggunakan uji statistic Spearman Rank. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memunyai tekanan darah normal yaitu sebanyak 19 responden (73,1%). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2004). Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. (Sastrawinata, 2005). Sebagian besar ibu memunyai tekanan darah normal, hal ini dikarenakan banyak dari responden yang berumur 20-35 tahun sehingga keadaan dan kondisi ibu hamil tersebut masih dalam kondisi yang baik atau masa subur dalam kehidupan seseorang sehingga organ reproduksinya masih siap menerima kehamilan. Umur 20-35 merupakan usia yang normal untuk hamil dan tidak meningkatkan resiko hipertensi, hipertensi sering terjadi pada ibu hamil dengan usia >35 tahun. Pada penelitian ini juga didapatkan hampir setengahnya responden mengalami hipertensi yaitu sebanyak 7 responden (26,9%). Hipertensi terjadi akibat adanya adaptasi kardiovaskuler. Hal ini dikarenakan ibu yang baru saja menjalani proses persalinan dan akibat kontraksi uterus secara progresif sehingga meningkatkan curah jantung dan volume sirkulasi meningkat. Pada ibu dengan hipertensi terjadi kehilangan kemampuan refrakter (pembuluh darah peka terhadap rangsangan vasopresor) terhadap bahan vasopresor, sehingga pembuluh darah menjadi peka terhadap bahan vasopresor dan mengakibatkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi dan mengakibatkan hipertensi dalam kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum yaitu sebanyak 14 responden (53,8%). Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2008). Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport 02 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan 02 dan dalam menghilangkan C02. gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena yang diderita ibu dalam persalinan (Prawirohardjo 2005). Kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga oksigen ke bayi menjadi berkurang. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya: umur ibu, hipertensi pada kehamilan, pendarahan antepartum, demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan postdate (sesudah 42 minggu kehamilan), amnionitis, anemia, paritas, faktor plasenta, bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), Berat Bayi Lahir (BBL), faktor neonatus dan faktor persalinan (Gilang, 2012). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum, hal ini dikarenakan bayi baru lahir dapat bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Selain itu masih ada bayi yang mengalami asfiksia neonatorum karena bayi baru lahir mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, 4 sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya sehingga dapat menyebabkan asfiksia neonatorum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tekanan darah normal pada ibu menyebabkan bayi tidak mengalami asfiksia yaitu 14 responden (73,7%) dan sebagian besar ibu dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) menyebabkan bayi mengalami asfiksia pada tingkat sedang yaitu sebanyak 5 responden (71,4%). Berdasarkan uji Spearman Rho diperoleh hasil perhitungan dengan nilai signifikan ρ value (0,003) < α (0,05) maka H1 diterima dengan demikian ada hubungan tekanan darah pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Faktor resiko asfiksia neonatorum salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan. Hipertensi merupakan tekanan darah lebih tinggi dari tekanan darah normal yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan fetus. Preeklampsi dan eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena preeklampsia dan eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta. Sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Gilang, 2012). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tekanan darah pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Hipertensi yang diderita ibu pada saat hamil sampai bersalin akan mempengaruhi janin karena meningkatknya tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya hambatan pembuluh darah perifer akan mengakibatkan sirkulasi utero-plasenta kurang baik, keadaan ini menimbulkan gangguan lebih berat terhadap insufiensi plasenta dan berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin, gangguan pernafasan. Tekanan darah tinggi mengakibatkan kurangnya suplai darah ke plasenta sehingga terjadi hipoksia janin. Bila mengalami hipoksia akibat suplai oksigen ke plasenta menurun karena efek hipertensi dan proteinuria sejak intrauterine, maka saat persalinan maupun pasca persalinan beresiko asfiksia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gilang (2012) yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara hipertensi pada kehamilan dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan nilai p-value sebesar 0.041 (<0.05). Penelitian Aprilia (2011) juga menyebutkan ada hubungan antara preeklamsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dengan pvalue 0.008 (P<0,05). Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka, dapat disimpulkan sebagai berikut: sebagian besar ibu mempunyai tekanan darah normal. Sebagian besar bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum. Ada hubungan tekanan darah pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Rekomendasi Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi peluang dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat, khususnya dalam memberikan asuhan perawatan pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep penelitian ini dengan melakukan penelitian faktor selain anemia yang mempengaruhi asfiksia neonatorum seperti usia, paritas, antonia uteri, retensio plasenta dan laserasi. Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu tentang pencegahan hipertensi dan asfiksia neonatorum serta melaksanakan resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum. 5 Alamat Correspondensi : - Alamat rumah : Dusun Krajan RT.03/RW.01 Kelurahan Kalimas Kec. Besuki Kab. Situbondo - Email : [email protected] - No. HP : 082141630224 6