CASE STUDY CENTENE, FLOWSERVE and SHAW INDUSTRIES : RELATIONSHIP, COLLABORATION and PROJECT SUCCESS Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Ir Arif Imam Suroso, MSc(CS) Disusun Oleh : HERU PRAMONO SARMONO KELAS: EK-9 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 2 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 2 1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2 Bab II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tehnologi Informasi saat ini yang terus berkembang dengan pesat membuat suatu perusahaan atau organisasi berupaya pula untuk mengembangkan strategi pengembangan bisnisnya,dalam perjalanannya banyak menemukan kendala dan permasalahannya,tentu ini menjadi pembelajaran dalam praktek langsung maupun menjadi pengalaman yang berharga untuk mengatasi masalah dan kendala tersebut sehingga perusahaan dalam mengembangkan organisasinya membuat proyek-proyek strategis agar perusahaan dapat terus berkembang dan dapat bersaing dalam dunia bisnis tehnologi informasi tersebut. Dalam perkembanganya suatu perusahaan atau organisasi tetap menerapkan prinsip-prinsip Universal dalam mengembangkan strategi bisnis maupun pengembangan system tehnologi informasi yang mereka bangun terus-menerus sesuai dengan perkembangan globalisasi saat ini.Misalnya prinsip kerjasama,menjaga hubungan baik,adanya kepercayaan,bekerja cepat dan tepat waktu dan duduk bersama memecahkan permasalahan yang ada untuk tujuan bersama sehingga tercapai tujuan yang ingin dicapai. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan tugas paper ini adalah sebagai pemenuhan tugas Ujian Akhir Triwulan mata kuliah “Sistem Informasi Manajemen” oleh dosen Dr. Ir Arif Imam Suroso, MSc(CS). Disamping itu pula untuk dapat mempelajari serta memahami prinsip kerjasama,menjaga hubungan baik,adanya kepercayaan,bekerja cepat dan tepat waktu , duduk bersama memecahkan permasalahan yang ada dan kolaborasi untuk terciptanya system baru yang lebih baik. 2 BAB II PEMBAHASAN Pada Case 2 tergambarkan bagaimana perusahaan-perusahaan seperti Centene, Flowserve dan Shaw Industries membangun suatu hubungan dan kolaborasi antar lini dalam membangun dan mengembangkan sistem TI nya. Pada perusahaan Centene, diceritakan bahwa mereka telah menyelesaikan sebuah sistem keuangan baru. CIO, Don Imholz mengatakan proyek tersebut melibatkan beberapa orang, beberapa modul, serta perencanaan keuangan dan perangkat lunak pelaporan dari Hyperion, yang selesai sangat cepat –dalam waktu 12 bulan- dengan biaya sesuai anggaran. Proyek ini berhasil karena menerapkan tehnologi dan menyewa infrastruktur system yang berpengalaman dengan perangkat lunak, hubungan kerjasama yang baik antara organisasi IT, keuangan dan sumber daya yang ada,dan ketrampilan organisasi yang terlibat didalamnya. Hubungan yang tidak baik antata IT dan keuangan menjadi kontra produktif dapat menunda proyek,disini jelas diperlukan kerjasama.Hubungan yang baik antara IT dengan patner bisnisnya, manajer proyek dengan staf IT, manajer proyek dengan pengambil keputusan, membuat proyek IT berada pada jalurnya, kata pemimpin IT dan manajer proyek. Sebaliknya, hubungan yang tidak baik, bagaimanapun akan membuat proyek gagal. Pada perusahaan Flowserve, Linda Jojo, CIO Flowserve mempunyai keinginan untuk menyederhanakan infrastruktur IT perusahaannya. Jojo beranggapan bahwa proyek tersebut bukanlah sekedar proyek TI, melainkan tanggung jawab perusahaan untuk melakukan perubahan untuk memperbarui system dan proses,membangun infrastruktur IT dan memperkenalkan kemampuan IT secara global. Jojo mengumpulkan 35 perwakilan divisi dari seluruh dunia di markas pusat perusahaannya untuk duduk berdiskusi memutuskan sistem dan proses yang berbeda-beda, apa yang layak dan tidak layak dan juga perbaikan-perbaikannya yang harus dilakukan.Flowserver juga memanggil para ahli untuk mengetahui apa saja yang menjadi kelemahan perusahaan 3 Lebih lanjut Imholz mengatakan masalah kecil dapat menjadi serius “Jika anda tidak melakukan sesuatu untuk menyelesaikannya pada waktu yang cepat dan tepat, masalah tersebut menjadi lebih besar. Budaya keterbukaan sangat penting artinya bagi kinerja sebuah proyek untuk dapat berhasil, adanya hubungan baik dan kepercayaan serta semua pihak terlibat dan duduk bersama dalam menyelesaikan permasalahan kecil maupun besar” 1. Dari beberapa contoh pemaparan diatas dapat dilihat bahwa usaha yang mereka lakukan pada proyek mereka dalam membangun dan mengembangkan sistem IT telah berhasil di tiap-tiap perusahaan karena adanya saling keterlibatan dan terbentuk suatu hubungan antar departemen yang terkait di sistem yang mereka bangun. Karena proyek yang mereka kerjakan bukanlah sekedar proyek milik orang IT. Tiap elemen dilibatkan untuk membantu menelaah mana yang dianggap perlu dan mana yang tidak untuk dibuatkan sistem yang baru. 2. Pada perusahaan Centene Don Imholz mengungkapkan bahwa perusahaan menerapkan teknologi dan menyewa integrator system yang berpengalaman dengan perangkat lunak yang membantu. Dan mereka juga memiliki hubungan kerjasama yang baik antara organisasi IT, keuangan dan sumber daya yang ada. Sehingga mereka melibatkan banyak pihak dalam mengerjakan proyek mereka. Pada perusahaan Flowserve, mereka mengumpulkan 35 perwakilan divisi dari seluruh dunia untuk membahas mengenai perubahan struktur sistem IT yang ada. mana yang perlu perbaikan mana yang tidak perlu lagi digunakan. Pada perusahaan Shaw Industries Livingston, mereka menggunakan “Scrum” sebagai pengembangan perangkat lunak dalam praktek bisnisnya. IT kemudian membagi proyek ke dalam sprint-30-hari kerja bertahap. Setelah itu, mitra bisnis menilai kemajuan IT dan menyarankan perubahan yang diperlukan. Dengan Scrum, mitra bisnis bertemu dengan IT selama empat sampai delapan jam pertemuan, merencanakan untuk melihat semua proyek di backlog dan untuk bersama-sama menentukan mana yang akan membawa nilai terbesar untuk Shaw Industries. IT kemudian membagi proyek ke dalam sprint-30-hari kerja bertahap. Ketika selesai IT sprint, mitra bisnis menilai kemajuan TI dan menyarankan perubahan yang diperlukan. 4 3. Pada perusahaan Shaw Industries Livingston menggunakan Scrum dan metode Agile dimana IT melakukan pertemuan dengan perusahaan untuk merencanakan bersamasama proyek yang akan dikerjakan, kemudian IT akan mengerjakan proyek secara bertahap dalam kurun waktu tertentu biasanya antara 2 sampai 4 minggu, tahap ini disebut sprint day. Kemudian setelah selesai pada satu tahapan tersebut dilakukan evaluasi/ feedback oleh perusahaan mana saja yang sesuai dengan yang diinginkan mana yang tidak perlu. Sehingga dapat di kontrol sejauh mana perkembangan proyek tersebut. Apabila proyek tersebut tidak berjalan sebagaimana yang diinginkan maka proyek tersebut dapat dihentikan sebelum semuanya terlanjur selesai dikerjakan. Ini akan menghemat waktu dan biaya dibandingkan jika perusahaan mengevaluasi saat proyek aplikasi tersebut selesai dikerjakan. Disamping itu, setiap tahapan perusahaan juga dapat menguji apakah aplikasi tersebut berguna dengan baik sesuai rencana awal. 4. Pada perusahaan Flowserve, Jojo mengungkapkan bahwa proyek yang mereka jalankan bukan semata-mata proyek IT melainkan seluruh bagian terkait ikut andil dalam menyelesaikan proyek tersebut. Mereka dikumpulkan menjadi satu di kantor pusat mereka untuk membahas bersama mengenai pengembangan aplikasi yang akan dibuat, di Perusahaan Flowserve diungkapkan contoh khusus yaitu mereka telah dapat menyelesaikan proyek aplikasi IT dengan sangat cepat –dalam waktu 12 bulandengan biaya sesuai anggaran. Proyek ini berhasil karena hubungan kerjasama yang baik antara organisasi IT, keuangan dan sumber daya yang ada, kemudian pada perusahaan Shaw Industries Livingston mereka menggunakan Scrum yang sangat membantu mereka dalam menyelesaikan proyek pengembangan aplikasi IT. Mitode Agile menggunakan strategi evaluasi selama proses developing sehingga waktu dan biaya yang dipergunakan sangatlah tepat dan efisien. 5. Dari ketiga contoh kasus yang dipaparkan pada Case 2 tersebut pada intinya semuanya memiliki kesamaan cara bagaimana mereka menyelesaikan pembuatan/ pengembangan aplikasi IT mereka yaitu mereka melibatkan berbagai pihak yang terkait dari seluruh departemen di perusahaan mereka masing-masing. Mereka duduk untuk berdiskusi mengenai tools apa saja yang diperlukan dan mana saja yang perlu disingkirkan. Mereka tidak menanggap proyek mereka semata-mata merupakan proyek departemen IT saja. Kemudian penggunaan Scrum juga dapat dijadikan contoh untuk diaplikasikan di perusahaan lain dalam membangun sebuah proyek berbasis IT. 5 Tidak sedikit perusahaan yang gagal dalam pengembangan aplikasi berbasis IT antara lain karena kurangnya interaksi dingan developer, sehingga perbaikan akan menjadi sebuah cost yang harus dibayar mahal, karena mereka akan bekerja dua kali, membuat ulang apa yang telah dikerjakan, selain itu juga terdapat kesalah pahaman apa yang dibutuhkan dengan apa yang dibuat oleh developer pada akhirnya proyek yang telah dikerjakan akan menjadi sia-sia dan membuang budget. Penggunaan Scrum pada intinya menyerupai metode IT Planning seperti pada gambar di bawah ini Padangan utama Pembuatan visi nilai pelanggan dan bisnis Prioritas Tujuan utama Model dan strategi bisnis Pengemban gan dan penggunaan bisnis Strategi dan arsitektur bisnis/TI Pertanyaan lebih lanjut Umpan balik Umpan balik Setiap tahapan dari fase-fase dilaksanakan dengan memberikan umpan balik sehingga pengguna dapat dengan cepat menanggapi apabila terjadi ketidak sesuaian. Untuk memulai sebuah proyek, perlu disamakan visi dan misi dari bisnis yang bersangkutan kemudaian setelah menyamakan presepsi dibuat suatu model yang akan menjadi acuan dalam pembuatan aplikasi IT pada tahap ini harus terjadi interaksi anatara pengembang dengan user karena tahap ini merupakan dasar yang akan dikembangkan menjadi aplikasi. Kemudian setiap tahapan diberikan umpan balik atau feedback kepada user sampai terakhir pada tahap pengaplikasian. Penggunaan metode tersebut diatas dapat diaplikasikan untuk perusahaanperusahaan yang akan mengembangkan aplikasi berbasis IT agar setiap proyeknya dapat terlaksana dengan optimal dan bukan merupakan proyek yang un-usefull. 6 Menurut pendapat saya mau semaju apa perusahaan atau secanggih apa sitem IT yang dibangun jelas prinsip-prinsip Universal harus diterapkan sebagai standar pengembangan tehnologi informasi dan pengembangan strategi bisnis.Karena IT dipakai secara internasional dan menjadi santapan dunia,sehingga prinsip-prinsip Universal pasti diterapkan,apabila tidak diterapkan tidak mempunyai pondasi yang kuat untuk mengapai dan menguasai bisnis dunia. 7