Lembaran Informasi 560--Rasa Nyeri

advertisement
Yayasan Spiritia
Lembaran Informasi 560
RASA NYERI
Apa Nyeri Itu?
Nyeri (rasa sakit yang sangat) adalah
suatu gejala yang sangat subjektif. Biasanya agak sulit melihat adanya nyeri kecuali
dari keluhan penderita itu sendiri. Nyeri
pada Odha sering terjadi dan merupakan
kelainan penting yang berpengaruh pada
mutu hidup Odha. Lebih dari sepertiga
Odha pernah diserang oleh rasa nyeri.
Nyeri antara lain dapat disebabkan oleh
infeksi HIV sendiri, efek samping obat,
atau infeksi oportunistik.
Untuk memudahkan pengukuran rasa
nyeri, skala ukuran metrik (0 = tidak ada
nyeri, 10 = nyeri yang berlebihan) dapat
dipakai. Untuk nyeri pada anak, mungkin
gambar diperlukan untuk membedakan
derajat nyeri (lihat Lembaran Informasi
(LI) 618).
Bagaimana Nyeri Ditangani?
Waktu kita sakit, kita mungkin menderita
nyeri fisik (rasa sakit di sekujur tubuh),
sering kali dua atau tiga jenis nyeri dari
berbagai gejala pada waktu yang sama.
Kita juga dapat mengalami nyeri mental,
dengan kesusahan dan kegelisahan sebagai
tanda luarnya. Nyeri fisik dapat memburukkan nyeri mental, dan rasa nyeri
mental dapat menambah rasa nyeri fisik.
Tidak seorang pun seharusnya betah
dengan nyeri yang terus-menerus.
Penatalaksanaan nyeri berarti menentukan jenis nyeri yang dialami, kemudian
menentukan jenis pengobatan yang cocok.
Ini proses yang seharusnya melibatkan
pasien yang menderita nyeri beserta dokter.
Jangan merasa malu atau kurang ‘jantan’
karena mengeluhkan nyeri. Nyeri adalah
tanda bahwa ada masalah dengan tubuh
kita.
Tujuan penatalaksanaan rasa nyeri
adalah agar memberdayakan orang untuk
menangani nyerinya sendiri. Jika kita
dirawat di rumah, ini berarti kita harus
dibimbing untuk menyesuaikan obat yang
dipakai, atau bagaimana memakai obat
beserta terapi tradisional misalnya refleksi
atau pijat. Jika kita di rumah sakit, kita
harus mampu memberitahukan perawat
mengenai jenis rasa nyeri yang dialami,
dan tingkat keberhasilan pengobatan agar
dapat disesuaikan.
Ambang Rasa Nyeri
Kadang kala kita lebih mudah merasa
nyeri, sedangkan ada kalanya juga kita
dapat lebih tahan. Ada beberapa faktor
yang menaikkan ambang rasa nyeri,
sedangkan ada faktor yang menurunkannya. Kita harus mengupayakan agar
mendapatkan faktor yang menaikkan
ambang rasa nyeri, termasuk: hilangnya
keluhan penderita; cukup tidur; dukungan
spiritual dan emosional; dan penggunaan
obat yang sesuai.
Sebaliknya, kita harus menghindari
faktor yang menurunkan ambang rasa
nyeri, termasuk: sulit tidur; kelelahan;
kegelisahan; marah; depresi; bosan; dan
rasa kesepian.
Terapi penunjang, termasuk akupunktur,
refleksi, pijat, dan olahraga dapat meningkatkan ambang tersebut.
Pengobatan Nyeri
Upaya pertama adalah untuk mengobati
penyakit yang menimbulkan nyerinya, jika
bisa. Namun sambil mencari alasan atau
obat yang cocok, kita sebaiknya juga
mengobati gejala dengan obat analgesik
(antinyeri).
Penanganan nyeri tergantung dari derajat
rasa nyeri serta tanggapan pada obat
analgesik. Pemberian dan penggantian
obat analgesik dilakukan secara bertahap.
Tahapan digambarkan dengan Jenjang
Analgesik dengan tiga tahap atau langkah.
Langkah pertama mencakup obat analgesik nonnarkotik, misalnya aspirin atau
parasetamol. Perhatikan: parasetamol
(mis. Panadol) sebaiknya dihindari oleh
orang dengan hepatitis. Langkah kedua
memberi narkotik lemah, misalnya kodein,
bila dibutuhkan dengan tetap diberi
analgesik biasa. Sedang pada langkah
tertinggi, diberikan obat narkotik kuat,
misalnya morfin, sekali lagi dengan
analgesik biasa bila dibutuhkan.
Obat analgesik juga dapat ditambah
dengan adjuvan, obat untuk membantu
khasiat obat pokok. Adjuvan dapat termasuk obat bius lokal, steroid, dan obat
antimual, serta juga terapi penunjang yang
dibahas di atas.
Jenis obat analgesik yang diberi dapat
dinaikkan ke langkah berikutnya bila tidak
ada perbaikan dengan penggunaan takaran
yang dianjurkan. Sebaliknya, bila diberi
analgesik langkah ketiga dan nyeri mulai
hilang, obat diganti dengan obat jenis
langkah kedua dulu, terus (bila nyeri masih
tetap ringan) dengan obat jenis langkah
pertama, terus dihentikan bila masalahnya
hilang total. Jangan langsung berhenti
memakai obat pada langkah kedua atau
ketiga.
Biasanya, obat diberikan waktu kita
merasa nyeri. Ini dapat berarti bahwa
waktu nyeri diobati, dibutuhkan takaran
besar, dengan kemungkinan ada efek
samping. Beberapa ahli nyeri menganggap
bahwa cara terbaik untuk menawar nyeri
adalah dengan memberi obat pada jadwal
tetap, dengan takaran tetap, sebelum rasa
nyeri dialami.
Obat Narkotik
Banyak petugas perawatan kesehatan
prihatin tentang ketergantungan fisik dan
psikologis waktu meresepkan narkotik.
Akibatnya, pasien sering diberi dosis yang
terlalu rendah dengan jangka waktu terlalu
lama untuk memberi penawar yang cukup.
Namun, pengalaman dengan orang yang
sangat sakit menunjukkan bahwa, walaupun ketergantungan fisik pada obat
narkotik kadang terjadi, ketergantungan
psikologis jarang. Adalah hak kita untuk
memperoleh penawar rasa nyeri yang
terbaik, dan jika ini berarti penggunaan
obat narkotik, kita harus berani memintanya.
Jika kita pengguna narkoba, mantan atau
aktif, kita mungkin mempunyai toleransi
terhadap narkotik yang dipakai untuk
menawar nyeri. Dalam keadaan ini,
sebaiknya kita memberi tahu dokter bahwa
kita pengguna narkoba, agar dia tidak
meremehkan derajat penawar nyeri yang
dibutuhkan. Masalahnya adalah bahwa jika
kita mengetahuinya, dokter mungkin anggap bahwa kita membesarkan rasa nyeri
agar dapat lebih banyak obat. Ini bukan
pilihan yang mudah, tetapi hanya kita yang
dapat memilihnya.
Neuropati Perifer
Rasa nyeri yang diakibatkan neuropati
perifer (mati rasa atau kesemutan pada
tangan atau kaki) biasanya ditangani secara
khusus – dan sayangnya sulit ditangani.
Langkah terbaik untuk neuropati sebagai
efek samping obat adalah untuk mencegah
terjadinya, dengan mengganti obat penyebab segera setelah gejala pertama (kesemutan) dialami. Lihat LI 555 untuk informasi lebih lanjut.
Garis Dasar
Nyeri, atau rasa sangat sakit, sering
dialami oleh Odha, khususnya pada tahap
akhir penyakitnya.
Kita semua berhak menerima pengobatan yang sesuai untuk rasa nyeri. Ini
biasa mulai dengan obat analgesik yang
biasa, tetapi jika ini tidak berhasil, obat
narkotik lemah atau kuat mungkin dibutuhkan.
Namun rasa nyeri juga dapat dikurangi
dengan beberapa intervensi lain, termasuk
perhatian dari orang lain dan terapi
penunjang.
Ditinjau 1 Juni 2014 berdasarkan FS NAM 6 Juni
2012, hlm. HRSA Guide for HIV/AIDS Clinical
Care hlm. 547 dan beberapa sumber lain
Diterbitkan oleh Yayasan Spiritia, Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Jakarta 10560. Tel: (021) 422-5163/8 E-mail: [email protected] Situs web: http://spiritia.or.id/
Semua informasi ini sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org
Download