SISTEM KEUANGAN NEGARA Eka Bekti Puspita Sari, SH.,MH Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi 1 Pengertian Keuangan Negara Keuangan negara adalah ilmu yang mempelajari penerimaan negara dan pengeluaran negara beserta dengan seluruh akibatnya. Keuangan negara adalah mencakup seluruh kegiatan yang berkaitan dengan objeknya yang meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. semua hak dan kewajiban negara mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawabannya. 2 PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN 3 Ilmu Ekonomi Positif Ilmu Ekonomi Ilmu Keuangan Negara (Ilmu Ekonomi Normatif) Ilmu Pemerintahan Kebijakan Pemerintah 4 Subjek Ekonomi Rumah Tangga 5 Perusahaan Pemerintah Luar Negeri Melakukan pengeluaran dan harus ada penerimaan sebagai sumber dana Rumah Tangga & Perusahaan 6 Pemerintah Pengeluaran akan disesuaikan dengan terhadap besarnya penerimaan rumah tangga atau perusahaan Bukan penerimaan menentukan pengeluaran, penerimaan negara akan disesuaikan dengan target pengeluaran negara. Sistem Perekonomian Sistem Kapitalis Sistem Sosialis Sistem Kapitalis Kebebasan individu yang mutlak tidak membenarkan pengaturan ekonomi oleh pemerintah kecuali dalam hal yang tidak dapat diatur sendiri (bidang pertahanan nasional, keadilan soosial, pekerjaan umum). Sistem Sosialis Penghapusan kebebasan individu, pengaturan kehidupan ekonomi harus dipegang oleh pemerintah sebagai yang mewakili para individu. 7 Sistem Perekonomian Kapitalisme Kewajiban pemerintah Kebutuhan barang publik Perilaku rumah tangga pemerintah dalam penyediaan barang publik Fungsi pemerintah dalam perekonomian Fungsi alokasi Fungsi distribusi Fungsi stabilisasi 8 Bagaimana dengan sistem ekonomi Indonesia? 9 Peran Pemerintah Pemerintah perlu campur tangan dikarenakan adanya kegagalan pasar: 1. Adanya barang kolektif (Barang Pubik) 2. Perbedaan antara biaya privat dan biaya sosial, serta antara manfaat privat dan manfaat sosial 3. Adanya resiko yang sangat besar 4. Sifat monopoli dari suatu kegiatan 5. Adanya inflasi dan deflasi 6. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan dan pabrikpabrik 7. Adanya distribusi pendapatan yang tidak merata 10 BARANG SWASTA, EKSTERNALITAS & KEGAGALAN PASAR 11 BARANG SWASTA Harga barang berdasarkan permintaan dan penawaran Tidak memberi manfaat bagi yanng tidak membelinya 12 BARANG SWASTA Dikonsumsi secara bersaing Barang yang setelah produsen memperoleh kompensasi bagi biaya produksinya, memberikan manfaat hanya pada mereka yang mendapatkannya dan tidak bagi orang lain EKSTERNALITAS 13 Biaya/manfaat transaksi pasar yang tidak tercermin di dalam harga Ada pihak ketiga yang terkena dampak produksi & konsumsi. Harga barang dan jasa tidak mencerminkan biaya sosial marginal Manfaat atau biaya pihak ketiga tidak diperhatikan oleh pembeli/penjual. KEGAGALAN PASAR Mekanisme pasar yang dianut oleh sistem kapitalis murni memiliki berbagai kelemahan yang menyebabkan pemerintah perlu ikut campur tangan dalam berbagai kegiatan ekonomi. 14 ADANYA BARANG KOLEKTIF/ BARANG PUBLIK KONSUMSI SESEORANG TIDAK MENGURANGI TERSEDIANYA BARANG/JASA DISEDIAKAN UNTUK UMUM TIDAK DISEDIAKAN MELALUI JUAL/BELI PASAR 15 BARANG PUBLIK PENYEDIANNYA TIDAK DAPAT DIBATASI PADA ORANG-ORANG YANG BERSEDIA MEMBAYARNYA SULIT MENARIK KEUNTUNGAN KEBUTUHAN BARANG PUBLIK Barang publik merupakan barang, jasa, atau sistem yang harus disiapkan oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada warga negaranya Contoh barang publik: infrastruktur, seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, dll sistem pertahanan keamanan sistem peradilan dll 16 PERBEDAAN BIAYA/MANFAAT PRIVAT DAN SOSIAL Produsen swasta tidak membayar semua biaya yang timbul karena kegiatannya Keputusan produsen swasta yang didasarka atas harga-harga tersebut tidak dapat mencapai tujuan masyarakat yang maksimal (adanya unsur eksternaltas) Tidak adanya perhitungan secara langsung dalam biaya dan hasil produksi, maka timbulmasalah biaya sosial dan manfaat sosial yang timbul & harus ditangani oleh pemerintah 17 RESIKO YANG BESAR Usaha/kegiatan yang mempunyai resiko yang sangat berat & belum tentu memetik hasil yang maksmal tidak akan dijalankan oleh pihak swasta. 18 Pemerintah yang cocok untuk mengusahakan jenis kegiatan yang memiliki resiko yang besar tetapi berguna bagi masyarakat secara keseluruhan. 19 Adanya sifat monopoli oleh swasta akan timbul kerugan yang besar dimana harga terlalu tinggi dan jumlah produksi terlalu sedikit MONOPOLI PEMERINTAH MONOPOLI SWASTA SIFAT MONOPOLI Usaha/kegiatan sebaiknya diusahakan secara monopoli untuk menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. 20 Swasta tidak dapat mengatasi tekanan inflasi maupun deflasi PEMERINTAH MEKANISME PASAR ADANYA INFLASI & DEFLASI Mencegah timbulnya inflasi maupun deflasi dengan mempergunakan kekuasaannya dengan mengeluarkan suatu kebjakan BERKEMBANGNYA PERUSAHAAN DAN PABRIK 21 Berkembangnya perusahaan/pabrik Kemampuan pengusaha dalam pengawasan semakin melemah Perlunya campur tangan pemerintah baik bagi perkembangannya maupun pengarahannya Penurunan output dan kesempatan kerja DISTRIBUSI PENDAPATAN YANG TIDAK MERATA Perusahaan besar melalui bersaingan bebas akan menghancurkan perusahaan kecil yang tidak mampu bersaing. 22 Melalui pajak dan subsidi pemerintah akan mampu mempersempit jurang perbedaan penghasilan dalam masyarakat. KEWAJIBAN PEMERINTAH Pemeliharaan Pertahanan dan Keamanan Agar warganegara dapat melakukan kegiatan usaha dengan tenang dan nyaman Menegakkan Keadilan Agar setiap warga memiliki hak dan kewajiban yang sama Menyediakan prasarana Umum / Barang Publik Agar warga negara mendapat kemudahan-kemudahan dalam menjalankan kegiatan usaha 23 KEBUTUHAN BARANG PUBLIK Pengadaan barang publik dapat dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan Sifat-sifat barang publik: Tidak eksklusif (non-excudable). Pemilik barang tidak bisa mencegah seseorang untuk menggunakan barang tersebut. Pengguna barang tidak bisa dipaksa untuk membayar. Misalnya Taman Monas, jalan raya, masjid, dll Tidak ada persaingan (non-rival) dalam penggunaan barang publik. Penggunaan barang publik oleh seseorang tidak menyebabkan kepuasan orang lain untuk menggunakan barang tersebut menjadi berkurang. Contoh: kepuasan seseorang yang menghirup udara segar di taman kota tidak berkurang karena adanya orang lain yang melakukan hal yang sama. 24 KEBUTUHAN BARANG PUBLIK Terdapat barang publik yang tidak eksklusif, tetapi kepuasan penggunanya akan turun karena banyaknya pengguna pada suatu waktu tertentu. Misalnya, karena banyaknya mobil yang menggunakan jalan raya sehingga menjadi macet. Dalam hal ini, walaupun penggunanya tidak dipungut bayaran, namun kepuasan pengguna menjadi berkurang. Sebaliknya, terdapat juga barang-barang publik yang eksklusif, namun tidak ada persaingan bagi penggunanya. Misalnya penggunaan internet dan fasilitas telekomunikasi. Untuk menggunakan barang tersebut tidak gratis, namun seorang pengguna tidak terganggu kepuasannya karena adanya orang lain yang menggunakan produk yang sama. 25 PERAN PEMERINTAH 26 FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN Fungsi Alokasi Fungsi Distribusi Fungsi Stabilisasi 27 FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN Fungsi Alokasi Pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu negara adalah terbatas Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber daya yang dimiliki akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang publik, dan seberapa besar akan digunakan untuk memproduksi barang-barang individu Pemerintah harus menentukan dari barang-barang publik yang diperlukan warganya, seberapa besar harus disediakan oleh pemerintah, dan seberapa besar yang dapat disediakan oleh rumahtangga perusahaan 28 FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN Fungsi Distribusi Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar alokasi sumber daya ekonomi dilaksanakan secara efisien Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar kekayaan terdistribusi secara baik dalam masyarakat, misalnya melalui kebijakan: perpajakan subsidi pengentasan kemiskinan transfer penghasilan dari daerah kaya ke daerah miskin bantuan pendidikan bantuan kesehatan, dll 29 FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN Fungsi Stabilisasi Pada pemerintahan modern saat ini, hampir semua negara menyerahkan roda perekonomiannya kepada pihak swasta / perusahaan Pemerintah lebih berperan sebagai stabilisator, untuk menjaga agar perekonomian berjalan normal: Menjaga agar permasalahan yang terjadi pada satu sektor perekonomian tidak merembet ke sektor lain Menjaga agar kondisi perekonomian kondusif: 30 inflasi terkendali sistem keamanan terjamin kepastian hukum terjaga Peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi didasari oleh motif mencari keuntungan sekaligus memenuhi kepentingan umum. Dorongan mencari keuntungan ini tidak terlepas dari kebutuhan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan kondisi penerimaan yang semakin baik, pemerintah akan memiliki sumber dana untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya. 31 PENGELUARAN PEMERINTAH 32 TEORI PENGELUARAN NEGARA Musgrave dan Rostow Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb. 33 TEORI PENGELUARAN NEGARA Wagner Berdasarkan pengamatan dari negara-negara maju, disimpulkan bahwa dalam perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita negara tersebut. Di negara-negara maju, kegagalan pasar bisa saja terjadi, menimpa industriindustri tertentu dari negara tersebut. Kegagalan dari suatu industri dapat saja merembet ke industri lain yang saling terkait. Di sini diperlukan peran pemerintah untuk mengatur hubungan antara masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dll 34 TEORI PENGELUARAN NEGARA Peacock dan Wiseman Kebijakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran negara tidak disukai oleh masyarakat, karena hal itu berarti masyarakat harus membayar pajak lebih besar Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar pajak sampai pada suatu tingkat tertentu. Apabila pemerintah menetapkan jumlah pajak di atas batas toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan pemerintah tidak bisa semena-mena menaikkan pajak yang harus dibayar masyarakat Dalam kondisi normal, dengan berkembangnya perekonomian suatu negara akan semakin berkembang pula penerimaan negara tersebut, walaupun pemerintah tidak menaikkan tarif pajak. Peningkatan penerimaan negara akan memicu peningkatan pengeluaran dari negara tersebut. 35 Sebab Meningkatnya Pengeluaran Pemerintah Adanya perang dan pergolakan dalam masyarakat. Kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat Adanya urbanisasi Perkembangan demokrasi Pemborosan dan korupsi Pembangunan ekonomi Program kesejahteraan sosial Perubahan iklim 36 KEWAJIBAN NEGARA DAN KAITANNYA DENGAN PENGELUARAN NEGARA Kewajiban negara dalam rangka menjaga kelangsungan kedaulatan negara (pemerintah) dan meningkatkan kemakmuran masyarakat, mencakup: mempersiapkan, memelihara, dan melaksanakan keamanan negara menyediakan dan memelihara fasilitas untuk kesejahteraan sosial dan perlindungan sosial, termasuk fakir miskin jompo yatim piatu masyarakat miskin pengangguran menyediakan dan memelihara fasilitas kesehatan menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan Sebagai konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana yang memadai, dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus dikeluarkan melalui Kas Negara/Kas Daerah 37 Efisiensi Dalam Pengeluaran Negara Tidak Efisien Pemborosan Penggunaan Anggaran 1. Pemerintah terlalu berkuasa, peran swasta kecil menyebabkan para individu dan badan usaha tidak dapat melatih dirinya dalam menciptakan inisiatif secara efektif. 2. Peran pemerintah terlalu sedikit, kegiatan swasta yang lebih dominana akan menimbulkan penghasilan yang tidak merata. 38 Kriteria Penilaian Kebijakan Pemerinta Menilai kebijakan pemerintah harus didasarkan pada dampak dari kebijakan tersebut. Untuk menilai btepat atau tidaknya kebijakan pemerintah adalah kriteria: 1. Keadilan (equity) 2. Efisiensi ekonomis (economic efficiency) 3. Kebapakan (paternalisme) 4. Kebebasan perorangan (individual freedom) 39 Keadilan (equity) Berarti bahwa kebijakkan pemerintah haruslah mempunyai akibat yang tidak berat sebelah. Misalkan kebijakan perpajakan harus diartikan bahwa bagi yang kurang mampu akan mendapatkan subsidi sebaliknya golongan kaya akan membayar pajak. 40 Efisiensi ekonomis (economic efficiency) Efficiency (Efisiensi) adalah perbandingan antara input dan output, di mana input digunakan setepat dan sebaik mungkin untuk memperoleh output yang terbaik. Suatu organisasi dapat dikatakan efisien apabila: 1. Menghasilkan otput yang lebih besar dengan menggunakan input tertentu 2. Menghasilkan produksi yang lebih besar dari penggunaan sumber daya 3. Mencapai hasil dengan biaya serendah mungkin 41 Secara sederhana efisiensi ekonomis, dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomis ada jika kebijakan pemerintah itu lebih baik memperhatikan pengaruh ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat sejauh mungkin atau secara lebih hati-hati. Pengertian efisiensi ekonomis ini dapat dipertegas yaitu kalau suatu perekonomian itu sudah tidak mungkin lagi untuk mengadakan alokasi sumber-sumber yang menyebabkan disatu pihak akan lebih makmur danh pihak lain rugi. Pada kenyataannya, efisiensi dan keadilan sering sekali tidak dapat sejalan. Untuk mencapai efisiensi maka harus mengorbankan keadilan, begitu pula sebaliknya 42 Kebapakan (paternalisme) Yaitu kebijakan pemerintah untuk mengadakan atau menyediakan barang-barang dan jasa yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh masyarakat. 43 Karenanya banyak orang mendukung kebijakan pemerintah bukan karena kebijakan ini memberikan kepada masyarakat apa yang mereka butuhkan, tetapi karena mereka beranggapan bahwa pemerintah lebih baik daripada masyarakat itu sendiri. Kebebasan perorangan (individual freedom) Pada umumnya orang memberi nilai tinggi terhadap kebebasan perorangan maka dari itu pembatasan yang ditetapkan perorangan harus dibuat sekecil mumgkin. Misalkan apabila pemeritah memungut pajak untuk membiayai pengeluarannya maka hal ini akan mengurangi kebebasan wajib pajak itu membelanjakan sebagian dari pendapatanya seperti yang di kehendaki. 44 Pedoman Kebijakan Pemerintah Dengan besarnya peran pemerintah, maka diperlukan suatu pedoman dalam aktivitas pemerintah agar hasilnya lebih maksimal: 1. Ditentukan sasaran dari setiap pengeluaran atau dari setiap kegiatan pemerintah baik. 2. Harus dibandingkan hasil-hasil yang mungkin diperoleh dari kegiatan-kegiatan pemerintah dangan seandainya kegiatan-kegiatan itu dilakukan oleh swasta. 3. Sebagai dasar pertimbangan dalam menjalankan berbagai aktivitas pemerintah melalui APBN. 45 Kebijakan Subsidi Subsidi adalah salah satu bentuk pengeluaran pemerintah, sehingga menambah penghasilan mereka yang menerima subsidi.Beberapa landasan pokok dalam penerapan subsidi antara lain: Suatu bantuan yang bermanfaat yang diberikan oleh pemerintah kepada kelompok-kelompok atau individu-individu yang biasanya dalam bentuk cash payment atau potongan pajak. Diberikan dengan maksud untuk mengurangi beberapa beban dan fokus pada keuntungan atau manfaat bagi masyarakat. Subsidi didapat dari pajak. Jadi, uang pajak yang dipungut oleh pemerintah akan kembali lagi ke tangan masyarakat melalui pemberian subsidi. 46 beberapa macam subsidi: Price distorting subsidies merupakan bantuan pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk pengurangan harga di bawah harga pasar sehingga menstimulus masyarakat untuk meningkatkan konsumsi atau pembelian komoditi tersebut. Harga yang dibayarkan lebih rendah dari harga pasar, dan pemerintah yang menanggung atau membayar selisih harga tersebut. Contoh dari subsidi ini antara lain : potongan harga/tarif listrik, potongan harga untuk sewa rumah, potongan harga pupuk, beras miskin, biaya sekolah (BOS), potongan harga BBM. 47 Cash grant merupakan bantuan pemerintah kepada masyarakat dalam dengan memberikan sejumlah uang tunai dan alokasi konsumsi akan uang tersebut diserahkan sepenuhnya oleh masyarakat. Contohnya: bantuan tunai langsung. Kelonggaran atau potongan pajak. subsidi itu diberlakukan hanya jika keuntungan (manfaat) yang diperoleh lebih besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemberian subsidi. Meskipun subsidi ada untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, mereka mengakibatkan pajak yang lebih tinggi atau peningkatan harga untuk barang-barang konsumen. 48 MACAM-MACAM PENGELUARAN NEGARA • Menurut Sifat – Pengeluaran Investasi – Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja – Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat – Pengeluaran Penghematan Masa Depat – Pengeluaran Yang Tidak Produktif • Menurut Organisasi – Pemerintah Pusat – Pemerintah Propinsi – Pemerintah Kabupaten/Kota 49 PENGELUARAN PEMERINTAH PUSAT Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi: Pengeluaran untuk Belanja Belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pembayaran Bunga Utang Subsidi Belanja Hibah Bantuan Sosial Belanja Lain-lain Dana yang dialokasikan ke Daerah Dana Perimbangan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 50 PENGELUARAN PEMERINTAH PUSAT Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi: Pengeluaran untuk Pembiayaan Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri Pembiayaan lain-lain 51 PENGELUARAN PEMERINTAH PROPINSI Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi: Pengeluaran untuk Belanja Belanja Operasi, yang terdiri dari Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Pemeliharaan Belanja perjalanan Dinas Belanja Pinjaman Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Operasi Lainnya Belanja Modal, terdiri dari: Belanja Aset Tetap Belanja aset lain-lain Belanja tak tersangka 52 PENGELUARAN PEMERINTAH PROPINSI Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi: Bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota/desa, terdiri dari Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota Bagi hasil retribusi ke Kabupaten/Kota Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari 53 Pembayaran Pokok Pinjaman Penyertaan modal pemerintah Belanja investasi Permanen Pemberian pinjaman jangka panjang PENGELUARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi: Pengeluaran untuk Belanja Belanja Operasi, yang terdiri dari Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Pemeliharaan Belanja perjalanan Dinas Belanja Pinjaman Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Operasi Lainnya Belanja Modal, terdiri dari: Belanja Aset Tetap Belanja aset lain-lain Belanja tak tersangka 54 PENGELUARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi: Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari Bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan Bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan Bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari Pembayaran Pokok Pinjaman Penyertaan modal pemerintah Pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala Daerah otonom Lainnya 55 JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA MENURUT SIFATNYA PENGELUARAN INVESTASI Pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll PENGELUARAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat PENGELUARAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi bergembira Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll 56 JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA MENURUT SIFATNYA PENGELUARAN PENGHEMATAN MASA DEPAN Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang lebih besar di masa yang akan datang Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat, pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll PENGELUARAN YANG TIDAK PRODUKTIF Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah Misalnya pengeluaran untuk biaya perang 57 PENGELUARAN NEGARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN Ada beberapa sektor perekonomian yang umumnya terpengaruh oleh besar atau kecilnya pengeluaran negara, antara lain Sektor produksi Sektor distribusi Sektor konsumsi masyarakat Sektor keseimbangan perekonomian 58 PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP SEKTOR PRODUKSI Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan faktor produksi (money), melengkapi faktor-faktor produksi yang lain (man, machine, material, method, management) Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat. 59 PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP SEKTOR DISTRIBUSI Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor distribusi barang dan jasa Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA membuat masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik (paling tidak sampai tingkat SLTA). Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan datang Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut, maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan tara hidupnya. 60 PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP SEKTOR KONSUMSI MASYARAKAT Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun 61 PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP SEKTOR KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN • Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara. • Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat employment (menuju full employment) • Apabila target penerimaan tidak memadai untuk membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya dengan pola defisit anggaran 62 Kasus 1: Penyediaan Barang Publik yang Telah Dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota Identifikasi barang-barang publik yang ada dilingkungan pemerintah Kabupaten/Kota di mana anda tinggal Identifikasi siapakah penyedia barang-barang publik tersebut, apakah pemerintah atau swasta (perusahaan/individu) Menurut anda apakah penyediaan barang-barang publik tersebut sudah tepat (efisien bagi pemerintah)? Jelaskan mengapa demikian? 63 Kasus 2: Penyediaan Barang Publik yang Belum Dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota Identifikasi barang-barang publik yang seharusnya ada dilingkungan pemerintah Kabupaten/Kota di mana anda tinggal, namun barang publik tersebut saat ini belum tersedia Menurut anda, siapakah sebaiknya menyediakan barang-barang publik tersebut, apakah pemerintah atau swasta (perusahaan/individu) Kendala-kendala apakah yang dihadapi sehingga penyediaan barangbarang publik tersebut sampai saat ini belum terealisasi? 64 PENERIMAAN NEGARA 65 65 PENERIMAAN NEGARA Penerimaan Negara baik dari dalam maupun luar negeri sangat penting bagi keberhasilan proses pembangunan nasional, karena penerimaan negara adalah untuk menutupi pengeluaran rutin pemerintah. Tabungan Negara 66 Pinjaman Luar Negeri Pembangunan 66 Penerimaan Negara Negara memerlukan dana yang cukup untuk membiayai pengeluarannya, baik yang sifatnya rutin maupun pembangunan. Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, penerimaan negara/pendapatan negara adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak,serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri. 67 Penerimaan Perpajakan Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. 1. Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal dari pajak penghasilan,pajak pertambahan nilai barang dan jasa,pajak penjualan atas barang mewah,pajak bumi dan bangunan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan,cukai,dan pajak lainnya. 2. Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor. hingga saat ini struktur pendapatan negara masih didominasi oleh penerimaan perpajakan,teruttama penerimaan pajak dalam negeri dari sektor nonmigas. 68 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah semua penerimaan yang diterima oleh negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara, serta penerimaan negara bukan pajak lainnya. PNBP masih didomiinasi oleh penerimaan sumber daya alam (SDA), khususnya yang berasal dari penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas), yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar rupiah, harga minyak mentah,dan tingkat lifting minyak. 69 Penerimaan Hibah Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri serta sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar negeri. Penerimaan hibah yang dicatat didalam APBN merupakan suumbangan atau donasi (grant) dari negara-negara asing, lemaga/badan nasional, serta perorangan yang tidak ada kewajiban untuk membayar 70 Sumber-sumber Penerimaan Negara Sumber penerimaan negara secara umum berasal dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 71 Pajak Retribusi Keuntungan dari Perusahaan-perusahaan Negara. Denda dan Sita Pencetakan Uang Pinjaman Sumbangan Dan Hibah Hak-hak Waris Atas Harta Peninggalan Terlantar Penyelenggaraan Undian Berhadiah 71 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA • Pajak – – 72 Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan undang-undang (pemungutannya dapat dipaksakan) tanpa ada imbalan langsung bagi pembayarnya. Contoh: pajak kendaraan bermotor, pajak penjualan barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan lain sebagainya. 72 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA • Retribusi – Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) berdasarkan undang-undang (pemungutannya dapat dipaksakan) di mana pemerintah memberikan imbalan langsung bagi pembayarnya. – Contoh, pelayanan medis di rumah sakit milik pemerintah, pelayanaan perpakiran oleh pemerintah, pembayaran uang sekolah, perizinan dll 73 73 Fungsi pajak 1. Fungsi angaran, Sumber penerimaan negara 2. Fungsi Regulasi, Sebagai alat untuk mengatur kegiatan produsen maupun konsumen 3. Fungsi Stabilitas, menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan 4. Fungsu Redistribusi Pendapatan, digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum 74 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA • Keuntungan dari Perusahaan-perusahaan Negara. BUMN/BUMD – Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak memperoleh bagian laba yang diperoleh BUMN. – Demikian pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik BUMD berhak memperoleh bagian laba BUMD. 75 75 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA • Denda dan Sita – Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset milik masyarakat, apabila masyarakat (individu/kelompok/organisasi) diketahui telah melanggar peraturan pemerintah – Misalnya: denda pelanggaran lalulintas, denda ketentuan peraturan perpajakan, penyitaan barang-barang illegal, penyitaan jaminan atas hutang yang tidak tertagih, dll 76 76 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA • Pencetakan Uang – Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam rangka menutup defisit anggaran, apabila tidak ada alternatif lain yang dapat ditempuh pemerintah. – Penentuan besarnya jumlah uang yang dicetak harus dilakukan dengan cermat, agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi 77 77 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA • Pinjaman – Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan negara, yang dilakukan apabila terjadi defisit anggaran. – Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi beban pemerintah, karena pinjaman tersebut harus dibayar kembali, berikut dengan bunganya. – Pinjaman dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri – Sumber pinjaman bisa berasal pemerintah, institusi perbankan, institusi non bank, maupun individu 78 78 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA • SumbanganDan Hibah – Sumbangan dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari individu, institusi, atau pemerintah – Sumbangan dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri – Tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan sumbangan, hadiah, atau hibah. – Sumbangan dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang memberi sumbangan, hadiah, atau hibah 79 79 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA Hak-hak Waris Atas Harta Peninggalan Terlantar Jika terhadap suatu warisan atau harta peninggalan lain, tidak ada orang datang yang menyatakan dirinya berhak atas harta tersebut, atau jika semua ahli waris menolak warisan yang bersangkutan, maka di Indonesia (menurut pasal 1126 KUHPer harta peninggalan ini dianggap terlantar, dan Balai Harta Peninggalan wajib mengurus dan mengumumkannya. Dan jika setelah lewat waktu tiga tahun masih juga belum ada ahli waris yang muncul, maka BHP tadi wajib menyelesaikan urusannya; dalam hal masih ada kelebihan, harta benda dan kekayaan ini menjadi milik negara (KUHPer pasal 1129) 80 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA • Penyelenggaraan Undian Berhadiah – Pemerintah dapat menyelenggarakan undian berhadiah dengan menunjuk suatu institusi tertentu sebagai penyelenggara – Jumlah yang diterima pemerintah adalah selisih dari penerimaan uang undian dikurangi dengan biaya operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan. – Banyak negara menyelenggarakan undian berhadiah, seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Jerman, Indonesia (pernah). 81 81 Distribusi Beban Negara Dalam menentukan sumber keuangan negara, harus ditentuan juga prinsip-prinsip yang harus ditempuh untuk mendistribusikan beban keuangan negara kepada para anggota masyarakat. Beban negara yag didistribusikan kepada masyarakat melalui pajak: 1 82 Beban Negara ynag Didistribusikan Kepada Masyarakat Melalui Pajak Menurut Adam Smith ada beberapa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik (Smith’s Canons): 1. Prinsip Keadilan (equity) 2. Prinsip Kepastian (certainty) 3. Prinsip Kecocokan/Kelayakan (convenience) 4. Prinsip Ekonomi (economy) 83 Beban Negara ynag Didistribusikan Kepada Masyarakat Melalui Pajak Menurut Adam Smith ada beberapa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik (Smith’s Canons): 1. Prinsip Keadilan (equity) 2. Prinsip Kepastian (certainty) 3. Prinsip Kecocokan/Kelayakan (convenience) 4. Prinsip Ekonomi (economy) 84 JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA • Berdasarkan institusi yang menanganinya, penerimaan negara dibedakan menjadi: – Penerimaan Pemerintah Pusat – Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi – Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 85 85 JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA • Penerimaan Pemerintah Pusat 86 – Penerimaan Pembiayaan • Pinjaman sektor Perbankan • Pinjaman luar negeri • Penjualan Obligasi Pemerintah • Privatisasi BUMN • Penjualan aset pemerintah – Penerimaan Negara dan Hibah • Penerimaan Dalam Negeri – Penerimaan perpajakan – Penerimaan bukan pajak (PNBP) – Bagian laba BUMN – Lain-lain penerimaan yang sah 86 JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA • Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi – Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari: • • • • Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian laba BUMD PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan. – Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari: • Bagian daerah dari PBB dan BPHTB • Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak Perseorangan/Pribadi • Bagian daerah dari Sumber daya alam • Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum • Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus 87 87 JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA • Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi – Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari: • Pinjaman dari Pemerintah Pusat • Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya • Pinjaman dari BUMN/BUMD • Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank • Pinjaman dari Luar Negeri • Penjualan Aset Daerah • Penerbitan Obligasi Daerah 88 88 JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA • Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota – Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari: • • • • Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian laba BUMD PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan. – Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari: • Bagian daerah dari PBB dan BPHTB • Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak Perseorangan/Pribadi • Bagian daerah dari Sumber daya alam • Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum • Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus 89 89 JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA • Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota – Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari: • Pinjaman dari Pemerintah Pusat • Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya • Pinjaman dari BUMN/BUMD • Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank • Pinjaman dari Luar Negeri • Penjualan Aset Daerah • Penerbitan Obligasi Daerah 90 90 PENGELOLAAN ANGGARAN Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu: Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Ikut serta mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 91 92 Dalam pengelolaan keuangan negara, fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian di bidang keuangan harus dilakukan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Fungsi Perencanaan (Planning) Fungsi Perencanaan (Planning) bisa ditelaah dalam UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasioal (SPPN) ASAS DAN TUJUAN 1. RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 2. TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 3. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA (RPJP, RPJM, RP Tahunan) 4. PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA 93 Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan reformasi system keuangan negara yang meliputi : Reformasi penyusunan dan penetapan anggaran Reformasi pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Reformasi pengawasan anggaran (audit) 94 Pokok-pokok Isi antara lain meliputi : • Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara • Penyusunan dan Penetapan APBN • Penyusunan dan Penetapan APBD • Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah/Lembaga Asing • Hubungan Keuangan Antara Pemerintah dan Perusahaan Negara/Daerah/Swasta Serta Badan Pengelola Dana Masyarakat • Pelaksanaan APBN dan APBD • Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD • Ketentuan Pidana, Sanksi Administrasi dan Ganti Rugi 95 Fungsi Pengarahan (Actuating) 96 Actuating : UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Dasar Pemikiran: 1. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan Negara 2. Pejabat Perbendaharaan Negara 3. Penerapan kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan 4. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran 5. Penyelesaian Kerugian Negara 6. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Fungsi Pengendalian (Controlling) 97 Controlling : UndangUndang Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 1. Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa; 2. Lingkup pemeriksaan; 3. Standar pemeriksaan; 4. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan; 5. Akses pemeriksa terhadap informasi; 6. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern; 7. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut; 8. Pengenaan ganti kerugian negara; 9. Sanksi pidana REFORMASI PENGELOLAAN ANGGARAN Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran dan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis. Sistem perencanaan anggaran negara pada saat ini telah mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan dinamika manajemen sektor publik dan tuntutan yang muncul di masyarakat, yaitu sistem penganggaran dengan pendekatan New Public Management (NPM). 98 Sistem Penganggaran Dengan Pendekatan New Public Management (NPM). Model NPM berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan pada kebijakan. Perubahan manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana, tetapi perubahan besar yang telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Penggunaan paradigma baru tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi pada pemerintah, diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi 99 tender. Perubahan Pendekatan Anggaran Negara Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public Management telah mendorong upaya di berbagai negara untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran negara. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik, antara lain yaitu: 1. Teknik Anggaran Kinerja (Performance Budgeting) 2. Zero Based Budgeting (ZBB) 3. Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) 100 Teknik Anggaran Kinerja (Performance Budgeting) mengutamakan mekanisme penentuan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan. anggaran kinerja dilengkapi dengan teknik analisis antara biaya dan manfaat. dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut. penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan. 101 Zero Based Budgeting ( ZBB ) Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep ZBB dapat menghilangkan kelemahan pada konsep incrementalism dan line item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero base). Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikan tingkat inflasi atau jumlah penduduk. ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB, seolah-olah proses anggaran dimulai dari hal-hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dari struktur anggaran, atau mungkin juga muncul item baru. 102 Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) PPBS berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah sangat terbatas jumlahnya, sedangkan tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya. Dalam keadaan tersebut pemerintah dihadapkan pada pilihan alternatif keputusan yang memberikan manfaat paling besar dalam pencapaian tujuan bernegara secara keseluruhan. 103 PENGURUSAN KEUANGAN NEGARA Pengelolaan keuangan negara secara teknis dilaksanakan melalui dua pengurusan, yaitu: 1. pengurusan umum/administrasi yang mengandung unsur penguasaan. Pengurusan umum erat hubungannya dengan penyelenggaraan tugas pemerintah di segala bidang dan tindakannya dapat membawa akibat pengeluaran dan/atau menimbulkan penerimaan negara. 2. Pengurusan khusus yang mengandung unsur kewajiban melaksanakan perintah-perintah yang datangnya dari pengurusan umum. 104 105 Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Dalam pelaksanaannya, kekuasaan presiden tersebut tidak dilaksanakan sendiri oleh presiden, melainkan: 1. Dikuasakan kepada menteri keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan; 2. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga negara dan lembaga pemerintah non kementerian negara, selaku pengguna anggaran/ pengguna barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya; dan 3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi, untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pelimpahan kekuasaan tersebut tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang pelaksanaannya diatur dengan undangundang. Untuk mencapai kestabilan nilai rupiah, tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral. 106 Tugas Kewenangan presiden terhadap pengelolaan keuangan negara yang dilimpahkan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga, meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Jelaskan tentang kewenangan yang bersifat umum yang timbul dari pengurusan umum, dan kewenangan yang bersifat khusus yang timbul dari pengurusan khusus. 107 KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA 108 PENDELEGASIAN KEKUASAAN PENGURUSAN ADMINISTRATIF PA/KPA (COO) PENGURUSAN PERBENDAHARAAN NEGARA (CFO) LATAR BELAKANG REFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA Pengelolaan keuangan negara selama ini digunakan ketentuan perundang-undangan masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu : a. b. c. d. 109 Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW Stbl 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl.1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381. dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara digunakan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No. 320. Peraturan perundang-undangan tersebut tidak dapat mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia, sehingga secara materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan. Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Reformasi Keuangan Negara Peraturan perundang-undangan di atas tidak dapat mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia, sehingga secara materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan. Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam upaya menghilangkan penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara. 110 PARADIGMA LAMA PENGURUSAN KEUANGAN NEGARA PRESIDEN OTORISATOR ORDONATOR Pengurusan Administratif 111 BENDAHARAWAN Pengurusan Perbendaharaan 1. Presiden adalah pemegang Kekuasaan Keuangan Negara tertinggi 2. Kekuasaan didelegasikan kepada Otorisator (Menteri/Pimpimpinan Lembaga), yaitu pejabat yang melakukan tindakan (otorisasi) yang dapat membebani APBN 3. Kekuasaan didelegasikan pula kepada Menteri Keuangan selaku Ordonator yang memiliki wewenang ordonancering atau menguji tagihan dan membebankan kepada APBN, serta selaku Bendaharawan Umum Negara Otorisator adalah pejabat yang memperoleh pelimpahan wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan yang mengakibatkan adanya penerimaan dan/atau pengeluaran negara. Ordonator adalah pejabat yang berwenang untuk melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian negara/lembaga sehubungan dengan tindakan otorisator, serta memerintahkan pembayaran dan/atau menagih penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran. 112 KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA PASCA REFORMASI Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat ini meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. 113 Kewenangan Umum dan Khusus Penglolaan Keuangan Negara 1. 2. 114 Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara. Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara. Pasal 4 UUD Pasal 23 UUD ayat (1) – (3) (amandemen) Pasal 6 UU No 17 Tahun 2003 PENDELEGASIAN KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA PRESIDEN PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DIKUASAKAN MENTERI KEUANGAN SELAKU PENGELOLA FISKAL DAN WAKIL PEMERINTAH DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN 116 MENTERI/ PIM. LEMBAGA GUBERNUR/BUPATI/ WALI KOTA SELAKU KEPALA PEMDA SELAKU PENGGUNA ANGGARAN/ PENGGUNA BARANG KEMENTRIAN NEGARA/ LEMBAGA YANG DIPIMPINNYA SELAKU KEPALA PEMDA UNTUK MENGELOLA KEUANGAN DAERAH DAN MEWAKILI PEMDA DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN TIDAK TERMASUK KEWENANGAN DI BIDANG MONETER, YANG MELIPUTI ANTARA LAIN MENGELUARKAN DAN MENGEDARKAN UANG, YANG DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG Pendelegasian Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara Kekuasaan tersebut : Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementrian negara/lembaga yang dipimpinnya Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan Pendelegasian kekuasaan di atas tidak temasuk kewenangan di bidang moneter yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang yang diatur dengan undang-undang 117 PENGELOLAAN FISKAL Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. 118 Tujuan Penggunaan Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara Kuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara Dalam rangka menyelenggarakan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan di atas setiap tahun disusun APBN/APBN 119 TUGAS MENTERI KEUANGAN (CFO) Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran c. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan d. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan UU. e. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara f. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban g. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan Undang-Undang a. 120 TUGAS MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA 121 Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran. Melaksanakan anggaran kementrian negara yang dipimpinnya. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementrian negara/lembaga yang dipimpinnya Mengelola barang milik negara yang menjadi tanggung jawab kementrian negara/lembaga yang dipimpinnya Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementrian negara/lembaga yang dipimpinnya. Bendahara Pengeluaran 1. 2. 3. 4. 5. 122 Meneliti kelengkapan/persyaratan tagihan Menguji kebenaran perhitungan tagihan Menguji ketersediaan dana Menolak tagihan apabila tidak memenuhi persyaratan 1 s/d 3 diatas Bertanggungjawab secara pribadi atas pelaksanaan pembayaran PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN Penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan tahap awal dari suatu siklus anggaran. Jangka waktu/masa siklus anggaran lebih panjang dari pada jangka waktu/masa tahun anggaran. Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan. Siklus anggaran lebih dari satu tahun, yaitu jangka waktu berputarnya anggaran yang dimulai dari saat penyusunan RAPBN sampai dengan saat Perhitungan Anggaran Negara (PAN) disahkan menjadi Undang-Undang PAN. 123 SIKLUS ANGGARAN NEGARA DI INDONESIA PENYUSUNAN PERTANGGUNGJAWABAN PENETAPAN PELAKSANAAN PENGAWASAN Tahapan Siklus Anggaran Secara garis besar, tahap-tahap siklus anggaran dapat digambarkan sebagai berikut: 1. penyusunan RAPBN oleh pemerintah; 2. penyampaian RAPBN kepada DPR/Penetapannya; 3. pelaksanaan APBN oleh pemerintah; 4. pengawasan pelaksanaan APBN oleh BPK; 5. pertanggungjawaban/Laporan Keuangan. 125 ASPEK YURIDIS KEWENANGAN MATERI HUBUNGAN HUKUM LEMBAGA YANG TERLIBAT D P D DPR PEMERINTAH BPK Pendelegasian Kewenangan dalam Pelaksanaan APBN PRESIDEN (SELAKU CHIEF EXECUTIVE OFFICER) MENTERI TEKNIS MENTERI KEUANGAN (SELAKU COO) (SELAKU CFO) KEPALA KANTOR KEPALA KPPN (SELAKU KUASA COO) (SELAKU KUASA CFO) Pendelegasian kewenangan pelaksanaan program Pendelegasian kewenangan perbendaharaan 128 *Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KEDUDUKAN RAKYAT DALAM PAHAM KEDAULATAN RAKYAT RAKYAT YANG BERDAULAT RAKYAT YANG DIPERINTAH WUJUD RAKYAT YANG BERDAULAT DPR Makna Tata Kelola Keuangan Negara RAKYAT KEDAULATAN HAK BUDGET PARLEMEN OTORISASI ANGGARAN NEGARA PEMERINTAH PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN NEGARA Hal Keuangan Penyusunan APBN 1 mengajukan [Pasal 23 (2)] RAPBN Presiden 2 DPR DPD memberi pertimbangan [Pasal 23 (2)] TIDAK 3 membahas bersama [Pasal 20 (2)] RAPBN 4b 4a 4 persetujuan YA Pemerintah menjalankan APBN Pemerintah menjalankan APBN Tahun lalu [Pasal 23 (3)] KARAKTERISTIK HUKUM UU APBN BENTUK LUAR: UU: KEDAULATAN RAKYAT OTORISASI KEHARUSAN UNTUK DIPERTANGGUNGJAWABKAN PERTANGGUNGJAWABAN DALAM BENTUK UU JIKA TIDAK DISETUJUI HARUS MENGGUNAKAN UU SEBELUMNYA TIDAK MUNGKIN ADA PERPU LANDASAN HUKUM: PASAL 23 UUD: FUNGSI ANGGARAN HAK BUDGET PENYUSUNAN & PENGAJUAN: KEWENANGAN PENYUSUNAN PADA PEMERINTAH TIDAK ADA KEWENANGAN UNTUK USUL INISIATIF DIAJUKAN LANGSUNG OLEH PRESIDEN WAKTU PENGAJUAN TERTENTU MATERI MUATAN: HANYA MENGIKAT PEMERINTAH: TIDAK MENGIKAT MASYARAKAT TIDAK DAPAT DIAJUKAN KE MK MASA LAKU: TERTENTU PERUBAHAN DALAM MASA TERTENTU PERBANDINGAN KEPENTINGAN DPR DAN PEMERINTAH DPR PEMERINTAH 1. Pemegang kedaulatan anggaran negara, restriktif terhadap kepentingan masyarakat yang lebih luas. 1. Pemegang kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan, restriktif terhadap kepentingan pemerintah dalam menjalankan kekuasaan. 2. Konsesi maksimum untuk menjamin kepentingan publik. 2. Optimalisasi biaya untuk menjamin tujuan dan kepentingan pemerintahan. 3. Memaksimalkan kewajiban pemerintah terhadap warga masyarakat melalui pembiayaan yang berdampak manfaat kepada publik. 3. Memaksimalkan kewajiban warga masyarakat terhadap negara melalui pajak, dan pengurangan insentif yang berdampak buruk terhadap penerimaan negara. 4. Menekankan pembiayaan pembangunan yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya dalam hal pendidikan, kesehatan, dan pangan. 4. Menekankan pembiayaan pembangunan yang berdimensi kewajiban negara, khususnya dalam pengembalian pinjaman luar negeri dan utangnya, dan kegiatan yang mendorong sektor riil. DEFINISI UU APBN: “suatu daftar atau pernyataan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran negara yang ditetapkan oleh pemerintah untuk masa jangka waktu tertentu yang harus mendapatkan persetujuan parlemen sebagai esensi kedaulatan rakyat di dalam anggaran.” HAKIKAT UU APBN MERUPAKAN GAGASAN KONSTRUKSI KEBIJAKAN ANGGARAN NEGARA SEBAGAI STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL YANG BERDAMPAK PADA KESEJAHTERAAN RAKYAT TUJUAN PENYUSUNAN APBN menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah, mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. FUNGSI PENGANGGARAN APBN memberikan arah kebijakan perekonomian dan menggambarkan secara tegas penggunaan sumber daya yang dimiliki masyarakat untuk mencapai keseimbangan ekonomi makro dalam perekonomian merupakan sarana sekaligus pengendali untuk mengurangi ketimpangan dan kesenjangan dalam berbagai hal di suatu negara. TUJUAN PENGANGGARAN (Richard Goode) Merupakan penjabaran kerangka kerja dari kebijaksanaan yang telah ditetapkan. merupakan alat implementasi dari kebijaksanaan, sebagai alat manajemen dan alat kontrol administrasi. merupakan alat kontrol hukum. merupakan sumber informasi bagi masyarakat luas mengenai kegiatan yang telah dilakukan, keputusan yang diambil, dan gambaran yang akan datang mengenai kegiatan pembangunan. KARAKTERISTIK APBN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Peran Dasar Pemerintah Bersentuhan dengan kepentingan Publik Berorientasi kepada pelayanan publik Melalui mekanisme APBN Regulasi Pemerintah Pengumpulan Dana Masyarakat Alokasi dan Redistribusi Pendapatan APBN YANG DISETUJUI DPR TERINCI SAMPAI DENGAN UNIT ORGANISASI, FUNGSI, PROGRAM, KEGIATAN DAN JENIS BELANJA APABILA DPR TIDAK MENYETUJUI RUU APBN, PEMERINTAH DAPAT MELAKUKAN PENGELUARAN SETINGGI-TINGGINYA SEBESAR ANGKA APBN TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA PELAKSANAAN TAHUN ANGGARAN BARU APBN: 1 Januari – 31 Desember FILOSOFI PENGAWASAN/PEMERIKSAAN OBJEKTIF Lembaga pengawasan/pemeriksaan berada pada posisi yang sejajar dengan lembaga yang diperiksa KEWENANGAN BPK SEBELUM PERUBAHAN UUD Pasal 23 ayat (5): untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan UU. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR. SETELAH PERUBAHAN UUD Pasal 23E ayat (1): untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Pasal 23E ayat (2): hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Laporan pelaksanaan APBN (1) 1. Laporan semester I, berisi laporan realisasi & prognosis untuk 6 bulan berikut Jika terjadi perubahan keadaan diajukan prosesnya setelah laporan semester I diterima. Dan selesai sebelum tahun anggaran berakhir. Laporan pelaksanaan APBN (2) 2. Laporan pertanggungjawaban, berisi: laporan realisasi APBN; neraca; laporan arus kas; catatan atas laporan keuangan; laporan keuangan perusahaan negara & badan lainnya; prestasi kerja setiap kementrian negara/lembaga; ALUR PERTANGGUNGJAWABAN APBN (horisontal) Pemerintah (RUU PAN) disampaikan untuk diperiksa & ditanggapi. Jika dalam waktu 2 bulan tidak ada tanggapan, maka dianggap menyetujui BPK disampaikan kembali Pemerintah disampaikan untuk dimintakan persetujuan D P R UU PAN dimulai dari saat penyusunan RAPBN sampai dengan saat Perhitungan Anggaran Negara (PAN) disahkan menjadi Undang-Undang PAN Pertanggungjawaban Keuangan Negara Pertanggungjawaban keuangan negara sebagai upaya konkrit mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara Pertanggungjawaban disampaikan secara tepat waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambatlambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Bentuk dan Isi Laporan Pertanggungjawaban Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan OPINI BPK Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Tidak wajar (adversed opinion) Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion) Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini, artinya auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, perusahaan/pemerintah dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan. 151 Wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Opini Wajar dengan pengecualian (WDP) adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material, kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi pengecualian. Sebagian akuntan memberikan julukan little adverse (ketidakwajaran yang kecil) terhadap opini jenis ini, untuk menunjukan adanya ketidakwajaran dalam item tertentu, namun demikian ketidakwajaran tersebut tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 152 Tidak wajar (adversed opinion) Opini tidak wajar adalah opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan mengandung salah saji material, atau dengan kata lain laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Jika laporan keuangan mendapatkan opini jenis ini, berarti auditor meyakini laporan keuangan perusahaan/pemerintah diragukan kebenarannya, sehingga bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. 153 Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion) Opini tidak menyatakan pendapat (TMP) oleh sebagian akuntan dianggap bukanlah sebuah opini, dengan asumsi jika auditor menolak memberikan pendapat artinya tidak ada opini yang diberikan. Opini jenis ini diberikan jika auditor itidak bisa meyakini apakah laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini bisa diterbitkan jika auditor menganggap ada ruang lingkup audit yang dibatasi oleh perusahaan/pemerintah yang diaudit, misalnya karena auditor tidak bisa memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan dan menyatakan laporan sudah disajikan dengan wajar. 154 DASAR PEMBERIAN OPINI Opini BPK merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Efektivitas sistem pengendalian intern