BAB V SEJARAH GEOLOGI

advertisement
BAB V
SEJARAH GEOLOGI
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, informasi yang diperoleh
dari analisis yang dilakukan, serta hasil penelitian sebelumnya, penulis dapat
merumuskan sintesis geologi yang akan memberikan gambaran bagaimana sejarah
geologi yang terjadi di daerah penelitian dalam kerangka ruang dan waktu.
Pada Kala Eosen Akhir, daerah penelitian merupakan daerah laut dangkal
(Sujatmiko dan Santosa, 1992), dimana diendapkan batugamping pada lingkungan
neritik pada Satuan Batupasir. Kemudian pada daerah penelitian terjadi
pendangkalan (Clement dan Hall, 2007) sehingga daerah ini menjadi daratan,
dimana diendapkan batupasir pada lingkungan fluvial, menutupi batugamping.
Hal ini diperkirakan akibat kecepatan sedimentasi lebih besar daripada kecepatan
pembentukan cekungan pengendapan, yang juga ditandai dengan pengendapan
batupasir yang cukup tebal. Sumber sedimen diinterpretasikan berasal dari
rombakan batuan granitik di utara dan hasil rombakan batuan metamorf dari
Formasi Ciletuh yang berumur Pra Tersier (Sujatmiko dan Santosa, 1992).
Pada Eosen Akhir hingga Oligosen Awal, di daerah penelitian diduga
terjadi proses tektonik, sehingga terbentuk tinggian di sebelah barat daerah
penelitian, dan dataran rendah di sebelah timur daerah penelitian. Apabila
dihubungkan dengan tektonik regional pada Kala ini, proses tektonik yang
berkembang adalah pola Sunda yang berarah utara-selatan (Pulunggono dan
Martodjojo, 1994). Tektonik diperkirakan berupa regangan berarah barat-timur
sebagai suatu hasil dari Subduction Related Extension di Selatan Jawa saat itu
(Clement dan Hall, 2007).
Pada Oligosen Awal-Akhir, daerah penelitian bagian timur diendapkan
batupasir Satuan Napal pada lingkungan neritik dangkal, kemudian terjadi
pendalaman sampai bathyal atas dengan diendapkannya batugamping dan napal.
46
Hal ini diperkirakan akibat dari kecepatan pembentukan cekungan pengendapan
lebih cepat daripada kecepatan sedimentasi.
Satuan ini diendapkan secara selaras di atas Satuan Batupasir. Sumber
sedimen diinterpretasikan berasal dari erosi batuan yang lebih tua pada tinggian di
utara (Sujatmiko dan Santosa, 1992).
Pada Oligosen Akhir sampai Miosen Awal diperkirakan batas muka air
laut melewati batas tinggian di sebelah barat daerah penelitian sehingga daerah ini
mengalami fasa genang laut dan karbonat dapat berkembang. Kemudian pada
Miosen Awal diendapkan Satuan Batugamping secara tidak selaras di atas Satuan
Batupasir. Pada Kala ini pula diperkirakan terjadi proses orogenesa dan terbentuk
Intrusi Andesit pada Miosen Akhir. Namun tidak ditemukan pengendapan
sedimen pada kala ini, sehingga diinterpretasikan daerah penelitian mengalami
pengangkatan akibat deformasi yang menghasilkan sesar naik, sesar sobekan, dan
lipatan, yang mengakibatkan daerah ini tersingkap ke permukaan dan kemudian
tererosi.
Pada Pliosen terjadi aktifitas volkanisme (Soeria-Atmaja dkk., 1994).
Kemudian diendapkan Satuan Breksi dengan sumber sedimen diperkirakan
berasal dari utara atau timurlaut daerah penelitian. Pada Plio - Pleistosen daerah
penelitian terus mengalami peristiwa pengangkatan akibat terjadinya perubahan
posisi busur magmatik (Martodjojo, 1984) sehingga pegunungan volkanik aktif
yang awalnya terletak di sebelah selatan Jawa, sekarang berpindah ke bagian
tengah dari Pulau Jawa. Daerah penelitian mengalami pengangkatan dan telah
berubah menjadi darat. Kemudian proses denudasi terus berlanjut sehingga
menyebabkan terbentuknya bentang alam seperti saat ini.
47
Download