BAB 4 SEJARAH GEOLOGI

advertisement
BAB 4
SEJARAH GEOLOGI
Daerah penelitian merupakan bagian dari Cekungan Jawa Tengah Utara.
Cekungan Jawa Tengah Utara merupakan bagian dari tepi Sunda Microplate,
dimana pembentukan serta perkembangan selanjutnya ditentukan oleh sifat-sifat
gerak dan pertemuan antara Lempeng Hindia-Australia yang bergerak ke utara
dengan Lempeng Eurasia. Pada zaman Kapur Akhir-Tersier Awal, Cekungan
Jawa Tengah Utara merupakan bagian dari Fore Arc Basin dengan jalur tumbukan
di Daerah Luk Ulo, dan jalur magma Laut Jawa (Sukendar S., 1974, Katili, 1975
dalam Kertanegara dkk., 1987). Batuan dasarnya diperkirakan bagian dari
kompleks mélange, terdiri dari batuan metamorfosis dan batuan beku seperti yang
tersingkap di Luk Ulo. Cekungan Jawa Tengah Utara ini mendasari pengendapan
Formasi Tapak dan formasi-formasi yang lebih tua dari Formasi Tapak di daerah
penelitian.
Pengendapan satuan batuan di daerah penelitian diawali dengan
pengendapan Satuan Batupasir-Batulempung Formasi Tapak. Satuan ini
diendapkan pada Kala Miosen Akhir-Pliosen Tengah pada lingkungan
pengendapan Neritik Tengah bagian dalam dengan kedalaman 50-100 meter. Pada
saat Satuan Batupasir-Batulempung ini diendapkan, penurunan dasar cekungan
terus berlangsung seiring dengan pengendapan suplai sedimen. Hal ini
mengakibatkan sedimen yang diendapkan memiliki ketebalan yang cukup besar
(sekitar 1500 meter). Pengendapan satuan batuan ini dipengaruhi oleh arus
turbidit. Hal ini diketahui dengan adanya struktur sedimen gradded bedding yang
kemudian diikuti oleh paralel laminasi. Struktur sedimen seperti ini merupakan
struktur sedimen yang umum dijumpai pada endapan turbidit berdasarkan Sekuen
Bouma. Pada akhir pengendapan Satuan Batupasir-Batulempung Formasi Tapak
ini, masih dalam Kala Miosen Akhir-Pliosen Tengah terjadi penurunan relatif
muka air laut.
Satuan batuan selanjutnya yang terendapkan secara selaras di atas Satuan
Batupasir-Batulempung Formasi Tapak adalah Satuan Batulempung Formasi
49
Kalibiuk. Satuan Batulempung Formasi Kalibiuk ini diendapkan pada Kala
Pliosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan satuan batuan ini adalah
Neritik Tengah bagian dangkal dengan kedalaman 20-50 meter dan ketebalan
1000 meter akibat terjadinya penurunan relatif muka air laut pada Awal Pliosen
Tengah. Pada saat satuan batuan ini diendapkan, arus pengendapan yang
berlangsung bersifat tenang, sehingga sedimen yang diendapkan bersifat klastik
sangat
halus
(berukuran
lempung)
walaupun
lingkungan
pengendapan
menunjukkan lingkungan pengendapan dengan kedalaman lebih dangkal (20-50
meter) dibandingkan lingkungan pengendapan satuan batuan sebelumnya (50-100
meter).
Kala Pliosen Akhir, terjadi pengendapan Satuan Batupasir Formasi
Kalibiuk di atas Satuan Batulempung Formasi kalibiuk secara selaras. Satuan
Batupasir ini terendapkan di lingkungan pengendapan Neritik Tengah bagian
dangkal seperti halnya Satuan Batulempung Formasi Kalibiuk. Satuan ini
terendapkan pada kedalaman 20-50 meter dengan ketebalan 312,5 meter.
Pada Kala Pliosen Akhir-Pleistosen proses tektonik yang terjadi adalah
kompresi. Akibat dari kompresi ini terbentuk lipatan dan sesar di daerah
penelitian. Lipatan dan sesar yang terjadi di daerah penelitian, melibatkan Satuan
Batupasir Formasi Kalibiuk yang berumur Pliosen Tengah-Pliosen Akhir.
Berdasarkan peta geologi regional daerah penelitian (Djuri dkk., 1996), struktur
geologi pada daerah penelitian ini diasumsikan berumur Plistosen dikarenakan
struktur geologi ini melibatkan satuan batuan termuda (Formasi Ligung). Lipatan
yang terbentuk adalah Sinklin Sidamulya dengan arah sumbu lipatan relatih
berarah barat-timur yang terbentuk lebih dahulu daripada Sesar Wotan, yang
merupakan sesar mendatar dengan pergerakan mengiri turun. Arah bidang sesar
timur laut-barat daya. Berdasarkan arah sumbu lipatan dan tren arah bidang sesar,
dapat disimpulkan bahwa rezim tektonik yang berlangsung pada daerah penelitian
bersifat kompresi dengan arah utara-selatan, yang mengakibatkan terbentuknya
struktur geologi dengan Pola Struktur Jawa.
Proses tektonik ini juga melibatkan terjadinya pengangkatan. Satuan
Endapan Aluvial yang sudah terbentuk, juga mengalami pengangkatan, sehingga
terbentuklah Satuan Endapan Undak Sungai yang tidak selaras dengan satuan
50
yang berumur lebih tua. Selain itu terjadi juga pembalikan morfologi. Pembalikan
morfologi yang terjadi di daerah penelitian adalah morfologi lembah sinklin yang
menjadi perbukitan sinklin. Pembalikan tektonik yang mengakibatkan terjadinya
pengangkatan masih terus berlangsung hingga saat ini sehingga proses erosi,
pelapukan, transportasi serta sedimentasi juga masih terus berlangsung. Proses
pengangkatan ini juga menyebabkan daerah penelitian berubah menjadi daratan
dengan proses erosi yang masih terus berlangsung. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa daerah penelitian mengalami perubahan menjadi daratan Kala Plistosen
Akhir atau bersamaan dengan proses tektonik yang mengakibatkan terbentuknya
struktur geologi daerah penelitian.
Satuan batuan termuda yang terendapkan di daerah penelitian adalah
Satuan Endapan Aluvial. Pengendapan satuan ini berlangsung sejak Kala Holosen
Akhir dan masih terus berlangsung hingga sekarang. Satuan Endapan Aluvial ini
diendapkan secara tidak selaras di atas satuan batuan yang berumur lebih tua.
51
Download