Batuan Asal (Provenance) Batupasir LSI Formasi

advertisement
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Batuan Asal (Provenance) Batupasir LSI Formasi Menggala Daerah
Barumun Tengah, Cekungan Sumatera Tengah, Berdasarkan Data
Petrografi
Nanda Natasia1, Ildrem Syafri1, Ika Merdekawati1, Heri Setiawan2, Hendarman2
1
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
2
PT. Energi Media Persada - Tonga
Abstrak
Batupasir LSI Formasi Menggala yang berumur Miosen Awal merupakan salah satu formasi
pembawa hidrokarbon pada Cekungan Sumatera Tengah. Formasi Menggala tersusun oleh
batupasir konglomeratan dengan ukuran butir kasar berkisar dari gravel hingga ukuran butir
sedang. Secara lateral, batupasir ini bergradasi menjadi batupasir sedang hingga halus.
Komposisi utama batuan berupa kuarsa yang dominan, dengan struktur sedimen lapisan
silang siur dan erosional basal scour. Berdasarkan litologi penyusunnya diperkirakan
diendapkan pada fluvial-channel lingkungan braided stream. Studi Provenance dilakukan
pada 20 conto sayatan tipis. Secara umum merupakan Quartz arenite, Sublith arenite dan
Lithic arenite. Ciri utama batupasir pada conto berukuran halus – sedang, membundar
tanggung – menyudut tanggung, dengan matrix 6%-10%. Mineral penyusun utama adalah
Quarsa dengan kandungan 41% - 90%. Analisis provenance dilakukan secara grafis dengan
menggunakan persentase kandungan Kuarsa monokristalin, Kuarsa poli kristalin, Plagioklas,
K-feldspar, dan fragmen batuan. Berdasarkan hasil analisa petrografi dan hasil pengeplotan
Qt terhada ratio F/L menunjukan bahwa batuan asal berasal dari lingkungan atau area yang
dipengaruhi proses tektonik recycled orogen, yang artinya batuan asal tersebut berasal dari
suatu tinggian yang telah mengalami pegangkatan beberapa kali oleh aktivitas tektonik.
Berdasarkan hasil plot segitiga Qm – F – L yaitu perbandingan Kuarsa monokristalin
terhadap kandungan Feldspar dan Lithic fragmen, maka dapat disimpulkan bahwa batuan asal
merupakan bagian dari Recycled Orogen yang berjenis Quartzose Recycled dan Transitional
Recycled. Diagram segitiga Qm-P-K menunjukan tingkat kematangan maturity batuan
sumber yang tingi. Diagram triangular plot Qp-Qnu-Qu menunjukan fase metamorfisme yang
berjenis Medium dan High Rank Metamorf.bstrak dari karya tulis lengkap ini berisikan
kesimpulan dari semua bagian dengan jumlah kata berkisar antara 150 sampai 250 kata.
Tidak memasukkan nama penulis yang dijadikan referensi, ditulis dengan ukuran huruf 12,
jenis huruf times new roman, bahasa asing dimiringkan, dengan spasi 1, baris rata kiri dan
kanan.
Kata Kunci : Provenance, Sumatera Tengah.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Pendahuluan
Secara geografis Daerah Barumun
Tengah terletak pada Provinsi Sumatera Utara
(gambar 1) Daerah ini merupakan bagian dari
Cekungan Sumatra Tengah.
Gambar 1. Peta lokasi Daerah Barumun Tengah yang termasuk dalam wilayah Cekungan Sumatra Tengah
Objek pada penelitian ini adalah
evaluasi batuan sumber (provenance)
pengendapan batupasir LSI berdasarkan
karakteristik batuan pada skala makro dan
mikro, yaitu fokus pada pembahasan analisis
batuan asal pengendapan.
Tatanan Tektonik Regional
Lapangan Barumun Tengah terletak
pada bagian barat laut dari Cekungan Sumatra
Tengah. Perkembangan tektonik pada struktur
Barumun Tengah ini merupakan bagian dari
evolusi tektonik Cekungan Sumatra Tengah.
Cekungan Sumatra Tengah merupakan salah
satu dari serangkaian rift basin yang kedudukannya saat ini berada pada posisi back-arc
yang memanjang sepanjang tepi sundaland.
Cekungan ini merupakan cekungan minyak
utama dan yang paling produktif menghasilkan minyak bumi di Indonesia pada saat ini.
Bagian Barat Cekungan Sumatra
Tengah dibatasi oleh Pegunungan Barisan
yang tersusun oleh batuan pra-Tersier,
Asahan-arch pada bagian utara, dan paparan
Sunda pada bagian timur cekungan. Batas
Tenggara cekungan ini adalah Pegunungan
Tigapuluh yang sekaligus memisahkan
Cekungan Sumatra Tengah dengan Cekungan
Sumatra Selatan.
Pembentukan cekungan diawali pada
awal tersier (Eosen-Oligosen) yang merupakan serangkaian dari struktur half-graben
dengan arah utara-barat laut dan dipisahkan
oleh blok horst (Williams, H. dan R.T.
Eubank, 1995). Terdapat empat periode utama
pembentukan struktur yang dikenali pada
Cekungan Sumatra Tengah., Hedrick and
Aulia, 1993; diantaranya: Fase deformasi praeosen (F0), Rifting Eosen-Oligosen (F1),
Sagging Miosen Awal – Miosen Tengah (F2),
dan Post-Rift-Inversi Miosen Tengah - Resen
(F3).
Proses sedimentasi di Cekungan
Sumatra tengah dimulai pada awal tersier
(Paleogen), mengikuti proses pembentukan
cekungan
half
graben
yang
sudah
berlangsung sejak zaman Kapur hingga awal
tersier. Secara umum proses sedimentasi
pengisian cekungan ini dapat dikelompokkan
menjadi (gambar 2) :
Kelompok Pematang
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Tersusun oleh batulempung, serpih
karbonan, batupasir halus dan batulanau
aneka warna. Pengendapan pada awal proses
Rifting berupa sedimentasi klastika darat dan
lakustrin dari Formasi Red Bed dan Formasi
Brown Shale. Ke arah atas menuju fase Akhir
Rifting, sedimentasi berubah sepenuhnya
menjadi lingkungan lakustrin dan diendapkan
Formasi Pematang.
Kelompok Sihapas
pengangkatan
Bukit
Barisan
yang
menghasilkan ketidakselarasan regional pada
Plio-Pleistosen. Aktivitas tektonik ini
mengakibatkan terjadinya inversi struktur
sesar normal menjadi sesar naik. Pada fase
tektonik inversi ini diendapkan Formasi
Minas yang tersusun oleh endapan darat dan
aluvium berupa konglomerat, batupasir,
gravel, lempung dan aluvium berumur
Pleistosen – Resen.
Secara tidak selaras diatas Kelompok
Pematang diendapkan sedimen Neogen. Fase
sedimentasi ini diawali oleh episode
transgresi yang diwakili oleh Kelompok
Sihapas dan mencapai puncaknya pada
Formasi Telisa. Kelompok Sihapas yang
terbentuk pada awal episode transgresi terdiri
dari Formasi Menggala, Formasi Bangko,
Formasi Bekasap dan Formasi Duri.
Kelompok ini tersusun oleh batuan klastika
lingkungan fluvial-deltaic sampai laut
dangkal.
Pengendapan
kelompok
ini
berlangsung pada Miosen Awal – Miosen
Tengah.
Formasi Telisa
Formasi Telisa yang mewakili episode
sedimentasi pada puncak transgresi tersusun
oleh serpih dengan sedikit interkalasi
batupasir halus pada bagian bawahnya. Di
beberapa
tempat
terdapat
lensa-lensa
batugamping pada bagian bawah formasi. Ke
arah atas, litologi berubah menjadi serpih
mencirikan kondisi lingkungan yang lebih
dalam.Lingkungan pengendapan formasi ini
berupa lingkungan Neritik – Bathyal atas.
Formasi Petani
Tersusun oleh serpih berwarna abu-abu
yang kaya fosil, sedikit karbonatan dengan
beberapa lapisan batupasir dan batulanau.
Secara vertikal, kandungan tuf dalam batuan
semakin meningkat.
Formasi Minas
Pada akhir tersier terjadi aktivitas
tektonik mayor berupa puncak dari
Gambar 2. Perkembangan tektonik pada Cekungan Sumatera
Tengah (Heidrick dan Aulia, 1993)
Komposisi Litologi
Analisis dilakukan pada 20 sampel
batuan yang berasal dari sumur pemboran
ekslporasi. Batupasir yang dapat diamati pada
batuan inti adalah batupasir halus-sangat
halus, dibeberapa kedalaman hingga kasar,
berwarna hijau kehitaman, keras-sangat keras.
Bentuk butir menyudut tanggung, terpilah
sedang-baik. Struktur sedimen yang dapat
diamati adalah lenticular, wavy, flaser, lateral
dan vertical burrow,flame structure dan low
angle cross lamination. Disusun terutama oleh
kuarsa, serta mengandung glaukonit, kaolinit,
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
karbonatan. Batulanau memiliki ciri berwarna
hijau kehitaman, karbonatam.
Secara mikroskopis, mineral yang dapat
diidentifikasi pada sayatan tipis adalah kuarsa
monokristalin dan polikristalin, fragmen
batuan beku, fragmen quartzite, mineral opak,
oksida besi, feldspar, plagioklas, dan muskovit. Mineralogi yang mendominasi adalah
kuarsa dengan kandungan bervariasi dari 40%
hingga 90%. Kuarsa yang dapat diamati pada
sayatan tipis dapat dibedakan menjadi monokristalin dan polikristalin. Fragmen kuarsa
tersebut kemudian dapat dibagi kembali
menjadi kursa yang berundulasi (pemadaman
bergelombang) dan non undulasi. Kuarsa
polikristalin memiliki ukuran butir yang lebih
besar dibanding kuarsa monokristalin.
Kehadiran kuarsa polikristalin dapat mencapai
hingga 18% dengan jumlah kuarsa dari tiap
fragmen adalah 2-3 kuarsa per fragmen
dengan kontak suture hingga concavo confect
(gambar 3).
memberikan
gambaran
awal
adanya
perbedaan sistem pengendapan batupasir yang
terjadi selama proses sedimentasi batupasir
pada Formasi Menggala.
Gambar 4. Diagram ternary Q-F-L pada 20 sampel sayatan
tipis (Pettijhon, 1975)
Batuan Asal
Gambar 3. Contoh sayatan tipis batupasir LSI
Berdasarkan klasifikasi Pettijohn, 1975,
sampel sayatan tipis, sejumlah 4 sampel
merupakan batupasir quartz arenite, 11
sampel sub-lithic arenite, dan 5 lithic arenite
(gambar 4). Perbedaan tipe batuan ini
memiliki pola yang sistematis dengan
kandungan litik serta fekdspar yang semakin
meningkat pada bagian bawah, hal ini
Komposisi Kuarsa yang diamati pada
sayatan tipis bervariasi minimal 41% dan
paling banyak 94%, dengan rata-rata
kandungan diseluruh sayatan tipis adalah
72%. Bentuk butir kuarsa adalah anhedraleuhedral dengan bentuk heksagonal. Salah
satu mineral penciri yang dapat diamati
adalah muscovite dengan kandungan minor
sebanyak 1-2%. Mineral muskovit adalah
salah satu mineral pembentukan batuan yang
berasal dari magma, mineral ini juga dapat
hadir dibatuan metamorf. Karena sifat fisik
dari mineral muskovit yang rentan terhadap
pelapukan kimiawi, muskovit jarang – sedikit
hadir pada batuan silisiklastik. Kehadiran
kuarsa heksagonal dan mineral muskovit ini
dapat menjadi penciri batuan sumber yang
berasal dari batuan beku asam atau batuan
metamorfik regional (P & T tinggi)
(Pettijohn,1975).
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Tektonik setting
Studi mengenai tektonik setting
dilakukan dengan menggunakan plot diagram
ternary Qm-F-L, Qt-F-L, dan Qm-P-K
(Dickinson et al, 1983). Plot diagram Qt-F-L
(gambar 5) menunjukkan keseluruhan sampel
yang dianalisis merupakan batuan yang
berasal dari recycled orogeny. Hasil plot
diagram Qm-F-L (gambar 6) menunjukkan
batuan berasal dari quartoze recycled dan
transitional recycled.
merupakan even tektonik relative tenang
(gambar 7).
Gambar 7. Penampang skematik provenance Batupasir LSI
(modifikasi dari Dickinson,1979)
Plot diagram ternary Qm-P-K (gambar
8) juga digunakan untuk mengetahui secara
umum apakah terdapat pegaruh kegiatan
vulklanik pada saat pengendapan Batupasir
LSI. Hasil plot menunjukkan bahwa
lingkungan tektonik yang berperan tidak
dipengaruhi oleh kegiatan vulkanik.
Gambar 5. Qt-F-L Ternary diagram pada 20 sampel sayatan
tipis batupasir LSI
Gambar 8. Qm-P-K Ternary diagram pada 20 sampel sayatan
tipis batupasir LSI
Gambar 6. Qm-F-L Ternary diagram pada 20 sampel sayatan
tipis batupasir LSI
Tektonik setting berupa pengangkatan
ini dapat disebandingkan dengan peristiwa
tektonik regional pada kala Eosen-Ologisen
berupa inisisasi dari pengangkatan Bukit
barisan dan Oligosen-Miosen Awal yang
Dari hasil keseluruhan plot ternary
diagram, menunjukkan bahwa Batupasir LSI
berasal dari lingkungan tektonik berupa
Craton Interior,Transitional, and Quartz
Recycled.
Hasil
analisis
mikroskopis
menunjukkan batuan didominasi oleh mineral
kuarsa dan masih terdapat matrix dan fragmen
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
batuan. Hal ini menunjukkan bahwa batuan
sumber ditransportkan relative cukup jauh
dari sumber.
Litologi Provenance
Analisis menenai batuan sumber
dilakukan dengan analisis mikroskopis
dengan membagi tipe mineral kuarsa yang
dapat diamati pada sayatan yang kemudian
diplot pada digran Qp-Qnu-Qu ( Dickinson,
1983). (gambar 9). Hasil plot menunjukkan
secara umum litologi batuan sumber
merupalan batuan metamorphic derajat
menengah hingga tinggi, dan batuan plutonik.
Kesimpulan dan Diskusi
Berdasarkan plot ternary diagram Dickinso
et.,al.(1983) dan Basu (1975), serta analisis
mineral penciri pada 20 sampel sayatan tipis
batupasir LSIm dapat disimpulkan:
-
-
-
-
Batupasir LSI merupakan batuan
sedimen dengan derajat kematangan
tinggi dengan tipe batuan adalah
quartz arenite, sub-lithic arenite, dan
lithic arenite
Batuan sumber merupakan hasil dari
recycled orogeny dan transitional
recycled.
Litologi batuan sumber merupakan
campuran dari batuan metamorf
derajat tinggi dan batuan plutonik.
Berdasarkan komposisi mineralogy
batuan sumber granit merupakan
granit tipe I.
Dari pernyataan diatas, terdapat dua
kemungkinan batuan sumber (Cobbing et al.
1992), diantaranya (gambar 12):
Gambar 9. Qp-Qnu-Qu Ternary diagram pada 20 sampel
sayatan tipis batupasir LSI
Hasil ini kemudian dikonfirmasi
kembali terhadap mineral penciri yang
terdapat pada batuan. Kehadiran kuarsa
(metamorphic variety) dan feldspar (acid
plagioclase) mencirikan batuan bersumber dar
metamof derajat tinggi (gambar 10).
Kehadiran
mikroklin
dan
turmalin
menunjukkan batuan bersumber dari batuan
beku asam (gambar 11).
Volcanic Arc Province
Biotite-hornblende
diorites,
tonalites,
granodiorites dan monzogranites, Volcanic
arc affinity, I-types. Kisaran umur 203-5 Ma.
-
Eastern Province
Biotite and biotite-hornblende monzogranites
of post-collisional dan crustal I-Types.
Kisaran umur 264-216 Ma.
Berdasarkan analisis ternary diagram
dan mineral penciri yang dapat diamati pada
batuan, maka disimpulkan bahwa litologi
batuan sumber merupakan batuan metamorf
derajat tinggi dan batuan beku granitis.
Berdasarkan komposisi mineral batuan
dengan menggunakan klasifikasi granitoid SI-A-M (gambar 11) diketahui bahwa batuan
granitis batuan sumber merupakan batuan
granit tipe I.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Gambar 10. Kehadiran kuarsa (metamorphic variety) dan feldspar (acid plagioclase) pada sayatan tipis
.
tipis
Gambar 11. Kehadiran mikroklin dan turmalin pada sayatan
Gambar 12. Klasifikasi S-I-A-M dari sayatan tipis batupasir LSI
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Moulds, P.J. (1989) : Development Of The
Bengkalis Depression, Central Sumatra
and Ins Subsequent Deformation – A
Model for Other Sumatran Grabens,
Proceedings
Indonesian
Petroleum
Association,
Eighteenth
Annual
Convention vol.1, Jakarta.
Moss, S.J., dan Chambers, J.L.C., 1999,
Tertiary Facies Architecture in The
Kutai
Basin,
Kalimantan,Indonesia.
Journal of Asian Earth Sciences, p.157181
Pettijohn, F.J., Potter, P.E., Siever, R., 1987,
Sand and Sandstone. Springer, New York,
580p.
Wain, A.S. dan Jackson, B.A. (1995) : New
Pematang Depocentres on The Kampar
Uplift, Central Sumatra, Proceedings
Indonesian Petroleum Association ,
Twenty Fourth Annual Convention vol.1,
Jakarta.
Williams, H.H. dan R.T. Eubank (1995) :
Hydrocarbon habitat in the rift graben of
the Central Sumatra Basin, Geological
Society of London Special Publication,
London.
Twenty
Fourth
Annual
Convention vol.1, Jakarta.
Gambar 12. Granitic province Sumatra dan sekitarnya
(Cobbing et al. 1992)
Pustaka
Asquith, G., dan Krygowski, D., (2004):
Basic Well Log Analysis, AAPG Methods
in Exploration 16, 245 p., Tulsa,
Oklahoma – Amerika Serikat.
Cameron, N.R. (1983) : The stratigraphy of
the Sihapas Formation in the North West
of the Central Sumatra Basin. Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 12th
Ann. Convention 1983-1, Jakarta.
Dickinson, W.R., Suczek, C.A, 1979, Plate
Tectonics and Sandstone Composition,
The American Association of Petroleum
Geologist Bulletin, V.63, No.12, P.21642182.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Download